1
ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER PADA KEJADIAN HUJAN
LEBAT DI PULAU BIAK DITINJAU DARI LABILITAS UDARA
MEMANFAATKAN HASIL PENGAMATAN UDARA ATAS DAN
DATA REANALYSIS
Hede Jacobeth Mangngi Uly, R. Theodorus Agus Heru R, M.Si
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Tengerang Selatan
Email :
[email protected]
Abstrak
. Pulau Biak, dalam satu tahun hampir setiap bulannya selalu terjadi hujan dengan intensitas
cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan kajian terhadap dinamika atmosfer saat terjadi hujan lebat. Penelitian menggunakan data observasi udara atas dan data reanalysis ECMWF pada sepuluh kejadian hujan lebat di wilayah Biak, serta pada satu hari sebelum hujan lebat tersebut, untuk mengetahui kondisi atmosfer serta melihat perubahan pada kondisi atmosfer. Parameter yang dianalisis adalah CAPE, LI, KI, SI, kelembaban relatif, angin thermal, divergensi, nilai gerak vertikal, dan vortisitas. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah SI menunjukkan kondisi udara labil dengan adanya TS, KI menunjukkan kemungkinan terjadinya TS mencapai 80-90%, RH rata-rata mencapai 50% pada lapisan 300mb, angin thermal berputar siklonik, nilai divergensi negatif menunjukkan terjadi konvergensi, vortisitas dan nilai gerak vertikal negatif menunjukkan adanya gerakan udara ke atas. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh indeks CAPE yang menunjukkan konveksi lemah-sedang. Pada umumnya kondisi atmosfer sudah tergolong labil sejak hari sebelum hujan, sehingga tidak ada perubahan kondisi atmosfer yang signifikan pada hari sebelum hujan hingga hari hujan.Kata kunci : Hujan Lebat, Labilitas Udara, Parameter Meteorologi,
Abstract
Biak island, in almost every month of the year there is always a fairly high intensity rainfall. In this case, it is necessary to do the study on the dynamics of the atmosphere during a heavy rain. The parameters analyzed were CAPE, LI, KI, SI, relative humidity, thermal wind, divergence, vertical velocity, and vorticity. The results obtained in this study is the SI showed unstable air conditions with the TS, KI showed the possibility of TS achieving 80-90%, RH average reached 50% at 300mb, thermal wind is cyclonic spin, divergence negative values indicate the convergence, vorticity and vertical velocity negative values indicate the updraft. The different results shown by CAPE index that indicates a weak-moderate convection. In general, the atmosphere is relatively unstable condition since the day before the rain, so there is no significant change in atmospheric conditions on the day before the rain until the rainy day.
2
1.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara ekuatorial yang menerima surplus energi matahari mengakibatkan Indonesia merupakan daerah konvektif aktif. Awan-awan konvektif yang ditemui di Indonesia sangat berkaitan dengan hujan lebat. Pulau Biak yang berada pada koordinat 0°21'-1°31' LS, 134°47'-136°48' BT, dalam satu tahun, hampir setiap bulannya selalu terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. sehingga perlu dilakukan kajian terhadap dinamika atmosfer saat terjadi hujan lebat.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kondisi atmosfer pada hari hujan lebat dan hari sebelum hujan lebat untuk melihat kondisi atmosfer dan perubahan terhadap kondisi atmosfer. Parameter yang dianalisis pada penelitian ini adalah CAPE, LI, KI, SI, kelembaban relatif, angin thermal, divergensi, nilai gerak vertikal, dan vortisitas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi prakirawan untuk melakukan prediksi hujan lebat yang akan terjadi dengan melihat kondisi atmosfer pada hari sebelum terjadi sebelum hujan lebat serta perubahan kondisi atmosfer yang sejak hari sebelum hujan hingga saat terjadi hujan lebat.
.
2.
DATA DAN METODE
2.1. DATA
a. Data Radio Sonde
Data pengamatan udara atas radiosonde tiap 12 jam yang didapat dari Stasiun Meteorologi Frans Kaisiepo Biak untuk mendapat nilai CAPE, SI, LI, KI, kelembaban relatif dan angin thermal yang didapat dengan mengolah di aplikasi RAOB.
b. Data model ECMWF
Data model ECMWF ERA Interim Daily yang didownload dari
http:/apps.ecmwf.int/datasets/data/inter im-full-daily/levtype=sfc/
c. Data pengamatan cuaca permukaan tiap jam dari Stasiun meteorologi Frans Kaisiepo Biak pada tahun 2011 – 2015.
2.2. METODE
1. Menjalankan software RAOB untuk melihat indeks CAPE, KI, LI, SI, angin thermal, dan kelembaban relatif,
kemudian melihat kondisi atmosfer berdasarkan kriteria dari masing-masing parameter,
2. Menjalankan program GRADS untuk mengolah data dalam format .nc dengan menggunakan script. Hasil yang dikeluarkan adalah berupa gambar dan nilai dalam bentuk .xls. nilai inilah yang digunakan untuk menganalisa kondisi atmosfer.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Angin Thermal
Tabel 1. Angin ThermalH-1 Hari Hujan Hari Hujan Tanggal Angin Tanggal Angin
12 September 2010 S 13 September 2010 S 12 Maret 2011 S 13 Maret 2011 S 19 April 2011 S 20 April 2011 S 27 Agustus 2011 S 28 Agustus 2011 S 23 Maret 2012 AS 24 Maret 2012 S 8 Mei 2012 AS 9 Mei 2012 S 6 Agustus 2012 S 7 Agustus 2012 S 2 Agustus 2013 AS 3 Agustus 2013 S 30 September 2015 AS 1 Oktober 2015 S 3 Mei 2016 S 4 Mei 2016 S
3
Pada hari hujan, putaran anginthermal dominan Siklonik, yang berarti terjadi adveksi dingin, manyatakan bahwa kondisi atmosfer labil. Sementara pada hari sebelum hujan, dari 10 kejadian, 6 kejadian menunjukkan putaran angin siklonik, sedangkan 4 kejadian lainnya menunjukkan putaran angin antisiklonik yang berarti terjadi adveksi dingin, menyatakan bahwa kondisi atmosfer dalam kondisi Stabil.
3.2 Analisis indeks CAPE
Tabel 2. CAPE pada hari sebelum hujan
TANGGAL
CAPE
00 Z Keterangan 12 Z Keterangan 30 September 2013 1103 Konvektif Sedang 2458 Konvektif Sedang 2 Agustus 2011 887 Konvektif Lemah 804 Konvektif Lemah 3 Mei 2016 719 Konvektif Sedang 1659 Konvektif Sedang 6 Agustus 2012 1394 Konvektif Sedang 2493 Konvektif Sedang 8 Mei 2012 1986 Konvektif Sedang 2240 Konvektif Sedang 12 Maret 2011 1654 Konvektif Sedang 1509 Konvektif Sedang 12 September 2010 194 Konvektif Lemah 873 Konvektif Lemah 19 April 2011 891 Konvektif Lemah 1145 Konvektif Sedang 23 Maret 2012 1324 Konvektif Sedang 2485 Konvektif Sedang 27 Agustus 2011 1635 Konvektif Sedang 1559 Konvektif Sedang
Tabel 3. CAPE pada hari hujan
TANGGAL
CAPE
00 Z Keterangan 12 Z Keterangan 1 Oktober 2015 1286 Konvektif Sedang 1657 Konvektif Sedang 3 Agustus 2011 1018 Konvektif Sedang 1136 Konvektif Sedang 4 Mei 2016 937 Konvektif Lemah 574 Konvektif Lemah 7 Agustus 2012 1844 Konvektif Sedang 1688 Konvektif Sedang
9 Mei 2012 -33
Tidak Ada
Konvektif 1989 Konvektif Sedang 13 Maret 2011 1274 Konvektif Sedang 1111 Konvektif Sedang 13 September 2010 289 Konvektif Lemah 1887 Konvektif Sedang 20 April 2011 7 Konvektif Lemah 2149 Konvektif Sedang 24 Maret 2012 919 Konvektif Lemah 3032 Konvektif Kuat 28 Agustus 2011 1017 Konvektif Sedang 1219 Konvektif Sedang
Indeks CAPE pada 1 (satu) hari sebelum hujan lebat, pada umumnya kondisi atmosfer cenderung labil, dengan indeks konvektif lemah hingga sedang. . Sedangkan
pada saat hari hujan kondisi atmosfer
cenderung labil dengan indeks konvektif
sedang.
Apabila dilihat dari indeks CAPE dari 10 kejadian hujan lebat ini, terlihat bahwa untuk mencapai hujan lebat, indeks CAPE
cukup bernillai 1000 – 2500 yang menunjukkan konveksi sedang. Sementara
apabila
dibandingkan
dengan
hari
sebelum hujan, dengan kondisi atmosfer
yang
juga
cenderung
menunjukkan
konveksi sedang, berarti bahwa dilihat
dari indeks CAPE, kondisi atmosfer sudah
cenderung labil, dan tidak ada perubahan
yang cukup signifikan jika dibandingkan
dengan pada hari hujan lebat.
3.3 Analisis Showalter Index
Tabel 4. SI pada hari sebelum hujanTANGGAL
SI
00 Z Keterangan 12 Z Keterangan 30 September 2013 1.6 Kemungkinan TS 3.2 Tidak Ada TS 2 Agustus 2011 1.6 Kemungkinan TS -0.3 Ada TS 3 Mei 2016 1 Kemungkinan TS 0.6 Kemungkinan TS 6 Agustus 2012 1.1 Kemungkinan TS 1.2 Kemungkinan TS 8 Mei 2012 -0.3 Ada TS -0.9 Ada TS 12 Maret 2011 -1.9 Ada TS 1.5 Kemungkinan TS 12 September 2010 2.2 Kemungkinan TS -0.2 Ada TS 19 April 2011 1.6 Kemungkinan TS 0.2 Kemungkinan TS 23 Maret 2012 -0.8 Ada TS 0.4 Kemungkinan TS 27 Agustus 2011 -0.6 Ada TS -0.5 Ada TS
Tabel 5. SI pada hari hujan
TANGGAL
SI
00 Z Keterangan 12 Z Keterangan 1 Oktober 2013 0.1 Kemungkinan TS 1.6 Kemungkinan TS 3 Agustus 2011 -0.6 Ada TS 0.3 Kemungkinan TS 4 Mei 2016 -1.4 Ada TS -1.3 Ada TS 7 Agustus 2012 -0.3 Ada TS -0.5 Ada TS 9 Mei 2012 -0.6 Ada TS -0.9 Ada TS 13 Maret 2011 0.2 Kemungkinan TS 0.3 Kemungkinan TS 13 September 2010 3.4 Tidak Ada TS -2.7 Ada TS 20 April 2011 -0.2 Ada TS 0.6 Kemungkinan TS 24 Maret 2012 -0.5 Ada TS 2.9 Kemungkinan TS 28 Agustus 2011 -2.1 Ada TS 0.3 Kemungkinan TS
Showalter indeks pada hari sebelum hujan menunjukkan bahwa kondisi atmosfer cenderung labil dengan kemungkinan TS. Sementara pada hari hujan kondisi atmosfer cenderung labil dengan ada nya TS. Kondisi atmosfer sudah tidak stabil sejak hari sebelum terjadinya hujan lebat, dan terdapat peningkatan pada nilai SI sehingga terjadi perubahan kondisi atmosfer dari hari sebelum hujan hingga pada saat terjadi hujan lebat.
4
3.4 Analisis Lifted IndexTabel 6. LI pada hari sebelum hujan
TANGGAL
LI
00 Z Keterangan 12 Z Keterangan 30 September 2013 -5.3 TS Hebat -5.1 TS Hebat
2 Agustus 2011 -5.6 TS Hebat -3.6
Kemungkinan TS Hebat 3 Mei 2016 -4.6 TS Hebat -4.5 TS Hebat 6 Agustus 2012 -7.9 TS Hebat -7.5 TS Hebat
8 Mei 2012 -4.3 TS Hebat -2.9
Kemungkinan TS Hebat 12 Maret 2011 -5.9 TS Hebat -4.4 TS Hebat
12 September 2010 -0.8 Kemungkinan TS -2.8 Kemungkinan TS Hebat 19 April 2011 -4.3 TS Hebat -3.7 Kemungkinan TS Hebat 23 Maret 2012 -5.7 TS Hebat -2.1 Kemungkinan TS Hebat 27 Agustus 2011 -4.8 TS Hebat -4.9 TS Hebat
Tabel 7. LI pada hari hujan
TANGGAL LI 00 Z Keterangan 12 Z Keterangan 1 Oktober 2013 -6.2 TS Hebat -3.1 Kemungkinan TS Hebat 3 Agustus 2011 -6.2 TS Hebat -6.1 TS Hebat 4 Mei 2016 -5.9 TS Hebat 16.6 Atmosfer Clear 7 Agustus 2012 -7.5 TS Hebat -5 TS Hebat 9 Mei 2012 -4.5 TS Hebat -3.8
Kemungkinan TS Hebat 13 Maret 2011 -6.7 TS Hebat -5.5 TS Hebat
13 September 2010 -2.9 Kemungkinan TS Hebat -5.2 TS Hebat 20 April 2011 -2.1 Kemungkinan TS Hebat -3.7 Kemungkinan TS Hebat 24 Maret 2012 -2.8 Kemungkinan TS Hebat -4.5 TS Hebat 28 Agustus 2011 -4.5 TS Hebat -4.5 TS Hebat
Lifted Indeks pada (satu) hari sebelum hujan lebat menunjukkan bahwa kondisi atmosfer cenderung terjadi TS hebat (nilai LI < -4. Sementara pada hari hujan, kondisi atmosfer cenderung terjadi TS hebat. Pada umumnya nilai lifted indeks mendukung terjadinya peristiwa hujan lebat, dengan nilai minimum mencapai -7.5 yang menunjukkan bahwa terjadi thunderstorm hebat. tidak ada perubahan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan pada pada hari hujan lebat.
3.5 Analisis K Index
Tabel 8. KI pada hari hujan
TANGGAL SI 00 Z Kemungkinan TS 12 Z Kemungkinan TS 30 September 2013 31.6 60 - 80 % 29.9 40 - 60 % 2 Agustus 2011 34.9 60 - 80 % 35.9 80 - 90 % 3 Mei 2016 34.4 60 - 80 % 34.9 60 - 80 % 6 Agustus 2012 28.5 40 - 60 % 29.9 40 - 60 % 8 Mei 2012 38.1 80 - 90 % 37.1 80 - 90 % 12 Maret 2011 37.2 80 - 90 % 32.1 60 - 80 % 12 September 2010 34 60 - 80 % 33.2 60 - 80 % 19 April 2011 32.4 60 - 80 % 36.9 80 - 90 % 23 Maret 2012 34.1 60 - 80 % 36.8 80 - 90 % 27 Agustus 2011 30.5 60 - 80 % 34.3 60 - 80 %
Tabel 9. KI pada hari hujan
TANGGAL SI 00 Z Kemungkinan TS 12 Z Kemungkinan TS 1 Oktober 2013 33.9 60 - 80 % 32.7 60 - 80 % 3 Agustus 2011 34.4 60 - 80 % 37.3 80 - 90 % 4 Mei 2016 32.1 60 - 80 % 39 80 - 90 % 7 Agustus 2012 29.8 40 - 60 % 34 60 - 80 % 9 Mei 2012 34.6 60 - 80 % 38.4 80 - 90 % 13 Maret 2011 34.2 60 - 80 % 35.1 80 - 90 % 13 September 2010 30.4 60 - 80 % 36.4 80 - 90 % 20 April 2011 35.7 80 - 90 % 38.1 80 - 90 % 24 Maret 2012 38.3 80 - 90 % 33.6 60 - 80 % 28 Agustus 2011 37.2 80 - 90 % 36.2 80 - 90 %
Kemungkinan terjadinya TS yang terjadi pada hari sebelum hujan pada umumnya adalah berkisar antara 60-80%. Sedangkan pada hari hujan , kemungkinan kerjadinya TS pada umumnya berkisar antara 80-90%.
5
3.6 Analisis Divergensi
Gambar 3. Divergensi
Pada hari sebelum hujan pada umumnya bernilai positif mencapai 5.1 x 10 -5
s-1. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi divergensi. Sementara pada hari Hujan, nilai divergensi secara umum bernilai negatif yang berarti terjadi peristiwa konvergensi.
3.7 Analisis Nilai Gerak Vertikal
Gambar 4. Nilai Gerak Vertikal
Pada hari sebelum hujan pada umumnya bernilai negative mencapai -4.9 Pa/s. Sama seperti hari sebelum hujan, pada hari hujan lebat nilai gerak vertikal juga menunjukkan nilai negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi pergerakan udara ke atas sejak 1 hari sebelum hujan lebat, atmosfer dalam kondisi labil, dan tidak ada perubahan yang cukup signifikan saat hari sebelum hujan dibandingkan dengan hari terjadinya hujan lebat.
3.8 Analisis Vortisitas
Gambar 4. Vortisitas
.
Pada hari sebelum hujan pada umumnya bernilai negatif yang berarti udara bergerak siklonik (berputar searah jarum jam di BBS), menyebabkan udara bergerak naik ke atas. Sama seperti hari sebelum hujan, pada hari hujan lebat nilai vortisitas juga menunjukkan nilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergerakan udara ke atas sejak 1 hari sebelum hujan lebat, atmosfer dalam kondisi labil, dan tidak ada perubahan yang cukup signifikan saat hari sebelum hujan dibandingkan dengan hari terjadinya hujan lebat.6
3.9 Analisis Kelembaban Relatif
Tabel 10. RH 13 September 2010
Tabel 10 merupakan sample nilai RH dari 10 kejadian yang diamati. Nilai RH pada hari sebelum hujan mencapai 40% pada lapisan 250mb, sedangkan pada hari hujan nilai RH mencapai 66% pada lapisan 250mb. Pada umumnya ada peningkatan nilai RH sejak hari sebelum hujan hingga saat hari hujan, namun untuk kondisi atmosfer, pada umumnya tidak terdapat perubahan yang signifikan pada kondisi atmosfer secara umum.
4.
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan tiap parameter, diperoleh kesimpulan:
1. Untuk parameter angin thermal, pada hari sebelum hujan berputar anti siklonik, atmosfer dalam kondisi stabil, sementara pada saat hari hujan, angin dominan berputar secara siklonik, atmosfer dalam kondisi labil, sehingga mendukung terjadinya hujan lebat.
2. Untuk parameter RH, terdapat peningkatan nilai kelembaban relative dari hari sebelum hujan hingga saat hari hujan, namun tidak ada perubahan kondisi atmosfer yang signifikan dari kondisi atmsofer nya.
3. Untuk parameter CAPE, indeks CAPE tidak terlalu berpengaruh terhadap peristiwa hujan lebat, hal ini terlihat dari indeks konvektif pada hari hujan dan hari sebelum hujan yang menunjukkan konvektif lemah-sedang. Selain itu, tidak ada perubahan kondisi
atmosfer yang signifikan pada hari sebelum terjadi hujan dan hari hujan lebat.
4. Showalter indeks pada umumnya mendukung peristiwa hujan lebat terjadi peningkatan terhadap nilai SI pada hari sebelum hujan dan hari hujan. Kondisi atmosfer sudah menunjukkan kondisi Labil dengan kemungkinan adanya TS sejak hari sebelum hujan.
5. Parameter K Indeks mendukung terjadinya hujan lebat. Pada umumnya kondisi atmosfer labil sejak hari sebelum hujan hingga hari hujan. terjadi peningkatan pada presentase kemungkinan terjadinya TS sejak hari sebelum hujan hingga saat hari hujan. 6. Untuk hasil luaran ECMWF, hanya
pada parameter divergensi yang menunjukkan perubahan kondisi atmosfer dari hari sebelum hujan hingga hari hujan, dimana pada hari sebelum hujan kondisi atmosfer masih dikategorikan stabil, sementara untuk parameter vortisitas dan gerak vertikal, pada umumnya kondisi atmosfer labil sejak hari sebelum hujan hingga saat hari hujan.
7. Dari keseluruhan parameter yang dianalisis, pada umumnya mendukung terjadinya hujan lebat, kecuali pada parameter CAPE
8. Pada umumnya, kondisi atmosfer pada saat sebelum hari hujan sudah menunjukkan kondisi atmosfer yang labil, sehingga cenderung tidak menunjukkan perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan saat hari hujan.
4.2
Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, sebaiknya dilakukan penelitian dengan data yang lebih banyak, selain itu perlu juga menganalisis pengaruh lainnya dari skala regional maupun global untuk dapat mengetahui factor penyebab terjadinya hujan lebat dan mempermudah dalam menganalisis kondisi atmosfer. Selain itu, kualitas data juga perlu ditingkatkan (khususnya pibal) mengingat jarang nya data Pilot Ballon yang tersedia.
12 SEPTEMBER 2010 13 OKTOBER 2010
00 UTC 12 UTC 00 UTC 12 UTC
LEVEL RH LEVEL RH LEVEL RH LEVEL RH
1000 87 % 1000 91 % 1000 82 % 1000 75 % 925 89 % 925 94 % 925 77 % 925 79 % 850 86 % 850 77 % 850 76 % 850 81 % 700 89 % 700 66 % 700 73 % 700 77 % 500 80 % 500 71 % 500 72 % 500 71 % 400 70 % 400 82 % 400 70 % 400 66 % 300 51 % 300 70 % 300 68 % 300 51 % 250 43 % 250 250 66 % 250
7
DAFTAR PUSTAKA
Adzani, R. 2014, Perhitungan Gerak Vertikal Udara Di Ambon Dengan Hasil Luaran WRF-ARW, Skripsi, Program Studi Meteorologi, STMKG, Tangerang Selatan.
AWS/TR-79/006 Air Weather Service, 1979, The Use of The Skew T, Log P Diagram in Analysis and Forecasting. Chandrasekar, A. 2010, Basic of Atmospheric
Science, PHI Learning Private Limited, New Delhi.
Cotton, W.R., Bryan, G.H., dan Heever, S.C.V.D., 2002, Storm and Cloud
Dynamic, International Geophysic,
Vol. 99 2nd ed, Academic Press, Amerika.
Endarwin, 2010, Deteksi Potensi Gerak Vertikal Atmosfer Di Atas Wilayah Bandung dan Sekitarnya, Jurnal
Meteorologi Dan Geofisika, Vol.11
No.1 (Juli 2010), halaman 44-53. Holton, J.R. 2004, An Introduction
ToDynamic Meteorology,
International Geophysic, Vol. 88 4th ed, Academic Press, Boston.
Kalalo, R.Y, 2013, Kajian Suhu Konvektif, Luasan Daerah Positif dan CAPE Dalam Pembentukan Awan Konvektif Di Stasiun Meterologi Merauke (Bulan Desember 2009), Tugas Akhir, Program Studi Meteorologi, Akademi Meteorologi dan Geofisika, Tangerang Selatan. Kelana, E. 2011, Modul Fisika Atmosfer,
Akademi Meteorologi dan Geofisika, Tangerang Selatan.
Mahubessy, R. 2015, Kajian Meteorologi saat Penyimpangan Hujan Harian di Ambon pada Bulan Juli 2014, skripsi, Program Studi Meteorologi, STMKG, Tangerang Selatan
Marshall, J., dan Plumb, R.A. 2007,
Atmosphere, Ocean, and Climate
Dynamics: An Introductory Text,
International Geophysic, Vol. 93, Academic Press, Amerika.
MetEd Amerika, 2015, Principle of Convection I: Bouyancy and
CAPE, [daring]
(http://www.meted.ucar.edu/mesop
rim/skewt/media/graphics/capeeq.j pg diakses tanggal 21 februari
2016)
MetEd Amerika, 2015, Skew-T Mastery, [daring]
(http://www.meted.ucar.edu/mesop
rim/skewt/media/graphics/skewt_li
nes.jpg diakses tanggal 21 Februari
2016)
Paays, W. 2014, Kajian Kondisi Atmosfer Pada Saat Kejadian Hujan Ekstrim Di Ambon (Studi Kasus Tanggal 24 dan 29 Juli 2013), Skripsi, Program Studi Meteorologi, STMKG, Tangerang Selatan.
Pratama, M. S, 2015, Penentuan Ambang Batas Parameter Stabilitas Udara terhadap Kejadian Awan CB dan Thunderstorm di Stasiun Meteorologi Biak, skripsi, Program Studi Meteorologi, STMKG, Tangerang Selatan.
Supranto, J. 2008, Statistik Teori dan Aplikasi
Jilid 1. Gelora Aksara Pratama,
Jakarta
Sturges.H.A. 1926. The Choice of a Class Interval, Journal of the American
Statistical Association, Vol.21 No.153 (Maret, 1926) halaman 65-66
Tjasyono, B., dan Harijono, S.W.B. 2007,
Meteorologi Indonesia 2 Awan dan Hujan Monsun, Badan Meteorologi
dan Geofisika, Jakarta.
Tjasyono, B. 2007, Meteorologi Indonesia 1
Karakteristik dan Sirkulasi Atmosfer, Badan Meteorologi dan
8
University of Alberta Kanada, 2015,Departement Earth and Atmospheric Science, [daring]
(http://faculty.eas.ualberta.ca/jdwi
lson/EAS372_15/
blank_hodograph.pdf, diakses
pada 5 Februari 2016)
Wageningen University Belanda, 2015, Atmospheric Education, [daring]
(http://www.met.wau.nl/education/ atmospract/unit19/Div_vortUK2.d oc, diakses tanggal 20 Februari
2016)
Winarso, P.A. 2009, Modul Analisa Cuaca II, Akademi Meteorologi dan Geofisika, Tangerang Selatan. Winarso, P.A. 2011, Modul Analisa Cuaca I,
Akademi Meteorologi dan Geofisika, Tangerang Selatan. Wirjohamidjojo, S. dan Swarinoto, Y., 2013,
Meteorologi Sinoptik, BMKG, Jakarta.
Zakir, A., Sulistya, W., dan Khotimah, M.K., 2010, Perspektif Operasional Cuaca Tropis, Pusat Penelitian dan