Analisis Perbandingan Quality Of Service
(QoS) Teknik Load Balancing dan Failover
Menggunakan Metode ECMP (Equal Cost
Multi Path) Pada RouterOS MikroTik Dengan
Zeroshell
Khairunnisa Odfi
1, Defiana Arnaldy, S.Tp., M.Si.
2 Jurusan Teknik Informatika dan KomputerPoliteknik Negeri Jakarta Depok, Indonesia khairunnisa.odfi.tik17@mhsw.pnj.ac.id
ABSTRAK
Perkembangan jaman yang semakin pesat membuat manusia sangat terikat terhadap kebutuhan jaringan internet. Untuk bisa menggunakan internet dibutuhkan ISP sebagai penyedia layanan internet, baik untuk sambungan lokal maupun internasional. Masalah yang sering dihadapi pengguna untuk mengakses internet adalah ISP yang sering down dan koneksi internet yang cenderung lambat. Sehingga, perlu diadakan multi koneksi yang menggunakan 2 jalur lSP yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan internet yang besar dengan memanfaatkan teknik load balancing dan failover memanfaatkan routerOS diantaranya MikroTik dengan Zeroshell. Penelitian ini menerapkan load balancing dengan metode pada MikroTik adalah ECMP dan pada Zeroshell adalah weight round-robin. Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan load balancing dan failover dapat berfungsi pada kedua routerOS. Kinerja kedua teknik pada MikroTik lebih baik dari Zeroshell, diukur dari nilai parameter QoS, yaitu throughput, packet loss, delay, dan jitter. Berdasarkan standar TIPHON, load balancing pada kedua routerOS memiliki nilai throughput, packet loss, dan delay berkategori “Sangat Bagus” dengan indeks 4 dan nilai jitter berkategori “Bagus” dengan indeks 3 serta failover pada kedua routerOS memiliki nilai delay berkategori “Jelek” dengan indeks 1. Berdasarkan standar ITU-T, load balancing pada kedua routerOS memiliki nilai packet loss dan delay berkategori “Baik” serta failover pada kedua routerOS memiliki nilai delay berkategori“Buruk”.
Kata kunci : Failover; Load Balancing; MikroTik;
QoS; Zeroshell.
BAB I PENDAHULUAN
Perkembangan jaman yang semakin
pesat membuat manusia sangat terikat terhadap
kebutuhan jaringan internet. Jaringan internet
menjadi bagian penting dalam kehidupan
sehari-hari sebagai salah satu media komunikasi
maupun informasi bisnis maupun privasi, dalam
hal tersebut membutuhkan banyak komputer
dari seluruh dunia yang saling terhubung satu
sama lain (Internet) (Irfan, et al,. 2019).
Internet juga digunakan untuk mencari dan
menyebarluaskan informasi dengan cepat dan
mudah (Khoirul, et al., 2019). Menurut
(Supriyanto, 2013) Internet
(interconnection-networking) adalah seluruh jaringan komputer
yang saling terhubung menggunakan standar
sistem
global
Transmisson
Control
Protocol/Internet Protocol Suite(TCP/IP)
sebagai protokol pertukaran paket (packet
switching communication protocol) untuk
melayani miliaran pengguna di seluruh dunia.
Sebuah jaringan yang besar cenderung
akan melambat akibat lalu lintas data yang
terlalu padat sehingga terjadi apa yang
dinamakan
congestion
atau
kemacetan.
Membagi sebuah jaringan yang besar menjadi
jaringan-jaringan yang lebih kecil dinamakan
network segmentation yang bisa dilakukan
dengan menggunakan router, switch dan bridge
(Ramandito,et al., 2010). Kebutuhan bandwidth
semakin hari semakin meningkat dengan seiring
bertambahnya jumlah penggunaan internet.
Pada tahun 2005 sampai tahun 2019 jumlah
pengguna internet di dunia selalu bertambah
setiap tahun (Clement, 2020). Jumlah pengguna
tahun 2019 sekitar 185 juta orang mengakses
internet
di
Indonesia.
Angka
tersebut
diperkirakan akan tumbuh menjadi lebih dari
256 juta pada tahun 2025 (Group, Miniwatts
Marketing,
2019).
Wireshark
juga
dikembangkan oleh lebih dari 600 pengembang
selama lebih dari sembilan tahun dan tidak
kurang 300.000 yang men-download pada
setiap bulannya(A.Gani, 2010).
Peningkatan jumlah pengguna internet
tidak didukung dengan mutu jaringan internet
yang seimbang (Darmanawan & Imanto, 2017).
Masalah yang sering dihadapi pengguna untuk
mengakses internet adalah Internet Service
Provider(ISP) yang sering down dan koneksi
internet yang cenderung lambat (Nasser &
Witono,2016). Sehingga, perlu diadakan multi
koneksi yang menggunakan 2 jalur Internet
digunakan secara bersamaan agar didapat
bandwidth yang besar demi memenuhi
kebutuhan
internet
yang
besar
dengan
memanfaatkan teknik load balancing dan
failover (Suryanto, et al., 2018).
Agar kedua link dapat dimanfaatkan
berdasarkan
karakteristik
ISP
maka
diterapkanlah teknik load balancing adalah
teknik yang berfungsi agar traffic dapat berjalan
lebih
baik,
memaksimalkan
throughput,
memperkecil delay, dan menghindari overload
pada salah satu jalur (Fadilah, 2016). Failover
adalah teknik di mana ketika salah satu koneksi
gateway terputus, maka gateway lain secara
otomatis menjadi backup dan menopang semua
traffic jaringan (Fitroh, 2017). Penerapan load
balancing dan failover memerlukan routerOS di
antaranya adalah MikroTik dan Zeroshell. Pada
MikroTik RouterOS itu sendiri dapat dijumpai
berbagai metode load balancing yang bisa kita
pilih, diantaranya adalah metode Equal Cost
Multi- Path (ECMP) (Iqbal, 2017).
Load balancing memiliki beberapa
metode
yang
dapat
digunakan
dalam
permasalahan pada penggabungan server, salah
satunya dengan metode Equal Cost Multi
Path (ECMP). Menurut (Teknologi, Citraweb
Solusi, 2019) ECMP merupakan metode
paling sederhana dalam teknik load balancing
karena metode ECMP cocok digunakan
pada jaringan dengan tingkat kompleksitas
yang tidak terlalu tinggi. Namun, beberapa
kekurangan pada jaringan adalah terputusnya
server secara tiba-tiba atau tidak tahu kapan
secara pasti akan terputus (Irfan & Risah, 2019).
Pada tahun 2006 bulan Juni zeroshell melebihi
200.000 pengguna di dunia dan kemudia
domain zeroshell.org akan di nonaktifkan pada
30 september 2021(zeroshell, 2021).
BAB II METODE
A. Kerangka Pemikiran.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 1 tersebut menunjukkan kerangka
pemikiran pada penelitian ini.
B.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan
metedologi penelitian berupa metode waterfall.
Metode
waterfall
merupakan
metode
pengembangan
sistem
informasi
yang
sistematik dan sekuensial, Metode waterfall
memiliki tahapan-tahapan penelitian sebagai
berikut:
1. Requirements analysis and definition
Pengumpulan data dilakukan dengan metode
literatur
dengan
cara
membadingkan
referensi tentang load balancing, failover,
zeroshell dan referensi lain yang terkait.
Metode
eksperimen
dilakukan
secara
dengan melakukan pengujian kedua sistem.
2. System and software design
Tahap perancangan sistem mengalokasikan
kebutuhan-kebutuhan sistem baik kebutuhan
hardware dan software. Tahapan ini sangat
penting
untuk
menunjang
pada
tahap
perencanaan dan pembuatan.
Tabel 1 Spesifikasi Perangkat No Spesifikasi
Perangkat Keterangan
1
Mikrotik RB951Ui 2HnD
Router yang digunakan untuk implementasi failover dan load balance 2 Modem USB Sebagai penyedia jaringan internet. 3 Zeroshell Sistem operasi buat
client
4 Winbox v3.21 Software yang digunakan untuk menjalankan Mikrotik.
3. Implementation and unit testing
Pada tahap ini, perancangan perangkat lunak
direalisasikan sebagai serangkaian program.
Perancangan sistem pertama load balancing
dan failover pada MikroTik dan perancangan
tahap kedua yaitu perancangan sistem pada
load balancing dan failover pada zeroshell.
4. Integration and system testing
Pada
tahap
ini
dilakukan
pengerjaan
konfigurasi, mulai dari perancangan pembuatan
konfigurasi load balancing dan failover dengan
metode ECMP pada MikroTik maupun load
balancing dan failover pada zeroshell lalu
kemudian di uji cobakan dapat berjalan atau
tidak sistem tersebut. Dan setelah pengujian,
sistem tersebut di kirim ke customer.
5. Operation and maintance
Pada tahap ini merupakan tahapan yang paling
panjang. Sistem direalisasikan dan dilakukan
masing-masing skema agar dapat berjalan
atau tidak, dan melakukan perbandingannya
pada sistem load balancing dan failover
MikroTik maupun zeroshell. Kemudian hasil
perbandingannya di jadikan kesimpulan
penelitian. Maintance merupakan tahap
pembetulan kesalahan yang di temukan pada
tahapan-tahapan sebelumnya supaya dapat
meningkatkan layanan sistem sebagai
kebutuhan baru.
Gambar 2 Metode Waterfall
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Sistem
Gambar 3 Diagram Blok Load Balancing dan Failover
Pada gambar 2 merupakan gambaran
bagaimana dua ISP berasal dari modem USB
dengan ISP berbeda menjadi penyedia internet
yang akan di akses oleh PC client dengan dua
ISP
menggambarkan
mekanisme
load
balancing dan failover. Untuk mikroTik
menggunakan metode Ecmp dan untuk
zeroshell menggunakan metode weight
round-robin yang pembagi bandwidth berdasarkan
weight ISP yang telah ditentukan oleh admin
jaringan.
3.2 Implementasi
3. 2.1 Implementasi Load Balancing dan Failover
Pada MikroTik RB951Ui-2HnD
Implementasi load balancing dan failover
pada mikrotik terdapat beberapa tahap yaitu :
1. Implementasi hardware untuk load balancing dan failover pada MikroTik
Gambar 4 Perangkat Hardware yang terhubung ke MiktoTik
Gambar 4 terdapat perangkat MikroTik RB951Ui-2HnD sebagai load balancer, USB-Hub untuk memudahkan port usb pada mikrotik karena router mikrotik hanya mempunyai 1 port, Modem USB Huawei E3276 yang diberikan kartu telkomsel, sebagai ISP 1, kemudian Modem USB Huawei E3372 yang diberikan kartu tri, sebagai ISP 2. Dan pelengkap kabel lan yang digunakan untuk menghubungkan mikrotik ke pc client(Ethernet 5).
2. Pengaktifan IP interface
Gambar 5 Address List pada MikroTik Merupakan konfigurasi IP address dari PPP client yang ditandai dengan huruf “D” yang merupakan IP address bersifat dynamic, dan IP tersebut adalah IP address yang berasal dari modem USB.
3. Pengaktifan DHCP Server
Gambar 6 Pengaturan DHCP Server pada MikroTik IP address yang didapat oleh client yang terhubung ke routerboard yaitu IP yang termasuk dalam range yang telah dikonfigurasi secara otomatis pada DHCP server, yaitu 192.168.88.2 – 192.168.88.254.
4. Pembuatan mangle pada MikroTik
Untuk membuat load balancing pada mikrotik metode Ecmp diperlukan mangle, karena mangle yang akan mendapatkan ataupun menandai dan kemudian membagi beban kepada bandwidth.
5. Pengaturan route
Setelah pembuatan mangle berhasil
kemudian selanjutnya yaitu pembuatan route
pada
mikrotik.
Route
berfungsi
untuk
mengarahkan mangle yang sudah di atur ke
interface yang tepat pada mikrotik.
Gambar 8 Pembuatan Route Ecmp Pada Mikrotik
6. Pengaturan NAT
Fungsi dari NAT yaitu menghubungkan client ke sumber internet. Penggunaan dilakukan agar mangle dan route dapat digunakan oleh client agar terhubung ke sumber internet.
Gambar 9 Pembuatan NAT Pada Mikrotik
3. 2.2 Implementasi Load Balancing dan Failover
Pada Zeroshell
1. Implementasi hardware pada load balancing dan failover di Zeroshell
PC Zeroshell, PC zeroshell merupakan laptop yang telah diinstall dengan routerOS zeroshell. Laptop yang dipakai adalah laptop asus dengan ram 4GB dan terinstal routerOS zeroshell 3.9.5
Modem Huawei E3276 yang dimasukan kartu Telkomsel di hubungkan pada port usb1, modem1
Modem Huawei E3372 yang dimasukan kartu Tri dihubungkan pada port usb2, modem2
PC client, PC client terhubung secara langsung menggunakan kabel lan ke ethernet pc zeroshell.
2. Pengaktifan IP Address
Gambar 10 Tampilan Interface Pada Zeroshell Gambar 10 merupakan tampilan seluruh interface yang terdapat pada zeroshell. Pada gambar 10 zeroshell memiliki 3 interface yang terhubung yaitu:
ETH00 merupakan pc client yang terhubung melalui kabel lan oleh routerOS zeroshell,
PPP0 merupakan modem Telkomsel dengan IP Address dynamic.
PPP1 merupakan modem tri dengan IP Address dynamic.
3. Pengaktifan DHCP Server
Pengaktifan DHCP server dilakukan dengan
digunakan oleh client atau masih dalam satu jaringan yang sama. Jika terdapat penambahan client yang melakukan koneksi menggunakan switch maka PC client tidak perlu melakukan pengan IP secaraa manual, karena dengan client bergabung ke jaringan yang sama maka secara otomatis IP akan didapatkan.
Gambar 11 Pengaktifan DHCP Server Pada Zeroshell
4. Pengaktifan Net Balancer
NetBalancer merupakan fitur load balancing yang terdapat pada zeroshell. NetBalancer menggunakan metode round-robin sehingga paket akan dibagi secara proposional berdasarkan weight pada dua beban gateway.
Gambar 12 Pengaktifan Net Balancer
5. Pengaktifan NAT
Sama seperti pada mikrotik pengaktifan NAT merupakan tahap terakhir agar PC client dapat terhubung dengan koneksi internet. Dengan menambahkan modem 1 dan modem 2 ke NAT.
Gambar 13 Pengaktifan NAT
3.3
Pengujian
a)
Pengujian Failover pada MikroTik
Percobaan failover pada mikrotik dilakukan dengan melakukan ping pada command promt ke situs www.google.com selanjutnya memutuskan salah satu koneksi ISP untuk mendapatkan fungsi dari failover tersebut.
Gambar 14 Pengujian Failover pada MikroTik Perhitungan delay yaitu dengan mengurangi waktu paket diterima dengan waktu paket dikirim yang ada Berikut merupakan hasil dari perhitungan nilai
b)
Pengujian Failover pada ZeroshellPercobaan failover pada zeroshell dilakukan dengan melakukan ping pada command promt ke situs www.google.com selanjutnya memutuskan salah satu koneksi ISP untuk mendapatkan fungsi dari failover tersebut.
Gambar 15 Pengujian Failover pada Zeroshell Perhitungan delay yaitu dengan mengurangi waktu paket diterima dengan waktu paket dikirim yang ada Berikut merupakan hasil dari perhitungan nilai
delay :
Delay = (24.500144 – 18.805204) =5.6 second
c)
Pengujian Load Balancing menggunakansitus www.speedtest.net
Nilai throughput yang didapat dari setiap tahapan percobaan kemudian dibandingan dengan satu sama lain. Hal ini digunakan untuk menentukan fungsi dari sistem load balancing berdasarkan perbandingan kecepatan dalam pengaksesan internet. Sistem load balancing dapat dikatakan berfungsi dikarenakan memiliki nilai throughput lebih besar.
Gambar 16 Perencanaan Tahap Pertama
d)
Pengujian Load Balancing dengan Streaming Film melalui situs https://gudangmovies21.trade/Percobaan pada skema kedua ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama, percobaan sistem load balancing pada MikroTik. Tahap kedua, percobaan sistem load balancing pada Zeroshell. Masing – masing tahap percobaan dilakukan sebanyak tiga kali.
Gambar 17 Perencanaan Tahap kedua
e)
Pengujian Load Balancing denganmelakukan download video
menggunakan Platform YouTube
Pada skema ketiga, percobaan dilakukan dengan streaming film selama lima menit melalui situs streaming film, https://gudangmovies21.trade/. Selama streaming berlangsung dilakukan capturing packets dengan menggunakan software Wireshark. Nilai parameter QoS, yaitu throughput, packet loss, delay, dan jitter yang dihitung dari data capturing packets yang dihasilkan dari percobaan ini.
Gambar 18 Perencanaan Tahap ketiga
3.4
Data Hasil Pengujian
a) Data Hasil Skema Pertama
Gambar 19 Data Hasil Skema Pertama
Gambar 19 merupakan nilai throughput percobaan tahap pertama, yaitu sistem load balancing pada MikroTik yang menggunakan dua ISP adalah 2,13 Mbps. Nilai throughput percobaan tahap kedua, yaitu sistem load balancing pada Zeroshell yang menggunakan dua ISP adalah 1,48 Mbps. Nilai percobaanan tahap ketiga, yaitu percobaan sistem tanpa load balancing menggunakan ISP ke- 1 adalah 1,05 Mbps. Sedangkan nilai throughput percobaan tahap keempat, yaitu percobaan sistem tanpa load balancing menggunakan ISP ke-2 adalah 0,43 Mbps.
b) Data Hasil Skema Kedua
Gambar 20 Data Hasil Skema Kedua Menurut TIPHON Gambar 20 menunjukkan bahwa nilai throughput, packet loss, dan delay dari load balancing pada MikroTik memiliki kategori dan indeks TIPHON yang sama dengan load balancing pada Zeroshell, yaitu kategori “Sangat Bagus” dengan indeks 4. Nilai jitter dari load balancing pada MikroTik juga memiliki kategori dan indeks TIPHON yang sama dengan load balancing pada Zeroshell, yaitu kategori “Bagus” dengan indeks 3.
Kemudian dari kategori nilai parameter packet loss dan delay menurut standar TG.1010 dan ITU-T.114 yaitu sebagai berikut.
Gambar 21 Data Hasil Skema Kedua Menurut ITU-T Gambar 21 menunjukkan bahwa nilai packet loss, dan delay dari load balancing pada MikroTik memiliki kategori ITU-T yang sama dengan load balancing pada Zeroshell, yaitu dengan kategori “Baik”.
c) Data Hasil Skema Ketiga
Gambar 22 Data Hasil Skema KeTiga Menurut TIPHON
Gambar 22 menunjukkan bahwa nilai throughput, packet loss, dan delay dari load balancing pada MikroTik memiliki kategori dan indeks TIPHON yang sama dengan load balancing pada Zeroshell, yaitu kategori “Sangat Bagus” dengan indeks 4. Nilai jitter dari load balancing pada MikroTik juga memiliki kategori dan indeks TIPHON yang sama dengan load balancing pada Zeroshell, yaitu kategori “Bagus” dengan indeks 3.
Kemudian dari kategori nilai parameter packet loss dan delay menurut standar ITU-TG.1010 dan ITU-T.114 yaitu sebagai berikut.
Gambar 23 Data Hasil Skema KeTiga Menurut ITU-T Gambar 23 menunjukkan bahwa nilai packet loss, dan delay dari load balancing pada MikroTik memiliki kategori ITU-T yang sama dengan load balancing pada Zeroshell, yaitu dengan kategori “Baik”.
d) Hasil Kesimpulan Analisis Data
Batasan parameter QoS menurut standarisasi TIPHON dan ITU-T lebih akurat pada standarisasi TIPHON karena menurut besarnya nilai pada masing-masing parameter lebih mendetail range besar nilainya dibandingkan standarisasi ITU-T tersebut. Dan parameter berdasarkan kategori baik, buruk, sangat bagusnya dapat dilihat berdasarkan standarisasi dari masing-masing kategori parameter QoS yang ditentukan pada standarisasi tersebut berdasarkan nilai-nilai total yang sudah dianalisis. Yang sebelumnya untuk menetukan kategori tersebut berdasarkan dari rumus masing-masing standarisasi QoS yang telah didapatkan melalui software wireshark .
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari hasil perancangan, implementasi dan pengujian penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Teknik load balancing dengan metode ECMP
maupun metode weight Round robin dan teknik failover dapat berfungsi pada routerOS MikroTik dan routerOS Zeroshell.
2. Kinerja dari teknik load balancing dan failover pada routerOS MikroTik lebih baik dari pada kinerja load balancing dan failover pada routerOS Zeroshell berdasarkan perhitungan parameter QoS(Quality of
Service) yaitu throughput, delay, packet loss dan
3. Berdasarkan standarisasi TIPHON, teknik load balancing pada kedua routerOS memiliki nilai throughput , packet loss, dan delay berkategori “Sangar Bagus” dengan indeks 4 dan nilai jitter berkategori “Bagus” dengan indeks 3 serta failover pada kedua routerOS memiliki nilai delay berkategori “Jelek” dengan mendapatkan indeks 1 dikarenakan memiliki nilai delay yang lebih kecil dibandingkan dengan pengujian pada failover yang diterapkan di Zeroshell.
SARAN
Adapun beberapa saran diataranya dalam penelitian yang dapat diterapkan dalam pengembangan sistem ini di penelitian berikutnya yaitu: