• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filipina: Perubahan Tanpa Ideologi Mendasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Filipina: Perubahan Tanpa Ideologi Mendasar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

* Arief Budiman, Sosiolog, pengajar Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Dimuat

Filipina: Perubahan Tanpa

Ideologi Mendasar

Arief Budiman

*

DALAM ilmu sosial, ada dua pandangan besar yang menjelaskan suatu perubahan masyarakat. Pertama, pandangan yang menyatakan perubahan disebabkan adanya orang-orang besar, orang-orang super yang memiliki ide yang hebat, orang-orang yang memiliki kesanggupan menggerakkan masyarakat.

Pandangan kedua beranggapan, bahwa perubahan disebabkan oleh gerak masyarakat itu sendiri, gerak sejarah, sehingga aktor-aktor manusia dianggap kurang penting.

Yang pertama menggantungkan diri pada lahirnya pahlawan dalam suatu perubahan sosial, yang kedua maenyatakan, bahwa pahlawan itu tidak penting, dia bahkan dilahirkan, dibuat oleh gerak masyarakat itu sendiri.

Dalam tulisan saya yang terdahulu dan juga pada beberapa ceramah, saya mengemukakan, bahwa ada tiga kondisi yang memungkinkan terjadinya perubahan sosial mendasar. Pertama, adanya ideologi atau tawaran sistem kemasyarakatan yang baru, yang lain dari yang sudah ada.

Kedua, adanya organisasi atau kelompok yang terorganisasikan, baik dengan mendapat dukungan massa maupun tidak (tapi kuat), yang menampung ideologi alternatif di atas.

Ketiga, adanya kesempatan sejarah, baik di dalam masyarakat yang berubah itu maupundi dunia internasional yang melingkunginya. Tanpa adanya momentum sejarah ini, perubahan tidak akan terjadi.

(2)

baru-Pertentangan dalam masyarakat

Apa yang terjadi di Filipina, kiranya masih segar dalam ingatan kita masing-masing. Tampaknya kita akan setuju untuk menyatakan, bahwa sang pahlawan dari perubahan ini adalah Cory Aquino. Tanpa Cory Aquino, sulit dapat kita bayangkan, bahwa Marcos dapat ditumbangkan.

Tapi kita akan menjadi bingung, kalau kita melihat kualitas pribadi sang pahlawan. Dia sama sekali jauh dari gambaran yang seharusnya dimiliki seorang pahlawan, yang dapat memimpin rakyatnya merubuhkan seorang diktator. Dia tidak memiliki ide-ide besar. Dia tidak punya kesanggupan untuk menggerakkan massa dengan pidatonya yang berapi-api, seperti halnya Bung Karno dulu. Dia juga tidak memiliki keanggupan untuk mengorganisasikan massa rakyat yang besar. Massa lah yang datang kepadanya dan menggerakkannya. Dia seakan-akan dipaksa oleh massa untuk menjadi pemimpin mereka. Dia dipaksa oleh lingkungannya. Dia dipaksa oleh sejarah.

Memang, kalau kita perhatikan secara mendalam, perubahan yang terjadi di Filipina bukan disebabkan faktor manusia Coryquino. Perubahan itu disebabkan pertentangan-pertentangan yang ada di dalam masyarakat Filipina itu sendiri, yang membuat Marcos tak berdaya untuk menghadapinya.

Yang saya maksud adalah pertentangan yang terjadi antara rakyat jelata melawan kaum elite dan pertentangan antara kelompok-kelompok di kalangan elite itu sendiri. Sistem kapitalisme di Filipina melahirkan adanya rakyat miskin dan kelompok kaum elite yang kaya. Hal ini melahirkan pemberontakan bersenjata, yang pada saat ini dipimpin oleh kelompok NPA. Kelompok ini memiliki ideologi alternatif sosialisme, memiliki organisasi yang barangkali masih kecil, tapi sudah bersenjata. Yang mereka belum miliki adalah momentum sejarah, sehingga peran mereka tidak dapat menjadi besar dan meluas.

(3)

Filipina: Perubahan Tanpa Ideologi Mendasar

Pertentangan kedua, pertentangan yang terjadi di kalangan kaum elite sendiri, memiliki dinamika yang berlainan. Pertentangan ini pada dasarnya adalah pertentangan di antara kelompok pengusaha yang mendapat restu dari Marcos melawan kelompok pengusaha yang (akan) disingkirkan oleh Marcos. Kelompok yang kedua ini kemudian bergabung dengan kelompok intelektual kota, yang menginginkan kembalinya hak-hak politik mereka untuk berbeda pendapat, atau dengan perkataan lain, ditegakkannya kembali demokrasi. Mereka membentuk kelompok-kelompok sosial di kota-kota, yang meskipun kecil tapi banyak jumlahnya. Dalam masa krisis, kelompok-kelompok sosial kecil ini, dengan biaya dari pengusaha-pengusaha yang melawan Marcos, dapat dipersatukan dan menjadi kekuatan politik yang besar.

Ideologi kelompok pengusaha plus intelektual kota ini pada dasarnya sama dengan regim yang mereka tumbangkan, yakni kapitalisme. Tapi, dengan adanya kaum intelektual di dalamnya, maka demokrasi menjadi sesuatu yang hakiki dari ideologi kelompok ini, yang membedakannya dari kelompok elite yang pro-Marcos. Kaum pengusaha yang anti-Marcos mendukung demokrasi, karena posisi mereka yang tersingkir, tidak mendapat fasilitas negara. Karena itu, persaingan bebas tanpa campur tangan negara lebih menguntungkan mereka daripada pemerintah yang otoriter, paling sedikit selama Marcos masih berkuasa.

Maka secara garis besar dapat kita bedakan adanya tiga kelompok dalam panggung politik Filipina (lihat di bawah).

Kelompok: Ideologi: Organisasi:

1. Marcos kapitalisme aparat negara

(dan elite (dan

totaliter-kota) isme

2. Elite kota kapitalisme organisasi sosial (anti-Marcos) (dan demokrasi) politik di kota

3. NPA sosialisme kelompok bersenjata

Momentum sejarah

(4)

penembakan tersebut hampir tidak mungkin dilakukan tanpa mendapat restu dari Marcos, si penguasa tunggal. Rasa keadilan seakan diludahi. Orang sadar kembali, betapa pentingnya hak politik warga dipulihkan.

Keadaan seperti ini sangat menguntungkan elite kota yang anti-Marcos. Dengan organisasi yang sudah ada dan dana yang tersedia, mereka berhasil memobilisasikan pendukung di kalangan rakyat jelata. Tanpa organisasi yang baik, peristiwa itu hanya akan berhenti pada emosi, tidak mungkin diterjemahkan menjadi suatu gerakan.

NPA tidak mungkin memanfaatkan situasiini sebaik kelompok elite kota yang anti-Marcos, meskipun organisasinya lebih baik barangkali. NPA yang menawarkan ideologi alternatif sosialisme, jelas tidak akan menarik pengusaha yang anti-Marcos. Sebagian intelektual kota memang tertarik, tapi sebagian lagi tidak. tapi hambatan utama adalah AS yang akan lebih mendukung Marcos, kalau alternatifnya adalah NPA.

AS dalam perhitungan di atas kertas tentunya gembira dengan munculnya kaum elite kota baru sebagai alternatif terhadap Marcos. Dari pengalamannya jelas sekali, bahwa lebih merugikan mendukung para diktator, seperti Ngo Din Diem di Vietnam, Batista di Cuba dan Samoza di Nicaragua, yang meskipun pro-Amerika tapi korup, karena hasilnya adalah pemerintah kiri yang menggantikan mereka. Karena itu, AS benar-benar harus berhitung secara tepat dalam menentukan kapan harus mendukung sebuah regim diktatur yang pro-AS, kapan dukungan itu dihentikan. Dengan munculnya kekuatan elite kota baru yang bergabung di bawah kepemimpinan Cory Aquino, AS merasa saatnya sudah tiba untuk berhenti mendukung Marcos. Lain halnya, kalau alternatifnya adalah NPA. Semua ini artinya, bahwa momentum sejarah datang kepada Cory Aquino, bukan kepada NPA.

(5)

Filipina: Perubahan Tanpa Ideologi Mendasar

meskipun sebenarnya ini bukan ideologi dalam arti yang sebenarnya), berkombinasi dengan organisasi yang sudah siap, ditambah lagi dengan adanya momentum sejarah, maka proses perubahan pun berlangsung dengan cepat, lebih cepat dari perkiraan banyak orang.

Cory, sebuah faktor

Dari uraian di atas tampak, seakan-akan Cory Cuma boneka yang diciptakan oleh lingkungannya. Seakan-akan faktor manusia Cory tidak berperan apa-apa. Kalau saya penganut teori strukturalisme yang ekstrem, saya akan setuju dengan pendapat ini. Tapi saya bukan.

Tanpa faktor manusia Cory, barangkali perubahan ini tidak akan terjadi. Misalnya, pada saat kritis ketika tidak jelas mana yang lebih kuat, Marcos atau oposisi. AS hanya memberikan tanda yang tidak jelas, supaya kedua pihak rujuk. Begitu juga pesan dari ASEAN. Marcos kemudian menawarkan sebuah posisi politik kepada oposisi, kalau perlu barangkali (siapa tahu, kalau sudah terdesdak sekali) wakil presiden. Seandainya Salvador Laurel yang memimpin, karena sangat berambisi untuk menjadi presiden, barangkali dia melihat ini sebagai kesempatan terbaiknya untuk menuju kepada ambisinya itu. dia mungkin akan menerima tawaran Marcos.

Tetapi hal ini tidak kena pada Cory. Ia bukanlah seorang yang kepingin jabatan politik. Yang diinginkannya hanyalah satu: membalas dendam (dalam arti yang positif). Dia bersedia mati untuk itu. Karena itu, tawaran Marcos tidak mempan kepadanya. Sikap seperti ini hanya mungkin ada pada Cory, yang masih hijau dalam politik, yang masih suci dari ambisi apa pun.

Karena itu, meskipun dia ditarik oleh sejarah untuk tampil ke depan, ternyata dia merupakan orang yang tepat untuk menjadi sangat berguna dalam menjatuhkan Marcos. Cory memang seorang pahlawan, yang diciptakan oleh lingkungannya, tapi sekaligus menciptakan juga lingkungannya. Di sini faktor struktural saling

(6)

Selamat datang Marcos

Perubahan sudah terjadi di Filipina. Tapi perubahan macam apa yang sebenarnya terjadi? Dari uraian di atas tampak, bahwa yang terjadi bukanlah perubahan sistemik atau perubahan struktural yang mendasar, karena sistem yang dianut oleh rejim politik yang baru masih kapitalisme. Hanya itu ditambah dengan demokrasi, paling sedikit untuk sementara waktu.

Tanpa perubahan sistem yang mendasar, maka persoalan ekonomi politik yang dihadapi Marcos akan diwarisi oleh Cory. Cory tidak memiliki senjata baru untuk menghadapinya. Kesulitan ekonomi yang dihadapi Filipina, yang sudah cukup parah, dalam resep kapitalisme akan diselesaikan secara sama saja, yakni memperkuat kaum modal, supaya berproduksi lebih banyak. Pinjaman luar negeri akan dilakukan (untuk memperkuat permodalan), elite pengusaha baru akan muncul menggantikan yang lama (yang pro-Marcos), rakyat jelata akan disuruh mengencangkan ikat pinggang, supaya tabungan masyarakat akan meningkat, dan seterusnya. Dalam keadaan seperti ini, tampaknya Cory akan menyerahkan perannya kepada para penasehatnya atau pembantu-pembantunya di kabinet, yang terdiri dari para politisi dan pengusaha besar Filipina.

Memang, sejak sekarang yang dibutuhkan bukanlah seseorang yang bermoral tinggi, jujur, pantang mundur, tapi seorang dengan otak komputer yang bisa berhitung, bagaimana dapat mencuri kesempatan dalam kesempitan, yang sedikit licik seperti halnya Marcos. Orang-orang seperti inilah yang mungkin akan tampil, meskipun mungkin tidak dalam waktu yang dekat. Struktur kapitalisme pinggiran atau periferik yang memang mensyaratkan pemimpin yang demikian, seperti halnya dia mensyaratkan pemimpin seperti Cory, ketika pertentangan struktur antara elite dan rakyat serta pertentangan di kalangan elite itu sendiri memuncak.

(7)

Filipina: Perubahan Tanpa Ideologi Mendasar

Dengan perkataan lain, ada kemungkinan besar, bahwa apa yang bulan lalu ditinggalkan oleh Filipina, akan kembali lagi dalam waktu, katakanlah, sepuluh tahun mendatang. Kecuali kalau sejak saat ini dapat dilakukan perubahan yang lebih mendasar dalam sistem ekonomi politik Filipina. Sekarang adalah saatnya untuk melakukan perubahan ini.

Kalau tidak, rasanya tidak terlalu pagi untuk berseru: Marcos sudah tumbang, hidup Marcos, Marcos sudah pergi, selamat datang Marcos.

Referensi

Dokumen terkait