• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. kegiatan usaha nelayan itu sendiri. Nelayan adalah orang yang secara aktif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. kegiatan usaha nelayan itu sendiri. Nelayan adalah orang yang secara aktif"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jaring Insang (gill net) adalah salah satu jenis alat tanggkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana ukuran mata jaring (mesh size) nya sama.(Martasuganda,s 2002)

Masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dan berpenghasilan sebagai usaha nelayan merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas usaha dengan mendapatkan penghasilan bersumber dari kegiatan usaha nelayan itu sendiri. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Tingkat kesejahtraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tengkapan tercermin pula besar pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima.

Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa sektor perikanan merupakan salah satu sasaran pemerintah dalam usaha meningkatkan ekspor ikan, lapangan kerja Sumber Devisa dan untuk gizi makanan. Oleh karena itu produksi ikan harus ditingkatkan. Adapun penyumbang terhadap subsektor pertanian dikabupaten Aceh Barat yang terdiri dari tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan.

Analisis usaha nelayan yang jelas berarti nelayan akan dapat mengetahui dengan persis berapa biaya usahanya, serta faktor –faktor apa yang berperan dalam keberhasilan suatu usaha nelayan yang akan berdampak langsung pada pendapatan nelayan itu sendiri.

(2)

Kecamatan Meureubo merupakan salah satu wilayah perikanan diantara daerah perikanan di Aceh Barat, masyarakat di Kecamatan Meureubo dikenal dengan profesinya sebagai nelayan terutama di desa Meureubo dan Ujong Drien. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang dan pancing tradisional seta faktor –faktor yang diduga mempengaruhi produksi penangkapan ikan menggunakan kapal jaring insang adalah trip penangkapan, ukuran mesin kapal, jumlah bahan bakar, ukuran alat tangkap dan tenaga kerja serta faktor yang besar mempengaruhi adalah alat tangkap pukat harimau (trawl) yang digunakan oleh nelayan di Ujong Baroh. .

Realita yang terjadi dikalangan nelayan setelah produksi masih jarangnya nelayan yang menghitung detail analisis usaha nelayan secara ekonomi artinya mereka tidak pernah membuat perincian biaya –biaya yang dikeluarkan baik berupa biaya tetap,variabel serta tidak pernah menghitung jumlah penerimaan dalam sekali produksi sehingga berapa keuntungan yang didapatkan dalam sekali produksi hampir tidak diketahui. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pendidikan dan pengetahuan nelayan itu sendiri,besar kecilnya pendapatan yang diperoleh nelayan sangat mempengaruhi motivasi nelayan itu sendiri dalam melakukan usaha nelayan. Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin giat dan bersemangat nelayan tersebut melakukan usahanya.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ikan di Kecamatan Meureubo hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Pendapatan Nelayan Yang Menggunakan Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) Di kecamatan Meureubo”.

(3)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan pendekatan masalah di atas, maka timbul beberapa masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar tangkapan nelayan yang menggunakan jaring insang di Kecamatan Meureubo

2. Berapa tingkat pendapatan nelayan yang menggunakan jaring insang di Kecamatan Meureubo

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk :

1. Mengetahui tangkapan nelayan di kecamatan Meureubo yang menggunakan jaring insang

2. Mengetahui pendapatan nelayan yang menggunakan jaring insang di Kecamatan Meureubo.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneilitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat dalam menentukan kebijakan terutama berkaitan dengan usaha penangkapan jaring gill net.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pendapatan jaring insang dan komposisi ikan hasil tangkapannya serta melihat proporsi jumlah hasil tangkapannya, dan bagi pihak-pihak yang terkait sebagai bahan pengkajian dan pengelolaan perikanan gill net di Kecamatan Meureubo.

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Jaring Insang

Menurut saleh (2007), usaha adalah kegiata dengan mengerakan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan usaha jaring insang adalah penurunan hasil tangkapan yang telah disesuaikan dengan pengeluaran ,pemasukan dan pembagian modal dari hasil tangkapan.

2.1.1 Alat tangkap jaring insang

Menurut Martasuganda (2002), jaring insang (gill net) adalah satu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana ukuran mata jaring (mesh size) sama, jumlah mata jaring ke arah horizontal (mesh lenght/ML) jauh lebih banyak dari jumlah mata jaring ke arah vertikal (mesh depth/MD). Pada lembaran jaring bagian atas diletakkan pelampung (floats) dan pada bagian bawah diletakkan pemberat (sinkers). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari floats yang bergerak ke atas dan sinking force dari sinker di tambah berat jaring dalam air yang bergerak ke bawah, maka jaring akan terentang (Ayodhyoa, 1981).

Berdasarkan kedudukan jaring di dalam perairan dan metode pengoperasiannya jaring insang dibedakan menjadi empat, yaitu jaring insang permukaan (surface gill net), jaring insang dasar (bottom gill net), jaring insang hanyut (drift gill net), dan jaring insang lingkar (encircling gill net / surrounding gill net) (Ayodhyoa, 1981).

Sedangkan menurut Subani dan Barus (1989), berdasarkan cara pengoperasiannya dibedakan menjadi lima, yaitu jaring insang hanyut (drift gill net), jaring insang labuh (set gill net), jaring insang karang (coral reef gill net),

(5)

jaring insang lingkar (encircling gill net), dan jaring insang tiga lapis (tramel net). Untuk gill net sendiri termasuk jaring insang hanyut (drift gill net), untuk kedudukan jaring di dalam perairan gill net dapat dioperasikan baik di permukaan (surface gill net) maupun di dasar perairan (bottom gill net) (Putra, 2009).

2.1.2 Konstruksi Jaring Insang

Adapun kontruksi jaring insang terdiri atas beberapa bagian antaralain: a) Jaring utama

Jaring utama adalah sebuah lembaran jaring yang tergantung pada tali ris atas. Martasuganda (2002) mengatakan bahwa diameter dan ukuran benang dari mata jaring umumnya disesuaikan dengan ikan atau habitat perairan lainnya yang dijadikan target penangkapan. Menurut Sparre dan Venema (1992) ada empat cara tertangkapnya ikan oleh jaring insang, yaitu tertangkap secara terjerat tepat di belakang mata (snagged), terjerat di belakang tutup insang (gilled) dan terjerat di depan sirip punggung (wedged), dan ikan terbelit akibat bagian tubuh yang menonjol (gigi, rahang, sirip) tanpa harus menerobos mata jaring (entangled).

b) Tali ris atas

Tali ris atas adalah tempat untuk menggantungkan jaring utama dan tali pelampung. Untuk menghindari agar jaring insang terbelit sewaktu dioperasikan (terutama pada bagian tali ris atasnya) biasanya tali ris atas dibuat rangkap dua dengan arah pintalan yang berlawanan (S – Z).

c) Tali ris bawah

Tali ris bawah ini berfungsi sebagai tempat melekatnya pemberat. Martasuganda (2002) mengatakan bahwa panjang tali ris bawah lebih panjang dari tali ris atas dengan tujuan supaya kedudukan jaring insang di perairan dapat terentang dengan baik.

(6)

d) Tali pelampung

Tali pelampung adalah tali yang dipakai untuk memasang pelampung yang terbuat dari bahan sintetis seperti haizek, vinylon, polyvinyl chloride, saran atau bahan lainnya yang bisa dijadikan tali pelampung.Untuk menyambungkan antara piece yang satu dengan piece lainnya bagian tali pelampung dari tiap ujung jarring utama biasanya dilebihkan 30-50 cm (Martasuganda, 2002).

e) Pelampung

Pada jaring insang dasar, pelampung hanya berfungsi untuk mengangkat tali ris atas saja agar jaring insang dapat berdiri tegak (vertikal) di dalam air. Untuk jaring insang pertengahan dan jaring insang permukaan, disamping pelampung yang melekat pada tali ris atas diperlukan juga pelampung tambahan yang berfungsi sebagai tanda di permukaan perairan. Pelampung yang dipakai biasanya terbuat dari bahan styrofoam, polyvinyl chloride, plastik, karet atau benda lainnya yang mempunyai daya apung. Jumlah, berat, jenis dan volume pelampung yang dipasang dalam satu piece menentukan besar kecilnya daya apung (buoyancy).Besar kecilnya daya apung yang terpasang pada satu piece sangat berpengaruh terhadap baik buruknya hasil tangkapan.

f) Pemberat

Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring.Pemberat pada jaring insang umumnya terbuat dari timah, besi dan semen cor.

g) Tali selambar

Tali selambar adalah tali yang dipasang pada kedua ujung alat tangkap untuk mengikat ujung jaring insang pada pelampung tanda, serta ujung lainnya diikatkan pada kapal. Panjang tali selambar yang digunakan umumnya 25-50 meter tergantung ukuran alat tangkap dan kapal yang digunakan.

(7)

2.1.3 Kapal

Menurut KePres nomor 51 tahun 2002; Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah‐pindah. Menurut Kepmen nomor : KEP. 02/MEN/2002 Kapal Perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan termasuk melakukan survai atau eksplorasi kelautan.

Klasifikasi kapal perikanan baik ukuran, bentuk, kecepatan maupun konstruksinya sangat ditentukan oleh peruntukkan kapal perikanan tersebut. Demikian pula dengan kapal penangkap, masing‐masing memiliki ciri khas, ukuran, bentuk, kecepatan dan perlengkapan yang berbeda.

Kapal ikan adalah kapal yang dibangun untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan usaha penangkapan ikan dengan ukuran, rancangan, bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin serta berbagai perlengkapan yang secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi (Fyson, 1985). Kapal ikan merupakan salah satu faktor penting diantara komponen armada penangkapan ikan dan merupakan sebagian modal yang ditanamkan pada usaha penangkapan ikan.Berdasarkan metode pengoperasiannya kapal ikan dapat digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu pengoperasian alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear), pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towinggear), pengoperasian alat tangkap pasif (static gear), pengoperasian lebih dari satu alat tangkap (multipurpose) (Fyson, 1985).

Kapal jaring insang termasuk kedalam kelompok kapal ikan dengan metode pengoperasian static gear sehingga kecepatan kapal bukanlah suatu faktor

(8)

yang penting karena alat tangkap ini bekerja secara statis melainkan stabilitas kapalyang tinggi lebih diperlukan agar saat pengoperasian alat tangkap dapat berjalan dengan baik (Rahman, 2005).

Kegiatan perikanan jaring insang di Kecamatan Meureubo dilakukan nelayan dengan 3 jenis kapal, yaitu perahu motor tempel berukuran 1 GT sampai 7 GT. Kapal yang digunakan dalam penelitian ialah kapal motor ukuran 2 dan 8 GT. Kapal ini menggunakan mesin merk Mitsubishi 120 PS dengan bahan bakar solar. Kapal ini membutuhkan 5-20 liter solar dalam setiap tripnya.Dalam satu trip operasi penangkapan dapat berlangsung antara satu sampai tiga hari, bergantung kepada jumlah tangkapan yang diperoleh dan banyaknya perbekalan yang dibawa.

2.2 Nelayan jaring insang

Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum. Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor, mengangkut ikan dari perahu atau kapal motor, tidak dikategorikan sebagai nelayan (Departemen Kelautan dan Perikanan,2009)

Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Sedangkan nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Subri, 2005).

(9)

Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut.Di Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah pinggir pantai atau pesisir laut.Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal digampong-gampong atau pesisir (Sastrawidjaya. 2002).

2.2.1 Ciri komunitas nelayan

Sastrawidjaya. 2002, menyatakan ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut :

a. Dari segi mata pencaharian. Nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

b. Dari segi cara hidup. Komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak. Seperti saat berlayar. Membangun rumah atau tanggul penahan gelombang di sekitar gampong.

c. Dari segi ketrampilan. Meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua. Bukan yang dipelajari secara professional.

Dari bangunan struktur sosial, komunitas nelayan terdiri atas komunitas yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukim di gampong-gampong yang mudah dijangkau secara transportasi darat. Sedangkan yang homogen terdapat di gampong-gampong nelayan terpencil biasanya mengunakan alat-alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga produktivitas kecil. Sementara itu, kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar

(10)

juga akan menjadi penyebab rendahnya harga hasil laut di daerah mereka. (Sastrawidjaya. 2002).

Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang digunakan dapat dibedakan dalam dua katagori, yaitu nelayan modern dan nelayan tradisional.Nelayan modern mengunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional. Ukuran modernitas bukan semata-mata karena pengunaan motor untuk mengerakkan perahu, melainkan juga besar kecilnya motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan. Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka (Imron, 2003).

Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis nelayan, yaitu; nelayan pengusaha, nelayan campuran dan nelayan penuh.Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekejaan pokoknya sebagai nelayan. Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan lama atau tradisional.

2.2.2 Nelayan berdasarkan waktu kerja

Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan / hewan air lainnya / tanaman air. nelayan sambilan utama nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/hewan air lainnya/tanaman air. nelayan kategori ini juga memiliki pekerjaan lainnya.

Nelayan sambilan adalah nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/hewan air lainnya / tanaman air., nelayan kategori ini juga memiliki pekerjaan lainnya.

(11)

2.2.3 Nelayan berdasarkan status

Rumah tangga perikanan adalah nelayan yang bekerja secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan operasi penangkapan ikan/hewan air lainnya/tanaman air. Rumah tangga buruh perikanan adalah nelayan yang bekerja secara langsung dalam kegiatan operasi penangkapan ikan/hewan air lainnya/tanaman air.

2.3 Hasil Tangkapan

Pengertian dari hasil tangkapan adalah jumlah dari spesies ikan maupun binatang air lainnya yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Hasiltangkapan jaring insang umumnya menangkap ikan pelagis, tetapi juga bisajuga menangkap ikan demersal, tergantung dengan cara mengatur panjang danpendeknya tali pelampung (Dinas Perikanan Indramayu, 2005). Jenis-jenis ikanyang tertangkap oleh jaring insang hanyut antara lain: tongkol (Auxiz thazard),tenggiri (Scomberomorus commersoni), cucut (Carcharinidae), layang (Decapterus sp) (Putra, 2007).

2.4 Daerah Penangkapan

Sesuai dengan jenis alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan yang berbeda-beda maka areal penangkapan dan radius penangkapan pun diantara nelayan pun berbeda-beda. Ada sebagian kapal ikan yang mencari ikan dilaut lepas seperti di Zona Ekonomi Eklusif (ZEE) dan ada yang hanya menangkap ikan diwilayah 12 Mil dan bahkan ada yang hanya dilakukan di perairan 4 mil. Perbedaan wilayah penangkapan ini tentu akan membedakan baik dalam jumlah hasil tangkapan maupun jenis ikan yang didekat pantai.

Jaring insang dioperasikan di permukaan, pertengahan, dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan

(12)

demersal. Jaring insang terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis tangkapan utamanya, antara lain jaring kembung, jaring kerapu, jaring kakap, jaring udang, dan lain-lain.

(13)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2014 di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh (Lampiran 9).

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Adapun objek dalam penelitian ini dikhususkan pada tingkat pendapatan nelayan yang menggunakan alat tangkap gill net di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratifield random sampling yaitu sampel yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen populasi oleh kelornpok-kelompok yang tidak over lapping (tumpang tindih) yang disebut strata dan kemudian memilih sampel secara random dan tidak proporsional dari tiap satuan.

Di dalam penelitian ini, pengambilan sampel (responden) dilakukan terha-dap nelayan yang memiliki alat tangkap jaring insang. Pengambilan sampel ini dimaksudkan untuk menganalisis tingkat pendapatan nelayan jaring insang di Kecamatan Meureubo. Adapun cara pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan jumlah populasi yang ada, yaitu nelayan yang menggunakan

alat tangkap gill net (nylon).

2. Populasi tersebut dibagi ke dalam lapisan (strata) berdasarkan status kepemilikan (pemilik dan buruh).

(14)

3. Sampel yang diambil sebanyak 10% responden dari nelayan pemilik dan nelayan buruh.Dari 365 nelayan di kecamatan meuruebo.

3.4. Metode Pengambilan Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan memberikan gambaran secara umum, sistematis, faktual dan aktual. Metode deskriptif ini yaitu metode kuantitatif. Pelaksanaan penelitian saat di lapangan adalah dengan teknik survey yang menekankan pada data historis biografi.

3.4.1. Data Primer

Data ini bersumber dari responden secara langsung dari lapangan berdasarkan dari wawancara responden. Untuk mempermudah pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi,

Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap mereka yang terkait dengan penelitian ini, disamping itu, melalui pengamatan ini diiharapkan bahwa realitas dan konteks penelitian akan dapat dipahami secara mendalam.

b. Wawancara mendalam (indepth Interview)

Wawancara dilakukan kepada informan yang ditemui di lokasi penelitian wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur. Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini dapat diungkap dari informan penelitian. Adapun langkah yang ditempuh untuk melakukan wawancara adalah:

(15)

a Melakukan pendekatan persuasif kepada para nelayan (kecil atau tingkat besar) yang telah direkomendasikan sebelumnya saat melakukan observasi lapangan.

b. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan kepada para informan secara terpisah.

c. Membangun suasana kekeluargaan dengan terlebih dahulu bercerita tentang karakteristik lokasi penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data sekunder, berupa hasil observasi, catatan lapangan, dan sumber bacaan yang terkait dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Langkah pelaksanaannya dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Mengumpulkan sejumlah buku sebagai sumber referensi yang terkait dengan kajian penelitian.

b. Mengumpulkan sejumlah artikel atau laporan hasil penelitian relevan dari berbagai sumber internet, situs dan blog.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, contohnya : dari kantor BPS Aceh Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat, dan buku yang berkaitan dengan Analisis dan Penangkapan.

3.5 Metode Analisa Data

Analisis data menurut Lexy J. Maleong (2007) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

(16)

seperti yang disarankan oleh data. Analisis data dapat berbentuk analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

Analisis tingkat pendapatan menggunakan formula sebagai berikut: a. Biaya tetap (Fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannnya tidak habis dalam satu masa produksi dan tetap dikeluarkan walaupun tidak berproduksi yaitu biaya penyusutan alat. Penyusutan alat terjadi karena pengaruh umur atau karena dipakao. Alat-alat seperti perahu, mesin alat tangkap, keranjang, lampu, tali jangkar, dan jangkar mengalami penyusutan. Salah satu cara untuk menghitung selisih antara nilai awal barang dengan nilai akhir barang dibagi lama pemakaian. Menurut Prawirokusumo dalam Nurdin (2006) bahwa nilai penyusutan alat dapat dihitung dengan cara nilai awal dibagi umur produktif.

b. Biaya variable (Variable cost)

Biaya variable adalah biaya yang habis dalam satu kali operasi penangkapan atau biaya yang dikeluarkan selama proses usaha berlangsung yaitu biaya bahan bakar, konsumsi, tenaga kerja. Biaya variabel selalu dikeluarkan sepanjang waktu produk selalu berubah tergantung kepada besar kecilnya rata-rata/tahun.

3.6 Pendapatan

Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992), mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sedangkan menurut Winardi (1992), pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi. Adapun rumus pendapatan adalah sebagai berikut:

(17)

TR = P.Q Keterangan : TR : Total Pendapatan P : Harga perkilogram Q : Jumlah perkilogram 3.7 Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah penerimaan terhadap total biaya (RCR) suatu indeks yang menyatakan besarnya laba / rugi yang diperoleh dari perbandingan penerimaan dengan total biaya dikeluarkan.

a. Return cost realisasi (RCR) b. Return of Investmen (RoI)

RoI =Laba Usaha

Total Biaya X 100 % … … . . (Kasmir dan Jakfar, 2003)

Bila, RoI < 1, maka usaha penangkapan ikan tidak layak diusahakan. RoI = 1, maka usaha penangkapan ikan layak untuk di usahakan.

RoI > 1, maka usaha penangkapan ikan sangat layak untuk di usahakan.

c. Break even point (BEP)

Break Even Point adalah kondisi dimana perusahaan tidak mengalami untung dan tidak mengalami kerugian. Jadi dapat dikatakan bahwa perusahaan yang mencapai titik break event point ialah prusahaan yang telah memiliki kesetaraan antara modal yang dikeluarkan untuk proses produksi dengan pendapatan produk yang dihasilkan.

1. BEP berdasarkan volume produksi Bep

Q =

biaya produksi

(18)

2. Bep berdasarkan produksi Bep p =biaya produksi

produksi (Tim penulis penebar swadaya, 2008) d. B/C ratio = Modal Penjualan

Modal Produksi

e. L = TR – TC

Ket : L = Laba / Rugi TR = Penerimaan Total

TC = Pengeluaran (Biaya Total)

Table 1 Metode Pengolahan Data

No Tujuan penulisan Analisis data Alat analisis

1 tangkapan nelayan quisioner

2 pendapatan Total pendapatan rumus

Keuntungan rumus

Return of investment rumus

b/c ratio rumus

Bep volume produksi rumus

Bep produksi rumus

Biaya tetap rumus

(19)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat 1.1.1 Letak geografis

Secara geografis Kabupaten Aceh Barat terletak pada 040 060-040-47’ LU dan 950 52’-960 300 BT. Wilayah Kabupaten Aceh Barat memiliki batas administrasi Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie di sebelah utara, dan sebelah timur Kabupaten Aceh Tengah dan sebelah barat Samudra Indonesia Kabupaten Nagan Raya di sebelah barat dan selatan (Bappeda Aceh Barat 2010).

Kecamatan Meureubo merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Barat yang ibu kota kecamatan nya Meureubo, dengan luas wilayah 112,87 Km2, persentase luas kecamatan dengan luas kabupaten 4.00 %, kecamatan Meureubo memiliki 2 mukim dengan jumlah desa/gampong sebanyak 26 desa/gampong. Kecamatan Meureubo berbatas wilayah antaralain :

- Sebelah Utara : Kecamatan Pante Ceureumen - Sebelah Selatan : Samudera Hindia

- Sebelah Barat : Kecamatan Johan Pahlawan

- Sebelah Timur : Kabupaten Nagan Raya (Kec. Kuala Pesisir)

4.2. Perikanan Tangkap 4.2.1. Armada Kapal

Armada kapal adalah kelompok kapal perikanan yang digunakan untuk menangkap ikan jenis pelagis, demersal dan ikan karang yang bermigrasi dan dioperasikan dalam satu kesatuan sistem operasi penangkapan atau dalam satu kesatuan manajemen usaha. Dimana satu kesatuan manajemen usaha itu terdiri

(20)

dari kapal penangkapan ikan, kapal pembantu penangkapan ikan, dan kapal pengangkut ikan.

Jenis-jenis kapal yang beroperasi di perairan Meureubo yang umunnya mengunakan kapal motor. Adapun jumlah armada kapal perikanan dikecamatan meureubo pada tahun 2013 sampai dengan bulan 4 yaitu 97 unit kapal.

4.2.2 Alat Tangkap Jaring Insang

Alat tangkap adalah sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan. Berbagai macam kepentingan yang dapat “hidup” dan berkembang karena adanya alat penangkap ikan yang diperankan oleh para nelayan di seluruh dunia adalah aspek ketenaga-kerjaan, aspek ekonomi, aspek perdagangan/komersial, aspek sosial dan organisasi, aspek pertahanan dan keamanan Negara, aspek kesehatan.

Jenis alat tangkapan secara umum yang digunakan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Meureubo ada beberapa jenis, diantaranya adalah gill net pancing

Alat tangkap gill net memiliki berbagai ukuran dan jenis jaring yang berbeda. Bentuk umum jaring yang digunakan oleh nelayan gill net di kecamatan meureubo kabupaten aceh barat mempunyai dimensi ukuran sebagai berikut :

 Panjang jaring berkisar 100 meter  Kedalaman jaring berkisar 10-15 meter

Material atau mesh size jaring gill net yang digunakan dipangkalan pendaratan ikan (PPI) adalah sebagai berikut :

 Wing 4,5 cm  Badan 4,5 cm  Perut 3 cm  Bantong 2,5 cm

(21)

 Ujung kantong 2 cm

a. Metode pengoperasian jaring insang

Sebelum operasi penangkapan dimulai, semua peralatan dan perbekalan yang diperlukan untuk menangkap ikan dengan menggunakan gill net harus dipersiapkan dengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkanantara pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut.Metode operasi penangkapan ikan dengan menggunakan gill net dibagi menjadi tiga tahap, yaitu setting , immersing , dan hauling (Sadhori, 1985).

1. Lama penebaran jaring ( setting )Bila kapal telah mencapai daerah penangkapan, kecepatan kapal diturunkandan segera bersiap untuk penebaran jaring.

a. Mula–mula posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya dari tempat penurunan jaring.

b. Setelah kedudukan atau posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring dapat diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan pelampung tanda ujung jaring atau lampu kemudian tali sel ambar depan, lalu jaring dan yang terakhir kali sela mbar pada ujung akhir jaring atau selambar belakang yang biasanya terus diikatkan pada kapal

(22)

c. Pada waktu penurunan jaring yang harus diperhatikan adalah arah aruslaut, karena kedudukan jaring paling baik adalah memotong arus antara 450- 900

2. Lama perendaman jaring (immersing ) jaring insang didiamkan terendam dalam perairan kira–kira selama 3 – 5 jam.

3. Lama penarikan jaring (hauling ) Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan selama ± 3 – 5 jam, jaring dapat dinaikkan ke atas kapal untuk diambil ikannya. Urutan penarikan jaring ini merupakan kebalikan dari urutan penebaran jaring, yaitu dimulai dari tali selambar belakang, jaring, tali selambar muka, dan terakhir pelampung tanda. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gill net umumnya dilakukan pada waktu malam hari (Sadhori, 1985).

Prinsip dalam pengoperasian jaring insang tidak memerlukan keahlian khusus. Adapun cara tertangkapnya pada jaring insang , karena ikan-ikan itu menumbukkan dirinya pada dinding rajutan jaring, atau oleh karena terbelit-belit tubuhnya oleh mata jaring (Mulyono, 1986). Ikan dengan ukuran tubuh lebih besar dari mata jaring dapat tertangkap pula oleh alat tangkap ini. Hal itu karena ikan-ikan tersebut tertangkap secara terbelit-belit oleh beberapa mata jaring. Sedangkan ikan yang besarnya sebanding dengan ukuran mata jaringnya, tertangkap dikarenakan tercekik di dekat Operculum (Ayodhyoa, 1981).

b. Unit Penangkapan Jaring insang

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan Dan Perikanan Aceh Barat (2013) unit penangkapan jaring insang di PPI Kecamatan Meureubo sangat efektif untuk penangkapan ikan-ikan domersal seperti kembung, layur, tembang-tembang. Hasil tangkapan yang didapatkan oleh nelayan jaring insang cenderung meninhgkat

(23)

dengan perkembangan (kemajuan) dari unit penangkapan tersebut. Unit penangkapan jaring insang beroperasi dengan mengunakan armada kapal berukuran 2,3,5 GT yang dapat menampung ABK sebanyak 3-5 orang diatas kapal.

Hasil tangkapa jaring insang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat sebanyak 144.530.800 ton. Data hasil jenis tangkapan, alat tangkap gill net adalah ikan-ikan pelagis yang selalu membentuk gerombolan.

Dari data tersebut terlihat bahwa jenis hasil tangkapan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel .2 Jumlah dan Jenis Tangkapan Jaring Insang Di PPI Meureubo April 2014

c. Biaya Operasional Per-Trip

Kapal gill net di kecamatan Meureubo membawa pembekalan untuk memenuhi kegiatan penangkapan ikan, baik untk kapal, mesin kapal, maupun nelayan biaya total operasional dalam satu trip dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No Jenis Ikan Nama Latin Ton/Kg

1 Layur Trichiurus lepturus 26944

2 Kembung Scomber sp 21122

3 Nangka Upeneus moiluccensi 2823

4 Tembang Sardinella f 4813

5 Selar kuning Caranx sp 5253

6 Cui Lutjanus sanguineus 5365

7 Ikan lainnya - 29168

(24)

Tabel 3. Biaya operasional per-trip pada kapal jaring insang

No Bahan Operasi/Pertrip Satuan Biaya (Rp) Jumlah

1 Solar 20 Liter 5.5000 110.000

2 Oli 1 Liter 20.000 20.000

3 Peralatan dapur - 150.000 150.000

4 Air bersih 20 Liter 1.000 20.000

5 Es batu 2 Batang 20.000 40.000

6 Ongkos bongkar - 30.000 30.000

Total 370.000

Sumber : data primer di PPI Ujong Drien Kecamatan Meureubo April 2014 4.2.3 Nelayan

Menurut undang-undang nelayan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang mata pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan. (Pasal 1 Angka 13 UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan).

Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Dalam perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum. Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor, mengangkut ikan dari perahu atau kapal motor, tidak dikategorikan sebagai nelayan (Departemen Kelautan dan Perikanan,2002).

Adapun jumlah nelayan meurut profesi tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Jumlah Nelayan Meureubo 2013 Jumlah

Nelayan

Serok Sungai ABK pawang Pawang Pemilik

Total

Meureubo 75 112 260 135 97 679

(25)

4.2.4. Daerah Penangkapan Ikan

Daerah yang sebenarnya ideal untuk pengoprasian gill net adalah perairan luas tak berkarang, yang merupakan tempat gerombolan ikan bermigrasi baik untuk makan atau untuk memijah kemudian Sebaiknya bukan daerah pelayaran, biasanya daerah penangkapan mengikuti keberadaan ikan dan perhitungan ekonomi kegiatan penangkapan ini. Kemudian di perhitungkan juga jarak, dan kekuatan kapal dalam melakukan proses penangkapan tersebut.

(26)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Tangkapan Jaring Insang 5.1.1. Jumlah Hasil Tangkapan

Berdasarkan hasil survey dilapangan selama satu bulan, bahwa jumlah ikan yang tertangkap dengan mengunakan alat tangkap jaring insang di PPI ujung drien april 2014. Dapat dilihat dengan bermacam jenis dan jumlah ikan diantaranya layur, kembung, tembang. Hasil tangkapan diperkirakan dalam satu bulan dengan 26 trip sebesar 95538 kg. dimana hasil tangkapan jaring insang paling besar pada ikan layur 26994 kg dan ikan-ikan campuran 29168 kg, adapun hasil yang paling rendah terdapat pada jenis ikan nangka 2823 kg. jumlah hasil tangkapan jaring insang april 2014 dapat dilihat pada lampiran 1.

5.1.2. Jenis Dan Ukuran Ikan

Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan respon di pangkalan ikan (PPI) Ujung Drien tahun 2014,bahwa jenis dan ukuran ikan terhadap hasil tangkapan gill net selama 26 trip dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 5. Jenis dan ukuran ikan

No Jenis ikan panjang/ cm Lebar/cm Trip/bulan Kg

1 Layur 25 - 30 5 - 6 26 26994 2 Kembung 12 - 15 5 - 6 26 21122 3 Nangka 9 - 12 3 - 4 26 2823 4 Tembang 8 - 10 2 - 4 26 4813 5 Selar 9 - 13 2 - 5 26 5253 6 Cui 8 - 10 2 - 5 26 5365 7 Ikan lain - - 26 29168

Sumber : data primer di PPI Ujong Drien Bulan April 2014

Menurut tabel diatas menunjukan bahwa jumlah dan jenis hasil tangkapan dengan mengunakan alat jaring insang di PPI Ujong Drien 2014 terdapat hasil

(27)

tangkapan bermacam jenis dan jumlah tangkapan diantaranya kembung, layur, tembang diperkirakan dalam 26 trip sebesar 95538 kg. dimana hasil tangkapan jaring insang paling banyak terdapat pada ikan layur 26994 kg yang berukuran 20 sampai 35 cm. dimana hasil tangkapan gill net pada satu bulan mendapatkan hasil dan nilai yang besar pada ikan layur dibandingkan dengan ikan yang lainnya, hal ini sebabkan karena pada akhir bulan musim barat diperairan Meureubo.

Hasil tangkapan pertrip jaring insang di PPI Ujong Drien berdasarkan pembagian antara jumlah hasil tangkapan dengan upaya penangkapan. Dimana hasil tangkapan gill net sebanyak 95538 kg.

5.2. Pendapatan Nelayan Jaring Insang

Berdasarkan hasil survey dilapangan selama satu bulan, bahwa pendapatan nelayan jaring insang di PPI Ujong Drien tahun 2014, dimana hasil tangkapan jaring insang dapat dilihat dengan bermacam jenis. Jumlah ikan dan harga ikan yang bervariasi diantaranya ikan kembung Rp 17.000/kg, ikan layur Rp 15.000 /kg, ikan nangka-nangka Rp 12.000/kg, cui Rp 13.000/kg, ikan tembang Rp 10.000/kg, ikan selar Rp 13.000 dan ikan lainnya Rp 10.000-13.000/kg, dari hasil 26 trip jumlah hasil tangkapan jaring insang april 2014 dapat dilihat pada lampiran 3.

5.3 Analisis Biaya (modal usaha) 5.3.1 Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannnya tidak habis dalam satu masa produksi dan tetap dikeluarkan walaupun tidak berproduksi yaitu biaya penyusutan alat. Secara umum ciri-ciri biaya tetap adalah sebagai berikut :

(28)

2. Menurunnya biaya tetap perunit dibandingkan pada kenaikan hasil produksi

3. Pendekatannya kepada suatu bagian seringkali bergantung pada pilihan dari manajemen atau cara penjatahan biaya

4. Pengawasan atas kejadiannya pada pokoknya bergantung pada manajemen pelaksana dan bukan pada pengawas kerja

5.3.2 Biaya Variabel

Biaya variable adalah biaya yang habis dalam satu kali operasi penangkapan atau biaya yang dikeluarkan selama proses usaha berlangsung yaitu biaya bahan bakar, konsumsi, tenaga kerja. Biaya variabel selalu dikeluarkan sepanjang waktu produksi selalu berubah tergantung kepada besar kecilnya rata-rata/tahun. biaya tetap dan biaya variable dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 6. Biaya Tetap dan Biaya Variabel (biaya produksi)

No Komponen Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Jumlah

1 Tenaga Kerja 16.844.000 14.045.750

2 Biaya Operasional 370.000 9.620.000

3 Biaya penyusutan 236.416,66 236.416,66

Total 23.902.166

Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2014

5.4 Pendapatan Usaha Nelayan

Tabel 7. Rata-Rata Nilai Produksi Nelayan jaring insang Di Daerah Penelitian Per-26 Trip Tahun 2014

No Uraian Per - Nelayan

1 Produksi 2649,47/ Kg

2 Harga Jual 10.000 – 17.000/Rp

3 Nilai Produksi 37.874.194,66/Rp

4 Biaya Produksi 23.902.166,66/Rp

5 Keuntungan 13.981.305.55/Rp

(29)

Tabel menjelaskan bahwa rata-rata pendapatan bersih per nelayan jaring insang Rp. 13.981.305,55. Perincian pendapatan nelayan tercantum pada lampiran 8.

5.4.1 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Perhitungan benefit cost ratio adalah memperhitungkan antara pendapatan total dengan biaya total yang dikeluarkan selama proses produksi ikan di daerah penelitian. Dalam perhitungan ini hanya memasukkan nilai produksi rata-rata nelayan sebesar Rp. 65.603.724,91 dan nilai biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi sebesar Rp. 23.902.166,66 Maka nilai B/C Ratio sebagai berikut :

B/C ratio = 65.603.724,91 23902166,66 = 2,74

Nilai B/C ratio 2,74 memberikan arti bahwa dengan modal Rp 1 menghasilkan pendapatan Rp. 2,74

Hal ini menunjukkan bahwa (B/C ratio > 1) artinya usaha jaring gillnet ikan layak diusahakan oleh nelayan.(noor,2007)

5.4.2 Break Event Point (Titik Pulang Pokok) Harga Produksi

Perhitungan Break Event Point (BEP) produksi menggambarkan harga terendah produksi ikan yang dihasilkan. Harga BEP produksi dapat dilihat sebagai berikut :

BEP (p) = 23.902.166,66 2649,47 = Rp. 9021

BEP (p) sebesar Rp 9021 menunjukkan bahwa masih berada sesuai harga pasar (Rp. 9021) berarti usaha ikan menguntungkan, bila hanya (Rp. 10.000) nelayan menguntungkan .(rahardi,2007)

(30)

5.4.3 Break Event Point (Titik Pulang Pokok) Volume Produksi

Perhitungan Break Event Point (BEP) atas dasar unit produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha nelayan agar tidak mengalami kerugian.

Volume produksi ini adalah membandingkan antara rata-rata biaya yang dikeluarkan dengan rata-rata harga produksi yang diperjual belikan.

Dapat dilakukan menggunakan rumus : BEP (Q) = 23.902.166,66

17.000 = 1406 Kg

Artinya pada produksi 1406 Kg usaha ikan tidak rugi dan laba karena angka produksi 1406 Kg berada dibawah angka produksi ikan ( 2649,47 Kg) maka usaha ikan nelayan menguntungkan.

5.4.4 Return Of Invesment (ROI)

Dalam perhitungan tingkat efisiensi penggunaan modal terhadap pengembaliannya, yaitu membandingkan antara keuntungan usaha nelayan di daerah penelitian dengan modal atau biaya yang dikeluarkan nelayan di daerah penelitian sebagai berikut :

Rol = 13.981.305,55 23.902.166,66 = 0,58 x 100 % Rol = 58

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan terhadap usaha nelayan, maka tingkat penggunaan modal terhadap pendapatan yang dihasilkan nelayan di Desa Meureubo, Ujong Drien menunjukkan tingkat produktifitas dari seluruh

(31)

biaya yang digunakan oleh nelayan sebesar 58 berarti usaha nelayan di Gampong Meureubo dan Ujong Drien layak dijalankan.

5.4.5. Laba Usaha

L = 37.874.196,66 – 23.902.166,66 L =3.972.030

(32)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : a. Tangkapan yang didapatkan oleh nelayan pada bulan april 2014 di

kecamatan Meureubo rata-rata ikan kembung 586.72 kg , ikan layur 794,83 kg, ikan tembang 133.69 kg, ikan selar 145,91 kg, ikan cui 149 kg, ikan nangka-nangka 78,41 kg, ikan campur-campur 810,22 kg. Dengan rata-rata seluruh tangkapan 2653,38 kg per orang nelayan selama 26 trip. b. Pendapatan bersih setiap nelayan dengan rata-rata nilai produksi Rp

37.874.194 dikurang biaya produksi Rp 23.902.166,66 maka pendapatan bersih per nelayan adalah 13.981.305 per orang nelayan.

6.2 Saran

a. Untuk memperbesar produksi dan harga yang terjadi ditingkat Kecamatan Meureubo diharapkan kepada nelayan dapat meningkatkan produksi ikan dan pendapatan nelayan di Kecamatan Meureubo.

b. Diharapkan Pemerintah Kecamatan setempat agar hendaknya berperan aktif dalam berhubungan lansung dengan nelayan serta dapat memberikan masukan-masukan terhadap peningkatan produksi ikan.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Boediono. 1992. Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2001. Dirjen Perikanan Tangkap. Jakarta.

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Letak Geografi Aceh Barat. Dinas Kelautan dan Perikanan. Aceh

Fyson Jhon, 1985. Design of Small Fishing Vessel. Food and Agriculture. Organization of United Nation (FAO).

Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Imron dan Masyuri. 2003. Kemiskinan dalam Masyarakat Nelayan dalam Jurnal Masyarakat dan Budaya. PMB-LIPI.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Martasuganda, S. 2002. Teknologi Penangkapan Jaring Insang. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Miranti. 2007. Perikanan Gill net di Pelabuhan Ratu. Instutit Pertanian Bogor. Bogor.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Monintja, D.R. 2002, Pemanfaatan Pesisir dan Lautan Untuk Kegiatan Perikanan Tangkap. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nazir. M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Noor Hendri Faisal. 2007. Ekonomi Manajerial. Raja Grafindo Persada. Jakarta Prawirokusumo, S. 2006. Ilmu Usaha Tani. BPFE, Yogyakarta.

Putra, R.M. 2012. Verifikasi Kapal Perikanan di Bawah 15 GT dan Hubungannya Dengan Pendapatan Nelayan di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Teuku Umar. Aceh Barat.

Rachman, M. 1999. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. LKPI. Semarang Press. Semarang.

(34)

Saleh, Irsyan Asyhari. 2007. Industri Kecil sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Bina Aksara. Jakarta.

Sastrawidjaya, dkk. 2002. Nelayan Nusantara. Pusat Riset Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Sparre, P and Venema, S.C. 1999. Introduksi Pengkajian Ikan Tropis. Buku I Manual. Jakarta.

Suadela. P. 2004, Analisis Tingkat Keramahan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Subani, W. dan Barus, H.R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang laut di Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Subri, Y. 2005. Analisis Pendapatan Nelayan di Kota Tanjumg Balai. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Winardi. 1992. Promosi dan Reklame. PT. Mandar Maju. Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Agar lebih jelasnya biaya tetap pada usaha penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap pancing ulur oleh nelayan Kelurahan Malalayang Satu Timur Kecamatan