• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA DAN TENT ANG KEGIA TAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NOTA KESEPAHAMAN ANTARA DAN TENT ANG KEGIA TAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN

ANTARA

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

DAN

PEMERINTAH REPUBLIK AFRIKA SELATAN

TENT ANG KEGIA TAN KERJASAMA DI

BIDANG PERTAHANAN

(2)

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Afrika Selatan, selanjutnya disebut "Para Pihak";

Berkeinginan meningkatkan atau mempererat saling percaya dan kerjasama dalam bidang pertahanan dan militer;

Menyadari hubungan baik yang terjalin antara kedua negara dan rakyat kedua negara;

Mengakui bahwa diperkuatnya kerjasama pertahanan akan bermanfaat bagi pertahanan nasional kedua negara, khsusnya Angkatan Bersenjata kedua negara;

Berdasarkan hukum dan peraturan yang berlaku di masing-masing negara;

Telah menyetujui sebagai berikut: PASALI PRINSIP UMUM

Para pihak memperkuat dan mengembangkan hubungan dan kerjasama yang bersahabat dibidang pertahanan berdasarkan prinsip saling menghormati kemerdekaan masing-masing pihak, penghormatan penuh terhadap kedaulatan dan integritas territorial masing-masing negara dan saling tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing, kesetaraan, dan hidup berdampingan sebagaimana telah ditetapkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan norma-norma hukum internasional lainnya yang diakui secara universal.

PASAL II

RUANG LINGKUP KERJA SAMA

Ruang lingkup kerja sama dari Nota Kessepahaman meliputi:

1. Pertukaran informasi mengenai masalah-masalah dan pembentukan pertahanan, termasuk organisasi, doktrin dan kebijakan.

2. Pertukaran para pejabat dalam rangka pendidikan, saling kunjung dan riset bersama berdasarkan prinsip timbal balik dan Nota Kesepahaman bersama.

3. Pertukaran data-data ilmiah dan teknologi, para ahli, teknisi, pelatih, dan bentuk kerjasama teknis lainnya berdasarkan prinsip timbal balik dan Nota Kesepahaman bersama.

(3)

4. Peningkatan kerja sama antara institusi-institusi dalam bidang industri dan teknalagi pertahanan kedua Negara untuk keuntungan dan kepentingan bersama Para Pihak, termasuk pertukaran teknalagi, bantuan teknik, pelatihan, penyediaan peralatan pertahanan dan produksi bersama.

PASAL Ill

PERATURAN PELAKSANAAN

Kementerian atau Departemen Pertahanan kedua Negara dapat membentuk peraturan-peraturan pelaksanaan tertentu terkait dengan aspek-aspek khusus kerjasama dalam kerangka Nata Kesepahaman ini.

PASAL IV KOMITE BERSAMA

1. Guna memanitar, mengatur dan mengimplementasikan Nata Kesepahaman ini, Para Pihak sepakat untuk membentuk suatu Kamite Bersama.

2. Kamite Bersama akan terdiri dari perwakilan dari masing-masing Pihak. Jumlah perwakilan dari masing-masing Pihak akan disepakati secara bersama aleh Para Pihak.

3. Kamite Bersama akan diketuai secara bersama aleh Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan para Pihak.

4. Tugas Kamite Bersama adalah sebagai berikut:

a. Memprakarsai dan merekamendasikan kegiatan-kegiatan kerja sama;

b. Mengarganisir dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disetujui, apabila diperlukan;

c. Mengkaardinasikan, memanitar dan mengantral kegiatan-kegiatan yang disetujui;

d. Menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam implementasi kegiatan-kegiatan kerja sama;

e. Menyerahkan laparan bersama pada setiap akhir pertemuan kepada Menteri Pertahanan masing-masing.

(4)

5. Komite Bersama dapat membentuk sub-komite untuk secara efektif

menangani proyek-proyek khusus yang merupakan kepentingan bersama.

6. Komite Bersama pada prinsipnya akan menyelenggarakan Dialog Pertahanan Afrika Selatan - Indonesia sekali dalam dua tahun, secara bergantian di masing-masing negara.

7. Tanggal, tempat, dan agenda Pertemuan Komite Bersama akan disepakati oleh Ketua Komite Bersama.

PASALV

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Sesuai dengan hukum masing-masing Negara, Para Pihak akan memberikan perlindungan dan distribusi yang efisien terhadap hak atas kekayaan intelektual, termasuk kepemilikan dan penggunaannya yang sah, yang dialihkan atau diciptakan berdasarkan Nota Kesepahaman ini. Masalah perlindungan dan distribusi hak atas kekayaan intelektual termasuk perlindungan hak yang sah pihak ketiga, dengan mempertimbangkan pembagian kepemilikan yang adil berdasarkan kontribusi dari masing-masing partisipan, akan diatur dalam Nota Kesepahaman yang disepakati oleh organisasi dari Para Pihak di bidang kerja sama yang lebih khusus.

PASALVI KERAHASIAAN

1. Para Pihak berkewajiban melindungi informasi rahasia yang dapat diperoleh dari kerangka Nota Kesepahaman ini sesuai dengan hukum dan peraturan Negara masing-masing.

2. lnformasi rahasia dan peralatan hanya dapat diberikan melalui jalur resmi atau jalur lain yang telah disetujui oleh para Ketua Bersama dari Komite Bersama. lnformasi dan peralatan tersebut akan diberi label yang menyatakan tingkat kerahasiaan dan Negara Asal sebagai berikut: INDONESIAN SANGAT RAHASIA RAH ASIA TERBAT AS/KONFIDENSIAL BIASA ENGLISH TOP SECRET SECRET CONFIDENTIAL UNCLASSIFIED

3. Seluruh informasi dan peralatan yang diterima dalam kerangka Nota Kesepahaman ini tidak boleh dipindahtangankan, diumumkan atau

(5)

disebarluaskan, secara langsung maupun tidak langsung, sementara ataupun bersifat tetap kepada pihak ketiga, baik perorangan ataupun badan tanpa ijin tertulis dari Pihak asal informasi.

PASAL VII PEMBIAYAAN

Nota Kesepahaman ini akan dilaksanakan sesuai dengan alokasi

anggaran masing-masing Pihak; alokasi anggaran masing-masing Pihak

akan ditentukan dalam peraturan pelaksanaan.

PASAL VIII

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Setiap permasalahan yang timbul dari penafsiran dan pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, akan disampaikan pada kesempatan pertama kepada Komite Bersama guna penyelesaian secara damai.

2. Dalam hal permasalahan tidak dapat diselesaikan berdasarkan Ayat 1, Para Ketua Komisi Bersama akan membawa permasalahan tersebut kepada Menteri Pertahanan masing-masing untuk penyelesaian secara damai.

3. Dalam hal permasalahan tidak dapat diselesaikan berdasarkan Ayat 2,

permasalahan tersebut akan diselesaikan oleh Para Pihak melalui

saluran diplomatik.

PASAL IX

PERUBAHAN

1. Nota Kesepahaman ini dapat ditinjau dan diubah setiap saat melalui kesepakatan bersama secara tertulis Para Pihak.

2. Perubahan tersebut akan berlaku pada tanggal yang disepakati bersama Para Pihak dan menjadi bagian dari Nota Kesepahaman ini. 3. Setiap perubahan tidak akan mempengaruhi hak-hak dan

kewajiban-kewajiban yang timbul atau berdasarkan Nota Kesepahaman ini atau Pengaturan lainnya yang dibuat berdasarkan Nota Kesepahaman ini sebelum atau sampai tanggal dimana perubahan tersebut mulai berlaku.

PASALX

PEMBERLAKUAN, KEABSAHAN DAN PENGAKHIRAN

1. Nota Kesepahaman ini mulai berlaku pada saat penerimaan

pemberitahuaan terakhir di mana Para Pihak saling memberitahukan

(6)

melalui saluran diplomatik, mengenai pemenuhan persyaratan hukum yang diperlukan untuk pemberlakuan Nota Kesepahaman ini.

2. Nota Kesepahaman ini akan berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan pada waktu berakhirnya dapat secara otomatis diperbarui untuk 5 (lima) tahun berikutnya, kecuali dihentikan oleh salah satu Pihak dengan memberikan pemberitahuan tertulis ke pada Pihak lainnya sekurang-kurangnya sembilan puluh (90) hari sebelum Pihak tersebut bermaksud mengakhiri Nota Kesepahaman ini.

3. Pengakhiran Nata Kesepahaman ini tidak akan mempengaruhi keabsahan dan jangka waktu dari kegiatan-kegiatan yang dibuat dafam kerangka Nota Kesepahaman ini.

SEBAGAI BUKTI, yang. bertandatangan di bawah ini, yang diberi kuasa oleh masing-masing Pemerintahnya, telah menandatangani Nata Kesepahaman ini dalam rangkap dua, dalam bahasa Indonesia, dan lnggris, semua naskah memiliki nilai otentik yang sama. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran, maka naskah bahasa lnggris yang berlaku.

Dibuat di

lswaoa-Signed

UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

pada tanggal

_!l__

bulan

Ma.ret

tahun 2008.

Signed

---... im.•-·---... ·---

·

----

,

--

,

...

UNTUK\ PavtERINT AH

(7)

REPUBLIK INDONESIA

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

BETWEEN

THE GOVERNMENT OF

THE REPUBLIC OF INDONESIA

AND

THE GOVERNMENT OF

THE REPUBLIC OF SOUTH AFRICA

ON

COOPERATIVE ACTIVITIES

' .

.

""'

(8)

The Government of the Republic of South Africa and the Government of

the Republic of Indonesia (hereinafter referred to in the plural as the

"Parties" and in the singular as a "Party");

DESIRING to enhance and strengthen mutual trust and cooperation in the defence and military fields;

ACKNOWLEDGING the existing friendly relations between the two

countries and their peoples;

RECOGNIZING that the strengthening of defence cooperation will be

beneficial to both Parties, particularly to both Armed Forces;

PURSUANT to the prevailing laws and regulations of the two countries,

HAVE AGREED as follows:

ARTICLE 1

GENERAL PRINCIPLES

The Parties shall strengthen and develop friendly relations and

cooperation in the defence field on the basis of the principles of mutual

respect for each other's independence, sovereignty and territorial integrity,

non-interference in each other's internal affairs, equality, mutual benefit

and peaceful co-existence as enshrined in the United Nations Charter and

other universally recognized norms of international law.

ARTICLE 2

SCOPE OF COOPERATION

The scope of cooperation of this Memorandum of Understanding shall

include:

1. Exchange of information on the defence establishment and matters, including organisational matters, principles and policy.

2. exchange of officers for training and mutual visits and joint research

based on the principle of reciprocity and mutual consent.

3. exchange of scientific and technological data, experts, technicians,

trainers, as well as other forms of technical cooperation based on

(9)

4. promotion of the cooperation between the defence technology and industry institutions of the countries for the mutual benefit and interest of the Parties, including the exchange of technology, technical assistance, training, provision of defence equipment and joint production.

ARTICLE 3

IMPLEMENTING ARRANGEMENTS

The Ministry and Department of Defence of both countries may conclude particular implementing arrangements pertaining to specific aspects of cooperation within the framework of this Memorandum of Understanding.

ARTICLE 4 JOINT COMMITTEE

1. In order to monitor, manage and implement the Memorandum of Understanding, the Parties agree to establish a Joint Committee. 2. The Joint Committee shall be composed of representatives from

each Party. The number of representatives from each Party will be mutually agreed upon by the Parties.

3. The Joint Committee shall be co-chaired by the Secretary of Defence of the Government of the Republic of South Africa and the Secretary-General of Defence of the Government of the Republic of Indonesia.

4. The tasks of the Joint Committee are as follows:

a. To recommend and initiate the cooperative activities; b. to organize and implement the approved activities;

c. to coordinate, monitor and control the approved activities; d. to resolve any problems arising out of the implementation of

the cooperative activities;

e. to submit at the conclusion of each meeting a joint report to their respective Defence Ministers.

5. The Joint Committee may establish sub-committees to effectively address specific projects of mutual interest.

(10)

6. The Joint Committee shall also in principle hold a RSA-Indonesia Defence and Security Dialogue once every two years, alternately in each country.

7. The date, venue and agenda of such Dialogue will be agreed upon by the Co-Chairpersons.

ARTICLE 5

INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS

In accordance with the legislation of their States, the Parties shall provide efficient protection and distribution of intellectual property rights, including its ownership and legal use, which are transferred or created in accordance with this Memorandum of Understanding. The issues of protection and distribution of intellectual property rights, including protection of a third party's legitimate rights, taking into full consideration the equitable portion of ownership based on the contribution of the respective participants, shall be regulated by specific agreements to be concluded by organizations of the Parties on specific areas of cooperation.

ARTICLE 6 CONFIDENTIALITY

1. The Parties shall protect the classified information to which they may have access to, within the framework of this Memorandum of Understanding, in accordance with the domestic laws and regulations in force in their countries.

2. Classified information and equipment exchanged pursuant to this Memorandum of Understanding shall only be provided through official channels agreed upon by the Co-Chairs of the Joint Committee. This information or equipment shall be labeled with the indication of their classification level and Country of Origin as follows: INDONESIAN SANGAT RAHASIA RAH ASIA TERBATAS/ KONFIDENSIAL BIASA ENGLISH TOP SECRET SECRET CONFIDENTIAL UNCLASSIFIED

3. All information or equipment received in the framework of this Memorandum of Understanding shall not be transferred, disclosed or released, either directly or indirectly, on a temporary or

(11)

permanent basis, to third parties, whether persons or entities, without the prior written consent of the originating Party.

ARTICLE 7 FUNDING

This Memorandum of Understanding shall be implemented in accordance with the budgetary allocation of each Party; and the budgetary allocations of each Party shall be defined in implementing arrangements to be concluded pursuant to this Memorandum of Understanding.

ARTICLE 8

SETTLEMENT OF DISPUTES

1. Any matter arising from this Memorandum of Understanding with

respect to its interpretation or implementation shall, in the first

instance, be submitted to the Joint Committee for amicable

settlement.

2. In the event that the matter is not settled under sub-Article 1, the Co-Chairs of the Joint Committee shall refer the matter to their respective Ministers of Defence for amicable settlement.

3. In the event that the matter is not settled under the procedures in sub-Article (2), it shall be settled by the Parties through consultations and negotiations through the diplomatic channel.

ARTICLE 9 AMENDMENTS

1. This Memorandum of Understanding can be amended at any time

by mutual written agreement of a Protocol to this Memorandum of Understanding between the Parties.

2. Such amendment will enter into force on such date as may be mutually agreed upon by the Parties and shall form part of this Memorandum of Understanding.

3. Any amendment shall not affect the rights and obligations arising from, or based on, this Memorandum of Understanding or any arrangement entered into under this Memorandum of Understanding before the date that such amendment enters into

force.

(12)

I !

I

ARTICLE 10

ENTRY INTO FORCE, DURATION AND TERMINATION

1. This Memorandum of Understanding shall enter into force on the

date of signature thereof.

2. This Memorandum of Understanding shall remain in force for a

period of five (5) years and upon the expiry thereof may

automatically be renewed for only another five (5) years unless it is

renounced by either Party by giving written notice to the other Party

at least ninety (90) days prior to its intention to terminate this

Memorandum of Understanding.

3. The termination of this Memorandum of Understanding shall not

affect the validity and duration of any activities concluded within the

framework of this Memorandum of Understanding.

IN WITNESS WHEREOF, the undersigned being duly authorised thereto

by their respective Governments, have signed and sealed this

Memorandum of Understanding in duplicate in two originals, in the

Indonesian and English languages, all texts being equally authentic. In

case of divergence of interpretation, the English text shall prevail.

Done at

lswao<Z

on this

_l

1-

__

day of More

h

2008.

Signed

FOR THE GOVERNMENT OF THE

REPUBLIC 01F INDONESIA

Signed

FOR THI; yERNMENT OF THE

...

~

..

··r=·---~---·~---

.

Referensi

Dokumen terkait

viii Penulis menyadari bahwa laporan dalam Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran dari semua

Selain itu, dibutuhkan juga beberapa perangkat keras (hardware) lainnya untuk mendukung dalam perakitan sistem pengontrol lampu menggunakan Raspberry Pi 3, dapat

Kunci sukses inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola Bottling Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman cepat saji dengan

Studi kasus ini bertujuan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas bayi baru lahir dan keluarga berencana pada Ny.S dengan

Hasil analisis varian terhadap perbedan kualitas layanan antar apotek yang diteliti menunjukkan secara keseluruhan baik antar group maupun dalam grup tidak ada per- bedaan yang

Staff / pejabat Perhutani yang akan melakukan perjalanan dinas akan menerima SPPD dari Kepala Biro atau wakil bersangkutan, setelah selesai menyetujui SPPD itu

Managerial hypotheses yang disampaikan oleh Griner dan Gordon (1995) berpendapat, manajer yang tidak memiliki saham pada perusahaan (insider ownership) akan

Pada karya sastra Sunda lama dan pertengahan, orang yang melanggar atau bertentangan dengan sistem nilai yang ada, akan terkena hukuman, bertaubat, atau mati –dimatikan. Pada