Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -ii
LAPORAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2016
PEMERI NTA
PROV
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -ii
LAPORAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2016
TAH KABUPATEN GROB
OVI NSI JAWA TENGAH
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -ii
LAPORAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2016
BOGAN
KATA PENGANTAR
Status lingkungan hidup merupakan salah satu jenis informasi yang wajib
diinformasikan kepada masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lingkungan hidup
merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, sehingga daerah
sesuai dengan kewenangannya menjadi sumber data utama dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) merupakan sarana publikasi
informasi pengelolaan lingkungan hidup di daerah dan masyarakat berhak untuk
mengetahuinya.
Buku Status Lingkungan Hidup Daerah ( SLHD ) Kabupaten Grobogan merupakan himpunan data dan informasi mengenai lingkungan hidup di Kabupaten Grobogan . SLHD menjadi bagian penting sebagai sarana penyediaan data dan informasi lingkungan hidup untuk menjadi acuan kebijakan dan perencanaan Pemerintah Kabupaten Grobogan dalam menentukan prioritas pembangunan sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup. Laporan SLHD kabupaten Grobogan ini meliputi pengumpulan dan pengolahan data, analisis data, kebijakan, dan penyajian informasi dengan model P-S-R (Pressure-State-Response).
Laporan SLHD ini sebagai salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Grobogan dalam memenuhi kewajiban untuk menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) dan sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik sehingga dapat menunjang pencapaian tata kelola pemerintahan yang baik sesuai semangat Reformasi Birokrasi
Mudah-mudahan upaya untuk mewujudkan informasi lingkungan yang baik, benar dan terus-menerus akan dapat menjadikan keberlanjutan lingkungan dalam menopang pembangunan.
Grobogan, Desember 2016 Bupati Grobogan,
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -iii DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Kata Pengantar Ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar Iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Profil Daerah 1
a Letak Geografis 1
b Luas Wilayah 2
c Kondisi Topografi 2
C Isu - isu Prioritas 3
D Alasan Pemilihan Isu Prioritas 5
E Keterkaitan Isu Prioritas Dengan Pressure State Response 74
F Peta Pendukung Status Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2016 75
G Pemanfaatan Buku SLHD 77
H Sistematika Laporan 77
BAB II KONDISI LINGKUNGAN DAN KECENDERUNGAN 79
A. Lahan dan Hutan 79
1. Lahan 85
2 Hutan 88
4 Luas Penutupan Lahan 112
5 Lahan Kritis 121
6 Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air 125
7 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering 126
8 Kerusakan Hutan 143
9 Pelepasan Kawasan Hutan Yang Dapat Dikonversi 146
B. Keanekaragaman Hayati 147
1 Flora dan Fauna Yang Dilindungi 147
C Air 165
1 Sungai 166
2 Embung dan Waduk 170
3 Kualitas Air Sungai 174
4 Kualitas Air Danau 179
5 Kualitas Air Sumur 187
D Udara 193
1 Kualitas Udara Ambien 193
E Iklim 198
1 Curah Hujan 198
2 Suhu Rata-rata Bulanan 204
3 Kualitas Air Hujan 204
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -v
1 Banjir 206
2 Kekeringan 209
3 Kebakaran Hutan 211
4 Tanah Longsor 215
BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN 217
A Kependudukan 217
1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 217
2 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan 219
3 Tingkat Pendidikan 223
4 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Mnurut Pendidikan 225
B Pemukiman 229
1 Rumah Tangga Miskin 230
2 Sumber Air Minum 234
3 Fasilitas Buang Air Besar 236
4 Timbulan Sampah 239
C Kesehatan 243
1 Jenis Penyakit 243
2 Limbah Padat, Cair serta Limbah Rumah Sakit 245
D Pertanian 247
1 Perkebunan 247
2 Persawahan Padi dan Palawija 256
4 Luas Lahan Sawah dan Frekuensi Penanaman 263
5 Peternakan 266
6 Unggas 269
E INDUSTRI 274
1 Jumlah dan Jenis Industri/Kegiatan Usaha 274
F PERTAMBANGAN 331
1 Luas Area dan Produksi Pertambangan 331
G ENERGI 338
1 Jumlah Kendaraan menurut Jenis dan Bahan Bakar 338
2 Konsumsi BBM untuk Sektor Industri 341
3 Konsumsi Bahan Bakar untuk Rumah Tangga 345
H TRANSPORTASI 351
1 Volume Limbah Padat Pada Sarana Transportasi 351
I PARIWISATA 352
1 Volume Limbah Padat Berdasarkan Obyek Wisata 352
2 Volume Limbah Padat Berdasarkan Hotel/Penginapan 354
J Limbah B3 358
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -vii BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
A. Rehabilitasi Lingkungan 359
1 Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi 360
2 Kegiatan Fisik Lainnya 367
B AMDAL 384
1 Dokumen Ijin Lingkungan 384
2 Pengawasan Ijin Lingkungan 390
C Penegakan Hukum 435
Pengawasan Kegiatan Usaha/Industri
Pengaduan Masyarakat
436
D Peran Serta Masyarakat 438
1 Jumlah LSM Bidang Lingkungan Hidup 439
2 Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup 440
3 Kegiatan Sosialisasi Lingkungan Hidup 441
E Kelembagaan 443
1 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup 443
2 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup 465
3
Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup menurut
Tingkat Pendidikan 470
4
Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan dan Staf yang telah
mengikuti Diklat 473
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Taman Hijau Kota Purwodadi……… 8
2. Taman Hijau Kota Purwodadi... 8
3. Site Plan Administratif Lokasi Penambahan RTH Kota Purwodadi………….10 4. Lokasi Penambahan RTH dilihat denganfoto udara Google Earth………….. 10 5. Site Plan Taman Kota Purwodadi………. 11 6. Aksi Hijau Kota Purwodadi Tahun 2016……… 12 7. Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Bahan Pangan 21
8. Presentase Kelas Daya Dukung LH Penyedia Bahan Pangan 22
9. Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Bahan Air Bersih 24
10. Presentase Kelas Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Air Bersih 25
11. Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Serat 26
12. Presentase Kelas Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Serat 27
13. Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Bahan Bakar 28
14. Presentase Kelas Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Bahan Bakar 29
15. Peta Daya Dukung Penyedia Sumber Daya Genetik 30
16. Presentase Kelas Daya Dukung Penyedia Sumber Daya Genetik 31
17. Peta Daya Dukung Fungsi Tempat Tinggal dan Ruang Hidup 32
18. Presentase Kelas Daya Dukung Fungsi Tempat Tinggal dan Ruang Hidup 33
19. Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Fungsi Rekreasi dan Ekowisata 34
20. Persentase Daya Dukung Lingkungan Hidup Fungsi Rekreasi dan Ekowisata 35
21. Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Fungsi Estetika 36
22. Presentase Kelas Daya Dukung Lingkungan Hidup Fungsi Estetika Alam 37
23. Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengaturan Iklim 38
24. Presentase Kelas Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengaturan Iklim 39
25. Peta Daya Tampung Pengaturan Tata Air dan Pengendali Banjir 40
26. Presentase Kelas Daya Tampung Pengaturan Tata Air dan Pengendali Banjir 41
27. Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -ix
28. Presentase Kelas Daya Tampung Lingkungan Hidup Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana 43
29. Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pemurnian Air 44
30. Presentase Kelas Daya Tampung Lingkungan Hidup Pemurnian Air 45
31. Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengolahan dan Penguraian Limbah 46
32. Presentase Kelas Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengolahan dan Penguraian
Limbah 47
33. Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pemeliharaan Kualitas Udara 48
34.Presentase Kelas Daya Tampung Lingkungan Hidup Pemeliharaan Kualitas Udara 49
35.Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengaturan Penyerbukan Alami 50
36. Presentase Kelas Daya Tampung Pengaturan Penyerbukan Alami 51
37. Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengendalian Hama dan Penyakit 52
38. Presentase Kelas Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengendalian Hama dan
Penyakit 53
39. Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Pembentukan Lapisan
Tanah & Pemeliharaan Kesuburan 54
40. Presentase Kelas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Pendukung
Pembentukan Lapisan Tanah & Pemeliharaan Kesuburan 55
41.Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Pendukung Siklus hara (nutrient) 56
42.Presentase Kelas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Pendukung Siklus
Hara (nutrient) 57
43.Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Pendukung Produksi Primer 58
44. Presentase Kelas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan HidupPendukung
Produksi Prmer 59
45. Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Pendukung Biodiversitas 60
46. Presentase Kelas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Pendukung
Biodiversitas 61
47.Persebaran Ketebalan Solum Hasil Pengujian 136
48.Persebaran Kebatuan Permukaan. 136
49.Persebaran Komposisi Fraksi Koloid 137
50.Komposisi Fraksi Pasir Kuarsatik 137
51.Persebaran Berat Isi 138
52.Persebaran Porositas Total 139
54.Uji Ph Tanah 140
55.Uji Daya Hantar Listrik 140
56.Uji Redoks Lahan 141
57.Persebaran Jumlah Mikroba 142
58. Kelimpahan Jenis Burung per Wilayah Kecamatan 159
59. Kelimpahan Jumlah Reptil per Wilayah Kecamatan 159
60. Kelimpahan Jumlah Serangga per Wilayah Kecamatan 160
61. Kelimpahan Jumlah Pisces per WilayahKecamatan 161
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -xi DAFTAR LAMPIRAN PETA
Halaman
1. Peta Penggunaan Lahan Kab Grobogan……….. 486
2. Peta Administratif Kabupaten Grobogan……… 487
3. Peta Cekungan Air Tanah Kabupaten Grobogan………. 488
4. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Grobogan……….489
5. Peta Kawasan Rawan Longsor Kabupaten Grobogan………..490
6. Peta Kawasan Rawan Banjir dan Kekeringan Kabupaten Grobogan…………491
7. Peta Curah Hujan Kabupaten Grobogan………492
8. Peta Jaringan Sumber Daya Air……….493
9. Peta Potensi Sumber Daya Air di Kabupaten Grobogan Tahun 2015……….. 494
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi
kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan
hutan dan kawasan lindung, air, udara, perubahan iklim serta cuaca. Eksplorasi
sumber daya alam yang dilakukan akan memberikan tekanan tersendiri bagi alam. Hal
ini berdampak pada penurunan tingkat kesehatan manusia dan keberlanjutan
lingkungan hidup. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 telah mengamanatkan
kepada pemerintah, swasta dan masyarakat agar lebih memperhatikan aspek
pengelolaan dan perlindungan lingkungan. Peningkatan aspek tersebut ditunjukkan
dengan lebih memperketat peraturan dan perizinan mengenai Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), Ijin Lingkungan, Pengawasan Lingkungan dan
Penilaian kondisi lingkungan. Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD).
LaporanSLHD menjadi perangkat penting bagi pemerintah dalam mengevaluasi
kondisi lingkungan serta menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
yang menyangkut perencanaan pembangunan suatu daerah.
B. Profil Daerah
a. Letak Geografis
Dilihat dari Peta Provinsi Jawa Tengah,Kabupaten Grobogan terletak diantara dua
Pegunungan Kendeng yang membujur dari arah barat ke timur,berada dibagian timur
dan berbatasan dengan :
- Sebelah Barat : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Demak
- Sebelah Utara : Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Pati
- Sebelah Timur : Kabupaten Blora
- Sebelah Selatan : Kabupaten .Ngawi ( Jawa Timur ), Kabupaten Sragen
Ditinjau secara letak geografis,wilayah Kabupaten Grobogan terletak diantara 110
15 BT - 111 25 BT dan 7 LS–7 30 LS. b. Luas Wilayah
Secara administratif Kabupaten Grobogan terdiri dari 19 ( sembilan belas)
Kecamatan dan 280 Desa/Kelurahan dengan ibu kota berada di Purwodadi.
Berdasarkan hasil Evaluasi Penggunaan Tanah ( EPT ) tahun 1983 Kabupaten
Grobogan mempunyai luas 1.975.86 Km dan merupakan kabupaten terluas nomor 2
di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap.Jarak dari utara ke selatan 37 Km dan jarak dari barat ke timur 83 Km.
Jarak Ibu kota Kabupaten Grobogan ke beberapa kota sekitarnya adalah sebagai
berikut :
- Purwodadi ke Semarang : 64 Km
- Purwodadi ke Demak : 39 Km
- Purwodadi ke Kudus : 45 Km
- Purwodadi ke Pati : 45 Km
- Purwodadi ke Blora : 64 Km
- Purwodadi ke Sragen : 64 Km
- Purwodadi ke Surakarta : 64 Km
c. Kondisi Topografis
Kabupaten Grobogan yang memiliki relief daerah pegunungan kapur dan perbukitan
serta dataran di bagian tengahnya, secara topografi terbagi kedalam 3 kelompok yaitu :
1) Daerah dataran rendah berada pada ketinggian sampai 50 meter di atas
permukaan air laut dengan kelerangan 0º – 8º meliputi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Gubug,Tegowanu,Godong,Purwodadi,Grobogan sebelah selatan dan
Wirosari sebelah selatan.
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -3
3) Daerah dataran tinggi berada pada ketinggian 100–500 meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 15 meliputi wilayah kecamatan yang berada di
sebelah selatan dari wilayah Kabupaten Grobogan.
Berdasarkan letak geografi dan reliefnya,Kabupaten Grobogan merupakan
Kabupaten yang tiang penyangga perekonomiannya berada pada sektor pertanian dan
merupakan daerah yang cenderung cukup sulit mendapatkan air bersih
C. Isu-Isu Prioritas
Rencana strategis Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan ini disusun untuk
jangka waktu 2011–2016. Dengan demikian kondisi akhir perencanaan adalah tahun 2016, yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan memiliki
visi :
“Terwujudnya Kabupaten Grobogan Sebagai Daerah Industri dan Perdagangan Berbasis Pertanian yang Berwawasan Lingkungan”
Misi :
1. Melaksanakan tata kelola pemerintahan, koordinasi dan kemitraan yang baik
untuk mengembangkan kapasitas kelembagaan sehingga terwujud integrasi,
sinkronisasi, antara ekonomi dan ekologi dalam pembangunan Grobogan
berkelanjutan;
2. Mewujudkan kebijakan, pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran
sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi
lingkungan hidup untuk mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan;
3. Mewujudkan pengembangan teknologi informasi dan data SDA dan lingkungan
Gambar 1. : Isu Prioritas dalam Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kabupaten Grobogan Tahun 2016
RESPON ALASAN PEMILIHAN ISU
1. Penghijauan dan Rehabilitasi Lahan
2. Penambahan luas hutan rakyat 5728.9 Ha
selama tahun 2016
3. Pemberdayaan masyarakat di KBAK dan
kawasan hutan
1. Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Sukolilo seluas 112,20 km2
2. Luas hutanhutan negara sebesar 70.152,9 Ha dan hutan rakyat sebesar 18.760.14 Ha dari keseluruhan luas wilayah Kab. Grobogan
ISU PRIORITAS
Konservasi kawasan bentang alam karst dan hutan
Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) kawasan perkotaan
Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan 269,07 Ha atau baru mencapai
12,34 % dari luas RTH yang ditargetkan dalam RTRW Kabupaten Grobogan 1. P2KH dan pembentukan FKH
2.Penambahan Taman dan Hutan Kota
Perencanaan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang terpadu dan komprehensif
3. Penjabaran Visi Misi Kepala Daerah terpilih dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Grobogan Tahun 2016-2021
4. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim dan Perubahan Tata Ruang 5. Perlunya peraturan pelaksanaan hingga tingkat desa
1. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
2.Penyusunan Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup 3.Penyusunan Perdes Lingkungan
Perbaikan Infrastruktur Fisik dan Non Fisik terkait Lingkungan Hidup
1. Perlunya peningkatan kelembagaan dan kapasitas masyarakat 2. Perlunya peningkatan dan revitalisasi sarana prasarana terkait
lingkungan hidup
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -5
Berdasarkan visi dan misi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan maka ada
beberapa isu prioritas yang dibahas dalam Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Tahun 2016 antara lain :
1. Konservasi Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) dan hutan
2. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan
3. Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang terpadu dan komprehensif
4. Perbaikan Infrastruktur Fisik dan Non Fisik terkait pengelolaan lingkungan
hidup
D. Alasan Pemilihan Isu Prioritas
1. Konservasi Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) dan Hutan a) Kabupaten Grobogan memiliki kawasan bentang alam karst (KBAK)
Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Republik Indonesia telah menetapkan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK)
Sukolilo sebagai kawasan lindung melalui Kepmen ESDM Nomor
2641/K/40/MEM/2014.
Secara keseluruhan Kabupaten Grobogan memiliki luas bentang karst yang
ditetapkan sebesar 112,20 km2 meliputi 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan
Klambu, Brati, Grobogan, Wirosari, Tawangharjo, Ngaringan
Kawasan Bentang Alam Karst terdiri atas eksokarst dan endokarst. Eksokarst terdiri
atas bukit kerucut, membulat, menara atau bentukan lain, Dolina, Telaga dan
Mata Air Permanen. Endokarst terdiri atas gua berair yang disertai dengan adanya
speleoterm yang terhubung dengan sungai bawah tanah.
Bentuk eksokarst dan endokarst tertentu memiliki kriteria terukursebagai
berikut:
a. Memiliki fungsi ilmiah sebagi obyek penelitian dan penyelidikan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan
b. Memiliki fungsi sebagai daerah imbuhan air tanah yang mampu menjadi
media meresapkan air permukaan ke dalam tanah
dalam bentuk akuifer yang keberadaanya mencukupi fungsi hidrologi
d. Memiliki mataair permanen
e. Memiliki gua yang membentuk sungai atau jaringan sungai bawah tanah
Kawasan karst ini berperan penting dalam menjaga kelangsungan mata air, sungai
bawah tanah maupun keanekaragaman hayati .Perkembangan pengetahuan tentang karst
ternyata mengungkapkan bahwa karst justru merupakan akuifer air yang baik,
berpengaruh langsung bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Konsep
epikarst yang dilontarkan oleh ahli hidrologi karst Mangin (1973) menyebutkan bahwa
lapisan batugamping yang ada di dekat permukaan karst memiliki kemampuan
menyimpan air dalam kurun waktu yang lama.Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Alexander Klimchouk (1979, 1981) bahwa zona di dekat permukaan karst merupakan
zona utama pengisi sistem (hidrologi) karst melalui proses infiltrasi diffusedan aliran
celah ( fissure flow). Daritipe aliran air pada celah vertikal, Chernyshev (1983)
kemudian memperkirakan bahwa zona epikarst ini terletak pada kedalaman 30 – 50 meter di bawah permukaan karst dengan ketebalan bervariasi, biasanya 10 -15 meter dari
permukaan (Klimchouk, 2003).Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut menjadi jelas
bahwa kawasan karst memiliki fungsi yang jauh lebih penting daripada hanya sekedar
gundukan bahan galian C, yaitu sebagai akuifer air alami yang berperan penting terhadap
suplai hidrologi bagi daerah sekitarnya.
b) Kabupaten Grobogan memiliki hutan yang cukup luas
Dengan luasan hutan negara sebesar 70.152,90 Ha dan hutan rakyat sebesar 4.420
Ha dari keseluruhan luas wilayah Kab. Grobogan sebesar 197.586 Ha menunjukkan
bahwa kawasan hutan cukup mendominasi area penggunaan tanah di wilayah
ini.Secara keruangan hutan negara yang paling luas terdapat di Kecamatan
Geyer 13.569.74 Ha, sedangkan untuk Kecamatan Purwodadi, Godong dan
Tegowanu tidak mempunyai hutan negara. Hutan rakyat mempunyai luas 18.760,14
Ha yang tersebar di 19 kecamatan sedangkan yang paling luas terdapat di
Kecamatan Karangrayung seluas 1886,02 Ha. Secara keseluruhan Pemerintah
Kabupaten Grobogan berhasilmeningkatkan luas hutan rakyat sebesar 5728.98
Ha dari luas tahun 2012 13.031,16 Ha menjadi 18.760,14 Ha atau secara
persentase meningkat dari 6,6 % menjadi 9,49 % dari luas wilayah keseluruhan
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -7
c) Kabupaten Grobogan memiliki kawasan lindung dan kawasan rawan bencana yang
cukup luas.Berdasarkan identifikasi dan pemetaan kawasan lindu.ng dan kawasan
rawan bencana maka ditemukan bahwa Kabupaten Grobogan memiliki zonasi
budidaya sebesar 235.128 Ha serta kawasan lindung 303.366,58 Ha dengan perincian
sebagai berikut :
Kawasan perlindungan terhadap Resapan Air : 66.700 Ha
Kawasan perlindungan setempat : 9.404 Ha
Kawasan suaka dan pelestarian alam : 234 Ha
Kawasan rawan bencana 132.780 Ha
Kawasan lindung geologi 1.028,66 Ha
Kawasan Bentang Alam Karst Sukolilo 11.220 Ha
2 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan
Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu parameter penting dalam pembangunan kawasan
perkotaan yang berkelanjutan. Berikut ini adalah luas dari ruang Terbuka Hijau
Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan dilakukan secara bertahap.
Pada tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Grobogan telah menata kawasan hutan kota serta
membangun Taman Keanekaragaman Hayati sebagai pusat rekreasi kota sekaligus upaya
melestarikan tanaman lokal serta spesies tanaman langka yang ditemukan di Kabupaten
Grobogan
a. Ibukota Kabupaten
Total (Publik & Privat) : 433 Ha atau 19,84 % dari luas wilayah ibukota kabupaten
RTH Publik : 269,07 Ha atau 12,34 %
RTH Privat : 164 Ha atau 7,50 %
b. Kawasan Perkotaan Strategis
Total (Publik & Privat) : 433 Ha atau 19,84 % dari luas wilayah kawasan perkotaan strategis
RTH Publik : 269,07 Ha atau 12,34 %
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -9 Gambar 2: Taman Hijau Kota Purwodadi
Penambahan Ruang Terbuka Hijau direncanakan berada di pusat perkotaan kawasan simpang
lima Kota Purwodadi dengan alasan
a) Berada di sekitar kawasan Simpang Lima yang diharapkan menjadi satu kesatuan
ruang publik yang mudah diakses oleh masyarakat
b) Kawasan Simpang Lima merupakan kawasan yang menjadi pintu akses masuk dan
keluar Kota Purwodadi (ke selatan arah Solo, ke barat arah Semarang)
c) Luas total RTH yang direncanakan dan sudah dibuat master plan nya di Tahun 2013
sebesar 3,60 ha, yang terbagi atas 4 zona meliputi :
Zona permainan dan taman pendidikan kota : ± 0,70 ha
Zona kuliner, rekreasi dan sport centre : ± 0,61 ha
Zona taman langka (keanekaragaman hayati) : ± 1,93 ha
Gambar 3: Site Plan Administratif Lokasi Penambahan RTH Kota Purwodadi
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -11 Gambar 5 : Site Plan Taman K
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -11
n Kota Purwodadi
Selain menyusun masterplan dan DED Taman Keanekaragaman Hayati, BLH Kabupaten
Grobogan bersama dengan Bappeda Kabupaten Grobogan juga melaksanakan kegiatan
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang didanai oleh hibah Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU Pera). Pelaksanaan kegiatan P2KH ini berupa :
1. Penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau Tahun 2014-2018
2. Penambahan fisik Taman Kota Hijau seluas 3 Ha yang dibangun pada tahun 2016
3. Pembentukan Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Purwodadi yang bertujuan
menggerakkan antusiasme masyarakat untuk merawat lingkungannya
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -13
3. Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Terpadu dan Komprehensif a) Penjabaran Visi Misi Kepala Daerah terpilih dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Grobogan Tahun 2016-2021 Pasca pelantikan Kepala Daerah terpilih Kabupaten Grobogan pada tanggal 21
Maret 2015, Pemerintah Kabupaten Grobogan segera menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2016-2021.
Penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Tahun 2016-2021 wajib dilengkapi dengan penyusunan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai analisis dan rekomendasi teknis
terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh rencana pembangunan dan
pengembangan wilayah seperti yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten
Grobogan. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan telah berhasil
menyelesaikan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis sebagai pelengkap
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun
2016-2021. Penyusunan dokumen KLHS dilakukan mulai bulan Maret hingga
Agustus 2016.
Berikut ini adalah tinjauan singkat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Kabupaten Grobogan
Isu Strategis RPJMD Kabupaten Grobogan 2016 - 2021
Isu strategis KLHS RPJMD berupa isu Kemiskinan dan Pengangguran, Pelayanan
Dasar dan Infrasruktur, Kelembagaan dan Tata Kelola, Konflik dan Kesenjangan
Sosial, serta Kerentanan dan Pelestarian Sosial Budaya, sudah masuk dalam
substansi yang disebutkan sebagai isu strategis RPJMD, namun Isu Penurunan dan
Kerusakan Kualitas Lingkungan, dan Alih Fungsi Lahan belum masuk dalam
substansi yang disebutkan sebagai isu strategis RPJMD.
Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Grobogan 2016 - 2021
Berdasarkan kajian konsistensi Rumusan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi
dan Arah Kebijakan, Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
Prinsip Keterkaitan, Keseimbangan, dan Keadilan, maka diusulkan untuk
menambahkan beberapa hal, yaitu :
• Catatan perbaikan terhadap Visi :
Visi Kabupaten Grobogan yaitu “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten
Grobogan yang Sejahtera Secara Utuh dan Menyeluruh” belum secara langsung
maupun dalam penjelasan visi menyebutkan secara spesifik mengenai aspek
lingkungan hidup. Catatan perbaikan, pada penjelasan dari SECARA UTUH dapat
diartikan sebagai juga sebagai keutuhan kelestarian lingkungan alam atau
MENYELURUH diartikan sebagai keseluruhan baik aspek sosial/budaluruhan baik
aspek sosial/budaya, ekonomi, dan lingkungan.
• Catatan perbaikan untuk Misi :
Misi sudah memperhatikan pembangunan berkelanjutan tetapi perlu dipertegas
berdasarkan prinsip keseimbangan dan keadilan khususnya pada aspek lingkungan
yang dapat berimplikasi pada tidak terjaminnya keadilan antarkelompok dan
antargenerasi. Penjabaran Misi ke-3 mengenai pelaksanaan Pengembangan
ekonomi kerakyatan bidang UMKM, industri, perdagangan, koperasi dan
pariwisata dapat dilakukan dengan berwawasan lingkungan. Penjabaran Misi ke-6
Penambahan usaha dan tindakan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan
dalam rangka mewujudkan iklim investasi yang kondusif dan peningatan
penyerapan tenaga kerja
Strategi dan Arah Kebijakan Daerah
Berdasarkan kajian mengenai Prinsip Keterkaitan, Keseimbangan, dan Keadilan,
Arah Kebijakan Pembangunan pada misi 1 hingga 9 sudah memperhatikan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, namun ada beberapa catatan agar diperhatikan
pada program, yaitu :
Program Prioritas
( 9 program–2 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Pembangunan Infrastruktur dilakukan secara merata dan proporsional di
seluruh wilayah daerah atau difokuskan pada lokasi yang relatif tertinggal,
dengan tetap memperhatikan aset dan nilai-nilai budaya lokal, tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan denan menggunakan bahan, material,
dan alat/teknologi yang ramah lingkungan dan penyediaan jalur hijau maupun
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -15
memperhatikan KDB (Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH
(Koefisien dasar Hijau) minimal, serta meningkatkan fungsi sebaran vegetasi
dan peneduh. dan menghindari pembangunan pada lahan produktif, kawasan
lindung, dan kawasan rawan bencana.
3. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian baru di pedesaan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan dengan menggunakan bahan, material,
dan alat/teknologi yang ramah lingkungan dan penyediaan ruang terbuka hijau
lainnya, memaksimalkan lahan yang ada dengan tetap memperhatikan KDB
(Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH (Koefisien dasar Hijau)
minimal, serta meningkatkan fungsi sebaran vegetasi dan peneduh. dan
menghindari pembangunan pada lahan produktif, kawasan lindung, dan
kawasan rawan bencana.
Misi 1 “Membangun dan meningkatkan infrastruktur jalan’-jembatan, perhubungan, perumahan-pemukiman, dan sumberdaya air”
( 6 program–4 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Peningkatan rehabilitasi / pemeliharaan jalan tetap memperhatikan kondisi
pelengkap dan perlengakapan jalan tertutama peningkatan dan penyediaan
drainase, dan dapat menambah kantung/celukan parkir, memaksimalkan lahan
yang ada, serta meningkatkan fungsi sebaran vegetasi dan peneduh, dan
menghindari pembangunan pada lahan produktif, kawasan lindung, dan
kawasan rawan bencana. Menyiapkan lahan pertanian produktif pengganti.
2. Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan dan jembatan dilakukan dilakukan secara
merata diseluruh wilayah dengan tetap memperhatikan kondisi pelengkap dan
perlengakapan jalan tertutama peningkatan dan penyediaan drainase, dan
dapat menambah kantung/celukan parkir.
5. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ dilakukan secara
proporsional diseluruh wilayah atau difokuskan pada lokasi yang memiliki
pergerakan (LLAJ) yang tinggi.
6. Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan dilakukan secara
proporsional atau difokuskan pada lokasi yang memiliki akses terbatas,
disertai monitoring terkait emisi gas buang (uji emisi secara rutin) dan dapat
yang ada dengan tetap memperhatikan KDB (Koefisien dasar Bangunan)
maksimal dan KDH (Koefisien dasar Hijau) minimal, serta meningkatkan
fungsi sebaran vegetasi dan peneduh, dan menghindari pembangunan pada
lahan produktif, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana.
Misi 2 “Meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan”
( 5 program–2 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan dilakukan
meningkatkan pemberdayaan dan perlindungan petani serta penguatan
kelembagan petani, tetap menjaga dan mempertahankan nilai budaya dan
kebiasaan dalam bertani berbasis kearifan lokal, serta menggunakan teknologi
yang ramah lingkungan.
2. Dalam peningkatan produksi pertanian/perkebunan, agar melibatkan seluruh
stakeholders serta melakakuan penguatan terhadap kelembagaan pertanian,
tetap menjaga dan mempertahankan nilai budaya dan kebiasaan dalam bertani
berbasis kearifan lokal, penguatan kelembagaan petani, dan menggunakan
pupuk berimbang spesifik lokasi dan penggunaan pestisida yang
memperhatikan ambang pengendalian, meningkatkan pemakain pupuk dan
pestisida organik, dan diversivikasi komoditas yang ditanam.
Misi 3 “Pengembangan ekonomi kerakyatan bidang UMKM, industri, perdagangan, koperasi dan pariwisata”
( 9 program–4 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah dilakukan secara merata dengan
pengikutsertaan masyarakat dalam penyusunan kebijakan serta pemberdayaan
masyarakat di sekitar lokasi industri, pemanfaatan SDA agar dibatasi dan
penetapan lokasi dilakukan dengan kajian yang dilandasi peraturan yang tegas
serta menyediakan sistem pengolahan limbah yang baik, memaksimalkan
lahan yang ada dengan tetap memperhatikan KDB (Koefisien dasar
Bangunan) maksimal dan KDH (Koefisien dasar Hijau) minimal, serta
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -17
Dukung dan Daya Tampung Lingkungan dan Menghindari pembangunan pada
lahan produktif, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana
2. Pengembangan sentra-sentra industri potensial dilakukan secara merata dengan
pengikutsertaan masyarakat dalam penyusunan kebijakan serta pemberdayaan
masyarakat di sekitar lokasi industri, pemanfaatan SDA agar dibatasi dan
pentapan lokasi dengan kajian yang dilandasi peraturan yang tegas serta
menyediakan sistem pengolahan limbah yang baik, memperhatikan Daya Dukung
dan Daya Tampung Lingkungan dan memaksimalkan lahan yang ada dengan
tetap memperhatikan KDB (Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH
(Koefisien dasar Hijau) minimal, serta meningkatkan fungsi sebaran vegetasi dan
peneduh. Menghindari pembangunan pada lahan produktif, kawasan lindung, dan
kawasan rawan bencana
8. Pengembangan Destinasi Pariwisata dilakukan dengan langkah awal penyiapan
kelembagaan tata kelola yang baik, dengan Pelibatan pemangku kepentingan dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar objek wisata dan Pelatihan dan edukasi
kepada masyarakat terkait keahlian bidang pariwisata maupun Pembentukan
komunitas sadar wisata dengan memberdayakan masyarakat lokal. Meningkatkan
investasi masyarakat. Menjaga kelestarian alam dan membentuk regulasi yang
menjaga keasrian lingkungan dan ekosistem di destinasi wisata yang baru.
Memperhatikan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan dan
Memaksimalkan lahan yang ada, serta meningkatkan fungsi sebaran vegetasi dan
peneduh. Mengembangkan destinasi pariwisata berbasis alam seperti agrowisata
dan lain sebagainya.
9. Pengembangan Pemasaran Pariwisata dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan untuk berdiskusi dan ikut serta dalam penyusunan rencana
pengelolan dan pemasaran pariwisata serta menggunakan teknologi yang
mendukung pemasaran, meningkatkan kerjasama pemasaran dengan berbagai
Misi 4 ”Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan pemberdayaan masyarakat , keolahragaan kepemudaan, KB dan pelayanan sosial dasar lainnya”
( 17 program–2 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
5. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana
puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya dilakukan menggunakan
material yang ramah lingkungan serta menyediakan IPAL dan pengelolaan
lingkungan dengan baik, memaksimalkan lahan yang ada dengan tetap
memperhatikan KDB (Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH
(Koefisien dasar Hijau) minimal, serta menyediakan ruang terbuka hijau di
dalam maupun disekitar lokasi Puskesmas, dan menghindari pembangunan
pada lahan produktif, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana.
6. Pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit
jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata dilakukan menggunakan material
yang ramah lingkungan serta menyediakan IPAL dan pengelolaan lingkungan
dengan baik, memaksimalkan lahan yang ada dengan tetap memperhatikan
KDB (Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH (Koefisien dasar Hijau)
minimal, serta menyediakan ruang terbuka hijau di dalam maupun disekitar
lokasi Rumah Sakii, dan menghindari pembangunan pada lahan produktif,
kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana.
Misi 5 “Mewujudkan iklim investasi yang kondusif dan peningkatan penyerapan tenaga kerja”
(4 program–3 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi dilakukan dengan melibatkan
masyarakat dalam merumuskan kesepakatan dan kebijakan dengan investor
dan dilakukan berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku
2. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi dilakukan dengan
melibatkan partisipasi masyarakat dalam merumuskan kesepakatan dan
kebijakan dengan investor dan dilakukan berdasarkan ketentuan dan peraturan
yang berlaku, pemilihan lokasi sesuai peruntukan dengan memperhatikan
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan, serta meningkatkan fungsi
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -19
dipersyaratkan dengan pertimbangan-pertimbangan yang terbatas. Pendirian
industri baru yang memberikan dampak lingkungan signifikan perlu
memperhatikan aspek rehabilitasi dan reklamasi lingkungan. Penggantian
lahan pertanian yang terpakai serta pembangunan jalur evakuasi bencana harus
dimasukkan dalam perencanaan investasi dengan mempertimbangkan biaya
pemulihan lingkungan dan sosial.
4. Peningkatan Kesempatan Kerja dilakukan dengan memberdayakan masyarakat
sekitar lokasi usaha.
Misi 6 “Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur, tata kelola pemerintahan yang akuntabel dan kualitas pelayanan publik”
( 9 program–2 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
2. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur berupa kantor maupun bangunan
dan sejenisnya dilakukan dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan tetap
memperhatikan KDB (Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH
(Koefisien dasar Hijau) minimal, serta meningkatkan fungsi sebaran vegetasi
dan peneduh serta menghindari pembangunan pada lahan produktif, kawasan
lindung, dan kawasan rawan bencana.
5.Perencanaan pembangunan daerah dilakukan secara merata dan memperhatikan
dampak terhadap kawasan sekitarnya serta mengikutsertakan masyarakat.
Misi 7 “Meningkatan kelestarian sumberdaya alam, lingkungan hidup dan kualitas
penataan ruang”
( 9 program–4 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1.Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam harus
memperhatikan tindakan antisipasi dampak perubahan iklim serta aspek
adaptasi dan mitigasi terhadap bencana. Program ini perlu memasukan
teknologi tepat guna seperti pilot proyek panel surya untuk perkantoran
pemerintah, biogas dan sumur resapan, rehabilitasi Daerah Aliran Sungai
(DAS) dan lahan kritis.
2. Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan
dan mengawasi penggunaan akses informasi lingkungan hidup yang
baik.Program ini juga perlu dijalankan dengan melaksanakan pemetaan
potensi pencemaran yang akurat dan menyeluruh dengan menggunakan
teknologi berbasis Sistem Informasi Geografis
3. Perencanaan Tata Ruang dilakukan secara merata dan memperhatikan dampak
terhadap kawasan sekitarnya serta mengikutsertakan masyarakat dan
kebijakan diambil dengan metode Buttom-Up.
4. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
dilakukan dengan meningkatkan kapasitas laboratorium pengujian menjadi
laboratorium lingkungan yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN)
Misi 9 “Meningkatkan pemerataan pendapatan, pembangunan antar wilayah, kesetaraan gender, perlindungan anak dan penanggulangan kemiskinan”
( 7 program–2 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh dilakukan sesuai dengan
kerifan lokal memperhatikan dampak terhadap kawasan sekitarnya serta
mengikutsertakan masyarakat dengan dilakukan dengan memperhatikan
nilai-nilai budaya dan adat setempat dengan tanpa menghilangkan aset budaya dan
penyediaan ketentuan yang dapat menghindari konflik budaya dalam bentuk
CSR dan sebagainya.
2. Perencanaan pembangunan ekonomi dilakukan secara merata dan
memperhatikan dampak terhadap kawasan sekitarnya serta mengikutsertakan
masyarakat.
b) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim dan Perubahan Tata Ruang
Perubahan Iklim merupakan konsekuensi logis dari aktivitas manusia secara
global. Pesatnya pembangunan sektor industri dan infrastruktur akan
menyebabkan perubahan iklim secara bertahap. Selain itu perubahan Tata Ruang
juga akan menimbulkan dampak signifikan terhadap perubahan iklim jika tidak
dilakukan kajian dan antisipasi secara serius dan menyeluruh. Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Grobogan telah menyusun laporan Analisis Daya Dukung dan
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -21
perubahan tata ruang dan wilayah yang berdampak pada perubahan ekosistem dan
iklim secara keseluruhanBerikut ini adalah tinjauan singkat Laporan Analisis
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2009, Daya Dukung Lingkungan
Hidup (DDLH) adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain dan keseimbangan antara keduanya.
A. Pangan
Layanan ekosistem pangan ini mencakup aspek hasil laut, pangan dari hutan seperti
tanaman dan hewan, hasil pertanian dan perkebunan untuk pangan serta hasil peternakan. Tujuan dari analisis daya dukung lahan layanan ekosistem pangan ini yaitu untuk meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung penyediaan pangan dalam
arti luas.
Gambar 7 :
Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Bahan Pangan
Berdasarkan peta hasil ana
pangan, diketahui bahwa
mendominasi di daerah
Kecamatan Purwodadi,
Gubug, Kecamatan Kande
bahan kelas sedang terseba
seperti di Kecamatan Peg
dan kemampuan penyedi
Kabupaten Grobogan ba
Pulokulon. Berikut perse
Grobogan :
Presentase Kelas Day
Sumber : Pusat Pe Secara umum, kemam
memiliki kemampuan
41%, prosentase kema
dan 26% sisanya memi
B. Air Bersih
Layanan ekosistem air be
kapasitas penyimpanann dari analisis daya dukung
Peningkatan kualitas lingkun
untuk kepentingan manusi
analisis daya dukung lingkungan hidup aspek
hwa kemampuan penyediaan bahan pahan kela
h Kabupaten Grobogan bagan tengah dan
di, Kecamatan Penawangan, Kecamatan Godon
andeman, dan Kecamatan Tegowanu. Kemam
sebar di Kabupaten Grobogan bagian timur la
Pegaringan, Kecamatan Wirosari, dan Kecama
ediaan bahan pangan kelas rendah terdapat di
bagian selatan seperti di Kecamatan Geye
rsentase kemampuan penyediaan bahan panga
Gambar 8 :
Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Bahan
t Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Da ampuan penyediaan bahan pangan di Kabup
puan penyediaan bahan pangan tingkat tinggi de
mampuan penyediaan bahan pangan tingkat seda
miliki kemampuan penyediaan bahan pangan ti
bersih ini mencakup aspek penyediaan air d
annya, dan penyediaan air dari sumber pe dukung lingkungan hidup pada layanan ekosistem a
ngkungan untuk mendukung penyediaan air be
nusia dan pembangunan.
kelas tinggi mayoritas
n barat laut seperti
yer dan Kecamatan
pangan di Kabupaten
han Pangan
Data), 2016
abupaten Grobogan
i dengan prosentase
sedang sebesar 33%,
n tingkat rendah.
dari tanah beserta permukaan. Tujuan m air bersih ini yaitu
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -23
Gambar 9 :
Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Bahan Air Bersih
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Berdasarkan peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup aspek penyedia air
bersih, hampir seluruh kecamatan di Kaupate Grobogan memiliki kualitas penyedia
air bersih kelas tinggi. sedangkan hanya sebagian kecil kecamatan di Kabupaten
Grobogan yang memiliki kelas rendah pada penyedia air bersih seperti di Kecamatan
Toroh, Kecamatan Tawangharjo, Kecamatan Pulokulon, dan Kecamatan Kedungjati.
Presentase Kelas Da
Sumber : Pusat Pen
Penyedia air bersih di
dengan persentase 94%
kelas tinggi ini mengind
kapasitas penyimpanan
C. Serat (fiber)
Layanan ekosistem ser
pertanian dan perke lingkungan hidup pada
kualitas sumber-sumbe
Gambar 10
s Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Air B
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data)
di Kabupaten Grobogan, mayoritas didominasi
94% dan 6% sisanya adalah tergolong pada kelas
ngindikasikan bahwa Kabupaten Grobogan mem
nan air bersih yang sangat baik.
serat (fiber) ini mencakup aspek hasil hutan
rkebunan untuk material. Tujuan dari anal da layanan ekosistem serat (fiber) yaitu menjag
ber serat alami untuk kepentingan produksi. 6%0%
emiliki kualitas dan
tan, hasil laut, hasil nalisis daya dukung
njaga dan peningkatan
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -25
Gambar 11 :
Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Serat
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Berdasarkan peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup aspek penyedia serat,
penyedia serat dengan kelas tinggi banyak terdapat di Kabupaten Grobogan bagian
selatan dan timur laut seperti di Kecamatan Tawangharjo , Kecamatan Wirosari,
Kecamatan Ngaringan , Kecamatan Kedungjati, Kecamatan Karangayung, Kecamatan
Geyer, dan Kecamatan Gabus . Untuk penyedia serat kelas sedang, didominasi oleh
wilayah bagian tengah Kabupaten Grobogan. Berikut persentase kelas daya dukung
Presentase Kelas D
Sumber : Pusat Pen Daya dukung lingkungan
penyedia serat kelas seda
sebesar 37%, dan 15% kel
D. Bahan Bakar
Layanan ekosistem baha
bahan bakar dari fosil layanan ekosistem bahan
penyedia bahan bakar (ka
untuk menguatkan sumber
Gambar 12
las Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia S
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data) gan hidup penyedia serat di Kabupaten Gr
sedang sebesar 48%. Untuk kelas sedang m
kelas rendah.
han bakar ini mencakup aspek penyediaan
osil. Tujuan dari analisis daya dukung lingkun han bakar yaitu menjaga dan mengendalika
(kayu bakar maupun fosil) dan meningkatkan kua
ber-sumber energi alternatif. gkungan hidup pada
ikan sumber-sumber
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -27 Gambar 14 :
Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Bahan Bakar
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup aspek penyedia bahan bakar, Secara
spatial, daerah yang memiliki penyedia bahan bakar dengan kelas tinggi hanya berada
disebagian kecil Kecamatan Kedungjati, Kecamatan Karangayung, dan Kecamatan
Kradenan. Untuk kelas rendah juga hanya terdapat disebagian kecil Kecamatan
Grobogan, Kecamatan Tawangharjo, Kecamatn Wirosari, Kecamatan Ngaringan, dan
Kecamatan Gabus. Untuk kelas sedang mendominasi hampir seluruh bagian di
Kabupaten Grobogan. Berikut persentase persentase kelas daya dukung lingkungan
Presentase Kelas Da
Sumber : Pusat Pen Sebanyak 80% lahan
penyedia bahan bakar
Dominasi penyedia ba
Kabupaten Grobogan t
dan bahan bakar fosil.
E. Sumber Daya Genetik
Layanan ekosistem sum
baik for maupun faun
layanan ekosistem sum
flora dan fauna.
Gambar 14
s Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Bahan
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data) han Kabupaten Grobogan memiliki daya dukun
ar dengan kelas sedang, 17% kelas rendah dan
bahan bakar kelas sedang ini tentunya membe
n terkait penyediaan bahan bakar seperti peny
osil.
sumber daya genetik ini mencakup aspek keane
una. Tujuan dari analisis daya dukung lingkun
sumber daya genetik yaitu menjaga kelestarian 17%
dukung lahan aspek
dan 3% kelas tinggi.
berikan potensi bagi
nyediaan kayu bakar
anekaragaman hayati
gkungan hidup pada
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -29
Gambar 15 :
Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Sumber Daya Genetik
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup aspek penyediaan sumber daya
genetik ini memiliki persebaran kelas yang didominasi oleh kelas tinggi. Penyedia
bahan bakar kelas tinggi tersebar di hampir seluruh bagian di Kabupaten Grobogan.
Sedangkan kelas sedang pada aspek penyedia sumber daya genetik ini terdapat di
Kecamatan Karangayung, Kecamatan Brati, Kecamatan Grobogan, Kecamatan
Tawangharjo, dan Kecamatan Wirosari. Secara kuantitatif, persentase kelas daya
dukung lingkung hidup aspek penyedia sumber daya genetik disajikan pada diagram
Presentase Kelas Daya D
Sumber : Pusat Pen Sebanyak 67% lahan
penyedia sumber daya
tinggi. Jika dilihat dar
yang memiliki pr
mengidentifikasikan ba
baik flora dan fauna.
F. Tempat Tinggal dan Ruan Layanan ekosistem te
tinggal dan hidup se
nilai sentimental. Tuj ekosistem tempat tingga
secara lingkungan alam
Gambar 16 :
ya Dukung Lingkungan Hidup Penyedia Sumber Da
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data) han Kabupaten Grobogan memiliki daya dukun
ya genetik dengan kelas sedang, 18% kelas seda
dari diagram diatas, penyedia sumber daya ge
presentasi tertinggi. Dominasi kelas
n bahwa Kabupaten Grobogan memiliki keane
.
uang Hidup
tempat tinggal dan ruang hidup ini mencakup
sejahtera, serta jangkar “kampung halam
ujuan dari analisis daya dukung lingkungan hi
nggal dan ruang hidup yaitu meningkatkan kua
lami seperti ruang terbuka hijau. 15%
dukung lahan aspek
edang dan 15% kelas
genetik kelas tinggi
s tinggi tersebut
anekaragaman hayati
ncakup ruang untuk
laman” yang punya
n hidup pada layanan
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -31
Gambar 17 :
Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Fungsi Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Berdasarkan peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup fungsi tempat tinggal
dan ruang hidup, diketahui bahwa fungsi kemampuan tempat tinggal dan ruang hidup
kelas sedang mayoritas mendominasi di daerah Kabupaten Grobogan bagian tengah.
Kemampuan fungsi tempat tinggal dan ruang hidup tinggi tersebar di Kabupaten
Grobogan bagian utara dan selatan, sedangkan kemampuan fungsi tempat tinggal dan
ruang hidup kelas rendah terdapat di Kabupaten Grobogan bagian timur laut. Berikut
persentase kemampuan fungsi tempat tinggal dan ruang hidup di Kabupaten
Presentase Kelas Daya Duk
Sumber : Pusat Pen Daya dukung lingkunga
Grobogan didominasi
Dominasi kelas sedang
Grobogan memiliki pot
G. Rekreasi dan Ekowisata Layanan ekosistem Re
alam, atau nilai terten dukung lingkungan hi
peningkatan kualitas l
wisata dan perlindunga
Gambar 18 :
ukung Lingkungan Hidup Fungsi Tempat Tinggal da
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data) kungan hidup fungsi tempat tinggal dan ruang hi
nasi oleh kelas sedang 51% hingga kelas tingg
ng hingga tinggi ini tentunya mengindikasikan
potensi pada fungsi tempat tinggal dan ruang hi
sata
Rekreasi dan Ekowisata ini mencakup aspek lan
tentu yang menjadi daya tarik wisata. Tujuan da n hidup pada layanan ekosistem Rekreasi dan
s lingkungan hidup daerah-daerah wisata, pe
ndungan kawasan konservasi 20%
51% 29%
RENDAH SEDANG TINGGI
l dan Ruang Hidup
ta), 2016
hidup di Kabupaten
tinggi sebesar 29%.
kan bahwa Kabupaten
hidup.
k lanskap, keunikan
uan dari analisis daya
dan Ekowisata yaitu
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -33 Gambar 19 :
Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Fungsi Rekreasi dan Ekowisata
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Daya dukung lingkungan hidup fungsi rekreasi dan ekowisata kelas tinggi ini
mendominasi di Kabupaten Grobogan bagian tengah seperti Kecamatan Gubug, Kecamatan
Godong, Kecamatan Penawangan, dan lainnya. Sedangkan untuk kelas sedang mendominasi
hampir semua Kecamatan di bagian Utara dan Selatan Kabupaten Grobogan. Secara garis
besar, persentase luasan lahan berdasarkan kelas daya dukung lingkungan hidup fungsi
Presentase Kelas Daya D
Sumber : Pusat Pen Berdasarkan diagram diata
besar terhadap daya dukung
dominasi fungsi rekreasi dan
dukung aspek fungsi rekreasi
daya tarik wisata.
H. Estetika
Layanan ekosistem estetika
jual. Tujuan dari analisis day yaitu peningkatan kualitas ling
Gambar 20
Dukung Lingkungan Hidup Fungsi Rekreasi da
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data) diatas, lahan di Kabupaten Grobogan memiliki pot
kung fungsi rekreasi dan ekowisata. Hal ini di
dan ekowisata kelas sedang 49% dan tinggi 35%
si dan ekowisata tersebut meliputi lanskap, ke
etika ini mencakup aspek keindahan alam yan
daya dukung lingkungan hidup pada layanan
ingkungan hidup segala bidang. 16%
ki potensi yang cukup
ditunjukkan dengan
i 35%. Potensi daya
p, keunikan alam, serta
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -35
Gambar 21 :
Peta Daya Dukung Lingkungan Hidup Fungsi Estetika
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Berdasarkan peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup fungsi estetika alam,
diketahui bahwa fungsi estetika alam kelas sedang ini mendominasi di Kabupaten Grobogan
bagian tengah seperti Kecamatan Gubug, Kecamatan Godong, Kecamatan Penawangan, dan
lainnya. Sedangkan untuk kelas sedang mendominasi hampir semua Kecamatan di bagian
Utara dan Selatan Kabupaten Grobogan. Berikut persentase kemampuan fungsi estetika alam
Presentase Kelas Da
Sumber : Pusat Pen Daya dukung lingkun
didominasi oleh kelas
sedang hingga tinggi
memiliki potensi pada
nilai jual.
Daya Tampung Lingk
Berdasarkan Undang-un
Hidup (DTLH) adalah
dan/ atau komponen la
lingkungan hidup juga
disediakan oleh alam da
manusia. Tujuan intera
kapasitas alam.
A. Pengaturan Iklim Layanan ekosistem pe
kelembaban dan hujan analisis daya tampung
untuk meningkatkan ku
pengendalian kerusaka
penurunan emisi karbon.
Gambar 22
s Daya Dukung Lingkungan Hidup Fungsi Estetika
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data) kungan hidup fungsi estetika alam di Kabupa
as sedang 42% hingga kelas tinggi sebesar 39%
nggi ini tentunya mengindikasikan bahwa Kabup
da fungsi estetika alam meliputi keindahan al
ngkungan Hidup
g-undang Nomor 32 tahun 2009, Daya Tam
lah kemampuan lingkungan hidup untuk men
n lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamn
ga memiliki makna dimana terdapat kapasitas pe
dan terdapat beban pencemaran/ populasi yan
eraksi keduanya yaitu ternetralisirnya buangan
im
pengaturan iklim ini mencakup aspek p
ujan, pengendalian gas rumah kaca dan kar pung lingkungan hidup layanan ekosistem pengatur
n kuantitas dan kualitas hutan sebagai peng
akan hutan, pengendalian sumber-sumber gas
bon.
enyerap zat, energi,
nya. Daya tampung
s penampungan yang
yang diciptakan oleh
an tanpa mengurangi
pengaturan suhu, karbon. Tujuan dari aturan iklim ini yaitu
ngatur iklim global,
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -37
Gambar 23 :
Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengaturan Iklim
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Berdasarkan peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup aspek pengaturan iklim,
diketahui daerah di Kabupaten Grobogan yang memiliki kelas pengatur iklim tertinggi
terletak di Kabupaten Grobogan bagian utara dan selatan. untuk kelas sedang ini
mendominasi di Kabupaten Grobogan bagian tengah seperti Kecamatan Gubug, Kecamatan
Godong, Kecamatan Penawangan, dan lainnya. Berikut presentase kelas pengatur lklim di
Presentase Kelas
Sumber : Pusat Pen Daya tampung li
didominasi oleh ke
kelas tinggi hingg
Grobogan memiliki
yang baik.
B. Pengaturan Tata A Layanan ekosistem
siklus hidrologi, i banjir serta peme hidup layanan ekosi
pengaturan tata rua
pengendalian penga
dan mitigasi bencana
Gambar 24 :
las Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengaturan Ik
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data) lingkungan hidup pengatur iklim di Kabupa
h kelas tinggi 48% hingga kelas sedang sebesa
ngga sedang ini tentunya mengindikasikan ba
iliki potensi terhadap pengendalian gas rumah
ata Air dan Pengendali Banjir
em pengaturan tata air dan pengendali banjir ini
ogi, infrastruktur alam untuk penyimpanan ai meliharaan air. Tujuan dari analisis daya tam kosistem pengaturan tata air dan pengendali banj
ruang dan tata lingkungan untuk penataan air,
ngambilan air berlebihan, konservasi air tanah
ncana banjir.
besar 38%. Dominasi
n bahwa Kabupaten
ah kaca dan karbon
r ini mencakup aspek
an air, pengecualian tampung lingkungan
banjir ini yaitu untuk
ir, pengelolaan DAS,
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -39
Gambar 25
Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengaturan Tata Air dan Pengendali Banjir
Berdasarkan peta hasil ana
dan pengendali banjir, diket
pengatur tata air dan pengenda
tengah seperti Kecamatan Gubug
Sedangkan untuk kelas sedang
Selatan Kabupaten Grobogan.
Grobogan yang memiliki kela
presentase kelas pengatur tata a
Presentase Kelas Daya Tampung
Sumber : Pusat Pen Daya tampung ling
Kabupaten Groboga
sisanya terbagi m
pengendali banjir ke
C. Pencegahan dan P Layanan ekosistem
aspek infrastruktu
lahan, erosi, abrasi hidup layanan ekosi
untuk meningkatka
lingkungan dan ta
masyarakat dan kel
analisis daya dukung lingkungan hidup aspek
ketahui daerah di Kabupaten Grobogan yang
ngendali banjir tertinggi terletak di Kabupaten
ubug, Kecamatan Godong, Kecamatan Penawa
dang mendominasi hampir semua Kecamatan di
an. Sedangkan hanya sebagian kecil kecama
kelas rendah pada pengatur tata air dan pengen
ta air dan pengendali banjir di Kabupaten Grobog
Gambar 26
mpung Lingkungan Hidup Pengaturan Tata Air Banjir
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data) lingkungan hidup pengatur tata air dan pen
obogan didominasi oleh kelas sedang sebesar
menjadi 34% kelas tinggi dan 15% penga
r kelas rendah.
an Perlindungan dari Bencana
stem pencegahan dan perlindungan dari benca
ktur alam, pencegahan dan perlindungan rasi dan longsor. Tujuan dari analisis daya tam
kosistem pencegahan dan perlindungan dari
tkan pengurustamaan pengurangan risiko benca
tata ruang wilayah, konservasi hutan, peni
n kelembagaan dalam pengelolaan bencana. 15%
51% 34%
RENDAH SEDANG TINGGI
spek pengatur tata air
ang memiliki kelas
en Grobogan bagian
wangan, dan lainnya.
n di bagian Utara dan
matan di Kabupaten
endali banjir.Berikut
obogan :
Air dan Pengendali
ta), 2016
pengendali banjir di
sar 51%. Sedangkan
ngatur tata air dan
ncana ini mencakup
gan dari kebakaran tampung lingkungan
ri bencana ini yaitu
ncana, perbaikan tata
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -41
Gambar 27 :
Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Berdasarkan peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup aspek pencegahan dan
perlindungan pencegahan bencana, diketahui daerah di Kabupaten Grobogan yang memiliki
kelas pencegahan dan perlindungan pencegahan bencana tertinggi terletak di Kabupaten
Grobogan bagian selatan. Untuk kelas sedang pencegahan dan perlindungan pencegahan
bencana ini terletak hampir di seluruh wilayah Kabupaten. Berikut presentase kelas
Presentase Kelas Daya Tampu
Sumber : Pusat Pen Daya tampung lin analisis daya tampun
yaitu untuk menin
pencemaran serta pe
Gambar 28 :
pung Lingkungan Hidup Pencegahan dan Perlindun
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data) lingkungan hidup pencegahan dan perlindun
bupaten Grobogan didominasi oleh kelas sed
ya terbagi menjadi 23% kelas tinggi dan 15%
ncegahan bencana kelas rendah.
stem pemurnian air ini mencakup aspek kap
cerkan, mengurangi dan menyerap pencem mpung lingkungan hidup layanan ekosistem
ningkatkan konservasi sumber daya air, pe
a peningkatan kualitas sumber-sumber air. 15%
sedang sebesar 62%.
15% pencegahan dan
apasitas badan air emaran. Tujuan dari m pemurnian air ini
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -43
Gambar 29 :
Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pemurnian Air
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Berdasarkan peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup aspek pengaturan
pemurnian air, diketahui daerah di Kabupaten Grobogan yang memiliki kelas
pengaturan pemurnian air tinggi terletak di sebagian kecil di Kecamatan Kedungjati,
Kecamatan Karangayung, Kecamatan Wirosari, dan Kecamatan Kradenan. Untuk
kelas sedang pengaturan pemurnian air ini hampir tersebar merata di bagian tengah
dan selatan Kabupaten Grobogan. Sedangkan hanya sebagian kecil kecamatan di
Kabupaten Grobogan bagian utara yang memiliki kelas rendah pada pengaturan
pemurnian. Berikut presentase kelas pengaturan pemurnian air di Kabupaten
Presentase Kela
Sumber : Pusat Pen Daya tampung li
Grobogan didomina
masing-masing seb
ke dalam pengatura
E. Pengolahan dan P Layanan ekosistem
kapasitas lokasi d dan sampah. Tuj ekosistem pengola
manajemen sampa
masyarakat dalam
limbah dan peningk
Gambar 30 :
elas Daya Tampung Lingkungan Hidup Pemurnian
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data) lingkungan hidup pengaturan pemurnian a
inasi oleh kelas sedang dan kelas tinggi de
sebesar 77% dan 21%. Sedangkan sisanya seb
uran pemurnian air kelas rendah.
Penguraian Limbah
stem pengolahan dan penguraian limbah ini
asi dalam menetralisir, serta mengurangi dan m ujuan dari analisis daya tampung lingkung
olahan dan penguraian limbah ini yaitu unt
pah berkelanjutan, manajemen 3R, pning
m penanganan limbah, peran serta industri da
i dengan persentase
sebesar 2% termasuk
ini mencakup aspek
n menyerap limbah kungan hidup layanan
untuk meningkatkan
pningkatan kapasitas
Buku Laporan SLHD Kabupaten Grobogan 2016 -45
Gambar 31 :
Peta Daya Tampung Lingkungan Hidup Pengolahan dan Penguraian Limbah
Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (Olah Data), 2016
Berdasarkan peta hasil analisis daya dukung lingkungan hidup aspek pengolahan dan
penguraian limbah, diketahui daerah di Kabupaten Grobogan yang memiliki kelas
pengolahan dan penguraian limbah tinggi terletak di Kabupaten Gobogan bagian
tengah. Untuk kelas sedang pengolahan dan penguraian limbah ini hampir tersebar
merata di utara dan selatan Kabupaten Grobogan. Sedangkan hanya sebagian kecil
kecamatan di Kabupaten Grobogan yang memiliki kelas rendah pada pengolahan dan
penguraian limbah. Berikut presentase kelas pengolahan dan penguraian limbah di