• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemahatahuan Tuhan Molinisme Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kemahatahuan Tuhan Molinisme Ke"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Keselarasan Kehendak Bebas Manusia dan Pengetahuan Masa Depan Tuhan

John A. Limanto

Abstract: Pada tahun 1979, filsuf Alvin Plantinga membentuk pandangan mengenai kehendak bebas manusia dan kedaulatan Tuhan yang dianggap berhasil dalam mengatasi masalah kejahatan dalam theisme.2 Pandangan ini dinamakan Molinisme. Molinisme percaya bahwa di dalam Tuhan, ada pengetahuan mengenai apa yang setiap manusia akan (would) lakukan pada situasi-situasi yang berbeda. Esai ini akan mencoba menjelaskan secara mendalam apa itu Molinisme serta memberikan perbandingan dengan pandangan-pandangan kemahatahuan Tuhan lainnya. Pada kesimpulannya, Molinisme dapat menyatukan doktrin kehendak bebas manusia dan juga kedaulatan Allah yang sangat selaras.

Kata Kunci: Molinisme, Kehendak Bebas, Kedaulatan Tuhan,

Kemahatahuan Tuhan

Doktrin sentral dalam Molinisme—doktrin yang bernama Scientia Media—sudah ditemukan sejak tahun 1588 oleh sebuah Jesuit bernama Luis de Molina, S. J.3 Dalam bukunya, Liberi Arbitrii cum Gratiae Donis, Divina Praescientia, Providentia, Praedestinatione et Reprobatione Concordia (Keselarasan dari Kehendak Bebas dengan Kasih Karunia, Pengetahuan Masa Depan, Pentakdiran, Predestinasi, dan Reprobasi oleh Tuhan), Molina menjelaskan dengan lengkap mengenai bagaimana predestinasi dapat disatukan dengan kehendak bebas manusia melalui sebuah pandangan mengenai kemahatahuan Tuhan.4 Molina, di saat ia bertanding dengan para penganut Banezianisme dan Thomisme, mengungkapkan bahwa manusia bebas untuk memilih dari jajaran pilihan kontingen—sebuah pandangan yang disebut sebagai

1 Esai ini ditulis sebagai kontribusi kepada komunitas filsafat agama Indonesia oleh John

A. Limanto. Banyak sekali terminologi yang tidak dapat diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan arti yang sama. Oleh karena itu, kata-kata yang harus diperjelas akan disertai dengan kata Bahasa Inggris dari literatur Molinisme modern secara langsung. 2 Untuk melihat esai Plantinga, rujuk kepada Plantinga, Alvin. The Nature of Necessity

(Cla rendon Library of Logic and Philosophy). Clarendon Press; Revised ed. edition, 1979.

3 Untuk biografi mendalam mengenai Molina, rujuk kepada MacGregor, Kirk R. Luis de

Molina, Life and Theology of the Founder of Middle Knowledge. Grand Rapids: Zondervan, 2015.

4 Untuk terjemahan dari Concordia, lihat Freddoso, Alfred J. and Luis De Molina. On

(2)

libertarianisme—dan juga Tuhan dapat menentukan sesuai kehendaknya apa yang manusia itu akan pilih.

Jika sebuah pandangan mengenai kedaulatan Tuhan dan kehendak bebas manusia dapat diuraikan, maka theisme dengan gampang akan dapat mengatasi masalah-masalah dari doktrin inspirasi, regenerasi, predestinasi, reprobasi, dan juga masalah-masalah filsafat seperti masalah kejahatan. Ini disebabkan jika manusia bebas secara libertarian, maka manusia akan dapat disalahkan oleh karena perbuatannya. Kedua, jika Tuhan berdaulat atas segala sesuatu di dunia, maka doktrin ini yang berdasar pada Alkitab dan juga tradisi, dapat didukung dengan berhasil. Ketiga, motivasi dari Molinisme jugalah untuk menjunjung tinggi bahwa Tuhan memiliki pengetahuan lengkap akan masa lalu dan masa depan. Sebuah penyatuan yang berhasil dapat memiliki buah apologetika dan teologi yang begitu bermakna untuk mempertahankan Kekristenan yang orthodox.

Penelusuran Konsep-Konsep Biblis

Kemahatahuan Tuhan

Tuhan adalah makhluk yang tahu akan segala proposisi yang benar. Maka, ia mengetahui bahwa “sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN” (Mzm. 139:4). Dalam Yesaya 41, Allah mengolok-ngolok allah-allah lain yang tidak mengetahui masa depan: “Ajukanlah perkaramu, firman TUHAN, kemukakanlah alasan-alasanmu, firman Raja, Allah Yakub. Biarlah mereka maju dan memberitahukan kepada kami apa yang akan terjadi! Nubuat yang dahulu, beritahukanlah apa artinya, supaya kami memperhatikannya, atau hal-hal yang akan datang, kabarkanlah kepada kami, supaya kami mengetahui kesudahannya! Beritahukanlah hal-hal yang akan datang kemudian, supaya kami mengetahui, bahwa kamu ini sungguh allah; bertindak sajalah, biar secara baik ataupun secara buruk, supaya kami bersama-sama tercengang melihatnya!” (Yes. 41:21-24). Dalam Yesaya 46, Allah mendeklarasikan:

Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan (Yes. 46:9-10)

Di dalam Perjanjian Baru, kita menemukan banyak sekali nubuatan-nubuatan yang dipenuhi dalam kehidupan Yesus (Mat. 1:22; 2:15, 23; 4:14-16; 8:17; 12:17-21; Mrk. 1:2-4; 9:9-13; Lk. 7:18-23, 27; 18:31-33; Kis. 2:16-21; 3:18; 4:25-28; 7:52; 8:30-35; 10:43; 15:15-18; Yhn: 12:38-41; 19:24, 28, 36).5 Nubuatan juga adalah

5 Kumpulan ayat-ayat ini diambil dari Craig, William Lane. The Only Wise God. Wipf &

(3)

sebuah bentuk dari pengetahuan Allah akan masa depan. Buku Wahyu jugalah contoh dari pengetahuan ini. Pada akhir buku Wahyu, Yohanes menerima wahyu bahwa, “ ‘Perkataan-perkataan ini tepat dan benar, dan Tuhan, Allah yangf memberi roh kepada para nabi, telah mengutus malaikat-Nya untuk menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi’ " (Why. 22:7).

Kehendak Bebas Manusia

Kehendak bebas adalah sebuah konsep yang Alkitab tidak sembunyikan. Di dalam mazmurnya, Daud bernyanyi: “Kiranya persembahan sukarela yang berupa puji-pujian berkenan kepada-Mu, ya TUHAN, dan ajarkanlah hukum-hukum-Mu kepadaku.” (Mzm. 119:108). Kesukarelaan manusia pada rancangan Tuhan adalah konsep yang terus dikemukakan dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Di Ulangan, Allah mengingatkan bangsa Istrael:

Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan. Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan (Ul. 30:11-15).

Manusia memiliki tanggung jawab yang nyata dalam hidupnya. Tertulis di 1 Korintus bahwa,

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Kor. 10:13).

Jika pencobaan tidak dapat melampui kekuatan seseorang, itu berarti seseorang selalu memiliki kemampuan untuk melakukan yang berbeda. Ini lah pesan yang disampaikan oleh Paulus: tidak akan pernah ada kekuatan kejahatan yang dibiarkan untuk sepenuhnya menentukan kehendak dari manusia—manusia memiliki kehendak bebas yang mutlak. Dari sini, datanglah pernyataan Yakobus:

(4)

Alkitab bukan hanya berbicara bahwa manusia memiliki kehendak bebas, tetapi juga memperjelas bahwa kehendak bebas yang dimiliki manusia adalah kehendak bebas yang memperbolehkan manusia untuk memilih dari berbagai jejeran pilihan yang tersedia. Dalam bahasa filsafat, tipe dari kehendak bebas ini adalah kehendak bebas libertarianisme. Libertarianisme adalah satu-satunya cabang kehendak bebas yang memperbolehkan adanya pemilihan berdasarkan jejeran pilihan yang tersedia.

Kedaulatan Tuhan

Molina pernah berkata, “daun yang bergantung pada pohon tidak jatuh ataupun salah satu dari dua burung gereja yang dijual untuk duit jatuh ke tanah, ataupun apapun juga terjadi tanpa kedaulatan dan kehendak Tuhan.”6 Doktrin dari kedaulatan Tuhan mengharuskan bahwa Tuhan memiliki kendali atas segala sesuatu yang terjadi di alam surya—dari daun yang berjatuhan hingga sebuah gerakan partikel sub-atomik. Kenyataanya, Alkitab berkali-kali menyatakan kedaulatan Tuhan atas perbuatan-perbuatan jahat manusia. Kisah Para Rasul 4:27-28 menulis:

Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu.

Atau, pada Kejadian 50:20, setelah Yusuf disatukan dengan saudara-saudaranya yang telah menjualnya, ia berkata kepada mereka:

Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

Efesus 1:11 menjelaskan doktrin ini dengan indahnya: “Aku katakan ‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan ntuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya.” Akan tetapi, jika kita satukan landasan-landasan Biblis mengenai kehendak manusia, maka kita juga mengetahui bahwa Allah berkuasa atas dunia bukan dalam arti bahwa ia penyebab langsung dari segala yang ada (sehingga ia bukan penyebab dari segala kejahatan atau dosa yang terjadi di dunia). Melainkan, ia berkuasa dalam arti bahwa ia mengikutkan kehendak bebas manusia dalam rencananya serta segala kegagalan moral mereka. Kedaulatan Tuhan

6 Freddoso, Alfred J. 1988. On Divine Foreknowledge,. New York: Cornell University.

(5)

mengharuskan bahwa Tuhan memiliki kuasa sepenuhnya untuk melakukan apa yang ia kehendaki—termasuk jika ia mengkehendaki kehendak bebas manusia secara libertarian.

Libertarianisme

Sebelum kita memperjelas apa yang dimaksud dengan Scientia Media, ada baiknya untuk menelusuri definisi dari system kehendak bebas yang dinamakan Libertarianisme. Libertarianisme adalah sistem kehendak bebas yang menyatakan bahwa 1) determinisme dan kehendak bebas tidak selaras, 2) kehendak bebas ada, dan 3) determinisme tidak benar.7 Melalui libertarianisme, manusia memiliki pilihan untuk memilih a atau pun tidak-a berdasarkan pilihan yang disediakan oleh natur manusia.8

Untuk mengaplikasikannya kepada doktrin dari kebejatan manusia, kita akan berkata bahwa manusia memiliki pilihan untuk memilih antara memberontak kepada Tuhan atau untuk tidak melakukan apa-apa. Inilah yang dimaksud dari bahwa manusia mampu untuk memilih a atau tidak-a—bukannya manusia memiliki kekuatan, dengan sendirinya untuk memilih Tuhan, melainkan manusia mampu memiliki kemampuan untuk memilih antara berbagai jenis dosa. Ini disebabkan bahwa berdasarkan doktrin kebejatan total, manusia tidak lagi mampu untuk memilih Allah dengan sendrinya (1 Kor. 1:18). Oleh karena itu, libertarianisme memperbolehkan bahwa jejeran pilihan yang kita miliki terbatasi oleh natur kita sebagai manusia.

Salah satu dari sistem Libertarianisme adalah sistem agen-sebagai-penyebab.9 Dalam sistem ini, sebab dari sebuah perbuatan adalah agen yang bertahan melalui waktu. Ini diperbolehkan oleh adanya sebuah roh yang menyatukan agen sebagai substen mulali waktu. Sehingga, Libertarianisme memperbolehkan untuk kenyataan dari tanggung jawab—setiap manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing karena mereka adalah penyebab pertama dari kesalahan mereka. Pemegang kehendak bebas Kompatibilisme, contohnya, hanya bisa menolak bahwa kita adalah penyebab utama dari dosa-dosa kita. Melainkan, dalam Kompatibilisme, kita hanyalah penyebab menengah yang disebabkan oleh sebab di luar oleh agen yang menentukan apa yang agen akan pilih.

7 Diadaptasi dari Kane, Robert. A Contemporary Introduction to Free Will. New York:

Oxford University Press, 2005. 33

8 Pandangan ini bernama libertarianisme lemah. Lihat Clarke, Randolph. Libertarian

Accounts of Free Will. New York: Oxford University Press, 2003.; Kane, Robert, et al. Four Views on Free Will. Wiley-Blackwell, 2007.; Kane, Robert. The Significance of Free Will. New York: Oxford University Press Inc, 1998.

(6)

Molinisme mengharuskan kebenaran dari Libertarianisme. Alasannya adalah karena pengetahuan tengah/Scientia media yang dimiliki Tuhan adalah proposisi-proposisi yang tidak disebabkan oleh factor di luar dari agen. Oleh karena itu, dari lensa filsafat, Libertarianisme adalah satu-satunya sistem kehendak bebas yang konsisten dengan Molinisme. Molina sendiripun memegang kepercayaan bahwa manusia memiliki kehendak bebas seperti ini. Contohnya, Molina menulis,

Dengan ini, saya merakit argumen saya seperti ini: untuk sebuah perbuatan menjadi sebuah dosa, tidak cukup bahwa perbuatan itu terjadi secara spontan, akan tetapi, harus bisa bebas dalam cara bahwa di saat kemampuan untuk memilih menyetujuinya, maka kemampuan untuk memilih itu mampu untuk tidak menyetujuinya dengan seluruh keadaan dan situasi pada waktu itu…ya, untuk ada pilihan bebas yang bukan pilihan yang bagus atau jahat secara moral, harus ada kemampuan berbuat dan tidak berbuat dengan seluruh situasi pada waktu itu. Ini dinamakan kebebasankontradiksi yang setidaknya harus ada untuk sebuah perbuatan dapat disebut sebagai perbuatan bebas.10

Perbagian Pengetahuan dalam Tuhan

Molina mencoba membedakan antara tiga jenis pengetahuan di dalam Tuhan. Molina berkata bahwa jika kita tidak membeda-bedakan pengetahuan-pengetahuan Tuhan seperti ini, maka kita akan “berkeliaran tanpa tujuan”11 Maka, Molina membedakan antara pengetahuan natural, pengetahuan tengah, dan pengetahuan bebas Tuhan.12 Pengetahuan natural dan pengetahuan bebas Tuhan bukanlah sumber dari kontroversi bagi para teolog. Pengetahuan natural Tuhan adalah pengetahuan yang Tuhan ketahui akan segala sesuatu yang mungkin (possible) dan seharusnya (necessary). Yang dimaksud dari sesuatu yang mungkin di sini adalah kemungkinan logis. Contohonya,

(1) Langit berwarna merah

Pernyataan (1) adalah contoh dari kemungkinan logis. Walaupun mungkin langit berwarna merah tidak bisa terjadi secara fisik (oleh karena kinerja mata kita dan aspek-aspek fisik lainnya), kita menyadari bahwa langit berwarna merah dapat kita cerna sebagai kemungkinan logis. Selain dari kemungkinan logis, Tuhan juga mengetahui segala sesuatu yang seharusnya secara logis. Contoh dari sebuah proposisi yang seharusnya adalah:

10 Freddoso, Alfred J. and Luis De Molina. On Divine Foreknowledge: Part IV of the

"Concordia". Trans. Alfred J. Freddoso. New York: Cornell University Press, 1988. 224-225

(7)

(2) Satu ditambah satu sama dengan dua

Proposisi (2) adalah proposisi yang tidak bisa salah dan oleh karena itu, tidak ada kemungkinan logis bahwa satu ditambah satu menjadi tiga. Dari sini, kita mengetahui bahwa melalui pengetahuan naturalnya, Tuhan juga mengetahui bahwa saya dan anda dapat berada dan dapat memilih berbagai pilihan dalam hidup kita. Akan tetapi, melalui pengetahuan natural saja, Tuhan tidak dapat mengetahui apa yang saya dan anda akan memilih secara bebas walaupun Tuhan dapat mengetahui apa yang saya dan anda akan dapat (could) memilih.

Pengetahuan ketiga yang Tuhan miliki adalah pengetahuan bebas. Melalui pengetahuan bebasnya, Tuhan dapat mengetahui apa yang akan (will) terjadi di masa depan. Melalui pengetahuan bebas ini, Tuhan tahu proposisi seperti ini:

(3) Saya akan makan roti sebagai makan pagi pada tahun 2020

Proposisi (3) bukanlah proposisi mengenai hipotetis yang tidak akan nyata, akan tetapi, proposisi (3) adalah proposisi mengenai kejadian yang merupakan bagian dari dunia nyata.

Di sisi lain, pengetahuan kedua yang Tuhan miliki adalah pengetahuan tengah atau Scientia Media. Scientia media adalah pengetahuan yang sangat kontroversial dan diperdebatkan. Menurut pengetahuan tengah, Tuhan mengetahui apa yang setiap manusia dapat lakukan pada situasi-situasi yang berbeda. Pengetahuan tengah berbeda dengan pengetahuan natural Tuhan karena pengetahuan tengah bukan lagi pengetahuan mengenai apa yang mungkin (possible), tetapi merupakan pengetahuan tentang apa yang secara kontingen, merupakan kebenaran. Contohnya saja, adalah kemungkinan untuk saya memilih a atau b. Akan tetapi, pada waktu yang ditentukan, aku hanya dapat memilih satu dari kedua pilihan tersebuh. Oleh karena kehendak bebas saya, maka saya akan (would) memilih salah satu dari kedua. Melalui pengetahuan natural, Tuhan dapat mengetahui bahwa sudah mungkin bawah saya memilih a atau b. Akan tetapi, berdasarkan pengetahuan natural saja, Tuhan tidak dapat mengetahui apakah saya akan memilih a atau b. Pengetahuan kedua ini adalah pengetahuan tengah Tuhan. Pengetahuan tengah juga berbeda dengan pengetahuan bebas karena pengetahuan bebas adalah pengetahuan-pengetahuan yang secara ekslusif, mengenai dunia nyata. Akan tetapi, pengetahuan tengah adalah pengetahuan-pengetahuan mengenai hipotetis yang kebanyakan, tidak akan menjadi nyata. Contohnya, Tuhan dapat mengetahui berdasarkan pengetahuan tengah tentang apa yang orang O akan lakukan pada situasi C. Akan tetapi, mungkin saja bahwa orang O tidak akan diciptakan—sehingga tidak berada.

(8)

tidak lengkap mengenai apa yang merupakan sumber dari kebenarannya. Akan tetapi, ini tidak seharusnya menjadi batu sandungan, akan tetapi, merupakan sebuah misteri yang adalah bagian dari Molinisme. Setiap sistem teologis memiliki misteri, dan misteri itu hanya akan menjadi batu sandungan bila dapat ditunjukkan bahwa misteri itu membawa kepada sebuah kontradiksi.

Kinerja Penggunaan Scientia Media

Sehingga, bagaimanakah Tuhan menggunakan pengetahuan tengahnya itu? Menurut Molinisme, Tuhan mengetahui segala dunia yang ia dapat ciptakan melalui pengetahuan tengahnya itu dan ia memilih sebuah dunia yang ia ingin ciptakan. Dunia adalah sebuah konsep penting dalam filsafat. Dalam filsafat, dunia adalah “bagaimana realita mungkin menjadi.”13 Contohnya, ada sebuah dunia di mana aku dan kamu tidak ada atau sebuah dunia di mana langit berwarna merah. Tentunya, di saat kita berkata bahwa “ada sebuah dunia,” kita tidak berkata bahwa dunia tersebut memiliki keberadaan secara ontologis—atau bahwa dunia itu hadir secara konkret. Melainkan, keberadaan dunia hanyalah sebuah ide yang kita sampaikan dan cara kita merujuk kepada sebuah kemungkinan.14

Pertama, melalui pengetahuan naturalnya, Tuhan mengetahui serangkaian dari dunia-dunia kemungkinan. Yang dimaksud dari dunia kemungkinan adalah dunia-dunia yang terbuat dari kemungkinan logis. Di sini, ada dunia di mana “Platipus” adalah nama sebuah macan ataupun dunia di mana kangguru tidak memiliki ekor.

Kedua, melalui pengetahuan tengahnya, Tuhan mengetahui serangkaian dari dunia-dunia fisibilitas. Yang dimaksud disini adalah kumpulan dunia di mana proposisi mengenai perbuatan yang orang-orang akana lakukan di situasi-situasi berbeda benar. Contohnya, melalui dunia kemungkinan, Tuhan mengetahui tentang kemungkinan bahwa yang saya bisa lakukan pada situasi C. Contohnya:

(4) � → (� ⋁ � ∗)

Proposisi (4) berarti: Jika C, maka antara A atau A*.15 Maka, dari pengetahuan natural Tuhan memiliki pengetahuan mengenai dunia-A dan juga dunia-A*— dunia-A* dimana C membawakan A* dan dunia-A dimana C membawakan A. Akan tetapi, karena dengan bebas aku memilih sebuah pilihan saja, maka hanya satu dari kedua dunia ini saja yang memenuhi kriteria fisibilitas. Oleh karena itu, maka kita hanya memiliki satu dari dua dunia ini sebagai bagian dari dunia

13 Plantinga, Alvin. The Nature of Necessity (Clarendon Library of Logic and

Philosophy). Clarendon Press; Revised ed. edition, 1979. 59

14Posisi ini dinamakan posisi ‘anti-realis’ terhadap dunia. Filsuf seperti David Lewis, contohnya, menganut pandangan bahwa setiap dunia memiliki keberadaan ontologis yang konkret. Lewis, David. On the Plurality of Worlds. Hoboken: Blackwell Publishing Ltd, 1986.

(9)

fisibilitas. Oleh karena itu, dari kumpulan dunia-dunia kemungkinan, kita sekarang memiliki jumlah yang lebih kecil.

Setelah Tuhan mengetahui kumpulan-kumpulan dunia tersebut, Tuhan memilih sebuah dunia di mana kemudian dunia nyata pun terealisasi. Dunia aktualitas adalah dunia yang kita tinggali—dunia yang menjadi konkret dan nyata. Sebuah pertanyaan dapat dipertanyakan mengenai mengapa dunia aktualitas begitu jahat. Lagipula, jika Tuhan memang Tuhan yang baik, mengapa dia memilih untuk mengaktualitaskan dunia yang begitu jahat? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus mengerti bahwa dunia aktualitas adalah salah satu dari kumpulan dunia fisibilitas. Kumpulan dunia yang adalah dunia fisibilitas di luar kehendak Tuhan dan oleh karena itu, Tuhan tidak bisa disalahkan jika seluruh dari dunia fisibilitas menganut kejahatan.

Penyatuan Kehendak Bebas dengan Kedaulatan Tuhan

Dengan menggunakan pengetahuan tengah, Tuhan dapat merancang dunia dengan begitu detilnya tanpa harus melalui kehendak bebas manusia. Oleh karena itu, Tuhan dapat memperbolehkan kejahatan tanpa menginginkan kejahatan di dalam model ini. Dalam Molinisme, Tuhan tidak menjadi penyebab langsung dari kejahatan dalam dunia. Melainkan, Tuhan—dengan bebasnya—memilih sebuah dunia terbaik dengan fisibilitas yang sesuai dengan kehendaknya. Oleh karena itu, Tuhan tidak bisa disalahkan jika ada kejahatan di dalam dunia sebab kejahatan merupakan perbuatan yang manusia lakukan sebagai penyebab pertama. Dapat dipertanyakan di titik ini apakah Tuhan tetap dapat disalahkan bila manusia dengan bebas memilih untuk berdosa dan Tuhan tetap menciptakan manusia dengan mengetahui itu. MacGregor menjawab:

Contohnya, jika sebuah guru keluar dari kelasnya untuk beberapa menit pada sebuah ujian untuk menguji kejujuran dari muridnya…Maka, guru itu mengaktualitaskan secara kuat situasi dimana ujian tidak menerima pengawasan. Akan tetapi, dalam situasi, misalnya salah satu dari murid memilih untuk menyontek dengan menyalin jawaban dari kertas temannya, maka murid ini mengaktualitaskan secara kuat penyontekan itu. Tentu saja, murd itu bertanggung jawab atas penyontekannya dan gurunya tidak dapat disalahkan atas penyontekannya itu. Akan tetapi, guru tetap mengaktualitaskan secara lemah situasi dimana murid dapat menyontek walapun guru tidak mengkehendakinya.16

Selain itu, model Molinisme juga memiliki banyak imlikasi terhadap predestinasi. Dengan menggunakan pengetahuan tengahnya, Molinisme dapat memastikan bahwa Tuhan dapat merancang setiap manusia untuk melakukan

16 MacGregor, Kirk R. Luis de Molina, Life and Theology of the Founder of Middle

(10)

perbuatan-perbuatan yang Tuhan sudah ketahui manusia akan lakukan dengan menaruh segala situasi-situasi yang diperlukan untuk orang itu melakukan hal yang Tuhan ijinkan orang itu lakukan. Dari sini, Tuhan dapat mempredestinasikan manusia tanpa menolak kehendak bebasnya. Contoh saja, dengan Tuhan mengaktualisasikan essensi M pada dunia W, M akan menolak Tuhan dengan bebas. DI sisi lain, bila Tuhan mengaktualisasikan esensi M pada dunia W*, maka M akan menerima Tuhan. Melalui pengetahuan ini, Tuhan pun memilih dunia W atau W* dengan bebas dan memilih riwayat dari M.

Bukan hanya dengan itu, Molinisme dapat disatukan dengan doktrin-doktrin lain seperti inspirasi, regenerasi, dan juga doktrin-doktrin ketekunan orang-orang kudus. Alasannya adalah bahwa Molinisme memperbolehkan manusia berkehendak secara libertarian maka kehendak manusia dapat disatukan dengan kedaulatan Tuhan sepenuhnya untuk membuahkan doktrin inspirasi, regenerasi, dan ketekunan orang-orang kudus yang matang. Contohnya, untuk menyatukan doktrin inspirasi dengan Molinisme, maka kita dapat menyatakan bahwa di dalam Molinisme, Tuhan menaruh segala situasi-situasi yang diperlukan untuk menggerakkan manusia untuk berbuat seperti yang diinginkan. Contohnya, dengan mengetahui situasi-situasi di mana Paulus—dengan bebas—menulis buku Korintus, maka Tuhan akan menaruh Paulus, dari tempat kelahirannya hingga titik di mana ia menulis surat Korintus, dalam situasi-situasi yang dibutuhkan untuk membuahkan setiap kata pada buku Korintus. Maka, dari sinipun kita dapat menyatakan bahwa doktrin inspirasi memperbolehkan, dengan selaras, kehendak Tuhan dan manusia dalam inspirasi. Kedua, untuk menyatukan Molinisme dengan dokrin regenerasi, kita dapat menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menentang kasih karunia keselamatan pada situasi-situasi tertentu. Sehingga, Tuhan mengetahui juga pada situasi mana manusia-manusia tersebut tidak menentang kehendak Tuhan dan menerima regenerasi. Untuk mengilustrasikan ini, Robert Cross menulis:

Dalam strategi kelima ini, perbuatan a dilakukan oleh Tuhan tanpa asal penyebab pada orang itu ataupun pada perbuatan kehendak internal untuk a pada orang itu. Orang itu bahkan tidak mengkehendaki a ataupun tidak-a: kehendak seseorang hanya tidak peduli kepada a…orang itu tidak menginginkan a sama sekali, tetapi…pandangan kelima ini menjunjung bahwa mengkehendaki tidak-a adalah menentang kasih karunia keselamatan. Dalam padangan kelima ini…Tuhan menggerakan seseorang seperti boneka: Tuhan membawa gerakan yang dibutuhkan untuk a…gerakan ilahi dapat dilakukan kecuali tertahan.17

17 Cross, Robert. "Anti-pelagianism and the Irresistibility of Grace." Faith and

(11)

Ilustrasi bahwa Tuhan menggerakan manusia sebagai boneka harus dimengerti sebagai Tuhan menggerakan manusia untuk perbuatan-perbuatan yang mencapai keselamatan. Oleh karena itu, kasih karunia monergism dapat dikenakan pada manusia tanpa menolak kehendak bebas mereka untuk menolak kasih karunia.

Selanjutnya, Tuhan juga dapat mengetahui pada kondisi-kondisi apa manusia terus tidak menentang kasih karunia Tuhan dan mendapatkan keselamatan hingga akhir. Pada pandangan ini, Tuhan mengetahui pada situasi apa orang-orang akan dapat diselamatkan berdasarkan situasinya—menaruh mereka pada situasi tersebut—dan menyelamatkan mereka. Craig menulis:

Tuhan mengetahui berdasarkan pengetahuan tengahnya bahwa walaupun individu dapat menolak berkat kasih karunianya, individu tersebut tidak akan menolaknya. Sugesti Suarez adalah bahwa pada dunia-dunia kemungkinan logis dimana sebuah individu yang sudah ditentukan kepada keselamatan berada, Tuhan memberikan…kasih karunia beriringan pada orang itu untuk memastikan keselamatan mereka. Diaplikasikan kepada masalah ketekekunan, doktrin kasih karunia beriringan dapat berkata bahwa Tuhan melalui pengetahuan tengahnya mengetahui berkat kasih karunia seperti apa yang dibutuhkan untuk mencapai respon iman dari orang itu. Sehingga, setiap orang percaya dapat bertekun hingga akhir.”18

18Craig, Willia La e. "‘Lest A yo e Should Fall': A Middle K o ledge Perspecti e o

Perseverance and Apostolic Warnings." International Journal for Philosophy of Religion (1991).

(12)

Perbandingan Scientia Media dengan Doktrin-Doktrin Lain

Determinisme-Calvinisme Open Theisme Molinisme

Dalam determinisme, Tuhan

Figur 1: Tabel Perbandingan Molinisme dengan Pandagan Lain

Seperti yang sudah tertulis dalam figur 1, Molinisme berbeda dengan ketiga pandangan lainnya karena hanya Molinisme yang mempertahankan Libertarianisme, kedaulatan Tuhan, dan pengetahuan lengkap Tuhan mengenai masa depan.

(13)

manusia memilih untuk berdosa dengan sendirinya. Dapat dibantah sampai sini bahwa dalam Molinisme, Tuhan adalah pencipta dari situasi di mana seseorang berbuat apa yang ia lakukan. Ini benar; akan tetapi, apa yang bantahan ini tidak sadari adalah bahwa di Molinisme, Tuhan hanya bertanggung jawab atas memilih untuk membuat sebuah dunia yang satu atau yang lain. Jika dalam totalitas, ada rencana baik dibalik sebuah perbuatan yang seseorang lakukan dengan kehendaknya sendiri, maka Tuhan tidak dapat dipertanggung-jawabkan. Melainkan, Molinisme memperbolehkan untuk seluruh kesalahan jatuh pada manusia.

Kedua, Molinisme juga berbeda dengan Open Theisme karena Molinisme menjunjung tinggi keberadaan dari pengetahuan Tuhan mengenai masa depan. Open Theisme tidak percaya bahwa Tuhan memiliki pengetahuan penuh akan masa depan. Contohnya, Gregory Boyd yang adalah salah satu penganut Open Theisme, berkata,

Untuk alasan ini, pandangan open theis menyimbulkan bahwa masa depan tertutup [dapat diketahui] pada derajat yang Tuhan inginkan dan terbuka [tidak dapat diketahui] pada derajat yang Tuhan ingin terbuka dan untuk diselesaikan oleh keputusan dari makhluk-makhluk ciptaan.19

Oleh karena itu, Open Theisme tidak dapat sejalan dengan ayat-ayat yang kita sudah bawakan di awal dari esai ini. Selain dari itu, kita juga dapat bawakan sebuah argument yang menunjukkan bahwa Tuhan Open Theisme bukanlah Tuhan yang sempurna. Untuk Tuhan menjadi makhluk yang sempurna, Tuhan harus memiliki seluruh attributnya dalam kepenuhannya masing-masing. Untuk Tuhan menjadi sebuah makhluk yang mahatahu, maka Tuhan harus bisa mengetahui semua proposisi yang benar. Jika ada satu proposisi saja yang benar dan Tuhan tidak ketahui, maka doktrin yang memiliki implikasi seperti itu bukanlah doktrin Kristen sejati. Di sisi lain, kita mengetahui bahwa ada pernyataan-pernyataan mengenai apa yang manusia akan lakukan dalam situasi-situasi yang berbeda. Contohnya, di dalam Matius 11:21, Yesus mengutuk:

"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.”

19“For this reason, the open view concludes that the future is literally settled to whatever degree God wants to settle it, and literally open to the extent that God desires to leave it

(14)

Ini adalah contoh pernyataan pengetahuan tengah Tuhan karena di sini, Yesus menjelaskan apa yang akan terjadi jika mukjizat yang terjadi di Khorazim dan di Betsaida terjadi di Tirus dan sidon. Selain dari ini, kita juga memiliki contoh pengetahuan tengah Tuhan di 1 Samuel 23:

Ketika diketahui Daud, bahwa Saul berniat jahat terhadap dia, berkatalah ia kepada imam Abyatar: "Bawalah efod itu ke mari." Berkatalah Daud: "TUHAN, Allah Israel, hamba-Mu ini telah mendengar kabar pasti, bahwa Saul berikhtiar untuk datang ke Kehila dan memusnahkan kota ini oleh karena aku. Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku ke dalam tangannya? Akan datangkah Saul seperti yang telah didengar oleh hamba-Mu ini? TUHAN, Allah Israel, beritahukanlah kiranya kepada hamba-Mu ini." Jawab TUHAN: "Ia akan datang." Kemudian bertanyalah Daud: "Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku dengan orang-orangku ke dalam tangan Saul?" Firman TUHAN: "Akan mereka serahkan” (1 Sam. 23:9-12).

Di sini, kita menemukan bahwa Tuhan mengetahui apa yang warga-warga orang kehila akan lakukan bila Daud tinggal di Kehila. Dua ayat ini sudah menjadi kedua ayat yang dipakai oleh Molina sendiri dalam membenarkan doktrin pengetahuan tengahnya itu. Akan tetapi, pandangan Open Theisme tidak memperbolehkan ini karena di dalam Open Theisme, jika Tuhan mengetahui persis apa yang setiap orang akan lakukan pada situasi-situasi yang berbeda, maka Tuhan akan memiliki pengetahuan lengkap tentang masa depan. Akan tetapi, Open Theis tidak dapat membiarkan ini, oleh karena itu, Open Theisme gagal dalam menjunjung tinggi kesempurnaan Tuhan.

Kesimpulan

(15)

Referensi

Boyd, Gregory A.

God of the Possible, A Biblical Introduction to the Open View of God

. Grand Rapids: Baker Books, 2000.

Clarke, Randolph.

Libertarian Accounts of Free Will

. New York: Oxford

University Press, 2003.

Craig, William Lane. "‘Lest Anyone Should Fall': A Middle Knowledge

Perspective on Perseverance and Apostolic Warnings."

International Journal for Philosophy of Religion

(1991).

—.

The Only Wise God

. Wipf & Stock Pub, 1999.

Cross, Robert. "Anti-pelagianism and the Irresistibility of Grace."

Faith and Philosophy

(2005): 199-210.

Freddoso, Alfred J. and Luis De Molina.

On Divine Foreknowledge: Part IV of the "Concordia"

. Trans. Alfred J. Freddoso. New York:

Cornell University Press, 1988.

Kane, Robert.

A Contemporary Introduction to Free Will

. New York:

Oxford University Press, 2005.

—.

The Significance of Free Will

. New York: Oxford University Press

Inc, 1998.

Kane, Robert, et al.

Four Views on Free Will

. Wiley-Blackwell, 2007.

Lewis, David.

On the Plurality of Worlds

. Hoboken: Blackwell Publishing

Ltd, 1986.

MacGregor, Kirk R.

Luis de Molina, Life and Theology of the Founder of Middle Knowledge

. Grand Rapids: Zondervan, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

│ Gana Priatna Dalam sejarah perkembangan pembaharuan di India, umat Islam sejak semula menyadari sebagai umat yang minoritas yang tidak mustahil suatu ketika akan mendapat

Aku percaya kepada Yesus Kristus, AnakNya yang Tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari pada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan

Kami berdoa dalam pengharapan, kiranya Yesus Kristus selalu di hati kami, agar kesaksian kami diteguhkan dengan perbuatan ajaib yang dilakukan Allah terhadap semua orang yang

Berdasarkan firman Tuhan ini, sebagai Pelayan Yesus Kristus kami memberitakan bahwa pengampunan dosa telah berlaku bagi kita sekalian di dalam nama Bapa dan Anak dan

Bahkan kalau kita lihat di kitab Wahyu, orang-orang yang masuk dalam Kerajaan Sorga adalah mereka yang takut akan Tuhan. 19:1: Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang

Sungguh layak dan sepantasnya, bahwa kami selalu dan di mana pun bersyukur kepada-Mu, Tuhan, Bapa yang kudus, Allah yang Mahakuasa dan kekal: dengan pengantaraan Kristus, Tuhan

P.F Peliharalah kami dalam kasih Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat, yang telah mengajar kami berdoa :. PF&J Bapak kami yang di

Aku percaya kepada Yesus Kristus, AnakNya yang Tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari pada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah