• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Low Power Wireless Sensor Network Untuk Pengukuran Suhu Berbasis NRF Dengan Penjadwalan Pengiriman Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Low Power Wireless Sensor Network Untuk Pengukuran Suhu Berbasis NRF Dengan Penjadwalan Pengiriman Data"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

524

Implementasi Low Power Wireless Sensor Network Untuk Pengukuran

Suhu Berbasis NRF Dengan Penjadwalan Pengiriman Data

Ahmad Faris Adhnaufal1, Sabriansyah Rizqika Akbar2, Rakhmadhany Primananda3

Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1ahmadfarisofficial@gmail.com, 2sabrian@ub.ac.id, 3rakhmadhany@ub.ac.id

Abstrak

Kebutuhan akan monitoring dalam jangka panjang di sebuah lingkungan yang jauh dari sumber energi yang cukup menjadi tantangan tersendiri dalam proses pengembangan wireless sensor node. Dalam penerapannya wireless sensor node diterapkan dengan jumlah lebih dari 1 unit dan tersebar dalam 1 area. Sehingga dibutuhkan suatu metode untuk mengatur jadwal pengiriman data dari masing-masing

node menuju base station. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkonfigurasi penjadwalan waktu pengiriman data lebih dari 1 buah node agar kompatibel dengan metode penghematan energi. Pada penelitian ini berhasil menerapkan low power mode menggunakan library Jeelib yang telah teruji dari penelitian sebelumnya mampu menurunkan penggunaan arus pada mikrokontroler Arduino sebesar 14,5 mA pada saat pembacaan sensor, 11,2 mA pada saat pengiriman data dan 14,3 mA pada saat idle. Selanjutnya adalah mengkonfigurasi low power mode agar kompatibel dengan metode Time Division Multiple Access (TDMA) yang membuat node memiliki jadwal yang pasti. Didapati bahwa waktu pada node dapat tersinkronisasi dengan base station menggunakan algoritma Timing-sync Protocl for Sensor Network (TPSN) dengan rata-rata proses sinkronisasi membutuhkan waktu 30 detik. Setelah itu setiap node berhasil mengirimkan data sesuai jadwal dan integrasi antara low power mode dengan metode TDMA dan TPSN berhasil tanpa mengganggu kinerja dari node.

Kata kunci: Wireless sensor node, low power mode, TPSN, TDMA.

Abstract

The needs of an extended time of observation monitoring in a remote location without suffice energy resource to accommodate has become the challenge of the future development of wireless sensor node. Wireless sensor node can deploy more than 1 unit in the remote area. So there must be a method to arrange a schedule of data delivery from the node to base station. So this research conducts to configure a time scheduling for data sending and sleepy low power mode to more than 1 node to make it compatible without affecting the system. Researcher applying a low power mode that using the Jeelib library that have been approved to lowering current usage in Arduino microcontroller for almost 14.5 mA at sensor reading phase, 11.2 mA at data sending phase, 14.3 mA at idle phase. Then the next part is to configure low power mode with compatible Time Division Multiple Access (TDMA) so the node can have a fix schedule about their phase. After the research, the result came that the clock time in the node can synchronized with the base station using Timing-sync Protocol for Network (TPSN) algorithm method in 30 seconds average of synchronization process. The node gets a fix schedule for data sending phase for each and low power mode kick in the microcontroller to sleep until next data sending phase without affecting the system works.

Keywords: Wireless sensor node, low power mode, TPSN, TDMA

1. PENDAHULUAN

Permasalahan selanjutnya adalah pada sebuah sistem wireless sensor node biasanya menggunakan lebih dari satu node sensor yang saling berkoordinasi dalam mengirimkan data.

Sehingga dibutuhkan sinkronisasi waktu antar

node agar dapat mengirim data ke base station

(2)

dibutuhkan sebuah metode untuk membuat penggunaan energi menjadi sangat rendah sehingga dapat menghemat penggunaan energi pada baterai. Ada beberapa studi yang meneliti berbagai metode penghematan energi baik secara hardware maupun software. Salah satunya adalah penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh Gatut Prasaja dalam laporan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI LOW POWER MODE PADA WIRELESS SENSOR NODE” yang menjelaskan bahwa dengan penggunaan library tertentu dapat menghemat penggunaan daya pada node

sehingga penggunaan sumber daya dapat dihemat sedemikian rupa (Prasaja,2016). Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti penghematan energi dari penelitian sebelumnya yang akan diterapkan pada lebih dari 1 buah node dengan penjadwalan waktu pengiriman masing-masing node yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka permasalahan yang ada adalah bagaimana cara membuat sistem wirelesssensornode yang hemat energi sehingga penggunaan energi dapat ditekan serendah mungkin dengan mengubah

state processor pada Arduino pada low power mode dan membuat metode penjadwalan pengiriman data secara software dengan library

khusus yang ada pada library Arduino untuk kemudian diterapkan menggunakan strategi

dynamic power management (DPM).

2. PERANCANGAN & IMPLEMENTASI

Penelitian ini diawali dengan studi literatur yang terkait dengan dasar teori dan kajian pustaka. Penelitian yang akan dilakukan bersifat implementatif yaitu penerapan metode sinkronisasi waktu TPSN yang digabungkan dengan metode pengiriman data berbasis pembagian waktu TDMA serta proses pengiriman data ke basestation dengan metode

low power mode. Diawali dengan menentukan alur metode penelitian untuk memulai proses penyelesaian penelitian secara sistematis. Alur metode proses penelitian yang akan dilakukan untuk membuat sistem ini terdapat pada diagram alir pada gambar 1.

Perancangan sistem adalah tahap yang dilakukan pada proses setelah analisis kebutuhan sistem sudah terpenuhi sesuai kebutuhan. Tujuan dilakukan perancangan sistem adalah supaya implementasi sistem berjalan secara terstruktur dan sistematis. Perancangan sistem yang akan diterapkan pada penelitian digambarkan pada

blok diagram gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Perancangan sistem adalah tahap yang dilakukan pada proses setelah analisis kebutuhan sistem sudah terpenuhi sesuai kebutuhan. Tujuan dilakukan perancangan sistem adalah supaya implementasi sistem berjalan secara terstruktur dan sistematis. Perancangan sistem yang akan diterapkan pada penelitian digambarkan pada blok diagram gambar 2.

Gambar 2. Diagram Blok Perangkat Keras

Berdasarkan gambar 2 perancangan sistem penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Fase input

Fase ini berjalan pada node transmitter. Dimana node transmitter melakukan sinkronisasi waktu dengan node receiver

serta penetapan jadwal pengiriman data menuju node receiver. Setelah itu barulah

node akan berjalan sesuai dengan jadwal.

(3)

mengakuisisi data lalu melalui media

transceiver data tersebut akan dikirim menuju node receiver. Jika sudah memasuki jadwal untuk mengirimkan data. Ketika sudah melewati jadwal pengiriman data yang sudah ditentukan, selanjutnya node transmitter akan memasuki mode sleep untuk menghemat daya hingga tiba jadwalnya untuk kembali mengirimkan data.

2. Fase Proses

Fase ini berjalan pada node receiver. Dimana

node receiver akan menerima data yang berasal dari node-node transmitter yang ada pada jaringan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pada fase ini data yang sudah didapat akan diolah untuk kemudian ditampilkan pada serial monitor.

3. Fase output

Fase ini berjalan pada node receiver. Dimana

node receiver akan menampilkan data yang sudah diterima dan diolah sedemikian rupa untuk ditampilkan pada serial monitor dari

node receiver.

Setelah tahap perancangan selesai, selanjutnya sistem akan dibangun dan akan diimplementasikan. Pertama yang akan diimplementasikan adalah dari segi perangkat keras. Perangkat keras yang digunakan pada

node transmitter adalah Arduino Pro Mini sebagai mikroprosessor pada node, sensor DHT-11 sebagai sensor suhu, NRF24L01 sebagai media transceiver dari node tersebut dan FTDI untuk menggunakan fungsi serial monitor yang memantau jalannya sistem pada node. Tidak banyak perbedaan rancang bangun perangkat keras antara node transmitter dan node receiver. yang membedakan adalah pada node receiver

tidak menggunakan sensor DHT-11 karena node receiver hanya dijadikan root dan penampil hasil dari data yang dikumpulkan node transmitter. Perbedaan dapat dilihat dari gambar 3 dan gambar 4.

Gambar 3. Rangkaian Node Transmitter

Gambar 4. Diagram Alir Node Transmitter

Selanjutnya adalah implementasi dari sisi perangkat lunak. alur kerja node transmitter

seperti yang terdapat pada gambar 5 dimulai dari inisialisasi awal node. Hal pertama yang dilakukan pada saat inisialisasi adalah pengecekan baudrate, pin sensor, channel dan waktu tunggu. Pengecekan baudrate dilakukan untuk menentukan rate kerja dari mikrokontroler apakah sudah sesuai dengan rate yang sudah ditentukan. Pengecekan pin sensor dilakukan untuk memeriksa apakah sensor dapat bekerja dengan baik setelah dikoneksikan dengan pin yang telah ditentukan. Inisialisasi channel dilakukan untuk menentukan channel komunikasi wireless antara node transmitter

dengan nodetransmitter lainnya maupun dengan

nodereceiver.

(4)

data maka paket tersebut adalah paket discovery

yang diterima dari node yang menjadi root. Selain berisi pesan discovery, paket itupun berisi jadwal slot alokasi waktu yang akan menjadi jadwal permanen dari masing-masing node untuk mengirimkan data. Alokasi slot waktu tersebut akan disimpan pada sebuah variabel untuk dijalakan ketika waktu pengiriman data akan dilakukan.

Setelah semua node di asumsikan sudah menerima pesan discovery maka selanjutnya adalah memasuki fase synchronization dimana

node transmitter akan menerima paket sinkronisasi waktu dari root. Setelah menerima paket tersebut, maka waktu yang ada pada semua

node akan setara. Kemudian untuk node dengan Level 1 akan memulai pengiriman paket

discovery untuk node yang berada di Level 2 dan seterusnya.

Gambar 5. Diagram Alir Node Transmitter

Pengiriman data akan dimulai ketika sampai pada waktu yang ditentukan. Masing-masing node akan mengirimkan data menuju

receiver sesuai dengan alokasi jadwal waktu yang telah disimpan sebelumnya.

Pada setiap jeda yang terjadi antara fase

satu dengan fase yang lain, fungsi sleep akan berjalan secara berulang-ulang. Dalam satu kali

program cycle sistem akan tertidur selama kurang lebih 300 milidetik.

Pada gambar 6, alur kerja node receiver

yang akan bertugas sebagai root pada sistem dimulai dengan melakukan inisialisasi baudrate, inisialisiasi pin, channel, payload dan waktu tunggu. Inisialisasi baudrate dilakukan untuk menyesuaikan rate kerja mikrokontroller. Inisialisasi pin dilakukan untuk menentukan pin yang digunakan oleh modul yang telah dipasang. Inisialisasi channel digunakan untuk menyesuaiakan channel komunikasi yang digunakan modul wireless berkomunikasi satu sama lain. Inisialisasi payload menentukan besar

payload yang berisi protokol TPSN dan TDMA. Setelah berjalan dengan baik, selanjutnya

root akan menegirimkan paket discovery selama 12 kali dalam waktu 12 detik pertama. Jika ada satu atau lebih node yang menerima paket tersebut maka root akan mendapatkan paket permintaan sinkronisasi waktu dari node

tersebut. Paket discovery yang dikirim juga berisi alokasi waktu yang akan digunakan oleh

nodetransmitter untuk jadwal pengiriman data. Kemudian root akan mengirimkan paket konfirmasi sinkronisasi yang berisi konfirmasi dan waktu sinkronisasi agar node transmitter

(5)

Gambar 6. Diagram Alir Node Receiver

Untuk memulai prosedur sinkronisasi waktu dengan TPSN. Dibutuhkan perhitungan selisih waktu antara node transmitter dan node receiver serta selisih waktu delay propagasi yang diakumulasikan menjadi selisih total perbedaan waktu diantara keduanya.

Rumus dasar delay propagansi TPSN

(2.1)

A = Node Receiver as root (2.2)

B = Node Transmitter as node (2.3)

T1 = waktu awal pengiriman sinkronisasi (2.4)

T2 = waktu penerimaan sinkronisasi (2.5)

T3 = waktu pengiriman ACK (2.6)

T4 = waktu penerimaan ACK (2.7)

Rumus clock drift

∆=(T2−T1)−(T4−T3)2 (2.8)

Rumus delay propagasi

𝑑 =(𝑇2−𝑇1)+(𝑇4−𝑇3)2 (2.9)

Setelah waktu tersinkronisasi, selanjutnya

node transmitter akan memulai pengiriman data yang terjadwal dengan pembagian waktu TDMA. Konsep dasarnya adalah membagai

waktu kedalam beberapa slot. Seperti yang diilustrasikan pada gambar 7.

Gambar 7. Ilustrasi Konsep TDMA

Library Jeelib yang berfungsi sebagai

sleepy mode akan disisipkan di sela-sela pengiriman dimana kondisi node dalam keadaan

idle untuk mengurangi konsumsi arus. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 8.

Gambar 8. Penerapan Sleep Mode

Tujuan dari penggabungan TPSN, TDMA dan jeelib low power mode adalah membuat sebuah sistem penjadwalan yang tertata sehingga dapat menyisipkan low power mode di setiap jadwal state dari node untuk membuat sebuah sistem yang menggunakan strategi dynamic power management. Contoh penerapan DPM dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Ilustrasi Manajemen Penjadwalan DPM

3. PENGUJIAN

Pengujian akan dilakukan pada sebuah ruangan dengan masing-masing node akan diletakan secara terpisah sesuai jangkauan kabel USB yang terkoneksi pada masing-masing FTDI. Node yang akan digunakan berjumlah 8 buah node yang masing-masing terdiri dari 1 buah node receiver dan 7 buah node transmitter.

(6)

dan fungsionalitas sensor serta pengaruh low power mode pada sistem baik dari node transmitter maupun node receiver. Gambar 9 merupakan implementasi hardware pada node transmitter.

Gambar 9. Node Transmitter

Dari sisi node transmitter, pengujian yang dilakukan meliputi fase discovery, fase

synchronize, fungsionalitas TDMA dan sensor suhu, serta fungsi low power mode.

Pengujian fase discovery ditunjukkan untuk mengamati keberhasilan node transmitter yang aktif dalam membentuk sebuah topologi dengan hierarki yang tersusun pada level 1-2. Pada percobaan pertama dimana menggunakan skenario semua node transmitter berada di level 1. 9 node transmitter yang aktif berhasil terdaftar pada hierarki yang ada. Dari masing-masing berhasil mendapatkan jadwal alokasi waktu pengiriman data, alamat baru dan waktu tunggu masing-masing node. Sementara ada 1 node transmitter yang dijadikan percobaan tanpa dipantau melalui serial monitor pun berhasil terdaftar. Node mendapatkan jadwal yang telah ditawarkan dari receiver, alamat pengirim paket

discovery, level tree node tersebut pada hierarki, alamat terbaru untuk node tersebut serta waktu tunggu hingga mendapatkan paket penyetaraan waktu. Waiting time atau waktu tunggu node transmitter untuk tersinkronisasi dengan waktu dari node receiver pada level 1 disetel sedemikian rupa agar mendapatkan waktu tunggu secara acak dari range 28 detik hingga 32 detik. Rata-rata dari waktu tunggu semua node transmitter pada sekali percobaan disaat penelitian ini adalah 30 detik.

Jadwal pengiriman data diatur agar masing-masing node memiliki selisih waktu 5 detik sesuai dengan waktu yang dimiliki masing-masing node. Alokasi jadwal berdurasi 60 detik sehingga terdapat 12 jadwal yang bisa diterima

secara acak oleh node-node transmitter yang ada. Beberapa node yang mendapatkan jadwal yang sama dikarenakan node-node tersebut mendapatkan paket discovery yang sama. Beberapa hasil dari keberhasilan fase discovery

dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Fase Discovery Pada Node Transmitter

Pengujian fase synchronize ditunjukkan untuk mengamati keberhasilan node transmitter

yang aktif dalam melakukan proses penyetaraan waktu dengan node yang berada diatas levelnya maupun dengan root sesuai dengan ketentuan pada protokol TPSN.

Pada percobaan dengan menggunakan skenario 1 terlihat bahwa semua node transmitter berhasil mendapatkan paket yang berisi waktu dari node receiver sebagai level 0. Waktu yang telah didapatkan itu langsung digunakan untuk menyetarakan waktu di masing-masing node transmitter. Keberhasilan fase synchronize dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Fase Synchronize Pada Node Transmitter

Protokol TDMA pada penelitian ini berfungsi sebagai protokol yang digunakan untuk melakukan pengiriman data dengan jadwal yang telah ditentukan sesuai dengan alokasi waktu. Sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya tabrakan pengiriman data antar node transmitter menuju node receiver.

Sementara pengujian sensor suhu dilakukan untuk menguji apakah sensor suhu dapat bekerja dengan baik dalam melakukan pengambilan data suhu yang selanjutnya akan dikirimkan menuju

(7)

monitor.

Pada pengujian dengan skenario 1 dimana semua node transmitter berada pada level 1, 8 dari 9 node transmitter yang digunakan pada pengujian berhasil mengambil data suhu dari sensor suhu yang digunakan serta mampu mengirimkan data ke node receiver sesuai dengan jadwal menurut waktu yang ada pada

node transmitter. Sementara 1 buah node transmitter yang tidak dipantau dengan serial monitor berhasil melakukan pengiriman data sama baiknya dengan node transmitter lain yang terpantau dari serial monitor masing-masing. Contoh keberhasilan pengambilan dan pengiriman data dapat dilihat pada gambar 12.

Low power mode atau mode daya rendah pada penelitian ini berfungsi untuk mengatur sistem agar berjalan dengan daya yang rendah terutama pada saat node transmitter sedang tidak melakukan pengiriman data. Banyak library Arduino yang mengkhusukan pada penggunaan daya yang rendah. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pengiriman data menggunakan wireless sensor node yang telah disisipkan kode program berbasis library Arduino Jeelib telah membuat penggunaan arus pada sistem dapat ditekan lebih rendah dibandingkan dengan biasanya (Prasojo, 2016). Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan library yang sama untuk menekan penggunaan arus serendah mungkin pada sistem. Jika pada pengujian sebelumnya hanya menggunakan 1 buah node receiver dan 1 buah

node transmitter untuk meneliti penggunaan arus pada node, maka penelitian kali ini lebih mengarah kepada penerapan hasil penelitian sebelumnya dengan jumlah node transmitter

lebih dari 1 buah dan diatur menggunakan protokol TDMA.

Gambar 12. Hasil Pengiriman Data Pada Node Transmitter

Pada penelitian sebelumnya, peneliti tersebut melakukan perbandingan antara sistem yang menggunakan mode sleepy dan tidak pada saat Idle maupun pada saat aktif mengirim data. Hingga didapat hasil sebagaimana berikut pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Arus

(8)

Gambar 14. Node Receiver

Protokol TPSN pada node receiver

berfungsi sebagai node dengan level tertinggi pada hierarki yang akan memberikan waktunya untuk disetarakan dengan node lain dibawahnya. Fase discovery di node receiver bertugas melakukan pencarian node transmitter yang belum terdaftar pada level 1. Paket discovery

yang dikirim berisi konfirmasi terdaftar dan alokasi slot waktu yang akan digunakan oleh

node tersebut seperti yang terdapat pada gambar 15.

Gambar 15. Pengiriman Paket Discovery Oleh Node Receiver

Selanjutnya fase synchronize pada node receiver berfungsi untuk mengkonfirmasi permintaan penyetaraan waktu dari node transmitter dengan mengirimkan perhitungan TPSN dan waktu aktual yang ada pada node receiver. Pada gambar 16 memperlihatkan bahwa pesan permintaan penyetaraan waktu dari

semua node transmitter yang aktif. Setelah itu

node receiver sebagai level 0 akan memberikan waktu penyetara ke node transmitter yang meminta penyetaraan waktu.

Protokol TDMA pada node receiver berada pada penerimaan data dari node transmitter yang mengirimkan data pada waktu yang telah ditentukan dengan selisih beberapa detik dari waktu yang ada pada node receiver.

Selanjutnya fase synchronize pada node receiver berfungsi untuk mengkonfirmasi permintaan penyetaraan waktu dari node transmitter dengan mengirimkan perhitungan TPSN dan waktu aktual yang ada pada node receiver. Pada gambar 16 memperlihatkan bahwa pesan permintaan penyetaraan waktu dari semua node transmitter yang aktif. Setelah itu

node receiver sebagai level 0 akan memberikan waktu penyetara ke node transmitter yang meminta penyetaraan waktu.

Protokol TDMA pada node receiver berada pada penerimaan data dari node transmitter yang mengirimkan data pada waktu yang telah ditentukan dengan selisih beberapa detik dari waktu yang ada pada node receiver.

Gambar 16. Penerimaan Penyetaraan Waktu

Pada pengujian ini semua node transmitter

aktif berhasil berkomunikasi untuk menampilkan data pada serial monitor dari node receiver sebagaimana yang bisa dilihat pada gambar 17 yang memperlihatkan sebagian data yang telah dikirmkan oleh node transmitter.

Jumlah data yang diterima pada node receiver bervariasi tergantung penerimaan dan data yang masuk pada alokasi waktu tertentu.

(9)

memiliki kemungkinan untuk mengalami data collision sehingga penampilan data bisa berselang seling atau saling tertutupi.

Selain itu terdapat beberapa node yang memiliki selisih waktu yang cukup banyak sehingga waktu pengiriman data dari node transmitter dan waktu penerimaan data dari node receiver berbeda cukup jauh. Namun node receiver masih dapat menerima data dari semua

node dengan baik sehingga semua data dari semua node dan setiap level dapat diterima dan ditampilkan pada serial monitornode receiver.

Gambar 17. Node Receiver Menampilkan Data Dari Node Transmitter

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mulai dari tahap perancangan, implementasi hingga pengujian dan analisis hasil pengujian yang telah selesai dilaksanakan, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hampir semua node transmitter dapat melakukan sinkronisasi waktu dengan waktu yang ada pada node receiver

dengan perhitunga rata-rata sampai 30 detik.

2. Masing-masing node transmitter dapat melakukan pengiriman data berupa suhu menuju node receiver sesuai dengan slot waktu dengan metode TDMA yang telah ditentukan sebesar 5 detik.

3. Penerapan metode low power mode dapat dilakukan dengan menyisipkan pada siklus program ketika dalam keadaan idle dan jeda low power pada program diatur sebesar 300 ms agar tidak mengganggu fungsi lain yang berjalan pada program sehingga

penerapan DPM dapat dikatakan berhasil.

Penerapan penelitian penggunaan arus yang rendah dengan library Jeelib yang dikombinasikan dengan protokol TDMA dan TPSN untuk diterapkan pada node yang jumlahnya lebih dari 1 buah pada penelitian kali ini berhasil terintegrasi dengan baik. Dapat dilihat dari berhasilnya node transmitter

mengirimkan data menuju node receiver tanpa ada gangguan yang berarti. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu integrasi hasil penelitian penggunaan low power mode pada WSN dengan penerapannya pada node transmitter yang berjumlah lebih dari 1 buah.

DAFTAR PUSTAKA

Adafruit. (2017). Adafruit FT232H Breakout. Retrieved January 2017, from Adafruit

Company :

https://learn.adafruit.com/adafruit-ft232h-breakout/serial-uart

Arduino. (2016). Product Arduino. Retrieved September 2016, from Arduino

Company :

http://www.arduino.cc/en/Main/Product s

ASA Nordic Semiconductor. (2016). Nordic Semiconductor NRF24L01 Product Specification. Retrieved September 2016, from Nordic Semiconductor : http://nordicsemi.com/eng/nordic/down load_resource/8041/1/62435711

Chandrakasan, Anantha dan Sinha Amit. (2001). Dynamic Power Management in Wireless Sensor Networks. Cambridge: Massachusetss Institute of Technology.

Elson, J. (n.d.). Time Synchronization for Wireless Sensor Networks. Los Angeles: University of California.

Erwanda, A. N. (2016). IMPLEMENTASI TIME SYNCHRONIZATION PADA WSN UNTUK METODE TDMA

MENGGUNAKAN ALGORITMA

TPSN. Malang, Indonesia: Universitas Brawijaya.

Ganeriwal, Saurabh. Et al,. (2003). Timing-sync Protocol for Sensor Network. Los Angeles : University of California.

(10)

2016, from jeelabs : http://jeelabs.org/pub/docs/jeelib/

Kurose, Et al,. (2010). Computer Networking : A Top-Down Approach. NYU.

Prasojo, Gatut. (2016). IMPLEMENTASI LOW POWER MODE PADA WIRELESS SENSOR NODE. Malang, Indonesia : Universitas Brawijaya.

Roche, Michael. (2006). Time Synchronization in Wireless Networks. St. Louis : Washington University.

SparkFun. (2017). SparkFun USB to serial UART Boards Hookup Guide. Retrieved January 2017, from Sparkfun :

https://learn.sparkfun.com/tutorials/spar kfun-usb-to-serial-uart-boards-hookup-guide?_ga=1.47589859.512431245.148 5075572

SparkFun. (2017). Reducing Arduino Power Consumption. Retrieved January 2017,

from SparkFun :

https://learn.sparkfun.com/tutorials/red ucing-arduino-power-consumption

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Gambar 4. Diagram Alir Node Transmitter
Gambar 5. Diagram Alir Node Transmitter
Gambar 8. Penerapan Sleep Mode
+5

Referensi

Dokumen terkait

&emi teratasinya masalah dari program Keluarga berencana dengan melihat penyebab yang utama sangat di harapkan adanya kerjasama dan peninjauan kembali dari

Jika produsen memiliki market power yang cukup besar maka dengan mudah dapat mempengaruhi harga jual biji kakao di pasar, hal ini terkait juga dengan jumlah pedagang

Sebaliknya, studi yang dilakukan oleh Sari (2012) justru melaporkan bukti bahwa adanya penerapan IFRS pada perusahaan berpengaruh pada terlambatnya penyampaian laporan

Dan perkembangan sumber daya Iptek belum memberikan sumbangan yang signifikan terhadap pembentukkan keunggulan posisi Indonesia di dalam meningkatkan daya saing...

Pinjam pakai kawasan hutan bertujuan untuk mendukung pembangunan di luar kegiatan kehutanan, membatasi dan mengatur penggunaan sebagian kawasan hutan untuk

Kegiatan pembangunan yang telah dilakukan pada kawasan amatan dengan. memberdayakan masyarakat antara

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: (1) Zat Na 2 SO 4 , CaCl 2 , dan MgSO 4 dapat digunakan untuk memurnikan bioetanol dengan zat MgSO 4 sebagai

I had written Piedmont a letter saying that I only wanted to spend one more year teaching on the island. I did not elaborate the reasons for this in my letter to him. I felt the