• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEBAT SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DEBAT SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setelah ditetapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh Departemen Pendidikan dan Direktorat Jenderal Pendidikan Republik Indonesia sebagai sistem penyokong dalam kegiatan belajar mengajar. Sistem pembelajaran yang selanjutnya disebut sebagai kegiatan belajar mengajar tersebut telah berubah. Mengingat hal mengenai sistem pendidikan, maka pratinjau kasus yang yang sedang di bahas yaitu berpusat pada pengaturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur sistem KTSP. Ada pula Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang lebih rinci memaparkan bagaimana sistem KTSP tersebut diimplementasikan di sekolah yang ada di Indonesia.

“Pasal 11

(2) Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.”

(2)

Esensi dari Undang-Undang Republik Indonesia yang lengkap dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia tersebut, maka jelaslah sudah mengenai sistem pendidikan yang menggambarkan titik fokus kegiatan belajar mengajar terpusat pada peserta didik, yakni siswa dituntut untuk aktif dalam menanggapi pelajaran yang tengah diberikan oleh para staff pengajar. Artinya, siswa lah yang harus lebih berperan aktif di setiap kegiatan belajar mengajar di sekolah.

“Metode pembelajaran diarahkan berpusat pada peserta didik. Guru sebagai fasilitator mendorong peserta didik agar mampu belajar secara aktif, baik fisik maupun mental. Selain itu, dalam pencapaian setiap kompetensi pada masing- masing mata pelajaran diberikan secara kontekstual dengan memperhatikan perkembangan kekinian dari berbagai aspek kehidupan.”

(Kurikulum SMA Negeri 69 Jakarta, halaman 18, alinea ke-3)

Dari pemaparan kasus tersebut maka sekolah harus mengambil tindakan untuk memberikan fasilitas berupa sarana peningkatan dan pengembangan kualitas pola pikir, sikap kritis dan ketelitian kepada para peserta didik untuk pencapaian kurikulum tingkat satuan pendidikan tesebut sehingga apa yang telah di amanatkan oleh pemerintah dapat terlaksana dengan baik.

(3)

dengan apa yang telah di amanatkan dalam sistem pendidikan, yaitu menciptakan generasi yang cakap dan peka terhadap berbagai aspek kehidupan untuk meningkatkan generasi bangsa. Salah satu cara yang dapat membantu pelaksanaan dalam amanat pemerintah mengenai sistem pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yaitu dengan metode sarana debat yang dalam aspeknya mengandung semua unsur yang pemerintah maksud dalam semua peraturannya mengenai kurikulum tingkat satuan pendidikan.

(4)

memandang bahwa debat merupakan salah satu dari sekian banyak jalan untuk dapat membantu dalam keberhasilan kurikulim tersebut.

Oleh karena itu, dengan didasari oleh kedua urgency, yaitu tuntutan pemerintah dalam sistem pendidikan nya yang memusatkan para peserta didik dan menuntut mereka supaya lebih aktif dibandingkan para staff pengajar yang diberikan sudut pandang oleh sistem pendidikan tersebut hanya sebagai fasilitator saja bagi mereka, serta urgency mengenai pemanfaatan debat sebagai sarana penyokong untuk menjalankan sistem pendidikan nasional, maka penulis dalam karya tulis ilmiah ini akan berusaha mengungkap semua keuntungan debat dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional tersebut demi pembangunan nasional yang akan melahirkan generasi muda yang berkualitas dari dunia pendidikan Republik Indonesia yang cerah dan gemilang.

(5)

aspek yang dapat membantu siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian Latar Belakang Masalah yang telah penulis paparkan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran mengenai sistem, varietas, dan teknik dalam debat?

2. Bagaimanakah korelasi antara debat dengan kualitas pola pikir dan sikap kritis?

3. Bagaimanakah hubungan antara ketelitian dan keterampilan dengan sistem yang ada pada debat?

4. Bagaimanakah manfaat penguasaan debat secara realistis khususnya dalam kegiatan belajar mengajar?

1.3 Maksud dan Tujuan

(6)

memperoleh respon yang positif dari pihak sekolah terhadap peluang emas yang di sajikan penulis untuk membantu menjalankan sistem pendidikan yang diberikan oleh pemerintah.

Adapun tujuan dari pembahasan dan pembedahan dari semua aspek dan kelebihan yang dikandung oleh debat dan reaksinya terhadap sistem pendidikan nasional , antara lain :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh debat pada makna yang termaktub dalam amanat pemerintah mengenai sistem pendidikan nasional dan kurikulum tingkat satuan pendidikan tersebut.

2. Untuk menggugah pihak sekolah bahwa debat merupakan sarana yang tepat untuk membantu penerapan, dan memperlancar sistem pendidikan nasional tersebut.

3. Untuk memberikan efek dan kesan serta paradigma para pembaca terhadap sistem debat, sehingga debat dapat di terima sebagai aspek penting dalam meningkatkan segala potensi yang ada di bidang pengetahuan.

(7)

1.4 Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini digunakan metode penulisan sebagai berikut :

1. Studi Literatur

Metode ini di lakukan dengan mengumpulkan beberapa buku sumber yang berkaitan erat dengan masalah yang di bahas dalam karya tulis ilmiah ini serta dengan mengumpulan semua bahan yang akan mendukung dengan studi literatur yang berasal dari situs-situs di internet.

2. Angket

(8)

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(9)

BAB II LANDASAN TEORI

Memaparkan teori-teori yang relevan dengan kajian yang penulis angkat dalam karya tulis ilmiah ini. Penulis membagi bab ini kedalam delapan sub bab, yaitu Debat, Jenis-jenis Debat, Skema Debat, Elemen debat, Strategi Debat, Pola Pikir (Mind Set), Sikap Kritis dan Ketelitian, Keterampilan Verbal (Public speaking).

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini dijelaskan secara tuntas permasalahan yang penulis angkat dalam karya tulis ilmiah ini dengan menggunakan data dan informasi pendukung yang telah di dapatkan dari hasil analisa berbagai literatur yang berkaitan dengan kasus yang telah ditimbulkan dalam karya tulis ilmiah ini serta melalui angket sebagai sarana jajak pendapat kepada para korespondensi yang tepat sasaran. Bab ini terdiri dari sub bab-sub bab Peningkatan Kualitas Pola Pikir, Sikap Kritis dan Ketelitian Dengan Kegiatan Debat, Debat dan Public Speaking, dan Manfaat Penguasaa Debat Secara Realistis.

BAB IV PENUTUP

(10)
(11)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Debat

“Debating is a clash of argument. For every issue, there are always different sides of story, why people support or disagree with that certain issue. Debating seeks to explore the reasons behind each side. To make those reasons mendukung atau tidak setuju pada kasus tersebut. Pandangan dalam debat adalah untuk mengungkap alasan-alasan di balik setiap sisinya. Untuk membuat alasan-alasan tersebut dapat di mengerti dan diyakini, pada pendebat harus menyampaikan pendapat mereka dengan kemampuan berkomunikasi yang baik.”

(Departemen Pendididkan Nasional.2009. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Debating Handbook.)

(12)

serta kapasitas pengetahuan haruslah ‘lebih’ dibanding dengan pendebat yang berada di tim oposisinya, dan mereka harus lebih menonjolkan diri mereka dalam kebolehan mereka menguasai materi di dalam arena debat. Selain itu untuk menunjang mereka dalam meyakinkan semua orang yang terlibat dalam perdebatan, maka para debaters harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dengan kata lain mereka harus terampil dalam public speaking mereka.

Dalam kegiatan debat sendiri banyak pola atau bentuk yang mengatur jalannya perdebatan, dan debaters diatur untuk berbicara dalam pola debat tersebut. Ada beberapa jenis debat yang digunakan untuk kegiatan debat yang dilaksanakan baik untuk kebutuhan kompetisi atau untuk kebutuhan suatu standar kompetensi pada proses pembelajaran di sekolah yaitu, Asian Parliamentary, Australasian Parliamentary,dan British Parliamentary.

2.2 Jenis- jenis Debat

(13)

2.2.1 World School Format

Format yang digunakan dalam turnamen world schools debating championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi British Parliamentary dan Australasian Parliamentary. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut :

1. Pembicara pertama Proposisi - 8 menit 2. Pembicara pertama Oposisi - 8 menit 3. Pembicara kedua Proposisi - 8 menit 4. Pembicara kedua Oposisi - 8 menit 5. Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit 6. Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit 7. Pidato penutup Oposisi - 4 menit 8. Pidato penutup Proposisi - 4 menit

Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi.

(14)

Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian schools debating championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.

2.2.2 Australasian Parliamentary

Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs"), gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut:

(15)

Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.

Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:

(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.

(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.

Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Tidak ada interupsi dalam format ini.

(16)

2.2.3 British Parliamentary

Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai berikut:

 Opening Government:

Prime Minister

Deputy Prime Minister

 Closing Government:

Member of the Government

Government Whip

 Opening Opposition:

Leader of the Opposition

Deputy Leader of the Opposition

 Closing Opposition:

(17)

Urutan berbicara adalah sebagai berikut:

1. Prime Minister - 7 menit

2. Leader of the Opposition - 7 menit 3. Deputy Prime Minister - 7 menit

4. Deputy Leader of the Opposition - 7 menit 5. Member of the Government - 7 menit 6. Member of the Opposition - 7 menit 7. Government Whip - 7 menit

8. Opposition Whip - 7 menit

Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.

(18)

2.3 Skema Debat

Untuk pembahasan kali ini penulis hanya akan memberikan salah satu skema debat dari satu jenis atau bentuk debat, yaitu skema debat World School Format. Hal tersebut dikarenakan titik fokus pada karya tulis ini bukan pada system debat berlangsung namun hal tersebut diperuntukkan hanya sebagai jembatan untuk memahami system debat secara ke seluruhan.

Skema debat World School Format adalah sebagai berikut : 1. Terdapat 2 tim dalam setiap pertangdingan debat, setiap tim

terdiri atas 3 debaters yang akan menjadi pembicara 1, ke-2, dan ke-3 untuk setiap tim tersebut.

2. Setiap tim akan menjadi Government/ Affirmative (pemerintah, pihak pro, yang akan mendukung mosi/masalah yang diperdebatkan) dan tim Opposition/Negative (tim yang akan kontra terhadap mosi)

(19)

yang di wakili oleh pembicara ke-1 atau ke-2 untuk masing-masing tim diberikan waktu 4 menit untuk menegaskan kembali apa yang telah mereka sampaikan pada pidato sebelum pembicaraan penutup berlangsung serta meyakinkan juri dan elemen yang terlibat dalam parlemen debat bahwa tim mereka lah yang menyampaikan argumen dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kekredibilitasannya.

4. Berikut adalah susunan pembicaraan atau speech (pidato) pada debat World School Format:

5. Pembicara ke-1 Affirmative pembicara ke-1

Negative pembicara ke-2 Affirmative pembicara ke-2 Negative pembicara ke-3 Affirmative

pembicara ke-3 Negative pembicara penutup Negative pembicara penutup Affirmative.

(20)

POI (Point of Information). Setiap POI dapat disampaikan dalam interval waktu dari menit ke-1 sampai menit ke-7 saat tim oposisi sedang menyampaikan berbagai argumenya. Namun ketika pembicara penutup sedang berpidato maka tim yang lainnya secara mutlak tidak diperbolehkan untuk menyelenggarakan POI. Dan hal yang paling penting dalam POI tersebut adalah pembicara yang sedang berpidato lah yang dapat mempersilakan tim oposisinya untuk menyelenggarakan POI ketika tim oposisinya memberikan sinyal dengan mengangkat tangan sambil berkata “interupsi (POI please)”, namun jika pembicara yang sedang berpidato tidak memperkenankan tim lawanya untuk menyelenggarakan POI, maka tim oposisi tersebut terpaksa untuk diam dan tidak menyelenggarakan POI.

(21)

pidato telah berakhir. Setiap debaters yang berbicara dibawah 7 menit dianggap bahwa dia telah under-time (kurang dari waktu yang ditentukan ). Dan setiap debaters yang berpidato lebih 30 detik dari waktu yang ditentukan maka pembicara tersebut telah overtime (melenceng), untuk kedua kasus tersebut akan mengurangi poin yang diberikan juri. Dan dengan kata lain para debaters haruslah cermat dalam mengatur waktu mereka dalam menyampaikan argumen. 8. Untuk pembicara penutup, Time keeper akan mengetuk meja

satu ketukan pada akhir menit ke-3 dan dua ketukan pada menit ke-4 yang menandakan bahwa waktu bicara telah usai. 9. Di Indonesia, setiap tim diberikan waktu 30 menit sebagai

waktu persiapan untuk menyampaikan masing masing pidato mereka setelah mosi atau kasus telah diluncukan. Dalam waktu persiapan tersebut, para debaters tidak diizinkan untuk mendapatkan bantuan dari siapapun kecuali anggota mereka masing masing, atau menggunakan media elektronik yang menyimpan segala informasi tentang kasus atau mosi yang sedang mereka hadapi.

(22)

2.4.1 Motion

Motion atau mosi (dalam bahasa indonesia) dikenal juga dengan topik atau kasus yang akan dihadapi oleh para debater di dalam pertandingan debat. Motion merupakan bentuk pernyataan yang akan dipaparkan oleh kedua tim baik affirmative ataupun negative. Affirmative adalah tim yang harus mempertahankan mosi agar mosi dapat dipercaya oleh semua pihak di dalam parlemen debat. Sedangkan tim negative yang tidak percaya dan sama sekali tidak mendukung terhadap mosi yang telah diluncurkan sebagai motion dalam perdebatan saat itu.

2.4.2 Case Building

Case building (pembangunan kasus) adalah proses penyusunan kasus dari mosi yang telah diberikan, dan saat case building ini lah adalah waktu yang diperuntukkan bagi debaters pada setiap tim untuk mencocokan (synchronize) argumen mereka terhadap mosi yang sedang hadapi, dan memastikan bahwa argumen mereka telah solid dan konsisten.

2.4.3 Definition

(23)

debat yang sedang berlangsung. Hal ini menjadi sangat penting karena inilah yang menjadi pondasi awal dalam membangun kasus dalam debat sehingga semua pihak dapat mengerti apa yang sedang di debatkan, hal ini dapat membantu kedua tim debat untuk mendapatkan dukungan dan keberpihakkan dari audience yang berada didalam situasi perdebatan yang akan dapat meyakinkan bahwa tim yang paling baik dalam penyampaian definisi lah yang akan lebih di dengar oleh para audience dan adjudicator tersebut.

2.4.4 Arguments

Setelah kedua tim telah melakukan pendefisisian maka haruslah para debater memberikan argumen untuk memperkokoh definisi yang telah mereka bangun dan membuat siapa saja yang ada di parlemen tertarik pada kasus-kasus yang mereka paparkan. Arguments atau pendapat-pendapat dari tim affirmative dan negative harus disampaikan untuk membuktikan mengapa mereka percaya atau tidak percaya kepada mosi yang tengah diperdebatkan.

(24)

1. Assertion adalah pernyataan yang harus dibuktikan

2. Reasoning adalah alasan-alasan mengapa pernyataan debaters dapat menjadi logis dengan kasus yang sedang di bangun.

3. Evidence adalah analogi dan fakta-fakta untuk mendukung keberadaan assertion dan reasoning.

4. Link back adalah bentuk relevansi pernyataan dari argumen pada kasus yang tengah dibahas.

2.4.5 Mapping and Elaboration

(25)

mapping saja yang cenderung membahas benang merahnya, yang harus dilakukan oleh debaters selanjutnya adalah elaboration/elaborasi atau menjabarkan semua benang merah tersebut sehingga kasus yang kita berikan dapat benar-benar di percaya oleh audience dan adjudicator dalam perdebatan tersebut.

2.4.6 Rebuttals

Rebuttals adalah respon debater kepada tim oposisi terhadap argumen yang telah disampaikan oleh tim oposisi tersebut. Rebuttals harus membuktikan bahwa argumen dari tim oposisi semuanya tidak penting dan salah serta membuktikan bahwa argumen tim oposisi tidak relevan dengan mosi yang sedang dibahas. Debaters yang melakukan rebuttals tidak cukup hanya mengatakan bahwa ‘argumen tim oposisi kami tidak relevan dengan urgency mosi.’ Rebuttal yang baik harus diikuti dengan alasan yang kuat dan bukti-bukti mengapa argumen mereka tertolak.

2.4.7 Points of Information (POI)

(26)

Dalam penyelenggaraan POI, orang (debater) yang berkaitan yang melaksanakan POI harus berdiri dengan mengangkat tangan dan mengatakan ‘POI’ atau ‘interupsi’ dengan sopan kepada debater yang sedang berpidato.

Jika debater yang sedang menyampaikan pidatonya mempersilakan tim oposisinya menyelenggarakan PIO maka debater dari tim oposisi haruslah segera menyelenggarakan POI. POI berisi tentang pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang disampaikan dan kejelasan asal usul argumen pembicara saat itu. Dan debater yang sedang berpidato harus menjawab apa yang ditanyakan oleh debater dari tim oposisi tersebut. Hal ini tentunya menjadi saat ditunggu, karena apabila tim debater yang sedang berpidato tidak mampu menjawab pertanyaan dari POI yang diselenggarakan oleh tim oposisi maka, tim oposisi berhak atas poin nilai karena dapat menjebak dengan pertanyaan yang menukik.

2.5 Strategi Debat 2.5.1 Manipulasi Data

(27)

jawaban secara detail, serta POI tersebut menyatakan pernyataan yang menukik pada argumen debater tersebut. Ataupun dalam rebuttals argumen dari tim oposisi menyatakan sesuatu yang membuat pernyataan/argumen debater yang bersangkutan jatuh, dan tidak berarti apa apa lagi di mata audience juga adjudicator, maka hal tersebut adalah saat saat tergenting bagi debater yang mendapat POI serta rebuttals seperti itu, dampaknya adalah pengurangan poin dan kehilangan simpati dari audience serta adjudicator yang berujung kekalahan bagi debater tersebut.

Untuk pertanyaan ataupun pernyataan yang menukik dari oposisi biasanya mereka menanyakan hal yang berhubungan dengan validasi data pada suatu argumen serta kejelasan dari suatu poin yang terdapat pada argument tersebut. Dan mau tidak mau debater yang bersangkutan harus menjawab dan mempertahankan argumen yang telah mereka bangun untuk menimbulkan sikap konsisten untuk argument-argumen yang telah mereka sampaikan. Jika memang data yang tim oposisi minta memang tidak kita ketahui maka manipulasi data lah jalan terakhir yang harus ditempuh.

(28)

dapat dipertanggungjawabkan. Hal yang paling penting untuk melakukan manipulasi data adalah pengetehuan yang luas mengenai kasus yang sedang di bahas dalam perdebatan, serta kemampuan public speaking nya yang didukung dengan air muka yang menyakinkan untuk membuat pernyataan manipulasi data tersebut dapat diterima oleh parlemen debat. Alhasil, debater yang mendapatkan POI serta rebuttals yang menukik tersebut setidaknya telah berada di zona aman. Namun hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah kehati-hatian serta ketelitian dalam melakukan manipulasi data yaitu memberikan data yang telah dimanipulasi dengan pernyataan yang logis dan rasional.

2.5.2 Pertanyaan dan Pernyataan Menukik

(29)

oposisi sehingga kita sebagai tim non oposisi dapat leluasa menukik tim oposisi dengan baik, dengan jalan seperti itu maka dipastikan tim yang membuat pertanyaan serta pernyataan yang menukik akan menguasai pertandingan dan telah dihadapkan pada kemenangan.

2.6 Pola Pikir (Mind Set)

“Pola pikir adalah bentuk penjalanan prinsip-prinsip dalam mengorganisir daya kekuatan pikiran kedalam konsepsi dimana kekuatan latihan kedalam aktualisasi membentuk agar pembenaran dengan pemanfaatan intelegensia sebagai suatu kekuatan yang di intergrasikan secara rasional.”

(Robert T. Carrol 2004)

Dengan memperhatikan pemahaman rumusan diatas, maka yang menjadi masalah bagaimana caranya kita mampu untuk mengungkit kemampuan memanfaatkan otak dalam berpikir, dalam hal ini akan sangat bergantung kepada seberapa jauh kita dapat merumuskan kembali yang terkait dengan PENDEKATAN apa yang akan kita gunakan dalam menggali kekayaan terbesar yang ada dalam OTAK untuk dapat dimanfaatkan.

(30)

dalam kegiatan debat tersebut, para debater dituntut untuk berpikir secara logis dan rasional.

2.7 Sikap Kritis dan Ketelitian

Sikap kritis dan ketelitian adalah sesuatu hal yang berkaitan erat satu sama lain. Sikap kritis adalah keadaan dimana seseorang menggunakan pikirannya untuk menganalisa suatu kasus dengan pemikirannya yang rasional dan logis. Analisa kasus tersebut bertujuan untuk mengungkap satu persatu poin atau alasan dibalik sebuah kasus tersebut.

“Secara umum, kita dapat mengatakan kalau berpikir kritis adalah berpikir jernih, teliti, penuh pengetahuan, dan adil saat memeriksa alasan untuk percaya atau berbuat sesuatu.”

(Robert T. Carrol 2004)

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis harus diiringi oleh pengetahuan yang luas. Hal tersebut akan sangat bermanfaat sekali ketika kita sedang mempelajari suatu kasus yang tengah diungkap.

2.8 Keterampilan Verbal (Public Speaking)

(31)

am doing this right! How does my hair look? I know I shall fail.” They prophetic souls are sure to be right. It is not enough to be absorbed by your subject to acquire self confidence you must have something in which to be confident. If you go before an audience without any preparation, or previous knowledge of your subject, you ought to be self conscious you ought to be ashamed to steal the time of your audience. Prepare your self. Know what are you talking about, and in general, how you are going to say it. Have the first few sentences worked out completely so that you may not be troubled in the beginning to find words. Know your subject better than your hearers know it, and you have nothing to fear.”

(The Art of Public Speaking Carnegie, Dale Breckenridge dipublikasikan: 1905)

(32)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Peningkatan Kualitas Pola Pikir, Sikap Kritis dan Ketelitian dengan Kegiatan Debat

(33)

Dalam setiap tahap pembangunan kasus terhadap permasalahan yang sedang kedua tim bahas, para debater dituntut untuk mengoptimalkan diri mereka masing-masing dalam menganalisa permasalahan tersebut. Hal yang disebut dengan pengoptimalisasian tersebut menandakan bahwa dalam kegiatan debat terdapat tanda keberadaan pertandingan. Adapun tujuan dari kegiatan pertandingan debat adalah sebuah kemenangan pada salah satu pihak saja, baik itu pihak affirmative ataupun negative. Kemenangan dalam pertandingan debat tentunya dapat diraih dengan mudah jika tim yang bertanding mengerahkan segala kemampuan yang mereka miliki didalam mengolah kasus sehingga dapat menarik simpati juri dan setuju serta berpihak pada mereka.

Telah kita ketahui bahwa debat memiliki banyak sekali tahapan serta memiliki sistematika tersendiri yang dapat menata perjalanan pertandingan atau kegiatan debat dengan baik.

(34)

lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dibandingkan dengan guru/staff pengajar yang dipandang hanya sebagai fasilitator saja di dalam kegiatan belajar mengajar tersebut sebagai mana telah dipaparkan di awal pembahasan. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk lebih mengandalkan dirinya sendiri untuk memahami setiap materi apa saja yang telah ditentukan di dalam kompetensi dasar yang telah diatur dalam kurikulum tersebut.

(35)

tersebut mau tidak mau harus dilakukan oleh seorang debater demi kelancaran perdebatannya. Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung para debater daya pemikirannya akan terasah dan pola pikirnya lambat laun akan semakin tajam.

Mari kita lihat makna yang terkandung dari pengertian debat itu sendiri.

”Debat merupakan pertentangan pada pendapat. Selalu ada berbagai sisi dalam kasus di dalam setiap masalah, mengapa orang-orang (orang-orang yang melakukan debat)mendukung atau tidak setuju pada kasus tersebut. Pandangan dalam debat adalah untuk mengungkap alasan-alasan di balik setiap sisinya. Untuk mendapat alasan-alasan tersebut dapat di mengerti dan dipahami, para pendebat harus menyampaikan pendapat mereka dengan kemampuan berkomunikasi yang baik.”

(36)

untuk mendapat keberpihakan dari adjudicator dan akhirnya berdampak pada kemenangan yang mereka raih.

(37)

mereka miliki dalam kasus redenominasi tersebut. Kemungkinan tanggapan serta jawaban mereka sebagai bentuk respon terhadap apa yang telah disampaikan tim oposisi adalah sebagai berikut:

1. Tim oposisi tidak jelas dalam memaparkan apa sebenarnya dampak negatif redenominasi itu sendiri terhadap perekonomian bangsa Indonesia.

2. Tim oposisi rancu dengan pernyataan mereka sendiri, memangnya indikator seperti apa yang dibutuhkan untuk melakukan redenominasi terhadap rupiah? Hal tersebut membuat pernyataan yang dilontarkan tim oposisi tidak berarti apa-apa karena mereka sama sekali tidak mengelaborasikan dampak negatif yang ditimbulkan jika pemerintah tetap melakukan redenominasi terhadap rupiah. 3. Pertanyakan, dari mana tim oposisi mengambil pernyataan

(38)

4. Melakukan sindiran dengan memberikan pernyataan yang dianggap sebagai feedback untuk tim oposisi seperti, “dewan juri yang terhormat dan audience yang saya banggakan, baru saja kita mendengar pernyataan dari tim oposisi bahwa mereka ‘pesimis’ terhadap tindakan pemerintah yang akan melakukan redenominasi pada rupiah, sedangkan status quo yang sedang menjadi urgency pada saat ini adalah pemerintah sendiri telah setuju dengan redenominasi tersebut dengan pertimbangan bahwa rupiah saat ini taraf inflasinya sedang stabil, dan hal tersebut dipaparkan langsung oleh menteri keuangan Republik Indonesia dalam pembahasan redenominasi itu sendiri. Jadi sebenarnya apalagi yang seharusnya kita ragukan terhadap redenominasi tersebut? Dan seharusnya kita patut mempertanyakan analisa yang dilakukan oleh tim oposisi terhadap mosi yang kita bahas pada parlemen debat ini.”

(39)

untuk kasus sains diperlukan logical thinking yang dapat menggali potensi perkembangan pola pikir dan sikap kritis serta ketelitian debater.

3.2 Debat dan Public Speaking

“……....para pendebat harus menyampaikan pendapat mereka dengan kemampuan berkomunikasi yang baik.”

Dari kalimat diatas, kalimat yang termaktub dalam pengertian debat pada awal pembahasan kita tersebut telah menunjukkan secara kontras bahwa kegiatan debat memerlukan keterampilan berkomunikasi yang baik untuk memperlancar jalannya kegiatan debat, baik itu ketika debater tengah memberikan pidatonya yang didalamnya dibahas secara lengkap mengenai argument-argumen mereka beserta elaborasi terhadap argumen tersebut, selain itu ketika mereka menyelenggarakan POI terhadap tim oposisi mereka.

(40)

memperhatikan terhadap isi dari materi yang mereka paparkan apabila para debater menyampaikan materi dengan gaya yang tidak monotone atau tidak membosankan dan bergairah serta menimbulkan kharisma public speaking mereka.

Seperti yang kita tahu bahwa ketika para debater menyampaikan argumen di hadapan adjudicator dan audience, dianalogikan dengan kasus ketika mereka sedang menjual apa yang mereka paparkan dengan gaya bicara yang semenarik mungkin namun dengan bahasa yang mudah dicermat, baik oleh tim oposisi kita begitu pula adjudicator dan audience. Oleh karena itu, demi kemenangan yang ingin diraih maka para debater dengan cermat setiap tim berlomba menggunakan public speaking atau keterampilan verbal mereka untuk ‘atrack the adjudicator and the audience’ pada saat pertandingan debat berlangsung.

Berikut ini akan dijelaskan bagaimana pemaparan yang baik dengan mengoptimalkan kemampuan verbal atau public speaking, sehingga dapat memberikan impuls-impuls positif kepada adjudicator dan audience agar mereka tertarik dan fokus dengan materi yang hendak kita sampaikan, yaitu dengan cara :

(41)

moderator dan tentunya tim oposisi kita dengan mengucapkan kalimat sambutan yang tidak biasa dan dapat menimbulkan sense of humor dalam kegiatan debat yang formal. Contohnya, “terima kasih kepada moderator yang telah mempersilakan saya untuk berbicara pada saat ini, kepada dewan juri yang terhormat saya ucapkan selamat pagi, audience, dan tentunya kepada tim oposisi yang sangat saya cintai saya ucapkan selamat pagi.” Ketika kita menyambut semua komponen jangan lupa berikan gerak tubuh atau body gesture yang menandakan kita telah menyambut mereka dengan baik, seperti gerakkan sedikit membungkuk. Khusus kalimat sambutan untuk tim oposisi, berikan sedikit tekanan dengan membubuhkan senyuman tipis untuk mencairkan suasana dalam arena perdebatan. 2. Berikan pertanyan yang bersifat intermezzo kepada seluruh

(42)

tersebut tidak relevan dengan apa yang kami sajikan dalam parameter terhadap mosi ini.” Dari contoh tersebut akan membantu kita lebih komunikatif lagi dengan seluruh komponen debat yang terlibat pada saat itu, dan mereka akan merasa jelas eksistensi mereka dalam pertandingan tersebut. 3. Berikan ekspresi wajah di setiap argument yang kita paparkan

tentunya dengan menyesuaikan ekspresi dan tema argumen yang kita paparkan, selain itu perhatikan pula kontak mata kita terhadap seluruh komponen debat, terutama pada adjudicator dan tim oposisi kita. Hal tersebut akan membuat apa yang kita paparkan menjadi lebih hidup dan atraktif sehingga dapat menarik perhatian dari seluruh komponen debat. Selain itu berikan sedikit body language kita (agar tidak terkesan berlebihan) untuk penekanan terhadap setiap argumen yang kita paparkan.

(43)

3.3 Manfaat Penguasaan Debat Secara Realistis

Melihat latar belakang masalah yang penulis angkat dalam karya tulis ilmiah ini yaitu mengenai sistem pendidikan yang diatur oleh pemerintah yang memuat bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum tersebut dijelaskan bahwa dalam sistem pembelajaran yang terangkum pada kurikulum tingkat satuan pendidikan tersebut siswa lah yang harus lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, sedangkan guru adalah sebagai fasilitator siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar tersebut. Mari kita kaitkan dengan kegiatan debat yang tersusun dalam sistem yang luar biasa yang dapat menggugah potensi yang terkandung dalam siswa, seperti kecakapan siswa dalam mengembangkan pola pikirnya, sikap kritis dan ketelitian dalam menganalisa suatu kasus, serta dapat membantu melatih keterampilan verbal mereka dalam berkomunikasi di depan umum atau yang lebih dikenal dengan public speaking.

(44)

pembahasan maka kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat diuntungkan dengan mengoptimalkan kegiatan debat di lingkungan sekolah, seperti :

1. Kematangan analisa kasus, dalam situasi kegiatan belajar mengajar ketika kegiatan debat telah dioptimalkan pelaksanaannya maka siswa akan menjadi seorang ‘debater’ dalam setiap proses pembelajaran, mereka akan berusaha menganalisa semua materi yang mereka dapatkan, dan hal tersebut akan mempengaruhi keaktifan mereka dalam proses kegiatan belajar mengajar, akhirnya akan membantu merealisasikan sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut.

2. Sikap kritis, tentunya menjadi tonggak pemicu keaktifan siswa di sekolah, mereka akan bersikap ‘penasaran’ dengan apa yang disampaikan oleh para staff pengajar. Suasana menjadi hidup, dan belajar menjadi menyenangkan.

(45)

4. Public speaking yang berkualitas, dengan memadukan antara pola pikir yang mantap, sikap kritis dan ketelitian, serta kemampuan verbal yang baik, siswa akan mampu melakukan presentasi karya maupun berbicara di depan umum dengan materi yang berbobot serta berkualitas, akan membiasakan siswa tersebut dapat aktif di setiap kegiatan, baik itu dalam kegiatan akademis maupun kegiatan non akademis, selain itu siswa akan terlihat percaya diri dalam urusan tampil di muka umum seperti, memandu sebuah acara atau bahkan melakukan diskusi kelompok belajar.

Selaras dengan paparan diatas, penulis telah melakukan penyabaran angket untuk membantu penulis dalam penyusunan karya tulis ini, dan angket yang di sebarkan kepada anggota klub debat SMA Negeri 1 Garut tersebut, secara garis besar penulis mencari informasi tentang apa saja keuntungan debat bagi mereka sebagai individu yang telah mendalami kegiatan debat tersebut. Oleh karena itu, dalam bab pembahasan ini penulis membubuhkan apa pendangan mereka terhadap kegiatan debat itu sendiri, berikut apa kata mereka:

(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

(53)

2. Sikap kritis dan ketelitian mereka dapat terlatih dengan baik seiring dengan optimalnya kegiatan debat tersebut dilakukan. Telah kita ketahui bahwa ketika seorang debater terlibat dalam suatu perdebatan maka mereka senantiasa akan selalu mencari celah kesalahan yang ada pada tim oposisi mereka, yaitu dengan cara menimbulkan pertanyaaan di benak mereka. Dalam sebuah perdebatan, para debaters akan mempertanyakan validasi data kepada tim oposisinya terhadap apa yang mereka sampaikan pada argumen tim oposisi mereka tersebut. Sama halnya dengan pengembangan pola pikir, sikap kritis pun akan terbawa oleh para debaters kedalam kehidupan di luar debat. Contohnya, mereka akan mengimplementasikan sikap kritisnya tersebut di dalam menganalisis setiap masalah dalam setiap kegiatan baik saat kegiatan belajar mengajar maupun pada kegiatan non akademis berlangsung (dalam organisasi, kegiatan ekstrakulikuler dan karya ilmiah remaja).

(54)

mereka mengemas argumen mereka dengan kemampuan verbal yang mendukung maka audience dan adjudicator tidak akan merasa bosan dengan apa yang mereka sampaikan.

(55)

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan penulis untuk mengoptimalkan pengembangan pola pikir, sikap kritis dan ketelitian pada kegiatan debat sehingga dapat dikembangkan pada peserta didik adal sebagai berikut :

1. Sekolah hendaknya memberikan sarana bagi siswa untuk menjalankan kegiatan debat disekolah, yang ditujukan untuk pengembangan pola pikir, sikap kritis dan ketelitian siswa. Sarana tersebut digunakan juga untuk pengembangan bakat peserta didik, sarana berdiskusi untuk suatu kasus atau permasalahan, dan sarana untuk pembangunan karakter positif peserta didik.

Referensi

Dokumen terkait

Tahap selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan menulisnya siswa dapat menuliskan Kembali dongeng tersebut, atau menuliskan bagian dongeng yang sengaja dihilangkan dalam

Maka dari itu sasaran untuk rancangan hunian yang lebih baik dalam konteks ini adalah komunitas yang tinggal di perumahan elit terpagari ketat akan diberikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembinaan prestasi atlet pencak silat dewasa di kabupaten Klaten terbagi dalam beberapa aspek, yaitu: pada bidang keorganisasian,

Senyawa yang tidak stabil secara termal ataupun tidak mudah menguap, dapat juga dianalisis dengan kromatografi gas dengan cara mengubahnya menjadi turunan-turunannya yang lebih

Prarancangan Pabrik Sodium Klorat dari Sodium Klorida dengan Kapasitas 30.000 Ton/Tahun.. 1

Sedangkan daerah-daerah yang jauh dari kota dan bukan merupakan daerah potensi indutsri cenderung memiliki penduduk miskin dengan persentase yang relatif lebih

Peserta didik melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing berdasarkan petunjuk yang ada dalam LK (misalkan: dalam LK berisikan permasalahan dan langkah-langkah pemecahan

dan Adriana Parera yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan materi, serta selalu mendoakan dan mengingatkan penulis agar menyelesaikan karya tulis