• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINASI PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DETERMINASI PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN NIP"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DESA BATU-BATU, KECAMATAN GUNUNG TABUR

KABUPATEN BERAU

Suyadi

Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Jl. Tanah Grogot, Gedung C15 Lt. III, Fakultas Pertanian Unmul, HP: 081347831771, e-mail: suyadi@faperta.unmul.ac.id

Abstract. Determination of the Causal Agent of Nipah Palm Damage at Batu-batu Village, Gunung Tabur District, Berau Regency.This research was initiated by damage case of nipah palm (Nypa fruticans) at Batu-batu village, Gunung Tabur, Berau district of East Kalimantan. Batu-batu villager realized that nipah palm around their village (Sodang Besar island) by early March 2007 was damaged by unknown factor. Because of their horizon and knowledge limitation, people in the area were complaining to the coal mining company (PT Berau Coal), because they believed that the causal factor of damage of nipah palm was the pollution and toxicant of coal mining activities. To determine the causal agent of nipah palm damage objectivelly, field observation was carried out on May 16th 2007. All possible damage factors were considered, abiotic as well as biotic factors. Furthermore, based on the visual observations of damage symptom and sign, it was confirmed that the damage of nipah palm was caused by an insect pest. Identification of the insect was conducted based on the biological and geographical distribution. Finally, it was concluded that the damage agent of nipah palm at Batu-batu was the Philippine leaf-miner (Promecotheca cumingii Baly).

Kata kunci: Nypa fruticans, kerusakan, Promecotheca, Berau

Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang dilakukan oleh staf Environment SectionPT Berau Coal, telah terjadi kerusakan hutan nipah (Nypa sp.) di Desa Batu-batu, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau. Gejala kerusakan dimulai dengan berubahnya warna daun-daun yang telah membuka sempurna menjadi coklat secara berangsur dan akhirnya seluruh daun mengering dan meranggas, hanya daun muda yang baru muncul yang tetap hijau.

Gejala kerusakan hutan nipah mulai menarik perhatian masyarakat Desa Batu-batu sekitar awal Maret 2007 dan menurut dugaan mereka kerusakan tersebut disebabkan oleh debu beracun yang berasal dari aktivitas penambangan dan pengangkutan batu bara yang dilakukan PT Berau Coal. Namun, pendapat masyarakat tersebut sementara disangkal oleh staf lingkungan PT Berau Coal, dengan alasan bahwa tumbuhan nipah di wilayah Pulau Besing yang berada lebih dekat dengan conveyor di Lati mine operation justru kondisinya tetap sehat.

Menurut staf lingkungan PT Berau Coal, kerusakan nipah tersebut memang mungkin saja disebabkan oleh keracunan, tetapi sumber dan jenis bahan peracun tersebut masih harus diteliti lebih cermat. Namun, staf tersebut menduga bahwa penyebab kerusakan tersebut adalah hama atau patogen, walaupun belum bisa dibuktikan penyebab pastinya. Dugaan tersebut didasarkan pada kenyataan, bahwa kerusakan tersebut hanya terjadi pada tumbuhan nipah secara spesifik, dengan

(2)

204

asumsi bahwa hama atau patogen tersebut hanya dapat menyerang nipah sebagai tumbuhan inangnya. Jika kerusakan tersebut terjadi akbat keracunan, kemungkinan yang menderita kerusakan tidak hanya nipah, tetapi termasuk tumbuhan lain di wilayah yang sama.

Berdasarkan latar belakang seperti telah diuraikan di atas, kegiatan determinasi ini merupakan penelitian pendahuluan untuk mengetahui penyebab kerusakan hutan nipah di Desa Batu-batu, Kabupaten Berau dengan tujuan utama untuk mengetahui penyebab utama kerusakan nipah, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kerusakan dan menentukan alternatif bagaimana cara mengatasi kerusakan yang telah terjadi.

METODE PENELITIAN

Observasi lapangan dilakukan di Pulau Sodang Besar Desa Batu-batu, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau. Sebagai pembanding pengamatan juga dilakukan pada beberapa pulau yang mengelilingi Pulau Sodang Besar. Kegiatan observasi dilakukan pada 16 Mei 2007, dan gejala kerusakan hutan nipah di daerah tersebut telah teramati oleh masyarakat pada awal bulan Maret 2007.

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui penyebab kerusakan hutan nipah di Pulau Sodang Besar dengan fokus pengamatan pada penyebab biotik (hama atau patogen) maupun penyebab abiotik (mungkin keracunan atau pencemaran).

Observasi penyebab kerusakan abiotik, yang mungkin disebabkan oleh keracunan ataupun pencemaran, dilakukan berdasarkan pengamatan fisual pada pangkal batang nipah, permukaan lumpur dan air di sekitar tanaman yang menunjukkan gejala kerusakan. Bila ada indikasi pencemaran dilakukan pengambilan sampel lumpur, air dan batang tanaman nipah untuk keperluan analisis di laboratorium.

Penyebab kerusakan biotik, baik oleh hama atau patogen, diamati berdasarkan gejala (symptom) dan tanda (sign) (berupa telur, larva, imago ataupun propagul patogen). Oleh karena kerusakan terjadi pada daun, maka sampel gejala dan tanda utama dikumpulkan dari daun tumbuhan nipah. Sampel yang dikumpulkan digunakan untuk menganalisis gejala kerusakan berdasarkan pembandingan dengan pictorial keys dan isolasi patogen serta rearing hama yang mungkin bisa diperoleh.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, data dan informasi disajikan secara faktual sesuai dengan keadaan di lapangan dan dilakukan analisis logis pembandingan dengan menggunakan referensi yang relevan. Selanjutnya data dan informasi yang diperoleh dijadikan dasar untuk penelitian yang lebih mendalam dan fokus dengan berbagai perlakuan pembuktian yang diperlukan untuk mengetahui penyebab kerusakan nipah di daerah penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lingkungan Observasi

(3)

sekitarnya tetap sehat. Tumbuhan nipah yang berada di seberang sungai, baik di Pulau Telasau, Pulau Lalawan, Pulau Nakal, Pulau Lusuran Naga dan daratan utama Kalimantan juga tidak mengalami kerusakan. Kenyataan demikian menunjukkan bahwa sungai dapat menjadi barier alam penyebaran penyebab kerusakan tumbuhan nipah, sehingga penyebab kerusakan pada tumbuhan nipah di wilayah observasi lebih mengarah kepada penyebab biotik dibandingkan dengan penyebab abiotik. Penyebab biotik tersebut mempunyai kekurangan, daya penyebarannya terbatas dan tidak dapat menyeberangi sungai, kecuali bilamana terbawa oleh manusia secara tidak sengaja.

Penyebab Kerusakan Abiotik

Mengacu pada pendapat masyarakat setempat, patut diduga bahwa penyebab kerusakan abiotik pada tumbuhan nipah adalah keracunan. Sumber bahan beracun tersebut mungkin saja berasal dari limbah kegiatan penambangan batu bara yang berada di hulu sungai atau dapat juga berasal dari limbah input produksi (pupuk dan pestisida) yang digunakan dalam pengelolaan tambak yang ada di wilayah Pulau Sodang Besar dan sekitarnya. Jika asumsinya demikian, maka kecil kemungkinan peracunan atau pencemaran tersebut lewat udara dan peluang lebih besar pencemaran tersebut lewat perairan.

Observasi dilakukan untuk mendeteksi pencemaran bahan beracun melalui perairan, sebagai penelitian awal dilakukan pengamatan terhadap kondisi pangkal batang nipah, lumpur dan air di bawah pohon nipah. Secara fisual tidak menunjukkan adanya gejala kelainan/kerusakan akibat keracunan pada pangkal batang pohon nipah. Gejala pencemaran melalui air biasanya meninggalkan noda warna yang spesifik pada pangkal batang tumbuhan, antara batas air pada saat pasang tinggi dan pasang rendah. Demikian pula warna dan aroma air dan lumpur yang berada di bawah pohon nipah yang sakit (rusak) tidak menunjukkan perbedaan yang berarti.

Kerusakan oleh pencemaran bahan beracun pada tumbuhan nipah bisa saja terjadi. Jika dipertanyakan mengapa hanya nipah yang rusak, sedangkan tumbuhan yang lain tetap sehat, jawabnya mungkin nipah memang merupakan tumbuhan yang paling peka. Namun, berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui, bahwa banyak anakan pohon nipah masih sehat berada satu hamparan dengan tanaman yang rusak, sehingga sangat kecil kemungkinan penyebab kerusakan hutan nipah di daerah ini adalah faktor abiotik.

Penyebab Kerusakan Biotik

(4)

206

ternyata mudah dibelah, sisi atas dan sisi bawah daun mudah terbelah/terpisah (Gambar 1B). Pada saat membelah daun yang rusak tersebut ditemukan kotoran larva serangga dan larva yang telah mati (Gambar 1C), tetapi tidak ditemukan imago serangga tersebut. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada lahan tambak milik Pak Ramli, selain dikelilingi pohon nipah di pematang tambak Pak Ramli juga ditanam pohon kelapa.

Gambar 1. Gejala Kerusakan pada Daun Nipah, Berupa Becak Daun Memanjang (A), Mudah Dibelah (B), Ditemukan Kotoran dan Larva Serangga Mati (C)

(5)

Fokus pengamatan kemudian dialihkan pada beberapa pohon kelapa di pematang tambak tersebut, yang juga menunjukkan gejala kerusakan sama dengan nipah (Gambar 2A). Kebetulan pada pohon kelapa tersebutlah mula-mula ditemukan kumbang (Gambar 2B) yang dapat diduga sebagai penyebab kerusakan. Kemudian dilanjutkan pengamatan kepada tumbuhan nipah di sekitar tambak yang kerusakannya belum begitu parah dan ternyata ditemukan pula kumbang yang sama (Gambar 2C). Maka selanjutnya dilakukan penangkapan terhadap kumbang tersebut dan mengumpulkan gejala serangan, baik pada daun kelapa maupun daun nipah, guna dimanfaatkan sebagai data pendukung identifikasi.

Identifikasi Kumbang

Berdasarkan penemuan larva pada daun yang menunjukkan gejala kerusakan (Gambar 1C) dan kumbang (Gambar 2B), baik pada daun kelapa maupun nipah, maka fokus determinasi penyebab kerusakan nipah ditujukan pada identifikasi kumbang tersebut. Identifikasi dilakukan berdasarkan karakteristik morfologi, gejala kerusakan dan penyebaran secara geografis. Identifikasi berdasarkan karakteristik morfologi menggunakan spesimen kumbang dan larva yang diperoleh di wilayah observasi. Berdasarkan spesimen kumbang yang ditemukan diketahui mempunyai kemiripan dengan genus kumbang Brontispa, Plesispa atau Promecotheca

(Kalshoven, 1981; Soetedjo, 1989) yang memang dikenal sebagai hama pada keluarga Palmae, termasuk kelapa (Coccos nucifera) dan nipah (Nypa fruticans).

Gambar 3. Larva Kumbang yang Ditemukan telah Mati Akibat Infeksi Jamur pada Daun Nipah (A) dan

Kelapa (B) yang Menunjukkan

Gejala Kerusakan

Larva yang ditemukan dalam daun yang mengalami gejala kerusakan, meskipun sudah mati akibat infeksi jamur (Gambar 3), merupakan spesimen penting kedua yang dapat digunakan untuk identifikasi. Berdasarkan gambar ilustrasi standar (fictorial key) diketahui, bahwa larva genus Brontispa dan Plesispa membesar pada bagian tengah badan dan mengarah ke bagian posterior, sebaliknya Promecotheca

memiliki larva yang membesar pada bagian tengah badan dan mengarah ke anterior (Tjoa, 1953; Kalshoven, 1981; Soetedjo, 1989). Sesuai dengan spesimen (Gambar 3) yang diperoleh dari lapangan, maka identifikasi spesimen mengarah kepada genus

Promecotheca.

(6)

208

inang (tumbuhan Palmae) pada daun muda yang belum mekar. Sering dijumpai

Brontispa lebih banyak menyerang tumbuhan dewasa, sebaliknya Plesispa lebih banyak menyerang tumbuhan muda, sedangkan Promecotheca pada umumnya menyerang tanaman inang pada daun yang telah membuka sempurna hingga daun tua. Seperti ditemukan di daerah observasi, seluruh daun nipah yang telah membuka rusak dan akhirnya mengering. Demikian pula gejala kerusakan yang terjadi, sesuai dengan deskripsi yang dibuat oleh Lever (1969), sehingga identifikasi spesimen mengarah kepada genus Promecotheca.

Genus Promecotheca diketahui dapat menyerang genus Areca, Phoenix, Ravenala, Phyzelephas, Elaeis, Nypa, Metroxylon, dan Roystonea (Lever, 1969), sehingga kemungkinan bahwa genus Promecotheca menyerang tumbuhan nipah di daerah observasi merupakan suatu fakta yang dapat diterima. Lebih lanjut diketahui, genus Promecotheca memiliki beberapa anggota spesies antara lain adalah

Promecotheca caerulipennis Blanchard, P. cumingii Baly, P. opacicollis Cestro, P. papuana Csikidan P. soror Maul.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilaporkan diketahui bahwa spesies Promecotheca yang menyerang nipah adalah P. cumingii. Menurut Lever (1969), penyebaran P. cumingii meliputi wilayah Filipina, Semenanjung Malaysia, Singapura, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa. Dilaporkan oleh Othman (2008), bahwa

P. cumingii pertama kali diketahui menyerang tanaman kelapa di Malaka pada tahun 1917, kemudian pada tahun 1972 ledakan populasinya terjadi lagi di Penang dan Kedah, yang terakhir ledakan populasi hama ini terjadi pada tahun 1995/1996 menyerang sagu dan kelapa di Serawak. Serangan P. cumingii di Indonesia terjadi pada tahun 1984/1985 di wilayah Sulawesi Tengah dan menghancurkan sekitar 1813 ha kebun kelapa (Hosang dkk., 2008).

Sesuai dengan telaah identifikasi seperti telah diuraikan di atas, yang didasarkan pada karakteristik morfologi, gejala serangan dan penyebaran geografis, maka dapat disimpulkan bahwa kumbang penyebab kerusakan hutan nipah di Desa Batu-batu, Kecamatan Gunung Tabur Kabupaten Berau adalah Promecothecacumingii Baly.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari lapangan serta analisis dan identifikasi terhadap spesimen hama yang ditemukan di daerah observasi, dalam penelitian ini dapat dikemukan kesimpulan bahwa penyebab utama kerusakan hutan nipah di daerah observasi adalah kumbang Promecothecacumingii Baly. Serangan kumbang ini masih terbatas di Pulau Sodang Besar dan penyebarannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia.

Saran

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT Berau Coal, khususnya Environment Section yang telah memfasilitasi perjalanan ke lapangan dan memberikan informasi tentang adanya kejadian kerusakan hutan nipah di Kabupaten Berau ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hosang, M.L.A.; J.C. Alouw and H. Novarianto. 2008. Biological Control of Brontispa

longissima (Gestro) in Indonesia. Indonesian Coconut and Other Palm Research

Institute, P.O. Box 1004, Manado 95001, e-mail: meldyhosang@yahoo.com

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Translation by van der Laan. PT Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta.

Lever, R.J.A.W. 1969. Pest of the Coconut Palm. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Othman, M.H. 2008. Current Status of Coconut Chrysomelid Beetles in Malaysia. Plant Protection and Plant Quarantine Division, Malaysian Department of Agriculture, Kuala Lumpur, e-mail: mathassan@pqdoa.moa.my

Soetedjo, M.M. 1989. Hama Tanaman Keras dan Alat Pemberantasannya. Bina Aksara, Jakarta.

(8)

DETERMINASI PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN

NIPAH DI DESA BATU-BATU, KECAMATAN

GUNUNG TABUR KABUPATEN BERAU

Suyadi

Separata (reprint) dari jurnal:

KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2008

ISSN 2085

5885

PUBLIKASI BERKALA PENELITIAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEHUTANAN

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEHUTANAN

Gambar

Gambar 1. Gejala Kerusakan pada Daun
Gambar 3. Larva Kumbang yang Ditemukan telah Mati Akibat Infeksi Jamur pada Daun Nipah (A) dan Kelapa (B) yang Menunjukkan Gejala Kerusakan

Referensi

Dokumen terkait

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program

Menjaga postur tulang belakang dalam periode yang lama menjadi sangat tidak nyaman, karena kebanyakan dari tekanan otot harus dipertahankan untuk menjaga tubuh dalam posisi

Sistem melakukan perhitungan nilai kesamaan semantik alignment dengan menggunakan metode TF-IDF ter- hadap data input pasangan ayat Al-Quran terjemahan.. Nilai kesamaan

SEJAUH YANG DIPERBOLEHKAN OLEH HUKUM YANG BERLAKU, DALAM KEADAAN APA PUN HP ATAU PEMASOKNYA TIDAK AKAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS KERUSAKAN APA PUN YANG BERSIFAT KHUSUS, KEBETULAN,

Sumbar SATYALANCANAK ARYA SATYA XX TAHUN 7388 AFRINA YENTI, S.Pd.. Danau Kembar

untuk menyelesaikan pengambilan keputusan terhadap beberapa alternatif keputusan yang harus diambil dengan beberapa kriteria yang akan menjadi bahan pertimbangan

Pengesahan dokumen merupakan satu kewajiban pengurusan dalam Negeri Kedah boleh dilakukan secara elektronik sehingga membolehkan eDokumen dapat dipakai secara

Data yang diambil selama penelitian adalah 22 hari dan panel surya digunakan mulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Pada tabel 3 menunjukkan hasil dari kebutuhan