• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN TENTANG MOT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN TENTANG MOT"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TENTANG

MOTIVASI DALAM BELAJAR

OLEH :

KELOMPOK 5

LILIAN PRASTISA (1204956) MONICA FEBRIANA (1204959)

RIZKI YURMAINI (1204952) WIDYA LESTARI (1204898)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Motivasi Dalam Belajar” ini menjelaskan tentang pentingnya motivasi dalam belajar.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat di kehidupan masyarakat baik bagi penulis maupun pembaca. Selesainya penulisan makalah ini semata-mata berkat bantuan dari berbagai pihak, yang telah memberikan dukungan dalam berbagai bentuk kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca, guna menyempurnakan makalah ini.

Bukittinggi, 12 Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...1

1.3 Tujuan ...1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Motivasi Dalam Belajar...2

2.2 Fungsi Motivasi Dalam belajar ...3

2.3 Teori – Teori Motivasi Dalam Belajar…………...10

2.4 Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Dalam Belajar……….13

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ...16

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negative dari luar diri siswa. Selanjutnya dapat membentuk kebiasaan siswa senang belajar, sehingga prestasi belajarnya pun dapat meningkat.

Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar. Semua pihak yang tersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah, guru, konselor, siswa, petugas lainnya maupun orang tua siswa sangat mengharpkan terjadinya proses belajar mengajar yang optimal. Terjadinya proses belajar yang optimal, diharapkan siswa akan mampu meraih prestasi yang tinggi. Untuk itu, selain senantiasa menyempurnakan sistem pengajarannya, disekolah juga mengupayakan terjadinya motivasi belajar.

Motivasi dalam belajar memiliki fungsi serta dilandasi oleh teori – teori yang mendukung agar siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh karena itu kami membahas tentang apa saja fungsi teori – teori motivasi dalam belajar, serta bagaimana peranan guru dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian motivasi dalam belajar? 2. Apa saja fungsi motivasi dalam belajar? 3. Apa saja teori-teori motivasi dalam belajar?

4. Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan motivasi dalam belajar?

1.3 Tujuan

(5)

4. Menjelaskan teori-teori motivasi dalam belajar.

5. Menjelaskan upaya guru untuk meningkatkan motivasi dalam belajar.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Menurut Sartain (Purwanto, 1990: 61) mengatakan bahwa pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Dari pernyataan Sartain di atas bahwa motivasi timbul karena adanya tujuan yang merupakan perangsang untuk mengarahkan tingkah laku seseorang dalam melakukan sesuatu hal.

Dalam buku belajar dan pembelajaran Ali Imron (1996) mengemukakan ada enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Yaitu :

a. Cita-cita atau aspirasi pembelajar. Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini bisa diamati dari banyaknya kenyataan motivasi seorang pemelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita.

b. Kemampuan pemelajar. Manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena itu sering terlihat seseorang memiliki kemampuan di bidang tertentu belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya.

c. Kondisi pemelajar. Hal ini bisa terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis pemelajar. Pada kondisi fisik ada hubungannya dengan motivasi bisa dilihat dari keadaan fisik seseorang. Apabila kondisi psikis seseorang sedang tidak bagus maka motivasi pun akan menurun.

(6)

e. Unsur-unsur dinamis belajar atau pembelajaran. Faktor dinamisasi belajar dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi si pemelajar dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya.

Menurut Muhidin Syah (1995:108-115), ada 2 faktor yang berperan dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu :

1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.

2. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari :

a. Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.

b. Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain.

2.2 Fungsi Motivasi

Fungsi motivasi dalam pembelajaran diantaranya :

Menurut Sardiman (2007:85), fungsi motivasi ada tiga, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Hamalik (2000:175) ada tiga fungsi motivasi, yaitu:

(7)

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Berikut ini ada beberapa jenis-jenis motivasi yaitu : 1. Berdasarkan Arahnya :

a. Motivasi Tugas

Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan sama ada oleh guru, murid sendiri, mahupun yang dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama. Pelajar yang memiliki motivasi tugas memperlihatkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Motivasi tugas hendaklah dibangun di dalam diri pelajar dan ini dapat dilakukan oleh guru kalau dia mengetahui cara-caranya.

b. Motivasi aspirasi

Yaitu motivasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau pelajar memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan aspirasi pelajar dalam belajar. Oleh kerana itu guru jangan menjadikan pelajar selalu gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus menjadikan pelajar sukses terus menerus. Suatu konsep yang harus ditanam oleh guru kepada pelajar agar ia memiliki aspirasi yang tinggi adalah bahawa kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh ‘usaha’, bukan oleh kemampuan atau kecerdasan.

c. Motivasi Persaingan

Persaingan yang sehat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar. Namun memupuk rasa persaingan yang berlebih-lebihan, di kalangan pelajar dalam belajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar, tetapi dengan berbagai cara berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan status. Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan menimbulkan motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.

(8)

Motivasi afilisi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Pelajar-pelajar yang masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang dewasa, iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja lebih terdorong belajar untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari rakan sebaya. Oleh kerana itu, guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar yang masih kecil hendaknya memberikan perhatian dan penghargaan yang penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh pelajar. Bagi pelajar remaja, guru hendaknya dapat memanfaatkan kelompok untuk meningkatkan usaha dan prestasi belajar ahli kelompok.

e. Motivasi kecemasan

Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Tetapi kecemasan yang berlebihan dapat menurunkan keghairahan dan hasil belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar jika mengalami kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu. Demikian juga dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka menjadi bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk meningkatkan usaha dan hasil belajar pelajar yang bermotivasi rendah dan yang memiliki kecerdasan tinggi.

f. Motivasi penguatan

Motivasi penguat dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan. Guru hendaklah menjauhi pemahaman bahawa pemberian angka sebagai sumber utama untuk menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-beratkan pemberian angka dalam memotivasi pelajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat dan akan menimbulkan kecemasan di dalam kelas.

g. Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri

(9)

pelajar-pelajar yang telah memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktiviti belajar mereka.

2. Berdasarkan faktor pembangkitnya: a. Motivasi internal (intrinsik)

Motivasi internal (intrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku maka ia mencari buku lain untuk memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang lain. Dalam hal ini, motivasi intrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestai.

Lepper dan Ryan menjelaskan bahwa motivasi intrinsik didefisinikan sebagai ketertarikan dan kenyamanan di dalam melakukan aktivitas di dalam pekerjaan itu sendiri, sedangkan Hirst (1988) mengatakan bahwa motivasi intrinsik adalah keyakinan individu tentang tingkat, yang mana sesuatu aktiviatas dapat dilakukan dengan nyaman dan atas dasar keinginan diri sendiri. Konsep dari motivasi intrinsik tidak hanya ada pada definisi praktisnya, tetapi konsep motivasi intrinsik juga masuk dalam teori-teori utama di dalam motivasi kerja, seperti teori hierarkinya Maslow yang menyatakan babwa motivasi intrinsik ada di dalam hierarki yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Pendapat ahli lain mengenai motivasi intrinsik dikemukakan oleh Beach (1980). Ia mengatakan bahwa motivasi intrinsik sebagai suatu hal yang terjadi ketika seseorang menikmati suatu aktivitas dan memperoleh kepuasan selama melakukan tugas dari aktivitas tersebut.

Telaah dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli di atas dapat diambil intisari bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu bentuk motivasi dari dalam diri individu dalam menyikapi suatu tugas dan pekerjaan yang diberikan kepa individu dan membuat tugas dan pekerjaan tersebut mampu memberikan kekuatan batin bagi individu sendiri. ( M. Nur Ghufron, dkk, Teori-teori Psiologi, 2011: 86-87)

(10)

Motivasi ekternal (ekstrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku seseorang tang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Sebagai ilustrasi, seorang siswa kelas satu SMP belum mengetahui tujuan belajar di SMP. Semula ia hanya ingign ikut-ikutan belajar di SMP karena teman sebayanya juga belajar di SMP. Berkat penjelasan wali kelas satu SMP, ssiswa memahami faedah belajar di SMP bagi dirinya. Siswa tersebut belajar dengan giat dan bersemangat. Hasil belajar siswa tersebut sangat baik, dan ia berhasil lulus SMP dengan NEM sangat baik. Ia menyadari pentingnya belajar dan melanjutkan pelajaran di SMA.Di SMA ia belajar dengan penuh semangat karena ia ingin masuk AKABRI. Berkat ketekunan dan semangat belajarnya maka ia lulus SMA dengan nilai sangat baik, dan diterima di AKABRI.

Dalam contoh tersebut, motivasi ekstrinsik membuat siswa yang belajar dengan tujuannya sendiri, berkat informasi guru. Selanjutnya siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar bersungguh-sungguh penuh semangat. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi instrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar dengan sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain. (Dimyati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, 2009: 91)

2.3 Teori-teori Motivasi Dalam Belajar

a) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

(11)

sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.

b) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

c) Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)

(12)

Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :

 Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;

 Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;

 Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin

besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

d) Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)

Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

e) Teori penetapan tujuan (goal setting theory)

(13)

mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.

f) Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )

Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

g) Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .

2.4 Upaya Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Dalam Belajar

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

(14)

akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

b. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.

c. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

d. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.

e. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.

(15)

g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.

h. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada urutan ke f.

i. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.

(16)

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Fungsi motivasi dalam belajar diantaranya adalah mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, motivasi berfungsi sebagai pengarah, motivasi berfungsi sebagai penggerak cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Teori – teori motivasi dalam belajar adalah Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan), Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi), Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG), Teori Herzberg (Teori Dua Faktor), Teori penetapan tujuan (goal setting theory),

Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan ), Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi

Upaya guru meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik, hadiah, saingan/kompetisi, pujian, hukuman, membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar, membentuk kebiasaan belajar yang baik, membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok, menggunakan metode yang bervariasi, menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

3.2 SARAN

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Muhibbin Syah, 2000.psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosda Karya masulfi.blogspot.com/2012/03/motivasi-dalam-belajar.html

http://fajrinstation.blogspot.com/p/psikologi-pendidikan-motif-dan-motivasi.html

http://www.omkris.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-fungsi.html - .U0TaSKykrIU

Sartain. 1990. http://www.omkris.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-fungsi.html - .U0TaSKykrIU (di akses tgl. 12 oktober 2014)

Imron, Ali. 1996. http://fajrinstation.blogspot.com/p/psikologi-pendidikan-motif-dan-motivasi.html ( diakses tgl. 12 oktober 2014)

Sardiman. 2007. http://www.omkris.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-fungsi.html - .U0TaSKykrIU (di akses tgl. 12 oktober 2014)

Hamalik. 2000.

http://www.omkris.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-fungsi.html - .U0TaSKykrIU (di akses tgl. 12 oktober 2014)

Beach. 1980. http://fajrinstation.blogspot.com/p/psikologi-pendidikan-motif-dan-motivasi.html

Referensi

Dokumen terkait