Ahmad Candra P 120311521781
Strategi Inquiri pada Penelitian Qualitatif
Etnografi (Yunani ἔθνοςethnos = rakyat dan γραφίαgraphia = tulisan) adalah strategi penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi[1], juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi, perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual mereka [2]. Etnografi sering diterapkan untuk mengumpulkan data empiris tentang masyarakat dan budaya mansia. Pengumpulan data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner, dll. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari (misalnya untuk menjelaskan seseorang, sebuah ethnos) melalui tulisan.[3] Dalam biologi, jenis studi ini disebut "studi lapangan" atau "laporan kasus", keduanya digunakan sebagai sinonim umum untuk "etnografi".[4]
Metode grounded theory (GT) adalah metodologi sistematis dalam ilmu sosial melibatkan penemuan teori melalui analisis data.[1][2] Metode grounded theory adalah metode penelitian yang beroperasi hampir secara terbalik dari penelitian ilmu sosial tradisional. Daripada dimulai dengan hipotesis, langkah pertama adalah pengumpulan data, melalui berbagai metode. Dari data yang dikumpulkan, poin-poin penting ditandai dengan serangkaian kode, yang diambil dari teks. Kode dikelompokkan ke dalam konsep serupa dalam rangka untuk membuat mereka lebih dapat diterapkan. Dari konsep-konsep, kategori terbentuk, yang merupakan dasar untuk penciptaan teori, atau reverse direkayasa hipotesa. Ini bertentangan dengan model tradisional penelitian, dimana peneliti memilih kerangka teori, dan hanya kemudian menerapkan model ini untuk fenomena yang akan diteliti.[3]
Case studies adalah analisis deskriptif atau penjelas dari seseorang, kelompok atau peristiwa. Sebuah studi kasus jelas digunakan untuk mengeksplorasi penyebab untuk menemukan prinsip-prinsip dasar. Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang, subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasussebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secaraintensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985)menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menemukan semua variabel yang penting.Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1)sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2)sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuaidengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
Phenomenological research menggambarkan "realitas subyektif" dari suatu peristiwa, seperti yang dirasakan oleh populasi penelitian, itu adalah studi tentang fenomena. Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phainomai, yang berarti ‘menampak’ dan phainomenon merujuk ‘pada yang menampak’. Istilah feomenologi diperkenalkan oleh Johann Heinrickh Lambert. Meskipun pelopor fenomenologi adalah Husserl, namun dalam buku ini lebih banyak mengupas ide-ide Schutz (yang tetap berdasar pada pemikiran sang pelopor, Husserl). Terdapat dua alasan utama mengapa Schutz dijadikan centre dalam penerapan metodologi penelitian kualitatif menggunakan studi fenomenologi ini. Pertama, karena melalui Schutz-lah pemikiran dan ide Husserl yang dirasa abstrak dapat dijelaskan dengan lebih gamblang dan mudah dipahami. Kedua, Schutz merupakan orang pertama yang menerapkan fenomenologi dalam penelitian ilmu sosial. Oleh karena itu, buku ini mengupas beberapa pandangan Schutz dan penerapannya dalam sebuah penelitian sosial.
Schutz mengawali pemikirannya dengan mengatakan bahwa objek penelitian ilmu sosial pada dasarnya berhubungan degan interpretasi terhadap realitas. Jadi, sebagai peneliti ilmu sosial, kita pun harus membuat interpretasi terhadap realitas yag diamati. Orang-orang saling terikat satu sama lain ketika membuat interpretasi ini. Tugas peneliti sosial-lah untuk menjelaskan secara ilmiah proses ini.
Dalam melakukan penelitian, peneliti harus menggunakan metode interpretasi yang sama dengan orang yang diamati, sehingga peneliti bisa masuk ke dalam dunia interpretasi orang yang dijadikan objek penelitian. Pada praktiknya, peneliti mengasumsikan dirinya sebagai orang yang tidak tertarik atau bukan
Ahmad Candra P 120311521781
bagian dari dunia orang yang diamati. Peneliti hanya terlibat secara kogniti dengan orang yang diamati. Peneliti dapat memilih satu ‘posisi’ yang dirasakan nyaman oleh subyek penelitiannya, sehingga ketika subyek merasa nyaman maka dirinya dapat menjadi diri sendiri. Ketika ia menjadi dirinya sendiri inilah yang menjadi bahan kajian peneliti sosial.
Setelah Schutz berhasil mengintegrasikan fenomenologi dalam ilmu sosial, para cendekiawan sosial mulai melirik pemikiran fenomenologi yang paling awal, yakni fenomenologi transendental Husserl. Husserl sangat tertarik dengan penemuan makna dan hakikat dari pengalaman. Dia berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara fakta dan esensi dalam fakta, atau dengan kata lain perbedaan antara yang real dan yang tidak.
• Narrative research (Penelitian naratif) adalah laporan bersifat narasi yang menceritakan urutan
peristiwa secara terperinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti menggambarkan kehidupan individu, mengumpulkan cerita tentang kehidupan orang-orang, dan menulis narasi pengalaman individu (Connelly & Clandinin, 1990). Penelitian naratif biasanya berfokus pada studi satu orang atau individu tunggal dan bagaimana individu itu memberikan makna terhadap pengalamannya melalui cerita-cerita yang
disampaikan, pengumpulan data dengan cara mengumpulkan cerita, pelaporan pengalaman individu, dan membahas arti pengalaman itu bagi individu. Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat laporan naratif dari cerita individu. Peneliti membuat ikatan dengan partisipan dengan tujuan supaya peneliti maupun partisipan merasa nyaman. Bagi partisipan berbagi cerita akan membuatnya merasa ceritanya itu penting dan merasa didengarkan. Penelitian naratif juga digunakan ketika cerita memiliki kronologi peristiwa. Penelitian ini berfokus pada gambar mikroanalitik (cerita individu) daripada gambar yang lebih luas tentang norma kebudayaan, seperti dalam etnografi, atau teori-teori umum dan abstrak, seperti dalam grounded theory.
Perbedaan Studi kasus, Fenomenologi, dan Etnografi
No. Indikator Studi Kasus Fenomenologi Etnografi
1 Obyek penelitiann Mempelajari dan memahami sebuah kasus yang spesifik
Memahami suatu fenomena yang berkaitan dengan pengalaman orang lain tentang dunianya
Memahami unsure kebudayaan yang bersifat local dan spesifik
2 Hasil penelitian Hasil berupa generalisasi dari kasus-kasus spesifik
Hasil lebih kepada pemahaman tentang cara orang menyikapi dunianya (why dan how)
Hasil berupa
pemahaman tentang budaya
(masyarakat/organisasi) tertentu secara padat dan rinci
3 Tahapan awal penelitian
Sudah dibekali kerangka teori di awal penelitian
Menghindari kemungkinan
penggunaan teori saat memulai
Menghindari kemungkinan
penggunaan teori saat memulai
4 Unit analisis Unit analisis dapat berupa satu orang, satu organisasi, satu
Unit analisis: kesadaran subyek penelitian dalam menafsirkan
Unit analisis: interaksi dalam suatu komunitas budaya yang spesifik
Ahmad Candra P 120311521781
No. Indikator Studi Kasus Fenomenologi Etnografi
kasus pengalamannya melalui
interaksi 5 Peran peneliti Peneliti bertindak
sebagai pengamat yang menganalisis
why dan how dari suatu kasus
Peneliti menempatkan diri sebagai orang yang diteliti untuk memahami cara orang tersebut dalam memahami sesuatu
Peneliti masuk
(berpartisipasi) dalam komunitas yang ditelitinya
Penerapan Strategi Inquiri penelitian qualitatif pada pembelajaran matematika
Etnografi
Penelitian tentang kebiasaan yang diberikan orang tua untuk mendukung pembelajaran matematika siswa sekolah dasar di suku tengger
Metode grounded theory
Penelitian tentang Kesulitan siswa SMP Al Iryad dalam belajar matematika dan usahanya untuk menyelesaikannya
Case studies
Penelitian tentang penanganan khusus dan pengaruhnya terhadap kasus kesulitan belajar siswa berkebutuhan khusus di SMP Al Irsyad Batu
Phenomenological research
Penelitian tentang pengaruh perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaran di kelas VII SMPN 15 Malang
Narrative research
Penelitian tentang persiapan guru matematika SMP Al Irsyad untuk menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013