• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Pemasaran - Pengaruh Bauran Pemasaran dan Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Komitmen Konsumen Toko Roti Mawar Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Pemasaran - Pengaruh Bauran Pemasaran dan Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Komitmen Konsumen Toko Roti Mawar Medan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS

2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Pemasaran

Pengertian pemasaran menurut American Marketing Association (AMA) yang dikutip Kotler dan Keller (2012:5) yang diterjemahkan oleh Benyamin

Molan adalah sebagai berikut : “Satu fungsi organisasi dan seperangkat proses

untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada

pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang

menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.

Pemasaran merupakan proses penyusunan komunikasi terpadu yang

bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam

kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia (Rachmawati,

2011) serta pemasaran juga membantu menciptakan nilai ekonomi didalam

kegiatan perekonomian (Limakrisna dan Susilo, 2012:3). Nilai ekonomi itu

sendiri yang menentukan harga barang dan jasa.

Kottler dan Armstrong (2008:5) mengatakan bahwa pemasaran merupakan

proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan

yang lain. Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,

memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

(2)

Banyak ahli yang telah memberikan definisi-definisi atas pemasaran.

Definisi yang diberikan oleh para ahli bisa berbeda satu dengan lainnya

dikarenakan para ahli tersebut memiliki perbedaan dalam meninjau dan

memandang pemasaran itu sendiri. Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep

inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands) (Limakrisna & Susilo, 2012:3).

Dalam aktivitas pemasaran yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan

dengan melakukan pertukaran nilai, maka para produsen dalam hal pemasaran ini

harus melakukan hubungan yang interaktif dengan konsumen dalam rangka

menemukan kebutuhanya. Maka dari itu, pemasaran dapat diartikan sebagai usaha

yang dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pembeli maupun penjual.

Penanganan proses pertukaran ini memerlukan waktu dan keahlian yang

baik. Manajamen pemasaran akan terjadi apabila sekurang-kurangnya satu pihak

dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari

pihak lain sesuai dengan yang diinginkannya (Limakrisna dan Susilo, 2012:3).

Dengan demikian, manajemen pemasaran dapat diartikan suatu proses

perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, pentapan harga, promosi serta

penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi (Kotler dan Keller, 2009:5).

2.1.2 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan cara yang dilakukan oleh produsen dalam

(3)

menghasilkan laba yang maksimal dengan memanfaatkan informasi-informasi

yang ada di dalam pasar tujuan.

Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan

variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran, dan biaya bauran pemasaran. Strategi pemasaran

merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah kepada

semua fungsi manajemen suatu organisasi (Tjiptono, 1997:3).

Menurut Rachmawati (2011), isu – isu strategi pemasaran adalah sebagai

berikut:

1. Seleksi dan Evaluasi Pasar Sasaran.

Pasar sasaran adalah kelompok orang yang dijadikan sasaran dari semua

usaha pemasaran perusahaan. Dalam penentuan pasar sasaran perusahaan

perlu mempertimbangkan pengaruh pasar sasaran terhadap tingkat

penjualan perusahaan, biaya dan laba.

2. Merancang dan menyusun Bauran Pemasaran (Marketing Mix).

Tjiptono (1997:6) mengemukakan bahwa strategi pemasaran terdiri atas

empat elemen yang saling berkait, yaitu:

1. Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang dilayani. Keputusan ini

didasarkan pada faktor-faktor:

a. Persepsi terhadap fungsi produk dan pengelompokkan teknologi yang

dapat diproteksi dan didominasi.

b. Keterbatasan sumberdaya internal yang mendorong perlunya

(4)

c. Pengalaman kumulatif yang didasarkan pada trial-and-error didalam menanggapi peluang dan ancaman.

d. Kemampuan khusus yang berasal dari akses terhadap sumber daya

langka atau pasar yang terproteksi. Pemilihan pasar dimulai dengan

melakukan segmentasi pasar dan kemudian memilih pasar sasaran

yang paling memungkinkan untuk dilayani perusahaan.

3. Perencanaan produk, meliputi produk spesifikasi yang dijual, pembentukan

lini produk,dan desain penawaran individual pada masing-masing lini.

4. Penetapan harga yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai

kuantitatif dari produk kepada pelanggan

5. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui

produk sehingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan

menggunakannya.

6. Komunikasi pemasaran (promosi) yang melipui periklanan, personal selling, promosi marketing, direct marketing, dan public relation

Dalam merumuskan strategi pemasaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

analitis. Kemampuan strategi pemasaran suatu perusahaan untuk menanggapi

setiap perubahan kondisi pasar dan faktor biaya tergantung pada analisis terhadap

faktor-faktor berikut:

a. Faktor lingkungan

Analisis terhadap faktor lingkungan seperti pertumbuhan populasi dan

peraturan pemerintah sangat penting untuk mengetahui pengaruh yang

(5)

perkembangan teknologi, tingkat inflasi, dan gaya hidup juga tidak boleh

diabaikan. Hal-hal tersebut merupakan faktor lingkungan yang harus

dipertimbangkan sesuai dengan produk dan pasar perusahaan.

b. Faktor pasar

Setiap perusahaan perlu selalu memperhatikan dan mempertimbangkan

faktor-faktor seperti ukuran pasar, tingkat pertumbuhan, tahap

perkembangan, tren dalam sistem distribusi, pola perilaku pembeli,

permintaan musiman, segmen pasar yang ada saat ini atau yang dapat

dikembangkan lagi, dan peluang-peluang yang belum terpenuhi.

c. Persaingan

Dalam kaitannya dengan persaingan, setiap perusahaan perlu memahami

siapa pesaingnya, bagaimana posisi produk/pasar pesaing tersebut, apa

strategi mereka, kekuatan dan kelemahan pesaing, struktur biaya pesaing,

dan kapasitas produksi para pesaing.

d. Analisis Kemampuan Internal

Setiap persuahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya dibandingkan

para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor

seperti teknologi, sumberdaya finansial, kemampuan pemanufakturan,

kekuatan pemasaran, dan basis pelanggan yang dimiliki.

e. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen perlu dipantau dan dianalisis karena hal ini sangat

bermanfaat bagi pengembangan produk, desain produk, penetapan harga,

(6)

perilaku konsumen dapat dilakukan dengan penelitian (riset pasar), baik

melalui observasi maupun metode survei.

Dari uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa pemasaran merupakan alat

yang sangat penting bagi produsen untuk dapat menjual produk-produknya.

Dengan pemasaran, produsen dapat penetrasi pasar atas produknya dengan

mengaplikasikan strategi pemasaran secara terpadu.

2.1.3 Bauran Pemasaran

Istilah marketing mix (bauran pemasaran) awalnya digunakan oleh Neil Borden dari Harvard Business School pada 1964 untuk menggambarkan variabel bahan, alat, dan program kunci yang digunakan pemasar dalam mengendalikan

pasarnya. Ide bauran pemasaran ini dikenalkan dengan keyakinan bahwa

perusahaan harus mengkoordinasikan dan memadukan berbagai program

pemasarannya, agar dapat memaksimalkan dampak dan keefektifan mereka (

Doyle, 2013:325).

Menurut Waterschoot dan De Haes dalam J Baker dan Saren (2010:185)

mengemukakan bahwa The marketing mix concept follows directly from the very nature of marketing. The concept is inherent to any marketing situation without any exception, irrespective of its peculiarities – even if this is more obvious in some situations than others. In other words, the mix concept is quintessential to marketing.

(7)

komunikasi produk atau jasa. Dengan bauran pemasaran, produsen tidak hanya

perlu membuat penawaran yang menarik, tetapi juga harus memikirkan taktik

yang tepat dalam mendistribusikan dan mempromosikannya.

Bauran pemasaran merupakan suatu hal yang penting dalam pemasaran

suatu produk karena bauran pemasaran merupakan aspek yang paling terlihat

(tangible) dari sebuah perusahaan dalam aktifitas pemasaran. Dengan bauran pemasaran, produsen dapat mengkomunikasikan produknya ke konsumen

sehingga konsumen dapat menyadari akan keberadaan produk tersebut (awarness) sehingga konsumen akan melakukan permintaan atas produk yang ditawarkan

produsen tersebut. Tanpa bauran pemasaran, sebagus apapun produk yang

ditawarkan produsen akan menjadi percuma saja dipasar karena konsumen tidak

akan sadar akan produk yang ditawarkan oleh produsen.

Kotler dan Armstrong (2008:62) mendefenisikan marketing mix atau bauran pemasaran adalah sebagai serangkaian variabel yang dapat dikontrol dan

tingkat variabel yang digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi pasar

yang menjadi sasaran. Keempat unsur atau variabel bauran pemasaran

(Marketing mix) tersebut atau yang disebut 4P, adalah sebagai berikut: 1. Strategi Produk

2. Strategi Harga

3. Strategi Penyaluran / Distribusi

4. Strategi Promosi

(8)

masyarakat dimana 4P tersebut sudah merupakan pengelompokan dari seluruh

variabel-variabel dalam bauran pemasaran yang ada.

2.1.3.1 Produk

Produk adalah keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan

sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Produk merupakan segala sesuatu yang

dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau

konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan termasuk

didalam adalah objek fisik, jasa, orang, tempat organisasi dan gagasan (Kotler &

Armstrong, 2008:266).

Produk merupakan suatu yang berwujud maupun sesuatu yang tidak

berwujud yang lazim disebut jasa. Dari definisi di atas terkandung tiga makna

yang perlu dibedakan:

1. Produk ini yang merupakan manfaat yang dicari oleh pembeli.

2. Produk formal yaitu obyek fisik yang ditawarkan seperti : kemasan,

merek,kemasan dan mutu.

3. Produk yang disempurnakan yaitu mencakup keseluruhan manfaat yang

diberikan oleh produk formal.

Dari ketiga makna produk, menimbulkan gagasan bagi pemasar untuk selalu

mempertimbangkan konsumsi konsumen yaitu bagaimana cara seseorang

membeli, bukan semata-mata dipengaruhi oleh manfaat yang dicari, melainkan

(9)

Untuk mengembangkan produk suatu perusahaan, selain membenahi

faktor-faktor produksi, tindakan pemasaran sangat berperan penting didalamnya

sehingga melalui pengembangan produk tujuan yang ingin dicapai dapat sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan, dan ada kesesuaian dengan keadaan pasar.

Produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga memungkinkan konsumen untuk

melipatgandakan pembeliannya terhadap produk yang ditawarkan, yang pada

gilirannya mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Keberhasilan memasarkan

produk, dengan sendirinya diharapkan dapat menjamin kehidupan serta menjaga

kestabilan kegiatan-kegiatan operasional perusahaan.

Produk merupakan elemen kunci dalam keseluruhan penawaran pasar.

Perencanaan bauran pemasaran dimulai dengan merumuskan penawaran yang

memberikan nilai bagi pelanggan sasaran. Penawaran ini menjadi dasar bagi

perusahaan dalam membangun hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan

(Kotler dan Armstrong, 2008:272).

Atribut produk yang setidaknya penting dipandang konsumen untuk

dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian selain merek tetapi juga

kemasan, labeling, garansi dan pelayanan.

Sebuah produk terdiri atas satu lingkaran inti yang memberikan core benefit

serta empat lapisan berikutnya : basic product, expected product, augmented product, dan potential product. Lapisan pertama bersifat generik, untuk memenuhi kebutuhan dasar konsumen terhadap produk tersebut. Lapisan

(10)

konsumen, tetapi juga keinginan (want) dan harapan (expectation) konsumen. Dari sinilah dimulainya high value product. kemudian merambah ke lapisan

berikutnya (augmented product) dengan memberi nilai tambah sampai melampaui apa yang diharapkan oleh konsumen (customer delight).

Sumber : Kotler & Keller (2012:326)

Gambar 2.1 Atribut Produk

2.1.3.2 Harga

Harga merupakan salah satu penentu bagi konsumen dalam melakukan

pembelian suatu produk baik itu barang atau jasa. Penetapan harga oleh produsen

merupakan suatu hal yang harus diperhatikan. Produsen harus cerdas dan teliti

dalam penetapan harga suatu produk. apabila harga terlalu tinggi konsumen akan

enggan dan sensitif dalam membeli produk tersebut, sedangkan apabila harga Potential Product

Augmented Product

Expected Produt

Basic Product

(11)

terlalu rendah konsumen akan ragu dalam membeli produk karena kualitasnya

yang mungkin kurang. Jadi suatu tingkat harga akan memproyeksikan kualitas

suatu produk tersebut.

Harga merupakan segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh

konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari

barang beserta pelayanan dari suatu produk (Hasan, 2013:522) dan harga

merupakan suatu alat pemasaran yang dipergunakan oleh suatu organisasi

sehingga harga merupakan faktor yang penting didalam mempengaruhi keputusan

pembelian di dalam sektor publik (Limakrisna & Susilo, 2012:61).

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:345) harga adalah jumlah uang yang

harus dibayar pelanggan untuk produk itu. Kebijakan mengenai harga sifatnya

hanya sementara, berarti produsen harus mengikuti perkembangan harga di pasar

dan harus mengetahui posisi perusahaan dalam situasi pasar secara keseluruhan.

Hingga saat ini harga merupakan penentu utama bagi konsumen dalam

mempersepsikan kualitas suatu produk. Harga juga merupakan acuan utama bagi

konsumen untuk membeli suatu produk. Jadi, produsen sebaiknya berhati-hati

dalam menetapkan harga suatu produk.

Harga suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu permintaan dan

penawaran, biaya produksi, inflasi, biaya bahan baku, dan lainnya. Oleh karena

itu, produsen harus cermat dan tepat dalam penetetapan harga karena harga yang

terlalu rendah ataupun terlalu tinggi akan mempengaruhi penjualan suatu produk.

Keputusan tentang harga jual mempunyai implikasi yang cukup luas

(12)

kemungkinan menurunnya daya saing. Sebaliknya harga rendah dapat

menyebabkan kerugian, khususnya bila biaya meningkat. Hal ini terutama

akan menjadi masalah bagi perusahaan yang baru berdiri. Tujuan akan sangat

mempengaruhi tingkat harga jual yang akan ditetapkan perusahaan. Adapun

tujuan penetapan harga jual menurut Rachmawati (2011) adalah:

1. Untuk Survival

Bila perusahaan berada dalam kondisi menghadapi persaingan yang sangat

gencar, pergeseran keinginan konsumen adanya kapasitas menganggur,

maka yang diinginkan perusahaan adalah bagaimana untuk bertahan

hidup dalam kondisi untuk tetap bertahan dalam dunia bisnisnya maka

perusahaan akan menetapkan harga jual sekedar dapat menutupi modal

saja.

2. Penetrasi Pasar

Jika perusahaan ingin memperkuat market share dari produk yang dipasarkannya, maka perusahaan akan menetapkan harga jual yang

rendah. Dengan kebijakan harga jual yang rendah diharapkan pembeli

akan sangat peka terhadap harga, biaya per unit akan semakin kecil seiring

dengan semakin meningkatnya penjualan dan akan mendesak pesaing.

3. Maksimumkan Laba Dalam Jangka Pendek

Jika perusahaan menetapkan untuk mendapatkan keuntungan setinggi

mungkin, maka akan ditetapkan harga jual tinggi.

(13)

Jika perusahaan berada dalam kesulitan keuangan, maka perusahaan akan

menetapkan harga jual rendah dengan maksud untuk mendapatkan uang

tunai dengan cepat.

5. Untuk Keunggulan Dalam Kualitas Produk

Suatu perusahaan mungkin bertujuan agar kualitas produk yang

dipasarkannya selalu yang terbaik. Untuk itu perlu di penelitian dan

pengembangan yang terus menerus.

2.1.3.3 Distribusi

Distribusi ataupun saluran pemasaran merupakan suatu proses menyalurkan

produk dari produsen ke tangan konsumen akhir. Perencanaan distribusi produk

harus dilakukan dangan tepat, karena distribusi menyangkut bagaimana konsumen

dapat memperoleh atau membeli produk kita di pasar.

Hasan (2013:577) mengatakan bahwa distribusi atau saluran pemasaran

merupakan basis lokasi operasional dan administrasi perusahaan yang memiliki

nilai strategis untuk memperlancar dan mempermudah perpindahan atau

penyampaian komoditas atau produk dari produsen kepada konsumen (pemakai

akhir) atau pemakai industri/bisnis secara langsung ataupun tidak langsung

(melalui perantara) baik secara online maupun offline.

Saluran distribusi terdiri dari serangkaian lembaga maupun struktur

organisasi dalam dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang

besar dan pengecer (Etzel dalam Sunyoto, 2013:172) yang melakukan semua

(14)

status pemilikannya dari produsen ke konsumen akhir atau pemakai bisnis (AMA

dalam Sunyoto, 2013:174).

Menurut Doyle (2013:200) menyatakan bahwa distribusi merupakan unsur

dari bauran pemasaran yang menggambarkan fungsi penyampaian barang dan jasa

ke pasar dan ke pelanggan. Distribusi adalah bagian dari rantai penawaran

keseluruhan, pemberian jasa, hingga pengemasan, penyimpanan, perdagangan

besar, peritelan, transportasi, pemasaran, penjualan hingga pelanggan akhir.

Maka distribusi dapat diartikan sebagai sarana penting bagi produsen dalam

menyalurkan produk-produknya ke pasar konsumen. Distribusi sangat dibutuhkan

produsen dalam menghantarkan nilai kepada konsumen, tanpa distribusi maka

produk yang dihasilkan oleh konsumen akan sia-sia di gudang penyimpanan. Oleh

karena itu, produsen perlu melakukan kerjasama ke pihak pihak ketiga dalam hal

pendistribusian produk, seperti ke agen, pedagang besar, dan pengecer.

Distribusi dipandang sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap

kepuasan dan komitmen konsumen. Karena dengan adanya distribusi yang

dilakukan oleh produsen maka konsumen dapat menjangkau produk yang

ditawarkan oleh produsen sehingga konsumen dapat melakukan pembelian dan

kebutuhan akan produk tersebut terpenuhi sehingga timbul rasa kepuasaan yang

pada akhirnya membuat konsumen menjadi komit terhadap produk yang

(15)

2.1.3.4 Promosi

Promosi merupakan suatu proses pengenalan produk yang diciptakan oleh

produsen yang diperuntukkan bagi pasar tujuan. Promosi merupakan organ vital

dalam pemasaran, karena dengan promosi maka produsen dapat menjangkau pasar

sasaran dan melakukan penjualan atas produknya.

Pada prinsipnya promosi merupakan suatu bentuk dari sebuah komunikasi

pemasaran, melalui promosi seorang pemasar dapat menkomunikasikan sautu

produk ke pasar sasaran. Komunikasi yang dimaksud ini adalah aktivitas

pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk,

dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar

bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan

bersangkutan (Tjiptono, 1997:219).

Stanton dalam Sunyoto, (2013:154) memaparkan bahwa promosi adalah

unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang didayagunakan untuk

memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan tentang produk perusahaan.

Bauran promosi adalah kombinasi dari penjualan, publisitas, dan hubungan

masyarakat yang membantu pencapaian tujuan perusahaan. Bauran promosi

meliputi berbagai metode, yaitu iklan, promosi penjualan, penjualan tatap muka

dan hubungan masyarakat yang menggambarkan berbagai macam cara yang

ditempuh perusahaan dalam rangka menjual produk ke konsumen.

Dalam pemasaran modern, produsen tidak bisa merasa hanya karena dapat

menciptakan produk yang baik, memberi harga yang menarik, dan

(16)

harus mampu dalam menkomunikasikan produknya ke konsumen yang ada dan ke

konsumen potensial. Tiap produsen tidak dapat menghindari perannya sebagai

komunikator dan promotor. Perusahaan modern mengelola suatu sistem

komunikasi pemasaran yang kompleks.

Perusahaan berkomunikasi dengan perantaranya, pelanggan dan publik.

Konsumen berkomunikasi dari mulut ke mulut dengan konsumen lain dan publik,

sementara suatu kelompok memberikan timbal balik komunikasi kepada

kelompok lainnya.

Sumber : Hasan, (2013:604)

Gambar 2.3

Promotional Mix

Promosi memiliki beberapa instrumen, yaitu:

1. Personal Selling

Personal selling merupakan bentuk persentasi secara lisan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan penjualan (Adebisi dkk,

Promotional

Mix

Advertising

Personal Selling

Sales Promotion

Public Relation Direct

Marketing word of

(17)

untuk merangsang pembelian (Kotler dan Armstrong, 2008:235).

Dibandingkan dengan kategori bauran promosi lainnya, tipe ini

mengeluarkan lebih banyak biaya (Rusmini, 2013). Kategori yang remasuk

dalam personal selling yaitu : (1) Presentasi penjualan; (2) Pertemuan penjualan; (3) Program intensif; (4) Pasar malam, bazaar, pameran dagang;

(5) Belanja melalui televisi.

2. Sales Promotion

Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek untuk meningkatkan

pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa di mana pembelian

diharapkan dilakukan sekarang juga. Kegiatan promosi yang termasuk

dalam promosi penjualan ini misalnya pemberian kupon, obral, kontes,

pameran dan lain-lain (Umar,1999:608). Promosi penjualan (sales promotion), merupakan suatu bentuk promosi yang ditujukan produsen guna merangsang pembelian oleh konsumen (Kotler dan Armstrong, 2008:235).

Selanjutnya ditambahkan bahwa dalam pengembangan suatu program

promosi penjualan, langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh produsen

yaitu (Rusmini, 2013):

(1) Pemasar harus menentukan besarnya insentif yang akan diberikan.

(2) Pemasar harus menetapkan syarat-syarat keikutsertaan para peserta.

(3) Pemasar harus memutuskan bagaimana cara mempromosikan dan

menyebarluaskan program promosi itu sendiri.

(4) Pemasar harus menetapkan lamanya waktu berpromosi.

(18)

3. Public Relation

Public relation merupakan usaha untuk menstimulasi perpindahan sebuah produk atau jasa dengan cara menyampaikan berita yang signifikan dan

bersifat komersial, merancang berbagai program untuk mempromosikan dan

atau melindungi citra perusahaan atau setiap produknya (Hasan, 2013:609).

Public relation merupakan suatu bentuk promosi non-personal mengenai, pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas

informasi/berita tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah) (Kotler dan

Armstrong,2008:265) dan merupakan suatu usaha terencana oleh suatu

organisasi untuk mempengaruhi sikap atau golongan.

4. Direct Marketing

Direct marketing adalah unsur dalam bauran promosi yang terdiri dari enam macam yaitu direct mail, mail order, direct respons, direct selling, telemarketing dan digital marketing (Hamdani ,2006). Direct marketing merupakan sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan

satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur dan

atau transaksi disembarang lokasi (Tjiptono, 1997:232).

5. Word of mouth marketing

Pelanggan akan berbicara kepada pelanggan yang lain atau masyarakat

lainnya tentang pengalamannya menggunakan produk yang dibelinya. Jadi

iklan ini bersifat referensi dari orang lain, dan referensi ini dilakukan dari

mulut ke mulut. Jika dilihat secara fisik kegiatan iklan ini sangat sederhana,

(19)

6. Advertising

Gitusudarmo dalam Sunyoto (2013:159) mengemukakan bahwa iklan

merupakan alat utama bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya

yang dapat dilakukan oleh produsen melalui surat kabar, radio, majalah,

televisi, dan poster. Advertising disebut sebagai penjualan non-personal untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pelanggan

mengenai produk, jasa dan pelayanannya (Hasan,2013:615).

2.1.4 Pelayanan

Pelayanan merupakan ujung tombak bagi produsen dalam memasarkan

produknya. Saat ini, pola perilaku konsumen telah mengalami banyak perubahan

yang signifikan bagi produsen. Saat ini, konsumen lebih emosional dalam

melakukan pembelian. Oleh karena itu, pelayanan yang baik dibutuhkan oleh

produsen dalam pemasaran produknya.

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan (Tjiptono, 2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan

penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen(Tjiptono, 2007).

Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara

membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka

terima/peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan

(20)

dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui

harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan

berkualitas.Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.

Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.

Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri.

Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum

dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi

akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering.

Konsep kualitas pelayanan pada dasarnya bersifat relatif, yaitu tergantung

pada persepektif yang digunakan untuk menetukan ciri-ciri dan spesifikasi. Pada

dasarnya terdapat tiga orientasi kualitas pelayanan yang seharusnya konsisten satu

sama lainnya, yaitu: persepsi pelanggan, produk dan pelayanan, dan proses.

Ketiga orientasi ini dapat dibedakan dengan jelas bahkan produknya adalah prose

situ sendiri (Lupiyoadi, 2001:144).

(21)

1. Reliabilitas (reliability)

Berkaitan dengan kemapuan perusahaan untuk menyampaikan layanan yang

dijanjikan akurat sejak pertama kali. Sebagai contoh, sebuah perusahaan

mungkin memilih konsultan berdasarkan reputasi. Apabila konsultan

tersebut mampu memberikan apa yang diingainkan klien, klien tersebut

akan puas dan membayar fee konsultasi. Namun, apabila konsultan tersebut gagal mewujudkan apa yang diinginkan oleh klien, fee tidak akan dibayar penuh (tergantung dalam negosiasi awal).

2. Daya tanggap (responsiveness)

Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk

membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera.

Dengan kata lain, apakah ada keniginan para staff untuk membantu para

pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap.

3. Jaminan (assurance)

Berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemapuan

mereka dalam menumbuhkan rasa percaya diri (trust) dan keyakinan pelanggan (confidence). Bila klien yang menggunakan jasa konsultan, klien tentu ingin mendapat jaminan bahwa konsultan yang akan disewa

benar-benar ahli dan kompeten dalam mengatasi masalahnya.

4. Empati (empathy)

Berarti bahwa perusahaan mengalami masalah para pelanggannya dan

bertindak demi kepentingan pelanggannya, serta memberikan perhatian

(22)

5. Bukti fisik (tangible)

Berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan,

peralatan/perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi komunikasi

perusahaan. Sebagai contoh, investasi dekorasi dan pencahayaan akan

dilakukan oleh jasa salon yang khusus elayani klien vip (very important person) dengan tarif yang mahal yang meyakini bahwa dekorasi dan pencahayaan mempengaruhi baiknya jasa salon tersebut.

Sedangkan delapan dimensi kualitas menurut Kotler (2008) adalah sebagai

berikut:

1. Kinerja (performance): karakteristik operasi suatu produk utama, 2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (feature),

3. Kehandalan (reliability): probabilitas suatu produk tidak berfungsi atau gagal,

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), 5. Daya tahan (durability)

6. Kemampuan melayani (serviceabiliaty)

7. Estetika (estethic): bagaimana suatu produk dipandang, dirasakan, dan didengarkan,

8. Ketetapan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).

Pola perilaku konsumen yang emosional ini perlu diantisipasi dengan

pelayanan yang baik oleh produsen. Penerepan strategi bauran pemasaran

(23)

pelayanan yang diberikan oleh produsen dapat memuaskan konsumen, maka

konsumen akan komitmen terhadap produk produsen tersebut.

Pelayanan memiliki value added tersendiri bagi produsen dalam persaingan di pasar. Pelayanan merupakan pembeda antara produsen yang satu dengan

produsen yang lainnya. Konsumen akan mengesampingkan harga yang tinggi atas

produk apabila konsumen tersebut diberikan pelayanan yang mampu menyentuh

sisi emosional konsumen tersebut sehingga konsumen merasa terpuaskan.

2.1.5 Kepuasan

Pengertian secara umum mengenai kepuasan atau ketidakpuasan konsumen

merupakan hasil dari adanya perbedaan-perbedaan antara harapan konsumen

dengan

kepuasan konsumen yang telah diteliti dan didefinisikan oleh para ahli pemasaran,

dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen merupakan suatu tanggapan

perilaku konsumen berupa evaluasi purna beli terhadap suatu barang atau jasa

yang dirasakannya (kinerja produk) dibandingkan dengan harapan konsumen.

Kepuasan konsumen ini sangat tergantung pada persepsi dan harapan

konsumen itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan

konsumen ketika melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah kebutuhan

dan keinginan yang dirasakan oleh konsumen tersebut pada saat melakukan

pembelian suatu barang atau jasa, pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi

barang atau jasa tersebut serta pengalaman teman-teman yang telah

(24)

Didalam lingkungan yang kompetitif, indikator yang dapat menunjukkan

kepuasan konsumen adalah apakah konsumen tersebut akan membeli kembali dan

menggunakan produk tersebut diwaktu yang akan datang. Adapun beberapa

pengertian kepuasan konsumen menurut para peneliti adalah sebagai berikut :

Menurut Kotler & Keller (2003:138) mengemukakan bahwa kepuasan

adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah

membandingkan antara persepsi atau kesan terhadap kinerja atau hasil suatu

produk serta harapan-harapannya. Jadi , kepuasan merupakan fungsi dari persepsi

atau kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja dibawah harapan maka pelanggan

tidak akan puas. Jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan akan puas. Jika

kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan amat puas atau senang. Kunci

untuk menghasikan kesetian pelanggan adalah memberikan nilai pelanggan yang

tinggi.

Menurut Zeithaml dan Bitner (2000:75) definisi kepuasan adalah respon

atau tanggapan konsumen mengenai pemenuhan kebutuhan. Kepuasan merupakan

penilaian mengenai ciri atau keistimewaan produk atau jasa, atau produk itu

sendiri, yang menyediakan tingkat kesenangan konsumen berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan konsumsi konsumen. Kepuasan konsumen dapat

diciptakan melalui kualitas,pelayanan dan nilai.

1. Kualitas mempunyai hubungan yang erat dengan kepuasan konsumen.

Kualitas akan mendorong konsumen untuk menjalin hubungan yang erat

dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan ini memungkinkan

(25)

konsumen pada akhirnya akan menciptakan loyalitas konsumen kepada

perusahaan yang memberikan kualitas yang memuaskan mereka.

2. Pelayanan konsumen tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan dan

keluhan konsumen mengenai suatu produk atau jasa yang tidak memuaskan

mereka, namun lebih dari pemecahan yang timbul setelah pembelian.

3. Menurut Kotler (2000:34) definisi nilai pelanggan adalah nilai yang

dirasakan pelanggan adalah selisih antara jumlah nilai pelanggan dengan

jumlah biaya pelanggan. Jumlah nilai pelanggan adalah sekelompok

manfaat yang diharapkan dari produk dan jasa. Jumlah biaya pelanggan

adalah sekelompok biaya yang digunakan dalam menilai, mendapatkan,

menggunakan dan membuang produk atau jasa.

Karena kepuasan pelanggan sangat bergantung pada persepsi dan ekspektasi

pelanggan, maka sebagai pemasok produk perlu mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Menurut Zeithaml et.all (2003:162) terdapat empat faktor

yang mempengaruhi persepsi dan ekspektasi pelanggan, yaitu sebagai berikut:

1. Apa yang didengar pelanggan dari pelanggan lainnya (word of mouth communication). Dimana hal ini merupakan faktor potensial yang menemukan ekspektasi pelanggan.

2. Ekspektasi pelanggan sangat bergantung dari karakteristik individu dimana

kebutuhan pribadi (personnel needs).

(26)

4. Komunikasi dengan pihak eksternal (external communication) dari pemberi layanan memainkan peranan kunci dalam membentuk ekspektasi pelanggan.

Berdasarkan external communication, perusahan pemberi layanan dapat memberikan pesan-pesan secara langsung maupun tidak langsung kepada

pelanggannya. Sebagai contoh dari pengaruh adanya (external communication) adalah harga di mana biaya pelayanan sangat berperan penting dalam membentuk ekspektasi pelanggan.

Dengan demikian, kemungkinan antara ekspektasi pelanggan dan kualitas

pelayanan (jasa) yang di terimanya, adalah:

1. Pelanggan menjadi senang jika kualitas pelayanan yang diterima lebih baik

dari perkiraannya.

2. Pelanggan menjadi biasa saja jika kualitas pelayanan yang terima sama

dengan perkiraannya.

3. Pelanggan menjadi kecewa jika kualitas pelayanan yang diterima lebih jelek

dari perkiraannya.

Kepuasan pelanggan menurut Guiltinan (1997:6) yaitu “ a buyer’s degree of satisfication with product is the consequence of the comparison a buyer makes between the level of the benefits expected prior purchase ”. Artinya bahwa kepuasan meupakan konsekuensi dari perbandingan yang dilakukanm oleh

pelanggan yang membandingkan antara tingkatan dari manfaat yang dirasakan

terhadap manfaat yang diharapkan oleh pelanggan.

Dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan menurut Guiltanan

(27)

juga pelayanannya. Sedangkan menurut Pasuraman, Zeithaml, dan Berry

mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan adalah perasaan pelanggan terhadap

satu jenis pelayanan yang didapatkannya.

Lovelock (2005:102) menjelaskan bahwa kepuasan adalah keadaan

emosional, reaksi pasca pembelian dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan,

kejengkelan, kegembiraan atau kesenangan. Tidak mengherankan bahwa

perusahaan telah menjadi terobsesi dengan kepuasan pelanggan, mengingat

hubungannya yang langsung dengan kesetiaan pelanggan, pangsa pasar dan

keuntungan. Schiffman dan Kanuk (2004:14) menjelaskan bahwa kepuasan

konsumen merupakan perasaan seseorang terhadap kinerja dari suatu produk

barang atau jasa yang dibandingkan dengan harapannya.

2.1.5 Komitmen

Komitmen dalam hubungan atara konsumen dengan produsen telah

didefiniskan sebagai ikatan yang baik itu secara implisit maupun eksplisit atas

keberlangsungan hubungan antara pasangan dalam pertukaran yang berimplikasi

pada keinginan masing-masing untuk menciptakan manfaat jangka panjang

(Dwyer dkk., 1987). Demikian pula dengan Moorman dkk (1999) mendefinisikan

komitmen sebagai keinginan yang abadi dalam mempertahankan hubungan nilai

yang ada. Sedangkan, Anderson dan Weitz (1992) menjelaskan komitmen sebagai

keinginan untuk mengembangkan hubungan yang stabil dan keinginan untuk

memberikan pengorbanan jangka pendek dalam rangka memelihara hubungan dan

(28)

Menurut Gundlach (1995) dalam mengkaji komitmen dalam pemasaran,

konseptualisasi yang paling luas mengidentifiasi tiga aspek penting yang

berhubungan dengan komitmen. Pertama, komitmen dalam hubungan bisnis yang

mencakup dimensi instrumental atau komponen masukan yang mengacu pada

pertaruhan kepentingan sendiri dan rekanan dalam suatu hubungan. Dimensi ini

mengusulkan komitmen sebagai tindakan kalkulatif, yaitu tindakan dimana biaya

dan manfaat dipertukarkan. Hal ini berkembang sebagai hasil dari investasi yang

dijalankan dalam suatu hubungan atau kurangnya alternatif yang meyebabkan

tingkat biaya pertukaran (switching cost) yang berhubungan dengan penghentian suatu hubunngan. Istilah komitmen kalkulatif telah diadopsi oleh beberapa penulis

seperi Anderson dan Weitz untuk menunjukakkan alasan instrumental yang

membentuk dasar bagi tipe komitmen ini. Tipe komitmen ini menunjukkan

penilaian secara eksplisit terhadap biaya dan manfaat dalam mengembangan dan

mempertahankan suatu hubungan. Dalam pemasaran jasa audit, komitmen

kalkulatif menjadi sebuah konsep yang penting ketika audit menjadi lebih seperti

sebuah komoditi sehingga dipilih pada tingkat harga yang lebih rendah. Kedua,

komitmen dalam suatu hubungan dikonseptualisasikan sebagai suatu konstruk

sikap (attitudinal constract) (Meyer dkk., 1991). Dimensi ini menggambarkan orientasi afektif dan keselarasan nilai dengan rekanan bisnis yang terpisah dari

kemurnian nilai instrumennya. Hubungan yang didalamnya terdapat keterkaitan

individu dengan tujuan dan nilai organisasi sepertinya akan berlangsung lebih

lama. Komitmen afektif didasarkan pada perasaan positif terhadap pasangan

(29)

dimensi temporal yang berarti selama dilakukan dalam rentang waktu yang lama

atau secara konsisten (Moorman dkk., 1992). Dengan adanya kesinambungan,

maka tingkat perputaran (turnover) pelanggan dapat dikurangi dan pasangan kerja akan lebih meningkatkan kerjasama dalam pencapaian tujuan bersama

2.2 Penelitian Terdahulu produk dan jasa yang ditawarkan oleh toko moderen berpengaruh langsung secara negatif kepuasan pelanggan dan loyalitas

pelanggan.

Aplikasi Bauran Pemasaran Eceran yang dilakukan oleh toko moderen berpengaruh langsung Secara positif terhadap kepuasan pelanggan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan.

Hasil penelitian menunjukkan faktor harga memiliki pengaruh yang positif tetapi

tidak signifikan

terhadap kepuasan pelanggan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk berpengaruh secara

(30)

Lanjutan

Harga dan kualitas produk memiliki pengaruh terhadap

Kualitas pelayanan secara langsung memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan

Kualitas pelayanan secara langsung memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan

Sumber: Samuel (2006), Pasaribu dan Sembiring (2012), Amanah (2010), Normasari (2013), Aryani dan Rosinta (2010).

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan antara suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui

dalam suatu masalah tertentu.

Produk adalah keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan

sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Produk merupakan segala sesuatu yang

(31)

didalam adalah objek fisik, jasa, orang, tempat organisasi dan gagasan (Kotler &

Armstrong, 2008:266).

Harga merupakan segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh

konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari

barang beserta pelayanan dari suatu produk (Hasan, 2013:522) dan harga

merupakan suatu alat pemasaran yang dipergunakan oleh suatu organisasi

sehingga harga merupakan faktor yang penting didalam mempengaruhi keputusan

pembelian di dalam sektor publik (Limakrisna & Susilo, 2012:61).

Distribusi merupakan unsur dari bauran pemasaran yang menggambarkan

fungsi penyampaian barang dan jasa ke pasar dan ke pelanggan. Distribusi adalah

bagian dari rantai penawaran keseluruhan, pemberian jasa, hingga pengemasan,

penyimpanan, perdagangan besar, peritelan, transportasi, pemasaran, penjualan

hingga pelanggan akhir (Doyle, 2013:200).

Menurut American Society for Quality Control dalam Lupiyoadi (2001:144) kualitas pelayanan adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari

suatu produk dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

yang telah ditentukan atau bersifat laten.

Doyle (2013:148) mengungkapkan bahwa kepuasan konsumen (customer satisfaction) sebagai suatu pengharapan konsumen atas evaluasi produk dalam hal memenuhi kebutuhan konsumen. Terciptanya kepuasan konsumen dapat

memberikan manfaat salah satunya yaitu memberikan dasar yang baik bagi

(32)

Komitmen pelanggan merupakan hal yang menjadi perhatian penting bagi

perusahaan berkenaan dengan masa depannya. Secara umum, komitmen

pelanggan merupakan kesetiaan konsumen dalam penggunaan suatu produk.

Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dipengaruhi oleh variabel produk (product), harga (price), saluran distribusi (place), dan pelayanan (service).

Berdasarkan definisi di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini

dapat dibuat sebagai berikut:

Sumber: Kotler (2008), Tjiptono (2008)

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Produk

(X1)

Kepuasan Konsumen

(Z) Harga

(X2)

Saluran Distribusi

(X3)

Pelayanan

(X4)

Komitmen Konsumen

(33)

2.4 Hipotesis

Pada sub bab ini akan disebutkan tentang hipotesis-hipotesis yang diajukan

pada penelitian ini. Beberapa hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Produk, harga, distribusi, dan pelayanan berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan konsumen.

Gambar

Gambar 2.1 Atribut Produk
Gambar 2.3 Promotional Mix
Penelitian TerdahuluTabel 2.1
Penelitian TerdahuluTabel 2.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa defisit anggaran sebesar 1.544.616.152.000,- rupiah yang dialami BPJS Kesehatan selaku pelaksana program Jaminan Kesehatan Nasional

Pendidikan karakter berbasis potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik agar mampu

Disertasi Pengaruh kemampuan mengolah informasi ..... ADLN -

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan grup fuzzy yaitu (Rosenfeld, 1971) yang mengaplikasikan konsep dasar himpunan fuzzy pada konsep grup dengan menganggap

Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Holtikultura sebesar 0,68 persen disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan petani jeruk di kawasan pengembangan jeruk di Kelurahan Rimbo Pengadang tentang teknologi pengelolaan

Literatur menyatakan terdapat hubungan antara kondilomata akuminata vulva dengan 5 hasil pap smear yang abnormal (CIN1 dan CIN2/3), sedangkan literatur lain menyebutkan

DI LINGKUNGAN KANTOR KEMENTERIANAGAMA KABUPATEN TUBAN TAHUN ANGGARAN 2016 PERIODE BULAN JULI S.D DESEMBER 2016..