BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan pembangunan diantaranya pembangunan bidang perekonomian. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (untuk nasional/negara diukur dengan pertumbuhan PDB dan daerah dengan PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu ; modal, tenaga kerja dan teknologi (Sukirno : 2005).
Sejalan dari itu maka pemerintah sebagai pemegang kekuasaan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara mempunyai peranan penting dalam mencapai dan mewujudkan tujuan pembangunan. Peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) peranan alokasi, mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien; (2) peranan distribusi pendapatan atau kekayaan; dan (3) peranan stabilisasi perekonomian (Mangkoesobroto : 2001).
Kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah tercermin dalam APBN untuk pemerintah pusat dan APBD untuk pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota). Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang perpajakan, pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agrerat dalam perekonomian.
Pengeluaran Pemerintah Indonesia seperti yang termuat dalam APBN maupun APBD pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin meliputi belanja pegawai, barang, pemeliharaan, perjalanan dinas, pinjaman beserta bunga dan subsidi yang kesemua jenis pengeluaran tersebut sifatnya adalah merupakan pengeluaran konsumsi. Sedangkan pengeluaran pembangunan terbagi menurut sektor-sektor pembangunan yang lebih bersifat sebagai akumulasi stok kapital atau kata lainnya pengeluaran pembangunan berupa belanja modal dan pemeliharaan merupakan pengeluaran pemerintah untuk pelaksanaan proyek-proyek terdiri dari sektor-sektor pembangunan dengan tujuan untuk melakukan investasi.
APBN maupun APBD secara prinsip hampir sama yaitu berbentuk neraca yang menggambarkan alokasi penerimaan dan pengeluaran baik secara rutin maupun pembangunan. Kebijakan pemerintah daerah dapat tercermin dari pengalokasian pengeluaran pemerintah yang memperhatikan prioritas pembangunannya, kebutuhannya, aspirasi masyarakat dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah.
Hal ini diantaranya dipengaruhi besarnya jumlah pegawai yang otomatis membutuhkan biaya pengeluaran rutin yang lebih besar pula.
Tabel 1.1. Pengeluaran Pembangunan dan Pengeluaran Rutin Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 (dalam Ribu Rupiah)
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Pengeluaran
Pembangunan 62.267.545,00 120.855.412,00 182.681.481,00 181.704.853,00 114.960.973,00
Pengeluaran
Rutin 135.193.180,00 161.718.470,00 147.140.154,00 180.841.566,00 214.355.788,00 Total
Pengeluaran Pemerintah
197.460.725,00 282.573.882,00 329.821.635,00 362.546.419,00 329.316.761,00
Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010
Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Investasi akan menimbulkan efek pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian. Peningkatan investasi tidak hanya akan meningkatkan permintaan agregat, tetapi juga meningkatkan penawaran agregat melalui meningkatnya stok capital dan kapasitas produksi. Investasi yang akan masuk ke suatu daerah diharapkan akan menciptakan lapangan kerja baru hingga dan akan meningkatkan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan menggerakan perekonomian daerah. Ketepatan perhitungan ICOR sangat dibutuhkan dalam menentukan besarnya kebutuhan investasi. Tingkat keuntungan yang diramalkan, tingkat bunga, ramalan mengenai ekonomi di masa depan, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan nasional dan perubahannya, keuntungan yang diperoleh, situasi politik, pengeluaran yang dilakukan pemerintah serta kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat menjadi faktor penentu ditanamkannya investasi disuatu daerah.
Nilai investasi yang ditanamkan di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 mengalami peningkatan sebagaimana yang ditunjukan pada tabel 1.2. berikut :
Tabel 1. 2. Perkembangan Investasi Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Investasi
(Juta Rupiah) 170.684,69 170.283,31 175.542,12 180.800,93 209.867,76 Perkembangan
(%) 12,87 (0,24) 3,09 3,00 16,08
Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010
penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat (Mankiw, 2003).
Kota Tebing Tinggi yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional membutuhkan investasi yang cukup besar guna mendorong pertumbuhan ekonomi, yang sebagian besar diharapkan berasal dari investor. Merujuk pada Visi Kota Tebing Tinggi yaitu “Kota Jasa dan Perdagangan dengan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas” sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2025 maka dalam lingkup daerah, salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro adalah dengan melihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan atas dasar harga konstan. Perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi ditunjukan dari perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi atas dasar harga konstan yang dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 1.3. Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
PDRB
(Juta Rupiah) 923.200,00 978.410,00 1.037.465,00 1.099.238,00 1.165.932,00 Perkembangan
(%) 5,33 5,98 6,04 5,95 6,07
Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010
pemerintah dan investasi menjadi cerminan dan indikatornya. Terkait dengan hal ini dan menyikapi fenomena sebagaimana latar belakang yang dikemukakan di atas maka Penulis tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul : “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota, ICOR, Investasi terhadap
Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah-masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah tingkat bunga dan tingkat upah berpengaruh terhadap investasi di Kota Tebing Tinggi?
2. Apakah investasi berpengaruh terhadap kesempatan kerja di Kota Tebing Tinggi?
3. Apakah tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja berpengaruh terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga dan tingkat upah terhadap investasi di Kota Tebing Tinggi;
2. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap kesempatan kerja di Kota Tebing Tinggi;
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi.
4. Untuk mengetahui pengaruh langsung, tidak langsung dan total efek tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain : 1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui
terkait tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, kesempatan kerja, dan perekonomian Kota Tebing Tinggi.
2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam menentukan kebijakan pembangunan daerah khususnya bagi aparatur perencana.