• Tidak ada hasil yang ditemukan

KHUTBAH JUM’AT (26) Hikmah Moralitas dalam Maulid Nabi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KHUTBAH JUM’AT (26) Hikmah Moralitas dalam Maulid Nabi"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Khotbah

Hikmah Moralitas dalam Maulid Nabi

املسسلاو ةلسسلاو ريدliق ءيلش ك ىلع و أيلو تاو مألاو ل مأ ا abاو liأماو

ت مط ل كعج ، عأ عثأ نآيقاو لت أ abاو ل liب نب liأمأ يدخاو سمناو امععأ ىلع

،liعب مأأ ر نممبل و ت مط نأ

لو نت سسأتل سستمقت قسسم ل قتو سمناو مهدأمد رliعب مأأ

ن أعلأ امتنأ

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Marilah kita bersama-sama berdo’a kepada Allah SWT agar kita senantiasa berada di bawah naungan rahmat-Nya. Marilah kita bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada-Nya, Sebab taqwa merupakan jembatan bagi kita untuk menggapai ridha dan kemulian di sisi-Nya, baik di dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah:

ْامُ مَقْتَأ ِ ال َliْنِ ْامُ َأ َيْ َأ انِإ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisiku ialah orang yang bertaqwa.” (QS: al-Hujurat, 14)

Beberapa hari yang lalu, tepatnya Selasa 12 Rabi’ul Awal 1435 H, kita bersama-sama memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Adalah sudah menjadi tradisi mayoritas umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi tersebut. Bagi muslim Indonesia, tradisi maulid sudah membumi di benak kolektif masyarakat. Peringatan maulid merupakan salah satu bukti kecintaan kita terhadap Nabi SAW. Ungkapan cinta itu diluapkan dengan ekpresi yang beraneka ragam. Misalnya, di Yogyakarta dan Surakarta kita menemukan sekaten, di banjar ada istilah Baayun Maulid, demikian pula di daerah-daerah lain, mereka memiliki istilah dan tradisi sendiri dalam memperingati maulid Nabi SAW.

Peringatan maulid Nabi memiliki dampak positif dalam pembentukan karakter umat Islam. Pada acara itu kita bisa mendengar berbagai macam ceramah yang menjelaskan tentang sosok Nabi Muhammad SAW. Mungkin saja, bayangan Nabi SAW itu sudah terlupakan dalam benak kita, lantaran kesibukan dunia. Seorang pemimpin bisa jadi sudah lupa bagaimana cara memimpin masyarakat yang benar, wakil rakyat mungkin saja lupa dengan janji-janjinya selama ini, para pejabat yang sudah lupa bagaimana cara menyimpan uang rakyat, sehingga banyak uang rakyat yang tercecer ke kantong pribadinya, dan bisa jadi sebagai muslim kita sudah lupa bagaimana berakhlak mulia. Momentum maulid Nabi ini sangat tepat dijadikan sarana untuk melawan penyakit amnesia yang tengah mewabah itu.

(2)

Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Ada banyak contoh yang dapat kita tiru dari Rasulullah SAW. Jika al-Qur`an diibaratkan mutiara yang memantulkan beraneka ragam warna cahaya, demikian pula dengan Nabi SAW. Kita bisa memetik hikmah apasaja yang terdapat dalam diri beliau. Terutama perihal akhlak dan budi pekertinya. Allah SWT berfirman.

رو ًيدِثَ َ ال َيَ َb َ َيِخ ْلو َام ْ َدْاو َ َ ال ُج ْيَد َنمَ ْنَأِا ٌةَنَلَم ٌة َ ْلُأ ِ ال ِك ُلَي لِ ْامُ َا َنمَ ْliَقَا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS: al-Ahdzab ayat 21)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

امدظ قعخ ىلععا كنأ

Dan sesungguhnya, kamu (muhammad) benar-benar berbudi perketi yang agung (QS. Al-Qalam 68: 4)

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa dalam diri Nabi tertanam akhlak yang mulia. Keelokan perangainya itu tidak hanya diakui kalangan Islam saja, non-muslim pun memuji akan akhlaknya tersebut. Tak heran di usia belia rasul dijuluki dengan gelar al-Amin, dan kejujurannya tersohor ke saentaro dunia. Kebaikan akhlaknya itu digambarkan Imam al-Bushiri dalam gubahan syairnya: “Alangkah agungnya Rasul yang selalu dihiasi oleh budi pekerti yang sangat mulia itu. Kepribadiannya selalu diselimuti kebaikan. Wajahnya selalu dihiasi oleh senyum keramahan yang menawan. Dia lemah lemah lembut ibarat bunga, mengundang pesona ibarat bulan purnama, luas kedermawanannya ibarat samudera, dan sangat pasti cita-citanya ibarat perjalanan masa.”

Kaum muslimin yang dirahmati Allahر

Misi utama diutusnya Nabi SAW ke permukaan bumi ini ialah untuk memperbaiki akhlak manusia. Syeikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul kaifa nata’amal ma’a al-Qur`an, menyebutkan salah satu tujuan dari syari’at Islam ialah untuk menyucikan hati manusia dan meluruskan akhlak. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah disampaikan bahwa Nabi bersabda:

مأنِإ

ِقَل ْخَلو َام ِيمَ َأ َامّأَتُل ُتاْثِعُب

“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus hanyalah untuk menyempurnakan (memperbaiki) akhlak manusia.” (HR: al-Baihaqi)

(3)

Dengan modal akhlak yang mulia itu pula Islam menyebar dalam tempo yang sangat singkat di Jazirah Arab. Praktik kehidupan Nabi, baik di Mekah ataupun Madinah, memberi gambaran kepada kita bahwa peranan akhlak dalam kehidupan ini sangatlah urgen. Penerimaan masyarakat terhadap kebenaran yang disampaikan sangat berkaitan dengan moral si penuturnya. Kebenaran akan meresap cepat ke dalam hati sabubari apabila disampaikan dengan cara-cara yang santun seperti yang dicontohkan Nabi SAW.

Hadirin yang berbahagia

Berbicara mengenai moral atau akhlak pada hari ini membuat air mata kita menetes. Bagaimana tidak, hampir setiap hari media cetak maupun elektronik mengabarkan kepada kita perihal kemungkaran sosial yang terjadi di negeri ini. Bukan berati negeri ini penuh dengan penjahat, tidak. Namun, suara kejahatan lebih masih ketimbang kebaikan. Menengok kembali kepribadian Nabi SAW adalah solusi nyata untuk keluar dari jeratan masalah ini. Rasul telah mencontohkan kepada kita bagaimana mengatur negara yang baik dan masyarakat yang bermoral. Dalam menjalankan kekuasaan Rasulullah SAW selalu menekankan aspek kebaikan, kejujuran, kaselahan, dan keadilan bagi semua kalangan tanpa memandang warna kulit, keyakinan, serta ras.

Selain itu, Rasulullah SAW selalu mewanti-wanti agar umatnya tidak selalu menuruti hawa nafsunya. Karena hawa nafsu sumber kemungkaran dan kemerosotan akhlak. Orang akan mudah terjerumus untuk korupsi, menipu, dan kemungkaran sosial lainnya jika terlalu menuruti nafsu rakusnya. Bahkan Rasulullah mengancam status keimanan umatnya yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan ‘Amr bin al-‘Ash, Nabi berkata:

ِهِب ُتئئِج اَمِل اًعَبَت ُها َوَه َنوُكَي ىّتَح ئمُكُدَحَأ ُنِم ئؤُي

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.”

Jama’ah jum’at yang dirahmati Allah SWT

Demikianlah khutbah jum’at kali ini. Semoga dengan peringatan maulid Nabi ini dapat membawa perubahan dalam tingkah laku kita. Peringatan maulid bukan hanya sekedar formalitas atau seremonial belaka. Lebih dari itu, peringatan maulid sebagai sarana bagi kita untuk menambah wawasan tentang kehidupan Nabi SAW, kemudian mengamalkan dan mengkontekstualkan dalam kehidupan sehari-hari.

(4)

ىلَاَمسسعَت ُ سسّنإ رِامْدِ َماو ِيْ ّbسساو ِتامسسدلمِب ْامُ مسسّدِإ َ ْلِنَعَفَن َ ,ِامْد ِظَعاو ِنآ ْيسسُقاو لِ ْام ا َ ْلِا ُل َكَيَمسسب

رٌامْدِمَي ٌف ْ ُؤَي ّيَب ٌكِعَأ ٌامْد ِيَ ٌliو ّ َج

Khutbah II

ُهَد ْْئح َو ُا َو ُا ّ ِا َهَْْلِا َ ئنَا ُدَه ئْْشَا َو .ِهِناَنِتئمِا َو ِهِقئيِف ئوَت َىلَع ُهَل ُرئكّشلا َو ِهِناَس ئحِا َىلَع ِل ُدئم َحئلَا

ىَلَع ّل َْْص ّمُهللا .ِهِنا َو ئْْض ِر َىلِا ىِعاّدْْلا ُهُل ئو ُْْسَر َو ُهُدْْئبَع اًدّمَحُم اَنَدّيَس ّنَا ُدَهئشَا َو ُهَل َكئي ِرَش َ

َرَْمَا اَْمئيِف َااوُقّتِا ُساّنلا اَهّيَا َايَف ُدئعَب اّمَا اًرئيثِك اًمئيِلئسَت ئمّلَس َو ِهِباَحئصَا َو ِهِلَا ىَلَعِو ٍدّمَحُم اَنِدّيَس

َلاَْْق َو ِه ِْْس ئدُقِب ِهِْْتَكِئ َمِب ىَنَْْْث َو ِه ِْْسئفَنِب ِهْْئيِف َأَدَب ٍرئمَاِب ئمُكَرَمَا ّا ّنَا ا ئوُمَلئعا َو ىَهَن اّمَع ا ئوُهَتئنا َو

.اًمئيِل ئْسَت ا ئوُمّل َْس َو ِهْئيَلَع ا ئوّل َْص ا ئوُنَمآ َنئيِذّلا اَهّيَا آي ىِبّنلا َىلَع َن ئوّلَصُي ُهَتَكِئ َم َو َا ّنِا ىَلَاعَت

َكِئآيِبئنَا ىَلَع َو ٍدّمَحُم َانِدّي َْْس ِلآ ىَلَع َو ئمّل َْْس َو ِهْْئيَلَع ُا ىّل َْْص ٍدّمَحُم اَنِدّي َْْس ىَلَع ّل َْْص ّمُهللا

ىِلَع َو ناَْْمئثُع َورَمُع َو ٍرئكَب ىِبَا َنئيِدِشاّرلا ِْءاَفَلُخلئا ِنَع ّمُهّللا َض ئرا َو َنئيِبّرَقُملئا ِةَكِئ َم َو َكِلُسُر َو

ئمُهَعَم اّنَع َض ئرا َو ِنئيّدْْلا ِم ئوَيىَْْلِا ٍنا َْْس ئحِاِب ئمُهَل َنئيِعِباّتلا يِعِباَْْت َو َنئيِعِباّتلا َو ِةَباَحّصلا ِةّيِقَب ئنَع َو

َنئيِمِحاّرلا َم َح ئرَا اَي َكِتَم ئح َرِب

ّزِْْعَا ّمُهللا ِتا َوْْئمَ ئا َو ئمُهئنِم ُءآْْي ئحَ َا ِتاَمِل ئْْسُملئا َو َنئيِمِلئسُملئا َو ِتاَنِم ئؤُملئا َو َنئيِنِم ئؤُمئلِل ئرِفئغا ّمُهللَا

َر َْْصَن ئنَم ئر ُْْصئنا َو َةّيِد ّح َوُملئا َكَداَْْبِع ئر ُْْصئنا َو َنئيِك ِر ئْْشُملئا َو َك ئرّشلا ّلِذَأ َو َنئيِمِلئسُملئا َو َمَلئسِ ئا

ئعَْْف ئدا ّمُهللا .ِنئيّدلا َم ئوَي ىَلِا َكِتاَمِلَك ِلئعا َو ِنئيّدلاَءاَدئعَا ئرّمَد َو َنئيِمِلئسُملئا َلَذَخ ئنَم ئلُذ ئخا َو َنئيّدلا

اَنِدَْْلَب ئنَع َنَطَب اَم َو اَهئنِم َرَهَظ اَم َن َحِملئا َو ِةَنئتِفلئا َء ئوُس َو َن َحِملئا َو َل ِزَ ّزلا َو َءاَب َولئا َو َءَلَبلئا اّنَع

ًةَن َْْسَح اَيئنّدْْلا ىِف َاْْنِتآ اَْْنّبَر . َنئيِمَلاَعلئا ّبَر اَي ًةّمآع َنئيِمِلئسُملئا ِناَدئلُبلئا ِرِئاَس َو ًةّصآخ اّيِسئيِنوُدئنِا

َنِم ّنَن ئوُْْكَنَل اَْْنئم َح ئرَت َو اَنَل ئرِف ئغَت ئمَل ئنِا َواَنَسُفئنَا اَنئمَلَظ اَنّب َر . ِراّنلا َباَذَع اَنِق َو ًةَنَسَح ِةَرِخخئا ىِف َو

ِءآْْش ئحَفلئا ِنَع ىَهئنَي َو َىب ئرُقلئا ىِذ ِءآتئيِإ َو ِناَس ئحِ ئا َو ِلئدَعلئاِب اَنُرُمئأَي َا ّنِا ! ِاَداَبِع . َنئي ِرِساَخلئا

ِهِْْمَعِن َىلَع ُه ئوُرُك ئْْشا َو ئمُك ئرُك ئذَْْي َمئي ِظَعلئا َااوُرُكئذا َو َن ئوُرّكَذَْْت ئمُكّلَعَل ئمُكُظِعَي يئغَبلئا َو ِرَْْكئنُملئا َو

ئرَبئكَا ِا ُرئكِذَل َو ئمُك ئد ِزَي

Referensi

Dokumen terkait