PERBANDINGAN SISTEM EKONOMI Pendahuluan
Suatu sistem sosial muncul karena adanya upaya manusia untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan yang sangat bervariasi
melahirkan berbagai macam sistem kehidupan termasuk sistem ekonomi. Sistem
ekonomi diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia pada berbagai jenis
barang terutama barang kebutuhan pokok (basic needs). Pengertian sistem di sini adalah menunjuk pada “Sehimpunan gagasan (ide) yang tersusun diorganisasikan, suatu himpunan gagasan, prinsip, doktrin, hukum dan sebagainya yang membentuk
suatu kesatuan yang logik dan dikenal sebagai isi buah pikiran tertentu, agama atau bentuk pemerintahan tertentu”.
Sistem mengandung ciri-ciri sebagai berikut :1
Setiap sistem mempunyai tujuan
Setiap sistem mempunyai batas, akan tetapi sistem itu bersifat terbuka, dalam arti berinteraksi juga dengan lingkungannya
Suatu sistem terdiri dari beberapa subsistem yang biasa pula disebut bagian, unsur atau komponen
Sistem tidak hanya sekadar sekumpulan dari bagian, unsur atau komponen melainkan juga merupakan suatu kebulatan yang utuh dan padu, atau mempunyai “wholism” (keterpaduan).
Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik dalam sistem (internal) maupun antara sistem dengan lingkungannya (eksternal).
Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses mengubah masukkan (input) menjadi keluaran (output), sehingga sistem disebut juga dengan istilah “processor” atau “transformator”.
Dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan tersedianya umpan balik.
1 Muhammad Anas Zarqa, 1987, Methodology of Islamic Economics, Jeddah, p. 49 dalam Ausaf Ahmad, et-al, Lectures on Islamic Economics, Islamic Research and Training Institute Institute Islamic Development Bank, Jeddah
Bahan Ajar Ekonomi Islam Dr. Imamudin Yuliadi
Adanya mekanisme kontrol memungkinkan tiap sistem melakukan adaptasi terhadap lingkungannya secara otomatik.
Secara kategoris sistem ekonomi yang beroperasi dalam aktivitas ekonomi
sekarang adalah sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis dan sistem
ekonomi Islam. Karakteristik sistem ekonomi Islam berbeda dengan dengan sistem
kapitalis maupun sosialis. Perbedaannya tidak hanya dalam aspek normatif tetapi
juga pada aspek teknis operasionalnya.
Sistem Ekonomi Kapitalisme
Membahas mengenai sistem ekonomi kapitalis adalah sangat kompleks
karena menyangkut berbagai aspek baik politik, kebudayaan, sosial dan
perkembangan IPTEK. Sistem kapitalisme tidak bisa dilepaskan dari latar belakang
kehidupan dan pandangan hidup masyarakat barat dimana sistem ini lahir dan
berkembang. Pandangan hidup masyarakat barat pada umumnya adalah
rasionalistik, materialistik individualistik dan liberalistik. Kapitalisme sebagai suatu
sistem ekonomi juga berkaitan erat dengan pandangan hidup rasionalisme,
materialisme, individualisme dan liberalisme.
Ciri-ciri sistem ekonomi kapitalis adalah sebagai berikut :
a) Kebebasan memiliki harta secara perorangan :
Tiap individu bebas menggunakan sumber-sumber ekonominya menurut
apa yang dikehendakinya. Serta diberi kebebasan penuh untuk menikmati
manfaat yang diperoleh dari hasil produksi dan distribusi barangnya.
b) Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas :
Selagi tidak melanggar norma-norma masyarakat tiap individu bebas
mendirikan, mengorganisir dan mengelola perusahaannya. Tiap individu
bebas mengoptimalkan semua potensi ekonominya baik fisik, mental dan
sumber daya lainnya menurut keinginannya.
c) Ketimpangan ekonomi :
Pada sistem kapitalis modal memegang peranan yang strategis.
Pelaku-pelaku ekonomi yang memiliki modal relatif cukup banyak akan menikmati
peluang usaha yang lebih besar dan memperoleh keuntungan yang lebih
memperoleh kesempatan usaha yang sedikit sehingga akan menimbulkan
kesenjangan sosial dan ketimpangan ekonomi.
Dari prinsip dasar tersebut sistem kapitalis melahirkan dampak yang positif
dalam perekonomian yaitu :
a. Dapat mendorong aktivitas ekonomi secara signifikan.
Kebebasan berusaha bagi tiap individu akan mendorong kreatifitas dan
aktivitas ekonomi yang mengarah pada produktifitas masyarakat.
b. Persaingan bebas akan mewujudkan produksi dan harga produksi ke tingkat
yang wajar dan rasional. Persaingan bebas antar pelaku ekonomi akan
mendorong kegiatan produksi pada tahap yang rasional. Keuntungan dan
tingkat harga akan tercapai pada tingkat yang wajar.
c. Mendorong motivasi pelaku ekonomi mencapai prestasi yang terbaik.
Dorongan motivasi untuk meraih keuntungan akan memacu semangat untuk
melakukan inovasi pada berbagai kegiatan ekonomi sehingga kegiatan
ekonomi akan semakin efisien.
Namun pada sisi lain sistem ekonomi kapitalis mengandung banyak
kelemahan yaitu :
a. Persaingan bebas yang tak terbatas menimbulkan gangguan dalam tatanan
ekonomi antara lain penumpukan harta, distribusi kekayaan tidak merata dsb
b. Persaingan bebas memupuk semangat individualis dan mengorbankan
semangat kebersamaan. Sendi-sendi kebersamaan, kegotongroyongan
menjadi sesuatu yang langka. Kepentingan individu untuk memperoleh
keuntungan akan menimbulkan perpecahan ditengah-tengah masyarakat.
c. Distorsi pada nilai-nilai moral yaitu saling kerjasama, gotong royong, kasih
sayang dsb
d. Menimbulkan pertentangan sosial antar kelas dalam masyarakat misal antara
majikan dan karyawan, antara pemilik lahan pertanian dan penggarap, dsb.
Karena masing-masing berdiri atas dasar kepentingan individu yang saling
bertentangan satu sama lain.
e. Akan melahirkan sikap hidup yang tidak memperhatikan nilai-nilai moral sosial
kegiatan bisnisnya. Produksi barang dan distribusi pendapatan hanya akan
dinikmati oleh sebagian kecil anggota masyarakat. Sementara sebagian
besar pelaku ekonomi akan menerima bagian yang lebih kecil dari produksi
barang tersebut.
Dalam filsafat ilmu ada tiga cabang pokok filsafat yaitu ontologi, epistimologi
dan aksiologi. Ontologi adalah cabang dari filsafat yang mempelajari tentang apa,
dari mana dan kemana segala sesuatu. Epistimologi adalah cabang dari filsafat
yang mempelajari tentang bagaimana pengetahuan itu mungkin diperoleh oleh
manusia. Sedangkan aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang
nilai seperti apa yang dimaksud dengan keindahan, kebaikan dan sebagainya.
Secara ontologis kapitalisme memiliki tiga pandangan, Pertama, adalah
generatio spontanea yakni suatu pandangan bahwa dunia dan segala isinya muncul secara kebetulan dan dengan sendirinya. Kedua, God is a Watch maker yakni suatu pandangan bahwa dunia dan segala isinya adalah memiliki pencipta
akan tetapi pencipta tersebut tidak peduli terhadap apa yang diciptakannya.
Dalam pandangan Nietzche dalam karyanya Thus Spake Zarathustra dikatakan bahwa God is death. Ketiga, pandangan agnotis yakni suatu pandangan yang menunda kepercayaan kepada Tuhan karena belum bisa membuktikan adanya
Tuhan secara empirik. Pandangan ontologis inilah yang kemudian melahirkan
pandangan epistimologis God is death and super human is born. Artinya pusat dunia adalah manusia yang super yang memiliki kemampuan memformulasikan
segala macam pandangan aksiologis mulai dari keindahan, kemanfaatan,
kebajikan, kebenaran dan lain-lain. Pandangan aksiologis ini kemudian
melahirkan suatu konsep yang tidak memiliki standar baku dan bersifat sangat
subyektif.
Dalam analisis ekonomi ideologi kapitalisme mengandung kesalahan tingkat
pertama dan paling asasi yaitu kesalahan identifikasi tentang apa yang
dimaksudkan dengan kebutuhan (needs). Sistem kapitalis telah mencapai taraf ketidaksadaran total bahwa apa yang akan mereka penuhi sebenarnya adalah
keinginan (wants) yang bersifat materialis dan idealis bukan kebutuhan (needs). Dalam perkembangan selanjutnya wants ini kemudian dikemas sedemikian rupa
affirm that the consumption of goods is the greatest source of pleasure, the highest measure of human achievement”. Bujukan dan rayuan dari promosi menciptakan suatu masyarakat yang konsumtif dengan keinginan yang tidak
terbatas (infinite) dan tidak terpuasi (insatiable). Daniell Bell menyebutnya dengan bourgeois appetites dan menyatakan sebagai satu dari tiga akar masalah utama
dalam masyarakat kapitalis, dua lainnya adalah democratic polity dan individualist ethos. Keinginan-keinginan inilah yang kemudian memunculkan produk-produk yang digambarkan oleh Tawney dalam bukunya The Aquisitive society, “Part of
goods which are annually produce, and which are called wealth, though reckoned as part of the income of the nation, either should not have been produce until other articles had been produced in sufficient abundance, or should not have been produced at all”.2 Keinginan inilah yang menciptakan permintaan (demand) yang tidak akan dapat terpenuhi oleh sumberdaya yang ada dan keinginan inilah yang
menciptakan kondisi kelangkaan (scarcity) dalam masyarakat modern. Pandangan ekonomi inilah yang kemudian mendorong lahirnya sistem ekonomi
yang bersifat eksploitatif terhadap alam dan lingkungannya. Dalam persoalan ini
prinsip yang dikembangkan dalam sistem kapitalis adalah survival of the best
fittest, competition, and individual interest yang bertolak belakang dengan prinsip
survival of all, cooperation and common interest. Kondisi ini yang menimbulkan
budaya produksi dan konsumsi segala macam barang sebanyak-banyaknya dan
secepat mungkin tanpa menghiraukan dampak yang ditimbulkan. Keadaan ini
kemudian terakumulasi dan menimbulkan krisis kemanusiaan dimana-mana, PD I
dan PD II merupakan bukti empirik yang menegaskan hal tersebut. 3
Kesalahan lain dari sistem kapitalis adalah menempatkan faktor produksi
kapital pada posisi yang setara atau lebih tinggi dengan faktor produksi manusia.
Agar dapat t erus berkembang kapital diberi harga berupa interest rate atau rent
rate tertentu yang harus dibayar oleh pengguna kapital tanpa memperhitungkan
produktivitas riilnya. Pemilik modal dilindungi dengan prinsip pemilikan mutlak jus utendi et abutendi (hak untuk memanfaatkan atau merusak apa yang menjadi
2 Muhammad Umer Chapra, 2000, Islam dan Tantangan Ekonomi, Gema Insani Press, Jakarta, hal. 17 – 20
3 Yuni Prihadi Utomo, 1996, Paradigma Ilmu Ekonomi Islam, Makalah Simposium Nasional Ekonomi Islam, FE-UMY dan juga bisa dibaca Muhammad Umer Chapra, 2000, Islam dan Pembangunan Ekonomi,
miliknya). Pandangan ini yang pada awal perkembangan kapitalis menimbulkan
krisis penindasan secara massive terhadap kelompok buruh oleh para pemilik
kapital. Kondisi inilah yang memunculkan kritik sosial oleh Karl Marx yang
bersama Engel menyusun buku Das Kapital.4
Tujuan ideal dalam suatu sistem kapitalis adalah terciptanya pasar
persaingan sempurna. Karakteristik pasar persaingan sempurna adalah output homogen, penjual banyak, no barriers to entry, price taker dan perfect flow of informations. Dalam pandangan kaum kapitalis pasar persaingan sempurna mengandung keadilan karena MC = MR = P yakni ongkos yang dikeluarkan
produsen untuk memproduksi satu unit barang tepat sebesar penerimaan karena
memproduksi satu unit barang tersebut dan sama dengan harga per unit barang
yang harus dibayarkan konsumen. Dalam kondisi ini tercapai pada saat AC
minimum yang menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya berada pada
tingkat yang paling ekonomis. Dari karakteristik pasar persaingan sempurna
tersebut membawa implikasi bahwa seluruh pelaku ekonomi memiliki kekuatan
ekonomi yang sama persis, sebab jika tidak akan ada pihak yang kuat akan
memaksakan kehendaknya. Sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini :
4 Loc-cit
P. MC, MR
Q P = MR = MC
MC AC
Q’
0
Jikalau demikian sistem ekonomi kapitalis pada hakekatnya sama dengan
sistem ekonomi sosialis atau komunis yang menghendaki sama rasa, sama selera
dan sama jumlahnya. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil analisis Optimality Pareto dengan menggunakan Edgeworth Box Analysis. Kondisi yang optimal diterangkan manakala tercapai pada „distribusi pendapatan tertentu‟, jika distribusi pendapatan merata sempurna implikasinya alokasi konsumsi dan faktor produksi
juga akan sempurna. Sebaliknya jika terjadi ketimpangan dalam distribusi
pendapatan maka distribusi dan alokasi konsumsi dan faktor produksipun akan
timpang karena pihak yang kuat akan mendorong kurva indifferent atau kurva
isoquant menjauhi titik origin dibandingkan pihak lain yang lemah.
Sistem kapitalis pada sisi lain memformulasikan kendala (constraint) yang dihadapi yaitu terbentuknya pasar monopoli karena tidak berjalannya kondisi
pasar persaingan sempurna. Pasar monopoli terbentuk karena adanya perlakuan
yang berbeda pada salah satu pelaku ekonomi dibandingkan lainnya yaitu :
1. Ketentuan pemerintah yang memberikan hak tunggal kepada satu
perusahaan untuk menghasilkan barang tertentu.
2. Hak paten dimana suatu produsen menemukan metode atau teknologi baru
untuk menghasilkan produk jenis baru yang kemudian dimintakan hak
patennya kepada pemerintah.
3. Penguasaan atas sumberdaya ekonomi
4. Keunggulan teknologi satu perusahaan dibanding lainnya
5. Skala ekonomis yang dimiliki suatu perusahaan sehingga dapat
menghasilkan suatu produksi secara efisien.
Dalam kondisi monopoli produsen akan mengeksploatir konsumen
sedemikian rupa sehingga konsumen harus membayar mahal untuk pembelian
setiap unit output dibandingkan pada pasar persaingan sempurna. Kondisi
Dari gambar di atas terlihat bahwa keseimbangan jangka panjang pada pasar
monopoli terjadi pada saat MR = MC yaitu pada titik E. Jadi terlihat bahwa harga
output menjadi lebih mahal dan jumlah barang di pasar menjadi lebih sedikit
dibandingkan pada pasar persaingan sempurna dimana keseimbangannya
tercapai pada saat P = MC. Pada kondisi ini harga jual output relatif lebih rendah
dan jumlah barang di pasar juga relatif lebih banyak.
Suatu hal yang kontradiksi yaitu bahwa dalam tataran operasional sebuah
perusahaan selalu diarahkan agar bagaimana menjadi sebuah monopolis agar
dapat mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya. Ide ini bertolak belakang
dengan gagasan kapitalisme bahwa tujuan yang ideal tercapai pada kondisi pasar
persaingan sempurna. Sehingga sampai kapanpun sistem kapitalis tidak akan
dapat membawa kepada suatu tatanan perekonomian yang berkeadilan karena
adanya kontradiksi antara ide yang dicetuskan dan operasionalisasinya.
Sistem Ekonomi Sosialisme5
Persoalan mengenai sosialisme merupakan suatu isu lama sekaligus baru.
Dikatakan isu lama jika diamati dari segi timbulnya agama-agama yang
menyinggung masalah keadilan, hak asasi manusia, cinta kasih, kedamaian dsb.
5 Muhammad Umer Chapra, Ibid, hal. 70
Qx Px
0
AC MC
Dx MR
Namun juga dikatakan sebagai masalah baru jika ditinjau dari suatu fenomena sosial
yang merupakan reaksi dari dampak negatif akibat revolusi Perancis dan revolusi
industri yang melahirkan perubahan dalam struktur kehidupan masyarkat.
Sosialisme merupakan produk dari revolusi Perancis dan revolusi industri di Eropa
pada akhir abad ke-18 dan akhir abad ke-19. Prinsip utama sosialisme menurut
Emille Durkheim bukanlah semata-mata bahwa produksi hendaknya dipusatkan di
tangan negara, tetapi peranan negara harus seluruhnya merupakan peranan
ekonomi.
Prinsip dasar sistem ekonomi sosialisme adalah sebagai berikut :
Kepemilikan harta dikuasai oleh negara Rantai ekonomi produksi, distribusi, perdagangan dan industri menjadi monopoli negara atau masyarakat
keseluruhan. Individu tidak diberi peluang
untuk memiliki harta atau memanfaatkan produksi.
Setiap individu memiliki kesamaan kesempatan dalam melakukan aktivitas ekonomi. Setiap individu akan memperoleh barang kebutuhan menurut keperluan
masing-masing
Untuk mencapai suatu tatanan ekonomi yang ketat diberlakukan disiplin politik yang tegas dan keras. Negara mengambilalih semua aktivitas ekonomi dan
kebebasan ekonomi dihapuskan sama sekali.
Ada beberapa sisi positif pada sistem ekonomi sosialis yaitu :
Tiap warga negara dipenuhi kebutuhan pokok minimalnya baik sandang, pangan dan papan. Tiap individu akan mendapatkan pekerjaan dan perlindungan
terhadap warga yang cacat fisik dan mental.
Semua proyek pembangunan dilaksanakan berdasarkan perencanaan ekonomi oleh negara.
Semua rantai produksi dikuasai oleh negara dan dikelola oleh negara dan keuntungan akan kembali kepada masyarakat luas.
Kelemahan sistem ekonomi sosialis yaitu :
Sistem ini mengabaikan sepenuhnya sifat mementingkan pribadi dan menghambat kebebasan berfikir dan bertindak. Buruh dijadikan sebagai mesin
produksi untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.
Orientasi kehidupan diarahkan sepenuhnya untuk mencapai target pembangunan ekonomi dan mengabaikan aspek kehidupan lainnya. Aspek moral
terabaikan yang berakibat muncul polarisasi ditengah-tengah masyarakat.
Kekusaan negara berada ditangan orang-orang yang tidak profesional yang
melahirkan praktek-praktek penindasan, kezaliman dan balas dendam yang lebih
berbahaya daripada dalam sistem ekonomi kapitalis.
Tiadanya penghargaan terhadap kreativitas individu menimbulkan sikap
apatisme dan kehilangan semangat hidup. Pemegang birokrasi menjadi tumpuan
bagi para pelaku ekonomi sehingga mendorong munculnya praktek korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN) untuk memudahkan mendapat fasilitas dari negara. Maka
tidak mengherankan jika praktek KKN sangat menonjol pada negara yang menganut
sistem ekonomi sentralistis.
Sistem Ekonomi Islam6
Islam sebagai suatu sistem kehidupan manusia mengandung suatu tatanan
nilai dalam mengatur semua aspek kehidupan manusia baik menyangkut sosial,
politik, budaya, hukum, ekonomi dsb. Syariat Islam mengandung suatu tatanan nilai
yang berkaitan dengan aspek akidah, ibadah, akhlaq dan muamalah. Pengaturan
sistem ekonomi tidak bisa dilepaskan dengan syariat Islam dalam pengertian yang
lebih luas.
Sistem ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai berikut :7
Individu mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat suatu keputusan yang dianggap perlu selama tidak menyimpang dari kerangka
syariat Islam untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang optimal dan
menghindari kemungkinan terjadinya kekecauan dalam masyarakat.
Agama Islam mengakui hak milik Individu dalam masalah harta sepanjang tidak merugikan kepentingan masyarakat luas.
6 Sultan Abu Ali, Ibid, p. 140 dan juga Muhammad Nejjatullah Siddiqi, Ibid, p. 16
Islam juga mengakui bahwa tiap individu pelaku ekonomi mempunyai perbedaan potensi yang berarti juga memberikan peluang yang luas bagi seseorang untuk
mengoptimalkan kemampuannya dalam kegiatan ekonomi. Namun hal itu
kemudian ditunjang oleh seperangkat kaedah untuk menghindari kemungkinan
terjadinya konsentrasi kekayaan pada seseorang atau sekelompok pengusaha
dan mengabaikan kepentingan masyarakat umum.
Islam tidak mengarahkan pada suatu tatanan masyarakat yang menunjukkan adanya kesamaan ekonomi tapi mendukung dan menggalakkan terwujudnya
tatanan kesamaan sosial. Kondisi ini mensyaratkan bahwa kekayaan negara
yang dimiliki tidak hanya dimonopoli oleh segelintir masyarakat saja. Disamping
itu dalam sebuah negara Islam tiap individu mempunyai peluang yang sama
untuk mendapatkan pekerjaan dan melakukan aktivitas ekonomi.
Adanya jaminan sosial bagi tiap individu dalam masyarakat. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup secara layak dan manusiawi. Menjadi tugas dan
kewajiban negara untuk menjamin setiap warga negaranya dalam memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya.
Instrumen Islam mencegah kemungkinan konsentrasi kekayaan pada sekelompok kecil orang dan menganjurkan agar kekayaan terdistribusi pada
semua lapisan masyarakat melalui suatu mekanisme yang telah diatur oleh
syariat.
Islam melarang praktek penimbunan kekayaan secara berlebihan yang dapat merusak tatanan perekonomian masyarakat. Untuk mencegah kemungkinan
munculnya praktek penimbunan Islam memberikan sangsi yang keras kepada
para pelakunya.
Islam tidak mentolerir sedikitpun terhadap setiap praktek yang asosial dalam kehidupan masyarakat seperti minuman keras, perjudian, prostitusi, peredaran pil
ecstasy, pornografi, night club, discotique dsb.
Proses perkembangan ilmu pengetahuan dalam konteks masyarakat konvensional
Gambar 3.1
Proses Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masyarakat Sekuler
Proses perkembangan ilmu pengetahuan pada masyarakat sekuler semata-mata
hanya mengandalkan kemampuan olah fikir (rasio) untuk mengamati dan meneliti fenomena alam dengan mengesampingkan informasi dari wahyu sementara
kebenaran ilmiah adalah bersifat spekulatif dan bebas nilai (free value). Paradigma perkembangan ilmu pengetahuan sekuler melahirkan masyarakat ilmiah yang jauh
dari nilai-nilai agama dan mengabaikan norma-norma agama. Sedangkan
perkembangan ilmu pengetahuan dalam konteks masyarakat Islam senantiasi
berpijak pada kaidah-kaidah agama. Nilai Islam merupakan sumber informasi dan
panduan (guidence) dalam proses perkembangan ilmu sehingga aspek ontologis, epistimologis dan aksiologis selalu dalam koridor Islam sebagaimana dapat dilihat
pada gambar di bawah ini : Ontologis
Epistimologis Aksiologis
Ideologis
Interaksi manusia Masyarakat
Gambar 3.2.
Proses Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masyarakat Islam
Gambar di atas menjelaskan perbedaan yang fundamental dan filosofis
antara perkembangan keilmuan dalam perspektif Islam dan sekuler. Dalam
pandangan Islam bahwa wahyu (dalil naqli) adalah sumber utama dari semua informasi yang ada di dalam kehidupan sosial dan alam semesta ini. Sehingga
wacana keilmuan baik dari aspek ontologis, epistimologis dan aksiologis harus
dalam koridor wahyu yaitu Al-Qur‟an dan Assunnah sehingga produk pemikiran yang dihasilkan tidak akan menyimpang dari nilai-nilai Islam, meskipun hasil kajian
empirik masih memberikan peluang terjadinya perbedaan karena memang Islam
memberikan tempat yang proporsional terhadap kemampuan ijtihadi seseorang
tetapi tetap dalam koridor kerangka pemikiran yang dibangun dari landasan Islam.
Implementasi sistem ekonomi dalam aktivitas ekonomi terkait dengan
asumsi-asumsi dasar yang dibangun dari masing-masing sistem ekonomi tersebut
Ontologis Epistimologis Aksiologis
Ideologis
Interaksi manusia Masyarakat
Kegiatan Ilmiah Ilmu Pengetahuan
Ideologis Ijtihadi Naqli
sebagaimana digambarkan dalam bagan di atas dapat dijelaskan secara lebih
sistematis pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1
Asumsi-asumsi Dasar Sistem Ekonomi
Sistem Ekonomi Asumsi-asumsi Dasar Kepedulian Utama
Tradisi Mensyaratkan keberadaan manusia tradisional yang diasumsikan dimotivasi oleh kepentingan kelompok atau komunitas darimana ia berasal. Konvensi, tradisi dan kebisaan memainkan peranan positif dalam kehidupan ekonomi
Imperatif-imperatif sosial: ekonomi dan politik tersubordinasi di bawah kebutuhan-kebutuhan sosial
Kapitalisme Manusia ekonomi yang dimotivasi oleh kepentingan pribadi dan
maksimisasi keuntungan,
diasumsikan sangat individualistik dan kompetitif
Imperatif-imperatif
ekonomi : Kebutuhan-kebutuhan sosial dan politik tersubordinasi di
bawah
kebutuhan-kebutuhan ekonomi.
Sosialisme Negara yang dipandu oleh keyakinan akan kurangnya keharmonisan kepentingan, konflik kelas dan materialisme historis berada pada posisi terbaik untuk mengetahui pilihan dan kebijakan yang bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan
Imperatif-imperatif politis: Kebutuhan sosial dan ekonomi berada di bawah subordinasi kebutuhan-kebutuhan politik
Islam Mensyaratkan keberadaan manusia Islam : Evolusi kesadaran Islam dan perwujudan yang konsekuen pada relasi produksi Islami. Manusia Islam diasumsikan sebagai pemaksimisasi ekonomi dengan kendala etik dan moral dari syariah dianggap sebagai individualis kooperatif dan bertanggung jawab secara sosial
Etika dan Moral :
Kebutuhan-kebutuhan ekonomi sosial dan politik yang terpadu berada
dalam subordinasi
imperatif keyakinan
syariah Islam
Politik Ekonomi Islam
Secara terminologis politik ekonomi adalah tujuan yang akan dicapai oleh
kaedah-kaedah hukum yang dipakai untuk berlakunya suatu mekanisme pengaturan
kehidupan masyarakat. Politik ekonomi Islam adalah suatu jaminan untuk
tercapainya pemenuhan semua kebutuhan hidup pokok (basic needs) tiap orang secara keseluruhan tanpa mengabaikan kemungkinan seseorang dapat memenuhi
kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar potensi yang dimilikinya
sebagai seorang individu yang hidup ditengah komunitas manusia. Pertama-tama
Islam memandang seseorang sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat
yang harus diperhatikan serta dipenuhi semua kebutuhan primernya secara
menyeluruh. Setelah itu Islam memberikan peluang pada semua orang sesuai
dengan kapasitasnya untuk dapat memenuhi kebutuhan baik sekunder maupun
tersiernya. Pada saat yang bersamaan Islam juga mengingatkan bahwa seseorang
secara naluriah selalu terikat dengan kondisi lingkungan sosialnya yang diatur
dengan mekanisme tertentu dan sesuai dengan gaya yang tertentu pula. Dalam hal
ini politik ekonomi Islam tidak hanya berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat saja dalam suatu negara dengan mengabaikan kemungkinan terjamin
tidaknya kebutuhan hidup tiap-tiap individu. Politik ekonomi Islam juga tidak hanya
bertujuan untuk mengupayakan kemakmuran individu semata tanpa kendali tanpa
memperhatikan terjamin tidaknya kehidupan tiap individu lainnya.
Syariat Islam telah menjamin tercapainya pemenuhan kebutuhan
pokok/primer tiap anggota masyarakat secara menyeluruh baik sandang, pangan
maupun papan. Dalam hal ini Islam mewajibkan bagi tiap laki-laki bekerja sehingga
dapat memenuhi kebutuhan pokoknya berikut kebutuhan orang-orang yang menjadi
tanggungannya. Jika orang tersebut tidak bisa bekerja, maka kewajiban itu
dipikulkan kepada anak-anak serta ahli warisnya untuk memenuhi kebutuhan
primernya. Dan jika yang menanggung kebutuhan pokoknya tidak ada maka
kewajiban itu dibebankan kepada baitul maal atau negara. Jadi disini negara
berkewajiban mengatur suatu tatanan ekonomi agar tiap anggota masyarakat yang
berkewajiban untuk bekerja dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
Islam mendorong orang agar bisa menikmati rezeki yang halal serta dapat
mengkonsumsi barang-barang sesuai dengan kemampuannya. Pada aspek lain
untuk kepentingan umat selain dari sisa pemenuhan kebutuhan hidupnya secara
wajar. Untuk menjaga stabilitas kehidupan sosial masyarakat dari hal-hal yang tidak
dibenarkan syariat Islam melarang untuk memproduksi dan mengkonsumsi
minuman keras. Bahkan minuman keras tidak dianggap sebagai barang ekonomi.
Disamping itu Islam juga mengharamkan riba dan bahkan Islam menganggap riba
bukan sebagai barang ekonomi.
Pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat harus menyentuh semua lapisan
masyarakat baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier sesuai dengan
kemampuan tiap individu. Dalam hal ini Islam mengarahkan bagaimana
barang-barang ekonomi tersebut bisa diperoleh secara cukup untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Untuk itu menunjukkan pentingnya seseorang untuk dapat bekerja
mencari rezeki. Banyak ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadist yang menjelaskan mengenai pentingnya seseorang harus bekerja. Dalam suatu peristiwa Rosulullah SAW menyalami tangahn Sa‟ad bin Mua‟adz yang dirasakannya kasar kemudian ditanya lalu Sa‟ad menjawab bahwa dia selalu bekerja memenuhi kebutuhannya dengan mengayunkan kapak. Kemudian rosulullah menciumi tangan Sa‟ad seraya menyatakan bahwa “Iniliah dua telapak tangan yang disukai oleh Allah SWT” dan
Rosulullah juga bersabda “Tidaklah seseorang makan sesuap saja yang lebih baik, selain ia makan dari hasil kerja tangannya sendiri”.
Sistem politik ekonomi Islam merupakan seperangkat instrumen agar dapat
terwujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis. Namun cita-cita ini sangat sulit
untuk diwujudkan mengingat besarnya kekuatan raksasa dari ideologi sekuler yang
menghambat, menghalangi dan ingin menghancurkan sistem ekonomi Islam melalui
berbagai strategi seperti pendidikan, kebudayaan, ekonomi, kependudukan, politik
dsb. Beberapa strategi yang diterapkan imperialis modern dalam menghalangi
berkembangnya sistem kehidupan Islam antara lain :
1. Perang Pemikiran (Ghozwul Fikri)
Melalui berbagai media informasi yang canggih dan menggunakan jaringan
internasional yang rapi serta dukungan pemilik modal mereka melancarkan
ide-ide yang bertentangan dengan syariat Islam seperti demokrasi yang
menempatkan kebenaran pada suara mayoritas bukan pada nilai normatif yang
yang relatif kebenarannya di atas syariah Islam, emansipasi wanita yang melihat
peranan wanita secara parsial tanpa mempertimbangkan keselarasan tangggung
jawab persoalan publik dan domestik antara peranan pria dan wanita dalam
tatanan sosial, pluralisme yang melihat kebenaran ideologi sebagai sesuatu yang
relatif dengan mengabaikan informasi dari wahyu, dsb.
2. Budaya non-Islami
Dengan menggunakan berbagai macam bentuk pertunjukan dan hiburan serta
ditunjang dengan jaringan informasi global menyebarkan berbagai budaya yang
tidak Islami seperti permisivisme, free sex, alkoholisme, sadisme, hedonistik,
konsumtif dsb. Sinergi antara budaya sekuler dan kekuatan kapitalisme
menjadikan pertunjukan-pertunjukan seni dan budaya menjadi suatu bagian yang
masuk dalam ruang kehidupan masyarakat melalui tayangan dalam televisi dan
media massa. Budaya pragmatis dan serba instant melahirkan generasi yang
hanya ingin menikmati hidup serba enak tanpa melalui kerja keras serta tidak
mempunyai sensitiftas terhadap persoalan sosial jangka panjang. Melalui slogan
food (makanan), fun (seni entertainment) dan fashion (pakaian) menggeser nilai-nilai normatif Islam ke dalam sudut-sudut kehidupan masyarakat. Masyarakat
melalui slogan-slogan tersebut digiring menjadi masyarakat yang serba konsumtif
dan cenderung egois serta individualis.
3. Kebijakan ekonomi yang menimbulkan ketergantungan
Strategi pembangunan di negara-negara muslim diarahkan untuk dapat tunduk
kepada kepentingan negara-negara besar seperti orientasi pembangunan pada
pertumbuhan, hutang luar negeri, sistem moneter internasional, dsb
Dalam pengembangan ilmu ekonomi Islam menurut Mannan ada sembilan
asumsi dasar yang harus diperhatikan yaitu :
1. Keyakinan terhadap „manusia Islami‟ sebagai lawan dari „manusia ekonomi‟ (homo economicus)
2. Kekurangharmonisan kepentingan
3. Kepemilikan relatif atas kekayaan pribadi, yang berimplikasi pada
beberapa prinsip pemanfaatan kekayaan yaitu :
b. Zakat atas semua kekayaan yang dimiliki
c. Penggunaan yang bersifat atas kekayaan
d. Penggunaan kekayaan tanpa merugikan pihak lain
e. Kekayaan diperoleh secara halal
f. Penggunaan kekayaan secara tidak boros ataupun kikir
g. Penggunaan kekayaan secara bermanfaat bagi kesejahteraan
pemiliknya
4. Pelaksanaan secara benar hukum waris IslamKetidakpercayaan
terhadap materialisme modern
5. Ketidakpercayaan terhadap kedaulatan konsumen dan produsen
6. Peranan negara yang terbatas
7. Penekanan terhadap sejarah dan di luar sejarah
8. Penekanan pada perubahan evolusioner dan struktur
9. Keluwesan dan kekakuan bawaan dalam hukum
Menurut Mannan, Ilmu ekonomi Islam dan sistem ekonomi Islam dalam tahap
konsepsi dan operasionalisasi senantiasa memperhati sembilan postulat yaitu :
1. Postulat integrasi ekonomi secara total bukan isolasi
2. Postulat keamanahan ekonomi bukan kepemilikan absolut
3. Postulat kerjasama secara sadar bukan kompetisi dan kebebasan yang tidak
terbatas
4. Postulat dua dimensi hasil (return) dan pertanggungjawaban (accountability)
yaitu dunia dan akhirat
5. Postulat penyediaan kebutuhan minimal (basic needs)
6. Postulat kepemilikan pribadi yang terbatas atas kekayaan
7. Postulat kepemilikan publik yang terbatas
8. Postulat penggunaan maksimal melalui sosialisasi alat-alat produksi
9. Postulat resiko dan ketidakpastian
Perkembangan ilmu ekonomi Islam mengalami keadaan pasang naik dan
pasang surut seiring dengan dinamika perkembanga umat Islam di dunia. Khurshid
Ahmad menyatakan ada empat fase perkembangan ilmu ekonomi Islam yaitu :8
Fase pertama, Selama pertengahan tahun 30-an beberapa ulama yang meskipun tidak memiliki pendidikan formal bidang ekonomi namun memiliki
pandangan jernih terhadap problema sosial ekonomi pada masa itu dan pendekatan
Islam terhadapnya dengan melibatkan diri ke dalam subyek ini. Mereka membawa
suatu pendekatan yang segar terhadap persoalan tersebut. Berbeda dengan para
ekonom modernis dan apologis yang umumnya berupaya merubah ajaran Islam
agar sesuai dengan praktek yang berjalan, para ulama ini secara berani justru
menegaskan kembali posisi ajaran Islam dan bankir muslim untuk berjuang
merombak tatanan ekonomi yang ada agar selaras dengan prinsip dan norma Islam.
Beberapa ekonom dan bankir muslim memenuhi ajakan tersebutakan tetapi upaya
mereka masih bersifat elementer dan memiliki pengaruh yang terbatas. Namun
demikian sebuah awal baru telah mulai.
Fase kedua, yang selam 20 tahun terakhir para ekonom muslim berjuang keras lagi untuk mengembangkan beberapa aspek tertentu dari sistem moneter
Islam. Suatu analisis ekonomi tentang alasan pelarangan riba dalam Islam
diketengahkan dan kerangka pokok dari suatu sistem perbankan dan keuangan
alternatif yang nir riba dirancang. Sumbangan yang signifikan pada bidang ini
disusun dalam suatu konferensi internasional pertama tentang ekonomi Islam yang
diadakan di Mekkah tahun 1976. Pertemuan berikutnya tentang Islam dan Tata
Ekonomi Internasional Baru di London tahun 1977. Dua even tentang ilmu ekonomi
fiskal dan moneter Islam diadakan di Makkah tahun 1978 dan di Islamabad tahun
1981. Konferensi tentang perbankan Islam dan strategi kerjasma ekonomi di
Baden-Baden Jerman Barat tahun 1983. Pada fase ini telah diterbitkan banyak tulisan dan
karya ilmiah tentang ekonomi dan keuangan Islam. Diantara karya ilmiah yang
banyak diterbitkan pada masa itu yang paling penting yaitu Pakistan‟s Islamic Ideology yang berdasarkan sebuah laporan dari Panel Ekonomi dan Bankirnya yang
telah menghasilkan cetak biru pertama penghapusan riba dari perekonomian
modern yang komprehensif dan sistematis. Menurut pendapat para penulis masa
kini laporan tersebut mencerminkan kualitas intelektual tinggi dari cendekiawan
muslim terhadap pengembangan model perekonomian nir laba.
Fase ketiga, pada masa ini ditandai dengan usaha-usaha untuk mengembangkan institusi keuangan dan perbankan bebas bunga baik di sektor
dengan menerapkan sistem bebas bunga di tiga benua Asia, Afrika dan Eropa.
Tercatat ada dua institusi keuangan yaitu Islamic Development Bank di Jeddah dan
Darul Maal Al-Islami di Bahamas dan Geneva beroperasi secara multinasional. Fase
ini merupakan suatu fase yang membuktikan bahwa sistem ekonomi dan keuangan
Islam dapat dioperasikan dalam kegiatan ekonomi modern.
Fase empat, masa ini ditandai dengan suatu tuntutan terhadap ide tentang sistem ekonomi bebas bunga dalam realitas ekonomi modern dengan pendekatan
komprehensif dan integral. Para akademisi dan praktisi bisnis Islami menghadapi
tantangan yang tidak ringan untuk menjawab persoalan ekonomi yang semakin
kompleks dan mengglobal. Ada tiga wilayah yang harus dijawab secara serius dalam
fase ini yaitu :
1. Menggabungkan karya berbagai ekonom dalam suatu pandangan yang
komprehensif tentang sistem moneter Islam secara utuh dan menghindari
konsentrasi pada elemen uang dan bank yang bersifat khusus dan kadang
saling terpisah. Sehingga sudah saatnya menempatkan pada porsinya
masing-masing mana aspek yang pokok dan mana yang berupa cabang.
2. Untuk mengevaluasi kembali secara kritis berbagai model perbankan Islam
yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun dalam konteks praktek
perbankan Islam dengan suatu pandangan untuk menyempurnakan teori
maupun praktek. Saatnya menguji teori ekonomi yang telah dengan
melakukan verifikasi terhadap praktek perbankan dan bisnis Islami.
3. Sangat penting untuk meletakkan keseluruhan teori dan praktek perbankan
Islam dalam perspektif perekonomian Islam dan tatanan moral dan sosial
Islam. Elemen sistem Islam bagaimanapun pentingnya tidak dapat
menghasilkan hasil-hasil yang diinginkan bila dibiarkan beroperasi secara
terisolasi . Elemen-elemen itu harus disertai pula dengan
perubahan-perubahan yang bersifat komplementer untuk menuntaskan prosesnya.
Penghapusan riba hanya merupakan satu aspek dari program ekonomi Islam.
Harus disertai dengan dan diperluas dengan perubahan-perubahan lain baik
hanyalah merupakan suatu bagian dari proses dan tidak dimaksudkan