• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skor Angket Dampak Positif Masa Pubertas No Responden Jumlah No Responden Jumlah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Skor Angket Dampak Positif Masa Pubertas No Responden Jumlah No Responden Jumlah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Dampak Positif Masa Pubertas Peserta Didik

Terhadap Perilaku Psikososial di SMPN 24 Kota Padang

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak positif masa pubertas terhadap perilaku psikososial. Berdasarkan hasil pengolahan angket peserta didik kelas di SMPN 24 Padang, di dapatskor angket dampak positif masa pubertas terhadap perilaku psikososial sebagaimana pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Skor Angket Dampak Positif Masa Pubertas

(2)

18 A18 41 61 A61 47

(3)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, kemudian dilakukan kategori subjek secara normatif guna memberikan interprestasi terhadap skor skala. Rata-rata dampak positif masa pubertas peserta didik di SMPN 24 Padang di peroleh rentangan minimumnya 35 dan maksimumnya 61. Dengan demikian meannya 4325/88 = 49,1477 dan skor idealnya 65. Untuk mencari pengkategorian dampak positif masa pubertas terhadap prilaku psikososial peserta didik di SMPN 24 Padang dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Kategori Dampak Positif Masa Pubertas terhadap prilaku psikososial peserta didik

No. Rentang Persentase Kategori

1. 81% - 100% Sangat Baik

2. 61 - 80% Baik

3. 41 - 60% Cukup

4. 21 - 40% Kurang Baik

5. 01 - 20% Sangat Tidak Baik

Berdasarkan deskripsi data di atas, dan didukung dengan penghitungan dampak positif masa pubertas peserta didikdiketahui bahwa dampak positif masa pubertas adalah 75,61% dari yang diharapkan. Penghitungan tersebut didapat dari pembagian yang dilakukan antara skor yang didapat dibagi dengan skor ideal, jadi 4325 :5720 = 0,7561 x 100 = 75,61%.

(4)

2. Deskripsi Data Dampak Negatif Masa Pubertas Peserta Didik

Terhadap Perilaku Psikososial di SMPN 24 Kota Padang

Berdasarkan hasil pengolahan angket peserta didik kelas di SMPN 24 Padang, di dapat skor angket dampak negatif masa pubertas terhadap perilaku psikososial sebagaimana pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5

Skor Angket Dampat Negatif Masa Pubertas

(5)

29 A29 54 72 A72 58

Deskripsi statistik data dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6

(6)

peserta didik di SMPN 24 Padang dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Kategori Dampak Negatif Masa Pubertas Terhadap Prilaku Psikososial Peserta Didik

No. Rentang Persentase Kategori

1. 81 - 100% Sangat Tidak Baik

2. 61 - 80% Kurang Baik

3. 41 - 60% Cukup Baik

4. 21 - 40% Baik

5. 01 - 20% Sangat Baik

Berdasarkan deskripsi data diatas dan didukung dengan penghitungan dampak negatif masa pubertas peserta didik diketahui bahwa dampak negatif masa pubertas adalah 72,77%. Penghitungan tersebut didapat dari pembagian yang dilakukan antara skor yang didapat dibagi dengan skor ideal, jadi 5764 : 7920 = 0,7277 x 100 = 72,77%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masa pubertas dapat berdampak negatif bagi peserta didik terhadap perilaku psikosialnya dengan kategori kurang baik dengan tingkat pencapaian responden 72%.

(7)

3. Usaha Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Dampak

Pubertas Terhadap Perilaku Psikososial Peserta Didik di SMP 24

Kota Padang

Dalam menjalankan tugasnya, guru bimbingan dan konseling di sekolah mengacu kepada BK pola 17 plus karena guru pembimbing sebagai sosok dalam penentu berhasil atau tidaknya proses konseling itu. Adapun BK pola 17 plus itu terdiri atas enam jenis bidang bimbingan: bimbingan pribadi, belajar, sosial, karir, berkeluarga, beragama. Dan sembilan jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, mediasi. Serta lima kegiatan pendukung: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konfrensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.

Usaha guru pembimbing dalam mengatasi siswa yang mengalami masalah sosial.Dalam masalah sosial, guru pembimbing sangat dibutuhkan dalam menangani masalah ini. Dengan cara mendiagnosis masalah sosial siswa, diagnosis dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap siswa yang mengalami masalah sosial. Sebagaimana wawancara yang penulis lakuan

dengan salah seorang guru BK mengatakan bahwa: “hal yang dapat kami

lakukan untuk membatu masalah sosial yang dialami anak yaitu mengamatinya terlebih dahulu seperti apa masalah sosial yang dialaminya sebelum dilanjutkan pada tindakan pemberina layanan dan binbingan.”1

1

(8)

Untuk mendapatkan solusi secara tepat atas permasalahan sosialnya, guru pembimbing harus terlebih dahulu melakukan identifikasi dalam upaya mengenali gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena-fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya permasalahan sosial yang melanda siswa. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui dan menetapkan jenis masalah yang dihadapi klien lalu menentukan jenis bimbingan yang akan diberikan.

Dalam melakukan diagnostik masalah sosial siswa tentunya diperlukan langkah-langkah dalam melakukannya: Hal pertama yang dilakukan oleh guru BK adalah mengenal peserta didik yang mengalami masalah sosial. Wawancara yang penulis lakukan dengan guru BK mengatakan bahwa: “untuk melihat bagaimana hubungan yang terjadi dengan

peserta didik di kelas kami menggunkan alat sosiometri.”2

Untuk mengenali peserta didik yang mengalami masalah sosial, cara yang paling mudah adalah dengan melaksanakan sosiometri. Sosiometri merupakan suatu metode untuk mengumpulkan data terntang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Sehingga, akan tergambar siswa yang mengalami masalah sosial.

Hal tersebut di atas dilakukan selain untuk mengetahui masalah sosial peserta didik juga dilakukan untuk mengenal bagaiamana peserta didik tersebut. Wawancara dengan guru BK mengatakan bahwa:

“Tentunya untuk mengenal masalah sosial yang dialami oleh anak, kami terlebih dahulu mengenal anak yang mengalami masalah. Hal itu

2

(9)

memberikan kemudahan bagi kami para guru dalam mengatasi masalah yang pada diri anak itu”.3

Selain itu, juga perlu untukmemahami sifat dan jenis masalah sosial. Langkah kedua dari diagnosis masalah sosial ini mencari dalam hubungan apa saja peserta didik mengalami masalah sosial. Dalam hal ini guru pembimbing memperhatikan bagaimana perilaku siswa dalam pergaulan, baik di sekolah, rumah dan masyarakat.

Pengamatan yang dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya juga unutk melihat dalam hubungan apa saja anak tersebut bermasalah, wawancara penulis dengan salah seorang BK mengatakan bahwa:

“pengamatan yang bapak lakukan tu, bukan hanya sekedar mengamati

tingkah laku dan langsung pergi. Tidak saya juga harus bertanya dengan teman dekatnya, masalah apa sebenarnya yang dialami oleh

anak tersebut.”4

Selain itu, juga perlu untuk mengetahui latar belakang masalah sosial. Mengetahui sebab masalah sosial, ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang yang menjadi sebab timbulnya masalah sosial yang dialami siswa. Cara ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku siswa yang bersangkutan, selanjutnya dilakukan wawancara dengan guru, wali kelas, orang tua dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi yang luas dan jelas.5 Setelah diketahui sifat dan jenis masalah sosial serta latar belakangnya, maka langkah selanjutnya ialah menetapkan beberapa tindakan-tindakan usaha bantuan yang akan diberikan, berdasarkan data yang diperoleh.

3

Afrita Triputri,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara Langsung, Padang, tanggal 5 November 2016

4

Ayunda Nidia Resti,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara Langsung, Padang, tanggal 5 November 2016

5

(10)

Selanjutnya yaitu melaksanakan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh guru BK. Langkah ini merupakan pelaksanaan dari langkah sebelumnya, yakni melaksanakan kemungkinan usaha bantuan. Pemberian bantuan dilaksanakan secara terus menerus dan terarah dengan disertai penilaian yang tepat sampai pada saat yang diperkirakan. Bantuan untuk mengentaskan masalah sosial terutama menekankan akan penerimaan sosial dengan mengurangi hambatan-hambatan yang menjadi latar belakangnya. Pemberian bantuan ini bisa dilakukan melalui layanan konseling kelompok yang memanfaatkan dinamikan kelompok.

Melaksanakan tindakan yang dilakukan oleh guru BK melalui pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Sebagimana penjelasan yang diberikan oleh guru BK, bahwa:

Setelah mengetahui berbagai permasalah yang ada pada diri anak, maka saya akan melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam menyelesaikan masah tersebut. Layanan yang telah bapak laksanakan hingga saat ini ada beberapa layanan salah satunya layanan informasi untuk memberikan pemahaman kepada anak tentang tugas perkembangan dan bagaimana keadaan remaja biasanya pada masa-masa tersebut khususnya pada masa puber.6

Selain itu guru BK lainnya juga menambahkan bahwa:

Selain melaksankan layanan informasi dalam memberikan pemahaman kepada anak, saya juga melaksanakan beberapa layanan lagi contoh, layanan bimbingan dan konseling kelompok. Bimbingan kelompok bapak khususkan pada pembicaraan prilaku sosial yang banyak terjadi dikalangan remaja sekarang. Dan konseling kelompok saya khususkan pada anak yang telah saya amati sebelumnya dan mencari solusi bersama dengan teman sebayanya.7

6

Ayunda Nidia Resti,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara Langsung, Padang, tanggal 5 November 2016

7

(11)

Berdasarkan data wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memecahkan masalah sosial yang dialami oleh peserta didik guru BK melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah berupa layanan informasi, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan ada juga konseling individual, sesuai dengan wawancara dengan guru BK, bahwa:

Selain melaksanakan layanan seperti yang tadi itu, bapak juga melaksanakan layanan konseling individual ketika anak bapak siap untuk menceritakan masalah yang dialaminya. Jadi tidak bapak paksakan dalam melaksanakannya karna tiba-tiba seringnya.8

Setelah melaksanakan layanan dalam menuntaskan masalah sosial peserta didik, tentunya ada penilaian dan tindak lanjut yang digunakan. Wawancara penulis dengan guru BK dijelaskan bahwa: kalau untuk penilaian tidak berbeda dengan penilain BK pada umunya contoh Laiseg, Layjapen dan Layjapan, yang berguna untuk mengamati perkembangan tingkah laku anak setelah dilakukannya layanan.

Selain itu guru BK lainnya juga menambahkan bahwa:

Setelah dilakukannya penilaian, tindak lanjut yang kami lakukan tentunya sesuai dengan hasil yang dicapai setelah layanan dilaksanakan. Terkadang mengadakan layanan lanjutan dan ada juga bapak melakukan kunjungan rumah dan mengajak wali murid bekerja sama dalam mengentaskan permasalahan sosial yang dialami oleh anak didik.9

Berdasarkan keterang di atas, bahwa dilakukan penilaian dan tindak lanjutnya sesuai dengan ketercapaian yang didapat. Langkah ini ialah untuk menilai sejauh manakah tindakan pemberian bantuan telah mencapai bantuan

8

Afrita Triputri,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara Langsung, Padang, tanggal 5 November 2016

9

(12)

telah mencapai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut dilakukan secara terus menerus, baik selama, maupun sesudah pemberian bantuan. Dengan langkah ini dapat diketahui keberhasilannya.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan untuk deskripsi dampak potsitif masa pubertas terhadap prilaku psikososial secara kuatitatif diketahui rata-rata /meannya 49,1477 dengan skor minimum 35 dan skor maxsimun 61 serta diketahui skor idealnya adalah 65. Kemudian didapati tingkat pencapaian responden sebesar 75,61% dari yang diharapkan pada baik.

Kemudian untuk deskripsi dampak negatif pubertas terhadap prilaku psikosisial secara kuantitatif diketahui rata-rata 65,5 dan skor ideanya 90. Kemudian diketahui skor minamunnya sebesar 50 skor maxsimumnya sebesar 89. Kemudian didapatkan tingkap pencapaian responden sebesar 72% pada kategori kurang baik. Pengkatergorian dilakukan dengan terbalik karena dua gambaran hasil penelitian tersebut merupakan hal yang bertolak belakang.

(13)

Berdasarkan pemaparan data yang telah dipaparkan sebelumnya diketahui bahwa sebelum melakukan layanan bimbingan dan konseling, terlebih dahulu guru bimbingan dan konseling mengidentifkasi permasalahan yang dialami oleh peserta didik berkenaan prilaku psikososialnya. Kemudian guru bimbingan dan konseling menentukan layanan apa yang akan diberikan dalam membantu pada masa pubertasnya yang dapat mengarah kepada arah yang negatif maupun ke arah positif.

1. Dampak Positif Masa Pubertas terhadap Perilaku Psikososial Peserta

Didik

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas.Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase

“mencari jati diri” yang merupakan proses transisi dari kehidupan yang

cenderung labil, antara topan dan badai.

(14)

kognisi sosial remaja, yakni kecenderungan remaja untuk menerima dunia (dan dirinya sendiri) dari perspektifnya mereka sendiri yang disebut dengan egosentrisme. Dalam hal ini, remaja mulai mengembangkan suatu gaya pemikiran egosentris, dimana mereka lebih memikirkan tentang dirinya sendiri dan seolah-olahmemandang dirinya dari atas. Remaja mulai berpikir dan menginterpretasikan kepribadian dengan cara sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli teori kepribadian berpikir dan menginterpretasikan kepribadian, dan memantau dunia sosial mereka dengan cara-cara yang unik.10

2. Dampak Negatif Masa Pubertas Terhadap Perilaku Psikososial

Ada beberapa dampak yang diakibatkan dari perubahan masa pubertas. Disamping mempengaruhi semua bagian tubuh, baik internal maipun eksternal, perubahan fisik masa puber juga mempengaruhi kondisi fisik dan psikologi remaja. Walaupun berlangsung sementara, pengaruh itu menimbulkan perubahan pada kepribadian, sikap, dan pola tingkah laku.

Masalah yang dialami oleh remaja dalam proses sosialisasinya adalah bahwa tidak jarang masyarakat bersikap tidak konsisten terhadap remaja. Disatu sisi remaja dianggap sudah beranjak dewasa, tetapi kenyataannya disisi lain mereka tidak diberikan kesempatan atau peran penuh sebagimana orang-orang yang sudah dewasa. Untuk masalah-masalah yang dipandang penting dan menentukan, remaja masih dianggap anak kecil atau belum mampu

10

(15)

sehingga sering menimbulkan kekecewaan dan kejengkelan. Keadaan semacam ini seringkali menjadi penghambat perkembangan sosial remaja.11

Kehidupan individu selalu mengalami perubahan baik dari aspek fisik, psikis, maupun sosialnyaseiring dengan perubahan waktu dan zaman.Struktur aspek itu semakin membentuk jaringan struktur yang semakin kompleks, tidak terkecuali pada kehidupan remaja.Semula ia sebagai anak, kini ia beranjak menjadi seorang individu yang memiliki penampilan fisik seperti orang dewasa, tetapi dari aspek kognisi maupun sikapnya belum sesuai dengan orang dewasa/orangtua lainnya. Padahal, tuntutan sosial cenderung meminta peran dari remaja agar berperilaku seperti halnya sebagai orang dewasa. Sementara itu, ia masih mencari-cari format yang tepat untuk membentuk identitas dirinya. Akhirnya, perbedaan tuntutan tersebut memunculkan konflik batin dalam dirinya.12

Pada fase perkembangan, anak lebih banyak bersikap negatif, atau sikap menolak. Sikap ini hanya berlaku beberapa bulan saja. Tetapi Karl Buhler berpendapat bahwa berlangsung lama, dengan alasan bahwa ciri-cirinya masih tampak juga pada masa-masa berikutnya. Adapun ciri-ciri itu antara lain ialah:

1. Terhadap segala sesuatu anak bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju, dan sebagainya.

11

AliMohammaddkk.,Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h.97

12

(16)

2. Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya, sering melamun tidak menentu, dan kadang berputus asa.13 Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Karena masa remaja banyak memberikan dampak dalam kehidupan sosialnya. beberapa dampak yang mungkin dialami oleh remaja adalah:

1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaiknya, pering, berseri-seri, dan yakin. Prilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini hanya perlu diperhatikan bila ia terjerumus ke dalam kesulitan di sekolah atau teman-temannya.

2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa inginn tahu seksual dan bangkintnya birahi ialah normal dan sehat. Ingat, bahwa prilaku tertarik pada seks sendiri merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk prilaku seksual.

3. Membolos, tidak ada gairah atau malas ke sekolah sehingga ia lebih suka membolos masuk sekolah..

4. Prilaku antisosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pda budayanya. Akan tetapi, penyebab yang dasar ialah pengaruh buruk teman,

13

(17)

kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali.

5. Penyalahgunaan obat bius.

6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofernia.14 Terhadap sikap seperti ini orang tua, guru sering bersikap jengkel, marah atau berputus asa, bingung dan bertanya-tanya, tanpa mengetahui apasebabnya. Tetapi bagi orang tua dan guru yang mengerti, akan bersikap membiarkan keadaan itu berlalu untuk kebeberapa bulan. Sebab sikap itu justru menunjukan bahwa anaknya telah melalui suatu fase yang biasa dilalui oleh semua orang. Suatu tanda bahwa anaknya adalah normal, yang sebentar lagi akan memncapai kedewasaanya.15

3. Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Diperlukan suatu cara pendekatan yang komprehensif dari semua pihak baik orang tua, guru maupun masyarakat sekitar agar memahami perkembangan jiwa remaja dengan harapan masalah remaja dapat tertanggulangi.Perilaku berisiko tinggi yang dilakukan remaja perlu dicermati dengan bijaksana karena di satu pihak dapat merupakan perilaku sesaat tapi juga dapat pula merupakan pola perilaku yang terus menerus yang dapat membahayakan diri, orang lain maupun lingkungan.

Sangat penting seorang guru bimbingan dan konseling dalam mendidik peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan serta memberikan

14

YudrikYahya, PsikologiPerkembangan, (Jakarta: KENCANA, 2011), ed. 1 cet. 1, h. 226-227

15

(18)

perhatian penuh apalagi pada usia atau masa-masa remaja yang rentan terhadap perilaku menyimpang. Bahwa berada dalam lingkungan yang baik maka kemungkinan seorang anak dapat tumbuh dan berkembang pula menjadi baik.

Layanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien adalah merupakan tanggung jawab bersama antara semua unsur di sekolah, artinya semua personil sekolah seharusnya melibatkan diri secara efektif. Namun yang kita jumpai dilapangan pada umumnya memiliki seorang tenaga atau lebih tenaga yang ditugaskan menangani masalah ini (bimbingan dan

konseling) yang dikenal dengan sebutan “guru Bimbingan dan Konseling”

atau “Teacher Counseling” walaupun sebagian besar belum berjalan dengan

baik dan belum mampu membawa hasil yang maksimal.16

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, bahwa pada masa pubertas sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan prilaku psikososialnya. Kemudian dari data kuantitatif yang telah dijelaskan pada sub sebelumnya pubertas dapat berdampak secara positif dan juga sebaliknya dapat berdampat negatif. Jadi, dengan adanya upaya yang dilakukan di sekolah sebagai pencegah bagi peserta didik agar dapat meningkatkan kinerja menjadi lebih baik lagi dan dapat menjalin kerja sama dengan wali murid dan masyarakat setempat agar dapat memantau perilaku peserta didik yang tidak memungkinkan bagi seorang pendidik untuk dapat memantaunya selama 24 jam penuh. Sehingga dengan adanya kerja sama yang baik dengan berbagai

16

(19)

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Dampak Positif Pubertas
Tabel 4.5 Skor Angket Dampat Negatif Masa Pubertas
Tabel 4.6
+2

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah: membaca berita utama surat kabar SIB yang menjadi objek kajian penelitian ini, mengidentifikasi penggunaan eufemisme yang terdiri

Dapat disimpulkan bahwa da- lam novel bahasa Perancis, sistem temporal dasar yang berlaku ada lah memang P rel 0 (aktual) dan P relR <0 (non-aktual). Sedang kan pendapat

Di bawah mantel terdapat Inti bumi yang terdiri atas inti luar dan inti dalam, inti luar (outer core) yang mempunyai mineral paling banyak.. Fe(cair) dan oksigen, dan yang

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan aktivitas yang menyehatkan serta mampu meningkatkan daya tahan fisik, kemampuan mental berpikir, motivasi,

Mengawali bimbingan dan arahan Bupati Asahan menyampaikan apresiasi kepada seluruh masyarakat Aek Kuasan, yang telah melaksanakan pengajian akbar pada hari ini,

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

(2) Ada peningkatan secara kuantitatif berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Murid

Tujuan dari tugas akhir ini adalah mendapatkan skema analisis hasil images untuk membantu clinicans dengan membantu menghemat waktu untuk memberikan diagnosis