• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Dimensi Kemaslahatan dalam Larangan Jual Beli Gharar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Dimensi Kemaslahatan dalam Larangan Jual Beli Gharar"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

74 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010

Pendahuluan

Islam adalah agam a yang se-lalu m em perhatikan berbagai

maslahat dan m enghilangkan se-gala bent uk madharat di dunia dan di akhirat . Dalam pem bahasan ushul fikih, kem aslahat an memiliki relevansi dengan maqashid asy-Syar’i. Hal ini dapat dilihat dari pendapat asy-Syat ibi, yang m enyat akan bahw a kem aslahaenyat an um -m at -m erupakan t ujuan ut a-m a di-t edi-t apkannya syariadi-t . 1 Beberapa ayat yang m em berikan legit im asi pada kem aslahat an sebagai

1

Asfari Jaya Abadi, Konsep

M aqashid Syariah M enurut al-Syatibi, (Jakart a, Rajagrafindo Persada , 1996), hlm. 64

qashid asy-Syar’i diant aranya ada-lah surat al-M aidah ayat 6 dan

an-Nisa’ ayat 165 sebagai berikut :











































Dimensi Kemaslahatan dalam Larangan Jual Beli Gharar

Suprihat in

Abst ract : This art icle explain about maslahah in t he forbidden of gharar (risk).

Gharar means doubtfulness or uncertainty as in the case of not knowing whether something will take place or not; this excludes the unknown. Gharar also means ignorance and this can be when the subject matter of sale is unknown. Gharar is the risk where the probability of existence and the probability non-existence have the same value”. There is a consensus among interpreters of the Qur’an that

Gharar is vanity (al-bathil). Gharar is unlawful because it is prohibited by Sharia. So, Gharar like maysir (gambling) is not permitted or forbidden by Sharia. The forbidden of Gharar besides is based on Sharia, also is based on

maslahah. Some jurists Moslems said that Gharar is not permitted by Islamic jurisprudence (fiqh) because to avoid dispute and gambling. The forbidden of

Gharar also is based on belief (iman) to God (Allah) as a Law Giver (al-Hakim)

(2)

M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 75 sapulah kepalam u dan (basuh) kakim u sam pai dengan kedua mat a kaki, dan

(3)

76 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 Qur’an m em berikan perhat ian

pada jual beli dalam bent uk kebolehan dan larangan. Kebo-lehan jual beli dapat kit a lihat bil) riba t idak dapat berdiri m elainkan sepert i berdirinya orang yang kem a-sukan syait an lant aran (t ekanan) penyakit gila. keadaan m ereka yang demikian it u, adalah disebabkan m e-reka Berkat a (berpendapat), Sesung-guhnya jual beli it u sam a dengan riba, padahal Allah Telah m enghalalkan jual beli dan m engharam kan riba. orang-orang yang Telah sam pai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu t erus berhenti (dari m engam bil riba), M aka baginya apa yang Telah diam bilnya dahulu (sebelum dat ang larangan); dan urusannya (t erserah) kepada Allah. orang yang kem bali (m engam bil riba), M aka orang it u adalah peng-huni-penghuni neraka; m ereka kekal di dalamnya” .

Sem ent ara larangan jual beli diant aranya ada pada surat al-Jumu’ah ayat 9 sebagai berikut :

(4)

M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 77

“ Hai orang-orang berim an, apabila di-seru unt uk m enunaikan shalat Jum 'at , M aka bersegeralah kam u kepada m e-ngingat Allah dan t inggalkanlah jual hadit s sebagai berikut : 2

لﺎﻗ ةﺮﯾﺮھ ﻲﺑا ﻦﻋ

Pilihan Tent ang Ekonomi, (Jakarta, BM I, tt h), hlm. 177

lam nya t ent u m engandung di-m ensi kedi-m aslahat an. Nadi-m un ke-m aslahat an sepert i apa yang dikehendaki dalam larangan jual beli gharar, kam i belum banyak secara et im ologi berasal dari kat a

ﺢﻠﺻا

berart i m endat angkan kebaikan.3 Di dalam al-Qur’an banyak t erdapat perkat aan yang m enggunakan akar kat a ini, diant aranya ialah dalam surat al-Baqarah ayat 220 sebagai berikut :

(5)

78 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010































“Tent ang dunia dan akhirat. dan

m ereka bert anya kepadamu t ent ang anak yat im , kat akalah: " M engurus urusan m ereka secara pat ut adalah baik, dan jika kam u bergaul dengan m ereka, M aka m ereka adalah sau-daramu; dan Allah m enget ahui siapa yang mem buat kerusakan dari yang m engadakan perbaikan. dan Jikalau Allah m enghendaki, niscaya dia dapat m endat angkan kesulit an kepadam u. Sesungguhnya Allah M aha Perkasa lagi M aha Bijaksana.

Pengert ian m aslahat secara t erm inology adalah m engam bil m anfaat dan m enolak yang m e-nim bulkan madorot . 4 M aslahat m erupakan t ujuan yang dikehen-daki oleh Allah Sw t . m elalui hukum -hukum yang dit et apkan-Nya dalam al-Qur’an dan

4

Abdul Wahab Kholaf, M ashodir at -Tasyri’ fi ma la nashsha fihi, Cet III (Kuw ait : Dar al-Qalam , 1972), hlm . 98

Hadis. Tujuan t ersebut m encakup 6 (enam ) hal pokok, yait u dungan t erhadap agam a, dungan t erhadap jiw a, perlin-dungan t erhadap akal budi, perlindungan t erhadap ket urunan, perlindungan t erhadap kehor-m at an diri, dan perlindungan t er-hadap hart a kekayaan. 5

Dit injau dari adanya kebut uh-an at au kepent inguh-an m uh-anusia, m aslahat t erdiri dari beberapa t ing-kat an, yakni darûriyyât, hâji-yyât dan t ahsîniyyât. Sesuat u yang m am pu m enjamin eksist ensi m a-sing-m asing dari keenam t ujuan pokok di at as m erupakan m as-lahat pada t ingkat darûriyyât. Se-suat u yang m am pu m em beri kem udahan dan dukungan bagi penjam inan eksist ensi m asing-m a-sing dari keenam hal pokok it u m erupakan m aslahat pada t ingkat

hâjiyyât. Sesuat u yang m am pu m em beri keindahan, kesem pur-naan, keopt im alan bagi penja-m inan eksist ensi penja-m asing-penja-m asing dari keenam hal pokok it u m

5

Abu Ham id ibn M uham m ad Ibn M uhamm ad al-Ghazali, al-M ust asyfa min Ilm al-Ushul, Cet I Jilid I (Kairo,

M at ba’ah M ust afa M uham m ad,

(6)

M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 79 rupakan m aslahat pada t ingkat

t ahsîniyyât. 6

Di dalam m aslahat it u t er-kandung 2 (dua) unsur yang ber-sifat sim ult an, yakni dapat m ew ujudkan sesuat u yang berm anfaat / baik at au yang berm eberm -baw a kem anfaat an/ kebaikan, dan dapat m encegah sert a m enghi-langkan sesuat u yang negat if-dest rukt if at au yang m em baw a kerusakan/ m udarat .

Kem aslahat an juga m enyang-kut kepent ingan individual/ t er-bat as (al-maslahah al-khâssah) dan kepent ingan um um / m asya-rakat luas (al-maslahah al-‘âm-mah), dengan pem berian priorit as kepada kepent ingan um um/ m a-syarakat luas.

Disam ping it u, kem aslahat an juga m emiliki t iga dimensi. P er-t ama, kem aslahat an yang legali-t asnya diakui oleh syara’. Kedua, m aslahah yang legalit asnya jelas dit olak oleh syara’. ket iga, m asla-hah yang legalit asnya didiam kan oleh syara’.7 Dim ensi kem

6

Jalal al-Din Abd ar-Rahm an, al-M asholih al-al-M ursalah wa al-M akanat iha fi al-Tasyri’ (t t p: Dar Kit ab al-Jam iah, 1983) hlm. 18-23

7

Jalal al-Din Abd ar-Rahm an, al-M asolih al-al-M ursalah wa al-M akanat iha

hat an yang m em iliki legalit as dari nash, t erdapat pada kebolehan dan larangan jual beli.

Secara im plem ent at if, t erda-pat t iga cara dalam m engungkap kem aslahat an yang t erdapat da-lam maqashid asy-Syar’i.8 Pert a-ma, m elakukan penelaahan pada lafal al-amr dan al-Nahy yang t erdapat dalam al-Qur’an m aupun al-Hadit s secara jelas sebelum dikait kan dengan perm aslahan-perm asalahan yang lain. Cara pert am a ini m em erlukan kepa-t uhan pada kekepa-t enkepa-t uan yang ada dalam nas. Kedua, dengan cara penelaahan illah al-amr dan al-nahy. Ket iga, dengan cara analisis t erhadap sikap diam al-syaari’ dari pensyariat an sesuat u. Dengan de-m ikian, upaya penet apan de-m as-lahat harus m engacu kepada ket ent uan nas sehingga t idak t erjadi penet apan hukum m as-lahat yang kont radiktif dengan

nas.

fi al-Tasyri’ (t t p, Dar Kit ab al-Jam i’ah, 1983) hlm . 14

8

(7)

80 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 2. Garis Besar Konsep Gharar

Dalam Hukum Islam 1. Pengert ian Gharar

Dalam kat a gharar t erdapat kont asi adanya sesuat u yang m em bahayakan dalam suat u per-buat an bagi manusia. Para Ulam a sepakat bahw a dalam ist ilah gha-rar t erdapat sesat u yang t idak past i at au spekulat if dalam m enerim a suat u konsekuaensi, ut am anya dalam hal jual beli. Adanya unsur bahaya dan t idak adanya kejelasan konsekuensi inilah yang m enjadikan alasan adanya keharam an gharar dalam jual beli. Sebab dalam jual beli harus t erjadi t ukar m enukar hart a dan diakhiri dengan adanya pem indahan hak m ilik secara su-karela. Sit uasi kerelaan akan t erjadi jika m asing-m asing pihak m endapat kan apa yang diingin-kannya dengan syarat at au pun t idak. Gharar secara bahasa berart i khat r9(resiko, bahaya).

Gharar dalam t erm inologi para

9

At t abik Ali dan Ahm ad Zahdi

M uhdhor, Kamus Kontemporer

Arab-Indonesia (Yogyakart a, Pondok Pesan-t ren Krapyak, 1999) h. 1347

ulam a fiqh m em iliki beragam difinisi. 10

Gharar yang m eliput i dalam hal yang t idak diket ahui penca-paian t ujuandan juga at as sesuat u yang majhul (tidak diket ahui). Cont oh dari definisi ini adalah yang dipaparkan oleh Im am Sarkhasi: “ gharar adalah sesuat u yang akibat nya t idak dapat diprediksi. Ini adalah pendapat m ayorit as ulam a fiqh. M enurut Sarakhsi :Gharar t erjadi dim ana konsekuensi (dari sebuah t ransak-si) t idak diket ahhui

Gharar dibat asi dengan se-suat u yang majhul (t idak dike-t ahui), dan dike-t idak dike-t erm asuk di dalam nya unsur keraguan dalam pencapaiannya. Definisi ini adalah pendapat m urni m azhab Dhahiri. Ibn Hazm m engat akan “ unsur gharar dalam t ransaksi bisnis jual beli adalah sesuat u yang t idak diket ahui oleh pem beli apa yang ia beli dan penjual apa yang ia jual.

Gharar dikat egorikan dan dibat asi t erhadap sesuat u yang t idak dapat diket ahui ant ara

10

(8)

M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 81 t ercapai dan t idaknya suat u t

uju-an, Sepert i definisi yang dipapar-kan oleh Ibn Abidin yait u, “ gharar adalah keraguan at as w ujud fisik dari obyek t ransaksi” .

Dari beberapa definisi di at as dapat diam bil pengert ian, yang dim aksud jual beli gharar adalah, sem ua jual beli yang mengandung ket idakjelasan, sepert i pert aruhan at au perjudian karena t idak dapat dipast ikan jum lah dan ukurannya at au t idak m ungkin diseraht erim a-kan.

Adapun larangan jual beli gharar disandarakan pada hadis Nabi yang diriw ayat kan dari Abu Hurairah sebagai berikut : 11

لﺎﻗ ةﺮﯾﺮھ ﻲﺑا ﻦﻋ

:

ﷲا ﻲﻠﺻ ﷲﻻﻮﺳر ﻲﮭﻧ

رﺮﻐﻟا ﻊﯿﺑ ﻦﻋ و ةﺎﺼﺤﻟا ﻊﯿﺑ ﻦﻋ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ

“ Diriw ayat kan dari Abi Hurairah Bahw a Rasulullah saw m elarang t ransaksi al-Hashoh (dengan m elem par bat u) dan t ransaksi al-gharar”

Hadit s di at as diperkuat dengan hadit s lain yang berbunyi Nabi Saw bersabda: “ Janganlah

11

M uhamm ad Akram Khan,

Ajaran Nabi M uhammad t entang Ekonomi, Kumpulan Hadit s-Hadit s Pilihan Tentang Ekonomi, (Jakarta, BM I, tt h), hlm. 177

menjual ikan yang ada di laut , karena it u merupakan gharar” .12

Dari hadit s di at as dapat kit a sim pulkan bahw a dalam jual beli gharar t erdapat em pat resiko dan ket idakpast ian yait u: 13(1) Judi dan spekulasi ini t erdapat dalam jual beli yang dit ent ukan oleh jat uhnya lem paran kerikil; (2) hasil yang t idak m enent u, ini dapat dilihat pada t ransaksi sepert i jual beli ikan di dalam laut ; (3) keunt ungan m endat ang yang t idak diket ahui; dan (4) ket idakt elit ian dalam jual beli.

Berdasarkan pada hadit s t en-t ang larangan gharar di aen-t as, para ulam a t elah m enyusun kaidah-kaidah fikih sebagai landasan unt uk m enghindari t erjadinya jual beli gharar. Di ant ara kaidah t ersebut adalah : 14

نﺎﺴﻧ ﻻا ﺪﻨﻋ ﺲﯿﻟ ﺎﻣ ﻊﯿﺒﻟا

ز ﻮﺠﯾ ﻻ

” Seseorang t idak boleh m enjual sesuat u yang t idak dim ilikinya” .

12

M uhamm ad Tahir M ansoori, Kaidah-Kaidah Fikih, Transaksi dan Keuangan, Terjem ahan Hendri Tan-jung, ( Bogor, UIKA, 2010), hlm. 178

13

M uham m ad Tahir M ansoori, hlm. 179

14

(9)

82 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010

ﻞﻄﺒﯾ ﻻو تﺎﺿوﺎﻌﻤﻟا دﻮﻘﻋ ﻞﻄﺒﯾ رﺮﻐﻟا

ت ﺎﻋ ﺮﺒﺘﻟا دﻮﻘﻋ

“ Gharar m em bat alkan aqad yang m engandung akad yang bersifat t ransaksi t ijari dan tidak m em ba-t alkan aqad ba-t abarru’” .

2.Bent uk-Bent uk Gharar da-lam Jual Beli

Bent uk-Bent uk jual beli gha-rar t elah dit erangkan oleh Ibn Rusyd diant aranya adalah sebagai berikut :

a. . Gharar pada jual beli yang dit ent ukan syara’

1. Bai’at aini fii Ba’iah.

Rasulullah m elarang melaku-kan dua kesepakat an dalam sat u t ransaksi (bai’ataini fii ba’iah). Para ulam a ahli fiqh sepakat dengan hadis ini secara um um dan m ereka m elarang seseorang unt uk m engadakan dua t ransaksi dalam sat u kesepakat an. Diant ara hadis t ersebut adalah yang diriw ayat kan oleh Ibn Um ar Ra., Ibn M as’ud ra., dan Abu Hurairah ra. Hadit s t ersebut adalah

ﻦﯿﺘﻌﯿﺑ ﻦﻋ ﻲﮭﻧ م ص ﷲا ل ﻮﺳر نا

ﺔﻌﯿﺑ ﻲﻓ

)

ئﺎﺴﻨﻟاو ﺪﻣ ﺮﺘﻟا ﮫﺟﺮﺧا

(

“ Sesungguhnya Rasulullah saw . M elarang dua penjualan dalam sat u penjualan

) ."

HR. Tirmidzi dan al-Nasa’i)

2. Jual beli hew an dalam kandungan

ﷲا ﻲﻠﺻ ﮫﯿﮭﻧ

ﻞﺒﺣ ﻊﯿﺑ ﻦﻋ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ

ﮫﻠﺒﺤﻟا

” Larangan Nabi Saw t erhadap jual beli kandungan hew an yang akan m engandung”

b. Jual Beli yang Didiam kan syara’

Jual beli yang didim akan syara yang pernah di bahas oleh ulam a diant aranya adalah

1. Jual beli Barang yang Tidak ada

M enurut Im am Syafi’i prakt ik jual beli yang t idak diket ahui barangnya diharam kan karena m engandung penipuan besar. Im am lainnya yait u Im am M alik m em bolehkan jual beli yang t idak ada barangnya sepanjang sifat -sifat barang yang akan dijual diket ahui oleh pem belinya. Se-m ent ara Im am Abu Hanifah m em bolehkan jual beli yang t idak ada barngnya dengan syarat disert ai dengan khiyar ru’yah. Disam ping it u beliau juga m e-nyandarkan pada hadit s yang diriw ayat kan oleh Ibnul M usayyab sebagai berikut :

م ص ﻲﺒﻨﻟا ﺐﺤﺻا لﺎﻗ

:

نا ﺎﻧددو

ﺎﺒﺗ فﻮﻋ ﻦﺑ ﻦﻤﺣﺮﻟا ﺪﺒﻋ و نﺎﻔﻋ ﻦﺑ نﺎﻤﺜﻋ

رﺎﺠﺘﻟا ﻲﻓ اﺪﺟ ﻢﻈﻋا ﺎﻤﮭﯾا ﻢﻠﻌﻧ ﻲﺘﺣ ﺎﻌﯾ

(10)

M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 83

ﻦﺑ نﺎﻤﺜﻋ ﻦﻣ فﻮﻋ ﻦﺑ ﻦﻤﺣﺮﻟاﺪﺒﻋ يﺮﺘﺷﺎﻓ

ﻮھ ﺎﻔﻟا ﻦﯿﻌﺑرﺎﺑ يﺮﺧا ﮫﻟ ضرﺎﺑ ﺎﺳﺮﻓ نﺎﻔﻋ

ﺮﺒﺨﻟا مﺎﻤﺗ ﺮﻛﺪﻓ فﻻا ﺔﻌﺑرا

,

ﺐﺋﺎﻐﻟا ﻊﯿﺑ ﮫﯿﻓو

ﺎﻘﻠﻄﻣ

“ Beberapa Sahabat Nabi Saw berkat a: Kam i ingin agar Ut sm an bin Affan Abdurrahm an bin Auf dan saling berjual beli sehingga kam i bias t ahu siapa sebenarnya di ant ara keduanya yang jauh lebih besar dagangannya. M aka Abdur-rahm an bin Auf m em beli dari Ut sm an bin Affan kuda yang ber-ada di t anahnya yang lain seharga 40.000 dirham at au 4000 dinar. Kem udian ia (Ibnul M usayyab) m e-nyebut berit a it u selengkapnya. Dalam cerit a ini m engandung jual beli ghaib secara m ut lak (barang dagangannya t idak ada)” .

2. Jual Beli dengan Penye-rahan Barang di Kem udian Hari

M erujuk pendapat Ibn Rusyd para fuqaha t elah bersepakat bahw a penjualan barang hingga m asa t ert ent u t idak diperbo-lehkan.

Analisis Dimensi Kemaslahatan Dalam Larangan Jual Beli Ghoror

M aslahah m em iliki posisi sen-t ral dalam Islam . Begisen-t u pen-t ingnya m aslahah, seorang ulam a

besar Jam al al-Bana m engut ip sat u kaidah yang berbunyi, “ Tuhan t idak akan m enganjurkan sesuat u, kecuali didalam nya mengandung kem aslahat an. 15 Dengan dem ikian apapun bent uk anjuran, apakah yang bersifat perint ah at aupun larangan m emiliki kandungan m as-lahat . Begit u juga dalam larangan jual beli gharar yang t erdapat dalam hadit s yang pernah di bahas sebelum nya dim ana m engandung banyak kem udarat an dalam bent uk spekulasi, ket idakpastian dan ket idak t elit ian dalam jual beli. Terungkapnya kem udarat an dalam larangan jual beli dapat dipaham i sebaliknya yait u adanya kandungan m aslahat dalam lara-ngan jual beli gharar. Penent uan adanya kem aslahat an dalam jual beli gharar m emiliki dim ensi ke-m aslahat an yang diakui oleh syara (al-mashlahah mu’t abarah). Ber-bagai kem aslahat an dit inggalkan-nya jual beli gharar sudah di-uraikan dalam nash, baik kem as-hlahat an yang t erkandung dalam

15

(11)

84 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 nash larang jual beli ghoror it u

sendiri m aupun kem aslahat an yang didapat m elalui illah hokum yang t erdapat dalam nash la-rangan jual beli.

Dit injau dari sisi bent uk lafal hadit s larangan jual beli gharar yang bersifat muhkam (kokoh) 16 dan muqayyad (keadaan yang asli dan t idak t erpengaruh oleh hal lain), m enunjukkan bahw a ket i-dakbolehan larangan jual beli gharar bersifat past i dan t idak boleh dilanggar. Nam un dalil larangan jual beli gharar ini t erdapat pem bat asnya (m uqay-yad).17 Hal ini sebagaim ana dijelaskan dengan ket ent uan yang m em -bolehkan m enghadiahkan buah-buahan sebelum m anfaat nya dapat t erbukt i. Hal ini dibolehkan dengan alasan prakt ik gharar dalam t abarru apabila t idak

16

M uhkam adalah suat u lafal yang dalalhnya m enunjukkan art i yang jelas dan terang, sehingga tidak m em erlukan penafsiran dan t a’w il, Ahm ad Abdul M ajid, Ushul Fikih, hlm . 174.

17

M uqayyad adalah lafal yang m enunjukkan art i yang sebenarnya nam un dibat asi oleh sesuat u hal dari bat as-bat as t ert ent u. Ahm ad Abdul M ajid, hlm 150

hasil m endapat kan barang yang dijanjikan, t idak m enim bulkan kerugian karena t idak t erdapat

iw ad apapun unt uk m enpat kannya. Sebaliknya gharar da-lam akad t ijari yang m em -berikan akibat m em bayar harga at as barang t idak diperbolehkan kare-na dapat m engakibat kan keru-gian.18 Disam ping m engandung unsur larangan, hadit s t ent ang larangan jual beli gharar juga m enyirat kan adanya perint ah unt uk m elakukan hal yang se-baliknya, yait u jual beli yang bersifat past i. Hal ini sesuai dengan kaidah ushul fikih yang berbunyi sebagai berikut :19

هﺪﻀﺑ ﺮﻣا ءﻲﺷ ﻦﻋ ﻲﮭﻨﻟا

” M elarang sesuat u perbuat an it u, m engandung ket ent uan perint ah m elakukan kebalikannya” .

Dalam hal ini, karena lara-ngan goror bersifat m uhkam dan m ut lak m aka hukum nya sesuai

dengan kem uhkaman dan

kem uqayyadannya it u sendiri. Dengan dem ikian keim anan pada Allah Sw t . dibukt ikan dengan

18

M uham m ad Tahir M ansoori, h. 188-190

19

Ahm ad Abdul M ajid, M ata

(12)

M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 85 m elaksanakan larangan dalam

hadit s ini dan m elakukan jual beli yang sebaliknya. M anfaat at au m asla-hah dilaksanakannya larangan jual beli gharar adalah adanya sikap im an pada Allah Sw t . Dan t idak adanya kont radiksi ant ara aqidah dengan m uam alah.

Kem aslahat an larangan jual beli gharar juga dapat dit ent ukan dengan m enganalisis illah20 hukum yang t erdapat dalam hadist yang m elarang menjual ikan di laut yait u adanya sifat ket idak past ian dalam bert ransaksi. Ket idakpas-t ian dalam beridakpas-t ransaksi m engan-dung elem en berm ain-m ain. Hal ini bert olak belakang dengan karakt er jual beli m enurut fikih yang bersifat past i dengan adanya konsekuensi perpindahan hak kepem ilikan. Dengan demikian adanya unsur ket idakpast ian da-lam jual beli bersifat bat hil. Allah Sw t . sendiri sangat mengecam perbuat an berm ain-m ain dalam kebat ilan. Hal ini dapat kit a lihat dalam surat at h-Thuur ayat 11-13

20

llah adalah segala kem as-lahat an yang bergant ung pada segala perintah dan segala kerusakan yang bergantung pada larangan, H. Ahm ad M adjid, hlm. 33



































“ M aka Kecelakaan besarlah di hari it u bagi orang-orang yang m endust akan, (yait u) orang-orang yang berm ain-m ain dalam keba-t hilan, Pada hari m ereka didorong ke neraka Jahannam dengan

se-kuat - se-kuat nya” . Seiring dengan dikecam nya t indakan berm ain-m ain dalam ke-bat ilan, Allah Sw t m em erint ahkan adanya kepast ian dalam ber-t ransaksi. Hal ini dapaber-t dilihaber-t dalam surat al-Isra’ ayat 35 dan surat al-An’am ayat 152 sebagai berikut :

















(13)

86 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 anak yat im , kecuali dengan cara yang lebih berm anfaat , hingga sam pai ia

dew asa. dan sem purnakanlah t akaran dan t imbangan dengan adil. kam i t idak m emikulkan beban kepada se-seorang m elainkan sekedar kesang-gupannya. dan apabila kam u berkata, M aka hendaklah kam u berlaku adil, kendat ipun ia adalah kerabat (m u), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian it u diperint ahkan Allah kepadam u agar kamu ingat.

(14)

M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 87 m ot ivasi jual beli, sikap m anusia

t erhadap jual beli dan penent uan akad jual beli. Gam bar 1. Kom -ponen Jual Beli M enurut Islam

.

Kom ponen perilaku di at as m enjadi pat okan dalam m eru-m uskan prinsip-prinsip jual beli. Adapun prinsip-prinsip jual beli m enurut Islam yang dapat dikem bangkan adalah :

1. Kerjasam a dan saling m em bant u dalam m em enuhi kebut uhan









































































































” Hai orang-orang yang berim an,

(15)

syi'ar-88 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 syi'ar Allah, dan jangan m elanggar

kehorm at an bulan-bulan haram , ja-ngan (mengganggu) binat ang-bina-t ang had-ya, dan binaang-bina-t ang-binaang-bina-t ang qalaa-id, dan jangan (pula) m eng-ganggu orang-orang yang m

engun-jungi Bait ullah sedang m ereka

m encari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kam u Telah m enyelesaikan ibadah haji, M aka bo-lehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(m u) kepada sesuat u kaum Karena m ereka m enghalang-halangi kamu dari M asjidilharam ,

m endorongm u berbuat aniaya

(kepada m ereka). dan t

olong-m enolonglah kaolong-m u dalaolong-m (olong-menger- (menger-jakan) kebajikan dan t akw a, dan

jangan t olong-m enolong dalam

berbuat dosa dan pelanggaran. dan bert akw alah kam u kepada Allah, Sesungguhnya Allah am at berat siksa-Nya” .

2. Kejujuran dalam berjual beli



























Sesungguhnya yang m engada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang t idak berim an kepada ayat -ayat Allah, dan m e-reka It ulah orang-orang pen-dust a” .

ﻦﯿﻘﯾﺪﺼﻟاو ﻦﯿﯿﺒﻨﻟا ﻊﻣ ﻦﯿﻣﻻا قوﺪﺼﻟا ﺮﺟ ﺎﺘﻟ

ءاﺪﮭﺸﻟاو

“ Pedang yang jujur dan t erpercaya it u sejajar dengan para nabi, para siddiqin dan para syuhada”

3. Kerelaan dalam jual beli

   

     



 

 

 

 



 



 

(16)

M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 89 hart a sesam am u dengan jalan

yang bat il, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sam a-suka di ant ara kam u. dan janganlah kam u m em bunuh dirim u; Sesungguhnya Allah ada-lah M aha Penyayang kepadam u” .

(17)

90 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 kannya. dan hendaklah seorang pe-nulis di ant ara kam u m epe-nuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaim ana Allah m engajarkannya, meka hendak-lah ia menulis, dan hendakhendak-lah orang yang berhut ang it u mengimlakkan (apa yang akan dit ulis itu), dan hendaklah ia bert akw a kepada Allah

(18)

M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 91 5. Kepat uhan pada syariat

Allah









































” M aka dem i Tuhanm u, m ereka (pada hakekat nya) t idak berim an hingga m ereka m enjadikan kam u hakim t erhadap perkara yang m ereka perselisihkan, Kem udian m ereka t idak m erasa dalam hat i m ereka sesuat u keberat an t er-hadap put usan yang kam u berikan, dan mereka m enerim a dengan sepenuhnya.

Dalam Q.s. An-Nisa: 65 dit egaskan:













” Dan t aat ilah Allah dan rasul, supaya kam u” .

Adapun kepast ian pelaku, akad, obyek dan harga dalam jual

beli m eliput i t erdapat dalam ru-kun dan syarat jual beli. Dalam st andar kajian fikih, unt uk m en-capai keabsahan suat u akt ivit as, t erdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Adapun rukun jual beli yait u : 21

1. Al-M ut a’aqidain, dalam hal ini syarat orang yang mela-kukan aqad adalah berakal dan orang yang berbeda.

2. Sighat ijab dan qabul. Adapun syarat ijab dan qabul yait u sighat ant ara ijab dan qabul harus sesuai m aksudnya , dan dan dilakukan dalam sat u m ajlis.

3. Ada barang yang diperjual belikan. Syarat barang yang diper-jual belikan meliput i:

a. Barang it u ada

b. Bersifat halal dan dapat dim anfaat kan dan berm anfaat bagi m anusia

c. M ilik seseorang

d. Boleh diserahkan saat akad berlangsung at au sesuai dengan kesepakat an.

4. Ada nilai t ukar penggant i barang. Syarat yang harus t er-penuhi adalah :

21

(19)

92 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 a. Harga yang disepakat i

ke-dua belah pihak harus jelas jum lahnya.

b. Jenis uang yang digunakan harus jelas

c. Boleh diserahkan pada w akt u akad.

Dasar hukum jual beli pada dasarnya adalah boleh. Sebagai dasar t ersebut , dapat dipaham i firm an Allah sw t . ant ara lain dalam QS. Al-Baqarah (2): 275 sebagai berikut :

ﺎَﺑﱢﺮﻟا َمﱠﺮَﺣَو َﻊْﯿَﺒْﻟا ُﮫﱠﻠﻟا ﱠﻞَﺣَأَو

Dan Allah t elah m enghalalkan jual beli dan m engharam kan riba …” .

Disam ping it u Rasul juga m em perkuat kebolehan jual beli dalam sat u hadit s yang m enjelaskan

ﷲا ﻲﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟا ﻞﺌﺳ

يا ﻢﻠﺳ و ﮫﯿﻠﻋ

لﺎﻘﻓ ؟ﺐﯿﻃا ﺐﺴﻜﻟا

ﻊﯿﺑ ﻞﻛو هﺪﯿﺑ ﻞﺟﺮﻟا ﻞﻣا

روﺮﺒﻣ

” Rasulullah dit anya oleh seorang sahabat m engenai usaha apa yang paling baik. Rasulullah w akt u it u m enjaw ab : Usaha yang dilakukan t angan m anusia sendiri dan set iap jual beli yang baik.”

Pada ayat lain Allah sw t . berfirm an dengan m em berikan syarat keadaan jula beli dalam keadaan. Hal ini nam pak dije-laskan dalam QS. An-Nisa (4): 29.

















































” Hai orang-orang yang berim an, janganlah kam u saling mem akan hart a sesam am u dengan jalan yang bat il, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sam a-suka di ant ara kam u …” Syarat adanya dasar hukum kebolehan jual beli dalam keadaan rela m em baw a para fuqaha m erum uskan ket ent uan khiyar dalam jual beli. Sebagai aktivit as yang m engandung resiko, Islam m em andang perlu unt uk m em -berikan perlindungan t erhadap hak pelaku jual beli dalam bent uk pem berian khiyar sebagai w ujud kerelaan. Hal ini selaras dengan sem angat maqashid asy-syar’I

(20)

M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 93 “ Hak pilih bagi salah sat u

at au kedua belah pihak yang m laksankan t ransaksi unt uk m e-langsungkan at au m em bat alkan t ransaksi yang disepakat i sesuai dengan kondisi m asing-m asing pihak yang m elakukan t ransaksi.”

Adapun jenis-jenis khiyar adalah sebagai berikut :

1. Khiyar al-M ajlis. Khiyar m ajlis adalah hak pilih bagi kedua belah pihak yang berakad unt uk m em bat alkan akad, selam a kedua-nya m asih berada dalam m ajelis akad dan belum berpisah badan.

2. Khiyar at -Ta’yin. Khiyar t a’yin adalah hak pilih bagi pem beli dalam m enent ukan barang yang berbeda kualit as dalam jual beli.

3. Khiyar asy-Syart h. Khiyar asy-Syart h adalah hak pilih yang dit et apkan bagi salah sat u pihak yang berakad at au keduanya at au bagi orang lain unt uk m eneruskan at au m em bat alkan jual beli selam a m asih dalam w akt u t enggang w akt u yang dit ent ukan.

4. Khiyar al-Aib. Khiyar al-Aib adalah hak unt uk m em bat alkan at au m elangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad, apabila t erdapat suat u cacat pada obyek yang diperjualbelikan.

5. Khiyar ar-Ru’yah. Khiyar ar-Ru’yah adalah hak pilih bagi pem beli unt uk m enyat akan ber-laku at au bat al jual beli yang ia lakukan t erhadap suat u obyek yang belum ia lihat ket ika akad berlangsung

Kesimpulan

Set elah m engkaji konsep m aslahah dan konsep gharar, m aka dapat disim pulkan sebagai berikut :

1. Kem aslahat an yang t er-kandung dalam larangan jual beli ghoror m emiliki dimensi kem aslahat an m u’t abarah (kem asaslahat -an y-ang diakui oleh syara’) buk-an kem aslahat an yang dit olak at au-pun yang didiam kan.

2. Bent uk-bent uk kem asla-hat an dalam larangan jual beli gharar m eliput i :

a. Kem aslahat an dalam ben-t uk keim anan pada Allah Sw ben-t . Dan t idak adanya kont radiksi (sifat

b. selaras) ant ara aqidah dengan m uam alah. Hal ini t erlihat dari sifat lafal larangan dalam jual beli gharar yang bersifat m uhkam dan m ut lak dan harus dipat uhi.

(21)

94 M aslahah, Vol.1, No. 1, Juli 2010 secara kuant it as m aupun kualit as

(22)

Referensi

Dokumen terkait