• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRI DALAM PENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRI DALAM PENG"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENER

UNIVEERSITAS TTRIBHUWWANA TUNNGGADEWWI MALANNG

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang mahapengasih , atas berkah dan

rahmat-Nya, tim penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan lancar.

Karya ini merupakan hasil observasi dan pengamatan mengenai penerapan

agroforestri yang dilakukan oleh petani kopi Dusun Tambak Watu Desa

Tambaksari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, kami telah dibantu oleh berbagai pihak,

maka dari itu kami menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Adra’I P. Wariono Selaku Ketua Kelompok Tani Warga Makmur

2. Bapak Ir. Edyson Indawan, MP.selaku dosen pembimbing

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

karya ilmiah ini, baik dalam segi penulisan maupun teknik penyajiannya,

mengingat keterbatasan kemampuan penulis.kritik bersifat membangun dari

berbagai pihak sangat kami harapkan.

Malang, 31Juli 2015

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Manfaat ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Penerapan Sistem Agroforestri ... 3

2.2.Pengelolaan Kebun Kopi ... 4

2.3. Pangan Non Beras ... 5

III. PENDEKATAN PENELITIAN ... 7

3.1. Tempat dan Waktu ... 7

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 7

3.3. Partisipasi Aktif dan Wawancara ... 7

3.4. Analisis Data ... 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

(5)

4.2. Pembahasan ... 11

V. PENUTUP ... 16

5.1. Kesimpulan ... 16

5.2. Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 17

LAMPIRAN ... 19

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komoditas yang ditanam pada lahan Tegalan ... 9

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. ... 10

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Dokumentasi Kegiatan ... 19

(9)

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di

Dunia.Kondisi tersebut mengakibatkan timbulnya berbagai masalah, salah satunya

adalah kekurangan pangan.Masalah ini tidak hanya dihadapi Indonesia saja, tetapi

juga merupakan problema global.Peningkatan jumlah penduduk dunia semakin

tinggi sehingga kebutuhan pangan tidak bisa terpenuhi karena peningkatan

penduduk tidak sebanding dengan luas lahan pertanian yang bisa

dikembangkan.Disisi lain peralihan lahan pertanian menjadi daerah non pertanian

secara cepat mengakibatkan lahan pertanian semakin terbatas. Kondisi tersebut

selain akan menimbulkan kerusakan lingkungan, juga akan menimbulkan

ancaman kelaparan. Dalam rangka mengatasi masalah-masalah tersebut perlu

adanya inovasi dalam bidang pertanian maupun kehutanan yang memungkinkan

dapat meningkatkan produksi pangan non beras dengan kondisi lahan yang

terbatas.

Ekstensifikasi lahan perkebunan terus ditingkatkan sebagai upaya

memenuhi kebutuhan ekspor komoditas perkebunan, namun hal itu dinilai dapat

mengakibatkan lahan penanamantanaman pangan non beras semakin menurun,

sehingga kekurangan pangan tetap akan menjadi masalah.Penerapan sistem

Agroforestri dalam pengelolaan perkebunan di Indonesia merupakan salah satu

solusi.Luas lahan kering dan perkebunan di Indonesia sampai tahun 2012

mencapai lebih dari 11 juta ha, sehingga berpotensi sebagai alternatif

(10)

sistem tersebut, selain petani bisa menghasilkan komoditas perkebunan,

merekasekaligus memproduksi tanaman pangan non beras sehingga membantu

peningkatan ketersediaan pangan.Budidaya tanaman perkebunan dengan sistem

Agroforestri merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam yang dinamis dan

berbasis ekologi, dengan mamadukan berbagai jenis pohon dan tanaman pangan

non beras pada lahan pertanian.Sistem Agroforestri yang paling sederhana

bagaimanapun adalah sistem yang lebih kompleks dibandingkan sistem tanaman

tunggal, baik dilihat dari segi ekologis, fungsional, maupun dari segi sosial dan

ekonomi.Pola pemanfaatan lahan dengan sistem Agroforestri merupakan suatu

model usaha tani yang cocok bagi para petani Kopi.Penerapan sistem ini akan

meningkatkan hasil panen yang akhirnya mampu memberikan tambahan

pendapatan.

1.2.Tujuan

Mengetahui bentuk-bentuk penerapan sistem Agroforestri dalam

pengelolaan perkebunan Kopi sebagai upaya meningkatkan produksi pangan non

beras masyarakat Dusun Tambak Watu Desa Tambaksari Kecamatan Purwodadi,

Kabupaten Pasuruan.

1.3. Manfaat

Informasi bagi masyarakat yang mengelola perkebunan Kopi agar dapat

menerapkan bentuk sistem Agroforestri sebagai upaya peningkatan produksi

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PenerapanSistem Agroforestri

Agroforestri tersusun dari dua kata yaitu agro (pertanian) dan forestry

(kehutanan), yang berarti gabungan antara ilmu pertanian dan ilmu kehutanan,

serta memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk

menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan kelestarian

hutan.Agroforestri merupakan praktik pengelolaan sumber daya biologi dengan

memanen energi matahari untuk menghasilkan suatu poduk pertanian dan produk

yang dihasilkan dari tegakan pohon (Arifin et al., 2009).

Teknik ini bukan dari penelitian tetapi perilaku petani yang memanfaatkan

lahannya dengan menanam banyak tanaman yang berbeda dan terdapat tanaman

semusim dengan tanaman tahunan.Sistem ini merupakan gabungan dari ilmu

kehutanan dan Agronomi yang memadukan usaha kehutanan dengan usaha

tanaman produksi untuk menciptakan keselarasan antara Intesifikasi pertanian dan

pelestarian hutan. Semua itu berjalan seiring waktu dan tidak pernah ada yang

mencatat proses dan hasil teknik Agroforestri ini (Anonim, 2011). Agroforestri

merupakan suatu sistem yang mengkombinasikan antara komponen hutan dengan

komponen pertanian, sehingga akan dihasilkan suatu bentuk pelestarian alam yang

dapat memberikan nilai ekonomi bagi pelakunya serta juga dapat digunakan untuk

pelestarian alam. Agroforestri sudah diaplikasikan oleh masyarakat pada zaman

dahulu dan sekarang tehnik ini digunakan kembali, karena dirasa sangat

bermanfaat bagi alam dan masyarakat sekarang (Karba, 2010).Ada beberapa

(12)

agroforestri tersebut antara lain Agrifishery (kombinasi prinsip pertanian dan

perikanan), Silvofishery (kombinasi prinsip kehutanan dan perikanan),

Agrosilvikultur (kombinasi prinsip pertanian dan prinsip kehutanan), Agropastural

(kombinasi prinsip pertanian dan peternakan), Agrosilvofishery (kombinasi prinsip

pertanian, kehutanan, dan perikanan), Agrosilvopastural (kombinasi prinsip

pertanian, kehutanan, dan peternakan) (Lahjie, 2004).

Indawan (2006) mengemukakan bahwa sitem pertanian kombinasi antara

tanaman Agronomi dan tanaman kehutanan pada dasarnya mempunyai peranan

positif dalam produksi, proteksi, rehabilitasi, konservasi, sosial, dan

ekonomi.Penerapan sistem agroforesti merupakan salah satu usaha meningkatkan

kesuburan tanah dan bahan organik tanah, memperbaiki keadaan tanah,

mengurangi erosi, dan memperbaiki keadaan hidrologi pada daerah aliran sungai.

Selain itu, sistem Agroforestri juga merupakan cara yang efektif menyimpan

karbon alam. Tanaman berumur panjang yang tumbuh di hutan maupun di kebun

campuran merupakan tempat penimbun karbon yang jauh lebih besar daripada

tanaman semusim (Hairiah dan Rahayu, 2007). Penyerapan karbon dari satu ha

hutan adalah sebesar 6 ton karbon/tahun (Arifin et al., 2009).

2.2.Pengelolaan Kebun Kopi

Kopi merupakan komoditas perkebunan yang terus dikembangkan di

Indonesia.Tanaman kopi tumbuh rimbun dan membentuk perdu kecil. Adapun

tanaman kopi jenis lain memiliki pertumbuhan pohon yang besar dan kuat.

Tanaman kopi memiliki dua tipe pertumbuhan cabang, yaitu cabang ortotrop yang

(13)

horizontal.Pembangunan kebun kopi membutuhkan persiapan bibit dan Persiapan

lahan yang baik.persiapan lahan meliputi menyiapkan pohon penaung sementara

dan penaung tetap serta lubang tanam.Naungan harus ditanam beberapa bulan

sebelumnya atau paling lambat 1 tahun sebelumnya (Rahardjo, 2012).Erwiyono

dan Prawoto (2008), menyatakan bahwa penaung tanaman lamtoro paling baik

dalam meningkatkan N tanah, sedangkan penaung kayu–kayuan industri lebih

baik meningkatkan kadar mineral tanah seperti Ca, Mg, P dan Zn. Ada tendesnsi

bahwa peningkatan hara mineral tanah terkait dengan jenis tipe penaung.

Secara umum kopi tumbuh baikpada daerah dengan kondisi geografis pada

garis lintang 200 LS sampai 200 LU, tinggi tempat 1000-2000 m dpl, dengan

curah hujan 1000-1500 mm/th, dan suhu rata-rata harian 15-250 C. Lahan yang

cocok untuk budidaya kopi adalah tidak memiliki kemiringan di atas 45%.

Kedalaman efektif tanah lebih dari 100 cm, tekstur tanah Geluhan, dengan strustur

tanah lapisan atas remah. Sifat kimia lapisan tanah atas memiliki kandungan

bahan organik diatas 3,5%, nisbah C/N 10-12, KTK tidak kurang dari 15 me/ 100

g tanah, pH tanah 5,6-6,5 (Wibawa, 2008).

2.3. Pangan Non Beras

Pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia pada saat ini umumnya

masih belum beragam dan bergizi seimbang.Tingkat konsumsi per kapita

Indonesia sebesar 139 kg/tahun. Sementara untuk konsumsi hasil pertanian dari

tanaman kelompok Gramineae (beras, jagung dan terigu) di rumah tangga sebesar

316/gr/kapita/hari, padahal menurut Standar Pola Pangan Harapan (PPH)

(14)

sedangkan jumlah idealnya 100 gr/kapita/hari.Mengkonsumsi satu jenis

karbohidrat secara terus menerus mampu menyebabkan gangguan

kesehatan.Indonesia kaya akan pangan alternatif pengganti beras, antara lain

Singkong, Sagu, Ubi jalar, Jagung, dan lainnya (Anonim, 2014). Jawa Barat

sendiri memiliki berbagai kekayaan alam dari hasil pertanian dengan 77 sumber

karbohidrat, 75 sumber lemak, 26 sumber kacang-kacangan, 389 jenis

buah-buahan, dan 228 jenis sayuran (Anonim, 2013).

Pangan non beras terdiri dari beberapa jenis umbi-umbian dan seperti

Singkong, Gembili, Ubi jalar, dan beberapa jenis buah salah satunya Pisang.Di

Afrika pisang dapat diolah menjadi tepung dan dimakan sebagai makanan pokok

(Muldan, 2014).Selain itu, Talas (Colocasia) juga kelompok ubi-ubian

yangpotensial untuk dikembangkan sebagai cadangan pangan.Diketahui ada 300

varietas Talas budidaya yang dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, warna daun,

batang, umbi, dan bunga (Walujo, 2011). Berdasarkan penelitian tepung Talas

mengandung 75% kadar pati, 3,57% amilosa, dan 71,43 kadar amilopektin

(15)

III. PENDEKATAN PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu

Observasi dilaksanakan di lahan perkebunan kelompok tani Warga

Makmur di Dusun Tambak Watu Desa Tambaksari Kecamatan Purwodadi

KabupatenPasuruan pada bulan Februari 2015.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi kondisi lokasi, teknik penerapan sistem

agroforestri pada masyarakat dusun Tambak Watu, serta pola budidaya yang di

terapkan berdasarkan luas sampel 100 m2 pada lahan tegalan dan pekarangan

seluas 0,5 ha.

3.1.1. Partisipasi Aktif dan wawancara

Pengumpulan informasi juga dilakukan dengan keikutsertaan dalam

beberapa kegiatan budidaya dan penerapan sistem agroforesti pada lahan

perkebunan kopi.Data juga diperoleh melalui diskusi dan wawancara.Diskusi dan

wawancara bertujuan untukmemperoleh penjelasan dan pemahaman dari beberapa

kegiatan yang dilakukan petani.

3.3. Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan selanjutnya dianalisis

(16)

IV. HASIL DANPEMBAHASAN 4.1.Hasil

4.1.1. Gambaran Umum lokasi Penelitian

Dusun Tambak Watu merupakan dusun paling ujung dari Desa

Tambaksari dan berada di lereng gunung Arjuna.Jarak dari Desa Tambaksari ke

Kecamatan adalah sejauh 12 km dan jarak ke Kabupaten Pasuruan adalah sejauh

40 km yang dapat ditempuh selama 80-90 menit.Desa Tambaksari berbatasan

dengan Desa Sumber Rejo, Kecamatan Purwosari di sebelah utara dan Desa

Pucangsari, Kecamatan Purwodadi di sebelah timur, sedangkan sebelah barat

berbatasan dengan Hutan Raden Soerjo dan sebelah selatan berbatasan dengan

Desa Jatisari, Kecamatan Purwodadi.

Karakteristik geografis berada pada ketinggian 1.200 m dpl dengan suhu

rata- rata harian berkisar 260C dengan banyaknya curah hujan 200 mm/ bulan.

Total luas lahan pertanian adalah 773,88 ha. Luas tersebut terdiri dari tegalan,

sawah, dan pekarangan.Di Dusun Tambak Watu telah terbentuk kelompok tani

yang bernama kelompoktani Warga Makmur.Kelompok tani ini berdiri pada tahun

1992 dengan ketua kelompok bapak Adra’i P. Wariono.Pada tahun 2004 oleh

pemerintah setempat kelompok tani ini dirombak yang semula beranggota 75

orang, menjadi 50 orang. Kelompok Tani Warga Makmur hingga sekarang

mengelola lahan tegalan dan pekarangan seluas 47,12 ha.

4.1.2. Penerapan Sistem Agroforestri di Kebun Kopi Desa Tambak Sari Berdasarkan pengamatan, beberapa jenis tanaman yang dikembangkan

(17)

Tabel 1.Jenis tanaman yang ditanam di lahan tegalan.

No Jenis Tanaman Fungsi Populasi (%)

1. Kopi (coffeaarabica L.) Tanaman Utama 15,28

2. Singkong(Manihot esculenta Crantz.) Tanaman Sela 23,61

3. Cabe (Capsicum frutescenc L.) Tanaman sela 4,17

4. Talas (Colocasia esculentaL.) Tanaman sela 45,83

5. Rumput gajah (Pennisetum purpureumS.) Penguat Teras 2,78

6. Pisang (Musa parasidiaca L.) Tanaman Penaung 2,78

7. Sengon (Albizzia chinensis Osbeck.) Tanaman Penaung 5,56

Berdasarkan data jenis tanaman yang dikembangkan masyarakat pada

Tabel 1, terbukti masyarakat telah menerapkan sistem Agroforestri secara

kompleks.Pola yang diterapkan adalah Agrosilvicultur, yaitu perpaduan prinsip

kehutanan dengan prinsip pertanian.Komoditas utama yang dikembangkan adalah

tanaman Kopi, sedangkan disela-sela antara tanaman Kopi dan tanaman pelindung

dimanfaatkan masyarakat dengan penanaman tanaman pangan seperti Singkong

Talasdan Pisang (Gambar 1). Selain itu dilahan yang sama juga ditanam berbagai

tanaman pohon seperti Sengon sebagai tanaman pelindung Kopi dan rumput

Gajah sebagai tanaman penguat teras sekaligus membantu memenuhi kebutuhan

pakan ternak. Pada lahan tegalan pengelolaan tanaman lebih intensif dan teratur.

Aspek budidaya dan konservasi diperhatikan, seperti jarak tanam yang teratur

baik antar komoditas perkebunan maupun dengan tanaman sela, pembuatan teras

(18)

Penerapan Agroforestri di lahan tegalan dapat dilihat padaGambar 1 di

bawah ini.

Gambar 1.Penerapan Sistem Agroforestri dengan memadukan tanaman Kopi, Sengon, Pisang, dan Talas.

Jenis tanaman yang ditanam pada lahan pekarangan dapat dilihat pada

Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2.Jenis tanaman yang ditanam di lahan pekarangan

No Jenis Tanaman Fungsi Populasi (%)

1. Kopi (coffeaarabica L.) Tanaman Utama 13,41

1. Kakao (Theobroma cacaoL.) Tanaman pelindung 2,44

2. Talas (Colocasia esculenta L.) Tanaman sela 40,24

3. Singkong (Manihot esculenta C.) Tanaman sela 20,73

4. Rumput gajah (Pennisetum purpureumS.) Penguat Teras 12,19

5. Pisang (Musa parisidiaca L.) Tanaman pelindung 2,44

6. Sengon (Albizzia Chinensis Osbeck.) Tanaman pelindung 4,90

7. Cengkeh (Syzygium aromaticumL.) Tanaman Pelindung 2,44

8. Nangka (Artocarpus heterophyllusL.) Tanaman pelindung 0.6

9. Alpukat (Persea AmericanaP. Mill.) Tanaman pelindung 0,6

Pengelolaan lahan pekarangan tidak jauh berbeda pada lahan tegalan.Pada

(19)

yang dikembangkan, namun dilahan ini, jenis tanaman yang ditanam lebih

bervariasi.Jenis tanaman pelindung yang ditanam berupa Kakao, Sengon, Alpukat,

Cengkeh, Pisang, dan Nangka.Adapun jenis tanaman pangan yang ditanam adalah

Talas dan Singkong.Lahan pekarangan dimanfaatkan pula sebagai penyumbang

pakan ternak dengan penanaman jenis rumput Gajah yang ditanam di

pinggir-pinggir perkebunan kopi.Di lahan ini petani juga bisa mendirikan kandang ternak

Ayam, atau Sapi karena dekat dengan pemukiman. Pada dasarnya pengelolaan

lahan pekarangan dan lahan tegalan sama, namun ada perbedaan dalam pola

penanamanya. Pada lahan pekarangan penanaman komoditas perkebunan tidak

terlalu baik dilihat dari aspek budidayanya, yaitu yang paling mencolok adalah

jarak tanam yang digunakan tidak teratur serta terlalu banyak jenis tanaman

pelindung yang ditanam.

Sistem Agroforestri dapat diterapkan masyarakat mulai dari persiapan

perkebunan Kopi yang dimulai dengan penanaman pohon pelindung hingga pada

saat tanaman Kopi telah berumur dewasa. Jenis tanamanpelindung yang biasa

digunakan petani di Dusun tambak watu adalah tanaman Sengon walaupun pada

lahan pekarangan jenis pohon pelindunnya sangat bervariasi. Pemilihan jenis ini,

dimaksudkan juga sebagai penghasil kayu industri.Pemilihan tanaman sela pada

saat tanaman kopi telah berumur dewasa dilakukan dengan pertimbangan bahwa

tanaman sela toleran terhadap naungan misalnya tanaman Talas (Gambar 1).

4.2.Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa sistem Agroforestri

(20)

Tambaksaridalam pengelolaan perkebunan Kopi.Penanaman tanaman Kopi dan

pohon pelindung yang dipadukan dengan penanaman tanaman sela berupa

Singkong, Talas, dan Pisang menunjukan bahwa petani telah menerapkan sistem

Agroforestrikompleks.Penciri utama model ini adalah kenampakan fisik dan

dinamika didalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan sehingga disebut juga

sebagai Agroforest (De foresta dan Michon, 1997 dalam Mayrowani dan Ashari

2011).Ada dua tipe lahan yang dikelola masyarakat, yaitu tipe lahan tegalan dan

tipe lahan pekarangan.Pada lahan tegalan pengelolaan perkebunan lebih intensif

dibandingkan pada lahan pekarangan. Bentuk Agroforestri yang diterapkan di

lahan tegalan adalah bentuk Agrosilvikultur yaitu perpaduan antara prinsip

pertanian dan prinsip kehutanan (Tabel 1), sedangkan pada lahan pekarangan

bentuk agroforestri yang diterapkan adalahAgrosilvipasturalyaitu perpaduan

antara prinsip pertanian, kehutanan, dan peternakan (Tabel 2).

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa masyarakat telah

memanfaatkan kebun kopi di lahan tegalan dengan penanaman tanaman pangan

berupa : Singkong, Talas, dan Pisang dengan prosentase masing-masing 23,61%,

45,83%, dan 2,78%, sedangkan di lahan pekarangan sebesar20,73%, 40,24%, dan

2,44%. Kondisi tersebut menunjukan bahwa pengelolaan perkebunan Kopi

dilahan tegalan maupun lahan pekarangan dengan penerapan sistem Agroforestri

mampu meningkatkan produksi pangan non beras bagi masyarakat.Rauf et al.

(2013), menyatakan bahwa lahan pekarangan dapat dioptimalkan pemanfaatannya

untuk memproduksi pangan dan papan di satu sisi, sekaligus memelihara dan

(21)

biodiversitas di sisi lain, melalui penerapan sistem pertanian terpadu dalam bentuk

Agroforestri, seperti tipe Agrosilvopastural.Perkebunan kopi dapat dimanfaatkan

sebagai penghasil pangan non beras seperti pemanfaatan hutan yang dikelola

dengan penerapan sistem Agroforestri. Pemanfaatan kawasan hutan sudah banyak

dilakukan bersama masyarakat untuk mengembangkan sektor lain di luar sektor

kehutanan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan obat-obatan.

Kegiatan Agroforestri dan rencana pemanfatan kawasan hutan produksi melalui

Silvopastura, menjadi alternatif utama dalam meningkatkan kontribusi sektor

kehutanan dalam penyediaan pangan (Departemen Kehutanan, 2010 dalam

Mayrowani dan Ashari, 2011).

Sistem Agroforestri yang diterapkan masyarakat di Dusun Tambak Watu

Desa Tambaksari pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Penerapan Agroforestri dengan memadukan Tanaman Kopi, Pisang, Singkong dan Sengon

Pengeloaan ruang tumbuh tanaman pada lahan Kopi akan mempengaruhi

keberhasilan sistem Agroforestri. Hal tersebut erat kaitannya dengan pemilihan

(22)

bahwa masyarakat biasa menggunakan tanaman Sengon sebagai pohon pelindung.

Pemilihan jenis ini dimaksutkan tidak hanya sebagai tanamaan pelindung Kopi,

namun juga sebagai penambah bahan organik danpenghasil kayu industri,

sehingga dapat meningkatkan kesuburan lahan dan juga meningkatkan pendapatan

petani.Tanaman sengon juga diketahui memiliki tajuk yang tidak begitu rapat,

sehingga cocok digunakan sebagai pelindung tanaman Kopi dalam sistem

Agroforestri (Gambar 2). Penggunaan pohon pelindung dipilih jenis pohon

memiliki fungsi ekologissebagai naungan bagi tanaman Kopi, penambah bahan

organik tanah, meningkatkan kadar N (jenis Leguminacea), serta fungsi ekonomi

sebagai penghasil kayu industri. Erwiyono dan Prawoto (2008), menyatakan

bahwa penaung tanaman Lamtoro (Leguminacea) paling baik dalam

meningkatkan N tanah, sedangkan penaung kayu–kayuan industri lebih baik

meningkatkan kadar mineral tanah seperti Ca, Mg, P dan Zn. Penerapan sistem

Agroforestri dengan pemilihan kombinasi jenis tanaman yang tepat tidak hanya

akan menghasilkan komoditas perkebunandan produksi pangan yang baik, tetapi

juga berdampak terhadap kesuburan dan keberlanjutan lahan. Salah satu indikator

keberlanjutan suatu lahan adalah tercapainya kondisi tanah yang sehat, yaitu tanah

produktif yang mampu menyangga pertumbuhan tanaman dan aktivitas organisme

tanah sesuai dengan jenis tanah dan kondisi iklim tertentu (Handayanto dan

Hairiah, 2009).

Hasil penelitian menunjukan bahwa masyaraakat mengembangkan jenis

tanaman pangan seperti Singkong dan Talas sebagai tanaman sela.Hal inididuga

(23)

toleransi talas terhadap naungan yang dilakukan Djukri (2003) menghasilkan

beberapa jenis talas yang toleran terhadap naungan dan dapat dibudidayakan pada

daerah dengan intensitas cahaya rendah.Lewerissa (2013), menyatakan dalam

hasil penelitiannya di Halmahera Utara bahwa Masyarakat telah menerapkan

sistem Agroforestri dengan hasil pangan berupa Singkong, Pisang, Ubi Jalar, dan

Batatas.Pemilihan jenis tanaman sela sebaiknya menyesuaikan kondisi

perkebunan Kopi.Tanaman Kopi yang masih berumur muda memiliki tajuk yang

tidak begitu lebat, sehingga ruang pada lahan dapat dimanfaatkan semaksimal

mungkin untuk budidaya tanaman pangan, namun bila tanaman Kopi telah

berumur dewasa maka tajuk tanaman akan semakin lebat dan akan mengakibatkan

semakin berkurangnya ruang tumbuh dan intensitas cahaya bagi tanaman

dibawahnya.Cahaya merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Cahaya berperan penting dalam proses fisiologi tanaman,

terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi (Gardner etal., 1991 dalamPantilu

et al., 2012). Mengingat pentingnya cahaya bagi pertumbuhan tanaman, maka

pengelolaan Agroforestri perlu memperhatikan pengaturan jarak tanam maupun

jenis tanaman sela yang digunakan sehingga persaingan cahaya dapat

dioptimalkan. Menurut Suryantoet al. (2006), beberapa faktor penentu dinamika

ruang yang berpengaruh terhadap model sistem Agroforestri yaitu luas lahan,

(24)

V. PENUTUP 5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan sistem Agroforestri telah diterapkan masyarakat di Dusun Tambak

Watu dalam pengelolaan kebun Kopi di lahan tegalan dan pekarangan

sehubungan dengan peningkatan produksi pangan non beras.

2. Pada lahan tegalan dikembangkan tanaman pangan berupa Singkong, Talas,

dan Pisang dengan prosentase 23,61%, 45,83%, dan 2,78%, sedangkan pada

lahan pekarangan dengan jenis tanaman yang sama sebesar 20,73%, 40,24%,

dan 2,44%.

3. Saran

Dalam rangka peningkatan pangan non beras, maka perlu adanya usaha dari

berbagai pihak untuk meningkatkan penerapan sistem Agroforestri dalam

pengelolaan perkebunan Kopi dengan pengembangan tanaman Singkong, Talas,

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Sistem Agroforestry di Indonesia.

https://fandicka.wordpress.com/2011/03/31/sistem-agroforestri-di-indonesia-dan-biodiversitas. Diakases pada tanggal 7 Juli 2015.

Anonim. 2013. Apa Kabar Progam One Day No Rice Pemprov Jabar. http://bandung.bisnis.com/read/20131017/6/445859/apa-kabar-program-one-day-no-rice-pemprov-jabar. Diakses pada tanggal 30 Juli 2015.

Anonim.2014. One Day No Rice.

https://id.wikipedia.org/wiki/One_Day_No_Rice. Diakses pada tanggal 30 Juli 2015

Arifin, H.S.; C. Wulandari; Q. Pramukanto; R. L. Kaswanto. 2009. Analisis Lanscape Agroforestri. IPB Perss, Bogor.

Erwiyono, R.; A. A. Prawoto 2008.Kondisi Hara Tanah pada Budidaya Kopi dengan Tanaman Kayu Industri. Pelita Perkebunan Vol 24 (1) : 24-36.

Hairiah, K. dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. ICRAF South Asia Regional Office, Bogor.

Handayanto, E. dan K. Hairiah. 2009. Biologi Tanah. Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Pustaka Adipura, Yogyakarta.

Indawan, E. 2006.Dasar-dasar Agronomi. Sofa Perss, Malang.

Karba, M. 2010. Agroforestri di Indonesia. Teknik Agroforestri yang Baik. http://munawarkarba.blogspot.com/2010/12/agroforestry-di-indonesia.html.

Diakses pada tanggal 8 Juli 2015.

Lahjie, A. M. 2004. Teknik Agroforestri. Universitas Mulawarman, Samarinda.

Lewerissa, E. 2013.Inventarisasi Jenis Umbian di Bawah Tegakan Agroforestri sebagai Sumber Pangan. Jurnal Agroforestri VIII (4) : 277-285.

Mayrowani, H. dan Ashari. 2011. Pengembangan Agroforestri untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan.J. Penelitian Agro Ekonomi Vol 29 (2) : 63-98.

Muldan. 2014. 10 Makanan Pokok Pengganti Nasi. http://bkpd.jabarprov.go.id/10-makanan-pokok-pengganti-nasi/. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2015.

(26)

dan Anatomi Kecambah Kacang kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Intensitas Cahaya yang Berbeda. Jurnal Bioslogos Vol 2 (2) : 79-87.

Rahardjo, P. 2012. Panduan budidaya dan pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rahmawati, W.; Y. A. Kusumastuti; N. Aryanti. 2012. Karakterisasi Pati Talas sebagai Alternatif Sumber Pati Industri di Indonesia. J. Teknologi Kimia dan Industri Vol 1 (1) : 347-351.

Suryanto, P.; W. B. Aryono; M. S. Sabarnurdin. 2006. Model Bera dalam Sistem Agroforestri. Jurnal Manajemen Hutan Tropik Vol XII (2) : 15-26.

Walojo, E. B. 2011. Keanekaragaman Hayati untuk Pangan. Makalah Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional X. Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Jakarta, 8-10 November.

(27)
(28)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Biodata Ketua Kelompok

A. Identitas Diri

Nama Lengkap(dengangelar) Sami’un

JenisKelamin Laki – laki

ProgramStudi Agroteknologi

NIM 2012330042

TempatdanTanggalLahir Rembang, 18 November 1993

E-mail assamioune@gmail.com

Nomor Telepon/HP 089664811531

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA

Nama Institusi MIN Sale

Rembang

MTsN Sale MA Al-Azhar Sale Rembang

TahunMasuk-Lulus

2001-2006 2006-2009 2009-2012

Biodata Anggota Kelompok 1 A. Identitas Diri

Nama Lengkap(dengangelar) Didi Dion

JenisKelamin Laki – laki

ProgramStudi Agroteknologi

NIM 2013330010

TempatdanTanggalLahir Entibuh, 16September 1994

E-mail didi.dion48@yahoo.com

Nomor Telepon/HP 085332270474

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA

Nama Institusi SDN 10 Entibuh SMPN 1 Mukok SMKN 1 Mukok

TahunMasuk-Lulus

(29)

Biodata Anggota Kelompok 2 A. Identitas Diri

Nama Lengkap(dengangelar) Maria Fransiska Yuliana Jawa

JenisKelamin Perempuan

ProgramStudi Agroteknologi

NIM 2013330035

TempatdanTanggalLahir Wolotolo, 25 Februari 1992

E-mail yully.jawa120913@gmail.com

Nomor Telepon/HP 085230248715

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA

Nama Institusi SD Inpres Detusoko SMP Katolik

Marsudirini Detusoko

SMKN 1 Bukit Sawit Kalimantan Tengah

TahunMasuk-Lulus

Gambar

Tabel 1.Jenis tanaman yang ditanam di lahan tegalan.
Tabel 2.Jenis tanaman yang ditanam di lahan pekarangan
Gambar 2. Penerapan Agroforestri dengan memadukan Tanaman Kopi, Pisang, Singkong dan Sengon

Referensi

Dokumen terkait

Teknik penentuan sampel adalah dengan pemilihan secara acak dengan cara undian (Simple Random Sampling). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh antara kedisiplinan, komitmen organisasi, dan komunikasi terhadap kinerja pegawai

 Dibutuhkan bangunan dengan fungsi utama penayangan film, serta fungsi penunjangnya (berupa ruang komunal untuk screening film komunitas maupun kegiatan komunal lainnya

Dengan intensitas menonton, dapat dipahami sebagai suatu kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap individu dalam menanggapi isi pesan yang disampaikan dari

Menyatakan Pasal 6A Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw Di Provinsi

mg/dL) b) Gangguan kesehatan masyarakat khususnya pekerja dengan indikator kadar Pb dalam darah telah melebihi nilai ambang batas normal (40,87 mg/dL, Nilai ambang batas Normal

Para pengkritik juga menunjukkan bahwa UU itu dalam kenyataannya dipakai oleh kelompok Islam radikal untuk melegitimasi tindakan kekerasan yang mereka lakukan terhadap

Bangunan tradisional di Kampung Adat Keputihan masih relatif asli, walaupun sudah ada perubahan misalnya atap yang seharusnya menggunakan bahan dari dedaunan