• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Interpersonal pada Partisipan Indonesia dalam Persekutuan Doa Solafide T1 362009055 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Interpersonal pada Partisipan Indonesia dalam Persekutuan Doa Solafide T1 362009055 BAB I"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah bagian terpenting dalam hubungan sosial

dengan orang-orang di sekitarnya. Komunikasi menyentuh sebagian besar kehidupan dan

setiap orang pasti berkomunikasi. Sebanyak 70% waktu bangun kita gunakan untuk

berkomunikasi. Steward.I.Tubbs, Komunikasi merupakan proses yang universal sehingga

manusia tidak akan dapat terlepas dari komunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup

seseorang. Dengan komunikasi kita membentuk saling pengertian menumbuhkan

persahabatan, memelihara kasih-sayang, dan menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan

peradaban. Tetapi dengan komunikasi kita menyuburkan perpecahan, menghidupkan

permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat pemikiran (

Rakhmat, 1985). Begitu penting, begitu meluas, dan begitu akrab komunikasi dengan diri

kita sehingga kita semua merasa tidak perlu lagi mempelajari komunikasi.

Selain menjadi makhluk individu, manusia juga menjadi makhluk sosial. Makhluk sosial

ialah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri di dunia ini dan membutuhkan bantuan orang

lain untuk terus hidup, karena menjadi makhluk sosial manusia memiliki sifat suka

bekerjasama dan bersaing. Apabila dalam bekerjasama dan bersaing manusia berlaku terbuka

maka akan tercipta harmoni sosial. Akan tetapi jika manusia bersaing secara tidak tertutup

maka bisa terjadi konflik antar manusia. Sebagai makhluk sosial manusia merindukan

suasana damai tetapi juga tak pernah terhindar dari konflik. Desain manusia sebagai makhluk

sosial bukan fikiran manusia, tetapi juga berasal dari Tuhan Sang Pencipta. Proses interaksi

sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas

dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki

sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Yang terakhir adalah

makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi

melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Pengaruh agama

(2)

bahwa fungsi ini meliputi kontrol sosial, penyelesaian konflik, penguatan kelompok

solidaritas, penjelasan dari sesuatu yang sukar dijelaskan, dan dukungan emosional.

Interaksi manusia itu ditandai dengan adanya komunikasi yang terjalin di dalamnya,

komunikasi tersebut biasanya terjadi antar individu yang menjalin sebuah hubungan sosial,

komunikasi tersebut terbentuk dengan adanya sebuah kebutuhan, karena pada dasarnya

manusia tidak dapat hidup sendiri.

Namun sekarang komunikasi memiliki berbagai macam konteks seperti wawancara

komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik, komunikasi organisasional, komunikasi

massa, dan komunikasi antar budaya”. Dengan frekuensi komunikasi yang begitu besar, tidak

jarang terjadi konflik, konflik ini disebabkan banyak faktor, salahsatunya adalah perbedaan kebudayaan. Berbeda negara, berbeda pula budayanya, “Setiap budaya mempunyai caranya yang khas dalam memandang dunia, dalam memahami, menafsirkan dan nilai dunia”

(Mulyana dan Rakhmat, 2003, Hal. 242). Dalam fenomena komunikasi lintas budaya kendala

yang terjadi berdampak pada kesalahan persepsi, perbedaan pemaknaan akan sesuatu baik

dalam tujuannya berinteraksi di kehidupan sehari-hari.

Komunikasi lintas budaya banyak dialami masyarakat Indonesia, karena Indonesia adalah

negara majemuk memiliki kebudayaan yang beragam, dari keberagaman ini seringkali terjadi

konflik antar kebudayaan yang berbeda. Sebagai contoh antara orang Dayak dan Madura,

sampai sekarang konflik tersebut masih terjadi. Konflik seperti ini dapat dikurangi dengan

saling memahami kebudayaan satu sama lain. Dengan memahami komunikasi lintas budaya,

masyarakat Indonesia seharusnya mampu bertahan di tengah perbedaan ini. Dengan

mengetahui hambatan apa saja yang menjadi kendala, kita dapat saling meredam konflik

tersebut. Komunikasi lintas budaya tidak hanya terjadi antar sesama orang Indonesia, tetapi

juga antara orang Indonesia dengan orang asing, yaitu orang yang bukan berasal dari

Indonesia. Misalnya antara orang Indonesia dengan orang Korea dalam satu kelompok kecil,

keduanya pasti memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dengan memahami

hambatan diantar mereka, konflik akan dapat diminimalkan.

Solafide adalah sebuah kelompok Persekutuan Doa untuk orang Kristen yang

berdomisili di Salatiga, Jawa Tengah. Persekutuan ini beranggotakan orang-orang yang

berasal dari negara yang berbeda-beda, tentu saja mereka memiliki ras, tingkah laku, pola

(3)

yang terdiri dari orang-orang Amerika, Jerman, Korea, Australia, Indonesia menjadikan

persekutuan ini memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Dan semua anggota

Solafide ini berasal dari berbagai aliran gereja yang berbeda dan jumlahnya 15-20 orang.

Tidak ada kepengurusan resmi dalam kelompok ini dan hanya koordinasi secara spontan.

Dengan latar belakang kebudayaan pasti akan terjadi hambatan dalam berkomunikasi satu

sama lain. Persekutuan Solafide ini berdiri sejak tahun 1998, dan berawal dari orang asing

yang bekerja di Mountainview Internasional School yang ingin membentuk persekutuan.

Setelah beberapa tahun berjalan, persekutuan in diikuti orang-orang Indonesia juga.

Dari wawancara dengan beberapa anggota persekutuan ini mengatakan bahwa Solafide

adalah persekutuan Indie1 dan diikuti oleh orang-orang Indonesia dan orang-orang asing yang paling lama terbentuk di Salatiga. Ada beberapa persekutuan yang memiliki

karakteristik hampir sama, namun persekutuan tersebut di bawah naungan GJKI Salatiga yang tentunya tidak indie. Kemudian Gereja Father’s House yang juga diikuti oleh orang Indonesia dan orang asing namun, keberadaannya tidak lebih lama dari Persekutuan

Solafide. Di daerah Juwana Jawa Tengah juga terdapat Persekutuan Indie yang bernama

Giovanni, namun memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan Solafide, yaitu

anggotanya terdiri dari orang-orang Indonesia saja.

Setelah mengikuti beberapa kali persekutuan ini dan mewawancarai beberapa anggota

Persekutuan Solafide ini, penulis menemukan beberapa masalah di dalamnya. Contohnya

ketika orang Amerika tidak setuju dengan salahsatu pendapat orang Indonesia tentang

khotbah yang disampaikan, dia mengungkapkan dengan sangat langsung dan terkesan

mempermalukan orang Indonesia khususnya di kebudayaan Jawa, namun hal ini biasa bagi

orang Amerika. “Saya tidak setuju dengan pendapat kamu, yang benar adalah seperti yang

ada di ayat ini.” Kata Mas Seth (orang Amerika). (Wawancara dengan Seth Johnston,

12/02/2013) Hal ini terjadi karena orang Amerika tersebut belum lama tinggal di Indonesia,

sehingga belum bisa memahami kebudayaan di masyarakat Indonesia. Komunikasi sendiri

berhubungan erat dengan kebudayaan karena komunikasi mengekspresikan, menyokong,

dan mengubah budaya. Budaya membentuk seseorang bagaimana cara berkomunikasi,

mengajarkan kapan saat yang tepat untuk menyela, seberapa kontak mata yang dianggap

1

(4)

ramah, dan apakah argumen dan konflik diperkenankan dalam kelompok dan hubungan

pribadi (Wood, 1997).

Kemudian yang menjadi masalah adalah, anggota Persekutuan Solafide ini selalu

berganti-ganti, maksudnya banyak orang asing yang datang hanya untuk beberapa bulan dan

kemudian pergi, dan datang lagi orang baru. Hal ini pasti sangat menyulitkan bagi orang

Indonesia dalam hal memahami kebudayaan orang-orang asing tersebut karena orang baru

yang datang itu harus menyesuaikan lagi, namun kelompok Persekutuan Doa ini masih

bertahan hingga sekarang. Hal ini penting untuk diteliti supaya dapat diketahui bagaimana

komunikasi interpersonal yang dilakukan anggotanya dalam Persekutuan Doa Solafide,

sehingga hal itu dapat dipertahankan/dilakukan pada anggota-anggota baru Solafide yang

belum bisa langsung menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang baru. Dari keistimewaan

inilah yang mendasari penulis untuk menjadikan Persekutuan Doa Solafide sebagai objek

penelitian.2

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, yang menjadi rumusan masalah adalah :

Bagaimanakah pola komunikasi interpersonal oleh partisipan asal Indonesia di kelompok

Persekutuan Doa Solafide?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola komunikasi interpersonal oleh partisipan

asal Indonesia di kelompok Persekutuan Doa Solafide.

1.4Manfaat Penelitian

Dengan rencana penelitian ini, maka manfaat yang diperoleh:

a. Manfaat Akademis

Menambah wawasan pembaca mengenai pola komunikasi interpersonal, khususnya

dalam hal pola komunikasi kelompok.

2

(5)

Selain itu dapat dijadikan wacana bagi mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan

penelitian mengenai pola komunikasi.

b. Manfaat Praktis

Dapat berguna bagi para anggota Persekutuan Doa Solafide untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi pola komunikasi interpersonal di kelompok/organisasi.

1.5Batasan Penelitian

Di bawah ini akan diuraikan tentang makna dari masing-masing konsep penelitian, yaitu:

a. Pola Komunikasi Interpersonal: Aliran informasi berkembang dari kontak antar pesona

yang teratur dan cara-cara rutin pengiriman dan penerimaan pesan. Katz da Kahn (1966)

menunjukan bahwa pola atau keadaan urusan yang teratur mensyaratkan bahwa

komunikasi diantara para anggota sistem tersebut di batasi.

b. Partisipan: Orang yang berasal dari Indonesia yang terdaftar sebagai partisipan kelompok

Persekutuan Doa Solafide sampai dengan tahun 2013.

c. Kelompok Persekutuan Doa Solafide adalah sebuah kelompok persekutuan doa yang

terbentuk pada tahun 1998 dengan anggota yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa

UKSW jurusan Bahasa dan Sastra. Tujuannya adalah untuk dapat saling belajar

berkomunikasi dalam bahasa Inggris sehingga di dalam persekutuan ini menggunakan

bahasa Inggris. Kemudian setelah beberapa tahun berjalan, masuk anggota baru yang

berkewarganegaraan asing. Dari beberapa orang asing tersebut semakin bertambah dan

semakin banyak hingga hampir setengahnya adalah orang asing yang berasal dari

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara self efficacy dengan kecemasan menghadapi massa dengan koefisien

Kepengawasan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru. Penelitian ini bertujuan

[r]

Dari 44 (empat puluh empat) perusahaan yang mendaftar dan mengambil dokumen, ternyata 5 (lima) Perusahaan memasukkan dokumen penawaran.. Demikian Berita Acara ini

[r]

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Humbang Hasundutan akan mengadakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi yang bersumber dari Dana DAK Luncuran 2011

[r]

Demikian untuk diketahu:, atas perhatiannya disampaikan terima kasih. : KEMITRAAN ASURANSI KESEHATAN