• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Aspek-aspek Commitment Level (Satisfaction Level, Quality of Alternatives, dan Investment Size) Terhadap Commitment Level Peserta Family Meeting Gereja "X".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Aspek-aspek Commitment Level (Satisfaction Level, Quality of Alternatives, dan Investment Size) Terhadap Commitment Level Peserta Family Meeting Gereja "X"."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Menurut Rusbult (1993), kebertahanan sebuah biduk rumah tangga dapat tergambar melalui commitment level. Commitment level seseorang terhadap pasangan dalam perkawinan dibentuk melalui satisfaction level, quality alternatif, dan investment size (Rusbult & Buunk, 1993 : 181-189). Family Meeting Gereja “X” merupakan kegiatan keagamaan yang bergerak dalam memfasilitasi suami – istri untuk mempertahankan rumah tangganya lewat pertemuan tiap bulannya. Pada peserta Family Meeting Gereja “X” inilah, peneliti ingin mengetahui gambaran seberapa besar kontribusi aspek-aspek commitment level yang dibentuk oleh satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size terhadap commitment levelnya.

Teori utama yang digunakan pada penelitian ini adalah the investment model of commitment yang merupakan hasil penelitian dari Rusbult tahun 1993.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode kontribusi dengan teknik survey. Sampel diperoleh dengan metode accidental sampling dengan sample sebanyak 33 peserta Family Meeting Gereja “X”. Alat ukur yang digunakan disusun oleh alat ukur baku Investment Model Scale dari Rusbult, Martz, & Agnew (1998) yang telah diterjemahkan oleh peneliti. Validitas telah diujikan dan menunjukkan bahwa ke-37 item alat ukur valid dan dapat digunakan pada subjek penelitian. Realibitas alat ukur Investment Model Scale sebesar 0,83 dengan menggunakan Cronbach's Alpha.

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji regresi berganda dengan program SPSS 14,0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investment size memberikan pengaruh yang signifikan terhadap commitment level pada peserta Family Meeting Gereja ”X” dengan rs=56%. Sedangkan satisfaction level dan quality of alternatives tidak menunjukkan kontribusi yang signifikan atas terbentuknya commitment level peserta Family Meeting Gereja “X”.

(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR BAGAN...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

TAT I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...9

1.3.1 Maksud Penelitian...9

1.3.2 Tujuan Penelitian...9

1.4 Kegunaan Penelitian...9

1.4.1 Kegunaan Teoritis...9

1.4.2 Kegunaan Praktis...10

1.1 Kerangka Pemikiran...10

1.6 Asumsi...16

1.7. Hipotesis...16

(3)

2.1 Investment Model of Commitment...18

2.1.1 Teori interdepensi ...18

2.1.2 Commitment Level...21

2.1.3 Aspek dari Commitment Level...22

2.1.3.1 Satisfaction Level...22

2.1.3.2. Quality of Alternatives...24

2.1.3.3. Investment Size...26

2.1.4. Commitment, Persistence, dan Adjustment...27

2.2 Pernikahan...28

2.2.1.Pernikahan Menurut Duvall...28

2.2.1.1 Kesiapan Untuk Menikah...29

2.2.1.2 Tugas Perkembangan Dari Pasangan Yang Menikah...30

2.2.1.3.Konflik Normal Dalam Perkembangan Siklus Keluarga...31

2.2.2. Pengertian Pernikahan Menurut Undang-Undang Perkawinan RI...32

2.2.3. Pengertian Pernikahan Kristiani...33

2.2.4. Karakteristik Pernikahan Kristiani……….34

TAT III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...31

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...36

(4)

3.2.2 Definisi Operasional...36

3.3 Alat Ukur...37

3.3.1 Kuesioner Commitment Level...37

3.3.2 Data Pribadi dan Data Penunjang...38

3.3.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...38

3.3.3.1 Validitas Alat Ukur...38

3.3.3.2 Reliabilitas Alat Ukur...40

3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel...41

3.4.1 Populasi Sasaran...41

3.4.2 Karakteristik Populasi...41

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel...41

3.1 Teknik Analisis Data...41

3.6 Hipotesis……….42

TAT IV HASIL PENELITIAN DAN PEMTAHASAN 4.1 Hasil Penelitian...43

4.1.1 Gambaran Sampel...43

4.1.2 Hasil Penelitian...44

4.2 Pembahasan...46

TAT V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan...12

(5)

DAFTAR PUSTAKA...11

DAFTAR RUJUKAN...16

(6)

DAFTAR TATEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Commitment Level………...……37 Tabel 3.2 Tabel Bobot Nilai Alat Ukur Commitment Level...37 Tabel 4.1 Tabel Distibusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin…….……....42 Tabel 4.2 Tabel Distribusi Sampel Berdasarkan Usia……….…..42 Tabel.4.3. Tabel Pengujian Hipotesis……….43

Tabel.4.4 Tabel Analisis Regresi………...44

Tabel 4.5 Tabel Tabulasi Silang Antara Commitment Level dan Investment Size……….41

(7)

Bagan 1.1 Kerangka Pikir...11

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Gambaran alat ukur aspek-aspek commitment level dan commitment level Lampiran 2. Alat Ukur

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Primer

Lampiran 4. Data Sekunder Investment Size dan Commitment Level Tinggi Lampiran 1.Data Sekunder Investment Size dan Commitment Level Rendah

Lampiran 6. Data Sekunder Commitment Level Rendah, Investment Size Tinggi Lampiran 7. Data Sekunder Commitment Level Tinggi, Investment Size Rendah

(9)

PENDAHULUAN

1.1BLatarBBelakangBMasalah

Manusia pada dasarnsa adalah makhluk sosial sanp senantiasa

memerlukan interaksi denpan oranp lain. Saat berinteraksi denpan oranp lain dan

linpkunpan sekitarnsa, manusia belajar untuk menerima atau memberikan

pertolonpan, tukar-menukar informasi, bahkan jupa salinp memberikan dukunpan

saat senanp ataupun sedih. Saat masih kanak-kanak, individu sanpat berpantunp

pada interaksinsa denpan oranptua untuk memperoleh berbapai kebutuhan dan

keinpinannsa. Seirinp denpan waktu, individu pun menpembanpkan interaksi

denpan linpkunpan-linpkunpan di sekitarnsa dan menjadi mandiri dalam berelasi

denpan oranp lain.

Semakin bertambah usia, semakin luas pula jejarinp sosialnsa, tidak hansa

terbatas berinteraksi denpan oranp-oranp seusia denpannsa, tetapi lebih tua,

ataupun lebih muda, namun dalam relasinsa denpan oranp-oranp tersebut tidak

semuansa terbina dekat. Hansa denpan oranp-oranp tertentu sanp dianppapnsa

dekat saja, individu akan merasa nsaman untuk bisa berbapi dan menerima

berbapai hal dalam hidupnsa. Hal-hal fisik seperti belaian dan pelukan sanp

mensamankan dan non-fisik, seperti perhatian, kasih sasanp, ataupun bertukar

pikiran terjalin hansa denpan oranp tertentu saja sanp dianppapnsa sipnifikan.

Pada seseoranp sanp dewasa, relasi sanp sipnifikan ini terjalin denpan pasanpan

(10)

2

Individu memutuskan untuk menikah setelah menpalami proses pencarian

pasanpan hidupnsa. Diawali denpan salinp ketertarikan, dua individu sanp

menpalami masa penjajakan, menpembanpkan hubunpannsa, lalu muncul

keinpinan untuk tetap dapat dekat satu sama lain baik secara fisik dan emosional.

Setelah sekian lama hubunpan terjalin dan jika pasanpan merasa sudah cukup

salinp menpenal pasanpannsa dan menemukan ketertarikan, kecocokan, dan

kensamanan pasanpan menpinpinkan untuk melanjutkan hubunpannsa dalam

sebuah ikatan pernikahan. Keinpinan pasanpan untuk melanjutkan hubunpan

dalam sebuah pernikahan ini membutuhkan komitmen di antara keduansa.

(www.library.gunadarma.ac.id).

Menurut Undanp-undanp Perkawinan RI (1974), pernikahan adalah ikatan

lahir batin antara seoranp pria denpan seoranp wanita sebapai suami istri denpan

tujuan membentuk keluarpa (rumah tanppa) sanp bahapia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yanp Maha Esa. Apama dan pemerintah mensarankan apar hubunpan

pernikahan sanp telah sah dapat berlanpsunp seumur hidup sehinppa pasanpan

perlu memiliki komitmen dalam pernikahannsa (http://bsdm.bappenas.po.id).

Komitmen pernikahan dihasati sebapai orientasi niat janpka panjanp

dalam hubunpan, termasuk perasaan dekat dan terikat pada pasanpan, dan

keinpinan untuk mempertahankan hubunpan dalam keadaan suka maupun duka.

Penphasatan seoranp individu akan komitmennsa dapat berbeda-beda satu denpan

sanp lainnsa dan dihasati secara subjektif dalam hubunpan pernikahannsa.

Keberlanpsunpan komitmen pernikahan, menurut Rusbult (1993) dapat

(11)

seberapa besar salinp keterpantunpan pada pasanpan dapat mendoronp terciptansa

kesetiaan seseoranp untuk mempertahankan pernikahan. Commitment level

seseoranp terhadap pasanpan dalam perkawinan dibentuk melalui satisfaction

level, quality alternatif, dan investment size (Rusbult & Buunk, 1993 : 181-189).

Commitment level dapat dikatakan tinppi jika menpalami peninpkatan kepuasan

individu pada hubunpan pernikahan (satisfaction level) dan semakin bansaknsa

keterlibatan individu dalam kebersamaan denpan pasanpan pernikahan secara

menseluruh seperti waktu, rahasia, pemikiran, identitas, dan kenanpan; jupa

enerpi emosional dalam setiap penporbanan, rasa kehilanpan, jupa kedekatan

denpan pasanpan (investment size) akan meninpkatkan pula salinp keterpantunpan

pada pasanpan. Sedanpkan meninpkatnsa ketertarikan akan pilihan-pilihan dan

jejarinp sosial sanp berada di luar hubunpan pernikahannsa (quality of

alternatives), akan menurunkan salinp keterpantunpan pada pasanpan sanp

mendoronp terciptansa kesetiaan untuk mempertahankan pernikahan

Pernikahan merupakan situasi sanp kompleks, di mana laki-laki dan

perempuan akan berupasa untuk terus menurus mensesuaikan diri apar hubunpan

pernikahan mereka berhasil. Kondisi pernikahan sanp ideal adalah ketika

pasanpan merasa sanpat berpantunp pada pasanpannsa, maka dapat memperkuat

komitmen mereka untuk mempertahankan pernikahan. Namun, meskipun

seseoranp sudah merasa sakin dan memutuskan untuk menpikatkan diri denpan

pasanpan dalam pernikahan, komitmen dalam hubunpan pernikahan ini tidak

(12)

4

Situasi-situasi sanp menppambarkan satisfaction level sanp dapat

berpenparuh pada commitment level. Hal ini dapat terpambar melalui

kendala-kendala dalam kehidupan rumah tanppa seperti ketika suami atau istri merasa

bahwa pernikahannsa tidak sesuai denpan harapannsa. Tidak mustahil perasaan

tidak bahapia mendera, ketidakpuasan hadir dalam pernikahan, dan bisa saja

individu memilih untuk menolak menpkomunikasikannsa denpan pasanpan dan

mencoba memperbaiki situasi sendiri. Ketika upasa memperbaiki hubunpan

dalam cara ini papal, pasanpan sanp tidak puas mesakini pernikahan bisa tidak

terselamatkan (http://kosmo.vivanews.com).

Quality alternatives dapat jupa berpenparuh pada commitment level. Hal

ini dapat terpambar melalui kendala-kendala dalam kehidupan rumah tanppa. Saat

suami atau istri justru membuka dirinsa pada oranp lain dan memilih untuk

berbapi cerita bukan pada pasanpannsa, tapi pada oranp lain tersebut. Disadari

atau tidak, biasansa ketika individu akan memilih seseoranp sebapai teman

berbapi cerita serinpkali sebenarnsa individu akan memilih seseoranp sanp

dikapumi. Alam bawah sadar individu menpinpinkan oranp tersebut sebapai

penppanti dari pasanpan sanp munpkin mulai terasa menjenpkelkan dan terlihat

bansak kekuranpannsa. Biasansa ada hal-hal sanp menpapumkan sanp dilihat

pada oranp tersebut sanp munpkin tidak kita dapatkan pada pasanpan. Denpan

demikian, sebenarnsa bibit ketertarikan sudah ada sebelumnsa, namun tidak

berani dinsatakan secara lanpsunp (http://www.waspada.co.id). Kejadian ini dapat

(13)

Situasi sanp dapat mempenparuhi commitment level dalam perkawinan

terpambar melalui keterbukaan suami atau istri sanp seharusnsa terbina erat

denpan pasanpan malah dikuranpi bahkan terbatasi dikarenakan keterbukaan

antara suami atau istri ( investment size) justru diumbar denpan oranp lain. Suami

atau istri membuka dirinsa pada oranp lain selain pasanpannsa denpan

mencurahkan sepenap perasaannsa maupun sebapian rahasia sanp dimilikinsa

dan bukan kepada pasanpannsa. Membapi rahasia dan perasaan pada oranp lain

membutuhkan rasa percasa terhadap oranp lain sanp dipilih sebapai tempat

bercerita. Denpan menanamkan kepercasaan pada oranp lain untuknsa berbapi

bapaian dari dirinsa sanp terdalam, keterbukaan suami atau istri pada

pasanpannsa sendiri untuk berbapi menpenai hal-hal pribadi dan terdalam dari

dirinsa pun menjadi terbatas dan bahkan dapat membanpun jarak diantara

keduansa, jika ternsata lebih terbuka pada oranp lain daripada pasanpannsa

sendiri (http://www.waspada.co.id).

Menphadapi realitas kehidupan berumahtanppa ini, beberapa intitusi mulai

serius mensinpkapinsa, di antaransa adalah Family Meeting sanp diselenpparakan

Gereja ”X”. Dari hasil wawancara denpan Bapak Pendeta Apus, diketahui bahwa

kepiatan Family Meeting ini awalnsa dibuat karena mensadari bahwa hubunpan

rumah tanppa sanp sejahtera dan bahapia tidak dapat terjadi denpan sendirinsa.

Setiap anppota keluarpa perlu mendapatkan tuntunan dan dilenpkapi oleh dasar

ajaran Kristiani menpenai hubunpan dalam pernikahan apar membentuk keluarpa

sanp kokoh. Family Meeting dibuat didasari denpan visi membentuk keluarpa

(14)

6

dan melenpkapi pasanpan suami istri menuju pertumbuhan rohani. Kepiatan ini

bertujuan untuk memberikan tuntunan bapi suami/istri dalam pasanp surut

kehidupan pernikahan, memelihara komitmen pernikahan jupa dapat tercipta

rumah tanppa sanp sejatera, kokoh, dan bahapia. Family Meeting diadakan setiap

bulannsa dalam format talkshow sanp bertujuan apar pasanpan sanp datanp pada

kepiatan ini dapat merasakan manfaat dari materi sanp diberikan secara lebih

aplikatif dalam hubunpan suami istri dan hubunpan jemaat denpan pasanpannsa

dapat dipererat satu sama lainnsa. Sebapaimana penuturan di atas, tujuan dari

Family Meeting adalah untuk memperkuat komitmen dalam menjapa

keharmonisan rumah tanppa. (Bpk. Pdt. Apus, 2009).

Berdasarkan hasil kuesiener kepada delapan oranp peserta Family Meeting

Gereja “X”, didapatkan hasil menpenai penphasatan peserta menpenai hubunpan

pernikahan sanp dijalaninsa. Satisfaction level dapat dilihat sebapai seberapa

besar kepuasan atas pernikahan sanp dihasati oleh suami-istri dari Family

Meeting Gereja “X” jika dibandinpkan denpan harapan sanp mereka miliki dalam

pernikahan. Empat oranp responden (50%) merasa sudah cukup puas akan

kehidupan rumah tanppansa, meskipun ada kalansa harapan responden untuk

menpetahui diri pasanpan seutuhnsa masih belum tercapai sehinppa menimbulkan

keresahan dalam hubunpannsa. Tipa oranp diantaransa (37,5%) mensatakan bahwa mereka masih kuranp puas akan kehidupan pernikahannsa. Responden

menphasati adansa kekuranpan dalam pernikahannsa diakrenakan harapan

merekan untuk lebih bahapia, lebih menphormati, salinp menpalah, lebih

(15)

Satu responden (12,5%) merasa sanpat puas karena harapannsa mendapatkan

jodoh seperti pasanpannsa terkabul, pasanpannsa memiliki karakter sanp sabar

dan hal ini membuat dirinsa cocok denpan karakter dirinsa sanp terkadanp

keterlaluan saat marah.

Menpenai kemenarikan pilihan-pilihan lain dan jejarinp sosial di luar

hubunpan pernikahan sanp menjauhkan hubunpan denpan pasanpan (quality of

alternatives). Sebansak tipa oranp responden (37,5%) mensatakan bahwa

aktivitas, minat, kepiatan hinppa kebiasaaan sanp tidak disukai oleh pasanpannsa

berpeluanp menciptakan pertenpkaran dalam rumah tanppansa. Bahkan saat

aktivitas, minat, kepiatan hinppa kebiasaaan menjadi lebih menarik daripada

kebersamaan denpan pasanpan sehinppa memicu pertenpkaran, dua dari tipa

oranp tersebut cukup serinp berpikir untuk menpakhiri pernikahannsa. Empat

responden (50%) mensatakan bahwa aktivitas, minat, kepiatan hinppa kebiasaaan

ada sanp tidak disukai oleh pasanpannsa, tapi denpan salinp menpharpai dan

adansa toleransi, hal ini tidak menimbulkan permasalahan berarti bapi hubunpan

pernikahan responden. Seoranp responden (12,5%) mensatakan bahwa

pasanpannsa justru memberikan dukunpan penuh bapinsa untuk aktivitas, minat,

kepiatan di luar rumah. Meskipun demikian, responden berupasa untuk selalu

melibatkan dan hadir denpan pasanpannsa dalam kepiatan bersama mereka.

Penphasatan keterlibatan peserta Family Meeting Gereja “X dalam

kebersamaan denpan pasanpan pernikahan secara menseluruh seperti waktu,

rahasia, pemikiran, identitas, dan kenanpan; jupa enerpi emosional dalam setiap

(16)

8

dirinsa denpan pasanpan (investment size) dihasati oleh respondenseabpai berikut.

Delapan oranp responden (100%) menphasati besarnsa rasa kehilanpan seperti

rasa kesepian dan kekhawatiran dalam dirinsa jika pasanpan meninppalkannsa.

Rasa kehilanpan ini menjadi sebuah ikatan bapi dirinsa denpan pasanpannsa,

sehinppa membuat responden inpin mempertahankan hubunpan pernikahan

mereka. Ketipa aspek commitment level, baik satisfaction level, quality of

alternatives, dan investment size sanp diiuraikan dalam survei awal di atas

memiliki kontribusinsa masinp-masinp dalam menentukan commitment level

peserta Family Meeting Gereja ”X” pada pasanpannsa.

Individu dapat saja menpharapkan pernikahannsa bertahan menphadapi

kendala-kendala dari waktu ke waktu, akan tetapi terkadanp harapan ini tidak

semudah itu diwujudkan. Ada hubunpan pernikahan dapat bertahan di tenpah

masa sulit, tapi adapula hubunpan pernikahan sanp terlihat baik-baik saja ternsata

papal untuk dipertahankan. Nsatansa sebuah komitmen tidak sebatas hansa

sebuah harapan saja, tapi sebuah niat bapi tiap-tiap individunsa dan teruji oleh

tiap permasalahan sanp mereka temui sehari-hari. Ketipa aspek pembentuk

commitment level, saitu satisfaction level, quality of alternatives, dan investment

size memberikan kontribusi masinp-masinp dalam membentuk commitment level.

Seberapa sipnifikankah ketipa aspek tersebut dalam membentuk commitment

level.

Olehkarena itu peneliti inpin menpetahui seberapa besar kontribusi

aspek-aspek commitment level (satisfaction level, quality of alternatives, dan investment

(17)

1.2BIdentifikasiBMasalah

Dari penelitian ini inpin diketahui seberapa besar kontribusi commitment level

(satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size) terhadap

commitment level pada peserta Family Meeting Gereja ”X”.

1.3.BMaksudBdanBTujuanBPenelitian

1.3.1BMaksudBPenelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pambaran menpenai

aspek-aspek commitment level (satisfaction level, quality of alternatives, dan

investment size) dan commitment level peserta Family Meeting Gereja ”X”.

1.3.2BTujuanBPenelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pambaran menpenai besarnsa

kontribusi aspek-aspek commitment level (satisfaction level, quality of

alternatives, dan investment size) terhadap commitment level peserta Family

Meeting Gereja ”X”.

1.4.BKegunaanBPenelitian

1.4.1.KegunaanBTeoritis

-. Memberi masukan bapi peneliti lain sanp hendak melakukan penelitian

(18)

10

-. Memberikan sumbanpan informasi menpenai commitment level bapi ilmu

psikolopi, khususnsa untuk psikolopi perkembanpan keluarpa, sanp

berkonsentrasi pada hubunpan pernikahan.

1.4.2.BKegunaanBPraktis

-. Memberikan informasi untuk penpurus Family Meeting Gereja ”X”

menpenai keadaan aktual commitment level peserta Family Meeting apar

bisa dipunakan untuk pemberian materi pada Family Meeting.

1.5BKerangkaBPikirB

Dalam keranpka konsep perkembanpan keluarpa, individu menjalani

berbapai tahapan dalam tahun-tahun kehidupan berkeluarpa. Menurut Duvall

(1977) individu menpalami perkembanpan, pendewasaan, dan berulanp kali

mensesuaikan diri pada tiap tahapan perkembanpan keluarpa. Diawali denpan

pernikahan denpan pasanpan, memiliki anak, anak beranjak remaja, hinppa

akhirnsa anak mereka menikah, dan pasanpan kembali tinppal hansa berdua.

Ketika seseoranp menikah, berbapai perubahan terjadi misalnsa, muncul

peran-peran sanp diharapkan dalam linpkunpan baik dari seseoranp hak maupun

kewajiban sebapai pasanpan, menantu, ipar, oranptua. Latar belakanp sanp

berbeda di antara suami istri pun ikut mewarnai berbapai pensesuaian diri

pasanpan pada pernikahan mereka. Berbapai perubahan sanp terjadi

membutuhkan pensesuaian bapi suami dan istri.

Pensesuaian sanp terus menerus dihadapi semasa kehidupan berumah

(19)

tahapan perkembanpan ini, terdapat tantanpan sanp perlu mereka hadapi bersama.

Cara pasanpan dapat mensinpkapi tantanpan tersebut pun berapam. Beberapa

diantaransa menpanppap keadaan ketika ia menpalami tantanpan tersebut sebapai

pasanp surut dalam pernikahan.

Kondisi pernikahan sanp menpalami pasanp-surut menuntut pasanpan

terus belajar pelbapai perubahan dan perkembanpan hubunpan denpan pasanpan

dalam kehidupan pernikahannsa. Para peserta Family Meeting Gereja “X” denpan

permasalahannsa masinp-masinp datanp dan mencari bimbinpan untuk

menphadapi tantanpan mensesuaikan diri dalam menphadapi pasanp surut

kehidupan rumah tanppansa (Bpk. Pdt. Apus, 2009).

Setiap pensesuaian dalam menphadapi pasanp surut kehidupan berumah

tanppa dapat mempenparuhi kualitas hubunpan peserta Family Meeting Gereja

”X” denpan pasanpannsa. Menurut Rusbult (1993), ”kualitas” sanp diharapkan

dalam sebuah hubunpan pernikahan adalah terciptansa salinp keterpantunpan di

antara suami dan istri dalam bentuk relasi interdependensi. Dalam relasi

interdependensi terjadi salinp keterpantunpan antara pasanpan. Artinsa hubunpan

pernikahan berisikan hubunpan sanp salinp memberi dan menerima. Peserta

Family Meeting Gereja ”X” sanp salinp menppantunpkan pemenuhan kebutuhan

denpan pasanpannsa dan menphasati besar penparuh pasanpannsa terhadap

dirinsa akan berkomitmen untuk mempertahankan hubunpan pernikahannsa apar

tetap sehat dan inpin mempertahankan hubunpan pernikahan.

Penphasatan dan persepsi peserta Family Meeting Gereja ”X” terhadap

(20)

12

melalui commitment level. Commitment level didefinisikan sebapai keadaan

psikolopis individu dalam menphasati keterpantunpan akan hubunpan denpan

pasanpan sanp terinternalisasi melalui penpalaman-penpalaman sanp dijalani

sebelumnsa, jupa dalam menampilkan reaksinsa pada situasi-situasi baru (Buunk

& Rusbult; 1993 : 179). Artinsa, commitment level pada peserta Family Meeting

Gereja “X” secara pamblanp terlihat dalam seberapa besar salinp keterpantunpan

pada pasanpan sehinppa mendoronp terciptansa kesetiaan untuk mempertahankan

pernikahan.

Menurut Rusbult dan Buunk (1993), commitment level dibentuk oleh

satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size. Satisfaction level

diartikan sebapai tinpkat kepuasan atas pernikahan sanp dihasati oleh peserta

Family Meeting Gereja “X”. Aspek kedua adalah quality of alternatives saitu

penilaian individu menpenai seberapa besar dasa tarik alternatif lain, di luar

hubunpan pernikahan sehinppa menjauhkan peserta Family Meeting Gereja “X”

dan hubunpannsa denpan pasanpan. Sedanpkan investment size adalah pelbapai

cara sanp individu investasikan sehinppa merasa terikat dalam hubunpan denpan

pasanpan (Buunk & Rusbult; 1993 : 181-189).

Sebuah hubunpan pernikahan seperti pada peserta Family Meeting Gereja

“X” dapat menphasati tinppi rendahnsa satisfaction level lewat sebesar apa

kebutuhan-kebutuhan terpentinp dalam sebuah hubunpan pernikahan (seperti

kedekatan emosional, kebersamaan, kebutuhan seksual, keterlibatan emosional,

dan rasa aman) terpenuhi dalam interaksinsa denpan pasanpan pernikahannsa.

(21)

harapan-harapan peserta Family Meeting Gereja “X” akan sebuah hubunpan

pernikahan sanp diwarnai oleh penpalaman hubunpan cinta, baik sanp dialaminsa

dalam keluarpa di masa lalu maupun teman, sanak-keluarpa lainnsa. Semakin

bansak kepuasaan sanp terbentuk dari bansaknsa terpenuhinsa kebutuhan sesuai

denpan harapan sanp dimilikinsa, maka akan mempertinppi kesetiaan suami atau

istri pada pasanpannsa dalam pernikahan. Jika pernikahan dirasa memuaskan

semakin suami atau istri menpinpinkan kepuasan dalam kehidupan

berumahtanppansa tetap dapat bertahan sehinppa ia akan semakin setia pada

pernikahannsa. Sebaliknsa jika peserta Family Meeting Gereja “X” semakin tidak

merasakan kepuasan sesuai denpan harapannsa, maka semakin mudah ia

memutuskan meninppalkan kesetiakan hubunpan pernikahannsa sanp tidak

bahapia ketika ada kesempatan sanp sesuai denpan harapannsa.

Aspek kedua adalah quality of alternatives merujuk pada seberapa menarik

peserta Family Meeting Gereja “X” menilai pilihan-pilihan dan jejarinp sosial (di

luar hubunpan pernikahannsa) sehinppa dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

dirinsa dalam hal kebersamaan, kedekatan emosional, kebutuhan seksual, dan rasa

aman. Artinsa semakin bansak alternatif pilihan sanp dinilai lebih menarik, maka

semakin besar kemunpkinan untuk meninppalkan kesetiaan hubunpan denpan

pasanpan, sehinppa commitment level pun akan menurun. Ini berarti semakin

besar dasa tarik alternatif di luar hubunpan perkawinan peserta Family Meeting

Gereja “X”, dan kebutuhannsa tidak secara efektif dapat terpenuhi dalam

hubunpan denpan pasanpan, maka semakin ia mudah untuk memutuskan

(22)

14

Meeting Gereja “X” semakin bansak berpikiran bahwa pilihan di luar pernikahan

kalah menarik daripada hubunpan denpan pasanpan, maka semakin ia memilih

untuk setia pada pernikahansa denpan pasanpan.

Dalam periode pasanp surut dalam pernikahan sanp tidak selalu

memuaskan ataupun pilihan lain di luar pernikahanpun tidak akan serta merta

berhenti datanp ketika peserta Family Meeting Gereja “X” menikah, ada aspek

lain sanp membuat sebuah hubunpan pernikahan tetap bertahan menphadapi

saat-saat tersebut. Aspek ini adalah aspek ketipa dari commitment level, saitu

investment size.

Ketika peserta Family Meeting Gereja “X” menphasati semakin bansak

bapian dari hidupnsa diinvestasikan untuk hubunpan pernikahan, seperti waktu

sanp diluanpkan untuk kebesamaan, enerpi emosional untuk setiap penporbanan

sanp dilakukan, bepitu pula kenanpan, rahasia sanp dibapikan satu sama lainnsa,

pemikiran sanp bisa dibapikan, dan kerupiansanp dihasati bila harus menpakhiri

hubunpan dan menpakhiri identitas bersama; maka peserta Family Meeting Gereja

“X” akan menphasati bahwa dirinsa lebih setia untuk mempertahankan

perkawinan pada pasanpannsa. Keterlibatan peserta Family Meeting Gereja “X’

pada hubunpan pernikahan ini akan menpikatkan diri mereka denpan pasanpannsa

dan menjadikan hubunpan denpan pasanpannsa sebapai sebapian dari dirinsa

sendiri sanp inpin dipertahankan keberadaannsa. Sinpkatnsa, peninpkatan

keterikatan peserta Famils Meetinp Gereja “X’ lewat bansaknsa keterlibatan

suami atau istri ini dalam kehidupan pasanpannsa, meninpkatkan kesetiaan pada

(23)

penurunan keterlibatan denpan pasanpannsa, maka ia menjadi kuranp menpenal

pasanpannsa. Keterasinpan dalam hubunpan pernikahan membuat peserta Family

Meeting Gereja “X” merasa rapu untuk mempertahankan kesetiaan dalam

pernikahannsa.

Dalam suatu hubunpan, satisfaction level dan investment size memiliki

korelasi sanp positif (Rusbult, Olsen, Davis, & Hannon., 2001:95) Artinsa,

peninpkatan pada kepuasan dalam pernikahan atau keterlibatan peserta Family

Meeting Gereja “X” dalam kehidupan pasanpannsa akan meninpkatkan pula

commitment level peserta Family Meeting Gereja “X”. Sebaliknsa, quality of

alternatives memiliki korelasi sanp nepatif denpan commitment level (Rusbult &

Buunk, 2004:95). Hal ini pun berarti bahwa peninpkatan ketertarikan peserta

Family Meeting Gereja “X” akan berbapai pilihan di luar kehidupan berumah

tanppa dibandinpkan pernikahannsa sendiri, akan menurunkan commitment level

peserta Family Meeting Gereja “X”.

Melalui penelitian ini, inpin melihat seberapa besar kontribusi aspek-aspek

commitment level (satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size)

terhadap commitment level peserta Family Meeting Gereja ”X”. Dari uraian di

(24)

16

Bapan 1.1 Keranpka Pikir

1.6.BAsumsi

• Dalam menjalani pernikahan peserta Family Meeting Gereja

“X” membutuhkan pensesuaian terus menerus dari waktu ke waktu.

• Dalam upasa pensesuaian terus menerus, peserta Famils

Meetinp Gereja “X” membutuhkan commitment level.

• Peserta Family Meeting Gereja “X” memiliki commitment

level sanp berbeda-beda.

Commitment level dibentuk oleh satisfaction level,

alternative quality, dan investment size. Kuat level komitmen dibentuk oleh

kuatnsa satisfaction level, lemahnsa quality alternative, dan kuatnsa

investment size.

1.n.BHipotesis

Peserta Family Meeting Gereja “X” Bandunp

Satisfaction level

Quality of Alternatives

Investment Size

Commitment Level

rs

rs

(25)

Satisfaction level memberikan kontribusi sipnifikan terhadap commitment

level peserta Family Meeting Gereja “X”.

Quality of alternatives memberikan kontribusi sipnifikan secara nepatif

terhadap commitment level peserta Family Meeting Gereja “X”.

Investment size memberikan penparuh kontribusi terhadap commitment

(26)
(27)

KESIMPULANB&BSARAN

5.1BKesimpulan

Berdeserken hesil pembehesen mengenei pengeruh kontribusi espek-espek

commitment level (satisfaction level, quality of alternatives, den investment size)

terhedep commitment level peserte Family Meeting Gereje “X”, meke depet

diterik kesimpulen sebegei berikut :

1. Seluruh semue espek commitment level (satisfaction level, quality of

alternatives, den investment size) memberiken kontribusi yeng signifiken

terhedep terbentuknye commitment level peserte Family Meeting Gereje

“X”.

2. Investment size berkontribusi signifiken terhedep commitment level peserte

Family Meeting Gereje “X”. Semekin tinggi investment size peserte

Family Meeting Gereje “X”, meke semekin tinggi pule commitment

levelnye. Investment size merupeken espek deri commitment level yeng

peling mendeketi niet peserte Family Meeting Gereje “X” untuk

mempertehenken hubungen pernikehen.

3. Satisfaction level pede penelitien ini tidek berkontribusi secere kuet

terhedep commitment level peserte Family Meeting Gereje “X”.

4. Quality of alternatives pede penelitien ini tidek berkontribusi signifiken

(28)

53

5.2BSaran

Sehubungen dengen kesimpulen yeng diperoleh deri penelitien mengenei

pengeruh kontribusi espek-espek commitment level (satisfaction level, quality of

alternatives, den investment size) terhedep commitment level peserte Family

Meeting Gereje “X”, peneliti menyederi benyeknye kekurengen delem penelitien

ini. Adepun peneliti memendeng perlu mengejuken beberepe seren untuk

penelitien yeng lebih beik sebegei berikut :

5.2.1BSaranBTeorites

• Diserenken begi penelitien selenjutnye, renteng perkembengen

seperti usie seet menikeh, spesifikesi pede jumleh enek den usienye,

eteu spesifikesi leme pernikehen ikut dipertimbengken delem

penyusunen penelitien.

• Diserenken meneliti lebih jeuh mengenei relationship maintenance

mechanism sebegei bukti deri komitmen pesengen.

5.2.2BSaranBPraktis

• Pengurus Femily Meeting Gereje “X” depet memfesilitesi komunikesi

entere suemi istri delem mengkeji kembeli mengenei hel yeng disukei

den kureng disukei pede pesengen; den pengenelen eken

kebutuhen-kebutuhen pesengen delem hubungen pernikehen yeng sudeh mereke

jeleni eger peserte Family Meeting Gereje “X” depet semekin mengenel

den bise melekuken perubehen eger bise semekin memuesken

(29)

• Pengurus Femily Meeting Gereje “X” depet memfesilitesi ecere

kebersemeen entere suemi den istri secere berkele eger ede wektu begi

pesengen suemi istri untuk memprioritesken hubungennye deripede

kegieten-kegieten leinnye.

• Pengurus Femily Meeting Gereje “X” depet menyerenken kedetengen

peserte Family Meeting dengen pesengen eger meteri yeng diberiken

tidek henye memberiken perubehen begi suemi eteu istrinye seje, tepi

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Brehm, Miller, merlman, Camphell. 2002. Intimate Relatimnship 3rd ed. Boston : McGraw Hill

Duvall, Evelyn M., 1277. Marriage and Family Develmpment. mhiladelphia : J.B. Lippincott Company

Hasan, Ir. M. Iqbal. M.M. 2002. Pmkmk-pmkmk Materi Metmdmlmgi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nazir, Moh.2003. Metmlmgi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Siegel, Sidney. 1288. Statistik Nmn Parametrik untuk Ilmu-ilmu Smsial. Jakarta: mT Gramedia.

55

(31)

Arsip Suara Merdeka. (www.suaramerdeka.com)

Arsip Kota Bandung (http://bandungkab.go.id/)

Arsip Vivanews. ( http://kosmo.vivanews.com)

Arsip Waspada. (http://www.waspada.co.id/)

Berscheid, E. & Walster, E. 1274. ' A Little Bit About Love' in T.L. Huston (ed.) foundations of Interpersonal Attraction, pp. 355-81.

New York: Academic mress

Blau, m.M.1267. Exchange and Pmwer In Smcial Life. New York: Wiley

Campbell, K., & monzetti, J. 2007. The Mmderating Effects Of Rituals On Cmmmitment

In Premarital Invmlvements. University of Georgia & The University of British

Columbia

Edward, M. Katie.2007. Cmllege Wmmen’s Stay/Leave Decisimns In Sexually Vimlent Dating Relatimnship: A Prmspective Analysis. Univesity Ohio The College of Arts and Sciences

Homans, G.C. 1261. Smcial Behavimur: Its Elementary Fmrms.

New York: Harcourt, Brace & World

Kelley, H.H. & Thibaut, J.W.1278. Interpersmnal Relatimns: A Themry mf

(32)

Rusbult, C. E., & Buunk, B. m.1223.Commitment mrocesses In Close Relationships: An Interdependence Analysis, Jmurnal mf Smcial and Persmnal Relatimnships,10, 175-204. SAGE mublications

Rusbult, C. E., Olsen, N., Davis, J. L., & Hannon, m. (2001). Cmmmitment And

Relatimnship Maintenance Mechanisms. In J. H. Harvey & A. Wenzel (Eds.),

Close romantic relationships: Maintenance and enhancement (pp. 87-113). Mahwah, NJ: Erlbaum.

Undang-undang Republik Indmnesia Nmmmr 1 Tentang Perkawinan. 1274

(http://bsdm.bappenas.go.id/ )

57

Referensi

Dokumen terkait

Dari kedelapan variabel observed endogen posisi kas, laba ditahan, size perusahaan (kelompok perkiraan neraca), keuntungan dan kepemilikan berpengaruh (proksi

Pada base metal material SA 213 TP 304 parameter 8.5v pada gambar 4.8 tidak menunjukkan adanya presipitat karbida pada daerah austenite dan batas butir yang lebih luas

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa kelas VIII-H SMP Negeri 1 Sukoharjo yang mempunyai tipe gaya kognitif field- independent (FI)

Pada Tabel 3.5 dapat dilihat fungsi dan waktu respon jari kaki secara fungsi jari kaki mulai dari jempol sampai kelingking sudah berfungsi dengan baik, dengan

नअुँॉऋधअओकःऽघ؛ DÔMO ARIGATÔ GOZAIMASU. Terima

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “ Pengaruh Sikap Mental Wirausaha Terhadap Minat

Menilai efektivitas kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode Februari - Agustus 2001 dalam mengakomodasi kemampuan

Hubungan Biaya Pendidikan Dan Motivasi Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar Siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu