• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Hukum Wakaf dan Zakat Zakat Pertanian dan Peternakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah Hukum Wakaf dan Zakat Zakat Pertanian dan Peternakan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala nikmat dan kesempatan yang diberikan, kami dapat berkumpul dan mengerjakan makalah yang berjudul “Zakat Pertanian dan Ternak” dengan tepat waktu dan sebaik mungkin.

Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas Hukum Wakaf dan Zakat yang akan dikumpulkan dalam waktu dekat ini. Makalah ini juga dikerjakan untuk memenuhi nilai tugas dan mendapatkan nilai yang sebaik mungkin seperti yang kami harapkan.

Terima kasih ditujukan kepada bapak Zefrizal, SH., selaku dosen Hukum Wakaf dan Zakat atas waktu yang diberikan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Terima kasih kepada teman-teman kelompok III yang sudah menyisihkan waktunya untuk mencari bahan sebanyak mungkin dan bersama-sama mengerjakan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun masih merasa banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, kami dengan senang hati menerima saran dan kritik dari para pembaca. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1

BAB I PENDAHULUAN...3

A. LATAR BELAKANG MASALAH...3

B. RUMUSAN MASALAH...4

BAB II PEMBAHASAN...5

A. TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT PERTANIAN...5

1. DASAR HUKUM ZAKAT PERTANIAN...5

2. SYARAT-SYARAT PENUNAIAN ZAKAT PERTANIAN...7

3. KADAR ZAKAT PERTANIAN YANG WAJIB DIKELUARKAN...8

B. TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT TERNAK...10

1. DASAR HUKUM ZAKAT TERNAK...10

2. SYARAT-SYARAT PENUNAIAN ZAKAT TERNAK...11

3. NISHAB HEWAN TERNAK DAN KADAR ZAKATNYA...13

4. ZAKAT HEWAN TERNAK MILIK BERSAMA (AL-KHALITHAIN).17 BAB III PENUTUP...18

A. KESIMPULAN...18

B. SARAN...19

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia sebagai makhluk hidup yang diciptakan Allah telah dijanjikan rezekinya, baik rezeki dari harta yang diperolehnya maupun dari hal lain yang tidak terduga-duga datangnya. Namun, sering kali manusia tidak menyadari bahwa dibalik rezeki dari harta yang datang padanya bisa saja mengandung kekotoran. Untuk membersihkan segala kekotoran itu, Allah menganjurkan manusia untuk berzakat. Zakat adalah memberikan sebagian dari harta yang sejenis yang sudah sampai nishab selama setahun dan diberikan kepada orang fakir dan semisalnya.

Zakat sendiri bisa bermakna thaharah (bersuci) yang ditinjau dari segi filsafat, dimana yang disucikan atau dibersihkan adalah kekikiran, kebakhilan, dan sifat-sifat buruk dari manusia, serta membersihkan harta yang mungkin saja mengandung kekotoran tanpa kita ketahui. Akan tetapi, bukan sedikit orang yang beranggapan bahwa zakat hanya akan mengurangi harta mereka. Padahal Allah sendiri telah menjanjikan dalam Al-Qur’an di QS. Al Baqarah: 261 yang pada intinya menyatakan bahwa orang menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan menumbuhkan hartanya serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Jadi, jangan takut untuk menafkahkan harta di jalan Allah, karena sesungguhnya Allah telah menjanjikan balasan yang demikian besar nikmatnya. Selain itu, dengan berzakat berarti kita telah bersyukur dan menyadari bahwa harta kita juga merupakan hak orang lain.

(4)

Namun, tentunya ada syarat-syarat tertentu yang harus diikuti, seperti apa-apa saja jenis pertanian dan binatang ternak yang wajib dizakatkan, berapa lama batas haul, berapa nishab yang harus dicapai dan lain-lain sebagainya. Untuk itu, disini kami akan membahas secara komprehensif mengenai zakat pertanian dan ternak agar tidak terjadi lagi kebingungan mengenai zakat tersebut dikemudian hari.

B. RUMUSAN MASALAH

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT PERTANIAN

1. DASAR HUKUM ZAKAT PERTANIAN

Di antara nikmat Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya ialah dihamparkannya bumi yang dapat dimanfaatkan untuk menanam tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, dan yang demikian itu merupakan karunia-Nya.1 Zakat diwajibkan pada makanan pokok dari hasil pertanian dan buah-buahan karena dapat menguatkan badan, juga dapat memenuhi kebutuhan pokok. 2

Zakat hasil-hasil pertanian ditetapkan berdasarkan Al-Qur’an, yaitu:

1 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2010. Fiqh Ibadah: Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Cet. 2. Jakarta: Amzah, halaman 365

(6)

Q S . A l-A n ’a a m :1 4 1 Wahuwal-ladzii ansyaa jannaatin ma'ruusyaatin waghaira ma'ruusyaatin wannakhla wazzar'a mukhtalifan ukuluhu wazzaituuna warrummaana mutasyaabihan waghaira mutasyaabihin kuluu min tsamarihi idzaa atsmara waaatuu haqqahu yauma hashaadihi walaa tusrifuu

innahu laa yuhibbul musrifiin(a)

ت

ت َّاننججَ أجش

ج ننأجَ ِيذذلناَ وجههوج

رجينغجوجَ ت

ت َّاش

ج ورهعنمج

ع

ج رنزنلاوجَ ل

ج خنننلاوجَ ت

ت َّاش

ج ورهعنمج

ن

ج وتهينزنلاوجَ ههلهكهأ

ه َ َّافِفلذتجخنمه

رجينغجوجَ َّاهِفبذَّاش

ج تجمهَ نجَّامنررلاوج

اذجإذَ هذرذمجثجَ ننمذَ اولهكهَ هتبذَّاش

ج تجمه

مجونيجَ ههقنحجَ اوتهَآوجَ رجمجثنأج

لَ ههننإذَ اوفهرذس

ن تهَ لوجَ هذدذَّاص

ج حج

ن

ج يفذرذس

ن مهلناَ ب

ر ح

ذ يه

(7)

Q S . A l-B a q a ra h :2 6 7 Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu anfiquu min

thai-yibaati maa kasabtum wamimmaa akhrajnaa lakum minal ardhi walaa

tayammamuul khabiitsa minhu tunfiquuna walastum biaakhidziihi ilaa

an tughmidhuu fiihi waa'lamuu annallaha ghanii-yun hamiidun

اوقهفذننأجَ اونهمجَآَ ن

ج يذذلناَ َّاهجيرأ

ج َ َّايج

م

ن تهبنس

ج ك

ج َ َّامجَ تذَّابجييط

ج َ ن

ن مذ

ن

ج مذَ م

ن ك

ه لجَ َّانججنرجخنأجَ َّامنمذوج

ث

ج يبذخجلناَ اومهمنيجتجَ لوجَ ض

ذ

رنلا

هذيذذخذِآبذَ منتهس

ن لجوجَ ن

ج وقهفذننتهَ ههننمذ

اومهلجعناوجَ هذيفذَ اوض

ه مذغنتهَ ن

ن أجَ لإذ

دديمذحجَ ي

ي نذغجَ هجلنلاَ ن

ن أج

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah), sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi, untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu kamu nafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji." – (QS.2:267)

Selain ayat-ayat Al-Qur’an di atas, Hadist juga menyebutkan kewajiban zakat pertanian, antara lain:

- Pada pertanian yang tadah hujan atau mata air atau yang menggunakan penyerapan akar (atsariyan) diambil sepersepuluh (sepuluh persen) dan yang disirami dengan penyiraman maka diambil seperduapuluh (lima persen). [HR al-Bukhâri]

(8)

Berdasarkan nash-nash di atas, dapat dilihat bahwa penunaian zakat hasil pertanian adalah wajib.

2. SYARAT-SYARAT PENUNAIAN ZAKAT PERTANIAN

Penunaian zakat pertanian memiliki syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, seperti:

a. Zakat diwajibkan pada jenis biji-bijian dan buah-buahan yang menjadi makanan pokok bagi manusia serta dapat disimpan.

Makanan pokok itu pada umumnya makanan yang menguatkan badan manusia. Dapat dipahami juga bahwa tak ada zakat pada hasil pertanian yang tidak dapat disimpan, seperti semangka, delima dan lain sebagainya, kecuali untuk diperdagangkan maka si pedagang harus mengeluarkan zakat perdagangan.3

b. Hasil pertanian tersebut ditanam oleh manusia.

Jika hasil pertanian itu tumbuh sendiri karena perantaraan air atau udara maka tidak wajib dizakati. Oleh, karena itu, tidak ada kewajiban mengeluarkan zakat pada segala sesuatu yang tumbuh dengan sendirinya di lembah-lembah padang pasir/pegunungan, atau yang terbawa oleh air dan udara dan tumbuh disana. Hasil-hasil tanaman ini tidak wajib dizakati karena ia tidak memiliki pemilik definitif.4

c. Sudah mencapai nishab.

Hasil pertanian tidak wajib dikeluarkan zakatnya sebelum mencapai nishab, yaitu 5 wasq (1 wasq adalah 60 sha’, sedangkan 1 sha’ sama dengan 2,2 kg, jadi 1 wasq kurang lebih sama dengan 132,6 kg).

Jadi, kadar nishab hasil pertanian adalah 5 wasq × 132,6 kg = 663 kg.5

3 Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. 2003. Tuhfatul Ikhwan bi Ajwibatin Muhammatin Tata’allaqu bi Arkanil Islam (Tanya Jawab Tentang Rukun Islam). Diterjemahkan oleh Mudzakir Muhammad Arif. Medan: IAIN Sumatera Utara, halaman 182

4 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Op. Cit., halaman 370

(9)

Kadar tersebut ditentukan berdasarkan Hadist, yaitu:

Tidak ada zakat pada (hasil pertanian) di bawah lima wasq.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

d. Hasil pertanian tersebut telah sampai haul.

Pembayaran zakat untuk tanaman tidak menggunakan penghitungan satu tahun seperti zakat emas dan perak, tetapi pada setiap kali panen.6

Pemilik hasil pertanian tidak diperkenankan memakan dan memanfaatkan hasil panennya sebelum ia mengeluarkan zakat atas hasil pertanian tersebut.7

Di beberapa daerah di Indonesia, setiap kali memanen padi, pemiliknya membersihkan padinya di sawah sebelum dibawa pulang, ditakari dan langsung dikeluarkan zakatnya dengan diberikan kepada fakir miskin yang ada di daerah itu Mereka takut akan termakan olehnya bagian yang harus dizakatkan itu.8

3. KADAR ZAKAT PERTANIAN YANG WAJIB DIKELUARKAN

Pada pertanian yang tadah hujan atau mata air atau yang menggunakan penyerapan akar (atsariyan) diambil sepersepuluh (sepuluh persen) dan yang disirami dengan penyiraman maka diambil seperduapuluh (lima persen). [HR al-Bukhâri]

Merujuk dari Hadist yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

- Hasil pertanian dengan sistem non-irigasi (pengairan tanpa menggunakan tenaga, alat, maupun biaya. Misalnya diairi dengan air sungai) kadar zakatnya adalah 10%. Jadi, yang dikenakan adalah 10% dari 663 kg, yaitu 66,3 kg.

6 Syakir Jamaluddin. 2013. Kuliah Fiqh Ibadah. Cet. 3. Yogyakarta: LPPI UMY, halaman 200

7 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Op. Cit., halaman 371

(10)

- Hasil pertanian dengan sistem irigasi (pengairan dengan menggunakan tenaga, alat, maupun biaya) kadar zakatnya adalah 5%. Jadi, yang dikenakan adalah 5% dari 663, yaitu 33,15 kg.

Jika kondisinya berbeda-beda mengikuti perkembangan waktu, yakni dalam beberapa waktu ladang pertanian mendapat pengairan tanpa biaya dan waktu lain dengan menggunakan biaya, maka kadar zakatnya disesuaikan dengan mempertimbangkan masa hidup tanaman, atau masa berbuah dan tumbuhnya. Jika rentang waktu sejak tanam, lalu tumbuh hingga matang adalah 8 bulan, lalu selama 4 bulan tanaman diairi dengan air hujan, sementara 4 bulan sisanya diairi dengan menggunakan tenaga/alat/biaya, maka kadar zakat yang wajib adalah 7,5%.

(11)

B. TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT TERNAK

1. DASAR HUKUM ZAKAT TERNAK

Hewan ternak dizakatkan karena hewan ternak memiliki banyak manfaat seperti untuk keperluan makan, minum ataupun yang lainnya. Allah berfirman: Q S . A l-N a h l:6 6

Wa-inna lakum fiil an'aami la'ibratan nusqiikum mimmaa fii buthuunihi min

baini fartsin wadamin labanan khaalishan

saa-ighan li-sysyaaribiin(a)

ةِفرجبنعذلجَ م

ذ َّاعجننلاَ يفذَ م

ن ك

ه لجَ ن

ن إذوج

هذنذوط

ه بهَ يفذَ َّامنمذَ منكهيقذس

ن نه

َّانِفبجلجَ م

ت دجوجَ ث

ت رنفجَ نذينبجَ ن

ن مذ

ن

ج يبذرذَّاش

ن للذَ َّاغِفئذَّاس

ج َ َّاص

ِف لذَّاخج

"Dan sesungguhnya, pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum, dari apa yang berada dalam perutnya, (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya." – (QS.16:66)

Adapun yang dimaksud dengan hewan ternak disini secara khusus dalam nash hadits adalah unta, sapi (kerbau), dan domba (kambing). Itulah jenis hewan yang wajib zakat. Selain dari jenis hewan tersebut maka tidak wajib zakat. Mengenai zakat untuk hewan kuda, para tokoh Islam seperti Imam Malik, Asy-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal sepakat untuk mengklasifikasikan kuda ke zakat niaga jika kuda tersebut diberniagakan.10

Orang-orang yang tidak mau menjalankan zakat ternak diancam dengan hukuman di akhirat nanti. Hal tersebut dijelaskan dalam hadist di bawah ini:

Tiada seorang pun yang mempunyai unta, sapi, ataupun kambing dan ia sudah berkewajiban mengeluarkan zakat, namun ia tidak

(12)

mengeluarkan zakatnya, melainkan nanti pada hari kiamat akan didatangkan apa yang dimiliki itu dalam keadaan yang lebih besar dan gemuk dari yang ada sewaktu di dunia. Lalu, binatang yang tidak dikeluarkan zakatnya itu menginjak-nginjak orang tersebut dengan kuku-kuku kakinya dan menanduk dengan tanduknya. Setiap kali yang terakhir telah melaluinya, maka dikembalikan kepadanya yang pertama kalinya. Keadaan demikian ini terus berlangsung sehingga diberi keputusan di antara semua manusia.” [HR. Bukhari]

2. SYARAT-SYARAT PENUNAIAN ZAKAT TERNAK

Penunaian zakat ternak memiliki syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, seperti:

a. Hewan itu termasuk hewan yang mencari rumput sendiri (sa’imah) atau digembalakan dan bukan hewan yang diupayakan rumputnya dengan biaya pemilik.11 Hal tersebut adalah kesepakatan para ulama.

b. Hewan ternak tersebut dimaksudkan untuk diperoleh susunya, anaknya, dagingnya, dan tidak untuk dipekerjakan.12 Hewan yang digunakan untuk membajak di ladang dan dipekerjakan di tempat lain tidak wajib zakat meskipun diternakkan.

Sapi-sapi yang dipekerjakan tidak ada zakatnya.” [HR. Ath-Thabarani]

Unta dan sapi yang dipekerjakan di tanah pertanian dan sapi yang dipekerjakan di ladang tidak ada zakatnya, karena ternak tersebut sebagai pekerja-pekerja tanah pertanian dan ladang.” [HR. Abu Ubaid]

11 Meria Susanti. 2012. “Zakat Hewan atau Binatang Ternak dan Cara Perhitungannya”, melalui http://meriasusanti.blogspot.com/2012/03/zakat-hewan-atau-binatang-ternak-dan.html, diakses tanggal 14 November 2014, jam 19:34 WIB

(13)

c. Telah mencapai nishab

Tiap-tiap hewan ternak yang wajib dizakatkan punya nishab yang berbeda-beda. Kambing mulai terkena zakat jika jumlahnya sudah 40 ekor, sapi 30 ekor, dan unta 5 ekor. Mengenai nishab seterusnya akan dijelaskan di subjudul pembahasan selanjutnya.

d. Telah mencapai haul, yaitu telah dimiliki selama satu tahun penuh. Hal ini sesuai dengan Hadist:

Tidak ada zakat pada harta sampai ia mencapai satu tahun.” [HR. Abu Dawud]

Ada beberapa ketentuan mengenai haul zakat ternak ini, antara lain:

- Anak hewan ternak karena haul (ukuran setahun) bagi anak-anak hewan ternak itu mengikuti hitungan haul induknya. Anak hewan ternak ini dihitung dalam zakat walaupun belum mencapai usia setahun apabila induknya telah mencapai nishab.

Contohnya seseorang memiliki 120 ekor kambing, seharusnya zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2 ekor kambing, namun sebulan sebelum sempurna haulnya, lahir 100 ekor kambing sehingga di akhir tahun (waktu sempurnanya haul) berjumlah 220 ekor. Dalam hal ini ia wajib mengeluarkan 3 ekor kambing walaupun yang 100 ekor belum mencapai usia setahun.

- Apabila induk-induknya belum mencapai nishab, lalu induk-induk itu melahirkan anak-anaknya sehingga mencapai nishab. Saat mencapai nishab itulah permulaan haulnya.

Contohnya, seorang memiliki 30 ekor kambing lalu kambing-kambing itu melahirkan 10 ekor, maka haul kambing-kambing tersebut dihitung sejak genap empat puluh ekor kambing.

(14)

Contohnya, seorang memiliki 40 ekor kambing dan sebelum sempurna setahun berkurang seekor karena mati, maka ia tidak wajib menzakati sisanya.

Contoh lainnya adalah seseorang memiliki 40 ekor kambing lalu sebelum sempurna setahun ia jual dua ekor kambing dengan uang seharga 2 juta rupiah.13 Harus dicatat disini bahwa penjualan tersebut bukan karena takut untuk membayar zakat, tapi karena memang kepentingan pemilik menghendaki untuk menjual hewan tersebut.

3. NISHAB HEWAN TERNAK DAN KADAR ZAKATNYA a. Unta

Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta maka ia terkena kewajiban zakat. Selanjutnya zakat itu bertambah, jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah. Berdasarkan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas bin Malik, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut14:

13 Kholid Syamhudi. 2013. “Syarat-Syarat Wajib Zakat Mal”, melalui http://almanhaj.or.id/content/3672/slash/0/syarat-syarat-wajib-zakat-mal/, diakses tanggal 14 November 2014, jam 20:33 WIB

(15)

Nishab Unta (ekor)

Zakatnya

Umur Bilangan dan Jenis

Zakatnya

5َ –َ 9 1َ ekorَ kambingَ atau 2َ tahunَ lebih 1َ ekorَ domba 1َ tahunَ lebih

10َ –َ 14 2َ ekorَ kambingَ atau 2َ tahunَ lebih 2َ ekorَ domba 1َ tahunَ lebih

15َ –َ 19 3َ ekorَ kambingَ atau 2َ tahunَ lebih 3َ ekorَ domba 1َ tahunَ lebih

20َ –َ 24 4َ ekorَ kambingَ atau 2َ tahunَ lebih 4َ ekorَ domba 1َ tahunَ lebih

25َ –َ 35 1َ ekorَ untaَ betinaَ (bintu

mukhadh) 1َ tahunَ lebih

36َ –َ 45 1َ ekorَ untaَ betinaَ (bintu

labun) 2َ tahunَ lebih

46َ –َ 60 1َ ekorَ untaَ betinaَ (hiqqah) 3َ tahunَ lebih

61َ –َ 75 1َ ekorَ untaَ betinaَ (jadza’ah) 4َ tahunَ lebih

76َ –َ 90 2َ ekorَ untaَ betinaَ (bintu

labun) 2َ tahunَ lebih

91َ –َ 120 2َ ekorَ untaَ betinaَ (hiqqah) 3َ tahunَ lebih

Selanjutnya, setiap bertambah 40 ekor unta, zakatnya juga ditambah seekor unta betina (berumur 2 tahun lebih), dan setiap bertambah 50 ekor unta, maka zakatnya seekor unta betina (berumur 3 tahun lebih).

b. Sapi/Kerbau

(16)

Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh At Tarmidzi dan Abu Dawud dari Muadz bin Jabbal RA, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut15:

Nishab Sapi/Ker

bau (ekor)

Zakatnya

Umur Bilangan dan Jenis

Zakatnya

30َ –َ 39 1َ ekorَ sapi/kerbau 1َ tahunَ lebih

40َ –َ 59 1َ ekorَ sapi/kerbau 2َ tahunَ lebih

60َ –َ 69 2َ ekorَ sapi/kerbau 1َ tahunَ lebih

70َ –َ 79 2َ ekorَ sapi/kerbau

Tiapَ ekorَ terdiri dariَ 1َ tahunَ dan 2َ tahunَ lebih 80َ –َ 89 2َ ekorَ sapi/kerbau 2َ tahunَ lebih

Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor sapi/kerbau berumur 1 tahun lebih, dan jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor sapi/kerbau berumur 2 tahun lebih.

c. Kambing/Domba

Nishab kambing/domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 40 ekor kambing/domba maka ia telah terkena wajib zakat.

Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Anas bin Malik, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut16:

(17)
(18)

Nishab Kambing/Do

mba (ekor)

Zakatnya

Umur Bilangan dan Jenis

Zakatnya

40َ –َ 120 1َ ekorَ kambing/domba

Kambingَ 2 tahun,َ domba

1َ tahun

121َ –َ 200 2َ ekorَ kambing/domba

Kambingَ 2 tahun,َ domba

1َ tahun

201َ –َ 300 3َ ekorَ kambing/domba

Kambingَ 2 tahun,َ domba

1َ tahun Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor.

d. Zakat Kuda, Keledai, Rusa, Ayam dan Sejenisnya

- Hewan-hewan seperti kuda, keledai, rusa, ayam dan lain-lain, apabila sengaja dipelihara dalam usaha peternakan (baik diberi makan dikandangnya, atau digembalakan di padang terbuka untuk umum), maka berlaku padanya zakat perdagangan, seperti berbagai komoditi perdagangan lainnya.

- Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya sapi, dan kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala usaha.

(19)

- Kemudian bagi binatang yang tidak disebutkan dalam hadits, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa zakatnya dinisbatkan juga kepada zakat emas, yakni 2,5%.17

4. ZAKAT HEWAN TERNAK MILIK BERSAMA (AL-KHALITHAIN)

Zakat hewan ternak milik bersama nishabnya sama dengan zakat milik satu orang. Apabila ada dua orang memiliki 40 ekor kambing, maka zakatnya 1 ekor kambing. Jika ada tiga orang memiliki 120 ekor kambing, maka masing-masing orang zakatnya 1 orang kambing. Dikatakan milik bersama apabila

Janganlah antara yang sama dipisah-pisah, dan antara yang beda digabung-gabung hanya karena takut terkena kewajiban zakat.” [HR. Al-Bukhari]

Ini berarti harta dua orang yang berserikat yang wajib zakat karena penggabungan, misalnya 40 ekor kambing, masing-masing 20 ekor, maka zakatnya seekor kambing. Harta gabungan tidak boleh dipisahkan dan harta terpisah tidak boleh digabungkan karena khawatir mengeluarkan zakat. Seandainya 2 orang bersaudara masing-masing memiliki 40 ekor kambing secara terpisah maka masing-masing wajib mengeluarkan zakat seekor kambing, tidak boleh bagi keduanya menggabungkan harta terpisah tersebut ketika diambil zakatnya karena khawatir mengurangi zakat yang merupakan hak orang-orang fakir dan yang lainnya.18

17 Anonim. 2011. Fiqih Zakat: Zakat Peternakan. Karya tulis yang dipublikasikan melalui ei08.files.wordpress.com/2011/04/zakat-peternakan1.docx

(20)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Zakat pertanian diwajibkan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist yang menganjurkan untuk menafkahkan suatu bagian tertentu dari hasil pertanian yang diperoleh.

Syarat-syarat zakat hasil pertanian, yaitu zakat diwajibkan pada jenis biji-bijian dan buah-buahan yang menjadi makanan pokok bagi manusia serta dapat disimpan, hasil pertanian tersebut ditanam oleh manusia, sudah mencapai nishab (663 kg), hasil pertanian tersebut telah sampai haul (ketika masa panen).

Kadar zakat hasil pertanian dengan sistem non-irigasi adalah 10%, sedangkan hasil pertanian dengan sistem irigasi adalah 5%.

2. Hewan ternak diwajibkan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist yang menganjurkan untuk menafkahkan suatu bagian tertentu dari ternak yang dimiliki.

Syarat-syarat zakat hewan ternak, yaitu hewan itu termasuk hewan yang digembalakan, hewan ternak tersebut dimaksudkan untuk diperoleh susunya, anaknya, dagingnya, dan tidak untuk dipekerjakan, telah mencapai nishab (beda hewan, beda nishab), telah mencapai haul (satu tahun).

(21)
(22)

B. SARAN

1. Kepada masyarakat sebaiknya lebih memahami bahwa berzakat tidak akan membuat harta benda kita berkurang, melainkan semakin tumbuh dan berkembang (namaa’) seperti yang telah dijanjikan oleh Allah dalam Al-Qur’an.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Aziz, S. A., bin Abdullah bin Baz., 2003. Tuhfatul Ikhwan bi Ajwibatin Muhammatin Tata’allaqu bi Arkanil Islam (Tanya Jawab Tentang Rukun Islam). Diterjemahkan oleh Mudzakir Muhammad Arif. Medan: IAIN Sumatera Utara

Azzam, A. A. M., dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas., 2010. Fiqh Ibadah: Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Cet. 2. Jakarta: Amzah

Daradjat, Z., 1994. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. Cet. 6. Jakarta: CV Ruhama

Jamaluddin, S., 2013. Kuliah Fiqh Ibadah. Cet. 3. Yogyakarta: LPPI UMY

B. Karya Tulis

Anonim. 2011. Fiqih Zakat: Zakat Peternakan. Karya tulis yang dipublikasikan melalui ei08.files.wordpress.com/2011/04/zakat-peternakan1.docx

C. Website/Situs Internet

(24)

Marhamar Saleh. 2009. “Panduan Zakat”, melalui http://marhamahsaleh.files.wordpress.com/2009/09/panduan-zakat.pdf,

diakses tanggal 14 November 2014, jam 21:13 WIB

Referensi

Dokumen terkait