EKSISTENSI DESA HASIL PEMEKARAN
PASCA SURAT EDARAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 140/418/PMD TAHUN 2012
TENTANG MORATORIUM PEMEKARAN DESA DAN
KELURAHAN
Dhannie Azier Nanda Dwi Jendra
ABSTRAK
Januari 2012 silam Pemerintah mengeluarkan kebijakan moratorium terhadap pemekaran desa dan kelurahan. Meski demikian, kebijakan tersebut tidak berjalan efektif. Pasca diberlakukannya kebijakan moratorium tersebut masih ditemukan beberapa daerah yang melakukan pemekaran desa. Adanya desa yang tetap melakukan pemekaran pasca kebijakan moratorium tersebut menimbulkan pertanyaan besar mengenai eksistensi desa hasil pemekaran tersebut. Adapun maksud dari penelitian ini antara lain untuk : 1) Mengidentifikasi hal yang menjadi tujuan dari pengaturan SE Mendagri Nomor 140/418/PMD tahun 2012 tentang Moratorium Pemekaran Desa dan Kelurahan. 2) Menilai dampak dari kebijakan moratorium terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa hasil pemekaran yang dilakukan pasca kebijakan moratorium.
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini ialah metode penelitian deskriptif analitis, dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif. Analisis penulis lakukan berdasarkan fakta-fakta berupa data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Data tersebut penulis dapatkan melalui teknik pengumpulan data studi literatur/dokumen untuk memperoleh data sekunder dan wawancara dengan nara sumber untuk mendapatkan data primer.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan moratorium pemekaran desa semata-mata mencerminkan pencapaian tujuan validasi DAK2 dan DP4 sebagai data yang dibutuhkan dalam persiapan Pemilu dan Pilpres 2014. Akibat dari upaya pencapaian tujuan tersebut, kebijakan moratorium dilakukan tanpa adanya pengecualian. Hal ini mendorong tidak ditaatinya kebijakan moratorium di beberapa daerah dengan tetap melakukan pemekaran desa. Kebijakan moratorium sendiri tidak memberikan akibat apapun terhadap eksistensi yuridis pemerintahan desa hasil pemekaran setelahnya. Meski demikian, relevansi kebijakan moratorium menghilangkan eksistensi administratif desa hasil pemekaran setelahnya.