v
Pattern of mandible fractures (Emergency of Oral and Maxillofacial Surgery Department in RSHS, Bandung, Period of 2010 – 2011)
Choong Chean Lee-160110103020
ABSTRACT
Mandibular fracture, which can occur together with maxillary fracture, is the fracture of the lower jaw bone, specifically the hard tissue. They may also occur alone or in combination with other facial injuries or other complications such as nasal fractures. In most cases, the cause of mandible fracture is due to traffic accidents. There appears to be a greater chance of mandible fractures in male due to their mass activities and working to earn salaries for the family outside the house. Unfortunately, due to the complexity and various reasons of the fractures, most studies have failed to identify major risk factors.
The purpose of this research was to find out information about the percentage of pattern of mandible fractured patients that visited the Oral and Maxillofacial surgery department in RSHS, Bandung.
The type of this research was retrospective with descriptive method. The results show that there are 0.32% of mandibular fractured patients in RSHS and 20.93% of mandibular fractured patients in RSHS has parasymphysis fractured in the years of 2010 – 2011.
In conclusion, we get to know that parasymphysis is the type of mandibular fractures happened most frequently and suggestions that might be able to prevent it from happening as much as possible in the future.
vi
Pola kejadian fraktur mandibula (Darurat Departemen Mulut dan Maksilofasial Bedah di RSHS, Bandung, periode 2010-2011)
Choong Chean Lee – 160110103020
ABSTRAK
Fraktur mandibula, adalah fraktur tulang rahang bawah, khususnya jaringan
keras. Mereka juga dapat terjadi sendiri atau dalam kombinasi dengan cedera wajah
lain atau komplikasi lain seperti patah tulang hidung. Dalam kebanyakan kasus,
penyebab fraktur mandibula adalah karena kecelakaan lalu lintas. Tampaknya lebih
besar kejadian untuk fraktur mandibula pada pria karena kegiatan massa mereka dan
bekerja untuk mendapatkan gaji untuk keluarga di luar rumah. Sayangnya, karena
kompleksitas dan berbagai alasan dari patah tulang, kebanyakan studi tidak dapat
mengidentifikasi faktor-faktor risiko utama.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi tentang
persentase kejadian pasien fraktur mandibula yang mengunjungi departemen Oral dan
operasi maksilofasial di RSHS, Bandung.
Jenis penelitian ini adalah retrospektif dengan metode deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat 0.32 % pasien fraktur mandibula di RSHS dan
20.93 % pasien fraktur mandibula di RSHS adalah parasymphysis yang retak di tahun
2010-2011.
Sebagai kesimpulan, kita bisa mengetahui bahwa jenis fraktur mandibular
parasymphisis yang paling sering terjadi dan saran yang mungkin bisa mencegah hal
itu terjadi sebanyak mungkin di masa depan.
