• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Perwakafan di Indonesia tentang Penghimpunan Wakaf Uang (Studi Kasus: Bank CIMB Niaga Syariah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Perwakafan di Indonesia tentang Penghimpunan Wakaf Uang (Studi Kasus: Bank CIMB Niaga Syariah)"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus: Bank CIMB Niaga Syariah)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah (S.H)

Oleh:

Amalia Rahma Pangastuti NIM. 16110814

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1441 H/2020 M

(2)

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERWAKAFAN DI INDONESIA TENTANG PENGHIMPUNAN WAKAF UANG

(Studi Kasus: Bank CIMB Niaga Syariah)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah (S.H)

Oleh:

Amalia Rahma Pangastuti NIM. 16110814

Dosen Pembimbing Sultan Antus Mohammad, M.A

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1441 H/2020 M

(3)

i

Skripsi dengan judul “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Perwakafan di Indonesia tentang Penghimpunan Wakaf Uang (Studi Kasus:

Bank CIMB Niaga Syariah)” yang disusun oleh Amalia Rahma Pangastuti, Nomor Induk Mahasiswa: 16110814 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, 29 Agustus 2020 Pembimbing,

Sultan Antus Mohammad, M.A

(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Perwakafan di Indonesia tentang Penghimpunan Wakaf Uang (Studi Kasus:

CIMB Niaga Syariah)” oleh Amalia Rahma Pangastuti dengan NIM 16110814 telah diujikan pada sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 31 Agustus 2020. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah (S.H).

Jakarta, 5 September 2020

Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta,

Dra. Hj. Muzayyanah, M.A

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dra. Hj. Muzayyanah, M.A Dra. Hj. Nur Izzah, M.A

Penguji I, Penguji II,

Dr. Hendra Kholid, M.A Rahmatul Fadhil, M.A Pembimbing,

Sultan Antus Mohammad, M.A

(5)

iii Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amalia Rahma Pangastuti

NIM : 16110814

Tempat/Tanggal Lahir : Sleman, 02 Oktober 1998

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Perwakafan di Indonesia tentang Penghimpunan Wakaf Uang (Studi Kasus: Bank CIMB Niaga Syariah)” adalah benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya.

Jakarta, 29 Agustus 2020

Amalia Rahma Pangastuti

(6)

iv MOTTO

“Berpikir dan Berbuat Baiklah!”

(7)

v

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis yang selalu mendidik, mendoakan dan memberi motivasi untuk penulis, untuk saudara- saudara penulis yang selalu memberi dukungan dan doa, untuk Dekan Syariah dan Ekonomi Islam, Ibu Dra. Hj. Muzzayanah. M.A yang sabar menghadapi kekurangan penulis dan selalu memberikan penulis semangat, dan untuk Dosen Pembimbing, Bapak Sultan Antus Mohammad, M.A yang selalu membimbing dan meluangkan waktu untuk penulis, walaupun penulis seringkali lalai dalam menulis skripsi ini.

(8)

vi

ِىِْٛدَّشنا ٍِ هًْدَّشنا ِ هّاللّ ِىْسِث

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT. yang telah menciptakan manusia dan membekalinya dengan ilmu pengetahuan serta kecerdasan logika sehingga dapat mengemban amanat sebagai khalifah di muka bumi. Dialah yang telah menciptakan manusia dan mengajarinya pandai berbicara. Dialah yang telah menjadikan thalabul 'ilmi (menuntut ilmu) sebagai salah satu kewajiban syari‟at bagi setiap Muslim, sekaligus menjadikannya sebagai ibadah di antara sejumlah ibadah yang mulia lagi terpuji, dan menyertakan kebaikan-kebaikan di dalam belajar dan mengajar, seakan tidak ada lagi kebaikan selain pada kedua hal tersebut.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada pembawa risalah yang agung dan petunjuk menuju kebahagiaan dunia- akhirat, Nabi yang mulia Muhammad SAW. yang telah diutus di antara kaum yang ummi sebagai seorang Rasul, yang membacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah (Al-Qur‟an dan ilmu).

Alhamdulillah pada kesempatan kali ini penulis bisa menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Perwakafan di Indonesia tentang Penghimpunan Wakaf Uang (Studi Kasus:

Bank CIMB Niaga Syariah)” penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil selesai tanpa izin Allah SWT., restu orangtua, doa dari saudara- saudara, serta teman-teman sekalian yang penulis cintai. Semoga dengan selesainya penyusunan skripsi ini dapat membalas segala yang telah diberikan kepada penulis terutama perhatian yang tidak pernah ada habisnya.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa

(9)

vii

tanpa megurangi rasa hormat dan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj.

Huzaemah Tahido Yanggo, M.A

2. Wakil Rektor I Bidang Akademik IIQ Jakarta, Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, SH., M. Hum

3. Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan IIQ Jakarta, Bapak Dr. H. M. Dawud Arif Khan, S.E, M.Si., Ak., CPA 4. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni IIQ Jakarta, Ibu

Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag sebagai

5. Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IIQ Jakarta, Ibu Dra. Hj.

Muzayyanah, M.A

6. Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah IIQ Jakarta, Ibu Dra.

Hj. Nur Izzah, M.A

7. Ketua Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf IIQ Jakarta, Bapak Rahmatul Fadhil, M.A

8. Dosen Pembimbing, Bapak Sultan Antus Mohammad, M.A., yang telah memberikan ilmu dan arahan kepada penulis dengan sabar dan jelas sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

9. Para Dekan Fakultas serta Civitas Akademika IIQ Jakarta

10. Orang tua serta saudara penulis yang tidak pernah lelah mengajari dan memberi doa serta dukungan untuk menjadi orang yang selalu mengingat Allah SWT. agar dimudahkan segala urusanya termasuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Divisi SKAI BPRS HIK, Bapak Faisal Haris yang telah membantu penulis dalam memproses penelitian sebelumnya di BPRS HIK dan juga sebagai penyambung dalam proses penelitian selanjutnya di Bank CIMB Niaga Syariah

(10)

viii

12. Assistant Vice President Philanthropy & Islamic Community Specialist Syariah Banking Bank CIMB Niaga Syariah, Ibu Maryana Yunus yang atas segala kebaikan dan pertolongan beliau sehingga dapat memudahkan dan sangat membantu penulis dalam mendapatkan izin dan memperoleh data pada penelitian skripsi ini 13. Salah satu alumni IIQ Jakarta angkatan 2015 Fakultas Syariah, Kak

Resty Tri Yanti yang dengan sabar mendengar dan memberikan nasihat berdasarkan pengalaman dari segala keluhan yang penulis dapatkan dalam proses mengerjakan skripsi ini

14. Kepada teman angkatan 2016 yang selalu turut berperan memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi dan tugas akhir lainnya.

15. Teman-teman Badan Kelengkapan Keluarga Besar Mahasiswa (BKKBM) IIQ Jakarta, khususnya Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IIQ Jakarta dan Dewan Eksekutif Mahasiswa – Fakultas Syariah (DEMA – FS) IIQ Jakarta yang telah menjadi sarana belajar di luar kelas.

16. Dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, tapi tidak menguangi rasa terimakasih penulis kepada semuanya.

Semoga skripsi ini bisa bermanfaat. Apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan semoga dapat dimaklumi dan dimaafkan, apabila terdapat kritikan dan saran sangat diharapkan. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT. dan kesalahan murni dari penulis. Terimakasih.

(11)

ix

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Penulisan skripsi di Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta dilihat dari petunjuk teknis penulisan skripsi tahun 2017, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

أ : a ط : th

ة : b ظ : zh

د : t ع : ‘

س : ts غ : gh

ط : j ف : f

ح : h ق : q

ر : kh ك : k

د : d ل : l

ر : dz و : m

س : r ٌ : n

ص : z ٔ : w

س : s ِ : h

ش : sy ء : '

ص : sh ٘ : y

ض : dh

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap Fathah : a آ : â َْ٘... : ai

Kasrah : i ٘ : î َْٔ... : au

Dhammah : u ٔ : û

(12)

x 3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (لا) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

حشقجنا : al-Baqarah خُٚذًنا : al-Madînah

b. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (لا) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

مجشنا : ar-Rajul حذٛسنا : as-Sayyidah سًشنا : asy-Syams ٙيساذنا : ad-Dârimî c. Syaddah (Tasydîd) Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab

digunakan lambang ( ّّ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, dikahir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Contoh:

للهبث بََُّيآ : Âmannâ billâhi ُءبََٓفُّسنا ٍََيآ : Âmana as-Sufahâ‟u ٍَِْٚزَّنا ٌَِّإ : Inna al-Ladzîna ِعَّكُّشنأَ : wa ar-Rukka‟i d. Ta Marbûthah ( ح )

Ta Marbûthah ( ح ) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”. Contoh:

ِحَذِئْفَ ْلْ ا : al-Af‟idah

(13)

xi

washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:

ٌخَجِصبََ ٌخَهِيبَع : Â’ milatun Nâshibah

َٖشْجُكْنا َخَٚ ْٜا : al-Âyat al-Kubrâ e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengennal huruf kapial, akan tettapi apabila telah dialih aksarakan maka berlalu ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun utnuk nama diri yang diwalai dengan kata sadang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: ’Alî Hasan al-’Âridh, al-’Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al- Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

(14)

xii DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN PENULIS ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Batasan Masalah ... 6

3. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Metode Penelitian ... 8

F. Kajian Pustaka ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TEORI TENTANG WAKAF DAN WAKAF UANG ... 19

A. Wakaf ... 19

1. Pengertian Wakaf ... 19

2. Perkembangan Hukum Wakaf ... 20

(15)

xiii

6. Macam-Macam Wakaf ... 42

B. Wakaf Uang ... 45

1. Pengertian Wakaf Uang ... 45

2. Wakaf Uang menurut Hukum Islam ... 47

3. Wakaf Uang menurut Peraturan Perudang-Undangan .... 50

4. Prinsip Wakaf Uang ... 55

5. Tujuan Wakaf Uang... 56

6. Keuntungan Wakaf Uang ... 56

7. Perbedaan Wakaf Uang dan Wakaf Melalui Uang ... 57

BAB III PENGHIMPUNAN WAKAF DI BANK CIMB NIAGA SYARIAH ... 60

A. PT Bank CIMB Niaga Tbk ... 60

1. Profil Umum Perusahaan ... 60

2. Sekilas Tentang PT Bank CIMB Niaga Tbk ... 63

3. Jejak Langkah ... 67

4. Visi dan Misi ... 70

5. Budaya Perusahaan ... 70

6. Perluasan Jangkauan Jaringan Elektronik ... 72

7. Akses Informasi dan Data Perusahaan ... 76

B. Bank CIMB Niaga Syariah ... 78

1. Tentang Bank CIMB Niaga Syariah ... 78

2. Sasaran Utama ... 79

3. Jaringan Kantor dan Distribusi ... 81

4. Penghargaan... 81

5. Produk ... 82

C. Wakaf Bank CIMB Niaga Syariah ... 84

1. Program Wakaf Bank CIMB Niaga Syariah ... 84

(16)

xiv

2. Jasa Layanan Wakaf Bank CIMB Niaga Syariah ... 90

3. Program Wakaf Nadzir Bank CIMB Niaga Syariah ... 92

4. Syarat dan Ketentuan Wakaf ... 95

BAB IV ANALISIS PRAKTIK WAKAF UANG DI BANK CIMB NIAGA SYARIAH ... 96

A. Mekanisme Penghimpunan Wakaf Uang Berdasarkan Hukum Islam dan Perundang-Undangan Wakaf di Indonesia...96

1. Mekanisme Penghimpunan Wakaf Uang berdasarkan Hukum Islam ... 96

2. Mekanisme Penghimpunan Wakaf Uang Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Wakaf di Indonesia ... 97

B. Praktik Penghimpunan Wakaf Uang di Bank CIMB Niaga Syariah ... 101

C. Kesesuaian Penghimpunan Wakaf Uang di Bank CIMB Niaga Syariah dengan Hukum Islam dan Peraturan Perundangan Wakaf di Indonesia ... 107

1. Kesesuaian berdasarkan hukum Islam ... 107

2. Kesesuaian berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Wakaf di Indonesia...107

BAB V PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 118

(17)

xv

Tabel 3.1 Program Hadiah berupa Sedekah bagi yang terdampak situasi COVID-19 ... 85 Tabel 3.2 Program Hadiah berupa Wakaf dalam bentuk kesatuan barang/

proyek ... 85 Tabel 3.3 Program Hadiah berupa Wakaf dalam bentuk uang yang dikumpulkan untuk disalurkan ke program wakaf ... 87 Tabel 3.4 Skema perkiraan nilai wakaf - Tabungan iB Mapan - Menabung untuk Wakaf ... 89 Tabel 4.1 Akumulasi data Jumlah Wakaf Tahun 2019 Berdasarkan Program dan Layanan Bank ... 105

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Alur transaksi wakaf uang Bank CIMB Niaga Syariah ... 102 Gambar 4.2 Alur transaksi wakaf melalui uang Bank CIMB Niaga Syariah ... 103 Gambar 4.3 Total Perolehan wakaf pertahun ... 104 Gambar 4.4 Jumlah Wakaf Tahun 2019 Berdasarkan Program dan Layanan Bank ... 105 Gambar 4.5 10 TOP Program Wakaf Nadzir ... 106

(19)

xvii

Hukum Islam dan Undang-Undang Perwakafan di Indonesia tentang Penghimpunan Wakaf Uang (Studi Kasus: Bank CIMB Niaga Syariah)”.

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, 1441H/2020 M.

Jumlah umat Islam di Indonesia merupakan aset terbesar dalam penghimpunan dan pengembangan wakaf uang, namun kurangnya pemahaman masyarakat mengenai wakaf uang menjadikan wakaf uang masih menjadi pilihan minoritas masyarakat untuk berwakaf. Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS PWU) memiliki peran penting dalam menghimpun dana dan memberikan promosi dalam perkembangan perolehan wakaf uang di Indonesia. Salah satunya adalah Bank CIMB Niaga Syariah sebagai Unit Usaha Syariah terbesar di Indonesia yang telah bergabung menjadi LKS PWU dan ikut serta mengupayakan berkembangnya perolehan wakaf uang di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif.

Pengumpulan data berasal dari wawancara kepada pihak yang terikat dengan pengelolaan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah serta mengumpulkan data dan mengkaji berbagai sumber tertulis yang terkait dengan praktik wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, Mekanisme penghimpunan wakaf uang dalam hukum Islam adalah dengan disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar‟iy dan nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan/atau diwariskan. Sedangkan mekanismenya berdasarkan Perundang- Undangan adalah Wakif hadir di LKS PWU untuk menyatakan kehendak wakaf uangnya dan menyetorkan secara tunai sejumlah uang ke LKS PWU, lalu dana wakaf yang terhimpun di LKS PWU selanjutnya dikelola dan dikembangkan oleh nadzir pada sektor usaha produktif yang menguntungkan dan sesuai dengan prinsip syariah.. Kedua, Praktik wakaf uang yang dilakukan bank CIMB Niaga Syariah adalah Wakif melakukan penyetoran dana wakaf secara langsung maupun tidak langsung melalui program atau jasa layanan di CIMB Niaga Syariah, lalu dana tersebut akan disetorkan ke rekening Giro berakad wadi‟ah milik mitra Bank – yaitu Nazhir, kemudian Nazhir akan mengelola dalam bentuk investasi di lembaga keuangan syariah dan mendapatkan bagi hasil yang akan disalurkan kepada mauquf „alaih.

Ketiga, Dalam tugasnya sebagai LKS PWU, Bank CIMB Niaga Syariah telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan Hukum Islam dan Perundang- undangan yang berlaku di Indonesia.

Kata Kunci: Hukum Islam, Wakaf Uang, Undang-Undang Wakaf

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan wakaf di Indonesia tidak bisa dilepas dari perkembangan praktik filantropi itu sendiri, dimulai dari praktik zakat yang mulai mengemuka sejak lahir masa orde baru, khususnya pada masa reformasi. Perkembangan praktik filantropi sendiri didorong oleh setidaknya beberapa faktor, pertama faktor reformasi politik, kedua adanya krisis ekonomi khususnya mulai 1998, ketiga, adanya bencana-bencana besar seperti tsunami Aceh, dan keempat adanya faktor globalisasi, dan adanya dorongan Islamisasi. Selain itu, ketertarikan terhadap studi zakat dan wakaf juga meningkat di luar Indonesia, sejalan dengan perkembangan filantropi Islam di berbagai tempat di dunia. 1

Praktik wakaf mulai dilirik ketika banyak kalangan termasuk akademisi melihat bahwa wakaf memiliki potensi ekonomi yang jauh lebih besar dari zakat. Wakaf dapat menjadi instrumen pelengkap pembiayaan pembangunan, termasuk dalam upaya pengentasan kemiskinan. Sejumlah lembaga pendidikan, pondok pesantren maupun masjid di Indonesia banyak ditopang keberadaan dan kelangsungan hidupnya oleh wakaf.

Manfaat wakaf itu terus bisa didapat dan dirasakan, maka setiap kali ada manfaat yang didapat, pahalanya pun diberikan oleh Allah. dan demikian terus, selama masih bisa dimanfaatkan harta itu,

1 Amelia Fauzia, dkk, Fenomena Wakaf di Indonesia: Tantangan menuju Wakaf Produktif (Jakarta Timur: Badan Wakaf Indonesia, 2016) h. 66

(21)

maka selama itu pula pahalanya akan didapat. Maka sering disebut juga dengan sedekah yang pahalanya terus mengalir, atau shadaqah jariyah.2

Berkaitan dengan pensyariatan wakaf, secara khusus nash yang menunjukkan pensyariatan wakaf dalam Al-Quran dan hadits tidak ditemukan. Akan tetapi, secara umum banyak ditemukan ayat maupun hadits yang menganjurkan agar orang beriman menafkahkan sebagian rezekinya untuk kebaikan. Dasar pensyariatan wakaf adalah:

ُّْٕج ِذُر بًَِّي ا ُْٕقِفُُْر ٗهّزَد َّشِجْنا إُنبََُر ٍَْن ٌىِْٛهَع ِّٖث َ هّاللّ ٌَِّبَف ٍءَْٙش ٍِْي إُْقِفُُْر بَئَۗ ٌَ

3٢٩

Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.

(QS. Ali 'Imran[3]:92)

Dalam hadits Nabi dijelaskan, bahwa salah satu amalan yang tidak akan putus adalah amal jariyah.

ُُّهًََع َُُّْع َعَطَقَْا ٌُبَسَِْلْا َدبَي اَرِإ :َلبَق َىَّهَسَٔ َِّْٛهَع ُاللّ َّٗهَص اللّ لُٕسَس ٌَّأ حَشَْٚشُْ ِٗثأ ٍَْع َّلاِإ

َُّن ُٕعْذَٚ ٍخِنبَص ٍذَنَٔ َْٔأ ِِّث ُعَفَزُُْٚ ٍىْهِع َْٔأ ٍخَِٚسبَج ٍخَقَذَص ٍِْي َّلاِإ ٍخَصَلََص ٍْ ِي

4

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Nabi Saw. telah berkata: “Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.” (HR.

Muslim).

Secara umum wakaf hanya dipahami dengan wakaf tidak bergerak, seperti tanah maupun bangunan. Pada wakaf tanah dan bangunan, yang dapat menikmati harta wakafnya hanyalah rakyat yang berdomisili di sekitar harta wakaf tersebut berada. Sementara rakyat miskin sudah sangat menyebar luas di seluruh Indonesia sehingga dibutuhkan sumber pendanaan baru yang tidak terikat

2 Ahmad Sarwat, Fiqih Waqaf (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing, 2018) h. 11

3 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 62

4 Imam Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz VII, (Beirut: Dar al-Fikr, 2007) h. 405

(22)

3 tempat dan waktu.5 Seiring dengan kebutuhan dana untuk pengentasan kemiskinan yang sangat besar dan lokasinya tersebar di luar daerah para wakif, timbullah pemikiran baru untuk berwakaf dengan uang.

Wakaf uang telah dikenal pada periode Utsmaniyah dan juga Mesir. Meski begitu, penggunaan wakaf uang sebagai instrumen keuangan sungguh merupakan inovasi dalam keuangan publik Islam.6 Praktik wakaf uang ini dipelopori oleh M. A. Mannan dan pertama kali dilakukan di Social Investment Bank Ltd. (SIBL) Dhaka- bangladesh yang telah berdiri sejak 22 November 19957 dan telah memperkenalkan sertifikat wakaf uang pada Desember 1997, kemudian menerbitkan secara formal pada 12 Januari 19988 dengan pola menjamin keutuhan modal (mauquf) dan hasilnya digunakan untuk kesejahteraan sosial (mauquf „alaih). Sehingga dapat dikatakan bahwa operasional wakaf uang yang dilakukan SIBL dapat memberi pengalaman dan contoh nyata proses penggunaan sertifikat wakaf uang sebagai instrumen keuangan pada perbankan.

Wakaf uang memang tampak seperti instrumen keuangan Islam lainnya yaitu Zakat, Infak, Sedekah (ZIS). Namun, yang membedakan adalah ZIS bisa dibagi-bagikan langsung dana pokoknya kepada pihak yang berhak. Sementara pada wakaf uang, uang pokoknya akan diinvestasikan dan keuntungan investasi dari pokok itulah yang akan mendanai kebutuhan rakyat miskin. Wakaf

5 Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan Di Indonesia. (Yogyakarta:

Pilar Media, 2006) h. 89-90

6 M .A. Mannan, SERTIFIKAT WAKAF TUNAI; Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, terj. Tjasmijanto & Rozidyanti (Depok: CIBER & PKTTI UI, 2001) h. 36

7 M. A. Mannan, SERTIFIKAT WAKAF TUNAI: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, terj. Tjasmijanto & Rozidyanti, h. 19

8 M. A. Mannan, SERTIFIKAT WAKAF TUNAI: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, terj. Tjasmijanto & Rozidyanti, h. 51

(23)

uang diinvestasikan dalam wujud saham atau deposito, atau lebih tepatnya nilai uang tetap terpelihara dan menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu yang lama.9 Oleh karena itu, instrumen wakaf uang dapat melengkapi zakat, infak, dan sedekah sebagai instrumen penggalangan dana masyarakat.10

Ulama berbeda pendapat mengenai kebolehan wakaf uang.

Mereka yang melarangnya karena khawatir nilai pokok dalam uang yang diwakafkan tersebut akan hilang dan tidak mendasari nilai wakaf yang kekal. Namun ulama yang membolehkannya berpendapat, nilai pokok uang yang diwakafkan tersebut akan tetap kekal jika dikelola atau diinvestasikan dengan orang yang sudah profesional di bidangnya sehingga nilai pokok wakaf uang akan tetap ada dan hasil dari pengelolaannya akan disalurkan kepada yang membutuhkannya.

Wakaf uang masih dianggap baru dan belum diketahui keberadaannya oleh banyak orang. Setelah diundangkannya Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, ada beberapa hal yang dipandang sebagai terobosan penting dalam perkembangan wakaf di Indonesia, yaitu: Pertama, diakuinya Wakaf Benda Bergerak, termasuk wakaf uang yang diharapkan menjadi sumber harta wakaf potensial yang dapat disinergikan dengan harta Wakaf Benda Tidak Bergerak. Kedua, dibentuknya Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai lembaga independen yang bertugas memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional.11 Undang-Undang Tentang

9 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. (Jakarta:

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007) h. 6

10 Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan Di Indonesia, (Yogyakarta: Pilar Media, 2006) h. 90

11 Suhrawardi K. Lubis, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, (Jakarta : Sinar Grafika dengan UMSU publisher, 2010) h. 41

(24)

5 Wakaf ini memberikan keleluasaan bagi umat Islam untuk turut serta dalam program wakaf sehingga tidak perlu lagi menunggu kaya dahulu seperti tuan tanah. Mereka dapat menyisihkan sebagian rezekinya untuk wakaf uang.12

Dalam rangka memajukan wakaf di Indonesia khususnya wakaf uang, BWI telah mengeluarkan beberapa peraturan.

Diantaranya, peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pedoman pengelolaan dan pengembangan wakaf uang dan peraturan BWI Nomor 2 tahun 2010 tentang tatacara pendaftaran Nazhir wakaf uang.

Mengenai administrasi wakaf uang juga diatur dalam Peraturan Menteri Agama nomor 4 tahun 2009 tentang administrasi pendaftaran wakaf uang.

Keberadaan wakaf uang tidak terlepas dari pengelolaan dana wakaf oleh nazhir melalui jaringan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang ditunjuk oleh Menteri Agama sebagai LKS Penerima Wakaf Uang (LKS PWU). Salah satunya adalah Bank CIMB Niaga Syariah sebagai Unit Usaha Syariah terbesar di Indonesia13 yang telah bergabung menjadi LKS PWU dan ikut serta mengupayakan berkembangnya wakaf uang di Indonesia dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai wakaf uang dan memberikan kemudahan transaksi wakaf melalui platform digital yang dimiliki. Hingga tahun 2019 Bank CIMB Niaga Syariah mampu menghimpun dana sampai 1,9 miliar rupiah yang mana perolehan ini meningkat 149% dari tahun sebelumnya.

12 Sudirman Hasan, Wakaf Uang dan Implementasinya di Indonesia, de Jure, 2010, Volume 2, Nomor 2, h. 169

13 Mi‟roji, UUS Terbesar Indonesia, CIMB Niaga Syariah Catatkan Laba 1,1 Triliun di 2019, https://www.madaninews.id/10495/uus-terbesar-indonesia-cimb-niaga-syariah- catatkan-laba-11-triliun-di-2019.html, diakasea pada tanggal 25 Agustus 2020

(25)

Maka dengan itu penulis tertarik untuk meneliti “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Perwakafan di Indonesia tentang Penghimpunan Wakaf Uang (Studi Kasus: Bank CIMB Niaga Syariah)”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

a. Pemahaman mayoritas masyarakat tentang wakaf masih sebatas pada wakaf tanah dan bangunan

b. kurangnya pemahaman masyarakat mengenai wakaf uang menjadikan wakaf uang masih menjadi pilihan minoritas masyarakat untuk berwakaf.

c. Keserupaan wakaf uang dengan zakat, infaq dan shadaqah d. Perbedaan pendapat ulama terkait wakaf uang

e. Praktik penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah yang merupakan Unit usaha Syariah terbesar di Indonesia

2. Batasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini dapat mencapai hasil yang baik dan maksimal sesuai tujuan yang dikehendaki dan masalah-masalah yang diteliti tidak begitu luas dan tidak keluar dari pembahasan skripsi, maka penulis membatasi penelitian ini dengan pembahasan hukum Islam dan Undang-Undang perwakafan di Indonesia tentang penghimpunan wakaf uang, praktik penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah, serta kesesuaian praktik penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah dengan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia terkait dengan wakaf uang.

(26)

7 Hukum Islam dilihat dari Fatwa MUI tahun 2002 tentang Wakaf Uang dan Perundang-Undangan Wakaf di Indonesia tentang Wakaf Uang dilihat dari Undang-Undang No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf, Peraturan Pemerintah No 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 41 tahun 2004 tentang Wakaf, Peraturan Menteri Agama No 4 tahun 2009 tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang, Peraturan Badan Wakaf Indonesia No 1 tahun 2020 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf.

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana mekanisme penghimpunan wakaf uang menurut Hukum Islam dan Perundang-Undangan wakaf?

b. Bagaimana praktik penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah?

c. Bagaimana kesesuaian praktik penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah dengan Hukum Islam dan Undang-Undang perwakafan di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis mekanisme penghimpunan wakaf uang menurut Hukum Islam dan Perundang-Undangan wakaf

2. Untuk menganalisis praktik penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah

3. Untuk menganalisis kesesuaian praktik penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah dengan hukum Islam dan Undang-Undang perwakafan di Indonesia

(27)

D. Manfaat Penelitian

Pada penulisan ini terdapat manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah ilmu pengetahuan terkait dengan Hukum Islam dan Undang-Undang Indonesia tentang penghimpunan wakaf uang, dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan prosedur dan pelaksanaan wakaf uang di Indonesia.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis mengenai hukum Islam dan Undang-Undang Indonesia tentang penghimpunan wakaf uang, dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan prosedur dan pelaksanaan wakaf uang di Indonesia.

b. Menambah profesionalisme pihak LKS PWU dan nadzir dalam menghimpun, mengelola dan mengembangkan wakaf uang menjadi lebih produktif lagi

c. Memberi kemudahan bagi masyarakat untuk menambah informasi terkait wakaf uang dan dapat menumbuh kembangkan minat masyarakat untuk berwakaf dengan wakaf uang

E. Metode Penelitian

Guna memperoleh sebuah penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan adanya sebuah metode penelitian agar penelitian yang dilakukan bisa sitematis dan terarah sesuai dengan fokus yang diteliti. Metode

(28)

9 penelitian adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakkan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian.14 1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya secara fundamental.15 Sedangkan deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat.16

Untuk itu, pada penelitian ini akan menjelaskan prosedur penghimpunan wakaf uang menurut hukum Islam dan Undang- Undang wakaf, dan memberikan gambaran terhadap pelaksanaan dari penghimpunan wakaf uang tersebut.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat adanya sumber data penelitian adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari sumber asli17. Sumber data yang langsung memberikan

14 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah (Jakarta: Kencana, 2011) cet.1, h. 254

15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002) h.3

16 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004) h.53

17 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) h. 103

(29)

data kepada pengumpul data.18 Data ini diperoleh dari Undang-Undang dan kitab-kitab fiqh yang membahas tentang wakaf dan wakaf uang, dan data-data yang didapat mengenai praktik penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang telah melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada, baik dari perpustakaan atau dari laporan-laporan terdahulu.19 Dalam penulisan ini data sekunder diperoleh dari jurnal, skripsi, majalah, koran, artikel yang berkaitan dengan wakaf uang ditinjau dari hukum Islam maupun Undang-Undang perwakafan yang ada di Indonesia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi

Observarsi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observarsi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.20 Berdasarkan penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati pengimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah guna mendapatkan informasi.

18 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011) h. 89

19 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013) h. 94.

20 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2017) h. 225

(30)

11

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengambilan data dengan percakapan antara peneliti dengan subjek yang diteliti untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu dialog tanya jawab kepada pihak yang terikat dengan penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan secara tidak langung.

Tahap ini merupakan suatu catatan peristiwa yang sudah berlalu21, yaitu dengan cara mengumpulkan data dan mengkaji berbagai sumber tertulis seperti arsip, dokumen resmi, foto, dan sumber berita lainnya.

4. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik penelitian sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali dari semua data yang telah dikumpulkan. Dengan kata lain, editing merupakan pekerjaan memeriksa kembali informasi yang telah diterima peneliti.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis. Dalam hal ini penulis melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun kembali

21 Sugiyono, Pemahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alfabet, 2010) h. 82

(31)

data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisis.

c. Analizing, yaitu proses penemuan hasil dengan menganalisis data-data yang telah diperoleh peneliti, untuk selanjutnya akan sampai pada sebuah proses dalam menarik sebuah kesimpulan dan dalam hal ini akan menjadi jawaban dari rumusan masalah.22

F. Kajian Pustaka

1. Rahmat Hidayat, Studi Komparatif Terhadap Ulama Hanafiyyah dan Syafi‟iyyah tentang Wakaf Tunai, Alhurriyah : Jurnal Hukum Islam, Vol. 03., No. 01., Januari-Juni 2018.23

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hukum mewakafkan benda bergerak berupa uang menurut Ulama Hanafiyyah adalah boleh dengan cara menjadikan uang tersebut sebagai investasi mudharabah kemudian hasilnya itu yang disalurkan kepada fakir dan miskin. Selain itu hukum mewakafkan uang menurut Hanafiyyah juga berdasarkan „uruf adat yang membolehkannya, agar kedudukan wakaf uang tersebut lebih kuat, maka perlu adanya putusan hakim atau penguasa terhadap persoalan tersebut. Sedangkan menurut ulama Syafi‟iyyah mewakafkan uang ada dua pendapat di kalangan mereka. Pertama, membolehkan mewakafkan uang. Kedua, tidak membolehkannya. Adapun alasan mereka yang tidak membolehkan adalah karena cara memanfaatkan uang dengan menghilangkan bendanya dan juga menurut mereka hukum

22 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013) h 235

23 Rahmat Hidayat, Studi Komparatif Terhadap Ulama Hanafiyyah dan Syafi‟iyyah tentang Wakaf Tunai, Alhurriyah : Jurnal Hukum Islam, Vol. 03., No. 01., Januari-Juni 2018

(32)

13 mewakafkan uang terhubung dengan apabila uang tersebut dicuri sehingga pihak pengelola uang tersebut tidak wajib mengganti, maka harta wakaf tersebut tidak bisa diambil manfaatnya lagi.

Jadi dengan demikian mewakafkan uang hukumnya tidak sah.

Penelitian ini sama-sama membahas wakaf uang, namun perbedaannya dalam penelitian ini lebih membahas mengenai hukum Islam tentang wakaf uang berdasarkan pendapat ulama Hanafiyyah dan Syafi‟iyyah sedangkan yang penulis tulis mengenai hukum Islam dan hukum positif di Indonesia tentang wakaf uang serta pengelolaan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah.

2. Indirwan, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Wakaf Uang, Jurnal Ekonomi Bisnis Syariah, vol 1, no 2, 2018 24

Dalam sistem pengelolaan wakaf uang tidak banyak berbeda dengan wakaf tanah atau bangunan, nazhir bertugas untuk menginvestasikan sesuai syariah dengan syarat nilai nominal uang yang diinvestasikan tidak boleh berkurang. Sedangkan hasil investasi dialokasikan untuk upah nazhir (maksimal 10%) dan kesejahteraan masyarakat (minimal 90%). Seorang waqif dapat menetapkan jenis peruntukkan harta wakaf, misalnya untuk pemberdayaan komunitas secara integral. Seperti pemberdayaan pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi suatu komunitas.

Demikian besarnya manfaat wakaf uang bagi pemberdayaan masyarakat, perlu didorong suatu kesadaran masyarakat agar mampu berperan serta aktif dalam gerakan wakaf uang ini.

Potensi dana yang cukup besar dari wakaf uang akan mampu

24 Indirwan, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Wakaf Uang, Jurnal Ekonomi Bisnis Syariah, vol 1, no 2, 2018

(33)

memberikan kemaslahatan yang lebih besar bagi pembangunan umat dan kesejahteraan masyarakat.

Penelitian ini sama-sama membahas mengenai wakaf uang namun perbedaannya dalam penelitian ini lebih membahas pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui wakaf uang sedangkan yang sedang penulis tulis mengenai hukum Islam dan hukum positif di Indonesia tentang wakaf uang serta pengelolaan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah.

3. Dede Suryana, Sutrisna, Mukhtar, Studi Komparatif tentang Wakaf Uang menurut Imam Mawardi dan Ibn Najim Al-Mishri, al-Afkar, Journal for Islamic Studies, Vol. 2, No. 2, Juli 201925

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pendapat Imam Mawardi (Ulama Syafi‟iyyah) Tentang wakaf uang di dalam kitab al-Hawi Kabir yang menyatakan bahwa wakaf uang tidak sah dipergunakan untuk ijarah atau untuk dijadikan modal usaha. Karena dikhawatirkan manfaatnya akan hilang apabila uang tersebut dicuri atau hilan, dan jika dijadikan modal usaha manfaat uang akan hilang apabila yang menjalankan usaha mengalami kerugian sehingga uang yang diwakafkan akan berkurang bahkan uang tersebut akan habis apabila kerugiannya besar. Sedangkan menuirut pendapat Ibn Najim Al-Mishri (Hanafiyyah) di dalam kitabnya Al-Bahru Al-Ra‟iq Sarh Kanju Al-Daqa‟iq menyebutkan bahwa mewakafkan uang hukumnya boleh dengan cara menjadikan uang tersebut modal usaha dan keuntungannya diberikan kepada fakir miskin.

25 Dede Suryana, Sutrisna, Mukhtar, Studi Komparatif tentang Wakaf Uang menurut Imam Mawardi dan Ibn Najim Al-Mishri, al-Afkar, Journal for Islamic Studies, Vol. 2, No.

2, Juli 2019

(34)

15 Penelitian ini sama-sama membahas wakaf uang, namun perbedaannya dalam penelitian ini lebih membahas mengenai hukum Islam tentang wakaf uang berdasarkan pendapat Imam Mawardi dan Ibn Najim Al-Mishri sedangkan yang penulis tulis mengenai hukum Islam dan hukum positif di Indonesia tentang wakaf uang serta pengelolaan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah.

4. Nur Kasanah, Wakaf Uang dalam Tinjauan Hukum, Potensi, dan Tata Kelola, Jurnal Muslim Heritage, vol. 4 No 1, Mei 201926

Wakaf dapat dikategorikan sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak pernah putus. Salah satu bentuk wakaf adalah berupa uang. Pendapat dari ulama madzhab Hanafi, dan sebagian ulama Syafi‟iyah, menjadi pertimbangan MUI untuk mengeluarkan fatwa tanggal 11 Mei 2002 tentang bolehnya wakaf uang. Hal ini kemudian diakomodir dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, yang salah satunya mengatur tentang

“Wakaf Benda Bergerak Berupa Uang”. Wakaf uang memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan kegiatan ekonomi umat secara mikro dan ekonomi negara secara makro. Bahkan, bila dikelola dengan profesional,manajerial dan transparan, nilainya sungguh amat fantastis dan dapat menjadi alternatif bagi penanggulangan kemiskinan.

Penelitian ini sama-sama membahas mengenai wakaf uang namun perbedaannya dalam penelitian ini lebih membahas wakaf uang dalam tinjauan hukum, potensi, dan tata kelola sedangkan yang sedang penulis tulis mengenai hukum Islam dan hukum

26 Nur Kasanah, Wakaf Uang dalam Tinjauan Hukum, Potensi, dan Tata Kelola, Jurnal Muslim Heritage, vol. 4 No 1, Mei 2019

(35)

positif di Indonesia tentang wakaf uang serta pengelolaan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah.

5. Nurcahyati, Implementasi Hukum Wakaf Uang di Lembaga Dompet Dhuafa Republika, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Lampung, 2018. 27

Kesimpulan pada skripsi ini adalah Pelaksanaan wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika melalui Tabung Wakaf Indonesia (TWI) saat ini belum sepenuhnya dapat dikatakan sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf hal ini dikarenakan belum sepenuhnya melibatkan LKS- PWU dalam pelaksanaan wakaf uang yang diamanatkan oleh Undang-Undang, karena TWI memperbolehkan waqif datang langsung ke TWI dan mengeluarkan Sertifikat Wakaf Uang yang seharusnya berdasarkan Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 LKS-PWU yang bertugas menerbitkan Sertifikat Wakaf Uang serta menyerahkan sertifikat tersebut kepada waqif dan menyerahkan tembusan sertifikat kepada nazhir yang ditunjuk oleh wakif.

Penelitian ini sama-sama membahas mengenai wakaf uang namun perbedaannya dalam penelitian ini lebih membahas implementasi hukum wakaf uang di lembaga dompet dhuafa republika sedangkan yang sedang penulis tulis mengenai hukum Islam dan hukum positif di Indonesia tentang wakaf uang serta pengelolaan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah.

27 Nurcahyati, Implementasi Hukum Wakaf Uang di Lembaga Dompet Dhuafa Republika, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Lampung, 2018.

(36)

17 G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penyusunan dan untuk mempermudah pembahasan pada skripsi ini, maka teknik penulisan merujuk kepada pedoman yang diberlakukan di Institut Ilmu Al-Quran Jakarta.

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan tinjauan pustaka.

BAB II: TEORI TENTANG WAKAF DAN WAKAF UANG

Bab ini menjelaskan mengenai pemahaman teori tentang wakaf yang berisikan pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat, macam-macam, dan tentang wakaf uang yang berisikan pengertian, tujuan, keuntungan, prinsip, dan perbedaan wakaf uang dengan wakaf melalui uang.

BAB III: PENGHIMPUNAN WAKAF DI BANK CIMB NIAGA SYARIAH

Dalam bab ini akan menjelaskan gambaran umum mengenai CIMB Niaga, CIMB Niaga Syariah sebagai Unit Usaha Syariah CIMB Niaga dan salah satu program di Bank CIMB Niaga Syariah yaitu wakaf.

BAB IV: ANALISIS PRAKTIK WAKAF UANG DI BANK CIMB NIAGA SYARIAH

Bab ini membahas hasil penelitian tentang analisis Hukum Islam dan Perundang-Undangan Wakaf di Indonesia tentang Wakaf uang, praktik penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah dan kesesuaian praktik penghimpunan wakaf uang di Bank CIMB Niaga Syariah dengan hukum

(37)

Islam maupun Undang-Undang perwakafan di Indonesia tentang wakaf uang.

BAB V: PENUTUP

Penutup berisi tentang kesimpulan yang dirangkum berdasarkan hasil penelitian dan saran berupa masukan- masukan yang ingin disampaikan baik kepada pihak-pihak terkait maupun penelitian selanjutnya.

(38)

19 BAB II

TEORI TENTANG WAKAF DAN WAKAF UANG

A. Wakaf

1. Pengertian Wakaf

Secara bahasa, kata wakaf berasal dari bahasa Arab dari akar kata waqafa berarti berhenti atau berdiri1. Kata waqafa – yaqifu – waqfan semakna dengan kata habasa – yahbisu – habsan yaitu menahan atau memenjarakan.2

Sedangkan secara istilah, Sayd Sābiq mendefinisikan wakaf adalah menahan benda asal dan memanfaatkan buahnya (hasilnya), atau menahan harta dan menyalurkan manfaatnya di jalan Allah.3 Al-Minawi mendefinisikan wakaf dengan menahan harta benda yang dimiliki dan menyalurkan manfaatnya dengan tetap menjaga pokok barang dab keabadiannya yang berasal dari para dermawan atau pihak umum selain dari harta maksiat semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT.4 Al-Kabisi mendefinisikan wakaf dengan menahan harta yang bisa diambil manfaatnya dengan menjaga bentuk aslinya untuk disalurkan kepada jalan yang dibolehkan.5

1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia (Surabaya:

Pustaka Progressif, 2002) cet. 25, h. 1576

2 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia, cet. 25, h. 231

3 Al- Sayid Sābiq, Fiqh al- Sunnah, Jilid III (Bairut : Dar al- Kitab al-'Arabi, l97l), 378.

4 Al-Minawi, At-Taufiq ala Muhimmat Ta‟arif (Cairo: „Alam al-Kutub, 1990) h. 340

5 Al-Kabisi, Hukum Wakaf, diterjemahkan oleh Ahrul Sani Fathurrohman (Jakarta:

IIMaN Press, 2004) h. 41

(39)

Jadi pengertian wakaf adalah menahan harta pokok wakaf yang diberikan wakif untuk dikelola oleh nadzir sehingga mendapatkan kemanfaatan untuk memenuhi kesejahteraan umum menurut syariah sebagai nilai ibadah kepada Allah SWT.

2. Perkembangan Hukum Wakaf a. Sejarah Perwakafan Islam

Dalam sejarah Islam, wakaf dikenal sejak masa Rasulullah Saw. karena wakaf disyariatkan setelah Nabi Saw.

ke Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Hal ini dapat dilihat dari wakaf Rasulullah atas tanahnya yang kemudian dijadikan masjid atas dasar ketakwaan.

Wakaf lain yang dilakukan pada zaman Rasulullah adalah tanah Khaibar milik Umar bin Khattab yang diwakafkan berdasarkan nasehat Rasulullah untuk menahan pokoknya dan menyedekahkan hasilnya.

Sahabat Utsman bin Affan juga mewakafkan sumur yang airnya digunakan untuk memberi minum kaum muslimin. Sebelumnya, pemilik sumur ini mempersulit dalam masalah harga, maka Rasulullah menganjurkan dan menjadikan pembelian sumur sunnah bagi para sahabat.

Pengelolaan harta wakaf mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid.

Harta wakaf menjadi bertambah dan berkembang, bahkan tujuan wakaf menjadi semakin luas bersamaan dengan berkembangnya masyarakat Muslim ke berbagai penjuru.6

6 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata kelola Wakaf di Indonesia), (Bekasi: Gratama publishing, 2015) h. 80

(40)

21 Perkembangann ini terus berlanjut hingga masa-masa berikutnya dan telah mencapai puncaknya yang ditandai dengan meningkatnya jumlah wakaf yang mencapai sepertiga tanah pertanian yang ada di berbagai negara Islam, seperti Mesir, Syam, Turki, Andalusia dan Maroko. Termasuk dalam daftar kekayaan wakaf pada saat itu adalah perumahan rakyat dan komplek pertokoan di berbagai ibukota negara Islam yang terbentang dari ujung barat di Maroko hingga ujung timur di New Delhi dan Lahore.

Praktik wakaf menjadi lebih luas pada masa dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah, semua orang berduyun- duyun untuk melaksanakan wakaf. Antusiasme masyarakat kepada pelaksanaan wakaf telah menarik perhatian negara untuk mengatur pengelolaan wakaf sebagai sektor untuk membangun solidaritas sosial dan ekonomi masyarakat.

Kemudian dibentuk lembaga yang mengatur wakaf untuk mengelola, memelihara dan menggunakan harta wakaf, baik secara umum seperti masjid atau secara individu atau keluarga.

Pada masa dinasti Umayyah yang menjadi hakim Mesir adalah Taubah bin Ghar al-Hadhramiy pada masa khalifah Hisyam bin Abd. Malik. Sebagai lembaga yang pertamakali dilakukan dalam administrasi wakaf di Mesir, bahkan diseluruh negara Islam. Pada dinasti Abbasiyah terdapat lembaga wakaf yang disebut dengan “shadr al-wuquf” yang

(41)

mengurus administrasi dan memilih staf pengelola lembaga wakaf. 7

Pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir perkembangan cukup menggembirakan, di mana hampir semua tanah-tanah pertanian menjadi harta wakaf dan semua dikelola oleh negara dan menjadi milik negara (baitulmal). Shalahuddin al-Ayyubi banyak mewakafkan lahan milik negara untuk kegiatan pendidikan, seperti mewakafkan beberapa desa untuk pengembangan madrasah madzhab asy-Syafiiyah, madrassah al-Malikiyah dan madrasah al-Hanafiyah dengan dana melalui model mewakafkan kebun dan lahan pertanian, seperti pembangunan madrasah madzhab Syafi‟iy di samping kuburan Imam Syafi‟i dengan cara mewakafkan kebun pertanian dan pulau al-Fil.

Perkembangan wakaf pada masa dinasti Mamluk sangat pesat dan beraneka ragam sehingga apapun yang dapat diambil manfaatnya oleh diwakafkan. akan tetapi, paling banyak yang diwakafkan pada saat itu adalah tanah pertanian dan bangunan, seperti gedung perkantoran, penginapan, dan tempat belajar. pada masa Mamluk terdapat wakaf hamba sahaya yang diwakafkan budak untuk memelihara masjid dan madrasah, serta yang lebih membawa syiar Islam adalah wakaf untuk sarana Haramain (Makkah dan Madinah), seperti kain Ka‟bah.

Pada abad limabelas masa Utsmani, kerajaan Turki Utsmani dapat memperluas wilayah kekuasaannya sehingga

7 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata kelola Wakaf di Indonesia), (Bekasi: Gratama publishing, 2015) h. 82- 84

(42)

23 Turki dapat menguasai sebagian besar wilayah negara Arab.

Kekuasaan politik yang diraih oleh dinasti Utsmani secara otomatis mempermudah untuk menerapkan syari‟at Islam, khusunya peraturan tentang wakaf. 8

Peraturan tentang pembukuan pelaksanaan wakaf yang dikeluarkan di masa dinasti Utsmani pada tanggal 19 Jumadil Akhir 1280 H. Undang-undang tersebut mengatur tentang pencatatan wakaf, sertifikasi wakaf, cara pengelolaan wakaf, upaya mencapai tujuan wakaf dan melembagakan wakaf dalam upaya realisasi wakaf dari sisi administrasi dan perundang-undangan. Tahun 1287 H juga dikeluarkan undang-undang yang menjelaskan tentang kedudukan tanah- tanah kekuasaan Turki Utsmani dan tanah-tanah produktif yang berstatus wakaf.9

Dengan demikian jelaslah bahwa praktik wakaf sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah dan terus dilanjutkan sampai zaman lainnya sesuai berkembangnya Islam di dunia.

b. Sejarah Perwakafan di Indonesia

Perkembangan wakaf di Indonesia dapat dikatakan sejalan dengan perkembangan penyebaran Islam. pada masa- masa penyiaran Islam, kebutuhan terhadap masjid untuk menjalankan aktivitas ritual dan dakwah berdampak positif, yakni pemberian tanah wakaf untuk mendirikan masjid menjadi tradisi yang lazim dan meluas di komunitas- komunitas Islam di Nusantara. Seiring dengan perkembangan

8 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata kelola Wakaf di Indonesia), (Bekasi: Gratama publishing, 2015) h. 85-86

9 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata kelola Wakaf di Indonesia), (Bekasi: Gratama publishing, 2015) h. 88

(43)

sosial masyarakat Islam dari waktu ke waktu, praktik perwakafan mengalami kemajuan setahap demi setahap.

Tradisi wakaf untuk tempat ibadah tetap bertahan dan mulai muncul wakaf lain untuk kegiatan pendidikan, seperti untuk pendirian pesantren dan madrasah. Dalam periode berikutnya, corak pemanfaatan wakaf terus berkembang, sehingga mencangkup pelayanan sosial kesehatan, seperti untuk pendirian klinik dan panti asuhan.

Bukti paling kuat dalam pertumbuhan wakaf di Indonesia dapat ditelusuri dari peran para Walisongo ketika memperkenalkan Islam. untuk penyebaran ke lingkungan istana, para wali biasanya memulainya dengan mendirikan pesantren dan Masjid di lingkungan kesultanan (istana). Pola ini dilakukan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M) dan Sunan Ampel (w. 1467 M) yang kemudian diikuti oleh para tokoh Walisongo lainnya.10

Pada tingkat tertentu, perkembangan wakaf juga dipengaruhi oleh kebijakan perundang-undangan pada masanya. Sejak kolonial, aturan wakaf telah ada terkait dengan administrasi dan pencatatan wakaf. Aturan perundang-undangan wakaf tersebut terus berkembang sejalan dengan dinamika perkembangan dan pengelolaan wakaf di lapangan. Dari sini, jumlah dan aset wakaf terus meningkat.

Meskipun demikian, peningkatan tersebut tidak disertai dengan upaya peningkatan mutu pengelolaan wakaf, terutama peningkatan mutu sumber daya manusia dan manajemennya.

10 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata kelola Wakaf di Indonesia), (Bekasi: Gratama publishing, 2015) h. 91

(44)

25 Karena itu, tidak heran mengapa wakaf produktif tidak tumbuh dengan baik. Namun, bagaimanapun terdapat sedikit contoh kasus bahwa ada beberapa organisasi keagamaan, seperti pesantren yang dapat bertahan hidup dengan memanfaatkan hasil wakaf yang dikelolanya secara produktif, yaitu Pondok Modern Gontor dan Pesantren Tebuireng Jombang.

Wakaf sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, namun baru mendapat perhatian secara khusus sekitar tahun 2001, yakni pada waktu dibentuk Direktoran Zakat dan Wakaf Kementrian Agama RI. Hal ini tidak berarti bahwa sebelum itu wakaf tidak diurus oleh Pemerintah. Bahkan pada masa pemerintahan Hindia Belanda pun, perwakafan sudah mendapat perhatian. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa peraturan yang berkenaan dengan wakaf, seperti pada waktu Pengadilan Agama (Priesterraad) didirikan berdasarkan Staatsblad No. 152 tahun 1882. Salah satu yang menjadi wewenangnya adalah menyelesaikan masalah wakaf. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Hindia Belanda telah dikeluarkan beberapa peraturan yang berkenaan dengan perwakafan. Peraturan-peraturan tersebut antaralain adalah Surat Edaran Sekretaris Gubernemen pertama tanggal 31 Jauari 1905, No. 435, sebagaimana termuat di dalam Bijblad 1905 No. 6196; Surat Edaran Gubernemen tanggal 4 Juni 1931 No. 1361/A, sebagaimana termuat di dalam Bijblad 1931 No. 125/3. 11

11 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata kelola Wakaf di Indonesia), (Bekasi: Gratama publishing, 2015) h. 95

(45)

Kemudian, pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan surat edaran lagi, yakni Edaran Gubernemen tanggal 24 Desember 1934 No. 3088/A sebagaimana termuat di Bijblad tahun 1934 No. 13480. Dalam surat edaran ini, diberikan beberapa penegassan tentang prosedur perwakafan. Di samping itu, dalam surat edaran ini juga disebutkan bahwa setiap perwakafan harus diberitahukan kepada bupati dengan maksud supaya bupati dapat mempertimbangkan atau meneliti peraturan setempat yang dilanggar agar bupati dapat mendaftarkan wakaf itu dalam daftar yang disediakan untuk itu.12

Peraturan-peraturan tersebut sampai pada era zaman kemerdekaan masih tetap diberlakukan terus karena belum adanya peraturan perwakafan yang baru. Pemerintah Indonesia juga tetap mengakui hukum agama mengenai soal wakaf. Meskipun demikian, campur tangan terhadap wakaf itu hanya bersifat menyelidiki, menentukan, mendaftar, dan mengawasi pemeliharaan benda-benda wakaf agar sesuai dengan maksud dan tujuan wakaf. Pemerintah sama sekali tidak bermaksud mencampuri, menguasai, atau menjadikan barang-barang wakaf menjadi tanah milik negara. Dasar hukum, kompetensi, dan tugas Departemen Agama yang mengurus soal-soal wakaf, yaitu Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1949 jo. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1980, serta berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 9 dan No. 10 tahun 1952. Menurut peraturan tersebut, perwakafan tanah

12 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata kelola Wakaf di Indonesia), (Bekasi: Gratama publishing, 2015) h. 96

(46)

27 menjadi wewenang Menteri Agama yang dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada kelapa kantor Urusan Agama. Tugas Menteri Agama/Pejabat yang ditunjuk adalah mengawasi, meneliti, dan mencatat perwakafan tanah agar sesuai dengan maksud dan tujuan perwakafan menurut agama Islam. untuk keperluan perwakafan yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah tersebut, dapat dibuatkan surat-surat bukti baru berdasarkan kesaksian-kesaksian yang ada. Sebagai langkah penertiban, Kantor Pusat Jawatan Agama mengeluarkan Surat Edaran tanggal 31 Desember 1956, No. 5. Surat Edaran ini antara lain memuat anjuran agar perwakafan tanah dibuat dengan cara tertulis. Sehubungan dengan adanya Surat Keputusan Bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agraria tertanggal 5 Maret 1959 No.Pem.19/22/23/7; SK/62/Ka/59P, maka pengesahan perwakafan tanah milik yang semula menjadi wewenang bupati dialihkan kepada Kepala pengawan Agraria.

Pelaksanaan selanjutnya diatur dengan Surat Pusat Jawatan Agraria kepada Pusat Jawatan Agama tanggal 13 Februari 1960 No. Pda. 2351/34/II.13

Peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia tersebut, terlihat adanya usaha-usaha untuk menjaga dan melestarikan tanah wakaf yang ada di Indonesia, bahkan usaha penertibannya pun diperlihatkan oleh Pemerintah. Di samping beberapa peraturan yang telah dikemukakan, Departemen Agama pada

13 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata kelola Wakaf di Indonesia), (Bekasi: Gratama publishing, 2015) h. 97-98

(47)

tanggal 22 Desember 1953 juga mengeluarkan petunjuk- petunjuk mengenai wakaf. Seperti adanya jawatan urusan Agama pada surat edaran Jawatan Urusan Agama tanggal 8 Oktober 1956, No. 3/D/1956 tentang wakaf yang bukan milik ke masjidan.

Meskipun demikian, peraturan-peraturan yang ada tersebut kurang memadai sehingga cukup banyak tanah wakaf yang terbengkalai. Bahkan, ada yang hilang. Oleh karena itu, dalam rangka pembaruan hukum agraria di negara Indonesia, persoalan tentang perwakafan tanah diberi perhatian khusus seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Pokok Agraria, yaitu UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Pokok- Pokok Agraria, Bab II, bagian XI, Pasal 49. Dalam Pasal 49 ayat (3) Undang-Undang No. 5 tahun 1960 disebutkan bahwa untuk melindungi berlangsungnya perwakafan tanah di Indonesia, pemerintah akan memberikan pengaturan melalui Peraturan Pemerintah tentang Perwakafan Tanah Milik.

Peraturan pemerintah tersebut ternyata baru dikeluarkan setelah 17 tahun berlakunya UU Pokok Agraria itu.14

Dengan adanya Peraturan Pemerintah tentang perwakafan tanah milik itu, diharapkan tanah wakaf yang ada di Indonesia lebih tertib dan lebih terjaga. Selama belum adanya Peraturan Pemerintah tentang perwakafan tanah, di Indonesia banyak terjadi permasalahan tanah wakaf yang muncul dalam masyarakat. Hal ini tidak berarti bahwa pemerintah tidak mempedulikan masalah perwakafan. Oleh

14 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata kelola Wakaf di Indonesia), (Bekasi: Gratama publishing, 2015) h. 98

(48)

29 karena peraturan yang berlaku sebelum dikeluarkannya peraturan pemerintah tentang perwakafan kurang memadai, pemerintah pun sulit untuk menertibkan tanah wakaf yang jumlahnya cukup banyak. Kesulitan serbenarnya tidak hanya dirasakan oleh pemerintah, tetapi juga masyarakat dan lembaga yang mengelola tanah wakaf. Mereka menyatakan bahwa sebelum dikeluarkan PP No. 28 tahun 1977 tentang Perwakafan tanah Milik, pengurusan dan pengelolaan tanah- tanah wakaf kurang teratur dan kurang terkendalikan. Karena itu, seiring terjadi penyalahgunaan wakaf.15

Berdasarkan pada instruksi Presiden Republik Indonesia No 1 tahun 1991, bahwa Ulama Indonesia dalam loka karya yang diadakan di Jakarta pada tanggal 2 sampai dengan 5 Februari 1988 telah menerima baik tiga rancangan buku Kompilasi Hukum Islam yaitu buku I tentang hukum perkawinan, buku II tentang hukum kewarisan dan buku III tentang hukum perwakafan. Sehingga menginstruksikan kepada Menteri Agama untuk menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam untuk digunakan oleh instansi pemerintah dan oleh masyarakat yang memerlukannya dalam menyelesaikan masalah-masalah di bidang tersebut dan sedapat mungkin menerapkan Kompilasi Hukum Islam di samping peraturan perundang-undangan lainnya.16

Dalam perjalanannya, sejarah wakaf terus berkembang dan akan selalu berkembang bersamaan dengan laju perubahan zaman dengan berbagai inovasi yang relevan,

15 Muhda Hadisaputra & Amidhan, Pedoman Praktis Perwakafan (Jakarta: Badan Kesejahteraan Masjid, 1990) h. 6

16 Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, tahun 1991/1992

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter , mikroba yang keluar dari bioreaktor dan mengalir masuk bak pengendap sangat sedikit, sehingga tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar materi gelombang elektromagnetik siswa kelas X semester genap SMAN 6 Purworejo tahun ajaran 2011/2012 yang

Kedua, fungsi majas personifikasi dalam novel Nyai Gowok karya Budi Sardjono yaitu berfungsi untuk menggambarkan latar cerita supaya cerita menjadi lebih nyata

Capaian kinerja pada triwulan 1 tahun 2019, BPBAP Takalar telah mampu merealisasikan 5 Indikator dengan rata-rata capaian sangat baik dari target triwulan yang

Sehingga dengan adanya sistem berbasis web ini didapatkan hasil standar karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan serta memantu bagian personalia dalam

Dari wawancara di atas penulis penulis dapat menyimpulkn bahwa karyawan housekeeping Hotel KTM Resort batam tidak meninggalkan pekerjaannya diwaktu jam kerja, kecuali

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, adalah seseorang yang melakukan sesuatu dengan

Mengingat bahwa secara teoritis ada hubungan antara persepsi terhadap motivasi (Darmadi, 2007, h.7) tetapi hasil wawancara awal (yang melibatkan jumlah sampel sedikit dan