• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan Gereja merupakan kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah untuk menjadi umat kepunyaan Allah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pendahuluan Gereja merupakan kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah untuk menjadi umat kepunyaan Allah."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1 Pendahuluan

Gereja merupakan kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah untuk menjadi umat kepunyaan Allah.1 Gereja memiliki peran dan tanggung jawab yang disebut sebagai Tri Dharma Gereja yaitu Persekutuan (Koinonia), Pelayanan (Diakonia), dan Kesaksian (Marturia). Dalam melaksanakan Tri Dharma Gereja tersebut, gereja mewujudkannya melalui pembinaan dan pelaksanaan program kerja yang ada.2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Pembinaan berarti proses, perbuatan, pembangunan, pembaharuan, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan berhasil untuk memperoleh hasil yang lebih baik.3 Pembinaan merupakan suatu upaya yang dilakukan gereja dalam rangka memperlengkapi warga gereja sehingga mereka dapat menjadi garam dan terang di tengah-tengah masyarakat.4 Pembinaan terhadap warga jemaat tentu perlu untuk melihat konteks jemaat setempat sehingga pembinaan yang dilakukan dapat menumbuh kembangkan iman jemaat dan memberi pemahaman mengenai pentingnya kehadiran gereja.5

Umumnya gereja-gereja memiliki program-program pembinaan bagi warga jemaatnya, yang dimulai dari anak-anak, kaum muda hingga kaum lanjut usia.6 Secara khusus pembinaan terhadap pemuda yang menunjukkan pertumbuhan rohani yang baik dalam diri pemuda.

Pembinaan terhadap kaum muda penting untuk dilakukan karena menentukan masa depan warga gereja. Pembinaan yang baik terhadap kaum muda akan berdampak pada kualitas warga jemaat yang juga ikut membaik.7

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) merupakan salah satu dari banyaknya gereja anggota PGI di Indonesia yang tumbuh dan berkembang dalam melaksanakan tugas

1 Boland. B. J, dan Niftrik. G. C. Van, “Dogmatika Masa Kini”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 359.

2 Sumiyatiningsih, dkk, “Teladan Kehidupan 3”, (Yogyakarta: ANDI, 2006), 19-20.

3 “Pembinaan”, KBBI Daring, 2016. Diakses pada 18 November 2022 melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pembinaan pukul 02.36 WIB.

4 Institut Oikumene Indonesia, “Pembinaan Warga Gereja Memasuki Masa Depan”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 16.

5 A.A. Sitompul, “Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979), 46.

6 B. S. Sidjabat, “Pendewasaan Manusia Dewasa”, (Bandung: Kalam Hidup, 2014), 2.

7 Ricky Donald Montang, Rio Ridwan Karo, “Pembinaan Warga Gereja Menurut Efesus 4:11-16 dalam

Meningkatkan Mutu Rohani Pemuda di Jemaat GKI Pengharapan Kabanolo”, 5(2), (Desember 2020) : 182, diakses 17 November 2022 melalui http://ojs.ukip.ac.id/index.php/eirene_jit/article/view/2/1 pukul 03:38 WIB.

(2)

2

panggilan bersekutu, bersaksi dan sebagai wadah pembinaan warga jemaat seturut dengan pemahaman iman GPIB.8

GPIB Tamansari yang merupakan gereja tertua di kota Salatiga memiliki tujuan yang mendasar dalam program pembinaan yaitu : Pertama, pembinaan warga jemaat di bidang pelayanan, kesaksian, persekutuan dan pembangunan harus berdasarkan karya penyelamat Allah melalui Yesus Kristus. Kedua, pembinaan warga jemaat dilakukan secara terbuka dan dinamis terhadap perkembangan dalam masyarakat dengan mengedepankan sikap kritis, kreatif dan realistis.9

Berbicara mengenai kehidupan kaum muda, gerakan pemuda di jemaat GPIB Tamansari Salatiga sudah lama turut serta mengambil peran dalam berpelayanan. Hal ini dapat dilihat melalui tergabungnya anggota gerakan pemuda dalam tugas-tugas pelayanan, baik dalam ibadah minggu, ibadah kategorial dan ibadah lainnya. Partisipasi pemuda dalam bidang pelayanan kategorial ini merupakan bagian dari pembinaan warga jemaat untuk turut aktif mengambil peran dalam pelayanan dan kesaksian gereja.10

Gerakan Pemuda di GPIB Tamansari Salatiga memiliki program dalam rangka melaksanakan pembinaan dan pembangunan jemaat terhadap anggotanya melalui Welcoming Service. Program ini ditetapkan sebagai program rutin tiap tahun yang ditujukan bagi mahasiswa angkatan baru. Tujuan dibentuknya program ini yaitu untuk merangkul, bersekutu dan menjalin hubungan persaudaraan antara anggota gerakan pemuda dengan mahasiswa baru. Indikator keberhasilan yang dicapai melalui program ini yaitu mahasiswa angkatan baru dapat aktif tergabung, bersekutu, bersaksi dan melayani Tuhan dalam pelayanan kategorial gerakan pemuda.11

Penggagas awal dari program Welcoming Service di GPIB Tamansari Salatiga adalah Sdri. Caren Gultom selaku ketua GP GPIB Tamansari Salatiga periode 2010 – 2012.12 Sudah delapan tahun terakhir Welcoming Service dilaksanakan tiap tahunnya di gerakan pemuda GPIB

8 Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat, “Ketetapan Persidangan Sinode XVI – TAP No. I – VIII”, (Majelis Sinode GPIB, 1995), 154.

9 Joel Ch. Zacharias, Leonora J. H. Zacharias, dan Sri Suwartiningsih Lahade, GPIB Jemaat Tamansari Salatiga Menuju Jemaat Misioner, (Salatiga : Widya Sari Press Salatiga, 2012), 5.

10 Pdt. O.E.Ch. Wuwungan, “Bina Warga (Bunga Rampai Pembinaan Warga Gereja”, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1997), 131.

11 Berdasarkan Data Program Kerja dan Anggaran (PKA) Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga.

12Hasil pra-wawancara dengan Anggune And Joy Nenohai selaku BPH Pengurus Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga periode 2010-2012, melalui via Whatsapp, 11 September 2022 pukul 21.38 WIB.

(3)

3

Tamansari Salatiga sebagai wadah penyambutan mahasiswa angkatan baru untuk bersekutu dan berpelayanan bersama.13

Program ini dikemas dalam bentuk ibadah kreatif dan berfokus pada mahasiswa angkatan baru yang mayoritas menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

Pelaksanaan program ini tidak hanya ibadah semata, melainkan terdapat pengenalan mengenai profil Gerakan Pemuda GPIB Tamansari, program-program atau kegiatan yang dilaksanakan, keterlibatan gerakan pemuda dalam menghidupkan dinamika berpelayanan serta peranan gerakan pemuda dalam pembangunan jemaat. Melalui program Welcoming Service ini, mereka dapat merasakan adanya penerimaan diri dalam ruang lingkup persekutuan pelayanan dan bergereja.

Kedepannya mereka juga dapat turut aktif mengambil bagian dalam pelayanan. Tujuan diadakannya program Welcoming Service adalah untuk memulihkan persekutuan bersama anggota gerakan pemuda yang telah lama tidak bersekutu dalam Gerakan Pemuda di GPIB Tamansari Salatiga.14

Berdasarkan data pengurus gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga, jumlah anggota pemuda yang terdata sebanyak 211 orang dan yang aktif sebanyak 50 orang.15 Pada tahun pertama dilaksanakannya Welcoming Service, yang hadir kurang lebih sejumlah delapan orang (3,7%) pada periode tahun 2010 – 2012. Pada periode tahun 2014 - 2016, jumlah kehadiran pemuda mengalami peningkatan khususnya pada tahun 2014 yang dihadiri kurang lebih sejumlah 100 orang (47%). Kemudian pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan terus menerus hingga pada tahun 2016 jumlah kehadiran anggota gerakan pemuda kurang lebih 80 orang (38%). Pada periode tahun 2017 - 2019 Welcoming Service yang dilaksanakan dihadiri kurang lebih sejumlah 70 orang (33%). Welcoming Service pada tahun 2020 hingga 2021 ditiadakan oleh karena pandemi covid-19. Pada tahun 2022 Welcoming Service kembali dilaksanakan yang dihadiri kurang lebih sejumlah tujuh orang mahasiswa angkatan baru (3,3%).16

13Hasil pra-wawancara dengan James Mosse selaku BPH Pengurus Gerakan Pemuda GPIB Tmansari Salatiga periode 2017-2019, melalui via Whatsapp, 10 September 2022 pukul 22.00 WIB.

14Hasil pra-wawancara dengan Dorothea Febe Winman selaku BPH Pengurus Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga periode 2017 – 2019, Salatiga, 18 September 2022 pukul 00.47 WIB.

15Hasil pra-wawancara dengan Alex Arsatya, selaku Ketua Pengurus Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga periode 2020-2022, melalui via Whatsapp, 22 September 2022 pukul 11.34WIB.

16Berdasarkan arsip data presensi Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga tahun 2010 - 2022.

(4)

4

Hasil data ini memiliki korelasi dengan kehadiran anggota pemuda, keaktifan dan turut mengambil peran berpelayanan dalam menghidupi dinamika pembangunan jemaat. Oleh sebab itu, penelitian ini penting untuk melihat program welcoming service sebagai bentuk pembinaan pemuda bagi mahasiswa baru di GPIB Tamansari.

Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah dilakukan, penulis mendapati bahwa program welcoming service yang dilaksanakan pada tahun 2014 hingga 2019 mengalami penurunan kuantitas kehadiran, partisipasi dan keaktifan anggota gerakan pemuda. Oleh sebab itu, dalam tulisan ini akan mencoba mengkaji masalah tersebut dengan menggunakan teori pembangunan jemaat dari Jan Hendriks. Hendriks menawarkan lima faktor pembangunan jemaat yang disebut dengan lima faktor jemaat vital yakni iklim, kepemimpinan, struktur, tugas dan tujuan, serta identitas. Melalui kelima faktor jemaat vital yang Jan Hendriks tawarkan, penulis ingin mengkaji faktor yang menjadi penyebab menurunnya kuantitas kehadiran, partisipasi dan keaktifan anggota pemuda.

Menurut Van Hooijdonk dalam bukunya yang berjudul “Batu-batu yang Hidup”, mengatakan bahwa Pembangunan jemaat merupakan intervensi sistematis dan metodis dalam jemaat beriman setempat, yang menolong jemaat untuk berkembang menuju persekutuan iman yang mengantarai keadilan kasih Allah dan yang terbuka terhadap masalah manusia dan masa kini secara bertanggung jawab.17

Pembangunan jemaat berarti pembangunan umat sehingga program-program yang dibuat melibatkan umat sebagai pemain utama. Umat dalam pembangunan jemaat dipandang sebagai subjek dalam pembangunan.18 Pembangunan jemaat memberikan tawaran yang beragam dalam menghadapi dan menangani hambatan-hambatan dalam pelayanan.19 Hal ini menjadikan pembangunan jemaat bersifat aktual dalam melihat situasi warga jemaat dengan keanekaragaman yang tampak melalui kehadiran warga jemaat dalam peribadahan yang semakin meningkat atau menurun.20

Menurut Hendriks dan Likert, seorang pakar ilmu sosial mengatakan bahwa menciptakan relasi yang baik dan menciptakan komunikasi terbuka menjadi prioritas utama untuk warga

17 P. G. van Hooijdonk, “Batu-batu yang Hidup Pengantar ke Dalam Pembangunan Jemaat”, (Yogyakarta:

Kanisius, 1996), 30-31.

18 Timotius Kurniawan Sutanto, “3 Dimensi Keesaan Gereja dalam Pembangunan Jemaat”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 32.

19 Rob van Kessel, “ 6 Tempayan Air: Pokok-pokok Pembangunan Jemaat”, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 1.

20 Hooijdonk, “Batu-batu yang Hidup”, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 72.), 4.

(5)

5

jemaat dapat berkembang.21 Oleh karena itu, gereja dalam pelaksanaannya diharapkan mampu melihat dan mengelola peluang yang ada menjadi berkat dalam upaya memperlengkapi jemaat- jemaatnya melalui wadah kategorial Gerakan Pemuda.

Berkaitan dengan bentuk pembinaan warga jemaat, penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Ricky Donald Montang dan Rio Ridwan Karo yang berjudul “Pembinaan Warga Gereja Menurut Efesus 4:11-16 dalam Meningkatkan Mutu Rohani Pemuda di Jemaat GKI Pengharapan Kabanolo”, yang menyasar pada dua tujuan yaitu pertama, memaparkan pola pelayanan dan pembinaan terhadap kaum muda GKI Pengharapan Kabanolo bagi pertumbuhan mutu rohani kaum muda; kedua, menjelaskan mengenai cara pelayanan dan pembinaan terhadap kaum muda yang berdampak terhadap pertumbuhan mutu rohani kaum muda GKI Pengharapan Kabanolo.22

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Regen Wanralangi, Anly Frinsisca, Juliana, David Eko Setiawan yang berjudul “Model Pembinaan Warga Gereja Bagi Generasi Milenial”, menyasar pada tujuan yaitu memberikan metode dan strategi pembinaan warga gereja khususnya bagi generasi milenial. Hal ini penting karena gereja juga perlu mengerti dan memahami apa yang menjadi kebutuhan dan hal yang menarik bagi generasi milenial agar kebutuhan rohani dan jasmani mereka seimbang.23

Penelitian lainnya dilakukan oleh Putra Hendra Sitompul, M. Th yang berjudul

“Pembinaan Remaja dan Pemuda Gereja Berdasarkan Alkitab”, menyasar pada tujuan yaitu pembinaan terhadap anak muda melalui orang tua agar sebelum melakukan segala aktifitasnya, mereka harus terlebih dahulu mencari Tuhan.24

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, secara garis besar penelitian ini menyasar pada Welcoming Service sebagai bentuk pembinaan pemuda bagi mahasiswa angkatan baru. Dalam kajian teori pembangunan jemaat diharapkan melalui program Welcoming Service sebagai bentuk pembinaan pemuda dapat mendorong dan memotivasi mahasiswa angkatan baru untuk turut aktif dalam mengambil peran pembangunan jemaat serta menjadi langkah awal yang

21 Hooijdonk, Batu-batu yang Hidup, 71.

22 Ricky Donald Montang, Rio Ridwan Karo, “Pembinaan Warga Gereja Menurut Efesus 4:11-16 dalam

Meningkatkan Mutu Rohani Pemuda di Jemaat GKI Pengharapan Kabanolo”, 5(2), (Desember 2020), diakses pada 18 November 2022 melalui http://ojs.ukip.ac.id/index.php/eirene_jit/article/view/2/1 pukul 07.55 WIB.

23 Regen Wantalangi, dkk, “Model Pembinaan Warga Gereja bagi Generasi Milenial”, 2(2), diakses 17 November 2022 melalui https://ojs.sttibc.org/index.php/ibc/article/view/55 pukul 10.15 WIB.

24 Putra Hendra Sitompul, M. Th, “Pembinaan Remaja dan Pemuda Gereja Berdasarkan Alkitab”, diakses 18 November 2022 melalui https://ejournal.sttpk-medan.ac.id/index.php/pondokdaud/article/view/16 pukul 08.14 WIB.

(6)

6

baik untuk meningkatkan kuantitas dan mutu pelayanan di Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga. Sehubungan dengan itu, maka judul penelitian ini yaitu welcoming service sebagai bentuk pembinaan pemuda bagi mahasiswa baru di GPIB Tamansari Salatiga dalam perspektif teori pembangunan jemaat Jan Hendriks.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tinjauan pembangunan jemaat oleh Jan Hendriks terhadap program Welcoming Service sebagai bentuk pembinaan pemuda bagi mahasiswa baru di GPIB Tamansari Salatiga?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tinjauan pembangunan jemaat oleh Jan Hendriks terhadap program Welcoming Service sebagai bentuk pembinaan pemuda bagi mahasiswa baru di GPIB Tamansari Salatiga. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terkait program Welcoming Service di GPIB Tamansari Salatiga sebagai bentuk pembinaan pemuda bagi mahasiswa baru. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi bagi Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga untuk meningkatkan kuantitas dan mutu pelayanan. Hal ini dikarenakan pemuda memiliki peranan penting dalam pembangunan jemaat.

Metode penelitian yang digunakan yakni metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.25 Pendekatan deskriptif adalah pendekatan yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, gejala, ataupun kelompok tertentu untuk menentukan penyebab suatu frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat.26 Selain itu penelitian deskriptif, bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal secara sistematis, faktual serta akurat mengenai fakta-fakta tertentu yang ada di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.27

Dalam penelitian ini, penulis memakai metode pengumpulan data yakni wawancara mendalam (In-depth interview), dan model observasi partisipan. Wawancara mendalam (In-depth interview) merupakan metode yang dilakukan guna menggali lebih dalam akan suatu fenomena

25 Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), 63.

26 Jacob D. Engel. Metodologi Penelitian Sosial dan Teologi Kristen (Salatiga: Widya Sari, 2005), 20-21.

27 Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 4.

(7)

7

yang diteliti.28 Wawancara akan dilakukan kepada pihak-pihak terkait yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai ibadah Welcoming Service di GPIB Tamansari Salatiga.

Penulis dapat mengetahui secara mendalam berbagai informasi yakni pendapat, pandangan, pengalaman, serta pemikiran beberapa anggota gerakan pemuda yang telah dipilih berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Penulis memakai model observasi partisipan dengan tujuan untuk memperoleh data-data mendalam yang diperlukan dalam penelitian.29

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.30 Oleh sebab itu penulis menentukan GPIB Tamansari Salatiga lokasi penelitian dilaksanakan, dan juga lokasi penentuan subjek yang akan dijadikan responden.

Penulis memilih lokasi tersebut dengan pertimbangan lokasi tersebut adalah tempat berpelayanan dan juga pernah menjabat sebagai pengurus pelayanan kategorial gerakan pemuda yakni periode 2017-2019.

Oleh sebab itu, berdasarkan definisi purposive sampling di paragraf sebelumnya, penulis menentukan kriteria yang ingin dijadikan responden adalah lima orang pengurus gerakan pemuda periode sebelumnya dan lima orang pengurus gerakan pemuda, serta 15 anggota gerakan pemuda, baik anggota gerakan pemuda yang lama dan baru. Dengan sistem pengumpulan data tersebut, penulis akan mendapatkan data dalam menjawab rumusan masalah di atas dan dapat memberikan pencapaian dalam tujuan penelitian ini.

Sistematika yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dalam lima bagian. Bagian I, mencakup Pendahuluan, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bagian II, berisi mengenai penjelasan landasan teori Pembangunan Jemaat Jan Hendriks mengenai Jemaat Vital dan Menarik. Bagian III, menjelaskan hasil penelitian. Bagian IV, berisi pembahasan, analisis, dan implikasi hasil penelitian. Bagian V, berisi mengenai kesimpulan dan saran.

28 Sri Yona. “Penyusunan Studi Kasus: Jurnal Keperawatan Indonesia”, No. 2 (2006): 78 diakses Oktober 24, 2022, http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/177/331 pukul 22.35 WIB.

29Djam’an Satori dan Aan Komariah, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: ALFABETA, 2011), 105.

30 Sugiono, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Bandung: ALFABETA, 2012), 68.

(8)

8 Landasan Teori

Pembangunan Jemaat

Pembangunan Jemaat merupakan aspek penting dalam teologi yang tentunya perlu diterapkan dan diwujudkan dalam kehidupan berjemaat agar jemaat lebih peka dan terbuka dalam menghadapi pergumulan-pergumulan secara bertanggung jawab dengan berlandaskan kasih dan keadilan Allah.31 Dalam rangka membangun jemaat dewasa ini, diperlukan analisis mengenai kondisi atau situasi yang terjadi dalam jemaat itu sendiri atau bersifat kontekstual.32

Jemaat memiliki arti persekutuan orang beriman di suatu tempat.33 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Jemaat berarti sehimpunan umat.34 Kata jemaat berarti sekumpulan orang-orang atau umat yang saling menopang berlandaskan pada prinsip Kasih dan Firman Tuhan.35 Oleh karena itu, jemaat dikatakan sebagai tempat dimana orang dapat saling tolong menolong secara konkret dan kreatif, partisipatif dan saling berhubungan satu dengan yang lain.36

Pembangunan memiliki arti pertumbuhan dan perkembangan serta pembaharuan.

Pertumbuhan dan perkembangan diwujudkan melalui proses pembinaan dan pendidikan.

Pembaharuan berarti gerakan atau perubahan ke arah masa depan yang efektif.37 Kata Pembangunan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “proses” atau “cara yang membangun masyarakat menjadi lebih baik”.38

Menurut Haarsma, kata Oikodome dalam Perjanjian Lama (bahasa Ibrani) memiliki arti kiasan membangun rumah Israel, umat Allah. Dalam Perjanjian Baru oikodomein (bahasa

31 Remelia F. Dalensang, “Menjadi Gereja yang Transformatif bagi Kaum Miskin: Dari Mana dan Ke Mana Arah Pembangunan Jemaat?”, No. 2 (Agustus 2018): 52 , diakses 17 Oktober 2022,

https://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera135-9IHbFJjKoGVk2FyC5Yv9gScD3.pdf.

32 Jul Imantris Harefa dan Yunelis Ndraha, “Membangun Jemaat yang Kontekstual Menurut Teori Pembangunan Jemaat Jan Hendriks”, No. 1 (Oktober 30, 2021): 41, diakses 27 Oktober 2022,

https://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/62/42.

33 Hooijdonk, Batu-batu yang Hidup, 31.

34 “Jemaat”’ KBBI Daring, 2016. Diakses 18 Oktober 2022 melalui https://kbbi.web.id/jemaat pukul 21.15 WIB.

35 Tassos Kioulachoglou, “Jemaat Definisinya, Kepalanya, dan Anggota-anggotanya”, (1), diakses 18 Oktober 2022, https://www.jba.gr/Bahasa/Jemaat-definisinya-kepalanya-dan-anggota-anggotanya.htm#FTN1.

36 Harefa dan Ndraha, “Membangun Jemaat”, 41.

37 Hooijdonk, Batu-batu yang Hidup 30.

38 “Pembangunan”, KBBI Daring, 2016. Diakses 18 Oktober 2022 melalui https://kbbi.web.id/pembangunan pukul 20.20 WIB.

(9)

9

Yunani) istilah ini diartikan sebagai pembangunan jemaat.39 Kita sebagai umat Allah dalam keberimanan menjadikan Allah sebagai subjek dalam pembangunan jemaat sekaligus sebagai kepala gereja. Gereja adalah orang-orang yang ditebus, dipanggil keluar dari dunia dan menjadi umat Tuhan serta yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan.40 Gereja adalah jemaat itu sendiri yang saling terikat dan saling menopang dalam kasih persaudaraan. Gereja dalam perkembangannya diperhadapkan pada tuntutan zaman yang mengharuskan gereja untuk memberikan bentuk baru dalam pembangunan jemaat dengan tetap memperhatikan kualitas kehidupan gereja guna mewujudkan vitalitasnya.41

Membangun suatu jemaat harus sesuai dengan tujuan dan harapan yang diinginkan. Hal- hal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas pembangunan jemaat yaitu 1) Gereja membangkitkan rasa memiliki sehingga jemaat merasa menjadi bagian dari gereja. Komunikasi dan koordinasi dengan pemimpin gereja dan jemaat menunjukkan keseriusan dalam membangun jemaat,42 2) Suasana keakraban, ketulusan dan kehangatan menjadi point penting yang perlu dilakukan gereja dalam persekutuan dengan jemaat. Jemaat dipandang sebagai subjek dalam pembangunan sebab jemaat sebagai manusialah yang dipanggil melaksanakan tanggung jawab tersebut,43 3) Identitas berhubungan dengan tujuan dan relasi antar jemaat agar menunjukkan keberadaan gereja yang saling terhubung. Keberadaan pemimpin yaitu menolong jemaatnya untuk membangun identitas gereja yang unik, 4) Seorang pemimpin dikenal oleh karena posisi atau kepribadiannya. Pemimpin harus memiliki kualitas yang mampu memotivasi dan memimpin anggotanya ke arah dan tujuan yang ingin dicapai serta memastikan bahwa setiap anggotanya dapat menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik.44

Jan Hendriks : Lima Faktor Jemaat Vital

Jan Hendriks sepanjang dan semasa hidupnya ia dedikasikan untuk gereja. Pada tahun 1959, Jan Hendriks menjabat sebagai direktur di Yayasan Gereformeerd di provinsi Noord-

39 Hooijdonk, Batu-batu yang Hidup, 8.

40 Jonar Situmorang, “Kamus Alkitab dan Theologi : Memahami Istilah-istilah Sulit dalam Alkitab dan Gereja”, (Yogyakarta: ANDI, 2006), 161-163.

41 G. Riener, “Jemaat yang Hidup: Peranan Tubuh Kristus secara Pribadi dalam Kebesaran”, (Jakarta: Yayasan Bina OMF, 2005), 25.

42 Ron Jenson dan Jim Stevens, “Dinamika Pertumbuhan Gereja”, (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2006), 130.

43 Jan Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik : Membanguna Jemaat dengan menggunakan Metode Lima Faktor”, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 48 – 52.

44 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 69.

(10)

10

Holland. Pada tahun 1965 ia bekerja di Biro Diakonia Umum Gereja Gereformeerd di Belanda.

Tahun 1990 ia menjadi terkenal dengan mempublikasikan bukunya yang berjudul “Jemaat Vital dan Menarik”.45 Jan Hendriks meninggal pada usia 82 tahun tepatnya pada tanggal 17 Maret 2016. Dalam bukunya mengenai Jemaat Vital dan Menarik membahas metode lima faktor dalam pembangunan jemaat.46

Menurut Jan Hendriks, jemaat vital merupakan suatu upaya dalam pembangunan jemaat yang melibatkan umat berpartisipasi dengan senang hati sehingga membuahkan hasil yang baik bagi ruang lingkup bergereja.47 Pembangunan jemaat dewasa ini harus bersifat kontekstual dengan situasi jemaat itu sendiri. Jemaat harus dapat saling tolong menolong secara konkret dan kreatif, saling berpartisipasi, saling membangun relasi yang baik satu sama lain.48 Dalam bukunya mengenai Jemaat Vital dan Menarik, Jan Hendriks memaparkan lima metode vitalisasi jemaat dalam pembangunan jemaat, yaitu iklim, kepemimpinan, struktur, tujuan dan tugas, serta identitas. Jemaat Vital berfokus pada posisi jemaat itu sendiri dalam pembangunan jemaat.49

Vitalisasi Jemaat berarti menjadikan jemaat kreatif, hidup dan berdaya. Hal yang terpenting dalam jemaat vital adalah menciptakan kondisi-kondisi yang memunculkan rasa kerelaan hati, kegembiraan dan kesenangan hati dalam diri jemaat. Jemaat vital mencirikan meningkatnya partisipasi jemaat yang dengan senang hati turut aktif dan membawa dampak positif.50 Untuk melihat permasalahan dalam penelitian, penulis berfokus pada kelima metode jemaat vital menurut Jan Hendriks.

45 GKSBS (Gereja Kristen Sumatra Bagian Selatan), “Anggur yang Bagus: Jan Hendriks”, 1, Juni 2016, di akses Oktober 18, 2022 melalui https://gksbs.org/wp-content/uploads/2016/07/Anggur-yang-bagus-Jan-Hendriks.docx pukul 21.20 WIB.

46 GKSBS, “Anggur yang Bagus”.

47Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 19.

48 Jul Imantris Harefa, Yunelis Ndraha, “Membangun Jemaat yang Kontekstual menurut Teori Pembangunan Jemaat Jan Hendriks”, Vol. 14, (Oktober 31, 2021), diakses Oktober 18, 2022 melalui file:///F:/TA%20John/62- Article%20Text-381-1-10-20211118.pdf. pukul 23.10 WIB.

49 Pdt. Dr. Rijnardus A. Van Kooij dkk, “Menguak Fakta, Menata Karya Nyata: Sumbangan Teologi Praktis dalam Pencarian Model Pembangunan Jemaat”, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2007), 19.

50 Dalensang, “Menjadi Gereja yang Transformatif “, 4.

(11)

11 Iklim Positif

Iklim adalah seluruh prosedur dan tata cara pergaulan yang khas bagi organisasi.51 Iklim terbagi dalam iklim yang positif dan iklim yang negatif. Iklim yang positif tentunya akan membangkitkan semangat dan mendorong umat untuk aktif berpartisipasi dengan senang hati, karena adanya pengakuan dan penerimaan terhadap setiap anggota sebagai subjek. Iklim negatif berpengaruh pada menurunnya partisipasi umat, karena dipengaruhi oleh hal-hal yang kurang menyenangkan. Dalam iklim positif, anggota jemaat dipandang sebagai subjek dan keberadaan mereka harus dihargai dan diperlakukan dengan hormat. Keberadaan anggota jemaat harus dilibatkan dalam penentuan kebijakan dan perumusan tujuan gereja serta pengambilan keputusan.52

Ada dua fungsi dari iklim positif yaitu 1) semakin banyak anggota yang berpartisipasi dan dengan senang hati, maka absensi atau ketidakhadiran dari anggota lebih berkurang, dan 2) tujuan dan cita-cita tercapai dengan baik. Kedua hal ini terjadi dikarenakan dalam organisasi dengan iklim positif ini, menjadikan orang lebih banyak dan sering membangun komunikasi serta lebih jujur dan terbuka. Hal ini menjadikan kualitas pelayanan yang lebih baik.53 Dengan demikian, dari segi kuantitas menjadikan semakin banyak orang yang terlibat dalam organisasi.

Sedangkan dari segi kualitas menjadikan orang-orang yang terlibat dalam kehidupan bergereja semakin senang serta antusias dalam kegiatan organisasi.

Menurut Bowers dan Franklin mengungkapkan bahwa “iklim positif bercirikan tentang keunggulan sumber daya manusia”. Organisasi melihat bahwa manusia menjadi aset paling penting dalam organisasi, memberi sumbangan yang besar dalam organisasi dan peran manusia biasa sangat berarti karena dapat menjalankan dan memelihara organisasi.54 Ciri khas dalam iklim positif yaitu melihat manusia sebagai ‘subjek’ yang bertanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam penentuan tujuan dan kebijakan jemaat.55

51 Van Kooij dkk, “Menguak Fakta”, 19.

52 Jan Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik: Membangun Jemaat dengan Menggunakan Metode Lima Faktor”, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 19.

53 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 49-65.

54 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 19.

55 Van Kooij dkk, “Menguak Fakta”, 19.

(12)

12 Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi dan mengarahkan tiap anggotanya atau kelompok ke arah tujuan yang dicita-citakan.56 Cara dan gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang besar terhadap membangun jemaat vital. Kepemimpinan yang dimaksud sebagai penggerak yang membangkitkan semangat jemaat.57

Pemimpin sebagai penggerak jemaat terwujud dalam kepemimpinan yang melayani, memberikan arahan terhadap apa yang menjadi tanggung jawab, mau mendengarkan orang lain dan membangun komunikasi yang terbuka, menghargai kemampuan dan bakat orang lain, serta memotivasi dan terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan identitas jemaat. Peran seorang pemimpin tidaklah sebagai memerintah melainkan melayani.58 Tujuan dari kepemimpinan ini untuk mendukung, menolong dan mengarahkan jemaat atau kelompok dalam melaksanakan tugas tanggung jawabnya, bukan untuk memerintahkan apa yang harus dilakukan jemaat atau kelompok tersebut.59 Seorang pemimpin dalam gereja dianggap sebagai cermin yang dapat ditiru oleh jemaatnya. Untuk mencapai kualitas kepemimpinan yang baik, bukan hanya karena memiliki jabatan dan tugas yang dikerjakan namun pemimpin dapat mewujudkan adanya perubahan dan perkembangan dalam organisasi atau gereja.60

Struktur

Struktur merupakan keseluruhan relasi atau hubungan orang-orang yang memegang posisi sebagai organisatoris, baik secara formal dan informal, kelompok maupun individu.61 Ada tiga bentuk relasi dalam struktur yaitu relasi antar anggota individu dalam gereja, relasi antara anggota individu jemaat dengan organisasi gereja, serta relasi antara kelompok fungsional dalam organisasi gereja.

 Relasi Antar Individu

Ada tiga macam relasi dalam struktur yang dikemukakan oleh Jan Hendriks yaitu 1) Gemeinschaft (Paguyuban), relasi yang menekankan pada kebersamaan karena segala

56 Irham Fahmi, “Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi”, (Bandung: ALFABETA, 2012), 15 – 16.

57 Van Kooij dkk, “Menguak Fakta”, 20.

58 Van Kooij dkk, “Menguak Fakta”, 20.

59 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 91.

60 Gaylord Noyce, “Tanggung jawab Etis Pelayanan Jemaat”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 18).

61 Van Kooij dkk, “Menguak Fakta”, 20.

(13)

13

sesuatu yang dimiliki milik bersama, menekankan keterbukaan, pengorbanan dan kelangsungan/kontak langsung, 2) Organization, didasarkan pada tugas bersama, karena yang diutamakan adalah kepentingan bersama atau organisasi dan bukan mengutamakan kepentingan pribadi atau individu, 3) Gesselschaft, relasi yang menghargai diri sendiri namun tetap melihat kepentingan orang lain sebagai hal yang penting menurut aturan main yang disepakati.62 Ketiga hal ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

 Relasi Antar Anggota Individu Jemaat dengan Organisasi

Anggota jemaat dibagi dalam empat tipe anggota, yaitu : anggota inti, anggota biasa, anggota marginal, dan anggota tidur. Partisipasi anggota atau individu tidak hanya ditentukan melalui sikap individu terhadap organisasi, melainkan juga ditentukan melalui sikap organisasi terhadap individu. Hal ini menjadi penting untuk mewujudkan organisasi yang hidup.63

Hendriks mengutip tipologi yang dikembangkan oleh Remmerswaal mengenai relasi timbal balik keanggotaan dalam kelompok yang disebut sebagai atraksi dan penerimaan. Atraksi diartikan sebagai tingkat orang yang tertarik, sedangkan penerimaan diartikan sebagai tingkat penerimaan kelompok dalam memperlakukan anggota dengan serius. Penilaian dilakukan dengan melihat kelompok dapat memperlakukan anggota dengan serius, yang diukur dengan melihat reaksi kelompok atas perilaku individu.64

Kedua hal ini dinilai dengan positif, netral, dan negatif. Atraksi positif menunjukkan bahwa anggota termotivasi untuk menjadi anggota atau menjadi anggota pengurus dalam kelompok. Atraksi netral menunjukkan bahwa anggota acuh tak acuh terhadap kelompok. Atraksi negatif menunjukkan bahwa anggota tidak memiliki keinginan untuk masuk dan tergabung dalam kelompok.65

Penerimaan positif menunjukkan bahwa anggota kelompok meresponi tingkah laku individu yang taat maupun menyimpang dari norma kelompok. Penerimaan netral menunjukkan bahwa anggota kelompok acuh tak acuh atau toleran terhadap berpartisipasi

62 Van Kooij dkk, “Menguak Fakta”, 20.

63Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 102.

64Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 102.

65Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 102.

(14)

14

atau tidaknya seseorang, dan hampir tidak menaruh perhatian. Penerimaan negatif menunjukkan bahwa anggota kelompok memperlakukan individu seakan-akan ia bukan bagian atau tidak termasuk dalam kelompok.66

 Relasi Antar Kelompok Fungsional

Jan Hendriks mengemukakan setidaknya ada empat hal penting dalam struktur organisasi vital yaitu 1) Sederhana, artinya anggota dalam kelompok yang jelas, yang tidak lebih dari maksimal 10 orang, serta memiliki tujuan yang jelas. Hal ini bersifat sementara.67 2) Desentralisasi, artinya mereka yang membuat rencana, harus pula melaksanakan rencana tersebut. Kelompok diberi kepercayaan dan tanggung jawab atas rencana yang dibuat, serta diberi wewenang dan sarana finansial yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan rencana tersebut.68 3) Komunikasi yang tinggi, artinya komunikasi diharapkan secara langsung. Tidak hanya melalui pimpinan atau perantara dalam organisasi. Komunikasi ini bersifat informal dan terbuka, seperti berbincang santai yang lebih efektif dalam membungan relasi dan kebersamaan.69 4) Datar, artinya struktur yang datar menyebabkan jarak antara pimpinan dan anggota menjadi pendek, sehingga memungkinkan pemimpin untuk mendengar dan menolong langsung anggota- anggotanya dan mengikis lapisan perbedaan status.70

Organisasi disebut sebagai ikatan sosial dalam rangka mewujudkan apa yang menjadi tujuan. Demi mencapai tujuan tersebut, maka tugas-tugas dalam organisasi dibagi atas fungsionalisasi yang diselaraskan dengan koordinasi dan diarahkan pada finalisasi dalam mencapai tujuan tersebut. Oleh sebab itu, tujuan menjadi hal yang menentukan dalam struktur untuk memilah tugas manakah yang perlu dilakukan dan bagaimana kelompok tugas dapat dihubungkan satu sama lain.71

66Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 102.

67Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 121.

68Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 122.

69Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 122-123.

70 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 123.

71 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 113.

(15)

15 Tugas dan Tujuan

Tujuan merupakan segala sesuatu yang menjadi harapan dan ingin diraih, sedangkan tugas merupakan pekerjaan yang disanggupi oleh seseorang atau kelompok”.72 Tujuan dan tugas memiliki kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan karena ketika orang melaksanakan atau melakukan suatu tugas, ia sedang mengejar tujuan tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan dan tugas yaitu 1) Tujuan harus mempertimbangkan masalah manusiawi dan kemasyarakatan, yang didasari pada Injil dan kemampuan, 2) Tujuan harus jelas, konkret, dapat diwujudkan, dapat dihayati bersama, 3) Tujuan dirumuskan secara bersama, 4) Tugas harus jelas, menarik, menantang namun dapat dijangkau, relevan, berhubungan dengan persoalan manusiawi dan tujuan gereja.73

Tujuan harus memenuhi tiga kriteria yaitu 1) Tujuan harus relevan, artinya menjawab apa yang menjadi pertanyaan, kebutuhan atau masalah yang dihadapi oleh anggota baik dalam masyarakat maupun gereja, 2) tujuan harus terjangkau, artinya tujuan harus lebih dari biasanya namun tetap memperhatikan keterlibatan dan kemampuan anggota atau jemaat untuk mewujudkan program kegiatan, dan 3) tujuan harus berelasi, artinya tujuan harus jelas dengan maksud tujuan jemaat.74

Demi pelaksanaan tugas, perlu untuk melihat bahwa orang atau anggota berfungsi sebagai subjek. Tugas adalah suatu pekerjaan yang disanggupi oleh seseorang atau kelompok untuk dilaksanakan demi mencapai tujuan yang dicita-citakan. Tugas yang menarik mempengaruhi jemaat untuk turut aktif terlibat dengan senang dan efektif. Jika tugas tidak menarik, maka ada konsekuensi yang akan terjadi yaitu orang akan bosan, orang akan acuh untuk menjalankan tugasnya hingga mereka tidak hadir atau menampakkan diri dalam jemaat setempat.

Oleh sebab itu, aspek ketertarikan terkait tugas yang menarik perlu ditinjau dan dijalankan oleh para pemimpin gereja.75

Identitas

Hendriks menggunakan kata identitas untuk mengungkapkan tentang realitas sebagai jemaat beriman dalam menjawab siapakah kita dan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab

72 Van Kooij dkk, “Menguak Fakta”, 21.

73 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 148-170.

74 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 166.

75 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 168.

(16)

16

kita dalam masyarakat.76 Pemahaman mengenai identitas ini berkaitan dengan hal-hal yang menjadi ciri khas dan yang membedakan individu atau kelompok dengan individu atau kelompok yang lainnya.77

Dalam hal berpartisipasi, Hendriks mengemukakan mengenai partisipasi individu melalui : 1) Kehadiran, yaitu individu hanya sekedar datang tetapi tidak ikut tergabung dalam keanggotaan. Orang-orang yang hadir saja yang mengambil peran sebagai anggota. 2) Keikutsertaan dalam proses komunikasi dan interaksi, yaitu individu yang ikut serta mengambil bagian sebagai peserta. 3) Bekerja sama dalam memvitalkan keseluruhannya, yaitu individu dapat bekerja sama dengan peserta lainnya dan mengambil peran sebagai kooperator.78

Inti dari keberadaan suatu jemaat yaitu berdasarkan iman Kristiani yang tentu tidak terlepas dari cinta kasih, rasa persaudaraan, dan semangat melayani.79 Konsep identitas berkaitan erat dengan realitas zaman yang berubah-ubah. Hal ini juga perlu diperhitungkan dalam aspek identitas jemaat yang mempengaruhi kehidupan jemaat. Modernisasi mempengaruhi cara hidup dan konsep identitas yang dibangun pada diri jemaat.80

Walaupun demikian, merumuskan identitas jemaat bukanlah hal yang mudah. Berbagai macam persoalan muncul dalam kehidupan berjemaat. Adapun yang menjadi persoalan tersebut yaitu : Pertama, pluralitas konsepsi identitas, yang sering kali terjadi dalam kehidupan bergereja.

Ada berbagai macam kelompok yang hidup dalam gereja dengan membawa semangat dan nilai- nilai Kristiani tertentu. Keadaan seperti ini tak jarang berujung pada konflik. Pada saat seperti inilah, peran dan fungsi kepemimpinan yang komunikatif sangat diperlukan guna menciptakan iklim yang baik. Pemimpin perlu untuk menemukan akar kesamaan di antara kelompok- kelompok yang berbeda tersebut.81

Kedua, konsepsi Identitas yang pecah, terjadi oleh karena ketidakseimbangan dalam menjawab pertanyaan mengenai identitas dan jati diri jemaat, yaitu “siapakah kita?” dan “apa

76 Van Kooij dkk, “Menguak Fakta”, 21.

77 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 173-175.

78Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 183-188.

79Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 183-184.

80Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 185-186.

81Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 180-182.

(17)

17

perutusan kita?”. Ketidakseimbangan akan dua hal ini menyebabkan konsepsi identitas dalam jemaat tidak jelas.82

Ketiga, ketidakpastian mengenai Identitas, kurang memahami apa yang menjadi ciri khas dan keunikan dalam jemaat. Adapun jemaat yang kurang memahami pokok dasar iman Kristiani yang berakibat terjadinya ketidaktahuan mengenai pokok hidup persekutuan berjemaat.

Ketidakpastian ini juga terjadi ketika jemaat tidak lagi menganggap identitas sebagai hal yang berarti bagi persekutuan mereka. Situasi seperti ini mengakibatkan partisipasi yang berkurang, perasaan yang tidak mengenakan bertambah, dan jumlah anggota yang menurun.83

Melalui kelima faktor jemaat vital yang digagas oleh Jan Hendriks menjadikan persekutuan dalam gereja semakin erat, utuh dan terikat satu sama lain. Selanjutnya, melalui lima faktor tersebut yang menjadi daya pacu dalam pembangunan jemaat yang integral. Dengan demikian, melalui kelima faktor jemaat vital ini akan menjadi fokus penelitian pada bab selanjutnya.

Hasil Penelitian

Welcoming Service sebagai Bentuk Pembinaan Pemuda bagi Mahasiswa Angkatan Baru Pada bagian ini, penulis akan memaparkan hasil temuan penelitian yang didapati melalui hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan. Hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai awal mula dibentuknya program welcoming service, pemahaman mengenai program welcoming service sebagai bentuk pembinaan pemuda dan langkah awal pemuda dalam mengambil bagian pelayanan, serta permasalahan dan hal-hal yang menyebabkan menurunnya kuantitas kehadiran dan kurangnya peran mahasiswa baru dalam pelayanan.

Program Welcoming Service awalnya dibentuk dengan melihat pergumulan yang dihadapi oleh para pengurus gerakan pemuda periode tahun 2010-2012. Pergumulan yang dihadapi saat itu dengan melihat bagaimana gerakan pemuda dan pengurus bisa menjadikan teman-teman yang baru untuk bergabung di gerakan pemuda dengan perasaan yang nyaman dan merasa diterima seperti keluarga. Alasannya karena banyak mahasiswa baru dari berbagai daerah

82Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 182-183.

83Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 178-180.

(18)

18

datang dan mencari komunitas. Oleh karena itu, pengurus merasa dan melihat bahwa penerimaan itu penting bagi mereka, sehingga dibentuk sebuah program yang dikemas dalam bentuk ibadah menyenangkan, yang hidup dan akrab dalam rangka pembinaan oleh gerakan pemuda kepada teman-teman mahasiswa angkatan baru yang disebut sebagai Welcoming Service.84

Program Welcoming Service yang dilaksanakan oleh Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga didasarkan pada Program Kerja Badan Pelaksana Harian (BPH) Gerakan Pemuda.

Tujuan dilaksanakannya welcoming service sesuai dengan program kerja anggaran (PKA) tahunan pengurus gerakan pemuda yaitu menjalin dan merangkul relasi persaudaraan antar anggota gerakan pemuda dengan mahasiswa angkatan baru untuk bersekutu dan melayani bersama dalam gerakan pemuda.85

Program welcoming service ini disusun secara kreatif dengan komponen-komponen penting dalam membina pemuda yang telah ditentukan oleh para pengurus gerakan pemuda.

Welcoming Service dilaksanakan setiap tahunnya pada pertengahan bulan Oktober. Program ini dilaksanakan bertempat di gedung gereja GPIB Tamansari Salatiga. Petugas-petugas yang terlibat dalam welcoming service telah ditentukan dan dihubungi oleh pengurus gerakan pemuda seminggu sebelum pelaksanaan.86

Welcoming Service dibentuk dan dirancang bagi mahasiswa baru namun tidak menutup kemungkinan dapat dihadiri juga oleh anggota pemuda yang lama sehingga mahasiswa baru dapat berbaur dengan anggota pemuda setempat. Di dalamnya, mahasiswa baru diperkenalkan mengenai Gerakan Pemuda di GPIB Tamansari Salatiga. Hal-hal yang diperkenalkan mengenai 1) apa dan bagaimana Gerakan Pemuda GPIB Tamansari melaksanakan pelayanannya, 2) program-program pelayanan yang dilakukan dan yang akan dilakukan oleh gerakan pemuda, dan 3) kegiatan-kegiatan sosial dan olahraga yang ada di Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga.

Salah satu tujuan program ini yaitu merangkul mahasiswa baru dari berbagai daerah dan beragam budaya. Salah seorang Majelis yang bernama Ibu Sri Lahade mengatakan bahwa GPIB Tamansari Salatiga adalah gereja mini Indonesia karena terdiri dari pemuda yang berasal dari

84 Hasil Wawancara dengan CG, (ketua gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga periode tahun 2010 – 2012), melalui via direct message Instagram, 15 September 2022 pukul 14.24 WIB.

85 Hasil Wawancara dengan HY, (pengurus gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 11 Oktober 2022 pukul 23.15 WIB – 01.30 WIB.

86 Hasil Wawancara dengan JM, (pengurus gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga periode tahun 2017-2019), 27 Oktober 2022 pukul 17.06 WIB – 17. 56 WIB.

(19)

19

berbagai daerah, suku dan budaya, seperti halnya Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang disebut sebagai Indonesia mini.87

Welcoming service merupakan suatu program yang berbeda dengan program-program dalam gerakan pemuda, karena berfokus dalam memberdayakan anggotanya untuk turut terlibat dan aktif dalam berpelayanan ke depannya. Dalam program ini, banyak hal yang dilakukan di dalamnya dengan serangkaian kegiatan dan acara sebagai bentuk pembinaan pemuda. Hal ini yang memacu mahasiswa baru untuk turut hadir di dalam kegiatan ini. Program ini juga sebagai wadah bagi mahasiswa baru untuk bertemu dengan anggota pemuda lainnya dan dapat membangun relasi antar sesama serta sebagai tempat pembangunan iman.88

Kuantitas dan Keaktifan dalam Kegiatan dan Pelayanan Pemuda

Welcoming service ini seharusnya berjalan sesuai dengan tujuannya yaitu sebagai bentuk pembinaan pemuda dalam rangka memperlengkapi mahasiswa baru untuk mengambil peran dalam membangun pelayanan. Namun realita yang sering kali terjadi, setelah kegiatan ini dilaksanakan justru tingkat kehadiran dan keaktifan pemuda kurang terlihat. Relasi yang kurang dibangun antara pengurus terhadap mahasiswa baru yang menyebabkan mereka merasa kurang adanya penerimaan diri dalam persekutuan. Dalam memperkenalkan diri pun hanya sebatas formalitas saja dilakukan. Ada beberapa dari mereka yang setelah selesai pelaksanaan kegiatan langsung pulang. Hal itu yang membuat beberapa mahasiswa baru merasa kurang adanya penerimaan yang utuh terhadap diri mereka.89

Di satu sisi, ada beberapa mahasiswa baru yang akhirnya tidak lagi hadir dalam kegiatan, program dan ibadah-ibadah gerakan pemuda selanjutnya. Bahkan dalam peribadahan pun, ada yang datang beribadah ketika mereka bertugas saja dalam peribadahan tersebut. Jumlah kehadiran dan keaktifan anggota pemuda menurun dalam setiap kegiatan dan peribadahan gerakan pemuda, baik dalam welcoming service, ibadah rutin maupun kegiatan pemuda lainnya.

Jika dilihat dalam kehadiran dan keaktifan pelayanan, anggota pemuda atau mahasiswa baru yang aktif berpelayanan lebih banyak mahasiswa fakultas Teologi Universitas Kristen Satya

87 Hasil wawancara dengan SR, (anggota gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 30 Oktober 2022 pukul 19.10 WIB – 20.05 WIB.

88 Hasil wawancara dengan MK, (anggota gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 30 Oktober 2022 pukul 14.00 WIB – 14.48 WIB.

89 Hasil wawancara dengan DT, (anggota gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 27 Oktober 2022 pukul 20.10 WIB – 20.49 WIB.

(20)

20

Wacana (UKSW). Mereka yang hadir dan aktif ini sebagian besar karena tuntutan studi yang mengharuskan mereka turut ambil bagian dalam pelayanan. Jadi, mereka hanya hadir dan aktif dalam kegiatan dan pelayanan jika ada tugas Praktik Pendidikan Lapangan (PPL) saja.90

Welcoming service masih kurang dalam merangkul dan membina mahasiswa baru, yang terlihat dalam kurangnya partisipasi aktif mereka dalam pelayanan ibadah-ibadah dan kegiatan- kegiatan gerejawi di GPIB Tamansari Salatiga. Menurut salah seorang mahasiswa baru yang mengikuti kegiatan welcoming service, ia merasa kurang adanya penerimaan bagi dirinya sebagai mahasiswa baru atau anggota pemuda. Hal ini yang membuat dia mengurungkan niat untuk aktif pelayanan di GP GPIB Tamansari Salatiga. Menurutnya, pengurus gerakan pemuda seharusnya lebih merangkul dan melakukan pendekatan dengan cara membangun relasi keakraban yang baik dengan mahasiswa baru yang ada untuk mencapai indikator pembangunan jemaat melalui pemuda. Bukan hanya mempersilahkan mahasiswa baru untuk memperkenalkan diri di depan saja. Pendekatan dan membangun relasi masih sangat kurang terlihat dari sisi pengurus gerakan pemuda. Ada yang bergaul hanya dengan circle mereka saja dan ada juga yang bergaul hanya dengan orang-orang yang mereka kenal akrab. Jadi masalah kurang berbaurnya anggota pengurus dengan mahasiswa baru yang membuat salah seorang mahasiswa baru ini merasa kurang adanya penerimaan bagi dirinya.91

Welcoming service seharusnya menjadi langkah awal bagi mahasiswa baru untuk tergabung dalam setiap rangkaian kegiatan, program dan peribadahan di Gerakan Pemuda GPIB Tamansari. Tergabungnya mahasiswa baru ini dalam pelayanan, kegiatan dan peribadahan ke depannya, diawali dengan relasi yang dibangun dengan mereka. Hal ini yang menjadikan kuantitas anggota gerakan pemuda semakin meningkat ke depannya. Namun dalam welcoming service yang dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2022, mahasiswa baru yang hadir kurang lebih sebanyak tujuh orang saja. Kurangnya kehadiran mahasiswa baru dalam kegiatan ini oleh karena poster digital atau informasi yang dibuat kurang menarik. Padahal sebelum diadakannya

90 Hasil wawancara dengan DT, (anggota gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 27 Oktober 2022 pukul 20.10 WIB – 20.49 WIB.

91 Hasil wawancara dengan BR, (anggota gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 27 Oktober 2022 pukul 18.53 WIB – 19. 49 WIB.

(21)

21

kegiatan welcoming service ini, jumlah kehadiran mahasiswa baru cukup banyak dibandingkan saat pelaksanaan dan setelah kegiatan ini terlaksana.92

Hal lain yang menyebabkan menurunnya kuantitas anggota gerakan pemuda dikarenakan adanya masalah internal dalam kepengurusan yang terbawa hingga ke anggota gerakan pemuda.

Masalah ini tersebar hingga ke anggota pemuda lainnya. Permasalahan ini yang juga menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah kehadiran anggota gerakan pemuda. Beberapa mahasiswa baru mengetahui permasalahan ini dan paling banyak diketahui oleh anggota pemuda lama, yang membuat mereka tidak berkeinginan untuk hadir dalam kegiatan dan ibadah gerakan pemuda selanjutnya.93

Gerakan Pemuda dalam perkembangannya mengalami penurunan jumlah kehadiran anggota gerakan pemuda dalam tiap peribadahan. Bahkan dalam ibadah rutin tiap hari sabtu pun dihadiri tidak lebih dari 20 orang. Padahal jumlah anggota gerakan pemuda yang ada sebanyak 211 orang yang terdata.94 Perbandingan ini terlihat begitu jauh dengan jumlah anggota pemuda yang ada. Adapun hal yang menjadi penyebab yaitu oleh karena masalah kepemimpinan yang kurang baik dalam pengurus gerakan pemuda. Sejatinya sebagai pemimpin atau ketua pengurus gerakan pemuda, harus dapat menjadi contoh teladan yang baik bagi anggota pengurus dan anggota gerakan pemuda lainnya. Namun yang terjadi, pemimpin sering kali lepas tangan dan hilang dari tanggung jawab, yang seharusnya ia turut campur tangan dan hadir, baik dalam tugas maupun kegiatan lainnya. Seorang pemimpin juga harus mampu melakukan kerja nyata, bukan hanya melalui perkataan-perkataan yang manis di mulut saja.95

Di satu sisi, pemimpin kurang dapat mengayomi anggota pengurusnya dan menjadi penengah ketika ada masalah yang terjadi dalam internal kepengurusan. Di sisi lain, pengambilan keputusan yang kurang tepat dan kurang memprioritaskan kepentingan bersama dalam kepengurusan juga menjadi penyebab terjadinya perpecahan dalam kepengurusan itu sendiri.

Akibatnya sebagian anggota pengurus memilih untuk tidak lagi terlibat dalam kepengurusan dan

92 Hasil wawancara dengan BE, (anggota gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 27 Oktober 2022 pukul 18.03 WIB – 18. 44 WIB.

93 Hasil wawancara dengan BE, (anggota gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 27 Oktober 2022 pukul 18.03 WIB – 18. 44 WIB.

94 Berdasarkan Data Jumlah Anggota Gerakan Pemuda yang terdata hingga tahun 2022 oleh Badan Pengurus Harian Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga.

95 Hasil wawancara dengan AA, (anggota gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 29 Oktober 2022 pukul 17.18 WIB – 18.02 WIB.

(22)

22

meninggalkan tanggung jawab mereka sebagai anggota pengurus gerakan pemuda. Total pengurus gerakan pemuda sebanyak 19 orang dan yang hadir tergabung serta merasa memiliki tanggung jawab dalam kepengurusan sebanyak lima hingga tujuh orang. Jumlah pengurus yang hadir ini terlihat dalam rapat rutin yang dilaksanakan oleh pengurus gerakan pemuda.96

Hal lain yang menjadi faktor persoalan yaitu kegiatan dan ibadah yang dilaksanakan kurang begitu menarik dan monoton. Akibatnya sebagian anggota pemuda merasakan kebosanan atau kejenuhan dengan kegiatan-kegiatan yang begitu saja. Tetapi pada periode kepengurusan 2017-2019, ada satu program yang begitu menarik dan menggugah keinginan anggota pemuda untuk hadir dan terlibat di dalamnya. Kegiatan tersebut yaitu English Service. English Service dikemas dalam bentuk peribadahan dengan melibatkan anggota pemuda yang hadir harus menggunakan bahasa Inggris selama proses peribadahan. Adapun di dalamnya berisi mini games yang kreatif agar anggota pemuda tidak merasa jenuh dan dapat berinteraksi satu sama lain.

Kegiatan lain yang menarik bagi anggota pemuda seperti yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu jamming. Jamming adalah kegiatan berkumpul bersama, bermain musik dan bernyanyi bersama dengan anggota pemuda yang menjadikan terbangunnya relasi antara anggota pemuda yang baru dan yang lama. Namun setelah pergantian kepengurusan yang baru, program-program dan kegiatan seperti itu sudah tidak lagi diadakan. Hal ini yang menyebabkan beberapa anggota pemuda merasa kurang tertarik untuk bergabung dalam kegiatan pemuda. Melalui kegiatan- kegiatan atau peribadahan yang kreatif dan inovatif, memiliki daya tarik tersendiri bagi anggota pemuda yang ada.97

Analisis Data

Pembangunan Jemaat dalam Program Welcoming Service Sebagai Pembinaan Mahasiswa Baru

Pembangunan Jemaat merupakan aspek penting dalam teologi yang tentunya perlu diterapkan dan diwujudkan dalam kehidupan berjemaat agar jemaat lebih peka dan terbuka dalam menghadapi pergumulan-pergumulan secara bertanggung jawab dengan berlandaskan

96Hasil wawancara dengan DT, (anggota gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 27 Oktober 2022 pukul 20.10 WIB – 20.49 WIB.

97 Hasil wawancara dengan DT, (anggota gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 27 Oktober 2022 pukul 20.10 WIB – 20.49 WIB.

(23)

23

kasih dan keadilan Allah.98 Sama halnya dengan program welcoming service yang direncanakan di awal oleh pengurus gerakan pemuda periode 2010-2012, memiliki tujuan yakni agar mahasiswa baru memiliki kepekaan dan keterbukaan dalam menjawab pergumulan-pergumulan mereka di tanah rantau (Kota Salatiga) secara bertanggung jawab dan tetap memegang nilai-nilai Kekristenan. Oleh sebab itu penulis akan menganalisis program welcoming service sebagai bentuk pembangunan jemaat oleh Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga bagi mahasiswa baru.

Membangun suatu jemaat harus sesuai dengan tujuan dan harapan yang diinginkan. Hal- hal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas pembangunan jemaat yaitu Pertama, Gereja membangkitkan rasa memiliki sehingga jemaat merasa menjadi bagian dari gereja. Komunikasi dan koordinasi dengan pemimpin gereja dan jemaat menunjukkan keseriusan dalam membangun jemaat.99 Setiap program yang direncanakan di GPIB Tamansari Salatiga akan melalui proses koordinasi yang cermat dan tepat. Sama halnya dengan program welcoming service ini juga melalui koordinasi yang terencana dengan baik oleh gerakan pemuda dengan Pelaksana Harian Majelis Jemaat serta Ketua Majelis Jemaat. Hal ini terbukti dari welcoming service sebagai program dari rancangan program kerja anggaran (PKA) tahunan pengurus gerakan pemuda yang bertujuan menjalin dan merangkul relasi persaudaraan antar anggota gerakan pemuda dengan mahasiswa angkatan baru untuk bersekutu dan melayani bersama dalam gerakan pemuda.100 Koordinasi akan terus berlangsung sampai program itu terlaksana demi membangkitkan rasa memiliki bagi mahasiswa angkatan baru agar mereka merasa menjadi bagian dari Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga dan juga menjadi bagian dari GPIB Tamansari Salatiga itu sendiri.

Kedua, suasana keakraban, ketulusan dan kehangatan menjadi poin penting yang perlu dilakukan gereja dalam persekutuan dengan jemaat. Jemaat dipandang sebagai subjek dalam pembangunan sebab jemaat sebagai manusia yang dipanggil melaksanakan tanggung jawab tersebut.101 Tujuan program welcoming service adalah menjalin dan merangkul relasi

98 Remelia F. Dalensang, “Menjadi Gereja yang Transformatif bagi Kaum Miskin: Dari Mana dan Ke Mana Arah Pembangunan Jemaat?”, No. 2 (Agustus 2018): 52 , diakses 17 Oktober 2022,

https://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera135-9IHbFJjKoGVk2FyC5Yv9gScD3.pdf.

99 Ron Jenson dan Jim Stevens, “Dinamika Pertumbuhan Gereja”, (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2006), 130.

100 Hasil Wawancara dengan HY, (pengurus gerakan pemuda GPIB Tamansari Salatiga), 11 Oktober 2022 pukul 23.15 WIB – 01.30 WIB.

101 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 48 – 52.

(24)

24

persaudaraan antar anggota gerakan pemuda dengan mahasiswa angkatan baru untuk bersekutu dan melayani bersama dalam gerakan pemuda, serta bergabung dalam komunitas gerakan pemuda dengan perasaan nyaman dan diterima seperti keluarga. Oleh sebab itu, welcoming service yang dikemas dalam bentuk peribadahan kreatif untuk pembinaan mahasiswa baru.

Program ini didesain agar suasana yang ditampilkan adalah suasana keakraban, ketulusan dan kehangatan sehingga menjadikan mahasiswa baru yang bergabung dapat merasakan tanggung jawab sebagai subjek pembangunan jemaat.

Ketiga, identitas berhubungan dengan tujuan dan relasi antar jemaat agar menunjukkan keberadaan gereja yang saling terhubung. Keberadaan pemimpin yaitu menolong jemaatnya untuk membangun identitas gereja yang unik. Gerakan pemuda memiliki identitas sebagai tulang punggung dan ujung tombak gereja dengan harapan dapat bertanggung jawab melakukan berbagai kegiatan pelayanan untuk membangun jemaat dengan tetap menerapkan nilai-nilai kekristenan dalam kehidupannya. Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga memiliki tanggung jawab yang sama yakni membangun relasi dengan setiap warga jemaat yang ada bahkan mereka yang hendak ingin bergabung dalam persekutuan. Welcoming service adalah salah satu sarana gerakan pemuda untuk membangun identitas diri sebagai satu gerakan kaum muda dalam membangun relasi dengan sesama. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan program welcoming service sebagai program tahunan yang dimulai dari tahun 2010 sampai sekarang. Program ini terus dipertahankan sebagai bukti bahwa relasi harus terus dibangun dengan setiap mahasiswa baru yang datang dari berbagai daerah untuk menjawab pergumulan-pergumulan mahasiswa baru tiap tahunnya. Selain itu, program ini terus mempertahankan tujuannya yakni memberdayakan anggota-anggotanya yang sudah bergabung atau akan bergabung, agar dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan maupun pelayanan-pelayanan di gereja.

Keempat, seorang pemimpin dikenal oleh karena posisi atau kepribadiannya. Pemimpin harus memiliki kualitas yang mampu memotivasi dan memimpin anggotanya ke arah dan tujuan yang ingin dicapai serta memastikan bahwa setiap anggotanya dapat menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik.102 Welcoming service dapat dikatakan sebagai batu loncatan Gerakan Pemuda GPIB Tamansari Salatiga untuk dapat menjaring, menyaring dan membentuk karakter pemimpin yang bertanggung jawab dari setiap mahasiswa baru yang ada. Dalam gerakan pemuda, mahasiswa baru akan dikader dan diajak untuk bersama-sama belajar mengenai

102 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 69.

(25)

25

organisasi gerejawi yaitu gerakan pemuda, pelayanan dan kekeluargaan sebagai satu persekutuan tubuh Kristus. Dari sinilah karakter pemimpin yang berkualitas dapat terbentuk melalui hasil kaderisasi dan pembelajaran yang didapat selama bergabung dalam gerakan pemuda.

Lima Faktor Jemaat Vital: Kuantitas dan Keaktifan dalam Kegiatan dan Pelayanan Pemuda

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis paparkan, penulis mendapati adanya hal mendasar yang menjadi fokus analisis dalam penulisan ini. Penulis menemukan bahwa selama welcoming service diadakan, ditemukan bahwa terjadi penurunan kuantitas dan keaktifan dalam welcoming service itu sendiri serta kegiatan dan pelayanan pemuda kedepannya. Oleh sebab itu, penulis akan menganalisis kuantitas dan keaktifan dalam welcoming service serta kegiatan dan pelayanan pemuda ini dalam lima faktor jemaat vital yang ditawarkan oleh Jan Hendriks. Lima faktor yang ditawarkan oleh Jan Hendriks akan diringkas menjadi tiga faktor dengan menyatukan dua faktor lainnya.

Iklim Positif

Yang dimaksud dengan iklim positif dalam jemaat vital adalah seluruh prosedur dan tata cara pergaulan yang khas bagi organisasi.103 Dalam iklim positif, anggota jemaat dipandang sebagai subjek dan keberadaan mereka harus dihargai dan diperlakukan dengan hormat.104 Ada dua fungsi dari iklim positif yaitu 1) semakin banyak anggota yang berpartisipasi dan dengan senang hati, maka absensi atau ketidakhadiran dari anggota lebih berkurang, dan 2) tujuan dan cita-cita tercapai dengan baik. Kedua hal ini terjadi dikarenakan dalam organisasi dengan iklim positif ini menjadikan orang lebih banyak dan sering membangun komunikasi serta lebih jujur dan terbuka. Hal ini menjadikan kualitas pelayanan yang lebih baik.105 Berdasarkan konsep iklim positif jemaat vital, penulis berkesimpulan bahwa program welcoming service tidak sejalan dengan iklim positif jemaat vital. Hal ini dapat dilihat dari presentase kehadiran anggota pemuda yang menurun, baik dalam welcoming service di gerakan pemuda.

103Van Kooij dkk, “Menguak Fakta”, 19.

104 Jan Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik: Membangun Jemaat dengan Menggunakan Metode Lima Faktor”, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 19.

105 Hendriks, “Jemaat Vital dan Menarik”, 49-65.

Referensi

Dokumen terkait

Tugas dan tanggung jawab :.. a) Melaksanakan standar pelaksanaan pengujian terhadap hasil produksi tusuk kontak, kabel dan hasil braider serta material yang datang

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”PENERAPAN PSAK

sekolah kami terlihat dari jarangnya siswa mengunjungi perpustakaan sebagai tempat sumber belajar, apalagi selama ini siswa menganggap bahwa pustaka hanyalah sebagai tempat

Pemahaman mengenai perbedaan-perbedaan dalam biaya dari masing-masing komponen modal (hutang dan ekuitas) dapat membantu menjelaskan mengapa perusahaan

Pasien harus mengetahui secara pasti bahwa Mini pil sangat efektif (98,5% tidak terjadi kehamilan), jangan sampai ada tablet yang lupa, tablet digunakan pada jam

Hadirnya perusahaan otomotif transnasional seperti Toyota sebagai aktor TNC dalam hubungan internasional yang memiliki potensi power (kemampuan yang memungkinkan untuk

Sehingga hipotesis yang menyatakan ada korelasi positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII SMP N 4

Komunitas eLearning IlmuKomputer.Com Copyright © 2003-2013 IlmuKomputer.Com 2 Application Presentation Session Transport Network Data Link Physical Host B Network Network