• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Analysis of Green Open Space Needs in Bogor City

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Analysis of Green Open Space Needs in Bogor City"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

JCEBT, Vol 7 (No 1) Maret 2023 ISSN 2549-6379 (Print) ISSN 2549-6387 (Online)

JCEBT

(Journal of Civil Engineering, Building and Transportation)

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jcebt

Analysis of Green Open Space Needs in Bogor City

Irfan Ihsani1)*, Fulki Dwiyandi Araswati2)

Universitas Pancasila

Koresponden*, Email: irfan.ihsani@univpancasila.ac.id

Abstract

The availability of green open space (GOS) especially in urban areas, is very important considering the large benefits obtained from GOS. GOS is a land (area) overgrown with green plants and plays an important role in maintaining natural ecosystem balance in urban areas. The area used as GOS can be a park, field, or green path on the side or in the middle of the road. This study aims to determine acreage of GOS changes and its adequacy based on population and area in Bogor City. The scope of this study is the South, Central and East Bogor Districts. The analysis technique used is spatial analysis using ArcGIS 10.3 software. The results showed that in 2009 the GOS in South, Central and East Bogor Districts was 1982,23 Ha and 1197,49 Ha in 2021 or it was a decline at about 784,74 Ha during the period. Based on population number in 2021 South, Central and East Bogor Districts needs GOS of 809,05 Ha.

Keywords: green open space (gos); adequacy of gos; regional development; land cover change.

Abstrak

Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH tersebut. Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan lahan (area) yang ditumbuhi tanaman hijau dan sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem alami di daerah perkotaan. Area yang digunakan sebagai RTH dapat berupa taman, lapangan, maupun jalur hijau di sisi atau di tengah jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas perubahan dan kecukupan ruang terbuka hijau di Kota Bogor berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah. Ruang lingkup penelitian ini adalah di Kecamatan Bogor Selatan, Tengah dan Timur. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis spasial menggunakan software ArcGIS 10.3.

Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2009 luas RTH sebesar 1982,23 Ha dan pada tahun 2021 sebesar 1197,49 Ha, sehingga pada periode 2009-2021 terjadi penurunan luas sebesar 784,74 Ha.

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2021 Kecamatan Bogor Selatan, Tengah dan Timur mebutuhkan RTH sebesar 809,05 Ha.

Kata Kunci: ruang terbuka hijau (rth); kecukupan rth; perkembangan wilayah; perubahan tutupan lahan.

PENDAHULUAN

Lahan (land) merupakan suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, dan populasi tumbuhan, serta

segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang, yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada masa kini dan masa akan datang (Juhadi, 2007). Perubahan tata guna lahan tidak dapat dihindari sebagai akibat dari proses pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi

(2)

277 kebutuhan masyarakat dan tuntutan standar hidup yang lebih baik (Hidayat, et al., 2020). Perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk mengakibatkan terjadinya fenomena kebutuhan terhadap lahan cenderung terus meningkat. Pada gilirannya hal tersebut akan melahirkan gejala persaingan penggunaan lahan, yang sesungguhnya merupakan manifestasi dari berlakunya hukum permintaan (demand) dan penawaran (supply). Hal tersebut dapat dipahami, mengingat lahan merupakan sumberdaya alam yang amat penting. Hampir semua aspek kehidupan dan pembangunan, baik secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan. Seiring dengan terjadinya pertumbuhan wilayah termasuk di dalamnya pertumbuhan kota, kebutuhan (demand) akan sumberdaya lahan cenderung meningkat, sementara itu dilihat dari ketersediaannya dalam arti luasan lahan dalam batas administratif bersifat terbatas (Utoyo 2012; Dewi 2018).

Kehadiran manusia di bumi menjadikan lahan sebagai sumber daya yang langka.

Selama kurun waktu terakhir, manusia telah mengambil peran yang semakin besar dalam modifikasi lingkungan global.

Dengan meningkatnya angka dan berkembang teknologi, manusia telah muncul sebagai instrumen utama, paling kuat, dan universal terhadap perubahan pengunaan lahan dan tutupan lahan.

Perubahan ini telah memiliki efek mendalam pada lingkungan sehingga mengakibatkan perubahan dalam penggunaan lahan dan tutupan lahan dari waktu ke waktu (Dwiprabowo, et al., 2014). Perubahan penggunaan dan tutupan lahan merupakan faktor utama bagi terjadinya perubahan global karena dapat mempengaruhi proses ekosistem, hidrologi, keanekaragaman hayati, iklim, siklus biogeokimia, keseimbangan energi, dan aktivitas manusia (Xiao et al., 2006).

Perubahan tersebut dapat mengakibatkan penurunan jumlah dan mutu lingkungan, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Menurunnya sumber daya alam seperti keanekaragaman hayati serta adanya perubahan siklus hidrologi merupakan salah satu penurunan mutu lingkungan.

Penurunan mutu lingkungan yang diakibatkan dari perubahan penggunaan lahan dan tutupan lahan suatu kawasan akan mempengaruhi eksistensi ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan ruang terbuka bervegetasi yang berada di kawasan perkotaan yang mempunyai fungsi antara lain sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi manusia maupun bagi pengembangan kota (Dewiyanti 2009).

RTH dapat berbentuk hutan kota, taman kota, taman pemakaman umum, lapangan olahraga, jalur hijau, jalan raya, bantaran rel kereta api, dan bantaran sungai. Namun keberadaannya sebagai sebuah ruang dengan fungsi ekologis menjadikan RTH sebagai salah satu fungsi lahan yang seringkali dikorbankan dalam membangun dan mengembangkan sebuah kota (Putri 2010). Ruang terbuka hijau memiliki peran yang cukup penting dalam memberikan keleluasaan gerak penggunanya, karena aktivitas dan perkembangan kota yang semakin lama semakin berkembang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan manusia yang hidup di dalamnya (Krisnawati 2009). Kota Bogor menghadapi permasalahan terkait ketersediaan RTH yang tidak mencukupi akibat alih fungsi lahan. Luasan RTH di Kota Bogor cenderung menurun dari waktu ke waktu.

Identifikasi penyebaran RTH yang masih tersedia perlu dilakukan sebagai salah satu upaya membangun database untuk memantau mempertahankan keberadaan RTH yang ada saat ini. Disamping itu, identifikasi lahan potensial untuk peningkatan luasan RTH juga perlu dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekologi. Kajian faktor penentu perubahan RTH juga diperlukan untuk menyusun rekomendasi yang tepat dalam upaya pengendalian dan pemantauan

(3)

278 pemanfataan ruang untuk RTH di wilayah ini. Tujuan Penelitian adalah mengidentifikasi ruang terbuka hijau di Kota Bogor Khususnya Kecamatan Bogor Tengah, Selatan dan Timur, dan menganalisis kecukupan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor khususnya Kecamatan Bogor Tengah, Selatan dan TImur masuk dalam Jawa Barat.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang akan digunakan berasal dari data primer dan data sekunder yang meliputi jenis data data spasial, data numerik data lapangan dan data pendukung. Data spasial antara lain berupa peta rupa bumi Indonesia atau RBI yang dikelurkan oleh Badan Informasi Geospasial (peta administrasi, sungai, jalan), peta penggunaan lahan yang diperoleh dari Dinas PUPR Kota Bogor, serta Landsat OLI/TIRS. Survei Primer penelitian ini diperoleh dengan melakukan observasi langsung melalui pengamatan atau inspeksi lapangan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian dan mendata kondisi jenis/vegetasi penutup

lahan. Sehingga dapat

menginterpretasikan visual citra landsat dengan kondisi tutupan lahan sebenarnya.

Alat-alat penunjang yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat komputer dengan software ArcGis 10,3 untuk koreksi geometrik, digitasi dan pengolahan peta dengan Microsoft Excel.

Analisis Perubahan tutupan Lahan Perubahan tutupan lahan adalah merupakan bentuk peralihan dari tutupan lahan sebelumnya ke tutupan lain. Deteksi perubahan (change detection) adalah suatu proses mengidentifikasi perubahan- perubahan suatu obyek atau fenomena

melalui pengamatan pada berbagai waktu yang berbeda, dengan melakukan kuantifikasi pengaruh-pengaruh temporal menggunakan serangkaian data yang dikumpulkan multi waktu. Perubahan penutupan atau penggunaan lahan terjadi karena manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda (Widyaningsih, 2008). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui besarnya perubahan tutupan lahan yang terjadi secara time series salam waktu 10 tahun, yaitu dimulai pada tahun 2007 hingga 2016. Dalam penelitian ini penutup lahan yang digunakan dibagi menjadi 2 (dua) klasifikasi yaitu lahan terbangun dan lahan tidak terbangun. Dimana jenis penutup lahan terbangun adalah permukiman dan fasilitas kota. sedangkan untuk lahan tidak terbangun sawah, kebun atau perkebunan, hutan, semak belukar, hutan kota, rumput atau lahan terbuka, serta ladang atau tegalan. Metodologi didasarkan pada analisis SIG. Dimana Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sebuah sistem manajemen informasi yang menyeluruh, di dalamnya termasuk kegiatan survai, pemetaan, kartografi, fotogrametri, penginderaan jarak jauh dan ilmu komputer. Sistem ini memungkinkan pengguna untuk memasukkan data, mengatur, menganalisis, memanipulasi dan menampilkan data spasial. SIG mempunyai kemampuan untuk melakukan penyelidikan spasial dan overlay sehingga bisa menghasilkan informasi baru. SIG terdiri dari beberapa sub-sistem, yaitu sistem data input, sistem penyimpanan data, sistem analisis data, dan sistem data output (Qomariyah, et al., 2007). Output yang dihasilkan dari metodelogi ini berupa luas perubahan tutupan lahan yang terjadi berdasarkan tiap jenis tutupan lahan . Mengidentifikasi Ruang Terbuka Hijau Dalam mengidentifikasi ruang terbuka hijau dan pola perubahan dengan tahapan- tahapan kerja yakni mengklasifikasikan ruang terbuka hijau menggunakan analisis

(4)

279 spasial. Pada analisis spasial meliputi proses-proses koreksi geometrik yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcGis terhadap peta-peta yang telah dipersiapkan. Proses pengklasifikasian dilanjutkan setelah proses koreksi dan digitasi selesai untuk mendapatkan peta ruang terbuka hijau (Setyani, et al., 2017).

Menganalisis kecukupan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk Kecukupan RTH berdasarkan jumlah penduduk dihitung dengan cara mengalikan jumlah penduduk dengan standar luas RTH per kapita yang diatur dalam Permen PU No. 5 Tahun 2008 sebesar 20 m2/kapita. Luas RTH yang dibutuhkan berdasarkan luas wilayah dihitung dengan cara mengalikan 20% dari luas wilayah sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Tutupan Lahan

Pada periode 2009 hingga 2021 telah terjadi perubahan tutupan lahan RTH menjadi lahan Non RTH. Jenis tutupan lahan yang mengalami peningkatan adalah lahan permukiman dan fasilitas kota, jenis penutup lahan ini termasuk dalam klasifikasi Non RTH. Sedangkan untuk klasifikasi RTH mengalami penurunan pada setiap jenisnya. Dimana jenis penutup lahan ini adalah hutan, hutan kota kebun/perkebunan, rumput/lahan terbuka dan semak. Hal ini menunjukan bahwa telah terjadinya perubahan tutupan lahan RTH menjadi Non RTH. Perubahan tutupan lahan yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2009-2021

(5)

280 Pada wilayah penelitian pada tahun 2009 tutupan lahan non RTH seluas 3147,30 Ha atau sebesar 61,36%, sedangkan pada tahun 2021 non RTH cenderung meningkat dengan area seluas 3935,18 Ha atau sebesar 76,72% dari total luas wilayah penelitian. Sedangkan lahan RTH mengalami penurunan sebesar 784,74 Ha, dimana pada tahun 2009 lahan RTH seluas1982,23 Ha menjadi seluas 1197,49 Ha pada tahun 2021. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa RTH di wilayah penelitian yaitu kecamatan Bogor Selatan, Tengah dan Timur mengelami penurunan yang diakibatkan dari naiknya perubahan tutupan lahan non RTH atau lahan terbangun. Hal ini

dikarenakan wilayah penelitian berada pada wilayah pembangunan yang cepat di Kota Bogor, dimana pada setiap tahunnya wilayah ini mengalami kenaikan dan perluasan pembangunan.

Identifikasi Ruang Terbuka Hijau

Identifikasi luas serta persebaran ruang terbuka hijau Kota Bogor (Kecamatan Bogor Tengah, Selatan dan Timur) dilakukan berdasarkan interpretasi citra satelit dan peta penggunaan lahan Kota Bogor. Tabel 1 menunjukkan proporsi RTH Kecamatan Bogor Tengah, Selatan dan Timur menunjukkan proporsi RTH setiap Kecamatan di wilayah Penelitian pada periode tahun 2009 sampai tahun 2021.

Tabel 1. Perubahan Tutupan Lahan Wilayah Kota Bogor

Kecamatan Luas RTH (ha) 2009 Luas RTH (ha) 2021 Selisih (ha)

RTH Non RTH RTH Non RTH RTH Non RTH

Bogor Selatan 1334,23 1959,11 932,84 2363,63 -401,38 404,52

Bogor Tengah 457,91 323,21 153,83 627,29 -304,08 304,08

Bogor Timur 190,09 864,98 110,81 944,26 -79,28 79,28

Total 1982,23 3147,30 1197,49 3935,18 -784,74 787,88

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa luasan RTH tahun 2009 sebesar 1982,23 Ha sedangkan luas RTH tahun 2021 sebesar 1197,49 Ha. Dapat dilihat pada tabel bahwa ruang terbuka hijau dari tahun 2009 hingga 2021 mengalami penurunan luasan. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk sehingga ruang terbuka hijau terbuka terutama RTH privat yang digunakan untuk pembangunan perumahan atau lahan terbangun untuk kawasan industri maupun perdagangan.

Pada tahun 2009 kecamatan yang memiliki RTH terbesar adalah Kecamatan Bogor Selatan dengan luas RTH sebesar 1334,23 Ha kemudian diikuti oleh Kecamatan Bogor Tengah dengan luas sebesar 457,91 Ha. Luasan RTH terkecil dimiliki oleh Kecamatan Bogor Timur dengan luasan sebesar 190,09 Ha. Kecamatan Bogor Selatan memiliki luasan RTH yang besar dikarenakan masih memiliki banyak RTH

diantaranya RTH privat berupa RTH fasilitas umum atau sarana dan prasarana kota. Kecamatan Bogor Selatan memilikii jumlah penduduk yang terpadat bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya, walaupun memiliki jumlah penduduk yang terbesar namun luasan RTH masih luas.

Penurunan luasan RTH pada Kecamatan Bogor selatan yaitu seluas -401,38 Ha.

Kecamatan Tengah memiliki luas wilayah yang kecil sehingga memiliki selisih RTH pada tahun 2009 hingga 2021 terendah yaitu seluas -79,28 Ha. Sedangkan Bogor Tengah yang merupakan pusat Kota mengalami penurunan RTH seluas -304,08 Ha. Hal ini disebabkan oleh laju perkembangan dan pertumbuhan fasilitas wilayah yang cukup pesat.

Kecukupan RTH

Kecukupan RTH di suatu wilayah diketahui dari membandingkan kondisi eksisting dan kebutuhannya. Tabel 2 menyajikan hasil

(6)

281 analisis kecukupan RTH untuk setiap kecamatan pada wilayah penelitian.

Apabila standar kebutuhan RTH dibandingkan dengan kondisi eksisting RTH, maka hanya kecamatan Bogor Selatan yang memiliki RTH yang memenuhi standar kebutuhan RTH baik berdasarkan luas wilayah maupun berdasarkan jumlah penduduk.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa RTH yang ada di wilayah penelitian Tahun 2021

sebesar 1.197,49 Ha dengan RTH yang dibutuhkan berdasarkan luas wilayah sebesar 1.026,53 Ha serta RTH yang dibutuhkan wilayah penelitian berdasarkan jumlah penduduk sebesar 809,05 Ha. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa wilayah penelitian (Kecamatan Bogor Selatan, Tengah dan Timur) masih mencukupi kebutuhan RTH dengan baik berdasarkan luas wilayah maupun berdasarkan jumlah penduduk.

Tabel 2. Kecukupan RTH berdasarkan kondisi eksisting tahun 2021 Kecamatan Luas RTH

saat ini (ha)

Jumlah Penduduk

Kebutuhan RTH (ha)

Berdasarkan Selisih jumlah RTH (ha) Berdasarkan

Luas Wilayah

20% Jumlah

Penduduk Luas

Wilayah Jumlah Penduduk Bogor Selatan 932,84 204.030,00 659,29 408,06 273,55 524,78 Bogor Tengah 153,83 96.258,00 156,22 192,52 -2,39 -38,68 Bogor Timur 110,81 104.237,00 211,01 208,47 -100,20 -97,66

Total 1.197,49 404.525,00 1.026,53 809,05 170,95 388,44

KESIMPULAN

Perubahan RTH di Kecamatan Bogor Selatan, Tengah dan Timur menunjukkan penurunan luas RTH pada periode tahun 2009 dan tahun 2021 sebesar 784,74 Ha.

Pada tahun 2009 luas RTH sebesar 1982,23 Ha sedangkan tahun 2021 sebesar 1197,49 Ha. Kebutuhan RTH wilayah penelitian berdasarkan penduduk Tahun 2021 sebesar 809,05 Ha dan berdasarkan luas wilayah sebesar 1026,53 Ha. Secara umum kebutuhan RTH baik berdasarkan penduduk maupun luas wilayah masih mencukupi. Meskipun demikian seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dan luas kawasan terbangun, maka di masa depan RTH akan semakin terdesak dan tidak mustahil keberadaannya akan tidak mencukupi. Hal ini membutuhkan kesadaran dan keterlibatan semua pihak untuk terus menjaga keberlanjutan keberadaan RTH.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, A. S. 2018. Analisis Ruang Terbuka Hijau dan Arahan Rencana Pengembangannya Di Kota

Bandung Provinsi Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor.

Dewiyanti, D. (2009). Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung (Suatu Tindakan Awal Taman Kota terhadap Konsep Kota Layak Anak). Majalah Ilmiah UNIKOM, 7(1).

Dwiprabowo, H., Djaenudin, D., Alviya, I., &

Wicaksono, D. (2014). DINAMIKA TUTUPAN LAHAN: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi.

Yogyakarta: PENERBIT PT KANISIUS.

Hidayat, M. A., & Noor, A. (2020). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Alih Fungsi Lahan di Kota Samarinda. INOVASI:

Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Manajemen, 16(2).

Juhadi. 2007. Pola-Pola Pemanfaatan Lahan dan Degradasi Lingkungan Pada Kawasan Perbukitan. Jurnal Geografi, 4(1).

Kodoatie, R. J., & Sjarief, R. (2010). Tata Ruang Air.

Yogyakarta: Andi.

Pemerintah Kota Bogor. (2021). Demografi Kota Bogor. Bogor.

Putri, P. (2010). Analisis spasial dan temporal perubahan luas ruang terbuka hijau di Kota Depok. Jurnal Lanskap Indonesia, 2(2).

Qomariyah, S., Saido, A. P., & Dhianarto, B. (2007).

Kajian Genangan Banjir Saluran Drainase

(7)

282 Dengan Bantuan Sistim Informasi Geografi (Studi Kasus: Kali Jenes, Surakarta). Media Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, 7(1).

Setyani, W., Sitorus, S. R. P., & Panuju, D. R. (2017).

Analisis ruang terbuka hijau dan kecukupannya di Kota Depok. Buletin Tanah dan Lahan, 1(1).

Utoyo, B. (2012). Dinamika Penggunaan Lahan di Wilayah Perkotaan (Studi di Kota Bandar Lampung). Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengmas Dies Natalis FISIP : Universitas Lampung.

Wendika, Y. D., Soeryamassoeka, S. B., & Yuniarti, E.

(2012). Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Besarnya Debit(Q) Pada Suatu Kawasan (Studi Kasus Pasar Flamboyan). Jurnal Teknik Sipil Untan, 12(2).

Xiao, J., Shen, Y., Ge, J., Tateishi, R., Tang, C., Liang, Y., &

Huang, Z. (2006). Evaluating urban expansion and land use change in Shijiazhuang, China, by using GIS and remote sensing. Landscape and

Urban Planning, 75(1).

Referensi

Dokumen terkait

Mengenai hal ini, Alkitab mencatat bahwa “langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada

Mengetahui rumusan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian ini sebagai berikut. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan

MEI analisis efektif digunakan untuk penentuan status produktivitas suatu perairan, namun untuk penentuan keperuntukan perairan masih diperlukan analisis labolatorium lebih

penambahan tahanan pada metode tersebut maka dapat merubah besaran-besaran yang pada motor tersebut terutama pada efisiensi motor.maka dari itu dalam tugas akhir ini

Dengan begitu kita akan mengetahui persiapan menghadapi penyakit tersebut, tindakan pencegahan yang harus dilakukan agar penyakit tidak bertambah parah, serta melakukan

Dari hasil simulasi level sinyal pada propagasi Cost 231 yaitu level sinyal terbaik diperoleh pada warna merah dengan nilai -70 dBm yang mecakup 6% area wilayah komputasi.

Objek jaminan benda tidak bergerak atau hak atas tanah merupakan objek Hak Tanggungan, maka pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan

Lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran berisi tentang aktivitas guru dalam KBM antara lain: 1) mengucapkan salam; 2) memulai pelajaran dengan memimpin berdoa