• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Dukungan AIPD Terhadap Penguatan Kapasitas dan Pendampingan Akses Masyarakat untuk Mendapatkan Informasi. Laporan Semester 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Dukungan AIPD Terhadap Penguatan Kapasitas dan Pendampingan Akses Masyarakat untuk Mendapatkan Informasi. Laporan Semester 1"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Semester 1

(Juli – Desember 2012)

Program Dukungan AIPD Terhadap

Penguatan Kapasitas dan

Pendampingan Akses Masyarakat

untuk Mendapatkan Informasi

(Community Access to Information – CATI)

(2)
(3)

AIPD Australia Indonesia Partnership for Decentralisation APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APD Assistant Program Director

Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BKD Badan Kepegawaian Daerah

CATI Community Access to Information

DIP Daftar Informasi Publik

Dishubkominfo Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika DPTIK Dinas Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

EoPO End of Program Outcome

FAN Forum Academia NTT

FGD Focus Group Discussion

FISIP UNIMOR Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Timor

FLA Forum Lintas Aktor

Flotim Flores Timur

Jarmas P3 - SBD Jaringan Masyarakat Peduli Pelayanan Publik Sumba Barat Daya JEJAK BIMA Jejaring Aktor Keterbukaan dan Bank Informasi Masyarakat JORMAS P3 Jaringan Organisasi Masyarakat Sipil Peduli Pelayanan Publik

KI Komisi Informasi

KIP Keterbukaan Informasi Publik

KI Provinsi Komisi Informasi Provinsi

KLU Kabupaten Lombok Utara

Korprov Koordinator Provinsi

KUA Kebijakan Umum Anggaran

Daftar

Singkatan

(4)

Lakpesdam Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia

LENSA Lembaga Studi Kemanusiaan

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MOU Memorandum of Understanding

M&E Monitoring and Evaluation

NTB Nusa Tenggara Barat

NTT Nusa Tenggara Timur

NU Nahdlatul Ulama

OMS Organisasi Masyarakat Sipil

PATTIRO Pusat Telaah dan Informasi Regional

Pemkab Pemerintah Kabupaten

Perbup Peraturan Bupati

Pergub Peraturan Gubernur

PDE Pengelola Data Elektronik

PPAS Perhitungan Plafon Anggaran Sementara PPID Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

RKA Rencana Kerja Anggaran

RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

SBD Sumba Barat Daya

Setda Sekretariat Daerah

Setdakab Sekretariat Daerah Kabupaten Setdaprov Sekretariat Daerah Provinsi

SKEPO Yayasan Sketsa Pojok

SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

SK PPID Surat Keputusan tentang Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

SOP Standar Operasional Prosedur

SOTK Struktur Organisasi dan Tata Kerja

ToR Term of Refference

TTU Timor Tengah Utara

UU Undang Undang

UU KIP Undang Undang Keterbukaan Informasi Publik YABBIKU Yayasan Amanaut Bife “Kuan”

(5)

DAFTAR SINGKATAN 1

DAFTAR ISI 3

RINGKASAN EKSEKUTIF 5

BAB I : PROGRES PELAKSANAAN KEGIATAN 7

1.1. BADAN PUBLIK 7

1.1.1. Semiloka Sosialisasi Peraturan Terkait Keterbukaan Informasi Publik kepada Stakehoder

Kunci ... 7

1.1.2. Asistensi untuk Mendukung Adanya Penunjukan PPID melalui Surat Keputusan Kepala Daerah ... 7

1.1.3. Penyusunan Modul Pelatihan bagi PPID ... 7

1.1.4. Pendampingan Forum Belajar PPID untuk Seluruh Badan Publik di Satu Provinsi ... 7

1.1.5. Penyusunan Manual Klasifikasi Informasi ... 7

1.1.6. Fasilitasi Terbitnya Regulasi Daerah tentang Sistem Pelayanan Infomasi ... 8

1.1.7. Progres Kegiatan Provinsi ... 8

1.2. KOMISI INFORMASI PROVINSI ... 13

1.2.1. Asistensi Terbentuk dan Berfungsinya KI Provinsi ... 13

1.2.2. Uji Coba Modul Penyelesaian Sengketa Informasi dan Sertifikasi Mediator ... 13

1.2.3. Peningkatan Kapasitas Komisioner KI Provinsi ... 13

1.2.4. Penyusunan SOP Kelembagaan KI Provinsi ... 13

1.2.5. Indeks Keterbukaan Informasi Publik dan Ekspose Indeks ... 13

1.2.6. Progres Kegiatan Provinsi ... 14

1.3. PENGUATAN MASYARAKAT ... 16

1.3.1 Workshop Membangun Jaringan Masyarakat Sipil ... 16

1.3.2. Sosialisasi Pendalaman Substansi KIP ... 16

1.3.3 Penyusunan Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat Sipil dalam Mengakses Informasi .... 16

1.3.4. Progres Kegiatan Provinsi ... 16

1.4. KELOMPOK OUTPUT PENDUKUNG ... 19

1.4.1. Baseline Survey ... 19

BAB II : ANALISIS TERHADAP INPUT 21 2.1. KELOMPOK CAPAIAN BADAN PUBLIK ... 21

2.1.1 Output 1 (Badan Publik): PPID Terbentuk dan Berfungsi ... 21

2.1.2 Output 2 (Badan Publik): Meningkatnya Kapasitas dan Kecakapan Badan Publik dalam Pelayanan Informasi ... 23

2.1.3 Output 3 (Badan Publik): Terbangunnya Sistem Pelayanan Informasi yang Menjamin Terpenuhinya Hak Publik atas Informasi ... 24

(6)

2.2. KELOMPOK CAPAIAN KOMISI INFORMASI 26

2.2.1 Output 1 (Komisi Informasi Provinsi): KI Provinsi Terbentuk dan Berfungsi ... 26

2.2.2 Output 2 (Komisi Informasi Provinsi): Komisioner KI Provinsi Mampu Menjalankan Fungsi Penyelesaian Sengketa (baik Mediasi dan/atau Ajudikasi) ... 27

2.2.3 Output 3 (Komisi Informasi Provinsi): Sistem Pengelolaan Lembaga KI Provinsi Terbangun .. 28

2.3. KELOMPOK CAPAIAN PENGUATAN MASYARAKAT 28 2.3.1 Output 1 (Penguatan Masyarakat): Jaringan Masyarakat Sipil untuk Advokasi Informasi Publik Terbangun ... 28

2.3.2 Output 2 (Penguatan Masyarakat): Kemampuan Masyarakat dalam Melakukan Akses Informasi sebagai Sarana untuk Pemenuhan Hak-hak Dasar Meningkat ... 30

2.4. KELOMPOK KEGIATAN PENDUKUNG ... 30

2.4.1 Baseline Survey ... 30

2.5. Analisa Terhadap Output dan Pencapaian End of Program Outcome (EoPO) ... 30

BAB III : MONITORING, EVALUASI, DAN MITIGASI RISIKO 33 3.1. Monitoring dan Evaluasi ... 33

3.2. Tantangan & Risiko ... 34

3.3. Mitigasi Risiko ... 35

BAB IV : MANAJEMEN PROGRAM 36 4.1. Dukungan Tim Support (Jakarta) dan Koordinasi Program ... 36

4.2. Set-up Office di Tingkat Provinsi ... 37

4.3. Penyerapan Anggaran ... 37

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1: Matrik Work Plan Periode Januari – Juni 2013 ... 38

Lampiran 2: Daftar Staf Pelaksana ... 48

Lampiran 3: Daftar Peningkatan Kapasitas Terlatih ... 50

Lampiran 4: Key Output Desember 2012 ... 54

Lampiran 5: Rekap Capaian Output dan Outcome ... 56

Lampiran 6.1: Indikator Pencapaian Output Penguatan Masyarakat ... 60

Lampiran 6.2: Indikator Pencapaian Output Badan Publik ... 65

Lampiran 6.3: Indikator Pencapaian Output KI ... 71

(7)

Program CATI merupakan dukungan dari AIPD di 5 provinsi dan 20 kabupaten di kawasan timur Indonesia. Fokus CATI adalah mendorong terwujudnya transparansi informasi, khususnya informasi yang mendukung dan terkait dengan proses perencanaan dan pengelolaan anggaran serta penyelenggaraan pelayanan publik di tingkat provinsi dan kabupaten di wilayah kerja AIPD. Program CATI ini dilaksanakan oleh PATTIRO sebagai implementing partner AIPD. Penjelasan lebih lanjut mengenai program AIPD dapat dilihat pada situs www.aipd.or.id.

Pada enam bulan pertama (Juli - Desember 2012), Program CATI melaksanakan konsolidasi tim dan kegiatan utama program. Kegiatan utama terdiri dari

kegaitan penguatan badan publik, penguatan Komisi Informasi Provinsi dan penguatan masyarakat. Pada badan publik, telah dilaksanakan tiga kegiatan oleh Tim Nasional, dan 38 kegiatan di tingkat provinsi dan kabupaten. Pada penguatan KI Provinsi terlaksana dua kegiatan oleh Tim Nasional, dan 7 kegiatan di tingkat provinsi. Sementara penguatan masyarakat, telah

Ringkasan Eksekutif

dilaksanakan satu kegiatan oleh Tim Nasional yaitu penyusunan modul training peningkatan kapasitas masyarakat sipil dalam mengakses informasi, dan 18 kegiatan di tingkat kabupaten. Baseline survey sebagai kegiatan pendukung juga telah dilaksanakan, saat ini tahap penyelesaian akhir.

Beberapa kegiatan terkesan lamban, sementara sejumlah kegiatan lainnya bahkan melampaui target yang ditetapkan. Kelompok kegiatan badan publik justru terlaksana lebih awal dari rencana semula karena inisiatif yang kuat dari pejabat badan publik dan tuntutan masyarakat sipil di daerah. Hampir sama dengan kegiatan badan publik, kegiatan penguatan masyarakat dilaksanakan lebih cepat dari yang direncanakan, kecuali di Jawa Timur. Sedangkan kegiatan yang belum terlaksana disebabkan karena respon yang kurang cepat dari mitra di daerah dan bersamaan dengan agenda internal badan publik yang dianggap mendesak harus didahulukan. Kurangnya pemahaman terhadap substansi program oleh manajemen dan staf CATI di daerah serta belum optimalnya koordinasi antara

staf CATI dengan staf AIPD di daerah juga berkontribusi pada keterlambatan pelaksanaan kegaitan.

Jika dilihat dari pencapaian EoPO, level pencapaian program pada akhir periode ini masih jauh karena masih dalam tahap penyiapan perangkat/organisasi pelaksana implementasi KIP pada badan publik.

Upaya pencapaian di atas tidak bisa dilepaskan dari sinergi dengan “Program Dukungan AIPD terhadap Penguatan Kapasitas dan Pendampingan Organisasi Masyarakat Sipil dalam Perencanaan, Penganggaran, dan Pengawasan Penggunaan Anggaran Publik (Program Support to CSO in Public Budgeting)” yang juga dikelola oleh PATTIRO. Sementara sinergi dengan program AIPD lainnya baik pada demand side maupun supply side belum berjalan efektif, mengingat momentum yang ada seperti pembahasan APBD belum dimanfaatkan secara optimal. Diharapkan pada tahun 2013 sinergi akan berjalan lebih baik.

(8)
(9)

1.1. BADAN PUBLIK

Kegiatan yang sudah dilaksanakan pada kelompok badan publik adalah sebagai berikut:

1.1.1. Semiloka Sosialisasi Peraturan Terkait Keterbukaan Informasi Publik kepada Stakehoder Kunci

Kegiatan ini bertujuan untuk: (a) meningkatkan pemahaman yang menyeluruh tentang UU No. 14/2008 tentang KIP dan aturan turunannya; (b) meningkatkan pemahaman mendasar tentang mekanisme implementasi teknis UU KIP di level badan publik; dan (c) menyiapkan pembentukan PPID Utama dan PPID SKPD di lingkungan pemerintah provinsi/ kabupaten. Kegiatan ini terlaksana di 16 kabupaten yang tersebar di 5 Provinsi dan sekali untuk tingkat provinsi di NTT. Penjelasan rinci mengenai kegiatan dimaksud dapat dilihat pada bagian 1.1.7 Progres Kegiatan Provinsi.

Pada masing-masing provinsi/ kabupaten, kegiatan ini memberikan hasil: (a) meningkatnya pemahaman peserta mengenai UU KIP;

(b) terbangunnya kesamaan pandangan dari berbagai lintas SKPD untuk mendorong lahirnya

Bab I

Progres Pelaksanaan Kegiatan

PPID; serta (c) komitmen dan rekomendasi stakeholder untuk mengimplementasikan UU KIP.

1.1.2. Asistensi untuk Mendukung Adanya Penunjukan PPID melalui Surat Keputusan Kepala Daerah (Gubernur/Bupati)

Asistensi ini bertujuan untuk memfasilitasi penetapan SK PPID Utama dan PPID SKPD. Kegiatan ini merupakan tahap lanjut dari kegiatan 1.1.1. Semiloka Sosialisasi Peraturan Terkait dengan Keterbukaan Informasi Publik. Kegiatan ini terlaksana di 9 kabupaten yang tersebar di 5 Provinsi dan dua kali untuk tingkat provinsi, masing-masing di Provinsi NTT dan Papua Barat. Penjelasan rinci mengenai kegiatan dimaksud dapat dilihat pada bagian 1.1.7 Progres Kegiatan Provinsi.

1.1.3. Penyusunan Modul Pelatihan bagi PPID

Kegiatan ini bertujuan

menghasilkan modul pelatihan peningkatan kapasitas PPID dalam implementasi UU KIP, terutama terkait dengan pengelolaan dan pelayanan informasi. Kegiatan ini dilaksanakan mulai September 2012 oleh Tim Nasional dengan

melibatkan konsultan, narasumber dari Kementrian Komunikasi dan Informatika serta Komisi Informasi (KI) Pusat. Saat ini naskah modul versi akhir dalam proses edit dan pencetakan. Modul ini diharapkan dapat digunakan pada pelatihan PPID bulan Januari 2013.

1.1.4. Pendampingan Forum Belajar PPID untuk Seluruh Badan Publik di Satu Provinsi

Pendampingan ini bertujuan

membentuk Forum Belajar Bersama PPID bagi semua PPID SKPD/badan publik di lingkungan provinsi. Melalui forum ini berlangsung pembelajaran antar badan publik, proses berbagi pengalaman/ pengetahuan dan informasi implementasi KIP. Kegiatan ini sudah dimulai di Provinsi Jawa Timur pada 6 Desember 2012.

1.1.5. Penyusunan Manual Klasifikasi Informasi

Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan panduan bagi PPID dalam penyusunan daftar informasi publik melalui klasifikasi informasi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Tim Nasional dan melibatkan konsultan, narasumber dari Kementrian Komunikasi dan Informatika serta

(10)

KI Pusat. Draft pedoman klasifikasi disiapkan Tim Pelaksana Program CATI dengan mengacu pada pengalaman asistensi klasifikasi informasi PPID Provinsi Jawa Timur. Pada kegiatan Expert Meeting Penyusunan Pedoman Klasifikasi, forum merekomendasikan untuk menggunakan panduan yang disusun oleh Kementerian Kominfo. Secara substansi panduan itu sama dengan draft yang disusun pelaksana Program CATI. Forum juga mengusulkan agar PATTIRO (melalui Program CATI) menyusun manual klasifikasi informasi. Manual

tersebut berisi langkah-langkah teknis klasifikasi informasi yang mudah dipraktikkan badan publik. Saat ini naskah manual dalam proses editing. Manual ini direncanakan dapat digunakan pada pelatihan PPID bulan Januari 2013.

1.1.6. Fasilitasi Terbitnya Regulasi Daerah tentang Sistem Pelayanan Informasi (Provinsi dan Kabupaten) Kegiatan ini bertujuan untuk: (a) memfasilitasi penyusunan draft Peraturan Kepala Daerah/Kepala SKPD tentang Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi di

Lingkungan Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/SKPD, dan (b) menggali masukan tentang harapan dan ekspektasi pengguna/stakeholder terhadap pelayanan informasi yang pengaturannya sebagaimana dituangkan dalam draft Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi. Isi draft kebijakan meliputi rancangan Standar Operasional Prosedur (SOP) PPID dan SOP PPID SKPD. Kegiatan ini terlaksana di Provinsi Jawa Timur dan NTB. Penjelasan rinci mengenai kegiatan dimaksud dapat dilihat pada 1.1.7 Progres Kegiatan Provinsi.

1.1.7. Progres Kegiatan Provinsi 1.1.7.1 Provinsi Jawa Timur

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Semiloka Sosialisasi Peraturan Terkait Keterbukaan Informasi Publik kepada Stakehoder Kunci

1. Di Kabupaten Malang dilaksanakan pada 19 September 2012 di Ruang Anusapati Pemkab. Malang, diikuti 72 peserta (20 perempuan [29%] dan 52 laki-laki [71%]).

Hasil yang dicapai antara lain: (a) Terbangun kesamaan pandangan dari lintas SKPD untuk mendorong terbentuknya PPID, dan (b) Rekomendasi Forum untuk menyegerakan penyusunan dan penetapan Peraturan Bupati tentang Tatakelola Pelayanan Informasi di Kabupaten Malang, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Trenggalek. Komitmen itu ditunjukkan dengan pembentukan Tim Penyusun Draft PPID pada masing-masing kabupaten.

2. Di Kabupaten Situbondo dilaksanakan pada 30 Oktober 2012 di Aula Graha Wiyata Pemkab. Situbondo, diikuti 56 peserta (18 perempuan [32%] dan 38 laki-laki [68%]).

3. Di Kabupaten Trenggalek dilaksanakan pada 31 Oktober 2012 di Aula Pemkab. Trenggalek, diikuti 55 peserta (17 perempuan atau 31% dan 38 laki-laki [69%]). Asistensi untuk Mendukung Penunjukan PPID melalui Surat Keputusan Bupati

1. Di Kabupaten Malang dilaksanakan FGD Penyusunan draf SK PPID Kabupaten Malang pada 20 Nopember 2012 di Ruang Rapat Kartanegara Pemkab. Malang, diikuti 25 peserta (5 perempuan atau 20% dan 20 laki-laki [80%]).

Hasil yang dicapai antara lain: (a) Terbentuk kelompok kerja yang akan membantu PPID dalam melaksanakan tugas dan fungsi harian; (b) Draft SK Bupati tentang Kelompok Kerja telah diserahkan kepada Bagian Hukum Setdakab untuk proses pengesahan; (c) Alokasi anggaran PPID pada APBD diajukan melalui Dishub Kominfo Kabupaten Malang sebesar Rp 50 juta; (d) Ditandatanganinya SK Bupati Malang Nomor. 180/589/ KEP/142.012/2012 tentang PPID Kabupaten Malang pada tanggal 28 September 2012.

(11)

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan 2. Di Kabupaten Situbondo dilaksanakan Lobi dan

Advokasi Pengesahan Kuputusan Bupati tentang PPID pada bulan Nopember - Desember 2012.

Kegiatan ini menghasilkan Draft SK Bupati tentang PPID yang saat ini pada tahap persetujuan dan pengesahan oleh Bupati Situbondo.

3. Di Kabupaten Trenggalek dilaksanakan Lobi kepada Wakil Bupati Trenggalek. Sebelumnya juga dilakukan Pengorganisasian Tim Penyusun Draft PPID walaupun belum berhasil menyepakati agenda pembahasan draft SK Bupati tentang Penunjukan PPID.

Draft SK Bupati tentang Pembentukan PPID Kabupaten Trenggalek masih dalam pengkajian Bagian Organisasi Setdakab Trenggalek.

Pendampingan Forum Belajar PPID untuk Seluruh Badan Publik di Satu Provinsi

Di Provinsi Jawa Timur sudah mulai dilaksanakan pada 6 Desember 2012 di Ruang Rapat Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur, diikuti oleh 80 peserta (19 perempuan atau 24% dan 61 laki-laki [76%]). Kegiatan perdana Forum Belajar PPID ini membahas tema: Standarisasi Konten Informasi Publik pada Website PPID SKPD dan Badan Publik di Lingkungan Provinsi Jawa Timur.

Hasil yang dicapai antara lain:

(a) Meningkatnya pemahaman peserta tentang klasifikasi informasi dan Daftar Informasi Publik (DIP) sebagaimana dijabarkan pasal 9, 10, 11 dan 17 UU KIP;

(b) Meningkatnya pemahaman peserta tentang urgensi situs SKPD yang memuat laman PPID sebagai pelayanan informasi kepada publik sekaligus menjalankan tuntutan amanah UU KIP; (c) Terbangun kesadaran peserta tentang standar konten website

PPID; Standar minimal seperti website RSUD Dr. Soetomo dan website Bappeda Provinsi Jawa Timur;

(d) Kebutuhan bersama terhadap regulasi teknis (berupa instruksi) tentang standarisasi konten KIP pada situs website SKPD; regulasi itu sebaiknya diterbitkan oleh pejabat setingkat eselon I; dan

(e) Rekomendasi kepada forum untuk menyelenggarakan pertemuan rutin PPID di level provinsi sebagai ajang belajar, tukar pengalaman dan sinergi dalam penerapan UU KIP; Fasilitasi Terbitnya Regulasi Daerah tentang Sistem Pelayanan Infomasi (Provinsi dan Kabupaten)

Paket kegiatan ini dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu: 1. FGD I Review SOP PPID Utama Pemerintah Provinsi

Jawa Timur dilaksanakan 26 Juli 2012.

2. FGD II Lanjutan Review SOP PPID Utama Pemerintah Provinsi Jawa Timur dilaksanakan 14 Agustus 2012. 3. FGD III Penyusunan SOP PPID Bappeda Provinsi Jawa

Timur, dan SOP PPID Generik untuk PPID SKPD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dilaksanakan pada 16 Agustus 2012.

Kegiatan FGD I dan II menghasilkan masukan penyempurnaan SOP PPID Utama Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sementara FGD III menghasilkan: (a) Keputusan Kepala Bappeda Provinsi Jawa Timur tentang SOP PPID Bappeda Provinsi Jawa Timur; SOP ini dipublikasikan pada website Bappeda Provinsi Jawa Timur (http:// bappeda.jatimprov.go.id/ppid/daftar-informasi-publik); dan (b) SOP PPID (generik) untuk PPID SKPD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

1.1.7.2 Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Semiloka Sosial-isasi Peraturan Terkait Keterbu-kaan Informasi Publik kepada Stakehoder Kunci

1. Di Provinsi NTB dilaksanakan pada 8 Oktober 2012 di Hotel Santika Mataram, diikuti 112 peserta (31 perempuan atau 28% dan 81 laki-laki [72%]).

Kegiatan ini juga digunakan untuk melantik PPID Provinsi NTB sesuai SK Gubernur No. 522/2012, sekaligus mensosialisasikan Pergub. No. 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Pemerintah Provinsi NTB. Sementara pengukuhan PPID SKPD dilakukan secara simbolis dengan penyematan pin oleh Kepala PPID Provinsi NTB.

(12)

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan 2. Di Kabupaten Lombok Barat dilaksanakan pada 18 Oktober

2012 di Aula Dishubkominfo Kabupaten Lombok Barat, diikuti 31 peserta (4 perempuan atau 13% dan 27 laki-laki [87%]). 3. Di Kabupaten Lombok Utara dilaksanakan pada 18 Oktober 2012 di Kantor Bupati Lombok Utara, diikuti 26 peserta (4 perempuan atau 15% dan 22 laki-laki [85%]).

Kegiatan ini menghasilkan komitmen peserta untuk mengimplementasikan UU KIP yang diwujudkan dengan pembentukan tim kecil terdiri dari Dishubkominfo, Bagian Hukum Setda Kabupaten Lombok Barat, dan PATTIRO. Kegiatan ini menghasilkan komitmen perserta untuk mengimpmementasikan KIP paling lambat pada pertengahan tahun 2013. Sebagai langkah awal, dibentuk tim yang akan membahas berbagai prasyarat penunjukan PPID dan Peraturan Bupati tentang Pedoman dan SOP PPID. Asistensi untuk Mendukung Penunjukan PPID melalui Surat Keputusan Bupati

1. Di Kabupaten Lombok Barat dilaksanakan FGD Tim Kecil pada 23 Oktober 2012 di Lesehan Dian Kediri Lombok Barat. Tim Kecil terdiri dari perwakilan Dishubkominfo (2 orang), Bagian Hukum Setdakab (2 orang) dan Pelaksana Program CATI (2 orang). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Kegiatan Semiloka Sosialisasi.

Hasil dari kegiatan ini adalah Draf SK Bupati Lombok Barat tentang PPID Kabupaten Lombok Barat dan Draft Perbup Lombok Barat tentang Pedoman PPID yang saat ini pada tahap revisi oleh Dinas Kominfo.

2. Di Kabupaten Lombok Utara dilaksanakan kegiatan Pertemuan dan lobi untuk penunjukan PPID pada Oktober – Desember 2012. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Kegiatan Semiloka Sosialisasi. Pada pertengahan Desember 2012 dilaksanakan Workshop Penyusunan Draft Peraturan Bupati Lombok Utara tentang Sistem Pelayanan Informasi.

Kegiatan ini menghasilkan Draf Final Peraturan Bupati tentang Sistem Pelayanan Informasi dan SK Bupati Lombok Utara tentang PPID Kabupaten Lombok Utara yang saat ini pada tahap review oleh Bagian Hukum Setdakab Lombok Utara. Fasilitasi Terbitnya Regulasi Daerah tentang Sistem Pelayanan Infomasi (Provinsi dan Kabupaten)

1. Di Provinsi NTB terlaksana kegiatan sebanyak 3 kali pada level provinsi:

(a) FGD I Review dan Penyusunan draf Peraturan Gubernur tentang Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Pemerintah Provinsi NTB dilaksanakan pada 18 September 2012, dihadiri 12 peserta (5 perempuan atau 42% dan 7 laki-laki [58%]).

(b) FGD II dilaksanakan pada 24 September 2012 diikuti 9 peserta (3 perempuan atau 33% dan 6 laki-laki [67%]). (c) FGD III dilaksanakan pada 25 September 2012, diikuti 10

peserta (3 perempuan atau 30% dan 7 laki-laki [70%]).

Kegiatan ini menghasilkan Draft final Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Pemerintah Provinsi NTB.

Draft Pergub itu selanjutnya diadvokasi sehingga

ditetapkan menjadi Peraturan Gubernur No. 35 tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Pemerintah Provinsi NTB.

2. Di Kabupaten Dompu dilakukan beberapa tahap: (a) Lobi kepada Dishubkominfo Kabupaten Dompu

dilaksanakan pada 6, 8, 17, 27 November 2012;

(b) Lobi kepada Bagian Hukum Setdakab Dompu dilaksanakan pada 7, 10, 26 November 2012;

(c) Workshop Finalisasi Draft Peraturan Bupati Dompu tentang Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi di Kabupaten Dompu dilaksanakan pada 12 Desember 2012; (d) Lobi kepada Bagian Hukum Setdakab dan Sekda

Kabupaten Dompu untuk advokasi pengesahan Draft Perbup dilaksanakan pada 15, dan 20 Desember 2012.

Hasil dari kegiatan ini adalah disahkannya Peraturan Bupati Dompu No. 29 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Dompu yang ditandatangani pada 21 Desember 2012.

3. Di Kabupaten Lombok Utara, dilakukan Lobi kepada Dinas Kominfo dan Bagian Hukum Setdakab. Disamping itu juga dilakukan Workshop Penyusunan Peraturan Bupati Lombok Utara tentang Sistem Pelayanan Informasi.

Kegiatan ini menghasilkan Draft Final Peraturan Bupati tentang Sistem Pelayanan Informasi yang saat ini masih dalam tahap review Bagian Hukum Setdakab Lombok Utara.

(13)

1.1.7.3 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Semiloka Sosialisasi Peraturan Terkait Keterbukaan Informasi Publik kepada Stakehoder Kunci

1. Di level provinsi, dilaksanakan pada 6 November 2012 di T-MORE Hotel Kupang, diikuti 60 peserta (24 perempuan atau 40% dan 36 laki-laki [60%]).

Hasil kegiatan ini adalah disepakatinya draf Pergub dan SK PPID yang sudah disiapkan Program CATI. Forum juga menyepakati untuk segera melakukan review terhadap draft Pergub dan SK PPID.

2. Di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) dilaksanakan pada 1 November 2012, dibuka oleh Sekda Kab. SBD dan diikuti 55 peserta (10 perempuan atau 18% dan 45 laki-laki [82%]).

Kegiatan ini menghasilkan rekomendasi pembentukan PPID melalui pertemuan SKPD secepatnya.

3. Di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)

dilaksanakan pada 8 November 2012, dibuka oleh Asistensi Sekda TTU Bidang Pemerintahan dan diikuti 40 peserta (10 perempuan atau 25% dan 30 laki-laki [75%]).

Kegiatan ini menghasilkan rekomendasi pembentukan Tim Asistesi Implementasi KIP dan kesepakatan penyelenggaran pertemuan untuk pembahasan regulasi terkait KIP.

4. Di Kabupaten Ngada dilaksanakan pada 22 November 2012, diikuti 47 peserta (20 perempuan atau 43% dan 27 laki-laki [57%]).

Kegiatan ini menghasilkan Tim Asistensi beranggotakan SKPD kunci yang akan membahas lebih lanjut pembentukan PPID.

5. Di Kabupaten Flores Timor (Flotim) dilaksanakan pada 20 November 2012, dibuka oleh Bupati Flotim di Lantai 2 Aula Sekda Flotim, diikuti 53 peserta (13 perempuan atau 25% dan 40 laki-laki [75%]).

Kegiatan ini menghasilkan komitmen peserta untuk pembentukan PPID Flotim. Sebagai langkah awal dipilih Tim Asistensi terdiri dari lima SKPD yakni Bag Hukum Setdakab, Dinas Kominfo, Bappeda, Bagian Humas dan PDE Kabupaten Flotim.

Asistensi untuk Mendukung Penunjukan PPID melalui Surat Keputusan Bupati

1. Di Provinsi NTT, dilaksanakan Pertemuan antara Bagian Hukum Setda, Diskominfo, PDE, Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum pada 6 Desember 2012. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Kegiatan Sosialiasi.

Kegiatan ini menyepakati draf SK Gubernur tentang Penunjukan PPID untuk diproses pengesahannya melalui Bagian Hukum Setda Provinsi NTT.

2. Di Kabupaten SBD, dilaksanakan Workshop Asistensi Pembentukan PPID pada 18 Desember 2012.

Hasil kegiatan ini adalah: (1) Perbaikan kerangka awal draft SK Bupati tentang PPID dan Perbup tentang SOP PPID pada aspek substansi, redaksi, dan teknis penyusunannya; (2) Kesepakatan untuk pertemuan finalisasi Draft SK Bupati tentang PPID dan Perbup tentang SOP PPID. 3. Di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)

dilaksanakan Pertemuan SKPD (Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kominfo dan Bappeda) pada 7 Desember 2012; dan Pertemuan Pembahasan Draft Perbup tentang Pedoman Pengelolaan Informasi Publik pada 13 Desember 2012.

Pertemuan SKPD menghasilkan Tim Asistensi yang terdiri dari: Bagian Hukum, Bagian Humas, Dekan FISIP UNIMOR, Dishubkominfo dan YABBIKU. Sementara Pertemuan Pembahasan Draft Perbup menghasilkan Perbaikan Draft Perbup tentang Pengelolaan Informasi Publik dan Draft SK Bupati tentang PPID Kabupaten TTU.

4. Di Kabupaten Flotim dilaksanakan Workshop Asistensi Pembentukan PPID pada 18 Desember 2012 di Hotel Asa, Larantuka; dan Workshop lanjutan pada 21 Desember 2012, diikuti 13 peserta (3 perempuan [23%] dan 10 laki-laki [77%]).

Workshop ini menghasilkan:

(1) Kerangka awal nama-nama PPID Flotim, kerangka Draft SK Bupati tentang PPID serta Draft Perbup tentang Sistem Pelayanan Informasi; (2) Kesepakatan Audiensi dengan Bupati untuk menuntaskan

permasalahan yang belum selesai dalam pembahasan SK Bupati tentang PPID;

(3) Jadual rapat tim asistensi untuk persiapan audiensi; dan (4) Pembagian kerja Tim Asistensi untuk mempercepat pembentukan

PPID.

Draft SK PPID Flotim baru pada tahap menunjuk pembentukan PPID Utama, belum menetapkan pembentukan PPID SKPD sehingga dibutuhkan advokasi lebih lanjut untuk PPID SKPD.

(14)

1.1.7.4 Provinsi Papua

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Semiloka Sosialisasi Pera-turan Terkait Keterbukaan Informasi Publik kepada Stakehoder Kunci

1. Di Kabupaten Keerom dilaksanakan pada 25 Oktober 2012 di Ruang Rapat Bappeda, diikuti 33 peserta (7 perempuan [21%] dan 26 laki-laki [79%]).

Kegiatan ini menguatkan motivasi pemerintah daerah untuk pembentukan PPID.

Di Kabupaten Merauke dan Supiori hasil kegiatan tampak lebih jelas yaitu rekomendasi untuk pembentukan PPID. 2. Di Kabupaten Merauke dilaksanakan pada 29 Oktober

2012 di Ruang Rapat Bappeda Kab. Merauke, diikuti 38 peserta (14 perempuan [37%] dan 24 laki-laki [63%]) 3. Di Kabupaten Supiori dilaksanakan pada 1 November

2012 di Aula Rapat Kantor Bupati Supiori, diikuti 43 peserta (11 perempuan [25%] dan 32 laki-laki [75%]). 4. Di Kabupaten Pegunungan Bintang dilaksanakan pada

13 November 2012 di Ruang Rapat Bappeda Kab. Pegunungan Bintang, diikuti 30 peserta (5 perempuan [17%] dan 25 laki-laki [83%]).

Asistensi untuk

Mendukung Penunjukan PPID melalui Surat Keputusan Bupati

Di Provinsi Papua, kegiatan ini sudah terlaksana di 4 kabupaten. Umumnya menggunakan pola advokasi yang sama yaitu (a) Lobi kepada SKPD yang menjadi leading sector pembentukan PPID (Diskominfo, Bappeda) untuk membahas draft SK Bupati tentang PPID; dan (b) Advokasi penyempurnaan dan penandatanganan draft SK Bupati tentang PPID kepada Bagian Hukum Setda, Sekda, dan Bupati.

Kegiatan ini dilaksanakan hampir serempak pada November – Desember 2012.

Pemerintah Kabupaten Keerom telah menetapkan PPID dengan SK Bupati Keerom No. 105 Tahun 2012 tentang PPID Kabupaten Keerom tanggal 28 November 2012. Sementara di tiga kabupaten lainnya, Draft SK Bupati tentang PPID masih pada tahap review oleh Bagian Hukum Setdakab masing-masing.

1.1.7.5 Provinsi Papua Barat

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Semiloka Sosialisasi Pera-turan Terkait Keterbukaan Informasi Publik kepada Stakehoder Kunci

1. Di Kabupaten Fakfak dilaksanakan pada 7 November 2012 di Aula Pemkab Fakfak, diikuti 50 peserta (14 perempuan [28%] dan 36 laki-laki [72%]).

Kegiatan ini juga dioptimalkan untuk melantik PPID Kabupaten Fakfak yang telah dibentuk dengan SK Bupati Fakfak Nomor 480-141 Tahun 2012 tanggal 17 Juli 2012 tentang PPID di Lingkungan Kabupaten Fakfak.

2. Di Kabupaten Sorong Selatan dilaksanakan pada 14 November 2012 di Aula Pemkab Sorong Selatan, diikuti 45 peserta (5 perempuan [11%] dan 40 laki-laki [89%]).

Kegiatan ini menguatkan komitmen pemerintah daerah untuk menindaklanjuti pembentukan PPID di Kabupaten Sorong Selatan.

3. Di Kabupaten Manokwari dilaksanakan pada 30 November 2012 di Aula Pemkab Manokwari, diikuti 40 peserta (14 perempuan [35%] dan 26 laki-laki [65%]).

Kegiatan ini juga dioptimalkan untuk melantik PPID Kabupaten Manokwari yang telah dibentuk dengan Keputusan Bupati Manokwari No. 201 tahun 2012 tanggal 3 Juli 2012 Tentang PPID di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Manokwari.

Asistensi untuk Men-dukung Penunjukan PPID melalui Surat Keputusan Bupati

1. Di Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Sorong Selatan dilaksanakan dalam bentuk FGD Penyusunan Keputusan Gubernur/ Bupati tentang PPID pada bulan Oktober -Desember 2012

Kegiatan ini menghasilkan Draft Final SK Gubernur/Bupati tentang PPID. Draft kebijakan ini ditindaklanjuti melalui lobi dan advokasi untuk pengesahan oleh Gubernur/Bupati. 2. Di Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Fakfak, dan

Kabupaten Manokwari dilakukan lobi dan advokasi pada bulan September 2012

Penandatanganan SK Bupati tentang PPID di Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Fakfak, dan Kabupaten Manokwari dilakukan pada September 2012.

(15)

1.2. KOMISI INFORMASI PROVINSI

Kegiatan yang sudah dilaksanakan pada kelompok Komisi Informasi Provinsi dipaparkan sebagai berikut.

1.2.1. Asistensi Terbentuk dan Berfungsinya KI Provinsi

Asistensi ini bertujuan untuk: (a) mendorong pemerintah provinsi mengalokasikan anggaran pem-bentukan KI Provinsi pada APBD; (b) mendampingi proses pemben-tukan KI Provinsi pada tiap tahapan; (c) mendorong proses rekrutmen KI Provinsi yang transparan dan akuntabel; dan (d) membuka ruang pelibatan masyarakat dalam proses rekrutmen calon komisioner. Kegia-tan ini telah mulai dilakukan di tiga provinsi yaitu Provinsi Papua Barat, Papua dan Nusa Tenggara Timur.

1.2.2. Uji Coba Modul Penyelesaian Sengketa Informasi dan Sertifikasi Mediator

Kegiatan ini merupakan pengganti Penyusunan Modul Penyelesaian Sengketa Informasi yang diren-canakan dalam proposal Program CATI. Penggantian ini dilakukan karena modul yang akan dihasilkan program CATI telah disusun lebih dahulu oleh KI Pusat. Program CATI akan menggunakan modul terse-but dengan mengujicobakannya terlebih dulu. Kebijakan ini sebagai upaya sinergi Program CATI dengan stakeholder lainnya.

Uji coba modul bertujuan untuk (a) memperkaya kualitas materi mod-ul; dan (b) meningkatkan kuantitas mediator penyelesaian sengketa in-formasi yang bersertifikat. Peserta uji coba berasal dari wilayah kerja AIPD dan dari luar wilayah. Keterlibatan peserta dari luar wilayah kerja AIPD diharapkan memberikan kontribu-si pada penyempurnaan kualitas modul sehingga lebih optimal pada pelatihan berikutnya. Peserta yang lulus diberikan sertifikat sebagai mediator oleh KI Pusat.

Langkah-langkah yang ditempuh Tim Nasional antara lain Audensi dengan KI Pusat pada 21 Desember 2012. Hasil audensi adalah

kesepakatan rencana kerjasama antara KI Pusat dengan AIPD dalam tiga kegiatan yaitu: (a) penyusunan SOP kelembagaan internal KI Provinsi yang mengacu pada SOP internal KI Pusat; (b) sertifikasi mediator penyelesaian sengketa informasi yang dinyatakan lulus pada pelatihan yang menggunakan Modul Penyelesaian Sengketa Informasi sebagaimaan disusun KI Pusat; dan (c) penyusunan instrumen Indeks KIP. Indeks ini akan dijadikan instrumen pengukuran implementasi UU KIP oleh KI Pusat dan KI Provinsi. Kesepakatan ini akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan MOU Kerjasama antara AIPD dengan KI Pusat.

1.2.3. Peningkatan Kapasitas Komisioner KI Provinsi Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas KI Provinsi dalam menyelesaikan sengketa informasi melalui mediasi dan ajudikasi. Kegiatan ini baru

dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur.

1.2.4. Penyusunan SOP Kelembagaan KI Provinsi Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi KI Provinsi dalam menyusun, mengimplementasikan, serta mensosialisasikan SOP kelembagaan KI Provinsi dan mekanisme penyelesaian sengketa informasi kepada masyarakat. Kegiatan ini mulai dilaksanakan di Provinsi NTB.

1.2.5. Indeks Keterbukaan Informasi Publik dan Ekspose Indeks

Kegiatan ini bertujuan: (a) melihat implementasi UU KIP yang berkaitan dengan kewajiban badan publik dalam menyediakan, menyimpan dan mengelola informasi yang wajib disediakan; (b) melihat tingkat ketersediaan informasi publik yang disediakan badan publik secara mudah, murah dan cepat; dan (c) mengidentifikasi tingkat kepatuhan PPID dalam menjalankan peran dan fungsinya. Kegiatan ini baru terlaksana di Provinsi Jawa Timur.

(16)

1.2.6. Progres Kegiatan Provinsi 1.2.6.1 Provinsi Jawa Timur

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Peningkatan Kapasitas Komisioner KI Provinsi

Dilaksanakan Lokalatih tentang Hukum Beracara bagi KI Provinsi Jawa Timur pada 21 Desember 2012 di Hotel Inna, diikuti 15 peserta (4 perempuan [27%] dan 11 laki-laki [73%]).

Tujuan kegiatan adalah memperkuat kapasitas KI Provinsi dalam menyelesaikan sengketa informasi melalui mediasi dan ajudikasi.

Pemeringkatan

Badan Publik Di Provinsi Jawa Timur dilaksanakan rangkaian kegiatan dalam rangka pemeringkatan badan publik pada Bulan September 2012. Kegiatan ini dilakukan oleh KI Provinsi Jawa Timur beserta pejabat fungsional yang ditunjuk sesuai dengan kapasitasnya di bidang KIP. Kegiatan ini meliputi: 1. Live Show Penyerahan Hasil Penilaian (award) pada 3 Oktober 2012,

diliput Harian Surya pada 6 Oktober 2012, Berita Metro TV ditayangkan pada 28 November 2012 dan Majalah Pro M edisi Desember 2012; 2. FGD Model Penilaian Implementasi KIP dilaksanakan pada 7 Desember

2012;

3. Dialog Publik Hasil Penilaian Implementasi KIP sebanyak 4 kali; 4. Visitasi kepada pemenang penilaian implementasi KIP ke Kabupaten

Banyuwangi pada 11 Oktober 2012, dan Kota Surabaya pada 27 Nopember 2012.

Rangkaian kegiatan ini menghasilkan: (a) gambaran implementasi UU KIP yang diselenggarakan oleh badan publik di lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur; dan (b) gambaran ketersediaan informasi publik yang disediakan oleh badan publik secara mudah, murah dan cepat.

Gambaran hasil tersebut diwujudkan dalam bentuk Peringkat Badan Publik Se-Jawa Timur.

Pembuatan Laboratorium Informasi pada KI Provinsi Jawa Timur

Kegiatan ini dilaksanakan pada Desember 2012 oleh KI Provinsi Jawa Timur, meliputi:

1. Pembuatan Film Pendek berjudul ‘Jembatan’;

2. Pembuatan Maket Alur Pelayanan dan Maket Alur Sengketa Informasi; 3. Pembuatan Poster dan Leaflet;

4. Pembuatan Buku Panduan.

Kegiatan ini masih dalam proses penyelesaian.

1.2.6.2 Provinsi NTB

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Penyusunan SOP Kelembagaan KI Provinsi

Di Provinsi NTB, dilaksanakan FGD Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Kesekretariatan KI Provinsi NTB sebanyak 2 kali.

1. FGD I dilaksanakan pada 12 November 2012 di Ruang Rapat Dishubkominfo, diikuti oleh 22 peserta. Dinamika forum didominasi oleh perbedaan penafsiran pasal 29 ayat (4) UU KIP. Biro Organisasi Setdaprov NTB berpandangan penyusunan Pergub tentang SOTK akan melanggar pasal 29 ayat (4) UU KIP. Sedangkan Komisioner KI Provinsi NTB menilai pembentukan Pergub merupakan upaya hukum yang dilakukan ketika UU masih kabur atau tidak jelas pengaturannya. 2. FGD II dilaksanakan pada 28 November 2012 di Lesehan Green Asri

Mataram, dihadiri 22 peserta (9 perempuan [41%] dan 13 laki-laki [59%]). Kegiatan ini fokus pada sharing pembentukan Kesekretariatan KI Pusat dan KI Provinsi Jawa Tengah, dengan menghadirkan narasumber dari Komisioner KI Provinsi Jawa Tengah.

Hasil kegiatan ini adalah terbentuknya Tim Inti yang terdiri dari: Biro Hukum, Biro Organisasi, BKD, Dishubkominfo dan PATTIRO. Tim inti bertugas membahas Draf Peraturan Gubernur tentang Kesekretariatan KI Provinsi. Forum FGD juga merekomendasikan agar segera dilaksanakan pertemuan Tim Inti untuk pembahasan draft Pergub pada FGD III.

(17)

1.2.6.3 Provinsi NTT

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Asistensi Terbentuk dan Berfungsinya KI Provinsi

Advokasi Anggaran Pembentukan KI Provinsi pada APBD 2013 menjadi prioritas agenda asistensi pembentukan KI Provinsi. Tidak ditemukannya program pembentukan KI Provinsi pada Dokumen KUA PPAS 2013 menjadi pemantik gerakan masyarakat sipil untuk advokasi anggaran. Kegiatan dalam rangka asistensi pembentukan KI Provinsi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Diskusi “Mendorong Terbentuknya KI Provinsi Nusa Tenggara Timur” dilaksanakan pada 13 Oktober 2012, dihadiri 22 peserta (4 perempuan [18%] dan 18 laki-laki [82%]). Unsur yang terlibat dalam kegiatan antara lain: Pengurus dan anggota Forum Academia NTT (FAN), PATTIRO, Dinas Kominfo, dan DPRD Provinsi. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Korprov Program CATI NTT, Dinas Kominfo NTT dan Forum Academia NTT (FAN);

2. Audiensi kepada Dinas Kominfo. Dalam kegiatan ini terungkap bahwa Kepala Dinas Kominfo belum cukup mendapatkan gambaran utuh yang dapat dijadikan landasan untuk menyetujui usulan kebijakan pembentukan KI Provinsi NTT. Informasi itu disampaikan oleh Kepala Humas Diskominfo Provinsi NTT. 3. Lobi dan hearing kepada stakeholder. Lobi kepada Dinas

Kominfo sebagai leading sector dilaksanakan pada 21 November 2012 dengan tujuan mendorong dialokasikannya anggaran pembentukan KI Provinsi. Lobi kepada Bappeda dan DPRD NTT dilaksanakan pada hari yang sama pada 21 November 2012.

Sejumlah kegiatan asistensi pembentukan KI Provinsi NTT ini mendapatkan respon positif yaitu kesamaan pemahaman dan dukungan lisan untuk alokasi anggaran pembentukan KI Provinsi, khususnya dari unsur eksekutif (Dinas Kominfo, Biro Hukum, Bappeda dan Humas). Pihak eksekutif dan DPRD sudah ada komitmen sharing anggaran antara Pemprov NTT dengan program CATI untuk pengusulan anggaran pembentukan KI Provinsi dan bahkan sudah ditindaklanjuti dengan penyusunan draft RKA. Akan tetapi komitmen tersebut belum dapat direalisasikan pada penetapan APBD 2013 karena program pembentukan KI Provinsi NTT belum menjadi prioritas pada Dokumen KUA PPAS tahun 2013.

1.2.6.4. Provinsi Papua

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Asistensi Terbentuk dan Berfungsinya KI Provinsi

Di Provinsi Papua dilakukan Lobi kepada Kepala DPTIK (Dinas

Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi) Provinsi Papua. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong terbitnya Surat Keputusan (SK) Pembentukan Panitia Seleksi KI dan alokasi anggaran pembentukan KI Provinsi pada APBD Provinsi Papua tahun 2013.

1.2.6.5. Provinsi Papua Barat

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Asistensi Terbentuk dan Berfungsinya KI Provinsi

Asistensi dilakukan kepada beberapa pihak, yaitu:

a. Asistensi kepada Bappeda yang bertujuan untuk memasukkan program dan anggaran pembentukan KI Provinsi pada dokumen KUA-PPAS;

Kegiatan ini menghasilkan capaian berupa: (a) Terbitnya SK Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Provinsi Papua Barat No. 555/8-06.A/ SK/2012 Tentang Pembentukan Tim Fasilitasi Panitia Seleksi Calon Anggota KI Provinsi

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

b. Asistensi kepada kepada Dishub Kominfo yang bertujuan untuk memastikan RKA Pembentukan KI diakomdasi pada APBD 2013; dan mendorong pembentukan Tim Fasilitasi Pembentukan Panitia Seleksi KI;

c. Asistensi kepada DPRD yang bertujuan untuk memastikan anggaran Pembentukan KI Provinsi diakomodasi pada APBD 2013.

Papua Barat; dan (b) Diakomodasinya anggaran Pembentukan KI Provinsi sebesar Rp 200.000.000 pada usulan RKA Dishubkominfo dalam Draft APBD 2013.

(18)

1.3. PENGUATAN MASYARAKAT

Kegiatan yang sudah dilaksanakan pada kelompok penguatan masyarakat dipaparkan sebagai berikut.

1.3.1 Workshop Membangun Jaringan Masyarakat Sipil Kegiatan ini bertujuan untuk: (a) sharing bersama unsur-unsur masyarakat sipil setempat tentang keterbukaan informasi sebagai hak atas informasi dalam mendapatkan pelayanan publik yang lebih baik; (b) mendorong munculnya komitmen bersama untuk advokasi KIP; dan (c) mengidentifikasi aktor penggerak masyarakat sipil untuk mendukung advokasi KIP. Kegiatan ini sudah terlaksana di 12 kabupaten yang tersebar di 4 provinsi yaitu Provinsi NTB, NTT, Papua dan Papua Barat.

Pada masing-masing kabupaten, kegiatan ini memberikan hasil: (a) terkonsolidasinya anggota jaringan masyarakat sipil; dan (b) terbangunnya komitmen anggota jaringan untuk mendorong KIP dalam praktik pelayanan publik.

Kesadaran akan pentingnya advokasi KIP di atas, mendorong pembentukan wadah advokasi melalui community center.

Penjelasan rinci dapat dilihat pada bagian 1.3.4 Progres Kegiatan Provinsi.

1.3.2. Sosialisasi Pendalaman Substansi KIP

Kegiatan ini bertujuan untuk: (a) memetakan kondisi terkini tentang akses pelayanan informasi menurut persepsi masyarakat; dan (b) mengidentifikasi jenis informasi yang dibutuhkan warga masyarakat pada tiga sektor pelayanan dasar yaitu: pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Kegiatan ini berbentuk FGD dan sudah terlaksana di 5 kabupaten di Provinsi NTB dan NTT. Pada masing-masing kabupaten, kegiatan ini memberikan hasil: (a) terumuskannya peta kondisi terkini atas layanan informasi di daerah; (b) teridentifikasinya jenis informasi yang dibutuhkan masyarakat, penilaiaan atas

pelayanan dan akses atas informasi khususnya pada sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (c)

menguatnya komitmen bersama untuk mendorong percepatan implementasi KIP. Penjelasan rinci dapat dilihat pada bagian 1.3.4. Progres Kegiatan Provinsi. 1.3.3 Penyusunan Modul

Peningkatan Kapasitas Masyarakat Sipil dalam Mengakses Informasi Kegiatan ini bertujuan menghasilkan modul yang akan menjadi panduan pelatihan masyarakat sipil dalam mengakses informasi dari badan publik. Proses pengerjaan modul yang melibatkan konsultan ini dimulai 10 September 2012. Saat ini naskah modul versi akhir sedang dalam proses edit. Modul akan diujicobakan terlebih dahulu dalam pelatihan sebelum diperbanyak dalam format yang baku.

1.3.4. Progres Kegiatan Provinsi 1.3.4.1 Provinsi Jawa Timur Di Provinsi Jawa Timur belum ada satu kegiatan pun pada level penguatan masyarakat yang

terlaksana. Pada keempat kabupaten di provinsi ini baru terlaksana

persetujuan ToR payung dan ToR kecil untuk pelaksanaan kegiatan.

(19)

1.3.4.2. Provinsi NTB

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Workshop Membangun Jaringan Masyarakat Sipil

1. Di Kabupaten Lombok Barat, kegiatan ini dilaksanakan pada 14 November 2012 di Kantor Camat Kediri, Lombok Barat, diikuti 29 peserta (8 perempuan [28%] dan 21 laki-laki [72%]).

Hasil dari kegiatan ini adalah jaringan masyarakat sipil terkonsolidasi. Hasil lain yang diperoleh adalah menguatnya komitmen anggota jaringan untuk mendorong implementasi KIP di Kabupaten Lombok Barat, melalui pembentukan community centre tingkat kabupaten. 2. Di Kabupaten Lombok Utara, kegiatan dilaksanakan

dua kali, yaitu: (1) Diskusi I dilaksanakan pada 16 November 2012 di Sekretariat YLKMP Lombok Utara, diikuti 25 peserta (9 perempuan [36%] dan 16 laki-laki [64%]) dari perwakilan OMS, LSM, Ormas, tokoh pemuda, tokoh perempuan, petani, PATTIRO, dan AIPD; (2) Diskusi II Pembentukan Jaringan Advokasi KIP di Lombok Utara

dilaksanakan pada 24 Nopember 2012 di Kantor YLKMP, dihadiri 10 peserta (2 perempuan [20%] dan 8 laki-laki [80%] dari perwakilan OMS dan LSM.

Kegiatan ini menghasilkan terbentuknya Kelompok Kerja Advokasi KIP Lombok Utara.

3. Di Kabupaten Dompu, kegiatan dilaksanakan pada 21 November 2012 di Sekretariat LENSA Dompu, diikuti 26 peserta (11 perempuan [42%] dan 15 laki-laki [58%]).

Hasil dari kegiatan ini adalah jaringan masyarakat sipil terkonsolidasi. Hasil lain yang diperoleh adalah menguatnya komitmen anggota jaringan untuk mendorong implementasi KIP di Kabupaten Dompu. 4. Di Kabupaten Bima, kegiatan dilaksanakan pada

22 November 2012 di Lakpesdam NU Kabupaten Bima, diikuti 26 peserta (7 perempuan [27%] dan 19 laki-laki [73%]).

Hasil dari kegiatan ini adalah jaringan masyarakat sipil terkonsolidasi. Hasil lain yang diperoleh adalah menguatnya komitmen anggota jaringan untuk mendorong implementasi KIP di Kabupaten Bima. Sosialisasi

Pendalaman Substansi KIP

1. Di Kabupaten Lombok Barat, kegiatan dilaksanakan pada 28 November 2012 di Lesehan Dian, Kabupaten Lombok Barat; diikuti 29 peserta (8 perempuan [28%] dan 21 laki-laki [72%]).

Hasil kegiatan adalah terbangunnya pemahaman peserta tentang potret layanan KIP di Lombok Barat. Hasil lain adalah teridentifikasinya peta jenis kebutuhan informasi yang dibutuhkan masyarakat pada 3 sektor pelayanan (kesehatan, pendidikan dan infrastruktur); serta rekomendasi forum agar jaringan masyarakat sipil meluaskan keanggotaan dan isu melalui kampanye advokasi KIP. 2. Di Kabupaten Lombok Utara, kegiatan dilaksanakan

pada 12 Desember 2012 di Rumah Makan Nabil, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, diikuti 33 peserta (7 perempuan [21%] dan 26 laki-laki [79%]).

Kegiatan ini merekomendasikan agenda mendesak yang harus segera dikerjakan yaitu (a) Kampanye mendorong percepatan pembentukan PPID di KLU, (b) Hearing Publik untuk mendesak Pemda segera membentuk PPID, dan (c) Rekomendasi kepada Jaringan untuk memperluas keanggotaan dan isu di masyarakat dan Pemda. 3. Di Kabupaten Dompu, kegiatan dilaksanakan

pada 4 Desember 2012 di Rumah Makan Tambora Dompu, diikuti 26 peserta (10 perempuan [38%] dan 16 laki-laki [62%]).

Diskusi menghasilkan potret pelayanan informasi di Dompu, antara lain: identifikasi PPID yang belum berfungsi efektif, pejabat pemda yang masih kurang memahami implementasi UU KIP, dan respons masyarakat yang masih rendah dalam permintaan informasi publik. Selain itu disepakati langkah-langkah strategis untuk advokasi KIP seperti: membangun pusat informasi dan membentuk komunitas informasi, sinergi mendorong terbentuknya PPID di level SKPD dan penguatan jaringan advokasi KIP.

Di Kabupaten Bima, kegiatan dilaksanakan pada 5 Desember 2012 di Hotel La Ila Kota Bima, diikuti 26 peserta (6 perempuan [23%] dan 20 laki-laki [77%]).

Hasil kegiatan ini adalah: (a) Menguatnya komitmen anggota jaringan untuk mendorong KIP dan membentuk jaringan advokasi KIP; (b) Menyepakati rencana tindak lanjut yaitu diskusi pendalaman UU KIP dan peraturan terkait; dan (c) Terbentuknya community center yang bernama Jejaring Aktor Keterbukaan dan Bank Informasi Masyarakat (JEJAK BIMA).

(20)

1.3.4.3. Provinsi NTT

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Workshop Membangun Jaringan Masyarakat Sipil

1. Di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), dilaksanakan pada 7-8 Desember 2012 di Aula Susteran SBD, diikuti 26 peserta (11 perempuan [42%] dan 15 laki-laki [58%]).

Kegiatan ini menghasilkan: (a) Terbentuknya Jaringan Masyarakat Peduli Pelayanan Publik Sumba Barat Daya (Jarmas P3 - SBD), dan (b) kesepakatan peserta tentang isu dan agenda yanga akan dikerjakana jaringan serta rencana tindak lanjut. 2. Di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), kegiatan

dilaksanakan pada 22 Novemer 2012 di Rumah Makan Nusantara TTU, diikuti 27 peserta (11 perempuan [40,7%] dan 16 laki-laki [59,3%]).

Kegiatan ini menghasilkan: (a) Tersosialisasinya regulasi KIP dan hak masyarakat atas informasi publik, (b) Terbentuknya Jaringan Organisasi Masyarakat Sipil Peduli Pelayanan Publik (JORMAS P3) di Kabupaten TTU.

3. Di Kabupaten Flores Timor, kegiatan dilaksanakan pada 23 November 2012 di Aula Hotel Fortuna Larantuka, Flores Timur; diikuti 27 peserta (5 perempuan [19%] dan 22 laki-laki [81%]).

Kegiatan ini menghasilkan: (a) Tersosialisasinya regulasi KIP dan hak masyarakat atas informasi publik, (b) Teridetifikasi praktek keterbukaan informasi di Flores Timor, (c) Komitmen peserta untuk pembentukan jaringan masyarakat sipil. 4. Di Kabupaten Ngada, dilaksanakan pada 23 November

2012 di Hotel Qorina Bajawa, Kab.Ngada; diikuti 33 peserta (9 perempuan [27%] dan 24 laki-laki [73%]).

Hasil kegiatan ini adalah menguatnya komitmen peserta untuk membentuk jaringan masyarakat sipil dalam mendorong KIP. Sosialisasi

Pendalaman Substansi KIP

1. Di Kabupaten SBD, pada 7-8 Desember 2012 di Aula Yayasan Sosial Donders, yang melibatkan Jaringan CSO yang sudah ada yakni FLA (Forum Lintas Aktor) dan diikuti 40 peserta (10 perempuan [25%] dan 30 laki-laki [75%]).

Diskusi ini menyimpulkan bahwa pelayanan informasi di SBD masih tertutup. CSO masih sulit mengakses informasi dana BOS, pelayanan kesehatan dan pelayanan publik lainnya. Informasi hanya bisa diakses oleh orang-orang yang punya jaringan kepada pejabat publik.

Diskusi juga berhasil memetakan jenis informasi yang dibutuhkan masyarakat SBD antara lain: (a) informasi tentang tarif PLN, (b) informasi pemadaman PLN, (c) infomasi dana peruntukan BOS dan jumlahnya, (d) informasi anggaran daerah, (e) informasi prosedur agar masyarakat bisa mengakses dan mengawasi APBD.

2. Di Kabupaten Flores Timur, dilaksanakan pada 17 Desember 2012 di Aula Hotel Fortuna I Larantuka, diikuti 16 peserta (5 perempuan [31%] dan 11[69%] laki-laki [69%]). Kegiatan ini melibatkan Jaringan CSO yang diinisiasi oleh Program Support to CSO in Public Budgeting yaitu Jaringan One Teu Flores Timur.

Tema FGD difokuskan untuk menyatukan dua entitas jaringan masyarakat sipil (CSO), yaitu yang diorganisir oleh Program CATI dan yang difasilitasi Program Support to CSO in Public Budgeting. Diskusi ini dibingkai dengan tema Advokasi KIP Berbasis Anggaran. Hasil diskusi berupa konsolidasi community centre yang berasal 2 entitas dan diikat dengan rumusan bersama tentang visi, misi, fokus isu advokasi KIP, bentuk jaringan dan rencana kerja. Community center yang disepakati bernama Jaringan One Teu (Satu Hati) Flotim. Diskusi juga menyimpulkan bahwa Pemda masih tertutup dalam memberikan pelayanan informasi publik. Sejumlah CSO yang meminta APBD tidak dapat memperoleh dokumen sebagaimana dimaksud. Salah satu satu output yang belum dihasilkan adalah jenis-jenis informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

(21)

1.3.4.4. Provinsi Papua

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Workshop Membangun Jaringan Masyarakat Sipil

Di Provinsi Papua, kegiatan ini sudah terlaksana di Kabupaten Keerom pada 6 Desember 2012 di Aula Rapat Paroki Santo Willibrodus Keerom. Kegiatan ini diikuti 15 peserta (5 perempuan [33%] dan 10 laki-laki [67%]).

Kegiatan ini menghasilkan masukan-masukan tentang pentingnya membentuk wadah advokasi melalui community center.

1.3.4.5. Provinsi Papua Barat

Kegiatan Informasi Detail Catatan Terhadap Kegiatan

Workshop Membangun Jaringan Masyarakat Sipil

1. Di Kabupaten Sorong Selatan, kegiatan dilaksanakan pada 22 Desember 2012 di Aula SMAN 1 Teminabuan, Sorong Selatan; diikuti 24 peserta (5 perempuan [21%] dan 19 laki-laki [79%]).

Pada masing-masing kabupaten, kegiatan ini memberikan hasil berupa: (a) Tersosialisasinya regulasi KIP dan hak masyarakat atas informasi publik, dan (b) menguatnya kesadaran masyarakat sipil untuk membangun jaringan advokasi KIP.

2. Di Kabupaten Manokwari, kegiatan dilaksanakan pada 21 Desember 2012 di Aula RRI Manokwari, diikuti 25 peserta (10 perempuan [40%] dan 15 laki-laki [60%]).

3. Di Kabupaten Raja Ampat, kegiatan dilaksanakan pada 20 Desember 2012 di Cottage Dinas, Raja Ampat, diikuti 18 peserta(5 perempuan [28%] dan 13 laki-laki [72%]).

1.4. PROGRAM PENDUKUNG

Baseline Survey

Kegiatan ini bertujuan menentukan indikator-indikator yang akan digunakan untuk menilai capaian outcome dan dampak di tengah dan akhir program. Hasil dari kegiatan ini berupa informasi tentang kondisi sebelum intervensi program yang akan dijadikan sebagai standar untuk mengukur pencapaian program pada pertengahan dan akhir program. Kegiatan ini

dilaksanakan oleh service provider dengan monitoring oleh Tim Nasional dibantu oleh Tim Provinsi dan fasilitator di kabupaten. Pengumuman pemenang tender telah dilaksanakan pada 18 September 2012, setelah sebelumnya mendapatkan persetujuan AIPD pada 17

September 2012. Pemenang tender baseline survey ini adalah Yayasan Sketsa Pojok (SKEPO). Rangkaian kegiatan yang sudah dilaksanakan

meliputi: (a) Workshop konsolidasi nasional pada 18 - 21 Oktober 2012; (b) Konsultasi dan penyepakatan instrumen pengumpulan data pada 30 Oktober – 12 November 2012; (c) Konsolidasi dan briefing tim lapangan; (d) Pengambilan data lapangan pada 23 Nopember – 20 Desember 2012; (e) Pengolahan dan analisis data; dan (f) Pelaporan hasil baseline survey. Saat ini baseline survey dalam tahapan penyelesaian laporan akhir.

(22)
(23)

umum dan juga per provinsi sehingga dinamika pelaksanaan Program CATI dapat tergambar menurut daerah kerja program.

2.1. KELOMPOK CAPAIAN BADAN PUBLIK

2.1.1. Output 1 (Badan Publik): PPID Terbentuk dan Berfungsi

Kegiatan output 1 terkait dengan inisiasi penetapan PPID oleh kepala daerah baik gubernur maupun bupati. Penetapan PPID pada banyak daerah di Indonesia, umumnya dilakukan dengan keputusan kepala daerah. Langkah ini sebagai awal implementasi Undang-Undang KIP. Penerbitan keputusan kepala daerah relatif sederhana dibandingkan dengan penetapan peraturan kepala daerah yang pembahasannya membutuhkan proses dan waktu lebih panjang karena kompleksitas dan cakupannya lebih dalam.

Pada level provinsi, telah terbentuk 3 PPID Utama Provinsi di Jawa Timur, NTB dan Papua, serta PPID SKPD yang jumlahnya bervariasi di tiap provinsi yaitu 60 PPID SKPD Jawa Timur, 26 PPID SKPD Provinsi NTB, dan 43 PPID SKPD Provinsi Papua. Dengan kata lain, bila dihitung, persentase PPID Utama Provinsi yang telah dibentuk adalah 60% (3 dari 5 provinsi). Meski demikian, perlu dicatat bahwa capaian itu Secara umum AIPD dan PATTIRO

menyepakati target yang harus dicapai dalam periode Juli sampai Desember 2012, yaitu persiapan program, sosialisasi UU KIP, aktivitas untuk Penguatan Lembaga KIPD, Workshop sebagai upaya awal untuk penguatan masyarakat sipil, serta baseline survey. Secara keseluruhan capaian program semester pertama masih sesuai dengan kesepakatan tersebut.

Selain kegiatan utama program, pasca mobilisasi para Koordinator Provinsi (Korprov) yang dimulai pada awal Juli 2012, telah dilaksanakan secara paralel beberapa kegiatan di lokasi program, yaitu: (1) Koordinasi dengan APD dan staf program AIPD di daerah; (2) Roadshow atau komunikasi dan koordinasi dengan NGO dan stakeholder daerah; (3) Rekrutmen Officer Tim Provinsi dan Fasilitator Kabupaten; (4) Menyiapkan kantor sekretariat; dan (5) advokasi

anggaran APBD untuk implementasi KIP di sejumlah provinsi.

Dalam bab ini kegiatan yang telah dilakukan akan dianalisa berdasakan output program dan dibandingkan dengan key output CATI sampai Desember 2012. Analisis terhadap kegiatan program disampaikan per capaian kegiatan secara

Bab II

(24)

bukanlah sepenuhnya merupakan kontribusi dari Program CATI. Sementara di Provinsi Papua Barat dan NTT, pembentukan PPID Utama Provinsi masih dalam proses advokasi.

Pada periode Juli - Desember 2012, Provinsi NTB berhasil meningkatkan capaian fungsi melakukan sosialisasi ulang UU KIP kepada SKPD dan masyarakat serta penetapan Pergub Sistem Pelayanan Informasi. Sementara PPID Provinsi Jawa Timur menambah fungsi fasilitasi forum pembelajaran PPID di tingkat provinsi. Sedangkan di Papua belum menghasilkan perkembangan yang cukup berarti.

Pada dua provinsi yang belum membentuk PPID yaitu Papua Barat dan NTT perkembangannya jauh lebih baik dari Papua. Komitmen Pemerintah Papua Barat yang tinggi menjadi jaminan positif bahwa rancangan Keputusan Gubernur Papua Barat tentang PPID akan cepat diterbitkan, hanya tinggal menunggu pengesahan dari Gubernur. Sedangkan di NTT, Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Sistem Pelayanan Informasi masih cukup jauh untuk disahkan oleh Gubernur, saat ini Pergub masih dalam review Asisten Sekretaris Daerah Provinsi NTT.

Pada awal intervensi Program CATI semua Kabupaten belum

membentuk PPID, kecuali

Kabupaten Sampang Jawa Timur. Pada periode 6 bulan ini PPID yang berhasil dibentuk adalah di Dompu dan Bima (NTB); Malang (Jawa Timur); Keerom (Papua); serta Raja Ampat, Fakfak, Manokwari (Papua Barat). Dengan demikian 8 dari 20 kabupaten atau 40% dari total wilayah kerja AIPD telah terbentuk PPID. Sedangkan yang belum terbentuk adalah Kabupaten Trenggalek dan Situbondo di Jawa Timur, Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Utara (NTB), Kabupaten Timor Tengah Utara, Flores Timur, Sumba Barat Daya, dan Ngada (NTT), Kabupaten Pegunungan Bintang, Merauke, Supiori (Papua), dan Kabupaten Sorong Selatan (Papua Barat). Diantara kabupaten yang membentuk PPID selama 6 bulan ini, Kabupaten Dompu-lah yang paling responsif dalam mengimplementasikan KIP disusul Kabupaten Malang, Bima, Keerom, Raja Ampat, Fakfak, Manokwari. Kabupaten Flores Timur juga dalam posisi yang tinggal satu tahapan untuk penandatanganan SK tentang PPID oleh Bupati, walaupun pada Draft Keputusan Bupati Flotim tersebut belum mengikutsertakan pembentukan PPID SKPD sehingga dibutuhkan advokasi lebih lanjut.

Ada peristiwa menarik terjadi di Kabupaten Trenggalek Jawa Timur. Karena merasa Pemerintah lambat merespon pembentukan PPID

(25)

dan implementasi peraturan KIP maka masyarakat melakukan unjuk rasa untuk menuntutnya. Hal ini menjadi indikasi kesadaran masyarakat sipil yang cukup tinggi di Kabupaten Trenggalek, dan menunjukkan kesiapan warga untuk berpartisipasi aktif mendorong keterbukaan informasi publik.

Keterlambatan dalam penetapan PPID bisa juga disebabkan karena perbedaan interpretasi atas regulasi KIP oleh pemerintah daerah. Banyak pihak rela menghabiskan waktu untuk berdiskusi menyelesaikan perdebatan tentang regulasi apa yang harus diterbitkan terlebih dahulu, apakah keputusan kepala daerah tentang PPID atau peraturan kepala daerah tentang Sistem Pelayanan Informasi. Sejumlah pihak berargumen bahwa untuk menetapkan

keputusan kepala daerah tentang PPID harus memiliki payung hukum yang kuat sehingga peraturan kepala daerah harus didahulukan penetapannya. Sementara sejumlah daerah lainnya lebih mengedepankan tingkat optimalisasi teknis sehingga mendahulukan keputusan kepala daerah tentang penunjukan PPID. Kabupaten Situbondo, Lombok Barat dan Lombok Utara adalah daerah yang lebih memprioritaskan penerbitan Perbup tentang Sistem Pelayanan Informasi sebelum menetapkan PPID.

Pada sejumlah daerah lagi, keterlambatan penetapan PPID karena masih membutuhkan peningkatan pengetahuan tambahan tentang KIP. Di Kabupaten Pegunungan Bintang, Merauke, dan Supiori (Papua) serta SBD dan Ngada (NTT), Tim Pelaksana Program CATI harus berulang kali untuk meyakinkan kepada pemda tentang pentingnya kehadiran PPID. Meski berada dalam satu provinsi, namun perkembangan di Kabupaten Flores Timur berbeda secara signifikan dengan SBD dan Ngada. Di Flotim, pejabat

pemerintah kabupaten setempat memastikan penetapan PPID Utama tinggal menunggu

penandatanganan oleh Bupati. Langkah maju Flotim

ini tentu bukan tanpa peran pihak lain. Ketepatan penerapan strategi yang diperankan fasilitator badan publik Kabupaten Flotim berkontribusi signifikan bagi pencapaian ini.

Ditetapkannya Keputusan Bupati tentang Penunjukan PPID di sejumlah daerah merupakan bagian dari pencapaian berfungsinya PPID. Optimalisasi fungsi PPID juga mensyaratkan kecukupan anggaran, dan kapasitas staf yang akan menjalankan tugas teknis pelayanan informasi. Keputusan kepala daerah tentang PPID ini menjadi justifikasi hukum bagi dua syarat itu, yaitu sandaran hukum alokasi anggaran PPID pada APBD dan penempatan staf teknis pengelolaan dan pelayanan informasi.

2.1.2. Output 2 (Badan Publik): Meningkatnya Kapasitas dan Kecakapan Badan Publik dalam Pelayanan Informasi

Sejumlah kegiatan direncanakan untuk mendukung pencapaian output 2 ini yaitu: (1) Penyusunan Modul Pelatihan PPID, (2) Kunjungan Belajar, serta (3) Pelatihan dan Pendampingan Forum Belajar PPID. Naskah akhir Modul Pelatihan bagi PPID akan segera ditata letak (layout/setting). Sebelum dicetak, modul akan diujicobakan terlebih dahulu pada Pelatihan Badan Publik. Masukan-masukan selama pelatihan yang mengujicobakan modul ini, akan digunakan untuk menyempurnakan isi maupun aspek teknis modul. Pencapaian Modul ini memberikan dampak signifikan bagi upaya peningkatan kapasitas dan kecakapan badan publik dalam pelayanan informasi karena modul tersebut menjadi peletak dasar kapasitas dan kecakapan PPID.

Selain penyusunan modul, kegiatan lain adalah pertemuan rutin PPID di level provinsi. Pertemuan rutin PPID ini sebagai ajang belajar, tukar pengalaman antar badan publik dan sinergi dalam penerapan UU KIP. Pendampingan Forum Belajar PPID untuk Seluruh

(26)

Badan Publik di Satu Provinsi sudah mulai dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur.

2.1.3. Output 3 (Badan Publik): Terbangunnya Sistem Pelayanan Informasi yang Menjamin Terpenuhinya Hak Publik atas Informasi

Pada level provinsi, telah terbit 2 Peraturan Gubernur tentang Sistem Pelayanan Informasi di dua provinsi yaitu Jawa Timur dan NTB. Sebelum Program CATI bekerja, Provinsi

Jawa Timur telah menetapkan SOP PPID dan Peraturan Gubernur tentang Sistem Pelayanan Informasi Publik. Di wilayah ini, Program CATI memfasilitasi review SOP PPID Provinsi Jawa Timur atas pemintaan stakeholder kunci. Namun demikian hasil revisi tersebut belum

ditetapkan menjadi Keputusan Gubernur karena pelaksana

program CATI terlambat menyusun tindak lanjut kegiatan. Pada provinsi yang sama, Program CATI juga berhasil mendorong ditetapkannya Keputusan Kepala Bappeda Provinsi Jawa Timur tentang SOP PPID SKPD Bappeda sebagai salah satu SKPD kunci di Provinsi Jawa Timur. SOP ini selanjutnya digunakan sebagai SOP generik sebagai model bagi penyusunan SOP SKPD lainnya.

Sementara di NTB, draft Pergub tentang Sistem Pelayanan Infor-masi telah ada sebelum intervensi CATI. Peran Program CATI berhasil mendorong draft Pergub itu un-tuk ditetapkan menjadi Peraturan Gubernur NTB No. 35 tahun 2012 Tentang SOP PPID di Lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan di tiga provinsi lainn-ya (Papua, Papua Barat, dan NTT), Pergup ini sedang difasilitasi pener-bitannya. Draft Peraturan Gubenur tentang Sistem Pelayanan Informasi di Provinsi NTT sudah selesai diba-has oleh Tim Asistensi dan dalam proses pengajuan kepada gubernur untuk ditandatangani.

(27)

Di tingkat kabupaten, terbit 3 Peraturan Bupati tentang Sistem Pelayanan Informasi yaitu Kabupaten Sampang, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Dompu. Dari 3 daerah, hanya Kabupaten Sampang yang ketika program CATI dimulai, sudah memiliki Perbup ini . Daerah lain yang pengesahan perbup tinggal menunggu penandatanganan oleh Bupati adalah Kabupaten Situbondo. Sedangakan tujuh kabupaten

yang direncanakan menetapkan Perbup sampai Desember 2012 namun belum terealisasi adalah 4 kabupaten di Papua Barat (Merauke, Keerom, Pegunungan Bintang dan Supiori), Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Utara di NTB, serta Kabupaten Trenggalek di Jawa Timur.

Penyebab belum ditetapkannya Perbup berbeda-beda pada masing-masing kabupaten. Salah satunya adalah perbedaan interpretasi atas regulasi KIP oleh pemerintah daerah yang berakibat pada perdebatan berkepanjangan tentang regulasi yang mana harus lebih dahulu diterbitkan, antara penetapan PPID dengan sistem pelayanan informasi. Kondisi tersebut dialami oleh Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Barat di NTB. Ada lagi karena belum berfungsinya PPID yang sudah dibentuk, bahkan sudah dilantik dan dikukuhkan, namun belum beranjak untuk mengembangkan perbup; seperti

yang dialami Kabupaten Raja Ampat, Fakfak, dan Manokwari di Papua Barat. Sementara di Kabupaten Sorong Selatan, perbup belum memungkinkan untuk dilakukan advokasi karena menunggu selesainya proses penetapan SK Bupati tentang PPID terlebih dahulu.

Terbitnya Peraturan Gubernur/ Peraturan Bupati ini memberikan kontribusi besar bagi pencapaian Output 3 (Badan Publik) karena regulasi ini menguatkan sistem yang telah dibangun selama ini. Arti penting penentapan Pergup/ Perbup ini adalah menguatkan regulasi yang hirarkinya lebih rendah dari Peraturan Kepala Daerah, seperti pengangkatan PPID yang dibentuk dengan Keputusan Kepala Daerah. Pergub/Perbup itu juga memberikan landasan hukum bagi usulan anggaran implementasi KIP, serta menjadi benchmark bagi pemerintah kabupaten lainnnya dalam menyusun dan menetapkan kebijakan serupa.

Secara umum, NTB merupakan provinsi yang memiliki tingkat pencapaian paling optimal. Keberhasilan provinsi NTB banyak didukung oleh koordinasi yang baik antara Korprov CATI dengan CS Officer AIPD, serta pemahaman staf CATI di daerah yang memadai terhadap desain CATI dan isu KIP. Dukungan dari APD NTB juga berkontribusi bagi koordinasi

dan hubungan dinamis dengan stakeholders kunci. Hal sebaliknya tentu akan menjadi hambatan pencapaian output. Di Jatim, adanya hambatan dalam komunikasi antara Korprop CATI dan CS Officer menjadi kendala terselenggaranya kegiatan CATI secara tepat waktu, tidak saja di level badan publik namun juga di level penguatan masyarakat. Hal ini merupakan tantangan besar karena sebelum Program CATI berjalan, Jawa Timur khususnya pada tingkat provinsi dianggap memiliki capaian yang lebih baik dalam implementasi UU KIP dibanding provinsi lain.

Sementara keberhasilan di Dompu yang menempati pencapaian terbaik selama 6 bulan pertama program CATI, banyak didukung oleh kepercayaan pemerintah daerah kepada Fasilitator Badan Publik Dompu. Disamping telah terjalin hubungan baik dengan pemerintah setempat selama ini, fasilitator juga merupakan anggota keluarga besar Bupati sehingga memudahkan advokasi kebijakan. Sementara itu di Kabupaten Bima, Kabupaten Malang, dan Keerom keberhasilan fasilitator melakukan advokasi dapat menjadi benchmark/ standar advokasi bagi daerah lain karena lebih natural. Keterkaitan keluarga dengan pejabat di daerah memang menjadi modalitas yang lebih kuat, seperti modalitas yang dimiliki fasilitator Dompu, namun

(28)

kebanyakan fasilitator tidak cukup memilikinya. Faktor lain yang juga penting dalam keberhasilan di sejumlah wilayah adalah hasil intervensi AIPD sebelum Program CATI, seperti yang terjadi Kabupaten Manokwari, Fakfak, dan Raja Ampat di Papua Barat.

2.2. KELOMPOK CAPAIAN KOMISI INFORMASI

2.2.1. Output 1 (Komisi Informasi Provinsi): KI Provinsi Terbentuk dan Berfungsi

Pada awal intervensi Program CATI, 2 provinsi yaitu Jawa Timur dan NTB sudah membentuk KI Provinsi, sementara 3 provinsi lagi yaitu NTT, Papua Barat dan Papua sudah dimulai proses inisiasi oleh AIPD namun belum berhasil. Pada 2 provinsi yang sudah terbentuk KI Provinsi, Program CATI lebih banyak berfokus pada upaya memaksimalkan fungsi lembaga. Sementara pada 3 provinsi yang belum terbentuk KI Provinsi, aktivitas program melanjutkan tahapan yang sudah terlaksana. Diantara tiga provinsi yang belum memiliki lembaga KI, Papua Barat yang paling progresif, sedangkan NTT adalah provinsi yang paling tertinggal. Progresifitas Provinsi Papua Barat tak lepas dari komitmen pemerintah daerah dan DPRD. Sebagaimana menjadi pemahaman yang lazim bahwa pembentukan KI Provinsi dilakukan berdasarkan ketersediaan

anggaran pada APBD. Dalam hal penetapan alokasi anggaran pembentukan KI Provinsi maupun anggaran operasional KI Provinsi dibutuhkan komitmen kedua pihak. Tidak hanya itu, penetapan komisioner yang dilakukan oleh Gubernur pun berdasarkan usulan DPRD yang diawali terlebih dahulu dengan fit and proper test oleh DPRD.

Bentuk komitmen Pemerintah Provinsi Papua Barat ini diantaranya adalah terbitnya Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Provinsi Papua Barat No. 555/8-06.A/SK/2012 tanggal 29 Nopember 2012 tentang Pembentukan Tim Fasilitasi Panitia Seleksi Calon Anggota KI Provinsi Papua Barat. Sementara di Provinsi Papua, inisiasi pembentukan KI Provinsi telah menghasilkan draft final Surat Keputusan Kepala Dinas Pengelola Teknologi Informatika dan Komunikasi Provinsi Papua tentang Tim Fasilitasi Pembentukan Tim Seleksi KI Provinsi Papua. Sedangkan di Provinsi NTT, Kepala Dinas Kominfo selaku leading sector belum memiliki pemahaman yang utuh tentang implementasi KIP khususnya dalam pembentukan KI Provinsi. Padahal Kepala Dinas Kominfo merupakan stakeholder kunci atas terbitnya regulasi tentang Tim Fasilitasi Panitia Seleksi Calon Anggota KI Provinsi, dan alokasi anggaran

Referensi

Dokumen terkait