• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN ABSENSI (FINGER PRINT) DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN (Studi Pada Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN ABSENSI (FINGER PRINT) DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN (Studi Pada Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN ABSENSI (FINGER PRINT) DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN (Studi Pada Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

SALMA SRI RAHAYU 130907061

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

ABSTRAK

PENERAPAN ABSENSI (FINGER PRINT) DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN (Studi Pada Kantor PT. Perkebunan

Nusantara IVMedan) Nama : Salma Sri Rahayu NIM : 130907061

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Ibu Dr. Beti Nasution, M.si

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi diera globalisasi saat ini terlihat sangat pesat. Perkembangan tersebut tidak hanya melahirkan era informasi global, tetapi juga melahirkan media informasi dan telekomunikasi yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Pengaruh tersebut dirasakan pada bidang perekonomian karna sangat berkaitan dengan adanya tekhnologi canggih yang bermunculan diera globalisasi sekarang yaitu munculnya peralatan-peralatan tersebut mempengaruhi sistem kerja manajemen perekonomian dan sumber daya manusianya.

Adapun tujuan penelitian ini adalah Mengetahui bagaimana penerapan absensi finger print dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan dikantor PT.

Perkebunan Nusantara IV Medan. Yang mana dalam penerapnnya sudah dimulai dari tahun 2014 .

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pengumpulan data dengan pengumpulan data primer berupa wawancara dan observasi dilapangan, dan pengumpulan data sekunder berupa dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik wawancara dilakukan dengan cara mendalam (depth interview) dengan pihak yang terkait untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Setelah dilakukan analisis dengan analisis deskriptif kualitatif, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Penerapan Absensi Finger Print Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan pada kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan sudah cukup baik dan lancar serta sudah sesuai dengan harapan perusahaan dimana perusahaan menginginkan karyawannya datang tepat waktu dan mematuhi peraturan-peraturan yang sudah diterapkan di PTPN IV Medan, namun dalam hal ini juga masih terdapat sedikit hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dimana perusahaan harus lebih mengawasi karyawannya di jam-jam pekerjaan mereka agar tidak adanya karyawan yang melakukan tindakan kecurangan di saat jam bekerja berlangsung. Agar terwujudnya karyawan yang disiplin.

Kata Kunci : Finger Print, Disiplin Karyawan

(3)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF FINGER PRINT ABSENCE IN IMPROVING EMPLOYEE EMPLOYEES DISCIPLINE ( Study at PT. Perkebunan

Nusantara IV Medan office ) Name : Salma Sri Rahayu NIM : 130907061

Departmen : Business Administration Science Faculty : Social and Political Science Advisor : Ibu Dr. Beti Nasution, M.si

The development of science and information technology in globalization at this time looks very rapidly. These developments not only gave birth to the global information age, but also gave birth to information and telecommunications media that do not recognize the boundaries of space and time. The influence is felt in the field of economy because it is closely related to the advanced technology emerging in the globalization era now that the emergence of these tools affect the working system of economic management and human resources.

The purpose of this study is to know how the application of finger print absence in improving employee discipline at the office of PT. Perkebunan Nusantara IV Medan. Which in the implementation already started from the year 2014.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. Data analysis used is data reduction, data presentation, and conclusion. Data collection techniques with primary data collection in the form of interviews and field observations, and secondary data collection in the form of documentation and literature study. Interview technique is done by depth interview with related party to get the required information.

After analyzing with qualitative descriptive analysis, it can be concluded that Application of Finger Print Attendance in Improving Employee Work Discipline at PT. Perkebunan Nusantara IV Medan is quite good and smooth and has been in accordance with the expectations of companies where the company wants its employees to come on time and comply with the rules that have been applied in PTPN IV Medan, but in this case there is also a little thing to be noticed by the company where Companies should better supervise their employees in the hours of their work so that no employee who commit acts of fraud during working hours. In order for the realization of employees who are disciplined.

Keywords: Finger Print, Employee Discipline

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat allah SWT, berkat segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya yang telah memberikan penulis kesehatan, kesempatan dan kemudahan sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya.

Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang diperlukan untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana sebagai sarana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berpikir, adapun judul dari skripsi ini adalah “Penerapan Absensi Finger Print Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan ”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Administrasi Bisnis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun segi bahasa dan penulisan yang digunakan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Banyak masukan, motivasi, dan doa yang diberikan kepada penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya Rusman dan Marta yang senantiasa sabar, tulus, dan penuh kasih sayang membesarkan, mendidik, membimbing, dan mendukung secara moril dan materil penulis hingga

(5)

semangat bagi penulis dalam memberi contoh terbaik dan menjadi kebanggaan bagi keluarga. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Beti Nasution, M.si selaku sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Beti Nasution, M.si sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Kak Siswati Saragi, S.Sos, M.SP dan Bang Farid, S.H selaku staf administrasi Program Studi Administrasi Niaga/Bisnis Universitas Sumatera Utara. Terimakasih telah membantu penulis dalam keperluan surat menyurat dari segala keperluan administrasi.

6. Kepada seluruh dosen Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Kepada Ibu Dila yang mengetahui mengenai Finger print, sekaligus sebagai Staf di Bagian Sumber Daya Manusia, Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan. Bapak Rahmat yang telah memberi izin kepada

(6)

penulis untuk melakukan penelitian skripsi dan meluangkan waktu dalam melaksanakan wawancara dengan penulis.

8. Kepada Ibu Syarifah selaku Sekretaris Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara IV Medan yang sudah banyak membantu.

9. Kepada Ibu Baedah selaku Sekretaris Direksi Sumber Daya Manusia PT.

Perkebunan Nusantara IV Medan, yang begitu membantu dalam penyelesaian skripsi saya.

10. Kepada Ibu Erni selaku Sekretaris Direksi Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV Medan juga turut membantu saya di lapangan.

11. Kepada Bapak Sumarmo selaku Sekretaris Direksi Produksi yang telah bersedia memberikan waktunya kepada saya dimana untuk hasil wawancara skripsi saya.

12. Kepada Bapak Usiah yang telah memberi semangat serta waktunya dalam membantu menyelesaikan skripsi saya.

13. Kepada Ibu Dina, Bapak Muliadi, Bapak Azhar, Bapak Sumarno yang sudah bersedia saya wawancari ketika saya riset di PT. Perkebunan Nusantara IV Medan.

14. Kepada kedua orang tua saya Rusman dan Marta yang tersayang.

15. Kepada Kak Dani, Bang Dedi, Bang Dian, Bang Rahman, yang telah menjadi Kakak dan Abang-abang saya yang sangat membantu dalam memberikan semangat sekaligus telah menjadi sibling yang terbaik yang saya punya.

16. Untuk diri saya sendiri yang sudah sepenuhnya membantu, dan saya bangga pada diri saya sendiri, The Best Future I’m Coming!

(7)

17. Untuk teman-teman di Creative English Club, Rizky, Bobi, Dey, Kori, Eva, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak menemani dan memberi semangat kepada saya dalam melakukan penelitian ini.

18. Untuk teman-teman di Language and Culture Exchange dan teman-teman yang ada di Global English Program salam sukses buat kita semuanya!

19. Untuk Ate May yang banyak memberikan saya nasihat, semangat, dan membantu saya dalam memberanikan saya berbicara dalam berbahasa inggris, sehat selalu Ate.

20. Untuk teman-teman serta adik-adik di Kos TR, Kevin, Deo, dey, juniansen ganteng, Bang Abed, dan Kamar Kos No.4a tempat dimana saya selalu beristirahat dengan segala penatnya aktivitas dan tempat dimana saya bisa menyelesaikan penelitian yang saya lakukan.

21. Untuk teman-teman stambuk 2013, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Sukses buat kita semua!

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih.

Medan, 07 Mei 2017 Penulis

Salma Sri Rahayu

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR………... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Rumusan Masalah………. 5

1.3 Tujuan Penelitian……….. 5

1.4 Manfaat Penelitian……… 5

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian Absensi Sidik Jari (Fingerprint)……….. 7

2.1.1 Keunggulan Menggunakan Mesin Absensi Sidik Jari……… 8

2.1.2 Tujuan Penggunaan Finger Print... 10

2.2 Pengertian Disiplin Kerja……….. 11

2.2.1 Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja……… 13

2.2.2 Indikator-Indikator Kedisiplinan……… 16

2.2.3 Faktor-Faktor Disiplin Kerja………... 22

2.3 Penelitian Terdahulu……… 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian………. 26

3.2 Lokasi Penelitian………. 26

3.3 Informan Penelitian………. 27

3.4 Tekhnik Pengumpulan Data……… 28

3.5 Tekhnik Analisa Data……….. 29

3.6 Definisi Konsep………... 31

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………. 33

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan……….. 33

4.1.2 Visi & Misi Perusahaan……… 41

4.1.3 Logo & Tujuan Perusahaan……….. 42

4.1.4 Tugas dan Fungsi Setiap Divisi di Kantor PTPN IV Medan 44 4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan………. 57

4.2 Penyajian Data……….. 59

4.2.1 Hasil Penelitian……….. 59

4.2.2 Pelaksanaan Wawancara……… 59

4.3 Hasil Wawancara………. 63

4.3.1 Keunggulan Menggunakan Finger print……… 64

4.3.2 Tujuan Penggunaan Finger Print……… 71

4.3.3 Faktor-Faktor Dari Disiplin Kerja……….. 76

4.4 Analisis Data………. 83

4.4.1 Penerapan Absensi Finger Print Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan di Kantor PTPN IV Medan……… 84

4.4.2 Keunggulan Menggunakan Finger Print……… 85

4.4.3 Tujuan Penggunaan Finger Print……… 89

4.4.4 Faktor-Faktor Dari Disiplin Kerja……….. 92

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……… 98

5.2 Saran……….. 100

DAFTAR PUSTAKA……… 102 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

4.1 Informan Penelitian………. 61

4.2 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 61

4.3 Identitas Informan Berdasarkan Umur……… 62

4.4 Aspek Penilaian Disiplin Kehadiran……… 69

(11)

DAFTAR GAMBAR

4.1 Logo Perusahaan………. 42

4.2 Struktur Organisasi Perusahaan……… 58

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi diera globalisasi saat ini terlihat sangat pesat. Perkembangan tersebut tidak hanya melahirkan era informasi global, tetapi juga melahirkan media informasi dan telekomunikasi yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Pengaruh tersebut dirasakan pada bidang perekonomian karna sangat berkaitan dengan adanya tekhnologi canggih yang bermunculan diera globalisasi sekarang yaitu munculnya peralatan-peralatan tersebut mempengaruhi sistem kerja manajemen perekonomian dan sumber daya manusianya. Disamping itu perusahaan atau institut dituntun untuk mampu mengahadapi tingkat persaingan yang tinggi dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada.

Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai melalui pengembangan SDM yang terarah dan terencana. Program pengembangan SDM dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan pemberian insentif, promosi dan mutasi, pengembangan karir, serta pemberian pendidikan dan pelatihan. Namun salah satu cara yang paling efektif dalam meningkatkan kualitas SDM didalam perusahaan adalah melaksanakan peraturan-peraturan yang ada dalam perusahaan dan menerapkan disiplin kerja yang tinggi oleh setiap karyawan perusahaannya.

Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk memotivasi karyawan agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan

(13)

bermanfaat mendidik karyawan untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.Kedisplinan merupakan fungsi operatif Manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal.Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Seperti yang dilakukan pada Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan, perusahaan tersebut melakukan tindakan disiplin kerja dengan cara memakai mesin absensi (Finger Print).

Tahun 2014, Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan menerapkan absensi karyawan dengan menggunakan sidik jari (finger print). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya korupsi waktu yang sering dilakukan oleh karyawan dengan cara menitip absen kepada karyawan lainnya. Karena sebelumnya perusahaan memakai sistem absensi secara manual, dan disana terdapat beberapa kecurangan dan ketidak efektifan dalam berabsensi. Untuk itu perusahaan menyediakan alat absensi finger print dimasing-masing bagian untuk memasang sistem absensi finger print tersebut. Mesin sidik jari ini terdapat disetiap bagian- bagian ruangan di kantor PTPN IV Medan. Setiap pegawai dapat mengabsen dengan cara menempelkan satu jari tangan di alat elektrik. Setiap pegawai wajib melakukan absen dengan batas waktu yang telah ditentukan yaitu paling lambat

(14)

pukul 07:30 Wib pada saat masuk kantor dan pada saat pulang kantor pukul 17:00 Wib untuk hari senin sampai dengan kamis, sedangkan pada hari jum’at pulang kantor pukul 12:00 Wib.

Penerapan absensi sidik jari (finger print) di PTPN IV Medan ini dilakukan untuk memudahkan atasan untuk melihat tingkat kedisiplinan kehadiran dari masing-masing karyawan serta melihat peningkatan disiplin kerja setelah pemakaian alat finger print tersebut. Apabila absensi masih menggunakan absensi manual, bisa saja hasil keterangan absensi dapat dimanipulasi ataupun hilang.

Sehingga menyulitkan atasan untuk melihat loyalitas karyawannya dalam meningkatkan kinerja serta sulit memberikan sanksi maupun menilai tingkat kedisiplinan karyawannya. Finger print juga merupakan salah satu bentuk biometrik, yang menggunakan karakteristik fisik karyawan untuk mengidentifikasi. Penggunaan sistem presensi biometrik finger print akan mengurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan sistem presensi manual. Dengan adanya sistem presensi biometrik finger print, tingkat kecurangan yang sering terjadi seperti manipulasi data dan penitipan absensi dapat ditangani. dengan demikian, bukti kehadiran pegawai ( absensi ) bisa dapat melalui alat ini. Manfaat dari finger print ini adalah untuk meningkatkan disiplin kehadiran kerja pegawai serta menghindari praktek manipulasi absen. Dalam dunia kerja finger print merupakan salah satu cara ataupun alat tekhnologi yang mampu membantu para karyawan ataupun pegawai dalam meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja. Karena dalam dunia kerja, kedisiplinan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan hasil kerja yang optimal. Seseorang dapat dikatakan rajin apabila disetiap pekerjaan dia kerjakan, rajin, dan tepat waktu.

(15)

Jadi, sudah seharusnya para karyawan ataupun pegawai dapat menerapkan kedisiplinan tersebut.

Kedisiplinan juga merupakan tolak ukur yang paling utama untuk meningkatkan kepribadian karyawan dalam dunia kerja. Disiplin merupakan kunci untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Disiplin juga akan membuat seseorang memiliki tata cara bagaimana belajar yang baik juga akan menciptakan kemauan untuk hidup dan bekerja secara teratur. Disiplin pribadi akan meningkatkan ketekunan serta memperbesar kemungkinan seseorang untuk berkreasi dan berprestasi. Disiplin dalam meningkatkan kualitas kerja karyawan atau pegawai itu sangat penting dalam rangka meningkatkan citra kerja maupun kinerja seluruh karyawan perusahaan dan dapat menunjang profesionalisme dalam terciptanya perusahaan yang baik. Disiplin juga usaha-usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan karyawan memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Dalam rangka meningkatkan disiplin, maka upaya pengendalian dan pengawasan disiplin perlu dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten. Salah satu faktor yang dapat dijadikan alat pengawasan dan pengendalian adalah melihat tingkat kehadiran yang secara periodik dievaluasi. Untuk melihat penerapan finger print yang diberlakukan di Kantor PTPN IV Medan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui penerapan absensi (finger print) dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan, dengan adanya penerapan absensi finger print khususnya di Kantor PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN yang menjadi fokus penelitian.

Peneliti memberikan judul pada penelitian ini ialah “Penerapan Absensi (Finger

(16)

print) Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan Di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah “ Bagaimana penerapan absensi (finger print) dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan apa yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan absensi (finger print) dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu memberi tambahan kajian mengenai masalah yang terkait dan memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan teori-teori yang peneliti peroleh dibangku perkuliahan dan memperdalamnya serta dapat menambah wawasan yang lebih luas lagi.

2. Bagi Program Studi

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa/i masa mendatang di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Bagi Perusahaan

(17)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Kantor PT.

Perkebunan Nusantara IV Medan. Untuk lebih mengetahui bagaimana penerapan (Finger rprint) dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan setelah diterapkannya sistem finger print tersebut.

(18)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Absensi Sidik Jari (finger print)

Menurut Heriawanto dalam (Maeyasari,2006:20), pelaksanaan pengisian daftar hadir atau absensi secara manual (hanya berupa buku daftar hadir), akan menjadikan penghambat bagi instansi untuk memantau kedisiplinan pegawai dalam hal ketepatan waktu kedatangan dan jam pulang pegawai setiap hari. Hal tersebut di khawatirkan akan membuat komitmen pegawai terhadap pekerjaan dan instansi menjadi berkurang.

Cahyana dalam (Maeyasari,2006:20), menyatakan bahwa pencatatan absensi pegawai merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Informasi yang mendalam dan terperinci mengenai kehadiran seorang pegawai dapat menentukan prestasi kerja seseorang, gaji/upah, produktivitas, dan kemajuan atau lembaga secara umum.

Absensi sidik jari atau finger print merupakan mesin yang digunakan untuk mendata kehadiran dengan menggunakan sensor yang dapat membaca garis atau image sidik unik. sistem pembacaan mesin absensi sidik jari tidak seperti scanner atau pembaca gambar. sistem pembacanya sangat detail sesuai dengan tekstur sidik jari. Berbagai bidang usaha, universitas, sekolah, kantor pemerintahan, perusahaan merupakan beberapa contoh organisasi yang menggunakan mesin absensi finger print. Dengan alat absen canggih ini data kehadiran secara akurat dan otomatis.Berbagai kemudahan dan kenyamanan ditawarkan sistem absensi finger print ini. Mesin absensi sidik jari memiliki

(19)

kinerja karyawan diberbagai perusahaan. (www.absensisidikjari.com diakses desember 2016).

2.1.1 Keunggulan Menggunakan Mesin Absensi Sidik Jari (Fingerprint) Menggunakan identifikasi sidik jari untuk absensi suatu pilihan yang tepat dibanding yang lain. Berikut ini beberapa faktor mengapa memilih absensi menggunakan mesin absen sidik jari (finger print) sebagai pilihan yang tepat dengan berbagai keunggulannya, (www.absensisidikjari.com diakses desember 2016) yaitu :

1. Kenyamanan

Dimulai dari registrasi yang simpel, karyawan tidak perlu repot membawa kartu karyawan maupun kertas atau kartu. Setiap karyawan tidak akan lupa membawa alat absensinya atau jari yang telah diregistrasi. Dalam berabsensi kita tidak perlu menekan password atau pin yang merepotkan.

Yang kita lakukan hanya menaruh jari kita tepat diatas sensor sidik jari, atau tinggal “ Place Finger”.

2. Keamanan

Dengan menggunakan absensi sidik jari tingkat keamanan sangat tinggi dikarenakan setiap sidik jari setiap pengguna berbeda-beda atau unik. Jadi pengguna tidak bisa saling menitipkan absensi seperti yang dilakukan ketika kita menggunakan absensi tanda tangan, amano atau menggunakan kartu.

3. Efektivitas Waktu

Lihatlah perubahan pertama ketika perusahaan anda menggunakan absensi sidik jari. Karyawan atau pengguna akan datang lebih tepat waktu beda

(20)

dengan hari sebelum menggunakan absensi sidik jari. Dalam penggunaan absensi lebih cepat dari pada amano, barcode apalagi tanda tangan manual. Absensi sidik jari pada umumnya mempunyai kecepatan pembacaan. Absensi sidik jari mempunyai tingkat akurasi yang tinggi.

Dalam pendataan dapat terpusat dalam satu database. Dengan absensi sidik jari data dapat terpusat walau diluar kota tanpa menunggu terlalu lama karena dalam pembuatan laporan kita tidak perlu repot merekap manual satu persatu. Semuanya bisa dibilang “Just Click”. Dengan faktor ini kita bisa meningkatkan produktifitas berdasarkan kedisiplinan.

4. Efisiensi Biaya

Absensi sidik jari lebih efisien jika dibandingkan dengan identifikasi dengan suara maupun retina mata. Atau dengan amano yang setiap bulannya harus mengeluarkan biaya membeli kertas, tinta maupun maintenance yang repot. Dengan mesin absensi sidik jari juga dapat mengurangi kecurangan jam kerja yang bisa saja membuat bangkrut perusahaan anda. Bahkan dewasa ini perusahaan yang sudah menggunakan absensi sidik jari mereka memperkerjakan bagian penggajian atau HRD yang jumlahnya 1-2 orang. Jadi selain mengefesiensi biaya perawatan, pemakaian juga mengefisiensi dalam pengeluaran penggajian setiap bulannya.

Berbagai keunggulan absen finger print tersebut, sistem absensi ini lebih sesuai untuk berbagai perusahaan, instansi, sekolah atau kampus dan itulah beberapa contoh organisasi yang menggunakan mesin absensi finger print.

Dengan alat absen canggih ini data kehadiran dapat dikatakan secara akurat dan

(21)

otomatis. Dari beberapa pengertian diatas bahwa pemakaian mesin finger print ini ialah sangat membantu atasan untuk lebih mudah melihat tingkat kedisiplinan absensi para karyawan yang datang tepat waktu atau tidak, karena mesin finger print ini dirancang memakai sidik jari setiap karyawan, adapun yang dipakai di mesin tersebut ialah gurat-gurat dari jari karyawan, sehingga tidak dapat dimanipulasi karna setiap karyawan memiliki gurat-gurat yang berbeda disetiap jari manusia ataupun karyawan.

2.1.2 Tujuan Penggunaan Finger Print

Tujuan dari penggunaan finger print sebagai mesin absensi Ibramsyah (2013: 30), yaitu :

1. Meningkatkan Produktifitas karyawan terhadap organisasi yang berawal dari kedisiplinan atas kehadiran karyawan di tempat kerja.

2. Memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam proses absensi pada karyawan dan dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam pembuatan laporan absensi bagi unit kerja, khususnya bagian karyawan.

3. Meningkatkan sistem paperless pada organisasi yang dimulai dengan sistem absensi sidik jari yang dapat mengurangi biaya dalam materi maupun operasional.

4. Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada pimpinan dan bagian karyawan yang berhubungan dengan kedisiplinan karyawan berupa absensi kehadiran kerja yang merupakan salah satu dari syarat kerja serta memberikan informasi loyalitas pegawai yang dapat dijadikan dasar dalam penilaian kinerja karyawan.

(22)

2.2 Pengertian Disiplin Kerja

Menjalankan setiap aktivitas atau kegiatan sehari-hari, masalah disiplin sering didefenisikan dengan tepat, baik waktu maupun tempat. Apa pun bentuk kegiatan itu, jika dilaksanakan dengan tepat waktu tidak pernah terlambat, maka itu pula yang dikatakan tepat waktu. Demikian pula dengan ketepatan tempat, jika dilaksanakan dengan konsekuen, maka”predikat” disiplin tersebut telah masuk ke dalam jiwa seseorang.

Menurut Keith Davis dalam (Mangkunegara,2013:129) mengemukakan bahwa disiplin kerja diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja,semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta masyarakat pada umumnya. Melalui disiplin akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya, studinya biasanya adalah mereka yang memiliki disiplin yang tinggi.Seseorang yang sehat dan kuat biasanyapun mempunyai disiplin yang baik, dalam arti ia mempunyai keteraturan di dalam menjaga dirinya, teratur kerja, teratur makan, tertib olahraga dan tertib dalam segala hal.

Rivai (2004:444) Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin karyawan memerlukan alat komunikasi, terutama pada peringatan yang bersifat spesifik terhadap karyawan

(23)

yang tidak mau berubah sifat dan perilakunya. Penegakan disiplin karyawan biasanya dilakukan oleh penyelia.

Nitisemito dalam (Darmawan,2013:41) Disiplin kerja diartikan sebagai suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai peraturan dari organisasi dalam bentuk tertulis maupun tidak. Oleh karena itu, dalam praktiknya bila suatu organisasi telah mengupayakan sebagian besar peraturan-peraturan yang ditaati sebagian besar karyawan, maka kedisiplinan telah dapat ditegakkan.

Menurut Mathis dan Jackson dalam (Darmawan,2013:41) Disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menegakkan peraturan-peraturan organisasi.

Mereka yang sering kali dipengaruhi sistem disiplin dalam organisasi adalah para karyawan bermasalah. Untungnya karyawan yang bermasalah terdiri dari sejumlah kecil karyawan saja, namun sering kali mereka adalah pihak-pihak yang menjadi penyebab dalam kebanyakan situasi disiplin karyawan. Jika organisasi gagal menghadapi karyawan yang bermasalah, efek negatif kepada karyawan dan kelompok kerja lainnya akan timbul. Masalah disiplin yang umum yang ditimbulkan para karyawan bermasalah antara lain absensi, bolos, defisiensi produktivitas, alkoholisme, dan ketidakpatuhan.

Fathoni (2006:172) Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan juga merupakan fungsi operatif Manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya.

Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi mencapai hasil yang optimal. Kekurang disiplinan didalam manajemen suatu perusahaan juga dapat

(24)

mengakibatkan kerugian bahkan jatuhnya perusahaan itu sendiri. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, maka sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan mencapai tujuan nya.

Handoko (2001:208) disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Hasibuan (2014:193) Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya Manusia.

Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan.

Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

2.2.1 Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja

Ada beberapa bentuk-bentuk Disiplin kerja yang dikemukakan oleh Handoko (2001:208) yaitu :

a. Disiplin Preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan. Dengan cara ini

(25)

para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajemen.

b. Disiplin Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan bisa berupa peringatan atau skorsing. Sasaran-sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positip, bersifat mendidik dan mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah. Maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan di waktu yang akan datang bukan menghukum kegiatan di masa lalu. Pendekatan yang negatif yang bersifat menghukum biasanya mempunyai berbagai pengaruh sampingan yang merugikan, seperti hubungan emosional terganggu, absensi meningkat, apati atau kelesuan, dan ketakutan pada penyelia.

Disiplin korektif memerlukan perhatian khusus dan proses prosedur yang seharusnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis dalam (Mangkunegara 2013:130) bahwa disiplin korektif memerlukan perhatian proses yang seharusnya, yang berarti bahwa prosedur harus menunjukkan pegawai yang bersangkutan benar-benar terlibat. Keperluan proses yang seharusnya itu dimaksudkan adalah pertama, suatu prasangka yang tak bersalah sampai pembuktian pegawai berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh pegawai lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan keterlibatan pelanggaran.

(26)

Menurut Darmawan (2013:44) tujuan dari disiplin korektif ini, tujuannya ialah :

1. Memperbaiki perilaku yang melanggar aturan.

2. Mencegah orang lain melakukan tindakan serupa.

3. Mempertahankan standar kelompok secara konsisten ddan efektif.

c. Disiplin Progresif , Perusahaan bisa menerapkan, suatu kebijaksanaan disiplin progresif, yang berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih “serius” dilaksanakan.

Disiplin progresif juga memungkinkan manajemen untuk membantu karyawan memperbaiki kesalahan. Sebuah contoh sistem disiplin progresif secara ringkas dapat ditunjukan sebagai berikut :

1. Teguran secara lisan oleh penyelia.

2. Teguran tertulis, dengan catatan dalam file personalia.

3. Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari.

4. Skorsing satu minggu atau lebih lama.

5. Diturunkan pangkatnya (demosi) 6. Dipecat.

Urutan tindakan pendisiplinan tersebut disusun atas dasar tingkat berat atau kerasnya hukuman. Untuk pelanggaran-pelanggaran serius tertentu, seperti berkelahi dalam suatu perusahaan atau mencuri, biasanya dikecualikan dari disiplin progresif. Seorang karyawan yang melakukan pelanggaran-pelanggaran itu bisa langsung dipecat.

(27)

Sedangkan menurut Rivai (2004:444) adalah sebagai berikut :

1. Disiplin Retributif , yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah.

2. Disiplin Korektif, yaitu berusaha membantu karyawan mengkoreksi perilakunya yang tidak tepat.

3. Perspektif hak-hak individu , yaitu berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner.

4. Perspektif Utilitarian, memilki fokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.

2.2.2 Indikator-Indikator Kedisiplinan

Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, menurut Hasibuan (2014:194) indikator-indikator tersebut diantaranya adalah:

1. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan ( pekerjaan ) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. Akan tetapi, jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh dibawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah. Misalnya : pekerjaan untuk karyawan berpendidikan SMU. Jelas karyawan bersangkutan kurang berdisiplin dalam

(28)

melaksanakan pekerjaan itu. Disinilah letak pentingnya asas the right man in the right place and the right man in the right job.

2. Teladan Pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus member contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik ( kurang berdisiplin ), para bawahan pun akan kurang disiplin.

Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri kurang disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik agar para bawahan pun mempunyai disiplin yang baik pula.

3. Balas Jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balsa jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan atau pekerjaanya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik, perusahaan harus memberikan balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga. Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisplinan karyawan. Artinya semakin besar

(29)

balas jasa semakin baik kedisplinan karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil kedisplinan karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawhannya. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus terapkan dengan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaanya.

Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan.

Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya. Dengan waskat, atasan secara langsung dapat

(30)

mengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu bawahannya, sehingga konduite setiap bawahan dinilai objektif. Waskat bukan hanya mengawasi moral kerja dan kedisiplinan karyawan saja, tetap juga harus berusaha mencari sistem kerja yang lebih efektif untuk mewujudkan tujuan organisasi, karyawan, dan masyarakat. Dengan sistem yang baik akan tercipta internal kontrol yang dapat mengurangi kesalahan-kesalahan dan mendukung kedisiplinan serta moral kerja karyawan. Jadi, waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan, terwujudlah kerja sama yang baik dan harmonis dalam perusahaan yang mendukung terbinanya kedisiplinan karyawan yang baik.

Kesimpulannya, waskat adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah atau mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan sistem internal kontrol yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

6. Sanksi Hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.

(31)

Berat atau ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan . pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikian, pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebaliknya apabila seorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum karyawan yang indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan sikap indisipliner karyawan semakin banyak karena mereka beranggapan bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi. Pimpinan yang tidak tegas menindak atau menghukum karyawan yang melanggar peraturan, sebaiknya tidak usah membuat peraturan atau tata tertib pada perusahaan tersebut. Kesimpulannya, ketegasan pimpinan menegur dan menghukum

(32)

setiap karyawan yang indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan tersebut.

8. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan- hubungan baik bersifat vertical maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya harmonis. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertical maupun horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasan kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.

Kesimpulannya ialah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk mengukur/ mengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak. Kedisiplinan karyawan yang baik, mencerminkan bahwa fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Sebaliknya jika kedisiplinan karyawan kurang baik, berarti penerapan fungsi-fungsi MSDM pada perusahaan kurang baik. Jadi, dapat dikatakan “kedisiplinan” menjadi kunci terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan disiplin yang baik berarti karyawan sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan baik. Kedisiplinan karyawan harus ditanamkan sebagai rasa tanggung

(33)

jawab kewajibannya secara sadar tanpa rasa takut terhadap sanksi-sanksi dari atasannya jika memang merasa benar. Dengan demikian disiplin kerja yang ditanamkan pimpinan pada karyawan dapat menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya karena karyawan menyadari kewajibannya dan mengutamakan hasil kerja dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan. Dalam praktiknya bila suatu organisasi telah mengupayakan sebagian besar peraturan-peraturan sudah ditaati sebagian besar karyawan, maka kedisiplinan telah dapat ditegakkan. Kedisiplinan yang berjalan secara adil dan konsisten memberikan pengaruh signifikan terhadap produktivitas dan kinerja organisasi.

2.2.3 Faktor-Faktor Dari Disiplin Kerja

Menurut Siswanto (2005:291) berpendapat bahwa faktor-faktor dari disiplin kerja ada 5 faktor yaitu :

1. Frekuensi Kehadiran, salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingakt kedisiplinan pegawai. Semakin tinggi tingkat frekuensi kehadirannya atau rendahnya tingkat kemangkiran maka pegawai tersebut telah memilki disiplin kerja yang tinggi.

2. Tingkat Kewaspadaan, pegawai yang dalam melaksanakan pekerjaannya selalu penuh perhitungan dan ketelitian memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi terhadap dirinya maupun pekerjaannya.

3. Ketaatan Pada Standar Kerja, dalam melaksanakan pekerjaannya pegawai diharuskan menaati semua standar kerja yang telah diterapkan sesuai dengan aturan dan pedoman kerja agar kecelakaan kerja tidak terjadi atau dapat dihindari.

(34)

4. Ketaatan Pada Peraturan Kerja, dimaksudkan demi kenyamanan dan kelancaran dalam bekerja.

5. Etika Kerja, diperlukan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya agar tercipta suasana harmonis, saling menghargai antara sesama pegawai.

2.3 Penelitian Terdahulu

1. Erna Maeyasari (2012) Pengaruh Efektivitas Penerapan Absensi Fingerprint Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan asosiatif, dengan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kedisiplinan pegawai dapat dilakukan dengan menerapkan absensi finger print dan sikap yang tegas dari pimpinan. Saran dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan disiplin pegawai hendaknya pihak sekretariat daerah kabupaten lebak selalu memantau, memperbaiki pelaksanaan sistem absensi yang sudah ada hendaknya lebih memperketat sistem pelaksanaan absensi dengan melakukan absensi disiang hari, sehingga para pegawai tidak bisa pergi sekehendaknya disaat jam kerja.

2. Ibramsyah (2013) Efektivitas Penerapan Absensi Fingerprint Terhadap Disiplin Kehadiran Pegawai Negeri Sipil. Studi kasus pada kantor wilayah lampung kementerian hukum dan hak asasi manusia. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang mengelola dan menggambarkan data serta informasi berdasarkan fakta- fakta yang tampak untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. Hasil dari

(35)

penelitiannya adalah (1). Penerapan absensi finger print dapat dinilai telah berhasil dan efektif dalam meningkatkan disiplin kehadiran pegawai. (2).

Penerpan absensi finger print pada Kantor Wilayah Lampung KemenkumHam ternyata tidak selalu berjalan lancar, terdapat beberapa hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya.

3. Faisal Ali Ahmad (2006) Hubungan Penerapan Absensi Sidik Jari (Fingerprint) Dengan Motivasi Dan Kinerja Karyawan.Studi kasus di fakultas matematika dan dan ilmu pengetahuan alam, institut pertanian bogor, bogor-jawa barat”. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan penelitian kuantitatif, hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara mengisi absen, penerapan absen, saran penunjang, kesesuaian absen dengan pekerjaan, absen adalah hal yang penting, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan lebih baik dalam bekerja, dan insentif, dengan motivasi kerja. Komponen yang tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan motivasi kerja adalah metode absen dan sikap.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada komponen-komponen absensi yang signifikan akan menyebabkan perubahan pada tingkat motivasi kerja karyawan, sedangkan perubahan yang terjadi dengan metode absen dan sikap tidak akan mempengaruhi tingkat motivasi kerja.

4. Nela Anggraini Alda (2014) Pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Absensi Fingerprint (sidik jari) Terhadap Disiplin Kerja Pegawai,Pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan metode kauntitatif, dari hasil penelitiannya ialah adanya pengaruh penerapan

(36)

absensi finger print (sidik jari) terhadap disiplin kerja pegawai pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau sebesar 46,4% sisanya senilai 53,6% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian.

5. Febriani Widyaastuti (2016) Hubungan Dan Penerapan Absensi Sidik Jari (Finger print) Dengan Motivasi Dan Kinerja Karyawan. Studi kasus pada fakultas ekonomi dan bisnis universitas muhammadiyah Surakarta”.

Dalam penelitiannya peneliti menggunakan type explanatory research merupakan jenis penelitian yang menyoroti hubungan-hubungan antar variable-variabel penelitian dan menguji hipotesis. Dari hasilnya peneliti menyimpulkan adanya hubungan erat antara variabel penerapan program absensi finger print dengan kinerja karyawan.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan dengan menggunakan gejala/keadaan sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian dan interpretasi. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan realitas secara kontekstual, interpretasi terhadap fenomenan yang menjadi perhatian peneliti dan memahami perspektif partisipan terhadap masalah yang terjadi.

Menurut Sugiyono (2011:14) Pendekatan kualitatif yaitu untuk mengolah data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian, dimana data kualitatif dapat berupa data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan informasi kualitatif sehingga lebih menekankan pada masalah proses dan makna dengan cara mendeskripsikan suatu masalah.

Berdasarkan pemahaman di atas, penelitian ini menggambarkan fakta fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian untuk mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dilapangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan, yang beralamat di Jalan Letjend Suprapto No. 2 Medan.

(38)

3.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang berada pada lingkup penelitian, artinya orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Untuk memperoleh data secara representatif, maka diperlukan informan kunci dan informan utama yang memahami dan mempunyai kaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Menurut Suyanto (2005:172) informan penelitian ialah :

1. Informan kunci ialah, orang yang sangat memahami masalah yang akan diteliti.

2. Informan utama ialah, orang yang dianggap mengetahui masalah yang diteliti atau orang yang terlibat langsung dengan objek penelitian.

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berpotensi untuk memberikan informasi tentang gambaran Penerapan Absensi (Finger print) Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci dan informan utama dalam penelitianya, yaitu :

1. Untuk yang menjadi informan kunci yaitu, Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) Perusahaan di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Medan.

2. Informan utama dari penelitian ini staf dan karyawan di Kantor PT.

Perkebunan Nusantara IV Medan.

Teknik penentuan informan dilakukan dengan cara snowball sampling, snowball sampling Sugiyono (2008:123) adalah teknik penentuan sampel yang

(39)

mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

3.4. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua macam teknik pengumpulan data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya, Bungin (2007:116) yaitu:

1. Tekhnik Pengumpulan Data Primer

Tekhnik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data primer tersebut ialah :

a. Wawancara mendalam (depth interview) yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode ini dipakai untuk informan yang berhubungan dengan penelitian.

b. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Kegiatan pengamatan terhadap obyek penelitian

(40)

yang teliti serta untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden dengan kenyataan yang terjadi dilapangan.

2. Tekhnik Pengumpulan Data Sekunder

Tekhnik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui kepustakaan yang mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan mengggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku buku, literatur, internet dan sumber sumber lain yang berkompetensi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian

b. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang menggunakan catatan catatan atau dokumen dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber sumber lain terkait dengan obyek penelitian.

3.5 Tekhnik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Analisa data kualitatif (Bogdan dan Biklen) dalam (Moleong, 2006 : 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Maka model analisis data yang digunakan adalah pendekatan model Miles dan Huberman.

(41)

Miles dan Huberman (Sugiyono,2011:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/

verification).

Analisis data kualitatif model Miles dan Huberman terdapat 3 tahap yaitu :

1. Tahap Reduksi Data (Data Reduction).

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama penelitian di lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok. Memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Tahap Penyajian Data/ analisis data setelah pengumpulan data (Data Display).

Pada tahap ini, peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penyampaian (display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya, mengingat bahwa penelitian kualitatif banyak menyusun teks naratif. Display adalah format yang menyajikan informasi secara tematik kepada pembaca.Miles dan Huberman (Sugiyono,2011:249) memperkenalkan format, yaitu: diagram ,grafik,phie,chard, dan sejenisnya. Penyajian data diarahkan agar data hasil

(42)

dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/

Verification).

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono,2011:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsistensi pada saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.6 Definisi Konsep

Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini penulis menggunakan definisi dari konsep yang di pergunakan, yaitu:

1. Absensi.

Absensi adalah pelaksanaan pengisian daftar hadir atau absensi secara

(43)

penghambat bagi instansi untuk memantau kedisiplinan pegawai dalam hal ketepatan waktu kedatangan dan jam pulang pegawai setiap hari.

Hal tersebut di khawatirkan akan membuat komitmen pegawai terhadap pekerjaan dan instansi menjadi berkurang. Heriawanto (Maeyasari,2006:20),

2. Finger Print.

Absensi sidik jari atau finger print merupakan mesin yang digunakan untuk mendata kehadiran dengan menggunakan sensor yang dapat membaca garis atau image sidik unik. sistem pembacaan mesin absensi sidik jari tidak seperti scanner atau pembaca gambar. sistem pembacanya sangat detail sesuai dengan tekstur sidik jari.

(www.absensisidikjari.com).

3. Disiplin Kerja.

Disiplin Kerja diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas- tugas yang diberikan kepadanya. Keith Davis (Mangkunegara,2013:129)

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV disingkat PTPN IV didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1996, merupakan hasil peleburan 3 (tiga) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Perkebunan VI (Persero), PT Perkebunan VII (Persero), dan PT Perkebunan VIII (Persero). PT Perkebunan Nusantara IV dikukuhkan dengan Akta Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) No. 37 tanggal 11 Maret 1996 yang dibuat dihadapan Notaris Harun Kamil, SH, Notaris di Jakarta, yang anggaran dasar telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Nomor: C2-8332.HT.01.01.Th.96 tanggal 8 Agustus 1996 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 8 Oktober 1996 Nomor 81 dan Tambahan Berita Negara No. 8675. Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan terakhir kali berdasarkan Keputusan Para Pemegang

Saham Nomor : SK-44/MBU/03/2016 dan Nomor :

KPJAK/Hold/AD.NIV/03/2016 yang dinyatakan dalam Akta No. 05 tanggal 14 Maret 2016 yang dibuat dihadapan Notaris Nanda Fauz Iwan SH, M.Kn. PTPN IV memiliki jejak langkah sebagai berikut :

Tahun 1996 – 2000, Peleburan perusahaan PT Perkebunan VI, VII dan VIII yang merupakan cikal pendirian PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Perusahaan memulai menyusun langkah-langkah strategis dan melakukan

(45)

Tahun 2001-2005 Merencanakan strategi transformasi bisnis dimana semakin tingginya permintaan kelapa sawit dengan merencanakan pengembangan areal kelapa sawit dan mulai melaksanakan konversi tanaman teh dan kakao ke kelapa sawit di Unit Balimbingan, Bah Birong Ulu dan Marjandi.

Tahun 2006 - 2010 Perusahaan membentuk Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha dengan mengganti Direktorat Pemasaran menjadi Direktorat Keuangan. Perusahaan mulai melakukan pengembangan areal kelapa sawit di Kab. Labuhan Batu dan Mandailing Natal dan Membentuk Unit Proyek Pemgembangan Batang laping, Timur, Panai Jaya.

Tahun 2011 - 2015 Perusahaan mulai melakukan restruktur organisasi dan sdm untuk menuju perusahaan best practices. Restruktur Organisasi dimulai dengan menyederhanakan proses bisnis dan melakukan penggabungan Grup Unit Usaha yang semula ada 5 GUU menjadi 4 GUU dan melakukan penggabungan Unit Usaha PKS Sosa ke Unit Usaha Sosa, melakukan spin off rumah sakit dan sekolah. perusahaan juga sedang mempersiapkan restruktur organisasi di tingkat Bagian dan Unit Usaha. diakhir tahun 2014 PTPN IV telah berubah status dari BUMN menjadi anak perusahaan BUMN.

Berdasarkan Akta Nomor 5 tanggal 14 Maret 2016 tentang Perubahan Anggaran Dasar yang dibuat dihadapan Notaris Nanda Fauz Iwan SH, M.Kn.

adalah melakukan usaha di bidang agro bisnis dan agro indutri serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, untuk mendapatkan/mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-

(46)

prinsip Perseroan Terbatas. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha utama sebagai berikut :

a. Pengusahaan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan, serta pemungutan hasil tanaman dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pengusahaan

budidaya tanaman tersebut.

b. Produksi meliputi penerimaan dan pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi dan/atau barang jadi serta produk turunannya.

c. Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perseroan, baik hasil produksi sendiri maupun hasil produksi pihak lain.

d. Pengembangan usaha bidang Perkebunan, Agro Wisata, Agro Bisnis, Agro Industri, dan Agro Forestry.

Selain kegiatan usaha utama Perseroan dapat melakukan kegiatan usaha dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk trading house, pengembangan kawasan industri, agro industrial complex, real estate (penjualan, pembelian, dan pengelolaan properti termasuk hotel, perumahan, apartemen, dan kondominium, pergudangan, pusat perbelanjaan/mall), pariwisata, resort, olah raga dan rekreasi, rest area, jalan tol, perpupukan (industri dan perdagangan), rumah sakit, Jasa pelayanan kesehatan lainnya, pendidikan,

(47)

terbatas biofuel, green diesel ethanol), penyediaan/pembangkit tenaga listrik (termasuk namun tidak terbatas pada yang bersumber dari ethanol, biomasa, dan biogas), jasa penyewaan, jasa pembangunan kebun, jasa pengusahaan sarana dan prasarana yang dimiliki Perseroan, pertanian, peternakan, perkayuan (Industri dan perdagangan), perkantoran, jasa konsultasi bidang Agro Bisnis dan Agro Industri dan/atau pengolahan, hasil perkebunan, perikanan, transportasi, kebandarudaraan, pertambangan, pelabuhan, alat mesin pertanian, pakan ternak, penggemukan sapi, ketahanan -pangan, kontraktor pembangunan bidang perkebunan, karung goni, karung plastik, alkohol spiritus, particle board, ragi (yeast), asam asetat, bumbu masak, kosmetik, bahan bangunan, industri bio ethanol, jasa laboratorium, penyediaan air (termasuk air minum dan air baku), pengelolaan limbah, pelatihan, aneka tanaman, particle board, oleochemical), jasa perbengkelan (workshop), jasa konstruksi, rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering procurement and construction (EPC), industri pengecoran logam (foundry), dan manufaktur.

PTPN IV memiliki 2 segmen usaha yaitu kelapa sawit dan teh dengan komoditi kelapa sawit merupakan segmen usaha terbesar. Selain itu perseroan juga memiliki 1 Unit Usaha Engineering Manufacturing and Construction yaitu Pabrik Mesin Tenera (PMT) Dolok Ilir. Produk dan Jasa yang dihasilkan Perseroan sebagai berikut : Komoditi Kelapa Sawit :

1. Minyak Sawit

2. Inti Sawit

Komoditi Teh Hitam Jasa lainnya adalah jasa Engineering, Manufacturing and Construction yang dihasilkan dari Unit Usaha PMT Dolok Ilir. PTPN IV

Referensi

Dokumen terkait

In view of decreasing interest in type B segment (primarily due to the popularity of listings of mainland Chinese companies on a stock exchange in Hong Kong and lifting of

Perlakuan waktu suhu fermentasi dan lama fermentasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap rendemen minyak kelapa dan kadar pati, tetapi tidak berpengaruh terhadap

 Pembentukan Divisi Manajemen Proyek ditujukan untuk mendukung dan membantu Direktur Operasi dan Teknik dalam mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan meliputi bidang

Faktor yang terakhir adalah faktor lingkungan sekolah dan lingkungan pergaulan siswa dimana factor ini juga menjadi salah satu pemicu terjadinya suatu konflik di kalangan pelajar

Di Indonesia kebijakan Reklamasi sudah dilakukan dibeberapa daerah, dengan tujuan memenuhi kebutuhan akan tanah dan sampai saat ini kebijakan Reklamasi ini terus

Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik

Model matematika yang dihasilkan dapat digunakan oleh seluruh khalayak untuk menentukan nama wuku serta menguji kebenaran nama wuku pada data-data prasasti, dengan