• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Sutradara Dalam Pembuatan Film Pendek Fiksi Lamunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Sutradara Dalam Pembuatan Film Pendek Fiksi Lamunan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Peran Sutradara Dalam Pembuatan Film Pendek Fiksi “Lamunan”

Heryanto Arbi, Arryadianta

STIKOM InterStudi Jl Wijaya II No 62 Jakarta 12160

Harbi898@gmail.com Institut Kesenian Jakarta Jl. Cikini Raya No.73, Jakarta 10330

arryasky@yahoo.com

Diterima: Bulan, Tahun Direview: Bulan, Tahun Diterbitkan: Bulan, Tahun

Abstrak. Film terbentuk atas kombinasi dua unsur yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur Naratif adalah konsep atau alur cerita (materi) sebuah film yang berbicara tentang unsur-unsur cerita seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi dan waktu, sedangkan Unsur Sinematik adalah cara pengemasan dari cerita seperti, sinematografi, pengambilan gambar, tata cahaya, tata suara hingga suasana yang digambarkan untuk mengemas cerita dalam sebuah film, Proyek ini adalah sebuah film pendek yang berjudul

“LAMUNAN”, “Lamunan” bercerita tentang sebuah keluarga kecil yang terdiri dari Eva (31), Didi (34) dan seorang anak semata wayang mereka Aldo (8) yang hidup dengan kasih sayang dan perhatian penuh dari kedua orangtuanya. Kondisi berubah ketika kehamilan Eva, ditambah Didi yang harus pergi dinas keluar kota selama beberapa bulan. Aldo yang awalnya selalu dimanja perlahan kurang diperhatikan dan kesepian yang membuatnya kehilangan arah dan mulai berkhayal.

Kata Kunci: Film Pendek, Thriller, Film, “Lamunan”.

Abstract. Film is formed by a combination of two elements, named narrative element and cinematic element, narrative element is the concept or storyline (material) of a film that talks about the elements of a story such as characters, problems, conflicts, location and time, whereas cinematics element is a way to form a story as cinematography, shooting, lighting, sound, atmosphere that depicted to form a story to a film, this project is a short film (Short Film) with a title “Lamunan”, this lamunan is about a small family consisting Eva (31), Didi (34) and their only child Aldo (8) who lives with the love and attention from his parents. The condition turned when Eva had pregnant, and Didi had to go out of town for several months. Aldo who previously always being pampered, gradually become less noticed and lonely which made him lose his direction and began to fantasize.

Keywords : Short Film, Thriller, Film, “Lamunan”.

(2)

Vol. X, No. X, Th 20XX 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Film dapat dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan asal cerita dan pemilihan konsep alur cerita. Menurut Prastisa (2008: 4) film dapat dibagi kedalam dua jenis, yakni : Film Dokumenter, dan Film Fiksi. Film Fiksi adalah sebuah film yang tercipta dari sebuah karangan hasil imajinasi semata yang dipresentasikan dalam sebuah lakon cerita dengan struktur naratif yang jelas.

Sedangakan sebuah Film Dokumenter berbanding terbalik dengan film fiksi yang sifatnya imajinatif. Film Dokumenter adalah hasil dari observasi, riset dan penelusuran yang dilakukan para sineas dan bersifat asli atau realis tanpa mengubah apapun keadaan dan situasi yang terjadi dan mengedepankan nilai fakta.

Sebuah film juga dapat dibedakan dari segi durasinya. Film berdasarkan durasi dibagi menjadi 2, yaitu: Film pendek dan Film panjang. Namun dalam hal pembagian film dari segi durasi ini, tidak ada pakem khusus atau kesepakatan baku dalam penentuan nya. Film berdurasi 5-21 menit pada umumnya disebut Film Pendek.

Selebihnya film dengan durasi diatas 21 menit biasa disebut Film Panjang.

Keinginan pencipta karya sebagai sutradara untuk membuat sebuah Film

“Lamunan” secara durasi masuk dalam kategori film pendek dengan durasi kurang lebih 20 menit. Dalam hal genre film

“Lamunan” memiliki 2 genre yaitu Thriller (Dominan) dan Drama (Sekunder).

“Lamunan” bercerita tentang sebuah keluarga kecil yang terdiri dari Eva (31), Didi (34) dan seorang anak semata wayang mereka Aldo (8) yang hidup dengan kasih sayang dan perhatian penuh dari kedua orangtuanya. Kondisi berubah ketika kehamilan Eva, ditambah Didi yang harus pergi dinas keluar kota selama beberapa bulan. Aldo yang awalnya selalu dimanja perlahan kurang diperhatikan dan kesepian yang membuatnya kehilangan arah dan mulai berkhayal.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis paparkan ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan dalam film pendek “Lamunan” yang penulis ajukan sebagai karya tugas akhir, diantaranya:

a. Bagaimana peran Sutradara dalam proses pra produksi dalam film

“Lamunan”

b. Bagaimana peran Sutradara dalam proses produksi dalam film “Lamunan”

c. Bagaimana peran Sutradara dalam proses pasca produksi dalam film

“Lamunan”

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan bahasan dan batasan masalah, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana peran Sutradara dalam proses pembuatan film pendek Lamunan.

1.4 Tujuan

Dalam pembuatan karya akhir ini, film pendek Lamunan memiliki batasan usia penonton diatas 13 tahun dengan target utama remaja dan dewasa agar pesan yang

(3)

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi

disampaikan tepat guna dan dapat dimengerti.

1.4.1 Tujuan Akademis

Selain itu karya akhir ini memiliki tujuan akademis memenuhi syarat kelulusan sebagai mahasiswa STIKOM Interstudi, program studi Penyiaran, jenjang Strata 1.

1.4.2 Tujuan Umum

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah mendeskripsikan sutradara memberikan pandangan teoritis terhadap sesuatu dalam film fiksi thriller “Lamunan”.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Proyek Penulisan Karya Ilmiah Film Pendek Lamunan ini memiliki batasan-batasan agar pembahasan yang dijabarkan terfokus pada hal-hal ilmiah. Seperti yang tertuang dalam Identifikasi Masalah, penulisan ini akan berfokus pada pembahasan pemilihan dialog pemain film thriller Lamunan dan bagaimana membuat suasana dan mood yang sesuai dengan film bergenre Thriller-Drama.

2. Kerangka Teoritis

1.3 Pengertian Film

Menurut Pratista (2017) film terbentuk melalui dua unsur utama. Unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif merupakan materi pembentuk sebuah film, mulai dari cerita, skenario, waktu, penokohan hingga dialog. Sedangkan unsur sinematik berfokus pada hal pengamasan materi tersebut agar indah disaksikan. Unsur sinematik berbicara tentang “apa saja yang akan disajikan di depan kamera” mulai dari letak blocking, pencahayaan, hingga proses editing.

2.2 Jenis Film

Jenis-jenis film menurut Pratista (2017: 29) dibagi berdasarkan cara bertuturnya yakni, cerita dan noncerita. Jenis film dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

2.2.1 Film Dokumenter

Film dokumeter adalah film yang menyajikan suatu fakta atas sebuah kejadian, peristiwa maupun situasi yang sesungguhnya terjadi (otentik) tanpa rekayasa ataupun skenario.

2.2.2 Film Fiksi

Film fiksi adalah sebuah film yang menggunakan cerita rekaan di luar kejadian serta menerapkan konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak tahap pra- produksi yang menjadikannya terikat oleh plot.

2.2.3 Film Eksperimental

Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur yang sangat dipengaruhi oleh insting subjektif sineas seperti gagasan, ide, emosi serta pengalaman batin seorang sineas.

2.2.4 Film Cerita Pendek

Film Cerita Pendek menurut Effendy (2014: 3) memiliki kisaran durasi maksimal 21 menit dan umumnya hasil produksi film pendek disalurkan ke rumah-rumah produksi, komunitas dan festival film lokal.

2.2.5 Film Cerita Panjang

Film Cerita Panjang merupakan sebuah film yang memiliki kisaran durasi 90 – 180 menit. Hasil produksi film panjang umumnya dipasok ke bioskop-bioskop atau dilombakan pada ajang film Internasional.

(4)

Vol. X, No. X, Th 20XX 2.3 Film Fiksi

Menurut Pratista (2017: 31) Film fiksi adalah sebuah film yang menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nayata serta menerapkan konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak tahap pra-produksi yang menjadikannya terikat oleh plot. Dalam hal pembuatan cerita dan produksi, film fiksi tidak memiliki batasan, baik batasan ruang dan waktu. Semua hal dapat direpresentasikan kedalam sebuah film fiksi, jika memiliki tingkat kreatif dan imajinasi yang tinggi.

2.4 Film Pendek

Film Cerita Pendek atau biasa disebut Film Pendek menurut Prakoso (2008: 27) merupakan sebuah film yang memiliki maksimal durasi 50 menit (mengacu pada regulasi festival film pendek).

Film pendek pada dasarnya memiliki bahasa yang jauh berbeda dengan film cerita panjang, mengingat durasi putarnya yang terbatas. Hal ini yang menurut Prakoso (2008: 29) menjadi sebuah kesulitan tersendiri dalam hal pengemasan cerita.

2.5 Genre Film

Selain melalui metode latar belakang cerita, terdapat metode lain dalam mengkategorikan film yaitu melaui genre atau aliran film. Genre berasal dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk” atau

“tipe”. Menurut Pratista (2017: 39) kata genre sendriri mengacu pada istilah Biologi, yakni Genus, sebuah klasifikasi yang menjurus padapengelompokan flora dan fauna yang tingkatannya berada pada skala spesies. Berdasarkan hal ini genre pula dapat disimpulkan memiliki fungsi atau arti klasifikasi.

2.5.1 Genre Induk Premier

Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembagan sinema era 1900-an hingga 1930-an. Bisa kita katakan bahwa setiap film pasti mengandung setidaknya satu genre induk primer namun lazimnya sebuah film adalah kombinasi dari beberapa genre induk sekaligus. Tidak semua genre induk primer populer dan sukses dari masa ke massa. (Pratista 2008: 13).

a. Aksi

Film aksi berhubugan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, nonstop dengan tempo yang cepat. Genre aksi adalah genre yang paling adaptif dengan genre lainya.

b. Drama

Film drama umumnya berhubugan dengan tema cinta, cerita setting, karakter serta suasana yang memotret kehidupan nyata. Dan genre yang paling banyak di produksi karena jangkauan ceritanya yang sagat luas.

2.5.2 Genre Induk Sekunder

Genre induk sekunder adalah genre- genre besar dan populer yang merupakan pegembangan atau runtutan dari genre induk primer. Genre induk sekunder memiliki ciri- ciri karakter yang lebih kusus dibandingkan dengan genre induk primer (Pratista, 2008:

21).

2.6 Genre Thriller 1. Tema Cerita

Tema cerita thriller biasanya seputar kehidupan yang lebih realistis, seperti kasus pembunuhan, gangguan kejiwaan, misteri,

(5)

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi

mata-mata, atau bahkan teori konsprirasi, Pratista (2017: 57)

2. Plot Cerita

Dari segi plot, biasanya thriller cenderung lebih cerdas, twist, dan memiliki plot yang lebih baik dibanding horor. Akan tetapi, horor biasanya lebih mudah diprediksi ceritanya dibandingkan cerita dengan thriller.

3. Pesan Film

Cerita Thriller, biasanya lebih berat.

Umumnya lebih menekankan kepada pesan moral, seperti masalah ideologi atau bahkan kesadaran dan keadilan moral. Berbeda dengan cerita genre horor lebih menekankan pada ketakutan pada penontonnya.

2.7 Dasar-Dasar Produksi Film

Panca Javandalasta, (2011: 4) menjelaskan tahapan produksi sebuah film, deskripsi kerja, dan manajemen produksi.

Hal-hal yang harus disiapkan dalam produksi film antara lain:

1. Penulisan dan Penyutradaraan

Menjabarkan dasar-dasar penulisan cerita untuk pembuatan film, penyusunan riset untuk film dokumenter, serta penerapan pembuatan sinopsis.

2. Sinematografi

Menjelaskan tentang pengoperasian kamera dengan baik serta cara pemeliharannya, proses perekaman yang dapat menghasilkan gambar dan suara dengan baik, dan mengasah inisiatif untuk menyesuaikan diri dengan baik, dan mengasah inisiatif untuk menyesuaikan diri dengan keterbatasan alat.

3. Tata Suara

Menguraikan dasar-dasar audio pada proses produksi film, baik yang dilakukan ketika perekaman suara saat pengambilan gambar, maupun kebutuhan pengisian suara saat pasca produksi.

4. Tata Artistik

Menjelaskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh Departemen Artistik dan mengaplikasikan Sinopsis dan Director treatment menjadi Breakdown artistik.

5. Editing

Menjelaskan proses Editing, teori dasar Editing, pengoperasian computer untuk editing.

2.8 Sutradara

Kerja sutradara dimulai dari membedah skenario ke dalam director’s treatment yaitu konsep kreatif sutradara tentang arahan gaya pengambilan gambar, sutradara menguraikan setiap adegan (scene) ke dalam sejumlah shot menjadi shot list yaitu uraian arah pengambilan gambar dari tiap adegan, shot list tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam story board yaitu rangkaian gambar ala komik yang memuat informasi tentang ruang dan tata letak pemeran (blocking) yang nantinya akan direkam menjadi sebuah film Effendy (2014:

48).

Sementara menurut Achnas, Gunawan, dan Sarumpet (2008: 63) menjelaskan prosedur dan teknik kerja seorang sutradara ke dalam tiga tahap, yakni pra produksi, produksi, dan paska produksi dengan lebih jelas.

a. Praproduksi

(6)

Vol. X, No. X, Th 20XX 1) Interpretasi Skenario

Sutradara melakukan analisa skenario yang menyangkut isi cerita, struktur dramatik, penyajian informasi dan semua hal yang berhubungan dengan estetika dan tujuan artistik di dalam film tersebut. Kemudian, analisa yang telah dilakukan sutradara, didiskusikan kepada semua kepala departemen.

2) Pemilihan Kru

Sutradara dan produser memilih dan menentukan kru yang akan terlibat di dalam produksi film.

3) Pemilihan Pemain

Sutradara menentukan dan melakukan casting terhadap para pemain utama serta pemain pendukung.

4) Latihan

Sutradara menyampaikan visi dan misinya terhadap penokohan kepada pemeran utama lalu mendiskusikannya untuk membangun kesamaan persepsi. Selain itu sutradara juga melakukan reading dengan seluruh pemain, kemudian melakukan latihan pengucapan logat daerah Bojonggede dan latihan pemeranan , juga melakukan evaluasi setelahnya.

5) Hunting

Sutradara melakukan pengarahan kepada tim hunting lokasi kemudian menentukan lokasi berdasarkan hasil hunting tersebut serta mendiskusikannya bersama penata fotografi, artistik dan suara.

6) Perencanaan director shot

Sutradara merumuskan dan menyusun director shot pada setiap scene yang ada dalam skenario. Kemudian sutradara membuat blocking pemain serta penematan kamera ke dalam bentuk floorplan.

7) Final Pra Produksi

Sutradara melakukan diskusi bersama dengan kru produksi dan pemain untuk persiapan shooting yang menyangkut teknis penyutradaraan dan juga artistiknya.

b. Produksi

Menjelaskan adegan kepada asisten sutradara dan kru utama lainnya perihal gambar yang akan diambil, koordinasi dengan asisten sutradara untuk melakukan latihan blocking pemain, mengarahkan pemain sesuai dengan gambar yang akan diambil, mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam wilayah kreatif apabila ada masalah di lapangan.

c. Pascaproduksi

Melihat dan mendiskusikan dengan editor hasil rough cut, berdiksusi dengan penata musik perihal ilustrasi musik yang terlebih dahulu sudah dikonsepkan pada pra produksi, melakukan koreksi gambar dan suara berdasarkan konsep yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Perencanaan Proyek

3.1 Deskripsi Rencana Proyek

Proyek ini adalah sebuah film pendek (short movie) yang berjudul “LAMUNAN”.

Film ini bercerita tentang sebuah keluarga harmonis yang terdiri dari Didi (Ayah, 34 tahun), Eva (Ibu,31 tahun) dan Aldo (Anak Pertama, 8 tahun). Didi adalah tulang punggung keluarga yang bekerja sebagai seorang pegawai swasta, sementara Eva adalah seorang Ibu rumah tangga dan Aldo yang sedang duduk di bangku sekolah dasar.

(7)

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi

Aldo yang merupakan anak semata wayang sangat disayang dan dimanja oleh Didi dan Eva. Kehidupan Aldo yang selama ini dipenuhi dengan kasih sayang kedua orangtuanya perlahan berubah. Eva mengandung anak kedua dan Didi yang harus pergi dinas keluar kota.

Aldo yang kini tinggal berdua bersama Eva dirumah menjadi kurang diperhatikan karena kesibukan Eva ditambah masa hamil tua anak keduanya. Rasa cemburu dan kesepian Aldo yang kurang diperhatikan menjadikan dendam tersendiri dari lubuk hati kepada si jabang Bayi (calon adik).

Film ini mengambil genre thriller dengan mengusung latar tempat pinggiran kota Jakarta dengan latar waktu pertengahan tahun 2000 dengan durasi kurang lebih 20 menit.

3.1.1 Spesifikasi Film a. Judul Film : Lamunan b. Jenis Film : Fiksi c. Genre Film : Thriller d. Sub Genre : Drama e. Target Penonton : 13 +

f. Gender : Pria 50% - Wanita 50%

g. Durasi : 20 Menit 3.2 Tahap Perencanaan

3.2.1 Tahap Pembuatan Film

Dalam pembuatan karya Tugas Akhir ini, penulis yang berperan sebagai sutradara menggunakan beberapa metode, yaitu:

1. Pra Produksi a. Ide

Dalam proses pembuatan karya Tugas Akhir yang pertama adalah ide, ide bisa datang dari mana saja dan kapan saja, ide sendiri bisa muncul dari imajinasi, referensi film, atau hal – hal yang pernah terjadi di buat sebuah ide sehingga menjadi sebuah cerita baru.

Sutradara beserta kelompok Tugas Akhir melakukan brainstorming untuk menentukan ide, ide yang di dapatkan kemudian di diskusikan untuk mendapatkan visi yang sama agar Tugas Akhir ini berjalan baik dan lancer.

b. Konsep

Konsep dapat dikatakan sebagai wadah dari sebuah film. Pembuatan konsep didasari dari ide dalam memproduksi film yang tidak mainstream. Dimana dilakukan dengan cara mengkombinasi beberapa konsep yang sudah ada, pada akhirnya menjadi konsep baru.

c. Riset

Pada tahap ini penulis melakukan riset, baik dari internet, buku, atau melakukan kuesioner secara acak guna menyesuaikan dengan ide cerita yang di angkat, penulis bertanya kepada teman – teman yang pernah memiliki teman khayalan sewaktu kecil agar selaras dengan ide cerita yang di ambil.

2. Produksi a. Shooting

Merealisasi skenario yang sudah dirancang dengan melakukan shooting.

Menjalani semua apa yang sudah dibuat

(8)

Vol. X, No. X, Th 20XX didesain produksi, memberikan arahan

kepada para pemain sesuai dengan skenario, Penulis juga mendampingi director of photography dalam setiap pengambilan gambar.

3. Pasca Produksi a. Editing

Setelah proses shooting selesai, sutradara mendampingi editor dalam tahap editing, semua gambar dijadikan sebuah rangkaian cerita sesuai dengan skenario dan konsep yang telah dibuat.

b. Mixing dan Scoring

Gambar yang sudah fine cut pada tahap editing kemudian masuk kedalam tahap editing suara dan mengisi musik dibeberapa adegan yang membutuhkan musik dengan arahan sutradara.

4. Pelaksanaan Proyek

4.1 Laporan Produksi Film Fiksi Lamunan

Pencipta Karya membuat sebuah film fiksi berdurasi pendek dengan judul

“Lamunan” pencipta karya mengambil jobdesk sebagai Sutradara. Sutradara memiliki peran penting dalam menginterprestasikan cerita diproduksi film, berikut laporan pekerjaan yang dilakukan pencipta karya selama proses pembuatan tugas akhir, mulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi.

4.1.1 Pra Produksi

Pra produksi dimulai sejak minggu pertama bulan September 2019, pencipta karya sebagai Sutradara berdiskusi tentang ide pokok “kasih sayang dan lingkungan

sekitar membuat seseorang bisa berubah”

kepada Script Writter dan Editor. Kemudian ide tersebut dirundingkan guna menyatukan visi dari masing-masing rekan untuk mencapai kesepakatan bahwa pencipta karya bersama rekan kelompok akan membangun film berdasarkan ide yang telah dirundingkan. Setelah itu Sutradara membuat konsep penceritaan agar lebih jelas dan terperinci. Dan setelah ide, tema, basic story, sinopsis, treatment, hingga skenario selalu terjadi sebuah diskusi panjang antara dan pencipta karya skenario dalam menyusun dramatik yang baik disebuah karya film fiksi berjudul “Lamunan”.

4.1.2 Produski

Pada tahapan ini sutradaralah yang mengontrol proses kreatif. Tanggung jawab terbesarnya yaitu mewujudkan sebuah cerita yang dapat dinikmati dalam bentuk audio visual. Mewujudkan segala kreatifitasnya yang telah dituangkan kedalam konsep penyutradaraan dan mengaplikasikanya kedalam bentuk karya film. Pencipta karya juga mendampingi director of photography dalam setiap pengambilan gambar sesuai dengan director shot yang telah dibuat.

4.1.3 Pasca Produksi

Pada pasca produksi pencipta karya mendampingi editor seperti melakukan preview pada tahapan editing yang dilakukan yaitu logging, rougch cut, fine cut, picture lock, color correction, color grading dan audio mixing, yang tentunya sesuai dengan urutan cerita dan sesuai dengan konsep yang telah di tentukan. Selain itu pencipta karya juga merundingkan pembuatan backsound yang akan digunakan pada beberapa adegan dengan melakukan scoring music bersama

(9)

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi

sound designer, hingga sampai pada final editing.

4.2 Evaluasi Produksi Film Fiksi LAMUNAN

4.2.1 Hambatan

Dalam proses produksi film pendek fiksi “LAMUNAN” yang telah dilalui, ada beberapa masalah yang pencipta karya hadapi, diantaranya adalah:

a) Hambatan dan solusi Pra Produksi Pada saat pra produksi pencipta karya bertugas sebagai sutradara mendampingi pencipta karya naskah dalam mengembangkan ide. Pada proses bimbingan penulisan naskah, cerita sempat berubah alur beberapakali seperti perubahan alur di akhir yang cukup memakan waktu yang lama untuk mendapatkan cerita yang maksimal.

Solusinya pencipta karya menyatukan waktu hunting lokasi dan casting pada saat cerita masih mengalami revisi.

Sutradara juga kesulitan dalam mendiskusikan konsep sinematografi kepada Director of photography karena memiliki kesibukan dalam bekerja, solusinya pencipta karya membuat konsep sinematografi terlebih dahulu lalu menjelaskan kepada DOP.

Disini juga sutradara kesulitan dalam menciptakan chemistry saat reading karena jadwal para pemain yang sulit bertemu di antaranya talent ibu dan ayah yang sibuk magang dan talent anak kecil yang juga masih bersekolah, lokasi merekapun cukup berjauhan yaitu Bogor dan Jakart. Solusinya sutradara memberikan referensi film dan karakter yang bisa dipelajari.

b) Hambatan Produksi

Kendala pertama yang dialami sutradars adalah pemeran anak yang bernama dion di awal pengambilan gambar dia cukup demam kamera dengan keadaan lokasi syuting yang menggunakan lampu lampu dan kamera, yang menyebabkan 1 hari syuting kami mengalami gagal. Solusinya, kami mengganti pemeran aldo dengan anak teater kandang kuda yang sudah biasa dengan syuting syuting film.

Kendala kedua saat produksi ada beberapa scene yang harus mengambil take lebih dari 7 kali karena masalah focus dan suara yang mengganggu, karena hal ini syuting kelebihan waktu hingga 2 jam.

Solusinya, saya mengatur ulang jadwal syuting agar pemain bisa burtukar istirahat dan membuat pemain tidak kelelahan

c) Hambatan Pasca Produksi

Kendala pertama yang di hadapi adalah over time dalam pengambilan gambar dimana saya kelebihan waktu hingga 5 menit, yang membuat saya harus membuang beberapa scene yang cukup membuang waktu. Solusinya, saya membuang scene scene yang tidak terlalu penting untuk mengurangi over time.

Setelah proses shooting, proses editing assembly, proses editing rought cut, dan proses fine cut selesai, dilanjutkan dengan proses color grading yang bertujuan memberikan dan menguatkan pesan. Peran DOP yaitu memberi arahan kepada penyunting gambar dan melakukan pengecekan. Kendala yang dialami adalah color grading yang memakan banyak waktu sehingga membuat pencipta karya bersama tim mengerjakan dalam tekanan waktu yang sempit sebelum pengumpulan hasil karya

(10)

Vol. X, No. X, Th 20XX tugas akhir. Solusinya, saya mendiskusikan

dengan editor untuk mengoptimalkan warna tetap sesuai dengan look and mood yang sudah ditentukan.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan karya yang telah pencipta karya buat, Seorang sutradara yang baik akan memastikan seluruh bagian film dibuat secara kreatif dan disajikan secara utuh. Dia menafsirkan skrip, melatih para pemain, bekerjasama dengan bagian art dan lain sebagainya. Posisi seorang sutradara dalam proses pembuatan film pada umumnya sangat kompleks. Ia dilihat sebagai pemimpin dengan kemampuannya memberi arahan. Jika dilihat dari sudut pandang ini, hasil kerja (film) ditentukan oleh skrip, kerja kamera, akting dan editing. Peran sutradara adalah pada pengorganisasiannya.

Dalam penyelesaian film “Lamunan”

dari awal sampai proses akhir, pencipta karya bersama partner ujian dan tim berusaha menggali dan mendalami esensi dari sebuah film fiksi berdurasi pendek dengan genre thriller. Metode yang pencipta karya gunakan dalam produksi film “Lamunan”

dimulai dari tahap pra produksi ialah pembuatan ide pokok cerita dan tema kemudian dilanjutkan dengan basic story, sinopsis, treatment hingga final draft script.

Kemudian tahap produksi dengan melakukan shooting dan tahap pasca produksi, pencipta karya menemukan hambatannya masing- masing diantaranya kurangnya waktu recce, pencarian lokasi, keterlambatan setting artistic saat shooting, dan proses editing.

Pencipta karya sebagai sutradara dalam film ini mendapatkan kesimpulan bahwa shot-shot pada (CU,ECU, & Montage) sangat diperlukan pada aktifitas para tokoh dan transisi waktu. Dengan shot-shot padat tersebut idealnya akan semakin membuat penonton memahami dialog serta ekspresi dari tokoh.

Dalam film “Lamunan” pencipta karya memberikan pesan kasih sayang orang tua sangat penting dalam masa tumbuh seorang anak, saat mereka tidak mempunyai teman bermain lagi mereka membuat teman khayalannya sendiri untuk teman bermainnya, sifat dendam juga akan muncul dari sang anak apabila kasih sayang yang tidak lagi mereka rasakan, pemicu lain adalah ruang lingkup mereka yang membuat pola piker mereka menjadi pemarah dan pedendam.

5.2 Saran

1. Dalam proses pembuatan karya Tugas Akhir menurut pencipta karya waktu yang disediakan masih kurang untuk mendapatkan karya yang ideal. Maka dalam penerapannya kadang pencipta karya dan tim harus mengakalinya agar pencipta karya mampu menyelesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan walau hasilnya pasti kurang maksimal.

2. Ada baiknya ketika ingin memproduksi film terlebih dahulu menyatukan pemikiran kita dengan semua divisi yang terlibat agar tidak ada miskomunikasi.

3. Sebelum mulai memproduksi film ada baikanya, semua yang terlibat harus memahami jobdesk, agar ketika saat

(11)

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi

produksi tidak ada tumpang tindih dalam mengerjakan tugasnya masing-masing.

Selalu utamakan doa menurut kepercayaan masing masing ketika produksi film, agar diberi kesalamatan dan kelancaran.

6. Referensi

Book

Alex, S. (2004). Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,.

Alex, S. (2006). Semiotika Komunikasi.

Dennis, F. (2008). Bekerja Sebagai Sutradara.

Effendy, & Uchyana, O. (2011). Ilmu Komunikasi: Teori dan Prakteknya.

Heru, E. (2014). Mari Membuat Film.

Javadalasta, P. (2011). Lima Hari Mahir Bikin Film.

Pratista, H. (2017). Memahami Film.

Trianton, T. (2013). Film Sebagai Media Belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan mengatur waktu merupakan elemen penting dalam diri individu karena individu yang mampu mengatur waktunya, akan menjadi individu yang lebih produktif dan tidak stress

pemecahan permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa. Metode pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam

BENER MERIAH ACEH 772 10111605 SMP NEGERI TERPADU SEUMAYOEN NUSANTARA KAB. BENER

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif terhadap objek orang, barang, dan

(5) Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang menduduki jabatan Bidan Pelaksana Pemula pangkat Pengatur Muda

Ukuran yang telah ditetapkan untuk purse seine bertali kerut dengan alat bantu penangkapan ikan (rumpon atau cahaya) dan ikan target tongkol atau cakalang memiliki panjang

Diana  Karitas  dan  Fransiska,  2017.  Panas  dan  Perpindahannya  Jakarta:  Penerbit  Pusat  Perbukuan  Balitbang  Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan 

pada gambar (a), kendaraan membelok ke arah kanan dari lajur luar (di USA, peraturan mengemudi menggunakan lajur kanan), memutar kearah kiri, berhenti dan menungu