VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL
A. Model Pemilihan Produk Prospektif
1. Input Model Pemilihan Produk Prospektif.
Model pemilihan produk prospektif ini digunakan untuk menentukan komoditi minyak atsiri prospektif di pasar ekspor dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) yang digunakan untuk menyaring alternatif dan untuk pembobotan kriteria bagi alternatif menggunakan software Expert Choice 2000. Alternatif merupakan pilihan-pilihan dari hasil akhir sedangkan kriteria merupakan hal yang menentukan seberapa utama alternatif yang ada.
Hasil kriteria dan alternatif didapatkan dari wawancara dan studi literatur. Kriteria dan alternatif inilah yang nantinya menentukan pemilihan produk prospektif. Wawancara yang dilakukan berasal dari survei empat orang pakar yang ahli di bidang minyak atsiri yaitu Aryanto (PT. Indesso Aroma) sebagai praktisi, Eddie K. Piyoto (PT. Kryogenia Utama) juga sebagai praktisi, Meika S. Rusli (Akademisi sekaligus praktisi), Yayan Sudaryana (Pihak Pemerintah).
Hasil wawancara dengan keempat pakar dan studi literatur berupa delapan kriteria/ faktor yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan produk prospektif yaitu :
a. Peluang Pasar
Peluang pasar menunjukkan prospek permintaan komoditi minyak atsiri di pasar luar negeri untuk prakiraan masa sekarang maupun jangka panjang dengan pegangan dari data masa lalu.
b. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Industrialisasi minyak atsiri membutuhkan sumber daya manusia
(SDM) yang memiliki kualifikasi kompetitif di era global. SDM
berpengaruh pada produk yang dihasilkan, dibutuhkan orang yang
memiliki pengetahuan lebih dalam minyak atsiri. Hal ini nantinya
dapat mempengaruhi dari segi kualitas maupun kuantitas. Di indonesia kendala SDM merupakan faktor serius yang mempengaruhi perkembangan usaha. SDM yang dibutuhkan yaitu yang berkemauan keras, jujur dan memiliki ketrampilan khusus serta menguasai teknologi.
c. Ketersediaan sumber daya alam
Menggambarkan ketersediaan bahan baku yang tersedia berpengaruh pada jumlah minyak atsiri yang dihasilkan. Ketersediaan sumber daya alam dipengaruhi oleh kondisi geografis maupun perlakuan ketika budidaya.
d. Peningkatan devisa
Kriteria ini menunjukkan besarnya pemasukan ke kas negara. Semakin besar volume ekspor negara kita maka semakin besar pula devisa negara kita. Diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para stakeholder dan pemerintah.
e. Penyerapan tenaga kerja
Kriteria ini menunjukkan jumlah tenaga kerja yang terserap oleh agroindustri minyak atsiri ini. Semakin besar suatu industri maka semakin besar pula pelibatan tenaga kerja bisa di bagian produksi, manajemen maupun distribusinya. Dengan majunya suatu industri dan peningkatan tenaga kerja berkorelasi positif terhadap perekonomian negara. Hal ini berlaku pada industri minyak atsiri dengan masih menggunakan teknologi saat ini.
f. Teknologi yang digunakan
Menggambarkan tingkat teknologi yang digunakan dalam
mengembangkan industri minyak atsiri. Hal ini perlu dipertimbangkan,
mengingat harus sesuai dengan standar yang berlaku. Teknologi juga
mempengaruhi kualitas minyak atsiri yang dihasilkan dan juga
nantinya bepengaruh pada harga komoditi. Sebagai contoh bila
produsen dan petani itu masih memakai teknologi sederhana, maka
minyak atsiri terkadang berbau gosong dan rendemennya kecil. Di
negara seperti Borbone, harga mesin pengolahan bisa mencapai Rp. 30
miliar per unit pabrik, sementara dengan teknologi sederhana investasinya tidak lebih dari Rp100 juta.
g. Distribusi Produk
Menggambarkan akses distribusi produk dari produsen hingga ke konsumen merupakan salah satu kriteria yang perlu dipertimbangkan.
Semakin lancar akses distribusi produk dan para customer merasa puas sehingga kerjasama jangka panjang diharapkan meningkat seiring dengan tingkat permintaan.
h. Kebijakan Pemerintah
Menggambarkan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang mendukung pengembangan dan pemasaran komoditas minyak atsiri.
Dari kriteria-kriteria di atas ini akan diberikan penilaian oleh para pakar dari skala 1 sampai 5. penilaian yang dilakukan dengan membobot kriteria/ faktor yang diajukan, kemudian membobot alternatif berdasarkan kriterianya menggunakan expert choice 2000.
Gambar 21. Pembobotan kriteria pada Expert Choice 2000
Selain kriteria, wawancara dengan para pakar juga menghasilkan alternatif komoditi minyak atsiri yang prospektif di pasar ekspor yaitu minyak nilam, minyak akar wangi, minyak serai wangi, minyak pala, minyak jahe, minyak cengkeh, minyak kayu manis, minyak cendana. Hasil analisa penyaringan ditampilkan kepada user (pengguna) berupa komoditi minyak atsiri prospektif pada pasar ekspor.
2. Output Penyaringan Alternatif Proses Pemilihan Produk Prospektif.
Hasil keluaran atau output dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) menghasilkan pembobotan alternatif yang
nantinya mempengaruhi output keluaran produk prospektif yang menggunakan MPE (Metode Perbandingan Eksponensial).
Hasil perhitungan dengan menggunakan MPE diperoleh hasil sebagai berikut. Menurut hasil pembobotan kriteria dari pakar :
Tabel 8. Pembobotan Kriteria Pada Produk Prospektif.
Bobot prioritas Goal
Goal: pemilihan produk
1 Peluang Pasar 0,377
5 Ketersediaan SDA 0,185
6 Teknologi yang Digunakan 0,116
4 Penyerapan tenaga kerja 0,088
2 kualifikasi SDM 0,086
3 Peningkatan devisa 0,059
8 Kebijakan Pemerintah 0,047
7 Distribusi Produk 0,042
Rasio inkonsistensi= 0.02
Faktor penting yang berperan dalam pemilihan produk prospektif
yang pertama adalah peluang pasar dengan nilai 0,377, disusul oleh
ketersediaan SDA 0,185 dan di urutan ketiga adalah teknologi yang
digunakan dengan point 0,116. Bisa dikatakan semakin tinggi peluang pasar
suatu produk semakin prospektif pula produk tersebut. Peluang pasar bisa
bisa jugadiidentikkan dengan seberapa banyak permintaaan ekspor minyak
atsiri tersebut dari negara lain.
Pada program dapat dilihat hasil alternatif:
Gambar 22. Hasil Alternatif Produk prospektif
Peringkat pertama yaitu minyak nilam, yang kedua adalah minyak cengkeh yang ketiga adalah minyak akar wangi. Setelah diverifikasi dengan menggunakan metode MPE secara manual diperoleh hasil:
Tabel 9. Hasil Akhir Produk Prospektif
Alternatif Bobot Konversi bobot
Minyak Nilam
Minyak Akar Wangi
Minyak Serai Wangi
Minyak Pala
Minyak Jahe
Minyak Cengkeh
Minyak Kayu Manis
Minyak Cendana
Peluang Pasar 0,377 5 5 4 4 3 3 5 3 3 Ketersediaan
SDA 0,185 4 4 3 3 3 3 3 3 3
Teknologi yang
Digunakan 0,116 4 4 3 3 3 3 3 3 3 Penyerapan
tenaga kerja 0,088 3 4 3 3 3 3 3 2 3 Kualifikasi
SDM 0,086 3 5 4 3 3 3 5 3 2
Peningkatan
devisa 0,059 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Kebijakan
Pemerintah 0,047 3 4 4 3 3 3 3 3 3 Distribusi
Produk 0,042 3 4 4 3 4 4 3 3 3
Hasil MPE 3981 1432 1321 577 577 3520 521 521
Hasil verifikasi pengolahan memiliki hasil yang sama yaitu tiga produk prospektif teratas yaitu Minyak Nilam dengan nilai 3981. Minyak nilam terbukti yang paling potensial, dari segi peluang pasar minyak nilam dari Indonesia menguasai pasar dunia sebesar 90% dan kualitas yang paling bagus juga ada di Indonesia dengan jenis nilam aceh atau disebut juga Pogostemon cablin Benth. Sampai saat ini belum ada senyawa sintetis yang bisa menggantikan nilam sebagai zat fiksatif kuat pada parfum.
Tabel 10. Rata-rata pasar ekspor minyak atsiri
Jenis Minyak Atsiri Volume (Kg) Persentase
Minyak bergamot 29.678,00 1.094,00
Minyak jeruk 398,86 0,02
Minyak Lemon 829,00 0,03
Minyak lainnya 6.153,29 0,23
Minyak geranium 63,33 0,02
Minyak melati 2,00 -
Minyak lavender 335,00 0,01
Minyak peppermint 6.436,50 0,24
Minyak akar wangi 167.859,00 6.188,00
Minyak sereh wangi 202.516,38 7.466,00
Minyak nilam 1.157.117,63 42.659,00
Minyak pala 225.504,00 8.314,00
Minyak kayu manis 233,00 0,01
Minyak Jahe 2.905,00 0,11
Minyak cardamoms 107,60 0,00
Minyak Palmarosa 94,17 0,00
Minyak atsiri lainnya 912.237,86 33.631,00
Total 2.712.470,62 100,000
Biro Pusat Statistik, 2000
Besarnya prosentase ekspor minyak nilam pada tahun 2000 bisa mencapai empat kali lipatnya dibanding yang lain dan terbukti bahwa angka permintaan pasar nilam cukup tinggi.
Kendati kontribusi ekspor minyak nilam relatif kecil terhadap devisa
total Indonesia, namun perkembangan volume dan nilai ekspor komoditi ini
meningkat cukup tajam setiap tahunnya. Bahkan akhir-akhir ini harga jual
ekspor nilam di pasaran dunia mencapai US $ 600 per kg yang awalnya US
1.000 per kg. Prospek ekspor komoditi ini pada masa yang akan datang juga
masih cukup besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap
parfum/kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya barang subsitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum/kosmetika. Prospek ekspor yang cukup besar ini seharusnya mampu diiringi oleh pengembangan budidaya dan industri minyak nilam di dalam negeri. Usaha pengembangan ini akan lebih berdaya guna bila usaha kecil yang selama ini di kelola secara tradisional bermitra dengan usaha besar yang pada umumnya lebih mengusai pasar ekspor dan telah memiliki kemampuan teknologi budidaya dan industri minyak nilam.
Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia sudah sangat di percaya oleh para konsumen di luar negeri. Hal itu terlihat bahwa porsi minyak nilam Indonesia dipasaran dunia mencapai 89-90% dari pasaran minyak nilam dunia. Disamping itu keunggulan minyak nilam Indonesia di pasaran di tandai dengan tingginya apresiasi harga minyak nilam dari negara lain seperti RRC. Harga minyak nilam Indonesia di pasaran luar negeri berkisar antara US$ 18,75 - 20,00 per Kg CF (Agustus 1988) dibandingkan dengan yang berkisar antara US$ 17,00/Kg CF dan pada bulan Februari 1989 selisih harga itu semakin tinggi yaitu minyak nilam Indonesia terjual US$ 18,50 - 18, 75 Kg/CF sedangkan harga jual nilam ex RRC jauh dibawah yaitu US$ 15 - 16,00 per kg CF. Berdasarkan informasi tahun tahun terakhir ini RRC tidak melakukan ekspor lagi karena kebutuhan minyak nilam dalam negeri mangalami peningkatan seiring dengan perkembangan industri parfum dan kosmetik dalam negerinya sehingga porsi ekspor minyak nilam Indonesia dapat mencapai lebih 90% dari perdagangan luar negeri minyak nilam dunia. Hal ini berarti space market minyak nilam Indonesia makin membesar karena makin kecilnya peranan dari kompetitor (www.bi.go.id).
Untuk ketersediaan sumber daya alam (SDA) tanaman nilam
termasuk mudah tumbuh di Indonesia, jadi para petani di daerah jawa dan
sekitarnya pun bisa membudidayakan nilam aceh ini. Dari segi teknologi
masih perlu dikembangkan sama seperti teknologi minyak atsiri yang lain
tetapi karena varietas yang Indonesia punya tergolong unggul maka kualitas
yang dihasilkan bagus. Karena Indonesia sudah terkenal akan unggulnya
atsiri nilam ini hendaknya terus menjaga nama baik di perdagangan ekspor dengan tidak melakukan penipuan yang dapat mencemarkan nama baik Indonesia di mata dunia.
Kemudian untuk produk prospektif lainnya diikuti oleh minyak Cengkeh dengan nilai 3.520, Minyak Akar Wangi dengan nilai 1.432. Hasil antara program dengan kalkulasi manual menunjukkan hasil yang sama.
Data dari Himpunan Industri Kecil Agro dan Manufaktur mengungkapkan permintaan minyak akar wangi ke Indonesia melalui beberapa trader atau eksportir bisa mencapai 300 ton per tahun atau senilai Rp.120 miliar. Sampai saat ini, pasar luar negeri menyerap produk minyak akar wangi dan cengkeh adalah para pengusaha dari kawasan Asia, Eropa dan Amerika khususnya Negara-negara seperti India, Jepang, Inggris, Belanda dan Amerika Serikat.
Peluang ekspor untuk minyak atsiri masih cukup terbuka khususnya untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika Selatan.
B. Model Pemilihan Pasar Potensial
Model pemilihan pasar potensial digunakan untuk menentukan area pasar potensial dari minyak atsiri. Model ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penyusunan hierarki penentuan strategi dan
penentuan alternatif area pasar potensial melalui beberapa tahapan yaitu studi literatur dan wawancara atau konsultasi dengan pakar terkait. Tujuan dari penyusunan hirarki ini adalah memberikan informasi kepada pengguna mengenai alur proses yang akan ditempuh dalam menentukan tujuan dari suatu masalah.
Hirarki yang disusun terdiri dari lima level yaitu level pertama yaitu
menentukan goal yaitu menentukan pasar ekspor potensial, level kedua adalah
faktor atau kriteria yang berperan yaitu pertumbuhan permintaan, kebijakan
pemerintah, volume ekspor dan tingkat persaingan. Level ketiga adalah aktor-
aktor yang berperan yaitu pemerintah, eksportir, buyer, industri intermediate
minyak atsiri. Level keempat adalah tujuan seperti pemasukan devisa, peluang
pasar yang besar dan kerjasama di bidang minyak atsiri. Level kelima adalah
alternatif pasar potensial yaitu Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Asia Pasifik.Gambar hirarki terdapat di bawah ini:
Gambar 23. Hirarki Analisa Proses Pemilihan Pasar Potensial Minyak Atsiri
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisa hirarki proses ini berupa urutan prioritas dari tiap elemen di tiap level. Data tiap level diinput terlebih dahulu sehingga didapat nilai total masing-masing elemen yang terdapat dalam masing-masing hirarki.
Pertumbuhan Permintaan
Penentuan Pasar Potensial Komoditi Minyak Atsiri
Volume
Ekspor Tingkat
Persaingan
Kebijakan pemerintah
Buyer
Eksportir Industri
Intermediate Minyak Atsiri Pemerintah
Peluang Pasar
Pemasukan Devisa
Tingkat Kerjasama di bidang Minyak Atsiri
Eropa Amerika Timur Tengah Asia Pasifik
Hasil keluaran yang sudah merupakan output gabungan dari para pakar dari level pertama dengan rasio inkonsistensi 0,05 dengan nilai di bawah ini.
Tabel 11. Output level pertama dari AHP Pasar Potensial
Terhadap SasaranPertumbuhan Permintaan 0,17 Kebijakan Pemerintah 0,044
Volume Ekspor 0,571
Bobot Faktor
Tingkat Persaingan 0,215
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh yaitu volume ekspor sebagai prioritas utama. Semakin besar volume ekspor maka semakin besar peluang bisnis yang terciptakan. Faktor kedua yang menempati prioritas kedua yaitu tingkat persaingan. Tingkat persaingan tidak hanya terjadi antara eksportir dalam negeri tapi juga antara eksportir negara kita dengan negara lain.
Biasanya semakin banyak peluang yang ada eksportir yang bermunculan semakin banyak. Untuk memenangkan persaingan diperlukan nilai tambah. Setiap eksportir/ pengusaha harus memiliki nilai tambah tersendiri. Dalam menjalin hubungan ke customer luar pun kita harus mengutamakan etika dalam berbisnis. Berdasarkan kepercayaan dari pihak customer, bisnis yang tercipta diprediksikan akan bersifat jangka panjang.
Faktor berikutnya yang berpengaruh yaitu pertumbuhan permintaan.
Kenaikan pertumbuhan permintaan di suatu negara mengindikasikan market yang membesar yang berkorelasi positif dengan besarnya kesempatan. Selain itu juga diperlukan dukungan dari pemerintah melalui kebijakan- kebijakannya.
Elemen berikutnya yaitu elemen aktor yang dipengaruhi oleh empat
faktor. Aktor-aktor yang berpengaruh adalah pemerintah, eksportir, buyer dan
industri intermediate minyak atsiri.
Tabel 12. Output level kedua dari AHP Pasar Potensial
Pada elemen aktor, yang paling mempengaruhi suatu area sebagai pasar potensial yaitu buyer/ importir yang berarti pertumbuhan permintaan tergantung dari permintaan buyer setiap tahunnya. Dan hal ini tergantung dari trend permintaan minyak atsiri di setiap negara dan umumnya setiap negara memiliki trend yang berbeda. Kemudian di posisi selanjutnya diikuti oleh industri intermediate minyak atsiri, eksportir dan pemerintah.
Industri intermediate minyak atsiri dan eksportir memiliki peranan yang besar dalam volume ekspor dalam negeri, dalam hal kualitas dan distribusi. Yang dimaksud dengan industri intermediate minyak atsiri yaitu industri kecil yang mengolah langsung dari para petani penanam tanaman atsiri. Dan para industri ini dalam mengolah produknya juga perlu melihat peluang pasar. Untuk hal ini maka dari pihak pemerintah dalam memberikan informasi maupun kesadaran para pengusaha di masing-masing industri perlu untuk melihat trend pasar.
Dari produk minyak atsiri yang terjaga kualitasnya dari tahun ke tahun dan bisa menjaga reputasi sehingga dipercaya pasar dari sinilah permintaan akan ekspor ke pelanggan di negara lain kemungkinan besar juga akan bertambah. Para penyuling pada industri intermediate minyak atsiri perlu tahu akan pengetahuan akan kualitas dan keterampilan dalam mengolah atsiri karena industri intermediate adalah awal rantai dimana bisnis ini dimulai.
Terhadap faktor pertumbuhan
Terhadap faktor kebijakan pemerintah
Terhadap faktor volume ekspor
Terhadap faktor tingkat persaingan Hasil
Pembobotan level satu
0,17
0,044
0,571 0,215 Hasil pembobotan level dua
Pemerintah 0,0120 0,025 0,039 0,017 0,093
Eksportir 0,03366 0,0099 0,157025 0,07805 0,279 Buyer 0,09214 0,002904 0,195282 0,051385 0,342
Bobot Aktor
Investor 0,03281 0,006116 0,179294 0,067725 0,286
Maka dari itu hasil combine AHP para pakar menunjukkan industri intermediate memiliki posisi kedua yang penting.
Posisi terakhir ditempati oleh pemerintah dimana peranan pemerintah tidak kalah penting dibanding yang lain. Pemerintah memang mendukung para eksportir dalam negeri dalam memperluas bisnisnya di negara-negara lain. Hal ini dilakukan dengan langkah nyata dengan melakukan pameran-pameran di luar negeri. Hal ini tentu saja berkorelasi positif dengan pemasukan devisa.
Semakin besar nilai jual yang kita ekspor maka semakin besar pula devisa bagi negara kita. Dalam membuat kebijakan pemerintah peran aktor lain juga diperlukan dalam memberikan saran. Tiap aktor memiliki peranan dan tujuannya masing-masing, para eksportir minyak atsiri mencari tujuan pasar dengan peluang pasar yang besar. Untuk mencapai semua tujuan diperlukan kerjasama dari semua aktor.
Tabel 13. Output level ketiga dari AHP Pasar Potensial
Tujuan peran buyer kurang lebih sama dengan eksportir mencari dan memprediksikan produk minyak atsiri yang memiliki peluang pasar yang besar karena para buyer ini juga nantinya akan menjual ke end of customer maupun industri lainnya.
Dalam menciptakan peluang pasar yang besar, salah satu cara dengan menjalin kerjasama antara negara satu dengan negara yang lain, antara
Terhadap aktor pemerintah
Terhadap aktor eksportir
Terhadap aktor Buyer
Terhadap aktor industri minyak atsiri
Hasil pembobotan level dua 0,093 0,279 0,342 0,286 Hasil pembobotan level tiga Pemasukan
Devisa 0,0505 0,0293 0,04514 0,02974 0,155
Peluang Pasar 0,025668 0,177723 0,255474 0,128986 0,588
Bobot Tujuan
Kerjasama di bidang minyak
atsiri 0,016833 0,071982 0,041382 0,12727 0,257
perusahaan satu dengan yang lain. Dengan hasil win-win-win solution sebagai contoh Perusahaan Swiss Firmenich yang ingin mengajak kerjasama dengan salah satu pengusaha yang dapat menyediakan vanili secara berkala di suatu negara timbal baliknya pengembangan dan kesejahteraan ke pihak para penyuling akan dibantu oleh Firmenich.
Dapat diambil kesimpulan tujuan utama dalam mengekspor minyak atsiri yaitu untuk mencari peluang pasar yang besar sehingga keuntungan yang didapatkan juga besar.
Tabel 14. Output level keempat dari AHP Pasar Potensial
Wilayah Bobot PeringkatAmerika 0,389 1
Eropa 0,326 2
Timur Tengah 0,078 4
Asia Pasifik 0,208 3
Kriteria-kriteria di atas ditentukan untuk menentukan alternatif area pasar potensial. Alternatif-alternatif tersebut adalah Eropa, Amerika, Asia Pasifik dan Timur Tengah.
Hasil dari AHP menunjukkan Amerika memiliki prioritas utama
dalam pasar prospektif. Eropa yang memiliki porsi kedua terbesar. Hal ini
menunjukkan baik amerika maupun eropa memang pasar yang bagus dalam
sasaran ekspor minyak atsiri. Asia Pasifik pun perkembangan permintaannya
terus meningkat hal ini bisa dikarenakan asia pasifik terdiri dari negara-
negara berkembang yang industrinya semakin lama juga semakin
berkembang. Sedangkan dalam mengekspor ke timur tengah pada prakteknya,
para eksportir mengalami kesulitan dalam penyediaan dukumen ekspor ke
negara-negara tersebut.
Secara keseluruhan hasil model di atas dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 24. Hirarki Analytical Hierarchy Process beserta pembobotannya.
Pertumbuhan Permintaan
0,17
Penentuan Pasar Potensial Komoditi Minyak Atsiri
Volume Ekspor 0,044
Tingkat Persaingan
0,571
Kebijakan pemerintah
0,215
Buyer 0,342
Eksportir 0,279
Industri Intermediate Minyak Atsiri
0,286 Pemerintah
0,093
Peluang Pasar
0,588 Pemasukan Devisa 0,155
Tingkat Kerjasama di bidang Minyak Atsiri
0,257
Eropa 0,326
Amerika 0,389
Timur Tengah 0,078
Asia Pasifik 0,208
Hal tersebut didukung dengan data
Tabel 15. Tabel Negara Pengimpor Minyak Nilam
Negara pengimpor minyak nilam Indonesia Negara
Pengimpor Volume (Kg) Nilai (US$ FOB) Amerika Serikat
171.000
2.928.311 Perancis
166.393
2.965.612 Belanda 72.000
1.232.462
Swiss 53.000
870.709 Jerman 49.250
845.161 Singapura 46.600
720.120 Inggris 42.200
764.792 Jepang 29.673
572.286
India 23.915
375.606 Spanyol 18.110
201.413 Hongkong 7.100
124.901 Malaysia 3.800
37.325 Italia 1.000
16.550 Argentina 300 6.124