• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS LOYALTY PT. KERETA API INDONESIA KELAS EKONOMI MENURUT PENILAIAN PELANGGAN DAERAH OPERASI 8 SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS LOYALTY PT. KERETA API INDONESIA KELAS EKONOMI MENURUT PENILAIAN PELANGGAN DAERAH OPERASI 8 SURABAYA."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS LOYALTY PT. KERETA API INDOESIA KELAS EKONOMI

MENURUT PENILAIAN PELANGGAN DAERAH OPERASI 8

SURABAYA

SKRIPSI

                             

Oleh:

Khiki Zakariya

0812010061 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ANALISIS LOYALTY PT. KERETA API INDOESIA KELAS EKONOMI

MENURUT PENILAIAN PELANGGAN DAERAH OPERASI 8

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

                         

Oleh:

Khiki Zakariya

0812010061 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

(3)

KATA PENGANTAR

 

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam tetap

tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

” ANALISIS LOYALTY PT.

KERETA API INDONESIA KELAS EKONOMI MENURUT PENILAIAN

PELANGGAN DAERAH OPERASI 8 SURABAYA ”

Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala

ketulusan hati penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa

(4)

4.

Ibu Dra. Ec. Malicha, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5.

Segenap Staff Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan

banyak pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6.

Bapak Teguh Triyono selaku Ass. Man. Sarpen, Bapak Surya selaku staff

Sarpen, Bapak Harijanto Widodo selaku Ass. Man. SDM dan seluruh staff,

karyawan PT. KAI Daerah Operasi 8 Surabaya yang banyak memberikan

bantuan kepada penulis selama masa penelitian.

7.

Mbak nurul selaku pengolah data, yang banyak memberikan bantuan dan

masukan kepada penulis selama proses pembuatan skripsi.

8.

Abah-ku H. Mat Ghofir, Ibunda Hj. Muawanah, My sist Dahrotun Nihayati,

juga My Wild Little Brother kesayanganku Muhammad Johan, dan seluruh

keluarga besar yang telah memberikan motivasi, dukungan, doa serta

curahan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis.

9.

Special my girl Wyna Adisty, yang selalu menemani kemanapun saya pergi

baik suka maupun duka selama proses penelitian.

10.

Saudara-saudara kontrakan, Ngrowos kakak tertua, ca’ri kakak pertama, dito

kakak kedua, gepenk kakak ketiga, taji kakak dari semua kakak, bima kakak

pendamping, lanet kapten team, yang selalu menghibur dikala kesusahan saat

(5)

11.

Terima kasih kepada seluruh teman-teman Jurusan Manajemen Angkatan

2008 yang telah memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini,

imam dan opha sebagai teman seperjuangan, dan masih banyak lagi yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua

pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surabaya. Mei 2012

(6)

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR ISI

... iv

DAFTAR TABEL

... viii

DAFTAR GAMBAR

...

x

DAFTAR LAMPIRAN

...

xi

ABSTRAKSI

... xii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang ...

1

1.2.

Perumusan Masalah ...

12

1.3.

Tujuan Penelitian ...

12

1.4.

Manfaat Penelitian ...

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Terdahulu ...

13

2.2.

Landasan Teori ...

16

2.2.1.

Definisi Pemasaran ...

17

2.2.2.

Manajemen Pemasaran ...

18

2.2.3.

Definisi Jasa ...

19

2.2.3.1.

Service Quality ...

22

2.2.3.2.

Dimensi Servqual ...

25

2.2.4.

Perceive Value ...

27

(7)

2.2.6.

Trust

...

31

2.2.7.

Loyalty ... 32

2.3.

Keterkaitan Antar Konsep...

35

2.3.1.

Pengaruh Service Quality terhadap Satisfaction ... 35

2.3.2.

Pengaruh Perceive Value terhadap Satisfaction ...

36

2.3.3.

Pengaruh Satisfaction terhadap Loyalty...

37

2.3.4.

Pengaruh Trust sebagai Variabel Intervening ...

39

2.4.

Kerangka Konseptual ...

40

2.5.

Hipotesis Penelitian...

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Definisi Operasional variabel dan Pengukuran Variabel ...

41

3.1.1.

Definisi Operasional Variabel ...

41

3.1.2.

Pengukuran Variabel ...

45

3.2.

Teknik Penentuan Sampel ...

46

3.2.1.

Populasi ...

46

3.2.2.

Sampel ...

46

3.3.

Teknik Pengumpulan Data ...

47

3.3.1.

Jenis Data ...

47

3.3.2.

Sumber Data ...

47

3.3.3.

Teknik Pengumpulan Data ...

47

3.4.

Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...

48

3.4.1.

Teknik Analisis ...

48

(8)

3.4.3.

Uji Normalitas dan Linearitas ...

50

3.4.4.

Outliers ...

50

3.4.5.

Deteksi Multicolinearity dan Singularity ...

52

3.4.6.

Uji Validitas dan Reliabilitas ...

52

3.4.7.

Pengujian Model dengan One Step Approach ...

53

3.4.8.

Pengujian Model dengan Two - Step App Roach ...

54

3.4.9.

Evaluasi Model ...

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Sejarah Singkat PT. Kereta Api Indonesia ...

58

4.1.1.

Visi dan Misi PT. Kereta Api Indonesia ...

61

4.1.2.

Tujuan PT. Kereta Api Indonesia ...

61

4.1.3.

Budaya PT. Kereta Api Indonesia ...

62

4.2.

Deskripsi Hasil Penelitian ...

64

4.2.1.

Gambaran Umum Keadaan Responden ...

64

4.2.2.

Deskripsi Tangible ...

67

4.2.3.

Deskripsi Responsiveness ...

68

4.2.4.

Deskripsi Reliability ...

69

4.2.5.

Deskripsi Empathy ...

69

4.2.6.

Deskripsi Assurance ...

70

4.2.7.

Deskripsi Perceive Value ...

71

4.2.8.

Deskripsi Satisfaction ...

72

4.2.9.

Deskripsi Loyalty ...

73

(9)

4.3.

Analisis Data ...

75

4.3.1.

Evaluasi Reliabilitas ...

75

4.3.2.

Evaluasi Outlier Multivariate ...

77

4.3.3.

Evaluasi Normalitas ...

79

4.3.4.

Evaluasi Validitas ...

81

4.3.5.

Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted…. ...

82

4.3.6.

Analisis Model One-Step Approach to SEM ...

83

4.3.7.

Uji Multicolearity dan Singularity ...

87

4.4.

Uji Unidimensionalitas ...

87

4.4.1.

Analisis Unidimensi First Order ...

87

4.4.2.

Analisis Unidimensi Second Order ...

89

4.5.

Uji Kausalitas ...

90

4.6.

Pembahasan Hasil Penelitian ...

92

4.6.1.

Pengaruh Service Quality terhadap Satisfaction ...

92

4.6.2.

Pengaruh Perceive Value terhadap Satisfaction...

93

4.6.3.

Pengaruh Satisfaction terhadap Loyalty ...

94

4.6.4.

Pengaruh Trust sebagai Variabel Intervening ...

95

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan ...

97

5.2.

Saran

...

98

(10)

DAFTAR TABEL

 

Tabel 1.1 Data Penumpang KTB Eko/LokDaop 8 Surabaya Tahun 2010-2012

7

Tabel 1.2 Data Penumpang KA Eko/Lok Daop 8 Surabaya Tahun 2010-2012

7

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...

64

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...

65

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ...

66

Tabel 4.4 Hasil Jawaban Responden Variabel Tangible...

67

Tabel 4.5 Hasil Jawaban Responden Variabel Responsiveness ...

68

Tabel 4.6 Hasil Jawaban Responden Variabel Reliability ...

69

Tabel 4.7 Hasil Jawaban Responden Variabel Empathy ...

70

Tabel 4.8 Hasil Jawaban Responden Variabel Assurance ...

71

Tabel 4.9 Hasil Jawaban Responden Variabel Perceive Value ...

72

Tabel 4.10 Hasil Jawaban Responden Variabel Satisfaction ...

72

Tabel 4.11 Hasil Jawaban Responden Variabel Loyalty ...

73

Tabel 4.12 Hasil Jawaban Responden Variabel Trust ...

74

Tabel 4.13 Hasil Evaluasi Reliabilitas Data ...

76

Tabel 4.14 Hasil Outlier Multivariate ...

78

Tabel 4.15 Normalitas Data ...

80

Tabel 4.16 Hasil Uji Validitas Data ...

81

Tabel 4.17 Construct Reliability Dan Variance Extracted ...

83

(11)

Tabel 4.19 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One- Step Approach

– Modifikasi ...

86

Tabel 4.20 Unidimensi First Order ...

88

Tabel 4.21 Hasil Uji Unidimensi Second Order ...

89

Tabel 4.22 Hasil Uji Kausalitas ...

90

Tabel 4.23 Direct Effect Antar Variabel Laten ...

91

Tabel 4.24 Indirect Effect Antar Variabel Laten ...

91

(12)

DAFTAR GAMBAR

 

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ...

40

Gambar 3.1 Model Pengukuran Dimensi Tangibel ...

49

Gambar 4.1 Model Pengukuran Dan Structural (Base Model) ...

84

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

 

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Tabulasi Jawaban Responden Terhadap Service Quality, Perceive

Value, Satisfaction, Trust, dan Loyalty

(14)

ANALISIS LOYALTY PT. KERETA API INDONESIA KELAS EKONOMI

MENURUT PENILAIAN PELANGGAN DAERAH OPERASI 8

SURABAYA

Oleh :

Khiki Zakariya

ABSTRAKSI

Seiring dengan perkembangan pengetahuan, pendapatan, diversifikasi

pekerjaan dan tempat kerja masyarakat, maka tuntutan masyarakat terhadap aneka

ragam jasa juga meningkat. Untuk mereka yang bertempat tinggal di kota-kota

besar, kebutuhan akan jasa semakin meningkat, seperti kebutuhan akan sarana

angkutan, fast food café, dan sarana tempat hiburan akhir pekan. Adanya

kecenderungan ini maka masyarakat akan lebih menuntut pelayanan yang lebih

baik dan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga mereka lebih teliti dan kritis

dalam memilih segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhannya. Sebagian besar sektor publik menyadari pentingnya kepuasan

konsumen dan mempunyai batasan anggaran (budget constraints) untuk pelayanan

konsumen. Meskipun terdapat kendala, pemimpin dalam organisasi sektor publik

harus secara terus-menerus meningkatkan kualitas pelayanan. Hal ini juga

dilakukan oleh PT. Kereta Api (Persero) sebagai salah satu perusahaan milik

negara yang bergerak dalam bisnis jasa angkutan darat. Kereta Api merupakan

alternatif bagi problematika angkutan jalan raya. Faktor obyektifnya adalah

sejumlah keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh kereta api, seperti efesien

penggunaan lahan, dll. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

variabel-variabel yang mempengaruhi loyalty pelanggan pada PT. Kereta Api Indonesia

Daerah Operasi 8 Surabaya.

Skala pengukuran untuk indikator-indikator dari setiap variabel yang

digunakan adalah skala likert dengan skal interval 1 sampai 5. Pengambilan

sampel didasari oleh SEM bahwa besarnya sampel yaitu 5 – 10 parameter yang

diestimasi. Pada penelitian ini terdapat 19 indikator, sehingga jumlah sampel yang

ditetapkan adalah 114 responden melalui penyebaran kuesioner kepada pelanggan

yang pernah memiliki minimal dua kali KTB dan berumur 17 tahun ke atas.

Dalam penelitian ini menggunakan probability sampling dengan teknik simple

random sampling. Artinya teknik penarikan sampel dengan menggunakan syarat

tertentu.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif

service

quality

terhadap

satisfaction

, terdapat pengaruh positif

tidak signifikan

perceive

value

terhadap

satisfaction

, terdapat pengaruh positif

satisfaction

terhadap

loyalty

dan terdapat pengaruh negatif

satisfaction

terhadap

loyalty

melalui

trust

.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi tertua di dunia

(Wikipedia, 2008), memiliki berbagai keunggulan komparatif dan

(16)

berfungsi di seluruh daratan China yang dilalui oleh lebih dari 15000 lokomotif.

Kereta api di Indonesia, merupakan sarana transportasi umum yang cukup tua, didirikan tahun 1864 oleh pemerintah Belanda, NV Nederlandsch Indische Spoorweg Mastshappij (NIS), yang merupakan cikal bakal dari perkembangan industry perkeretapian di Indonesia saat ini (http://www.suaramerdeka.com/harian/0403/29/kot2.htm), sehingga kereta api sudah sangat akrab dengan kehidupan masyarakat dari berbagai lapisan manapun karena memiliki keunggulan. Pada masa kedudukan pemerintah Jepang, seluruh jaringan kereta api milik pemerintah Belanda (swasta dan pemerintah) dikuasai oleh Jepang dengan nama ”Rikuyu Kyoku” dan berubah menjadi ”Tedsudo Kyoku” yang berkantor pusat di Bandung. Sedangkan perkeretaapian di Sumatra disebut dengan ”Tedsudo Tai” yang berkantor di Bukit Tinggi. Pengusahaan perkeretaapian pada masa ini dikelola oleh SS (Staats Spoorwegwn). Panjang jaringan jalan kereta api sevara keseluruhan pada saat itu yaitu sepanjang 7372 km, yaitu jaringan kereta api milik SS dan milik berbagai perusahaan swasta lainnya. Sejak dibangunnya perkeretaapian di Indonesia sampai pada tahun 1939 merupakan zaman keemasan. Tetapi memasuki tahun 1942, kondisinya tidak sebaik dibanding dengan sebelumnya.

(17)
(18)

Yayasan Bhakti Ganesha, (2007), menyimpulkan bahwa peran kereta api di Indonesia ternyata masih sangat marginal. Dari sisi pangsa pasar angkutan, kereta api untuk angkutan penumpang hanya sebesar 7.3% dan angkutan barang lebih kurang 0.6%. Namun demikian khususnya untuk penumpang kelas ekonomi, masih sering mengalami overloaded, terlebih ketika menjelang hari raya Idul Fitri. Akibatnya, tingkat keselamatan kereta api kurang terjamin dan penumpang tidak merasakan kenyamanan ketika menggunakan jasa kereta api. Pelanggan sudah merasa puas bila bisa naik kereta api dengan biaya yang murah, meskipun tanpa menikmati perjalanan tersebut.

Seiring dengan perkembangan pengetahuan, pendapatan, diversifikasi pekerjaan dan tempat kerja masyarakat, maka tuntutan masyarakat terhadap aneka ragam jasa juga meningkat. Untuk mereka yang bertempat tinggal di kota-kota besar, kebutuhan akan jasa semakin meningkat, seperti kebutuhan akan sarana angkutan, fast food café, dan sarana tempat hiburan akhir pekan. Hal ini sejalan dengan dalil ekonomi, bahwa trend kebutuhan terhadap ragam dan mutu jasa adalah searah dengan perkembangan kualitas hidup dan pendapatan masyarakat (Murdifin, 2001, 8).

(19)

menyadari pentingnya kepuasan konsumen dan mempunyai batasan anggaran (budget constraints) untuk pelayanan konsumen. Meskipun terdapat kendala, pemimpin dalam organisasi sektor publik harus secara terus-menerus meningkatkan kualitas pelayanan (R. L. Snipes, et al., 1996, 1).

(20)

Pelayanan merupakan hal yang paling utama yang harus mendapatkan perhatian serius, karena dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Pada saat ini banyak bermunculan perusahaan yang sejenis perlu diperhitungkan dalam hal pemberian pelayanan, untuk itu perusahaan harus dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas pelayanannya.

Masing-masing perusahaan memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menggunakan jasa perusahaan tersebut, kunci utama untuk mempertahankan ke langsungan hidup perusahaan adalah dengan memberikan pelayanan yang sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus dapat mengidentifikasi serta mengklasifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, yang terpenting adalah bahwa perusahaan dengan jelas menentukan dan mengkomunikasikan tingkat pelayanan yang akan diberikan sehingga para karyawan mengetahui apa yang harus dilakukan agar konsumen mengetahui kepuasan apa yang akan mereka dapatkan.

(21)

pelanggan (Wood, 2008), sehingga pada akhirnya akan mendorong loyalitas pelanggan, dan berakibat pada laba yang lebih tinggi.

Table 1.1

Data Penumpang KTB Kereta Api Lokal Kelas Ekonomi

Daerah Operasi 8 Surabaya Tahun 2010-2012

Data Penumpang KTB

Tahun Volume

2010 563.724

2011 317.614

2012

(Januari - Mei) 117.950

Sumber : PT Kereta Api Indonesia DAOP 8

Table 1.2

Data Penumpang Kereta Api Lokal Kelas Ekonomi

Daerah Operasi 8 Surabaya Tahun 2010-2012 Data Penumpang

Tahun Volume

2010 3.475.893

2011 6.421.709

2012

(Januari - Mei) 2.551.404

Sumber : PT Kereta Api Indonesia DAOP 8

(22)

membuktikan memburuknya kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi kereta api.

Peran kereta api sebagai alat transportasi yang sangat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, perlu dijaga keberadaannya dan ditingkatkan pelayanannya. Untuk itu diperlukan penelitian tentang perkembangan perkeretaapian Indonesia saat didasarkan pada kinerja PT. KAI dalam melayani pelanggannya. Penelitian saat ini ingin mengukur kualitas tersebut ditinjau dari sudut penilaian pelanggan. Selain itu, ingin dilihat bagaimana peran kualitas layanan dan persepsi nilai (perceived value) terhadap kepuasan pelanggan (customer satisfaction), serta hubungannya dalam membentuk kepercayaan (trust) dan loyalitas pelanggan (customer loyalty).

J. Supranto (1995, 20) mengemukakan bahwa bagi perusahaan yang akan memenangkan persaingan dalam segmen pasar yang telah dimasuki tidak hanya mampu mencapai tingkat mutu produknya, tetapi juga mutu dari segala aspek sehingga mampu memikat para pembeli yang pada gilirannya akan meningkatkan jumlah pembeli dan mutu karyawan yang mampu melayani pembeli dengan memuaskan.

(23)

jika konsumen menuntut karena adanya kekurangan atau ketidakberesan. Parasuraman et al. 1985 (dalam Gaston LeBlanc dan Nha Nguyen, 1997, 73) mengembangkan definisi dari kualitas dengan memasukkan lima aspek dari kualitas: reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangibles.

Menurut Wyckof (dalam Tjiptono, 1999), kualitas jasa merupakan tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas ini diberikan kepada konsumen untuk memenuhi ekspektasi konsumen dengan menyediakan produk dan pelayanan pada suatu tingkat harga yang dapat diterima dan menciptakan “nilai” bagi konsumen serta menghasilkan profit bagi perusahaan (Sienny, 2001, 62). Hal ini diperkuat dengan hasil banyak studi yang menunjukkan bahwa pangsa pasar, ROI (Return On Investment) dan perputaran asset (asset turnover) sangat terkait dengan persepsi terhadap kualitas barang dan jasa suatu perusahaan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya masalah kualitas jasa mendapat perhatian yang besar (Tjiptono, 1999, 30).

(24)

harapan pelanggannya secara konsisten. Oleh karena itu maka sebaiknya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan pelanggan yang merasa puas.

(25)

Kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen penting karena penilaian konsumen terhadap pembelian jasa merupakan konstruk yang menentukan kemungkinan adanya pembelian ulang dari konsumen dan akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan ( D. Iacobucci et al., 1994, 93).

Parasuraman et al. (1993, 145) menyatakan bahwa item “SERVQUAL merupakan kerangka dasar yang mendasari kualitas jasa yang dapat ditambah dengan item-item khusus sesuai kebutuhan“. Desain pengukuran kualitas khususnya bagi penyedia jasa, harus dilaksanakan melalui pemahaman yang baik mengenai konstruk dan disesuaikan dengan peningkatan program perusahaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan jasa (Gaston LeBlanc dan Nha Nguyen, 1997, 73).

Jumlah pelanggan yang cenderung menurun dan beberapa komplain yang muncul mengindikasikan adanya kesenjangan yang bersikap negative antara layanan yang diharapkan dengan layanan yang dirasakan / dipersepsikan oleh penumpang Kereta Api di Surabaya. Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka dari sisi penulis tertarik untuk memilih dan mengambil judul “ANALISIS

LOYALTY PT. KERETA API INDONESIA KELAS EKONOMI

(26)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah service quality berpengaruh terhadap satisfaction? 2. Apakah perceive value berpengaruh terhadap satisfaction? 3. Apakah satisfaction berpengaruh terhadap loyalty?

4. Apakah satisfaction berpengaruh terhadap loyalty melalui trust sebagai variabel intervening?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh service quality terhadap satisfaction. 2. Untuk mengetahui pengaruh perceive value terhadap satisfaction. 3. Untuk mengetahui pengaruh satisfaction terhadap loyalty.

4. Untuk mengetahui pengaruh satisfaction terhadap loyalty melalui trust sebagai variabel intervening.

1.4. Manfaat Penelitian

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Hatane S. dan Nadya W. (2009) dengan judul “Service quality, perceive value, satisfaction, trust, dan loyality pada PT. Kereta Api

Indonesia menurut penilaian pelanggan Surabaya”. Hasil penelitian yang

diperoleh adalah servqual mempunyai pengaruh langsung positif secara

signifikan terhadap satisfaction. Perceive value mempunyai pengaruh

langsung positif secara signifikan terhadap satisfaction. Dimana

satisfaction juga berpengaruh positif signifikan terhadap loyalty.

satrisfction dalam penelitian dapat berpengaruh positif terhadap trust.

Penelitian ini membuktikan bahwa walaupun konsumen percaya, tidak

menjamin bahwa akan menimbulkan loyalitas penggunaan jasa angkutan

PT. KAI. Model pengambilan sampel yang digunakan adalah

Convinience sampling dan Quota sampling. Sedangkan metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah structural equation modeling

(SEM), dalam pengolahan dan analisis SEM ini terdiri dari 2 bagian, yaitu

pengujian kesesuaian model secara statistic dan dilanjutkan dengan

pengujian hipotesis penelitian.

Rohman dan Rofiati (2011) dengan judul “pengaruh service quality terhadap satisfaction, trust, dan loyalitas dalam membentuk word

(28)

adalah Service quality mempengaruhi terhadap satisfaction, trust dan

loyalitas konsumen. Dan service quality juga mempengaruhi terhadap

trust konsumen. Service quality dalam penelitian ini yaitu tangibles (bukti

fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance

(jaminan) dan emphaty (empati) memberikan pengaruh terhadap

kepuasan, kepercayaan dan loyalitas konsumen pada resto di Kota Tuban.

Satisfaction konsumen mempengaruhi terhadap trust konsumen. Hal ini

mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepuasan konsumen

mengakibatkan semakin tinggi pula kepercayaan konsumen pada resto di

Kota Tuban. Trust konsumen mempengaruhi terhadap loyalitas

konsumen. Satisfaction tidak mempengaruhi terhadap word of mouth.

Cita rasa masakan resto, pelayanan yang diberikan resto, suasana resto,

dan fasilitas yang diberikan oleh resto belum dirasakan baik sehingga

tidakn mempengaruhi word of mouth. Trust tidak mempengaruhi terhadap

word of mouth. Cita rasa masakan, kesehatan dari menu yang disajikan,

pengolahan masakan dengan higienis, dan pihak resto bertanggung jawab

apabila terjadi kesalahan belum dirasakan baik oleh konsumen sehingga

tidak mempengaruhi word of mouth. Loyalitas konsumen mempengaruhi

terhadap word of mouth. Artinya, loyalitas konsumen berkontribusi di

dalam meningkatkan word of mouth.

Dedy (2007) dengan judul: “Pengaruh kualitas layanan terhadap nilai pelanggan kepuasan pelanggan dan perilaku pasca pembelian (Studi

(29)

ini berhasil mendukung ekspektasi peneliti bahwa semakin baik kualitas

layanan maka akan meningkatkan nilai pelanggan, kepuasan pelanggan

dan perilaku pasca pembelian. Adapun hasil penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada pengaruh yang signifikan antara

kualitas layanan terhadap nilai pelanggan. (2) Ada pengaruh yang

signifikan antara kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan. (3) Ada

pengaruh yang tidak signifikan antara kualitas layanan terhadap perilaku

pasca pembelian secara langsung, namun secara langsung pengaruh

kualitas layanan terhadap perilaku pasca pembelian sangat kuat nelalui

nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan.

Anton A. Setyawan. (2008) dengan judul “peran kepercayaan pada merek dan kepuasan dalam menjelaskan loyalitas pada merek (studi

empiric pada konsumen telepon seluler)”. Hasil penelitian yang diperoleh

adalah variabel kepercayaan pada merek merupakan variabel mediasi dari

hubungan antara variabel kepuasan pada merek dengan variabel loyalitas

pada merek. Yang artinya terdapat pengaruh positif antara variabel

kepuasan pada merek dengan variabel loyalitas pada merek melalui

variabel kepercayaan. Variabel kepuasan pada merek berpengaruh positif

signifikan terhadap variabel kepercayaan pada merek. Variabel

kepercayaan pada merek berpengaruh positif signifikan terhadap loyaotas

(30)

2.2. Landasan Teori

Kualitas layanan merupakan sesuatu yang abstrak dan susah

dipahami (Parasuraman et al., 1985; Semuel: Service Quality, Perceive

Value, Satisfaction, Trust, dan Loyalty 25 Carman, 1990). Parasuraman

mengembangkan sebuah instrumen analisa kualitas layanan,

SERVQUAL, untuk mengukur kualitas layanan dalam suatu organisasi.

Analisa ini dipercaya merupakan metode yang paling populer untuk

meneliti kualitas layanan (Frost dan Kumar, 2001). Kualitas layanan

yang baik merupakan hal yang penting untuk mencapai kesuksesan (Rust

& Oliver, 1994), di mana kualitas layanan yang baik akan menyebabkan

kepuasan pelanggan (Wood, 2008), sehingga pada akhirnya akan

mendorong loyalitas pelanggan, dan berakibat pada laba yang lebih

tinggi.

Kepuasan pelanggan merupakan perbandingan antara apa yang

diharapkan pelanggan (customer expectation) dengan apa yang diperoleh

pelanggan (perceived quality) (Kotler, 2000). Kepuasan pelanggan juga

dipengaruhi oleh persepsi nilai, yaitu evaluasi menyeluruh dari kegunaan

suatu produk yang didasari oleh persepsi pelanggan terhadap sejumlah

manfaat yang akan diterima dibandingkan dengan pengorbanan yang

dilakukan (Morris & Morris, 1990). Selain itu, kepercayaan pelanggan

juga dipercaya merupakan unsur yang mendasar bagi keberhasilan

hubungan (Moorman, Deshpande, dan Zaltman, 1993). Tanpa adanya

(31)

yang panjang. Dengan tercapainya kepuasan pelanggan dan kepercayaan,

maka diharapkan akan tercapai loyalitas pelanggan untuk jangka panjang.

Kualitas layanan transportasi kereta api didasarkan pada layanan

yang dinikmati oleh pelanggan yang tidak hanya dirasakan selama

perjalanan di dalam kereta api, namun juga saat pra dan pasca pelayanan.

2.2.1. Pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan

oleh perusahaan baik itu perusahaan barang maupun perusahaan jasa

dalam upayanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup

usahanya, karena perusahaan kegiatan perusahaannya dimana secara

langsung berhubungan dengan konsumen dan berkaitan langsung

dengan pasar. Tjiptono (2006) memberikan definisi pemasaran

adalah “suatu proses sosial manajerial dimana individu atau

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

melalui penciptaannya, pewarnaannya dan pertukaran segala sesuatu

yang bernilai dengan orang atau kelompok lain” Pemasaran adalah

suatu proses social dan manajerial yang didalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan prosuk

yang bernilai kepada pihak lain (Kotler dalam Tjiptono dan

Chandra 2005). Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan

(32)

dan organisasional yang memfasilitasi dan memperlancar hubungan

pertukaran yang saling memuaskan dalam lingkungan yang dinamis

melalui pengembangan, distribusi, promosi, penetapan barang dan

jasa dan gagasan (Dibb, Simkin, Pride & Ferrel, 1991) Manajemen

pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi

penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan barang dan jasa

untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran perorangan

dan organisasi (Kotler, 2002). Definisi ini merupakan suatu proses

yang meliputi analisa perencanaan, implementasi dan pengendalian

gagasan barang dan jasa bahwa manajemen pemasaran dilandasi

gagasan pertukaran dan tujuannya adalah menghasilkan kepuasan

berbagai pihak – pihak yang terlibat.

2.2.2. Manajemen Pemasaran

Kotler (2000 : 9), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, serta

penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan

pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan

organisasi. Definisi tersebut memandang manajemen pemasaran

sebagai suatu proses yang meliputi analisis, perencanaan,

implementasi, dan pengendalian, bahwa ia mencakup gagasan,

barang dan jasa, bahwa manajemen pemasaran dilandasi oleh

gagasan pertukaran, dan bahwa tujuannya adalah menghasilkan

(33)

Pada definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa manajemen

pemasaran merupakan suatu proses mulai dari perencanaan

sampai pada pendistribusian barang atau jasa untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan pemasaran.

2.2.3. Jasa

Jasa merupakan setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan

satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan

tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Jasa tersebut mungkin saja

atau mungkin juga tidak terkait dengan suatu produk fisik.

Menurut Kotler (2002), jasa atau layanan merupakan setiap

kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada

pihak yang lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak

menghasilkan kepemilikan atas sesuatu. Sementara dalam Chowdary

dan Prakash (2007), sebuah perusahaan jasa dapat memberikan layanan kepada individu konsumen secara langsung atau kepada

kepemilikan konsumen tersebut.

Berbeda dengan barang, jasa memiliki karakteristiknya sendiri.

Berbagai riset dan literatur manajemen dalam Tjiptono dan

Chandra (2005) menerangkan terdapat empat karakteristik jasa yang

dikenal dengan paradigma IHIP (Intangibility, Heterogenity,

Inseparability dan Perishability). Keempat karakteristik dapat di

(34)

1. Intangibility

Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu

objek, alat, material, atau benda; maka jasa justru merupakan

perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja, atau usaha

(Berry, dalam Tjiptono dan Chandra, 2005). Jasa bersifat intangible, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium,

didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi

para pelanggan, ketidak pastian dalam pembelian jasa relative

tinggi karena terbatasnya pencarian kualitas yakni karateristik

fisik yang dapat di evaluasi pembeli sebelum melakukan

pembelian. Selain itu, jasa biasanya mengandung unsur

Experience quality dan Credence quality yang tinggi.

Experience quality adalah karateristik yang hanya dapat

dinilai pelanggan setelah melakukan pembelian, misalnya

kualitas, efisiensi dan kesopanan. Sedangkan Credence

quality merupakan aspek – aspek yang sulit dievaluasi bahkan

setelah pembelian dilakukan.

2. Heterogenity/Variability

Jasa memiliki banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis,

bergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut

diproduksi. Variasi jasa ini timbul karena konsumen biasanya

tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal

(35)

dalam Tjiptono (2005) terdapat tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa yaitu (1) Kerja sama

atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa, (2)

moral/motivasi karyawan dalam melayani pelanggan, dan (3)

Beban kerja perusahaan.

3. Inseparability

Barang biasannya diproduksi, kemudian dijual lalu

dikonsumsi. Sedangkan jasa pada umumnya dijual terlebih

dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada

waktu dan tempat yang sama. Tantangan bagi penyedia jasa

adalah mencari berbagai cara untuk mengelola dan

mengembangkan sumber daya langka tersebut guna mencapai

tingkat produktivitas yang lebih tinggi.Implikasi karakteristik

inseparability bagi penyedia jasa meliputi tiga aspek utama.

Pertama adalah melatih staf agar dapat berinteraksi secara

efektif dengan para klien. Termasuk didalamnya, cara

mendengarkan pelanggan, sikap empati dan berperilaku

sopan. Kedua, mengupayakan berbagai cara untuk mencegah

agar jangan sampai ada pelanggan yang mengggangu atau

menghambat kepuasan pelanggan lainnya. Ketiga,

pertumbuhan dapat memfasilitasi dengan berbagai cara (1)

(36)

besar, (3) Bekerja lebih cepat, dan (4) Mendirikan multi-site

locations (membentuk waralaba/franchising).

4. Perishability

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat

disimpan untuk pemakaian ulang, dijual kembali, atau

dikembalikan. Karakter jasa yang seperti ini membuat jasa

yang tidak terpakai pada suatu waktu akan berlalu atau hilang

begitu saja. Hal inilah yang menyebabkan pemasaran jasa

lebih sulit daripada pemasaran barang karena permintaan

consume terhadap sebagian besar jasa sangat fluktuatif dan

dipengaruhi faktor musiman.

2.2.3.1. Service Quality

Pada prinsipnya, definisi kualitas jasa berfokus pada upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta

ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan

pelanggan. Menurut Wyckof (dalam Lovelock, 1988),

kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan

dan pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi

keinginan pelanggan. Dengan kata lain terdapat 2 faktor

utama yang mempengaruhi kualitas jasa yakni, jasa yang

diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan

(37)

penyedia jasa memenuhi harapan pelanggannya secara

konsisten.

Menurut Berry, et al,.(1988), kualitas jasa menjadi senjata

kompetitif yang paling kuat oleh banyak organisasi dalam hal

pelayanan. Manajer organisasi bekerja keras untuk

memelihara kualitas pelayanan sebagai upaya menciptakan

loyalitas pelanggan (Zeithaml, et al., 1996), oleh karena itu

perusahaan yang ingin sukses dalam jangka panjang dan

mencapai pangsa pasar ditentukan oleh kemampuannya untuk

memperluas dan memelihara loyalitas pelanggan. Reichheld

(1993), menyatakan loyalita pelanggan adalah sangat penting bagi kelangsungan hidup bisnis. Secara relative hubungan

antara loyalitas pelanggan dan kualitas jasa belum

berkembang (Bloemer, et al,. 1999). Dari beberapa hasil

pengertian diatas, mengenai pengaruh dimensi kualitas jasa

kesemuannya menemukan bahwa dimensi kualitas jasa

berpengaruh pada perusahaan. Lebih lanjut, menurut

Gronroos (1990), pada dasarnya kualitas suatu jasa yang dipersepsikan pelanggan terdiri atas dua dimensi utama.

Dimensi pertama adalah, Technical quality (outcome

dimension) berkaitan dengan kualitas output jasa yang

dipersepsikan pelanggan. Komponen ini dijabarkan menjadi

(38)

dievaluasi sebelum dibeli, misalnya harga), Experience

quality (hanya bisa dievaluasi setelah dikonsumsi, contohnya

ketepatan waktu, kecepatan layanan dan kerapian hasil) serta

Credency quality merupakan aspek – aspek yang sulit

dievaluasi bahkan setelah pembelian dilakukan. Dimensi

kedua, Functional quality (process-related dimension)

berkaitan dengan kualitas cara penyampaian jasa atau

menyangkut proses transfer kualitas teknis, output atau hasil

akhir jasa dari penyedia jasa kepada pelanggan.

Kualitas jasa pada umumnya tidak dilihat dalam konstruk

yang terpisah, melainkan secara agregat dimana dimensi –

dimensi individual dimasukkan untuk mendapatkan kualitas

jasa secara keseluruhan. Pengertian dari kualitas jasa

merupakan sesuatu yang sangat luas (atau bahkan dapat

dikatakan tidak ada, tergantung pada jenis industri dimana

suatu perusahaan beroperasi dan konsumen pada masing –

masing industri memiliki kriteria atau standard yang berbeda

dalam menilai kualitas suatu jasa. Oleh sebab itu, baik

tidaknya kualitas jasa atau layanan tergantung pada

kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan

(39)

2.2.3.2. Dimensi Kualitas Jasa (SERVQUAL)

Dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan, produk

ataupun jasa yang ditawarkan perusahaan harus berkualitas.

Secara sederhana, kualitas dapat diartikan sebagai produk

yang bebas cacat. Dengan kata lain, produk atau jasa sesuai

dengan standart (target, sasaran, persyaratan). Menurut

Kotler, 2006. Kualitas harus diawali dari kebutuhan pelanggan dan diakhiri pada persepsi pelanggan. Hal tersebut

memberi arti bahwa citra kualitas yang baik tidak berdasarkan

persepsi penyedia jasa melainkan berdasarkan persepsi

daripengguna jasa atau pelanggan. Persepsi pelanggan

terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh

atas keunggulan suatu pelayanan. Harapan pelanggan

dibentuk oleh pengalaman, informasi lisan dari mulut ke

mulut, dan promosi. Menurut Douglas dan Connor ( 2003 ),

Parasuraman dan Berry membagi kualitas layanan menjadi

lima dimensi utama, yaitu bukti fisik (tangible), keandalan

(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan

(assurance), dan empati (empathy). Dimensi – dimensi

tersebut dikenal sebagai SERVQUAL. Kelima dimensi

kualitas layanan inilah yang akan menjadi variabel dan

(40)

1.Bukti Fisik (Tangibles)

Tampilan fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal.

Penampilan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang

dapat diandalkan merupakan bukti nyata dari pelayanan

yang diberikan oleh pemberi jasa. Bukti Fisik meliputi

fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana

komunikasi yang menunjang untuk menyediakan suatu

pelayanan.

2.Keandalan (Realibility)

Keandalan yakni kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Artinya

para karyawan memberikan pelayanan yang sesuai dengan

harapan pelanggan. Atributnya ketergantungan dalam

menangani masalah layanan pelanggan, melakukan layanan

pada saat pertama, menyediakan layanan pada waktu yang

dijanjikan dan mempertahankan rekor bebas cacat

3.Daya tanggap (Responsiveness)

Daya tanggap yaitu keinginan para staf dan karyawan untuk

membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan yang

tanggap, yakni motivasi para karyawan dalam memecahkan

masalah yang dihadapi pelanggan dalam menggunakan

(41)

pelanggan, mengusahakan pelanggan tetap terinformasi,

keinginan untuk membantu pelanggan dan kesiapan untuk

menanggapi permintaan pelanggan.

4.Jaminan (Assurance)

Jaminan mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan

dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari

bahaya risiko atau keraguan. Yaitu mengenai pengetahuan

baik dari karyawan dalam menangani pertanyaan atau

keluhan dari pelanggan.

5.Perhatian (Emphaty)

Perhatian meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami

kebutuhan para pelanggan. Yaitu sikap karyawan yang

menunjukkan perhatian yang tulus dalam melayani

pelanggan.

2.2.4. Perceive Value

Nilai bisa dipersepsikan secara berbeda oleh para pelanggan karena

perbedaan preferensi, selera, pengetahuan dan pengalaman dengan

jasa, daya beli, dan kesediaan untuk membeli. Zeithaml (1988)

mengidentifikasi 4 definisi nilai berdasarkan perspektif atau persepsi

pelanggan yang berimplikasi pada alternative strategi penetapan

harga produk atau jasa antara lain bahawa sebagai pelanggan

(42)

dikeluarkan untuk membeli jasa atau produk tertentu merupakan

factor terpenting dalam persepsi mereka terhadap nilai jasa atau

produk yang bersangkutan, sebagai pelanggan menekankan aspek

manfaat yang diterima dari suatu produk atau jasa sebagai komponen

nilai yang paling penting. Dalam definisi ini, harga kalah penting

dibanding kualitas atau fitur yang bisa memenuhi keinginan

pelanggan. Ungkapan-ungkapan yang mengacu pada definisi

semacam ini antara lain adalah: “Nilai adalah ungkapan terbaik yang

bisa didapatkan pelanggan”. Dan pelanggan mempersepsikan nilai

sebagai trade off anatara uang yang dikeluarkan dan kualitas yang

diterima. Misalnya konsumen berorientasi pada perspeektif ini

mengejar harga termurah atau merk berkualitas. Serta

memperhitungkan semua bentuk manfaat yang diterima dan semua

komponen pengorbanan (uang, waktu, dan tenaga) sewaktu

mempersiapkan nilai suatu jasa.

Zeithaml & Bitner (2003) merangkum keempat perspektif tersebut ke dalam sebuah definisi umum yang konsisten dengan

konep utilita dalam ekonomika. Persepsi terhadap nilai adalah

penilaian keseluruhan konsumen terhadap utilitas sebuah jasa/produk

berdasarkan persepsi terhadap yang diterima dan apa yang diberikan.

Secara sederhana definisi ini menekankan dua komponen utama yaitu

give dan get. Meskipun apa yang diberikan bervariasi antara

(43)

Persepsi nilai telah didefinisikan sebagai pertimbangan konsumen

tentang keunggulan atau kelebihan menyeluruh produk. persepsi nilai

berbeda dari kualitas obyektif. Persepsi nilai adalah penilaian global

yang digolongkan dengan tingkat abstraksi yang tinggi dan mengacu

pada pengaturan konsumsi yang spesifik (Zeithmal, 1988). Kualitas

obyektif mengacu pada keunggulan teknis dari produk secara nyata

yang bisa diverifikasi dan diukur (Monroe dan Krishman, 1985).

Persepsi nilai bertindak sebagai mediator diantara isyarat ekstrinsik

dan intrinsik nilai (Dodds et al, 1991), sedangkan hal ini dibantah

bahwa harga merupakan salah satu isyarat ekstrinsik kualitas produk

yang paling penting. Bagaimanapun juga, Zethmal (1988)

menyatakan bahwa harga umum dan hubungan kualitas tidak ada jika

isyarat lain digunakan juga.

Ada penemuan-penemuan yang bertentangan atas pengaruh

persepsi nilai dengan tujuan-tujuan pembelian. Dalam beberapa

penelitian, persepsi nilai telah ditemukan memiliki pengaruh

langsung yang positif pada tujuan-tujuan penelitian (Carman, 1990;

Boulding et al, 1993; Parasuraman et al, 1996), sedangakan orang lain hanya melaporkan pengaruh tidak langsung melalui kepuasan

(Cronin dan Taylor, 1992). Selain itu, tidak ada persetujuan apakah ada pengaruh interaksi diantara persepsi nilai dan kepuasan pada

tujuan-tujuan pembelian. Sebagian peneliti telah menganjurkan

(44)

melaporkan pengaruh interaksi diantara dua konsepsi tentang

tujuan-tujuan pembelian (Taylor dan Baker, 1994). Rust dan Oliver

(1994) mengemukakan dua perbedaan diantara persepsi nilai dan kepuasan. Mereka mempertimbangkan persepsi nilai sebagai konsep

yang lebih spesifik berdasarkan pada sifat-sifat produk dan layanan

sementara kepuasan bisa diakibatkan oleh dimensi tertentu (misaknya

loyalitas, harapan). Selain itu perusahaan dapat memiliki tingkat

pengawasan tertentu pada persiapan nilai. Maka, disarankan bahwa

ketika persepsi nilai dan kepuasan dianghgap sebagai penilaian yang

menyeluruh, persepsi nilai dipahami sebagai kata pengganti kepuasan

dan karena itu mendahuluinya.

2.2.5. Satisfaction

Bagi bisnis, kepuasan dipandang sebagai salah satu dimensi kinerja

pasar. Peningkatan kepuasan pelanggan berpotensi mengarah pada

pertumbuhan penjualan jangka panjang dan jangka pendek, serta

pangsa pasar sebagai hasil pembelian ulang. Sedangkan bagi

konsumen, konsep kepuasan pelanggan bermanfaat dalam

memberikan informasi lebih jelas tentang seberapa puas atau tidak

puas konsumen lain terhadap produk atau jasa tertentu. Dengan

informasi yang lebih berkualitas, konsumen diharapkan mampu

membuat keputusan pembelian yang bijaksana dan mampu

(45)

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang

muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap

kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapanharapannya (Kotler,

2004:42). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan.

Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja

melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.

2.2.6. Trust

Trust bisa diartikan sebagai ”kesediaan untuk mengandalkan

kemampuan, integritas dan motivasi pihak lain untuk bertindak

dalam rangka memuaskan kebutuhan dan kepentingan seseorang

sebagaimana disepakati bersama secara implisit maupun eksplisit

(Sheth & Mittal, 2004). Lau & Lee dalam Tjiptono (2006)

mendefinisikan ”trust sebagai kesediaan konsumen untuk

mempercayai atau mengandalkan merek dalam situasi risiko karena

adanya ekspektasi bahwa merek bersangkutan akan memberikan

hasil positif”. 

  Kotler (2002:42), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

persepsi / kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan

harapan-harapannya.

(46)

yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan

pelanggan. Artinya suatu alternative tersebut setidaknya

terlaksana sebaik mungkin seperti yang diharapkan.

2.2.7. Loyalty

Loyalitas pelanggan adalah mencerminkan melakukan pembelian

ulang atau menggunakan jasa suatu perusahaan berulang kali karena

kebutuhannya akan barang dan jasa terpenuhi. Menurut Kapferer &

Laurent (1983,. dikutip dalam Odin, et al,. 2001) perilaku pembelian ulang bisa dijabarkan menjadi dua kemungkinan, yakni

loyalitas dsn inersia. Faktor pembedannya adalah sensitifitas merek

yang didefinisikan sebagai “sejauh mana nama merek memainkan

peran kunci dalam proses pemilihan alternative dalam kategori

produk atau jasa tertentu”. Sensitifitas merek dipengaruhi oleh

persepsi terhadap perbedaan antar merek dan tingkat keterlibatan

konsumen dalam kategori merek produk atau jasa. Perilaku

pembelian ulang dalam perilaku sensitifitas merek yang kuat

dikategorikan sebagai loyalitas, dimana konsumen cenderung

membeli atau menggunakan ulang merek yang sama dan

menganggap pilihan merek sangat penting baginya. Sebaliknya,

pembelian ulang dalam situasi sensitifitas merek yang lemah

dikategorikan sebagai inersia, yakni konsumen cenderung membeli

(47)

penting, karena ia tidak bisa membedakan berbagai merek yang ada

dan terlibat secara insentif dalam pemilihan kategori produk.

Oliver, 1996 seperti ditulis oleh Ratih Hurriyati, 2010

mendefinisikan loyalitas pelanggan sebagai “customer loyalty is

deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product

or service consistenly an the future, despite situational influences and

marketing effort having the potential to cause switching behavior”.

Maksudnya di sini loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan

bertahan secara mendalam untuk melakukan pembelian ulang produk

baik barang atau jasa secara konsisten di masa yang akan datang

meskipun pengaruh situasi usaha pemasaran berpotensi merubah

perilaku.

Loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk

melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun

kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh

badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu

proses pembelian yang berulangulang tersebut (Olson, 1993).

Pelanggan (Customer) berbeda dengan konsumen (Consumer),

seorang dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut

mulai membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa yang

ditawarkan oleh badan usaha. Kebiasaan tersebut dapat dibangun

melalui pembelian berulangulang dalam jangka waktu tertentu,

(48)

ulang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan

tetapi sebagai seorang pembeli atau konsumen. Selanjutnya Griffin

berpendapat bahwa seseorang pelanggan dikatakan setia atau loyal

apabila pelanggan tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara

teratur atau terdapat suatu kondisi dimana mewajibkan pelanggan

membeli paling sedikit dua kali dalam selang waktu tertentu. Upaya

memberikan kepuasan pelanggan dilakukan untuk mempengaruhi

sikap pelanggan, sedangkan konsep loyalitas pelanggan lebih

berkaitan dengan perilaku pelanggan daripada sikap dari pelanggan.

Kotler (2000) mengatakan “the long term success of the a particular brand is not based on the number of consumer who

purchase it only once, but on the number who become repeat

purchase”. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa konsumen yang

loyal tidak diukur dari berapa banyak dia membeli, tapi dari berapa

sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini

merekonmendasikan orang lain untuk membeli.

Sedangkan menurut Zeithaml et. al. (1996) tujuan akhir

keberhasilan perusahaan menjalin hubungan relasi dengan

pelanggannya adalah untuk membentuk loyalitas yang kuat. Indikator

dari loyalitas yang kuat adalah:

1. Say positive things, adalah mengatakan hal yang positif tentang

(49)

2. Recommend friend, adalah merekomendasikan produk yang

telah dikonsumsi kepada teman.

3. Continue purchasing, adalah pembelian yang dilakukan secara

terus menerus terhadap produk yang telah dikonsumsi.

2.3. Keterkaitan Antar Konsep

2.3.1. Pengaruh Service Quality terhadap Satisfaction

Menurut Wayckof dalam Tjitono (2005: 260), kualitas jasa

merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian

atas keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik atau

memuaskan. Apabila pelanggan mendapatkan pelayanan dengan baik

maka pelanggan akan merasakan puas dengan pelyanan tersebut.

kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada

persepsi pelanggan (Kotler, 1994). Citra kualitas yang baik tidak

berdasarkan persepsi penyedia jasa, melainkan berdasarkan persepsi

pelanggan.

Dari teori di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas

pelayanan merupakan factor penting yang dapat mempengaruhi

kepuasan pelanggan sehingga dapat diartikan bahwa apabila

(50)

pelanggan akan merasakan puas, sehingga kualitas layanan

berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan.

2.3.2. Pengaruh Perceive Value terhadap Satisfaction

Lin (2003), menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan perbandingan antara kinerja yang diterima dengan ekspektasi, di

mana kepuasan pelanggan bergantung pada persepsi nilai pelanggan

itu sendiri. Membangun hubungan dengan pelanggan seringkali

membawa keberhasilan, tetapi tidak selalu merupakan suatu strategi

terbaik. Menurut Lovelock, Patterson dan Walker dalam Tjiptono

(2000), kesuksesan tersebut dipengaruhi oleh determinan, di antaranya kepercayaan, kepuasan terhadap produk dan jasa

sebelumnya, dan persepsi terhadap nilai. Lai Lai, (2004)

membuktikan adanya hubungan positif dan signifikan antara persepsi

nilai dengan kepuasan pelanggan (Cronin et. al. 2000). Palilati,

(2007) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Nilai Pelanggan, Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Perbankan di

Sulawesi Selatan menemukan adanya hubungan yang signifikan dan

positif antara nilai atribut dengan tingkat kepuasan nasabah tabungan

di Sulawesi Selatan. Hasil pengujian dengan metode analisis

Structural Equation Model (SEM) ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi persepsi nilai dari atribut yang diterima oleh nasabah

meningkat, maka kepuasan nasabah terhadap bank juga akan

(51)

2.3.3. Pengaruh Satisfaction terhadap Loyalty

Pada beberapa penelitian tentang kepuasan pelanggan, ditemukan

bahwa kepuasan keseluruhan adalah suatu evaluasi global yang

terdiri atas kepuasan terhadap komponen-komponen atribut suatu

barang atau jasa atau proses (Rust, Zahorik, & Keiningham, 1995).

Penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Kepuasan Terhadap

Loyalitas Nasabah Tabungan Perbankan di Wilayah Etnik Bugis”

(Paliati, 2004) disebutkan bahwa pengukuran kepuasan maupun ketidakpuasan pelanggan terhadap suatu produk/jasa/merek

merupakan indikator yang penting dari loyalitas pelanggan. Bila

ketidakpuasan pelanggan terhadap suatu produk/jasa/merek rendah,

maka pada umumnya tidak cukup alasan bagi pelanggan untuk

beralih mengkonsumsi produk/ jasa/ merek lain, kecuali bila ada

faktor-faktor penarik yang sangat kuat. Hasil dari sebuah evaluasi

konsumen individual, terhadap suatu produk atau jasa dapat

memenuhi harapannya atau mampu memuaskannya, maka di masa

datang akan terjadi pembelian ulang. Parasuraman, et. al. (1998),

menyebutkan bahwa pelanggan membentuk suatu harapan terhadap

nilai dan bertindak berdasarkan hal itu, dan mereka

memperhitungkan atau mengevaluasi penawaran mana yang akan

memberikan nilai tertinggi. Penawaran yang memenuhi harapan nilai

pelanggan mempengaruhi kepuasan dan kemungkinan pelanggan

(52)

antara penjualan, pelayanan, kepuasan, dan profit bersifat langsung.

Hal ini berarti bahwa semakin puas seorang pelanggan, semakin

banyak uang yang dibelanjakannya, atau dengan kata lain, ia akan

melakukan repeat buying lebih sering sehingga perusahaan semakin

diuntungkan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Suharjo

dalam majalah Swa edisi Mei 2004 mengenai hirarki loyalitas yang

tertinggi yaitu enterance, yaitu orang yang mulai merasa tergantung

pada suatu merek produk tertentu, sehingga ada keterikatan

emosional dengan suatu merek produk. Misalnya, ada orang yang

merasa belum sembuh jika belum minum obat merek tertentu. Selain

itu, masih dalam jurnal yang sama juga disebutkan bahwa pelanggan

yang puas pada umumnya juga akan merekomendasikan produk / jasa

/ merek yang bersangkutan kepada kerabat dan teman-temannya.

Perilaku pelanggan yang merasa puas atas kinerja perusahaan akan

menyampaikan rasa puasnya itu kepada orang lain, yang biasa

disebut komunikasi word of mouth. Christopher et. al. (1991)

menyebut pelanggan yang demikian sebagai advocate bagi

perusahaan. Outcomes dari loyalitas diukur melalui voluntary

partnership, yaitu cooperation dan rekomendasi word-of-mouth

Disney, (1999). Selanjutnya, disebutkan bahwa cooperation didefinisikan sebagai niat untuk mencapai tujuan bersama dan juga

keinginan pelanggan untuk membantu perusahaan. Sedangkan

(53)

cerita-cerita positif, dan berbisnis dengan perusahaan. Mardalis (2004) menyebutkan bahwa terdapat penelitian-penelitian lain yang mendapati kurangnya pengaruh kepuasan terhadap loyalitas.

Misalnya Disney, (1999). Menyimpulkan bahwa dengan hanya

memuaskan pelanggan, tidak cukup menjaganya untuk tetap loyal,

sementara mereka bebas untuk membuat pilihan.

2.3.4. Pengaruh Trust sebagai Variabel Intervening

Konsep Customer relationship marketing (CRM) erat kaitannya

dengan loyalitas pada merk. Dalam konsep ini ada tiga unsur CRM,

yaitu loyalitas, komitmen dan kepuasan (Fitzgibbon dan White, 2004;

Gurviez dan korchia, 2003). Penelitian ini menganalisis dua bagian

dari CRM yaitu loyalitas dan kepuasan. Penelitian ini akan melihat

aspek yang mendalam yaitu kepercayaan merek yang menjadi

variabel mediasi menuju terciptanya loyalitas terhadap mereka.

Kotler (2004) mengemukakan bahwa salah satu bagian dari ekuitas

merek adalah loyalitas terhadap merek.

Penelitian ini menganalisa bagaimana kepercayaan merek berperan

sebagai variabel intervening dalam hubungan antara kepuasan pada

merek dan loyalitas pada merek. Apakah variabel kepuasan pada

merek berpengaruh positif pada loyalitas pada merek dengan variabel

kepercayaan pada merek sebagai mediasi? Dan hasil penelitian ini

adalah variabel kepercayaan pada merek merupakan variabel mediasi

(54)

loyalitas pada merek. Membuktikan bahwa variabel kepercayaan

berperan sebagai variabel intervening dalam hubungan antara

variabel kepuasan pada merek dan loyalitas pada merek.

2.4. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5. Hipotesis Penelitian

1 : terdapat pengaruh positif service quality terhadap satisfaction.

2 : terdapat pengaruh positif perceive value terhadap satisfaction.

3 : terdapat pengaruh positif satisfaction terhadap loyalty.

4 : terdapat pengaruh positif satisfaction terhadap loyalty melalui

trus sebagai variabel intervening.

Satisfaction  Y 

Perceive value  X2 

Trust  Z 

Loyalty  W  Servqual 

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Operasional adalah pernyataan tentang definisi batasan dan

pengertian variabel-variabel dalam penelitian secara operasional

baik berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman

empiris. Penelitian ini menggunakan dua variabel yang

mempunyai hubungan sebab akibat atau kausal Dalam penelitian

ini batas operasional, definisi operasional dan pengukuran

variabel terdiri dari :

A. Service Quality (X1)

Wyckof dalam Tjiptono (2005: 260), kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas

keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Douglas & Conor (2003) Terdapat 5 dimensi Servqual yaitu :

1. Tangible (X1.1) : Penampilan sarana dan prasarana fisik

perusahaan yang dapat diandalkan merupakan bukti nyata dari

pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Adapun

indikatornya adalah :

1)Kebersihan gerbong kereta (X1.1.1)

(56)

2. Responsiveness (X1.2) : Daya tanggap yaitu keinginan para

staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan

memberikan pelayanan yang tanggap, yakni motivasi para

karyawan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

pelanggan dalam menggunakan jasa. Adapun indikatornya

adalah :

1)kecekatan karyawan mengarahkan pelanggan yang tidak

tahu arah (X1.2.1)

2)karyawan cepat memberitahu pelanggan ketika kereta akan

sampai (X1.2.2)

3. Reliability (X1.3): Keandalan yakni kemampuan memberikan

pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan

memuaskan. Adapun indikatornya :

1)Ketepatan jadwal kereta api (X1.3.1)

2)Pengetahuan karyawan mengenai perusahaan saat ditanya

pelanggan (X1.3.1)

4. Empathy (X1.4) : Perhatian meliputi kemudahan dalam

melakukan hubungan, keramahan dalam memberikan

keterangan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi. Adapun

indikatornya :

1)Perhatian personal akan barang berharga pelanggan (X1.4.1)

(57)

5. Assurance (X1.5) : Jaminan mencakup pengetahuan,

kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang

dimiliki para karyawan; bebas dari bahaya risiko atau

keraguan :

1)Memberikan rasa aman dengan ditempatkan petugas

keamanan didalam gerbong kereta (X1.5.1)

2)Asuransi kecelakaan yang diberikan kepada pelanggan

(X1.5.2)

B. Perceive Value (X2)

Zeithaml & Bitner (2003) Persepsi nilai adalah penilaian keseluruhan konsumen terhadap utilitas sebuah jasa atau produk

berdasarkan persepsi terhadap yang diterima dan apa yang

diberikan.

Terdapat dua indicator dalam perceive value yaitu :

1. Harga tiket KA (X2.1)

2. Citra KA (X2.2)

C. Satisfaction (Y)

Kepuasan adalah harapan yang sama dengan kenyataan,

Kotler (1995:46) dalam Laksana (2008:9) kepuasan yaitu : menyangkut harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan.

Adapun indicator yang membentuk kepuasan (Cronin, 2000)

dalam Dedy (2007) yaitu :

(58)

2. Perasaan senang akan diskon menggunakan KTB (Y2)

D. Loyalty (W)

Zeithaml et. al. (1996) tujuan akhir keberhasilan perusahaan menjalin hubungan relasi dengan pelanggannya

adalah untuk membentuk loyalitas yang kuat. Indikator dari

loyalitas yang kuat adalah:

1) Say positive things, adalah mengatakan hal yang positif

tentang layanan yang didapat dari PT. KAI (W1)

2) Recommend friend, adalah menyarankan kepada teman untuk

menggunakan jasa KA (W2)

3) Continue purchasing, adalah pembelian yang dilakukan

secara terus menerus jasa KA yang telah digunakan (W3)

E.Trust (Z)

Lau & Lee dalam Tjiptono (2006) mendefinisikan ”trust sebagai kesediaan konsumen untuk mempercayai atau

mengandalkan merek dalam situasi risiko karena adanya

ekspektasi bahwa merek bersangkutan akan memberikan hasil

positif”.

Adapun indikatornya adalah :

1) Yakin kereta adalah pilihan yang efisien waktu (Z1)

(59)

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval.

Adalah untuk membedakan, menunjukkan peringkat dan mempunyai

jarak. Skala likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan

menyatakan setuju atau ke-tidaksetujuan-nya terhadap subyek, obyek

atau kejadian tertentu. Metode pengukuran yang paling sering

digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal

dengan nama Skala Likert. Nama lain dari skala ini adala summated

ratings method. Skala likert umumnya menggunakan lima angka

penilaian, yaitu : (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak pasti atau

netral, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju. Urutan setuju atau

tidak setuju dapat juga dibalik mulai dari sangat tidak setuju sampai

dengan sangat setuju. Alternative angka penlaian dalam skala ini

dapat bervariasi dari 3 sampai dengan 9 (Indriantoro, 1999 : 104).

1 2 3 4 5

1. Alternatif jawaban 1 = Sangat tidak setuju

2. Alternatif jawaban 2 = Tidak setuju

3. Alternatif jawaban 3 = Netral

4. Alternatif jawaban 4 = Setuju

(60)

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Merupakan individu atau kelompok yang mempunyai ciri atau

karakteristik yang sama dan menjadi obyek atau sasaran dalam

penelitian. Sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah penumpang KTB kereta api lokal kelas ekonomi daerah

operasi 8 Surabaya

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono,2008: 118). Teknik yang digunakan

dalam penentuan sampel adalah teknik simple random sampling yaitu

proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberikan

kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi

anggota sampel dengan kriteria sebagaai berikut:

Syarat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a.Umur ≥ 17 tahun

b.Penumpang kereta api lokal kelas Ekonomi yang minimal memiliki

kartu tanda berlanggan (KTB) ≥ 2 kali.

Menentukan jumlah atau ukuran sampel dengan perhitungan

menggunakan rumus Yamane (dalam Ferdinand 2006:227), adalah

(61)

di mana: n = ukuran

sampel

N = ukuran pupolasi

d = margin of error

= 114,2 → 114

Dari perhitungan menggunakan rumus Yamane, maka diperoleh

sebanyak 114 responden yang memenuhi kriteria sebagai sampel.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Data Primer

Data primer yaitu data yang didapat/diperoleh dan diolah sendiri

oleh peneliti. Data primer dapat diperoleh dari responden

individu (penumpang KTB KA lokal kelas ekonomi daerah operasi 8

Surabaya) secara langsung melalui penyebaran keusioner.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner dari

(62)

Gambar

Table 1.2 Data Penumpang Kereta Api Lokal
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 : Model Pengukuran Dimensi Tangible
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas siswa yang dominan pada siklus I pertemuan 1 nilai akhir yang diperoleh adalah baik (76.00%), pada pertemuan 2 nilai akhir yang diperoleh meningkat adalah

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa larutan getah buah tanaman pepaya efektif terhadap penurunan serangan Begomovirus dan

Pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak sejak usia dini, tidak dapat dilaksanakan oleh guru di lembaga pendidikan anak usia dini saja, tetapi orang tua

Sedang untuk konflik yang terjadi di Maluku Utara, kembali PMI bekerjasama dengan ICRC menyalurkan 5.655 paket bantuan keluarga kepada korban disamping pelayanan kesehatan di

Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh pembelajaran kooperatif tipe The Power of Two (kekuatan berdua) terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan menghargai

Materi Prasyarat ini merupakan materi atau kompetensi yang harus sudah dimiliki atau dikuasai siswa yang berkaitan dengan materi atau kompetensi yang akan dipelajari. Dalam

Laporan skripsi yang telah penulis buat berjudul “ Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Wisudawan Berprestasi oleh Ikatan Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah

Ini berarti pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar semakin baik, untuk mesin dengan katup fixed timing pada putaran mesin 1000 rpm sampai 4000 rpm terjadi