• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN CAHAYA BUATAN DALAM APLIKASI KARYA FOTOGRAFI EKSPRESIONISME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMANFAATAN CAHAYA BUATAN DALAM APLIKASI KARYA FOTOGRAFI EKSPRESIONISME"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 51

PEMANFAATAN CAHAYA BUATAN DALAM APLIKASI KARYA FOTOGRAFI EKSPRESIONISME

R. Sulistiyo Wibowo1, Nova Darmanto2

1Program Studi Desain Grafis, 2Program Studi Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

Jalan Srengseh Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 e-mail : soeltujuhsembilan@gmail.com

Abstrak

Karya seni apapun bentuknya adalah sebuah luapan ekspresi dari senimannya.

Oleh sebab itu karya seni bisa diidentikan sebagai hasil cita rasa seorang seniman dan karya seni juga merupakan ciri khas dari senimannya. Karya seni yang memiliki ciri khas ekspresif dapat diartikan bahwa luapan emosi yang dikeluarkan lebih besar dan terkesan lebih spontan. Paling mudah kita lihat dari karya lukis dua maestro tanah air yaitu Afandi dan Basuki Abdullah. Afandi memiliki karakter lukisan ekspresif dan spontan beliau melukis tanpa menggunakan kuas dan langsung digambarnya pada kanvas. Berbeda dengan Basuki Abdullah beliau penganut aliran realisme dan naturalisme beliau sangat memperhatikan proporsi, warna dan komposisi alam dan melukisnya dengan kuas. Hasil lukisan keduanya adalah ungkapan ekspresi dari cita rasanya dalam melukis.

Begitu pula dengan fotografi melalui media kamera dan lensa seorang fotografer bisa saja mengungkapkan ekspersi kekaryaannya melalui dua contoh diatas bisa melalui hal yang menggebu-gebu atau sangat teknikal sekalipun. Tergantung dari pengungkapan ekspersi masing-masing fotografer. Pada intinya sebuah nilai dalam berkesenian tidak dibatasi oleh media, jenis dan alat. Siapapun bisa berkesenian, bereksperimen dan melakukannya di luar batas normal.

Oleh karena itulah sebuah nilai ekspresif dalam berkesenian lebih menyiratkan kebebasan dalam berkarya khususnya fotografi bidang yang penulis geluti. Dengan karya fotografi ekspresif dengan menggunakan media cahaya buatan diharapkan dapat memberikan warna baru bagi dunia fotografi yang sudah ada. Karena sesungguhnya dalam dunia fotografi aliran atau faham apapun yang seorang fotografer anut tidak akan lepas dari unsur teknis dasar fotografi itu sendiri. Yaitu alat dan cahaya.

Kata-kata Kunci : Ekspresionisme, Light Painting, Cahaya buatan.

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Terinspirasi oleh karya lukis maestro Indonesia Afandi dengan hasil karya lukisnya yang beraliran ekspresionisme.

Penulis mencoba mengaplikasikannya

dalam karya fotografi. Karya ekspresionisme tidak hanya merupakan ekspresi yang menggebu-gebu dari seorang senimannya namun ada makna kejujuran dan spontanitas disana. Lalu apa yang terjadi jika guratan kuas, cat minyak atau

(2)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 52

cat air digantikan guratan-guratan cahaya dalam sebuah frame foto dan bukan pada sebuah kanvas. Itulah tantangan dan tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini. Tidak hanya guratan cahaya tak bermakna namun bagaimana sebuah karya fotografi ekspresif ini memberikan nilai artistik lebih bagi penikmatnya.

Seperti kita ketahui bahwa dunia fotografi adalah bagian dari cabang seni visual yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari pemberitaan surat kabar hingga berbagai media baik itu media promosi, media sosial hingga proses kerja bidang kreatif yang secara tidak langsung memerlukan jasa seorang fotografer untuk mengabadikan idenya dalam sebuah media perancangan.

Dahulu bidang fotografi kerap dianggap sebelah mata karena alasan penggunaan kamera yang dianggap kurang masuk dalam lingkup seni khususnya seni rupa. Namun seiring waktu fotografi tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis semata, namun ada unsur seni dan pembelajaran harmonisasi (komposisi) disana. Dimana seorang fotografer tidak hanya dituntut mampu mengabadikan gambar atau moment saja namun juga dituntut untuk menghadirkan sebuah hasil rekam gambar yang menarik dan artistik.

Maka tak salah jika fotografi kemudian diakui sebagai bagian dari lingkup seni rupa khususnya seni media rekam.

Seperti namanya fotografi terdiri dari dua kata dasar yaitu ; photos yang berarti cahaya dan graphien yang berarti menggambar atau melukis. Maka secra harfiah fotografi memiliki pengertian melukis atau menggambar dengan cahaya.

Namun bukan berarti sebuah karya fotografi hanya menampilkan subjek cahaya sebagai unsur utama. Pengertian disini adalah bahwa seni fotografi adalah

bidang yang memerlukan media cahaya sebagai upaya dalam membantu proses perekaman gambar.

Lalu bagaimana hubungannya dengan Ekspresif atau ekspresionisme dalam dunia fotografi. Seperti telah dibahas diatas dunia fotografi sama dengan cabang seni lainnya, yang membedakannya adalah penggunaan alat dan teknologi yang terus berkembang.

Seorang fotografer bisa mengeksplorasi gejolak seninya melalui karya fotografi yang umum seperti ; jurnalistik dan komersial. Namun jangan dilupakan art photography atau fotografi seni juga adalah bagian dari fotografi yang mengakomodir ide- ide, imajinasi 'liar' dari seorang seniman foto. Salah satunya adalah fotografi ekspresif atau ekspresionism photography.

Ekspresif atau ekspresionisme adalah aliran yang mengutamakan curahan batin secara bebas. Bebas disini dalam menggali obyek yang timbul dalam diri seorang seniman baik itu berupa pengalaman pribadi maupun imajinasi. Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek- efek emosional. Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, arsitektur, dan musik.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah ini dibuat sebagai upaya mengkotakan masalah penelitian ini terhadap penggunaan cahaya buatan yang biasa kita temukan di sekitar menjadi sumber cahaya (light painting) bagi proses penciptaan karya fotografi ekspresionisme.

Secara khusus rumusan masalah dibagi sebagai berikut ;

1. Karya fotografi seni yang melibatkan cahaya buatan (light painting) masih belum banyak

(3)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 53

dibandingkan karya fotografi seni lainnya.

2. Gaya ekspresionisme biasanya sudah lumrah pada karya lukisan.

Namun bagaimana ketika diaplikasikan pada karya fotografi 3. Ciri khas dan nilai artistik dalam

karya fotografi ekspresionisme.

Dimana diharapkan bukan hanya guratan-guratan cahaya tanpa makna yang nanti dihasilkan.

Namun lebih dari itu yaitu bermakna dan memiliki nilai artistik.

4. Mungkinkah sebuah objek tambahan sebagai penguat karya fotografi ekspresionisme.

C. Batasan Masalah

Agar proses penelitian tidak meluas dan efisien, penulis membatasi pada proses eksplorasi dan ekspresionis penciptaan fotografi ini dalam beberapa poin penting yaitu sebagai berikut :

1. Pemanfaaatan cahaya buatan adalah cahaya buatan yang bisa kita temui di sekitar dengan modifikasi berupa tambahannatau pengaturan tertentu pada sumber cahaya tersebut

2. Teknik yang digunakan adalah teknik light painting dengan media ruang gelap

3. Sumber cahaya adalah cahaya buatan yang memiliki sifat spot light (tidak menyebar)

4. Penggabungan antar warna adalah tujuan utama proses penciptaan ini 5. Menggabungan beberapa gaya

penyinaran menjadi efek lighting yang yang diharapkan menghasilkan efek jejak cahaya yang tidak terduga sebelumnya.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sebuah penelitian apapun bentuknya jelaslah mempunyai tujuan atau maksud didalamnya. Polimedia sebagai sebuah institusi pendidikan di bawah kementerian pendidikan nasional jelaslah marus mampu menghadirkan sebuah pemutakhiran pengetahuan khususnya di bidang industri kreatif. Dengan memiliki sepuluh bidang program studi kreatif maka selayaknya Polimedia mampu memberikan kontribusi lebih dalam lingkup penelitian yang relevan tidak hanya bagi kompetensi dosennya saja namun juga bagi kontribusi lembaga serta bidang yang dikuasainya.

Penelitian ini adalah upaya tim penyusun dalam membuka cakrawala dunia fotografi yang kurang tereksplorasi di lembaga ini. Banyak hal sebenarnya yang dapat diambil sebagai materi penelitian dalam fotografi baik untuk pribadi dan khususnya untuk lembaga (adik-adik mahasiswa program studi desain dan fotografi). Penulis mencoba mengangkat penelitian yang tidak terlalu rumit namun sarat akan nilai estetika didalamnya yaitu ; komposisi, khususnya komposisi warna . Komposisi dalam fotografi sangat penting untuk dipelajari, didalamnya sarat dengan perpaduan cahaya, warna, bentuk dan lain sebagainya. Sebaik apapun teknik fotografi yang dimiliki namun kurang dalam komposisi maka sebuah foto tetap tidak akan menarik, dan begitu pula sebaiknya.

Maka oleh sebab itu fotografi adalah keilmuan seni yang dituntut pelakunya memahami aspek teknis dan non teknis.

2. TINJAUAN PUSTAKA A. Seni

Seni adalah hasil ekspresi diri dari seorang seniman yang diwujudkan dalan sebuah karya. Karya seni bisa bersifat individualis bahkan egois dan bisa bersifat

(4)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 54

fungsional atau terapan. Hal ini tergantung dari niat awal seorang seniman tersebut.

Seni yang dibuat berdasarkan ekspersi diri semata dikatakan sebagai seni murni.

Sedangkan seni yang dibuat dengan nilai toleransi dan aplikasi terhadap masyarakat disebut seni terapan (baca ; fungsional)

B. Teknologi

Karya seni apapun bentuk dan visualnya selalu memberikan kesan yang mendalam bagi penikmatnya namun yang membedakan fotografi dengan karya seni lainnya adalah nilai kejujuran yang terkandung di dalamnya. Terlepas dari saat ini ketika fotografi analog tergantikan dengan fotografi digital dan ketika teknologi digital imaging semakin merajalela masyarakat masih menilai positif bahwa karya fotografi masih mengandung nilai kebenaran dan kejujuran di sana.

Pernyataan diatas sejalan menurut Seno Gumilar Ajidarma, bahwa ;

Teknologi fotografi memang dilahirkan untuk memburu objektivitas karena kemampuannya untuk menggambarkan kembali realitas visual dengan tingkat presisi tinggi. (Ajidarma, 2007 : 1).

Bahwa memang pada saat ini fotografi digital semakin tidak ada batasnya. Maka jika kita bicara orisinalitas gambar yang dihasilkan oleh sebuah kamera digital banyak yang mungkin berpendapat bahwa hasil yang didapat biasanya melewati proses digital imaging. Namun dalam proses penelitian ini akan mengesampingkan dahulu proses digital imaging. Karena walau bagaimanapun saat ini koreksi warna dalam fotografi digital sangat mudah untuk dilakukan di komputer.

Proses ini lebih menekankan kepada orisinalitas gambar yang dihasilkan kamera melalui pemahaman suhu cahaya dan

lingkungannya dan tidak serta merta memudahkan koreksi warna hanya mengandalkan fasilitas Color Correction pada Komputer atau software tertentu.

Seperti diungkapkan bahwa karya fotografi adalah hasil karya ekspresi dan penguasaan teknis dari fotograferrnya ;

Karya yang terciptakan dengan materi dan teknik fotografi yang dibuat berlandaskan nilai-nilai estetik yang ada dapat disebut sebagai hasil karya ekspresi penciptanya. (Soedjono, 2006 : 55).

Jadi kemampuan dan pemahaman fotografer terhadap bidangnnya (fotografi) jelas memiliki peranan penting dibandingkan sebuah proses editing atau olah digital. Karena jangan sampai seorang fotografer hanya mengandalkan kemampuan olah digital atau koreksi setelah sebuah foto tercipta. Karena bagaimanapun seorang fotografer layaknya harus mampu merekam gambar dengan sebaik dan sebagus mungkin tanpa perlu melalui proses digital imaging.

Dalam proses nantinya sebuah koreksi yang wajar tanpa proses editing akan menjadi pegangan penulis. Pada penelitian ini proses pertama pemotretan seperti kesiapan kamera, lensa dan sumber cahaya menjadi prioritas utama sebelum masuk ke dalam tahap pemotretan. Sehingga diharapkan sedikit bahkan mungkin tidak ada proses editing lanjutan di komputer.

C. Ekspresionisme

Secara umum banyak yang menyebut karya seni ekspresionisme sebagai karya yang liar penuh dengan guratan-guratan keras dan spontan hasil dari ungkapan perasaan senimannya. Namun Ekpresionisme adalah kecenderungan mengubah realitas demi menimbulkan efek emosional. Maka karya ekspresionisme bisa dikatakan merupakan karya seni subyektif. Ekspresionisme diwujudkan

(5)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 55

dalam berbagai jenis seni seperti lukisan, karya sastra, teater, film, arsitektur dan musik. Hal ini berkaitan pula dengan pengalaman dan cara pandang estetis seorang seniman terhadap karyanya.

Sebagai contoh bagi sebagian orang atau negara cantik itu putih dan langsing tapi bagi sebagian orang dan negara lainnya cantik mungkin gemuk dan hitam. Oleh karena itu sebuah karya seni ekspresionisme sangat bernilai subjektif khususnya bagi senimannya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Agus Sachari, yaitu ;

Pengalaman estetis hakikatnya melibatkan pengamatan indrawi yang sekaligus melibatkan seluruh unsur dalam diri manusia ikut terbawa oleh pengamatan itu. (Sachari, 2002 : 60) Sebagai tambahan bagi penganut

ekspresionisme bahwa ;

“Art is an expression of human feeling”

atau seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni , yaitu pengungkapan dari kesan- kesan (art is expression of impresion ) D. Light Painting

Karya penciptaan ini nantinya akan banyak menggunakan sumber cahaya buatan sebagai sumber utamanya. Dimana sumber cahaya buatan yang dimaksud adalah sumber cahaya selain cahaya matahari. Berbeda dengan sumber cahaya yang khusus dibuat untuk kebutuhan fotografi, sumber cahaya buatan ini adalah sumber cahaya yang memang bukan dikhususkan untuk keperluan fotografi sperti lampu senter, lampu LED dan sebagainya yang fungsi utamanya sebagai alat penerangan rumah tangga atau untuk kebutuhan lainnya selain fotografi.

Sumber cahaya buatan ini akan menjadi 'tinta' atau guratan pena dalam bentuk

cahaya yang dikreasikan sedemikian rupa sehingga tercipta rekam cahaya yang artistik. Istilah tersebut biasa dikenal sebagai Light Painting atau lukisan menggunakan cahaya.

Menurut Lance Keimig dalam bukunya yang bertajuk Night Photography bahwa lukisan cahaya atau Light Painting adalah ;

light painting describes when light is added to illuminate the subject of a photograph, originating either from inside or outside of the frame the camera. (2010 : 220)

Pemahaman diatas diartikan sebuah foto dikatakan sebagai lukisan cahaya adalah ketika ada cahaya ditambahkan untuk menerangi subjek foto, yang berasal baik dari dalam maupun luar frame kamera.

3. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Dalam proses penelitian ini penulis akan melakukan metode uji kualitatif dan eksperimental metode ini adalah metode penelitian yang berbasis penciptaan.

Metode ini lebih tepat karena penulis dapat membandingkan tiap hasil melalui berbagai percobaan hingga mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Prosesnya dapat berupa percobaan dan eksperimen baik terhadap sumber cahaya, alat, modeling dan teknis pemotretan.

Penulis membagi menjadi beberapa aspek atau garis besar dalam dalam proses penelitian ini, diantaranya :

 Sumber Cahaya

Adalah sumber atau objek utama sebuah penelit cahaya ; artificial light (cahaya buatan). Sumber cahaya yang dibuat oleh manusia dan memiliki sember penyinaran spot ( senter, lampu tembak, presentation pen)

(6)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 56

 Equipment/Peralatan

Aspek ini meneliti hal- hal yang secara wujud teridentifikasikan, jika dalam fotografi adalah ; kamera, lensa, pencahayaan, film dan sebagainnya. Apakah penggunaan jenis, tipe dan merk mempengaruhi hasil penelitian

 Literatur

Meneliti kajian, literatur dan sumber yang memiliki keterikatan dengan kajian penelitian yang kemudian di pahami atau mungkin terbarukan oleh kajian peneliti.

Seperti ; buku, internet dan sumber lainnya yang dianggap dapat menambah wawasan dalam penelitian ini nantinya.

Berdasarkan aspek penelitian diatas, Penulis kemudian membagi lagi aspek tersebut berdasarkan ; perangkat utama dan perangkat pendukung. Kedua perangkat tersebut akan dibahas pada sub bab selanjutnya.

B. Perangkat Utama Penelitian

Perangkat utama adalah perangkat vital yang berfungsi sebagai alat dalam proses perekaman gambar. Tanpa adanya alat dan perangkat ini maka mustahil proses penelitian ini berjalan. Perangkat tersebut adalah ;

1. Kamera Digital DSLR Canon EOS 7D, 18 MP

Kamera ini memiliki kelebihan dari sensor yang lebih baik karena masuk dalam kategori kamera semi professional dengan fitur-fitur yang mudah dioprasikan dan lengkap

2. Lensa Canon EF. 18 –135mm Lensa yang terbilang fleksibel karena memiliki range lebar (wide) dan jauh (tele) yang ideal sehingga relatif tidak memerlukan lensa ganda untuk dua kebutuhan tersebut. Secara harga tidak terlalu mahal namun memiliki kualitas diatas rata-rata medium level lensa keluaran canon.

3. Tripod

Perangkat satu ini jelas sangat dibutuhkan dalam pemotretan indoor terutama dalam ruang yang gelap dan setting kamera menggunakan durasi panjang.

Tujuannya agar tercapai kualiatas gambar yang baik (tidak goyang dan memiliki pencahayaan yang diharapkan)

4. Memory card

Alat penyimpan data (foto) dari proses pemotretan kamera digital. Semakin besar kapasitas maka ruang penyimpanan data akan semakin besar dan fleksibel.

Adapun besaran memori penyimpanan yang digunakan penulis adalah sebesar 8 GB.

5. Sumber cahaya buatan ( Senter/lampu tembak, lampu LED)

Merupakan sumber cahaya utama dalam menerangi objek pemotretan dan sebagai media ekspresi penulis dalam memainkan pola cahaya sehingga pola cahaya yang dihasilkan lebih dinamis dan ekspresif

(7)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 57

sesuai dengan tema utama penelituian ini.

6. Mika warna/ Plastik mika berwarna

Berfungsi sebagai pembentukdan mengatur warna cahaya dengan cara menggabungkan atau memasang secara single pada bingkai sumber cahaya.

7. Kaca/Gelas bertekstur/Gelas bertekstur dan berwarna Untuk merubah pola cahaya sehingga cahaya yang melewati kaca ini akan memiliki bentuk yang lebih bervariatif.

C. Perangkat pendukung

Perangkat pendukung seperti komputer dibutuhkan untuk melihat hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan melihat langsung di view finder kamera.

Adapun software pengedit foto (Adobe Photoshop) bukan dimaksudkan untuk mengedit foto atau bahkan warna namun hanya sebagai parameter dalam melihat saturation dan kekontrasan warna dari foto yang dihasilkan

D. Tahap Perwujudan

Dalam proses selanjutnya maka diperlukan tahapan yang sistematis dan terencana dalam upaya mendapatkan foto yang di harapakan dan sesuai dengan jadwal waktu yang , yaitu :

1. Tahap Observasi

Tahap ini adalah tahap awal di mana penulis melakukan survey objek tumbuhan untuk dijadikan model pemotretan. Termasuk tempat, namun tempat akan lebih banyak dilakukan di ruang tertutup (indoor)

2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini dilakukan untuk memberikan sebanyak mungkin informasi dan masukan mengenai proses penciptaan yang akan penulis lakukan, diantaranya:

a. Eksplorasi Objek

o Melakukan studi literatur melalui buku-buku, tokoh terkait hingga internet.

o Pengamatan terhadap objek- objek terkait untuk menentukan bagian mana saja yang bisa dijadikan objek pemotretan.

b. Eksplorasi Teknis

o Melakukan observasi peralatan seperti kamera,

lensa, memori

penyimpanan data dan perangkat komputer, untuk mengetahui apakah peralatan yang telah ada mampu untuk

mendukung proses

penciptaan ini.

o Mendata dan mereview hasil eksplorasi sebagai bahan data dan acuan dalam proses penciptaan selanjutnya.

3. Eksperimen/Improvisasi Proses ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dan maksimal sebelum melangkah kepada proses selanjutnya yaitu melakukan pemotretan terhadap objek yang sebenarnya.

 Ekperimen pemotretan pada ruang gelap

(8)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 58

 Studi dan eksperimen komposisi objek pemotretan dan studi dan percobaan

penggunaan lensa yang tepat.

 Percobaan dalam mengkombinasikan warna dengan plastic color paper

 Melihat kemungkinan hasil perpaduan warna yang paling ideal dan kemudian mengulangnya kembali.

4. Perwujudan

Proses ini adalah proses akhir di mana sebuah karya fotografi terbentuk hasil dari eksplorasi dan percobaan-percobaan yang penulis lakukan. Dengan tujuan agar hasilnya sesuai dengan harapan penulis

E. Analisis Hasil Pemotretan

Berikut adalah hasil pemotretan dalam rangka penelitian ini yang telah penulis lakukan. Proses ini dilakukan secara bertahap hingga menghasilkan karya yang menurut penulis paling ideal dengan menggabungkan beberapa teknik pencahayaan dan pengaturan kamera sehingga tercipta karya fotografi sebagai berikut :

Foto 1

‘Timeless’

(F : 22/ S : 5 Sec/ISO : 200/ FL: 59 mm)

1. Analisis Foto 1 (‘Timeless’)

Foto ini adalah foto eksperimental pertama menggunakan cahaya senter (bohlam) dengan filterisasi mika berwarna merah dan biru. Durasi dibuat tidak terlalu lama (5 detik) untuk melihat sejauh mana hasilnya karena pada saat itu penulis hanya ingin melihat pola warna dan gerakan cahayanya saja. Namun hasilnya dapat dikatakan cukup menarik dan tidak mengecewakan.

Adapun latar belakang menggunakan karton berwarna putih untuk menangkap warna cahaya lebih jelas. Karena beberapa kali menggunakan karton berwarna gelap cahaya tidak muncul secara maksimal.

Foto 2

‘I Bite U’

(F : 25/ S : 6 Sec/ISO : 200/ FL: 50 mm) 2. Analisis Foto 2 (‘I Bite U’ )

Foto dengan objek salah satu perkakas bangunan (Tang) ini memperlihatkan pola warna yang bertumpuk. Pola warna ini dihasilkan dengan membentuk filter pada kertas karton yang dilubangi dengan pola asimetris. Pola asimetris tersebut kemudian ditutupi oleh mika plastik warna yang ditumpuk sedemikian rupa dan ditempel pada bibir senter.

(9)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 59

Sehingga ketika proses pemotretan di ruang gelap cahaya akan terlihat kontras menyinari objek.

Pada proses pemotretan ini sumber cahaya (senter) tidak digerakan secara dinamis namun hanya digerakan/digeser sedikit per 3 detik. Untuk mendapatkan fokus pada objek dilakukan dengan trik spotlight, yaitu menyinari objek terlebih dahulu dengan cahaya secukupnya. Setelah mendapatkan fokus kemudian dilanjutkan dengan menekan shutter dengan mode Self Timer. Dengan menggunakan mode Self Timer bertujuan agar mengurangi goyangan pada kamera.

Foto 3

‘Lazy Hammer’

(F : 25/ S : 6 Sec/ISO : 200/ FL: 50 mm)

3. Analisis Foto 3 (‘Lazy Hammer’) Hampir sama dengan foto 2, foto ini lebih menekankan pada aspek artistik pencahayaan low key dengan menggunakan media pencahyaan berwarna. Pola warna yang dihasilkan tidak berbeda jauh dengan foto nomor 2 namun komposisi dan peletakan objek digeser ke sebelah kanan. Hal ini untuk memberikan kesan berbeda dengan foto sebelumnya selain itu untuk menambah variasi komposisi pemotretan.

Foto 4

‘Flaming Bottle’

(F : 25/ S : 13 Sec/ISO : 200/ FL: 24 mm)

4. Analisis Foto 4 (‘Flaming Bottle’) Pemotretan dengan objek botol ini memerlukan waktu perekaman yang relatif lebih lama dari foto-foto sebelumnya. Karena pada penggunaan durasi perekaman sekitar 6 – 10 detik belum menampakkan hasil yang memuaskan dari penampakan cahayanya.

Prosesnya menggunakan dua cahaya senter (LED, kedua senter tersebut cahayanya sedikit ditutupi kekuatan sinarnya (karena tidak bisa diatur secara langsung pada senternya).

Senter pertama Kemudian ditambahkan mika warna yang digabung (merah dan biru) sehingga warna cenderung menjadi ungu.

Senter kedua dibiarkan normal tanpa penambahan mika warna. Keluarnya sinar pada kedua senter tersebut tanpa adanya penambahan filter pola.

(10)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 60

Prosesnya senter pertama menyinari pada latar belakang karton putih selama 8 detik dan dilanjutkan dengan penyinaran senter kedua selama 7 detik. Hasilnya objek botol menjadi siluet dan karena terbuat dari kaca warna cahaya di bagian belakang menjadi terlihat menyatu serta keseluruhan foto menjadi lebih artistic.

Foto 5

‘Be Carefull’

(F : 29/ S : 20 Sec/ISO : 200/ FL: 71 mm)

5. Analisis Foto 5 (‘‘Be Carefull’) Pada karya foto yang bertajuk Be Carefull ini penulis telah menggunakan medium kaca (berpola, berwarna dan bertekstur) sehingga bias cahaya terutama cahaya laser bisa terpecah sedemikan rupa sehingga hasilnya cukup menarik dan diluar dugaan. Namun eksekusinya tidak semudah yang diperkirakan. Penulis harus menemukan pola yang menarik setelah cahaya keluar menembus kaca, caranya dengan memutar dan menggerakkan kaca tersebut sedemikan rupa hingga pola cahaya yang keluar menjadi menarik.

Adapun durasi semakin bertambah menjadi 20 detik dengan ISO 200 dikarenakan dalam peroses perekaman pola cahaya laser khususnya memerlukan durasi yang

lebih lama dibandingkan cahaya senter biasa.

Foto diatas juga menggabungkan dua sumber cahaya yaitu cahaya senter untuk menerangi objek terlebih dahulu sedangkan cahaya laser untuk membuat pola artistik. Cahaya laser yang digunakan terdiri dari dua warna, yaitu merah dan hijau.

Foto 6

‘Sleeping Glass’

(F : 29/ S : 6 Sec/ISO : 200/ FL: 50 mm)

6. Analisis Foto 6 (‘Sleeping Glass’) Karya foto terakhir ini adalah karya foto menggunakan model media gelas.

Dengan media gelas maka cahaya akan berpendar (berpencar) mengikuti pola gelas. Selain itu pola sebelumnya yang telah terbentuk melalui filterisasi kaca berpola akan semakin membuat cahaya laser semakin terlihat dramatis.

Durasi perekaman tidak lama hanya sekitar 6 detik karena mengejar bentuk pola yang sudah terbentuk dengan cepat dan sesuai dengan keinginan. Pola ini memiliki sedikit perbedaan dengan pola laser pada foto 5. Dalam foto ini pola laser memiliki pola yang lebih menyebar dan tidak beraturan. Dalam proses pemotretan foto ini penulis murni hanya menggunakan sumber cahaya laser semata yaitu laser berwarna hijau dan meraht tanpa adanya sumber

(11)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 61

cahaya lain serta filterisasi warna menggunakan mika plastik.

4. KESIMPULAN A. Kesimpulan

Ketika proses penelitian berakhir dan menghasilkan sesuatu baik itu produk atau bentuk kajian tertulis maka hal selanjutnya adalah menentukan kesimpulan akhir dari penelitian tersebut. Adapun kesimpulan penulis dalam penelitian kali ini terdiri dari dua hal yaitu :

1. Kesimpulan Teknis, yang meliputi : a. Penggunaan alat Perekaman (kamera,

lensa, fitur, aksesoris dan pengaturan) b. Penggunaan alat Pencahayaan (lampu

senter, lampu LED, sinar laser, mika warna)

2. Kesimpulan Non Teknis, yang meliputi : a. Manfaat atau output penelitian

b. Pengembangan keilmuan

B. Kesimpulan Teknis

Kesimpulan ini menitikberatkan kepada proses kerja pemotretan yang dilakukan penulis. Penulis menyimpulkan bahwa dalam pemotretan apapun bentuknya jelas sangat dipengaruhi oleh factor teknis dari alat tersebut (baca : kamera).

Kemampuan kamera dan insting fotografer mutlah dikuasai. Secanggih apapun kamera jelas tidak akan mengakomodir hasil yang ideal jika kemampuan fotografer pas-pasan.

Begitu pula dengan peralatan yang kurang mendukung tentu akan kurang termaksimalkan kemampuan yang dimiliki oleh seorang fotografer.

Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan beberapa poin penting dalam pemotretan menggunakan media cahaya sebagai objek utama, yaitu :

1. ISO

Diatur pada rentang 100-200, karena memiliki tingkat noise yang rendah dengan alasan pemotretan dilakukan

di ruang yang gelap dan tingkat perekaman yang panjang (long duration)

2. Speed (S)

Diatur dengan rentang durasi yang panjang sekitar 1/5 - 1/20 detik agar proses perekaman memiliki rentang yang cukup dalam membentuk pola cahaya, yaitu dengan memainkan sumber cahaya

3. Diafragma (F)

Diatur dengan bukaan lensa yang cenderung kecil diatas 1/22 sampai dengan 1/29 dengan tujuan cahaya yang masuk dapat tertahan lebih lama dan memiliki detail serta kedalaman objek yang lebih baik 4. Sumber Cahaya

Gunakan sumber cahaya yang memiliki karakter spot light (jauh dan terarah) bukan menyebar.

Penggunaan sumber cahaya yang menyebar hasilnya tidak akan maksimal (bohlam/neon).

5. Pewarna Cahaya

Gunakan material warna yang transparan sehingga sumber cahaya dapat berubah warna ketika terhalangi material tersebut (mika warna plastik, kertas hias dan lainnya)

C. Kesimpulan Non Teknis

Setiap penelitian tentulah ada tujuan yang ingin dicapai dan manfaat yang ingin diberikan kepada masyarakat.

Bagi penulis bentuk penelitian yang bersifat terapan ini seyogyanya minimal akan saya bagikan kepada mahasiswa didik di tempat penulis bernaung.

Namun tidak menutup kemungkinan akan sangat bermanfaat lebih jika hasil penelitian ini tersebar dan diterima oleh masyarakat luas melalui publikasi yang

(12)

Volume 04 Nomor 01 Januari 2017 62

sifatnya luas dan besar (jurnal, blog, seminar komunitas)

Hal yang paling mungkin dilakukan penulis dalam waktu dekat adalah membukukan penelitian ini dalam bentuk buku ajar atau jurnal serta praktikum langsung bagi mahasiswa baik di kelas ataupun studio.

4.2. Saran

Dunia fotografi bagi penulis adalah sebuah bidang seni yang memberikan ruang berkesenian dan bereksperimen dengan tanpa batas. Dunia fotografi bagi penulis tidak sekedar dunia pendokumentasian semata. Disini penulis dapat belajar banyak mengenai eksplorasi alat, eksplorasi cahaya, eksplorasi komposisi dan eksplorasi lainnya menggunakan alat yang dinamakan kamera.

Maka dengan rampungnya penelitian ini semoga dapat memberikan masukan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai dunia fotografi khusus penggemar light painting fotografi menggunakan cahaya buatan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala masukan, saran dan pendapat sangat penulis harapkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan bidang fotografi. Semoga penulis selalu diberikan kesehatan dan kesempatan dalam menuangkan ide kedepannya. Amin.

6. Daftar Pustaka

Allen, Elizabeth (2011) The Manual of Photography, Focal Press, Kidlington, Oxford , UK

Ajidarma, Seno. (2007) Kisah Mata, Galang Press, Yogyakarta

Drew,Helen (2005) The Fundamentals of Photography,AVA Publishing, UK.

Keimig, Lance (2010) Night Photography, Focal Press, USA

Paulus, Edison (2011) Buku Saku Fotografi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Soekojo, Makarios (2007) Dasar Fotografi Digital, Penerbit PT. Prima Infosarana Media, Jakarta

Soedjono, Soeprapto. (2006) Pot Pourri Fotografi. Jakarta: Universitas Trisakti.

Tjin, Enche (2011) Lighting Itu Mudah, Bukune, Jakarta

Worobeic, Tony & Ray Spencer (2003) Photo Art, New York, Guptill Publications.

Webb, Jeremy (2005) Creative Vision, AVA Publishing, UK

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu jumlah penumpang dari luar negeri (Internasional) mengalami kenaikan sebesar 1,62 persen, yaitu dari 6.348 orang pada Januari 2016 menjadi 6.451 orang pada

Karakter bersahabat sangat diperlukan dalam pergaulan remaja. Dewasa ini masalah yang menyangkut remaja terutama pelajar adalah mudah sekali memiliki tendensi buruk

(ii) Manipulasi lingkungan: perubahan sementara habitat vektor sebagai hasil dari.. aktivitas yang direncanakan untuk menghasilkan kondisi yang tidak disukai dalam

[r]

PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP KARAKTER BERSAHABAT SISWA KELAS VIII DI SPM NEGERI 4 SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sitio, A 2008, Tesis: Hubungan tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Medan Perjuangan Kota

Finally one fraction, fraction D, obtaining in white sharp crystals, 96 mg, m.p 117.5 ºC gave positive results to an alkaloid especially from the group of atropine.. Keywords:

This paper analyses a large number of factors related to the influence degree of urban waterlogging in depth, and constructs the Stack Autoencoder model to explore the