DAFTAR ISI
PERNYATAAN i
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERIMA KASIH iii
ABSTRAK v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Rumusan Masalah 7
1.4 Tujuan Penelitian 8
1.5 Manfaat Penelitian 9
1.6 Hipotesis Penelitian 10
1.7 Definisi Operasional 10
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Kisah Pewayangan Rama dan Sinta (Ramayana) 12
2.2 Komik 18
2.3 Cerpen 20
2.3.1 Tema 24
2.3.2 Penokohan 26
2.3.3 Alur (Plot) 28
2.3.4 Latar 30
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.3.6 Penggunaan Bahasa 33
2.3.6.1 Stile 34
2.3.6.2 Stilistika 35
2.4 Pendidikan Karakter 37
2.5 Pemetaan Pikiran 50
2.6 Esensi Mengenalkan Kisah Rama dan Sinta Kepada Siswa Kelas X 54
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian 58
3.2 Prosedur Penelitian 59
3.3 Sumber Data 63
3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan data 63
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas 72
3.6 Teknik Analisis Data 72
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Hasil Pengolahan Data 75
4.1.2 Analisis Uji Data Rataan Pretes Kemampuan Menulis Cerita Pendek 77
a. Uji Normalitas dan Homogenitas 77
b. Uji Kesamaan Rataan Data Pretes 80
4.1.3 Analisis Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek 80
a. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen
Berdasarkan Pembelajaran 80
4.2 Deskripsi Pembelajaran Menulis Cerpen Menggunakan Komik Rama dan Sinta
dengan Pemetaan Pikiran 83
4.2.1 Pembelajaran Pertemuan Ke-1 83
4.2.3 Pembelajaran Pertemuan Ke-3 86
4.2.4 Analisis Hasil Observasi Pelaksanaan Menulis Cerpen Berorientasi
Nilai Karakter Menggunakan Pemetaan Pikiran 87
4.3 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Kelas Eksperimen 89
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan 270
5.2 Saran 276
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dunia internasional mengakui wayang sebagai produk budaya dan kesenian asli
Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas
tinggi, tetapi juga menghadirkan muatan-muatan moralitas yang sangat bermanfaat untuk
pendidikan budi pekerti. Buktinya: Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui The United Nations
Education Scientifics anda Cultural Organization (UNESCO) mengeluarkan sertifikat tertanggal
7 Nopember 2003 yang isinya menyatakan bahwa wayang Indonesia sebagai karya agung
budaya dunia (masterpiece of the oral and intangible of humanity) (Yasasusastra, 2011).
Oleh karena wayang kini sudah menjelma menjadi kebudayaan bangsa Indonesia yang
diakui dunia maka sangat penting saat ini untuk mengenalkan wayang, dan tentu saja jalinan
kisahnya kepada para pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Terlebih kini bangsa Indonesia
sedang mengalami degradasi karakter dan budaya yang bila tidak dicegah secara dini,
dikhawatirkan akan memunculkan masalah secara menyeluruh bagi negara Indonesia kelak.
Selain itu kisah pewayangan sesungguhnya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu tindakan
pencegah terjadinya degradasi tersebut. Karena kisah pewayangan dibuat memang dengan tujuan
untuk mendidik. Seperti yang diungkapkan Yasasusastra (2011), diharapkan setelah memahami
kisah pewayangan, para siswa dapat memetik pelajaran dengan mengetahui perilaku yang baik
untuk bisa diteladani dan watak atau sikap yang buruk untuk dijauhi.
Kisah-kisah pewayangan, baik Mahabarata maupun Ramayana pernah begitu populer
pada tahun 1960-an berkat seorang komikus tanah air bernama R.A. Kosasih (dianugerahi
Ramayana (R.A. Kosasih menggunakan judul Rama dan Sinta) dalam bentuk komik yang
diterbitkan oleh Penerbit Melodie.
Dalam situs www.komikindonesia.com, Suroto mengatakan R.A Kosasih sebagai seorang
komikus lebih dikenal luas dibandingkan komikus lainnya karena mampu menyadur karya sastra
kelas berat menjadi komik yang notabene adalah produk populer.
Pada saat itu komik sempat dihujat karena dianggap produk murahan dan berakibat buruk
bagi anak-anak. R.A. Kosasih kemudian tergerak untuk membuat komik cerita rakyat yang berisi
pesan moral. R.A. Kosasih kemudian berpikir membuat komik dari kitab Mahabharata dan
Ramayana yang punya pesan moral dan sudah mengakar dalam budaya Indonesia. Selanjutnya
serial Mahabharata menjadi best seller (1954) dan berhasil mengubah citra komik menjadi
bacaan yang mendidik (www.komikindonesia.com).
Tidaklah berlebihan ketika budayawan Seno Gumira Ajidarma pernah berkata, ”Siapa
pun yang menjadi presiden, sebaiknya ia tidak lupa memberi penghargaan kepada R.A. Kosasih
dengan bintang Mahaputera, karena memang orang tua ini seorang mahaputera
(www.komikindonesia.com)”.
Karena komik, khususnya Mahabarata dan Rama dan Sinta (Ramayana) dilihat dari
kisahnya sangat menarik, sarat dengan nuansa budaya, pendidikan, dan nilai-nilai karakter,
membuat peneliti merasa perlu mengenalkan komik tersebut kepada para siswa, terlebih komik
tersebut kini sulit didapat. Bilapun ada, harganya yang relatif mahal untuk setingkat siswa
membuat komik tersebut semakin tidak dikenal dan jarang dibeli oleh para siswa.
Selain itu, peneliti ingin pula menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter melalui
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka
pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode konvensional di
kelas X SMA Bina Muda.
Hipotesis tersebut ingin dijawab, karena menulis cerpen pada kenyataannya bukan tugas
yang mudah. Dari observasi awal peneliti menemukan kenyataan bahwa di SMA Bina Muda
Kelas X para siswa memiliki kemampuan menulis cerpen yang rendah. Hal tersebut dikarenakan
siswa sejak awal berasumsi bahwa menulis adalah pekerjaan yang sulit. Selain itu siswa juga
kurang mampu berimajinasi dan menuangkan imajinasinya ke dalam tulisan cerpen. Terlebih
waktu yang tersedia untuk berlatih menulis cerpen sangat minim.
Menulis, termasuk di antaranya menulis cerpen, adalah satu dari empat keterampilan
berbahasa yang harus dipelajari siswa selain berbicara, menyimak, dan membaca. Tarigan (2008:
1) mengatakan keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: (1) keterampilan
menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis
Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis diletakkan paling akhir setelah
kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun demikian, bukan berarti
menulis merupakan kemampuan yang tidak penting. Menulis adalah keterampilan yang
bersifat aktif dan relatif dianggap susah dibandingkan tiga keterampilan lainnya. Hal itu
disebabkan karena dibutuhkan proses belajar dan latihan yang terus-menerus agar kemampuan
menulis dapat meningkat dan sesuai dengan yang diharapkan (Tarigan, 2008).
Kemampuan menulis tidak akan diperoleh secara serta merta. Menulis merupakan hasil
dari integrasi antara kemampuan membaca, menyimak, dan bahkan berbicara. Tarigan (2008:1)
menyebutnya dengan Konsep Catur-Tunggal, karena setiap keterampilan itu erat sekali
Cerita pendek atau yang lebih populer dengan akronim cerpen, merupakan salah satu
tulisan fiksi yang paling banyak ditulis orang. Hampir setiap media massa yang terbit di
Indonesia menyajikan cerpen setiap minggu. Majalah-majalah hampir selalu memuat satu atau
dua cerpen. Seolah-olah, tanpa memuat cerpen, isi majalah itu tidak lengkap. Bahkan pemancar
radio-radio siaran juga punya rubrik cerpen yang diasuh secara berkala. Seolah-olah cerpen telah
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Cerpen mempunyai pembaca dan pendengar yang
disiarkan melalui radio. Bukan tidak mungkin ada penggemar berat cerpen. Ini terbukti dengan
adanya penerbit yang sengaja menerbitkan kumpulan cerpen berbentuk majalah secara berkala
secara terus-menerus (Thahar, 2009: 1)
Secara tersurat Thahar (2009: 1) mengatakan cerpen menjadi karya sastra yang menarik,
termasuk bagi siswa. Beberapa sastrawan banyak pula yang sepakat dengan apa yang dikatakan
Thahar. Beberapa bahkan mengatakan bahwa cerpen dapat digunakan sebagai pintu gerbang agar
siswa mampu mengapresiasi karya sastra yang lebih berat seperti mengapresiasi novel dan puisi.
Cerpen juga dapat digunakan sebagai media agar siswa semakin memahami dan merasakan
bahwa membaca dan menulis ternyata dapat begitu menyenangkan.
Berdasarkan latar belakang itulah, peneliti merasa tertarik untuk mengenalkan komik
wayang beserta kisahnya yang sarat dengan nilai-nilai karakter kepada siswa. Tidak hanya
mengenalkan komik wayang, peneliti juga merasa tertarik untuk menjawab pertanyaan apakah
dengan menggunakan media sastra berupa komik Rama dan Sinta kemampuan menulis cerita
pendek siswa akan meningkat?
Penelitian mengenai komik sesungguhnya bukan hal baru karena sudah diangkat oleh
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka
Pendidikan Indonesia. Judul penelitiannya adalah Respons Pembaca Anak terhadap Cerita yang
Ditransformasikan ke dalam Komik.
Hasilnya, respons oleh peneliti tersebut dibagi ke dalam rentang usia. Untuk anak berusia
enam tahun, respons yang didapat adalah tersenyum dan tertawa, bertanya atau menanggapi
dengan satu kata, merespons satu peristiwa dalam cerita, merespons maksimal 2 tokoh dalam
cerita, merespons cerita dengan baik, merespons latar dengan baik, merespons tokoh baik dan
buruk tapi belum mampu menjelaskan secara verbal. Untuk anak berusia tujuh tahun, mampu
membedakan kisah yang baik dan buruk, merespons spontan cerita melalui sikap visualisasi,
merespons dua peristiwa dalam cerita, merespons tiga tokoh cerita, merespons dengan baik latar,
dan nilai budaya cerita. Pada anak berusia delapan tahun, anak cenderung menjadi analisator
dalam mendengarkan cerita, merespons dua peristiwa dalam cerita, merespons sedikitnya 3
tokoh, merespons dengan baik latar budaya dan nilai, serta kisah baik dan buruk sudah mampu
dibedakan.
Penelitian mengenai Pemetaan pikiran pernah dilakukan oleh Wayan Pageyasa, Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. Judul penelitian tesisnya adalah Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 1 MTs Sunan Kalijaga Malang Melalui Strategi
Pemetaan pikiran
(http://haveza.multiply.com/reviews/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fitem).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan
rancangan penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Kesimpulan penelitian ini
adalah bahwa strategi pemetaan pikiran terbukti mampu meningkatkan kemampuan berbicara
siswa kelas 1 MTs Sunan Kalijogo Malang. Kesimpulan ini diperoleh dari adanya fakta yaitu: 1)
pembicaraan, 3) siswa mampu menguraikan kerangka pembicaraan secara spesifik, 4) siswa
mampu dalam mengkreasikan kerangka pembicaraan, dan 5) siswa mampu berbicara akurat,
relevan, lancar, terstruktur, terurut, jelas, paham dengan isi pembicaraan, relatif nyaring, dan
efektif.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah adanya
kendala-kendala yang dihadapi oleh Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka dalam
pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen), di antaranya sebagai berikut.
Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka berasumsi bahwa menulis cerpen adalah
suatu kegiatan yang dianggap sulit karena mereka merasa kesulitan dalam mengungkapkan
gagasan dan menuangkan imajinasinya menjadi kumpulan kalimat yang koherensi dan kohesi;
Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka terbiasa dengan pembelajaran terlangsung, sehingga
mereka tidak mampu berpikir kreatif dan cenderung takut mencoba dan berbuat salah; siswa
Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka merasa media pembelajaran yang digunakan guru tidak
menarik sehingga menimbulkan suasana pembelajaran yang tidak menarik pula.
1.3Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pemetaan pikiran komik Rama dan Sinta?
2. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter
dengan media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran di kelas X SMA
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka
3. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter
dengan media komik Rama dan Sinta sebagai media sastra melalui strategi pemetaan
pikiran di kelas X SMA Bina Muda?
4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai
karakter melalui media komik Rama dan Sinta di kelas X SMA Bina Muda antara siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Pemetaan pikiran dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional?
5. Bagaimanakah profil kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter di SMA Bina
Muda Cicalengka?
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini selain bertujuan untuk mengenalkan komik Rama dan Sinta serta cerita
mengenai pewayangan agar Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka mengenal budayanya
sendiri, juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai
karakter. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut.
1. Membuat pemetaan pikiran dari komik Rama dan Sinta.
2. Membuat perencanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan
media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran di kelas X SMA Bina
Muda.
3. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berbasis nilai karakter
dengan menggunakan media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran di
4. Mendeskripsikan apakah media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran
dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen berbasis nilai karakter di kelas X SMA
Bina Muda.
5. Mendeskripsikan profil kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter di SMA
Bina Muda Cicalengka.
1.5Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif lain dalam pengetahuan ihwal
media pembelajaran, terutama media pembelajaran yang bertemakan budaya nasional
bangsa Indonesia, yaitu komik pewayangan.
2) Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang terkait dengan hal-hal:
a. memberikan petunjuk praktis tentang alternatif media pembelajaran menulis
cerpen dengan menggunakan media komik pewayangan;
b. memberikan peluang-peluang penelitian lanjutan terutama mengenai komik
pewayangan yang sarat dengan budaya dan nilai-nilai karakter yang dapat
digunakan sebagai media pembelajaran;
c. meningkatkan kemampuan siswa agar mampu menulis cerpen sekaligus mengenal
budaya dan nilai-nilai karakter, berpikir, dan berimajinasi.
1.6 Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka
memperoleh pembelajaran dengan strategi pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
1.7Definisi Operasional
1. Penggunaan komik Rama dan Sinta dengan menggunakan strategi pemetaan pikiran
adalah adalah bacaan bertipografi komik berkisah mengenai perjalanan Rama
menyelamatkan Sinta yang dijadikan sarana media pembelajaran sastra untuk
meningkatkan kegiatan kreatif menulis cerpen berorientasi nilai karakter. Pembelajaran
tersebut diterapkan kepada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka dengan
menggunakan strategi pemetaan pikiran. Pemetaan pikiran adalah metode yang akan
digunakan untuk menjelaskan isi dari komik tersebut. Dengan metode tersebut Siswa
Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka akan diajak untuk memahami media komik dengan
penekanan pada Pemetaan pikiran, ide, kreatifitas, dan imajinasi. Berikut adalah
langkah-langkahnya.
a. Menuliskan ide sentral dengan kreatifitas sendiri di bagian tengah kertas.
b. Membuat cabang-cabang utama (mewakili pikiran utama) yang memancar dari ide
sentral.
c. Cabang utama dibuat berupa garis lengkung berwarna.
d. Menuliskan kata kunci tunggal di setiap cabang utama.
e. Membuat cabang-cabang tingkat dua, tiga, empat, dan seterusnya yang memancar
dari cabang utama.
2. Kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter merupakan kemampuan menulis
kreatif berupa cerpen yang koheren dan kohesi dari segi tema, tokoh, karakter tokoh,
dan kekohesian cerpen tersebut harus bermaterikan nilai karakter jujur, bertanggung
jawab, disiplin, menghargai dan menghormati orang lain, serta peduli dan perhatian
terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar. Nilai karakter yang ada
dalam cerpen tersebut diadaptasi dari media Komik Rama dan Sinta yang telah dipelajari
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan prosedur penelitian.
1.1Metodologi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan untuk menguji penggunaan komik Rama dan Sinta dengan
menggunakan strategi pemetaan pikiran untuk diterapkan pada proses pembelajaran menulis
cerita pendek berorientasi nilai karakter pada Siswa SMA Bina Muda kelas X. Kuasi eksperimen
adalah metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas pada kelompok perlakuan (eksperimen) ialah penggunaan komik Rama
dan Sinta dengan menggunakan strategi pemetaan pikiran, sedangkan variabel terikat dari kedua
kelompok perlakuan tersebut adalah kemampuan menulis cerita pendek.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Kelompok Kontrol
Non-Ekuivalen (Sugiyono, 2010). Desain penelitian tersebut dapat digambarkan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.1
(Sugiyono, 2010)
Keterangan:
X : Pembelajaran dengan strategi pemetaan pikiran
O : Tes yang diberikan untuk mengetahui kemampuan menulis cerita pendek (pretes =
postes)
1.2Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini akan dijelaskan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan studi pendahuluan melihat permasalahan pembelajaran yang dialami
oleh siswa sambil berdiskusi dengan salah satu guru bahasa Indonesia di SMA Bina
Muda. Dari studi pendahuluan tersebut didapatkan sebuah masalah penelitian, yaitu
rendahnya kemampuan menulis cerpen.
2. Melakukan pengkajian literatur untuk memutuskan penggunaan media dan metode yang
dirasa tepat untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ditemukan.
3. Menentukan bahwa komik Rama dan Sinta adalah media yang tepat baik dilihat dari segi
pendidikan karakter maupun pengenalan budaya bangsa. Pemetaan pikiran adalah strategi
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.
4. Melakukan pengkajian literatur mengenai alasan mengambil populasi kelas X. Dari
kajian literatur, penulis beroleh simpulan bahwa masa remaja madya di rentang umur
15-18 tahun (Yusuf, 2008: 15-184) adalah masa yang tepat untuk diajari menulis cerpen dengan
langkah-langkah cukup kompleks. Hal tersebut berangkat dari pendapat Nurgiyantoro
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka
berpikir abstrak. Karakteristik penting dalam dalam tahap ini antara lain adalah (i) anak
sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, teoretis, berargumentasi dan menguji hipotesis
yang mengutamakan kemampuan berpikir. Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan
sastra anak adalah (i) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan alur cerita ganda, alur
cerita yang mengandung plot dan subplot, yang dapat membawa anak untuk memahami
hubungan antarsubplot tersebut, serta yang menampilkan persoalan (atau konflik) dan
karakter lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2005: 53).
5. Peneliti mengkaji kurikulum untuk melihat SK (Standar Kompetensi) dan KD
(Kompetensi Dasar) bahasa Indonesia kelas X mengenai menulis cerpen.
6. Penyusunan instrumen.
7. Mengadakan pretes baik kelas kontrol maupun eksperimen untuk melihat kemampuan
masing-masing kelas.
8. Mulai melakukan pembelajaran menulis cerpen menggunakan Strategi Pemetaan pikiran.
Secara teknik penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Pertama peneliti akan
menjelaskan mengenai pemetaan pikiran. Kedua peneliti akan bercerita mengenai kisah
Rama dan Sinta menggunakan pemetaan pikiran. Selanjutnya siswa akan menulis cerpen
berorientasi nilai karakter dari pemetaan pikiran yang telah dibuatnya sendiri.
9. Melakukan postes terhadap kedua kelas untuk melihat adakah perbedaan hasil belajar,
terutama bagi kelas eksperimen yang menggunakan strategi pemetaan pikiran.
10.Menganalisis hasil kreativitas siswa yang dilihat dari aspek-aspek tema, tokoh, karakter
tokoh, penggambaran plot, dan diksi.
11.Menilai hasil karangan dengan mengacu kepada aspek-aspek yang terdapat dalam poin
12.Menguji hasil nilai menggunakan statistik
Bagan 3.1
Prosedur Penelitian
Penyusunan Instrumen Tes
Studi Pendahuluan Perumusan Masalah Kajian Literatur model,
media, dan objek penellitian
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka 3.3 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah SMA Bina Muda Cicalengka. Data utama penelitian ini
adalah kelas X SMA Bina Muda. Sumber data yang akan dijadikan sampel penelitian yaitu siswa
SMA Bina Muda Cicalengka kelas X-H dan X-G. Semua cerpen karya siswa kelas X-H dan X-G
tersebut merupakan populasi dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua karangan siswa kelas X-G
sebagai kelas ekperimen dan kelas X-H sebagai kelas kontrol. Masing-masing kelas tersebut
memiliki siswa berjumlah 35 orang.
3.4Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Prates Kelas Kontrol Prates Kelas Eksperimen
Pembelajaran
Konvensional
Pembelajaran Menggunakan Pemetaan
pikiran
Pascates Pascates
Analisis
Penelitian ini menggunakan tiga macam instrumen, yaitu lembar tes, pedoman observasi,
dan pedoman analisis. Adapun deskripsi singkat mengenai pedoman yang akan peneliti
lampirkan adalah sebagai berikut.
a. Tes
Penelitian ini akan menggunakan teknik tes berupa pretes dan postes. Pretes dilakukan
untuk semua kelompok. Setelah melakukan pretes, kelompok eksperimen belajar dengan
menggunakan media komik Rama dan Sinta dan kelompok kontrol dengan menggunakan model
konvensional.
Adapun kriteria yang dinilai dari cerpen siswa, dilihat dari pengembangan unsur-unsur
intrinsik berupa tema, tokoh, karakter tokoh, plot, latar, dan penggunaan bahasa (diksi).
Penjelasan dari unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Tema: kemampuan untuk memasukkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter ke
dalam tema secara jelas. Adapun tema yang terkuat dari komik Rama dan Sinta adalah
(1) Kebaikan melawan kejahatan, (2) Perjalanan Rama menyelamatkan Sinta,
(3) Persahabatan antara sesama mahluk Tuhan (4) Perjalanan mengarungi permasalahan
kehidupan dengan tetap berlandaskan pada karakter.
(2) Tokoh: tokoh-tokoh disebutkan sangat lengkap terdiri atas 5-6 tokoh yaitu Rama,
Laksmana, Sinta, Rahwana, Jatayu, Wibiksana, Hanoman.
(3) Karakter Tokoh: karakter yang disebutkan secara eksplisit maupun implisit sangat
lengkap. Terdiri atas 4-5 nilai karakter: (1) jujur, (2) bertanggung jawab dan disiplin, (3)
menghargai dan menghormati orang lain, (4) peduli dan perhatian terhadap orang lain, (5)
peduli terhadap kondisi sosial lingkungan sekitar.
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka
(5) Bahasa: Terdapat diksi, penyusunan kalimat, ejaan, dan gaya bahasa.
Berikut adalah pedoman penilaian cerpen yang akan digunakan dalam penelitian ini yang
diadaptasi dari Sumiyadi dan Nurgiyantoro (2011: 439).
Tabel 3.2
Pedoman Penilaian Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter Menggunakan Komik
Rama dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran di SMA Bina Muda Cicalengka
Aspek Kriteria dan Skor
25 20 15 10
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Bobot: 1
dipahami, tidak boros
kata, dan tidak ambigu)
Alwasilah (2009: 154) mengatakan teknik observasi memungkinkan peneliti menarik
inferensi (kesimpulan) ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau
proses yang diamati. Arikunto (2006: 229) mengatakan bahwa mencatat data observasi bukanlah
sekadar mencatat tetapi juga untuk mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian
ke dalam suatu skala bertingkat.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati aktivitas pembelajaran menulis cerpen
Siswa Kelas X di kelas eksperimen menggunakan komik Rama dan Sinta dengan
mengaplikasikan strategi pemetaan pikiran.
Format observasi pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.3
Format Observasi Guru
dalam Pembelajaran Menulis Cerpen
No Aspek yang dinilai SB B C K SK
1 Aktivitas guru dalam awal pembelajaran
1. Mengondisikan siswa menuju situasi awal
pembelajaran
2. Memotivasi siswa
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Melakukan apersepsi
2 Aktivitas guru dalam menyampaikan materi pokok
pembelajaran
a. Menerangkan mengenai cerpen dan menulis
cerpen
b. Menerangkan mengenai cerita pewayangan
Rama dan Sinta
c. Menerangkan mengenai karakter
d. Menceritakan mengenai karakter masing-masing
tokoh melalui cerita Rama dan Sinta dengan
Pemetaan pikiran
3 Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran
a. Meminta siswa untuk duduk rileks dan
memperhatikan guru menerangkan mengenai
cerpen dan menulis cerpen.
b. Menyajikan mengenai unsur-unsur intrinsik
sebuah cerpen, seperti latar, tokoh, penokohan,
karakter, dan lainnya menggunakan Pemetaan
pikiran.
c. Meminta siswa untuk menyalin Pemetaan pikiran
sesuai dengan kreativitasnya masing-masing.
d. Menerangkan mengenai adanya sebuah cerita
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka pewayangan berjudul Rama dan Sinta dan
Mahabrata.
e. Memberikan penjelasan kepada siswa bahwa
hanya cerita Rama dan Sinta saja yang akan
dibahas kali ini. Untuk Mahabarata, biarkan
mereka mencarinya sendiri.
f. Menunjukkan contoh kepada siswa bahwa cerita
Rama dan Sinta sudah diubah dalam bentuk
komik.
g. Menerangkan mengenai karakter dan banyak
karakter yang dapat diambil dari cerita Rama dan
Sinta.
h. Mulai menceritakan kisah Rama dan Sinta
dengan menggunakan Pemetaan pikiran.
i. Memulai menulis Pemetaan pikirancerita Rama
dan Sinta dari tengah yang diasumsikan sebagai
ide pokok.
j. Menerangkan dan menuliskan tokoh-tokoh dan
masing-masing karakternya sebagai ide penjelas
menggunakan garis berwarna-warni tidak lurus
dari ide utama.
k. Meminta siswa menyalin sesuai kreatifitasnya
masing-masing.
4 Aktivitas guru dalam melaksanakan evaluasi
a. Memberikan penilaian proses, berupa penilaian
terhadap siswa yang aktif mengikuti jalan cerita.
b. Memberikan penilaian terhadap tulisan siswa.
c. Memberikan umpan balik berupa
didengarkan.
5 Aktivitas guru dalam menutup pembelajaran
a. Menyimpulkan proses pembelajaran.
b. Mengadakan refleksi.
c. Menginformasikan kegiatan pembelajaran
selanjutnya
Untuk observasi siswa dalam kegiatan menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan
menggunakan Pemetaan pikiran dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.4
Observasi Siswa dalam Kegiatan Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
Menggunakan Komik Rama dan Sinta dengan Pemetaan pikiran
No Aspek yang Dinilai SB B C K SK
1 Kegiatan individu
a. Duduk rileks dan memperhatikan guru
menerangkan mengenai cerpen dan
menulis cerpen.
b. Menyimak ketika guru menerangkan
mengenai unsur-unsur intrinsik sebuah
cerpen, seperti latar, tokoh, penokohan,
karakter, dan lainnya menggunakan
Pemetaan pikiran.
c. Siswa menyalin Pemetaan pikiran sesuai
dengan kreativitasnya masing-masing.
d. Menyimak ketika guru menerangkan
mengenai cerita pewayangan berjudul
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka e. Menyimak penjelasan guru yang
menerangkan kepada siswa bahwa hanya
cerita Rama dan Sinta saja yang akan
dibahas kali ini. Untuk Mahabarata,
biarkan mereka mencarinya sendiri.
f. Memperhatikan respons siswa ketika
ditunjukkan komik Rama dan Sinta.
g. Menyimak penjelasan guru mengenai
karakter dan banyak karakter yang dapat
diambil dari cerita Rama dan Sinta.
h. menyimak kisah Rama dan Sinta dengan
menggunakan Pemetaan pikiran.
i. Menilai tulisan siswa yang telah menyalin
Pemetaan pikirann sesuai kreatifitasnya
masing-masing.
3.5Uji Validitas dan Reliabilitas
Penelitian ini akan menggunakan uji validitas dan reliabilitas berdasar kepada judgment
expert. Hal tersebut merujuk kepada pendapat Russefendi (2005: 149) yang mengatakan bahwa
validitas ditentukan oleh pakar berpengalaman karena tidak ada rumus yang dapat dipakai untuk
menginterpretasikan validitas isi suatu tes.
3.6Teknik Analisis Data
Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik. Teknik
data. Langkah awal yang akan dilakukan adalah melakukan pengolahan data untuk menguji
hipotesis dengan bantuan software Excel dan SPSS 18. Sebelum data diolah, peneliti akan
melakukan kegiatan-kegiatan berikut.
a. Memberikan skor cerpen siswa sesuai dengan instrumen yang digunakan.
b. Menghitung peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
dengan rumus rataan postes.
c. Menyajikan statistik deskriptif skor pretes dan postes yang meliputi skor terendah (Xmin),
skor tertinggi (Xmaks), dan rata-rata (X).
d. Melakukan uji normalitas pada data skor pretes dan postes kemampuan menulis cerpen
berorientasi nilai karakter. Uji ini digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya
distribusi data yang kemudian menjadi prasyarat untuk menentukan jenis statistik yang
akan digunakan. Hipotesis yang diuji adalah:
Ho: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal;
H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal;
Uji normalitas ini menggunakan teknik statistik uji kolmogrov-smornov karena data lebih
dari 30.
Kriteria pengujian yaitu jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima.
e. Langkah berikutnya yaitu menguji homogenitas varians data skor pretes dan postes
kemampuan menulis cerita pendek dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians
kedua kelompok homogen atau tidak homogen.
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
Ho: variansi pada tiap kelompok sama;
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka
Uji levene adalah uji statistik yang akan digunakan. Kriteria agar pengujian Ho diterima
adalah apabila nilai signifikansi > taraf signifikansi (α = 0,05).
Bila sesudah pengujian data tersebut normal dan homogen, uji hipotesis yang yang akan
dilakukan adalah uji t. Akan tetapi, jika data tersebut normal tetapi tidak homogen akan
dilanjutkan dengan uji t’. Apabila data tidak normal maka uji hipotesis akan
menggunakan uji non parametrik yaitu uji mann-whitney u. Hipotesis yang diuji dalam
uji perbedaan dua rataan.
Uji dua pihak/arah (2-tailed)
Ho :
�
�=
�
�H1
:
�
�≠ �
�Atau
Uji sepihak/searah (one-tailed)
Ho :
�
�=
�
�H1:
�
�>
�
�Jika kedua data berdistribusi normal, maka uji perbedaan dua rerata menggunakan uji
statistik parametrik, yaitu uji independent-samples T Test. Jika variansi kedua kelompok
data homogen, nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu nilai pada baris “Equal
variances assumed”. Jika variasi kedua kelompok data tidak homogen, nilai signifikansi
yang diperhatikan yaitu nilai pada baris “Equal variances assumed”. Jika terdapat
minimal satu data tidak berdistribusi normal, maka uji perbedaaan dua rerata
menggunakan uji statistik non-parametrik, yaitu uji mann-whitney u. alasan pemilihan uji
(Russefendi, 1993). Kriteria penerimaan Ho untuk uji dua pihak yaitu bila nilai
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
Subbab ini akan mendeskripsikan simpulan yang didapat setelah penelitian berakhir.
Simpulan ini akan menjawab rumusan masalah penelitian yang dituliskan di bab terdahulu, yaitu
mengenai
1. Bagaimanakah Pemetaan pikiran komik Rama dan Sinta?
2. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter
dengan media komik Rama dan Sinta melalui strategi Pemetaan pikiran di kelas X SMA
Bina Muda?
3. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter
dengan media komik Rama dan Sinta sebagai media sastra melalui strategi Pemetaan
pikiran di kelas X SMA Bina Muda?
4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai
karakter melalui media komik Rama dan Sinta di kelas X SMA Bina Muda antara siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Pemetaan pikiran dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional?
5. Bagaimanakah profil kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter di SMA Bina
Muda Cicalengka?
1.1Simpulan
1. Pemetaan pikiran dari komik Rama dan Sinta dapat dilihat dalam lampiran.
2. Sebelum melakukan perencanaan, guru harus melakukan obsevasi awal terhadap motivasi
dan eksperimen memiliki motivasi relatif sama. Dari segi menulis pun demikian adanya.
Setelah mendapatkan pemahaman tersebut barulah melakukan perencanaan. Berikut
adalah perencanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan
media komik Rama dan Sinta melalui Strategi Pemetaan pikiran di kelas X SMA Bina
Muda. Guru harus memiliki komik Rama dan Sinta lantas membacanya berulang-ulang
hingga paham jalan ceritanya. Guru membaca mengenai Strategi Pemetaan pikiran dan
berlatih untuk menguasainya. Setelah dirasa cukup, sebelum masuk kelas terlebih dahulu
guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku.
3. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan media
komik Rama dan Sinta melalui Strategi Pemetaan pikiran yaitu, guru menerangkan
mengenai Pemetaan pikiran. Setelah dirasa paham guru membuat contoh membuat
Pemetaan pikiran langkah demi langkah dengan tema bebas di papan tulis dibantu siswa.
Di kegiatan pembelajaran berikutnya guru menceritakan kisah Rama dan Sinta dengan
Strategi Pemetaan pikiran. Siswa lantas diminta membuat Pemetaan pikiran dari kisah
Rama dan Sinta sesuai kreatifitasnya sendiri. Dari Pemetaan pikiran tersebut siswa
diminta untuk membuat cerpen berorientasi nilai karakter.
4. Kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter melalui media komik Rama dan
Sinta di kelas X SMA Bina Muda antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
strategi pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional
ternyata berbeda. Setelah pembelajaran dilaksanakan rataan skor postes kemampuan
menulis cerita pendek berorientasi nilai karakter menunjukkan bahwa nilai rataan kelas
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Rataan skor pretes siswa kelas eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelas
kontrol, perbedaannya sekitar 2,27 perbedaan yang ditunjukkan tidak terlalu besar.
Karena jumlah data pada masing-masing kelas adalah 33 yang artinya lebih dari 30, maka
untuk menguji normalitas populasi skor pretes digunakan uji kenormalan shapiro-wilk,
dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria penolakan yaitu Ho ditolak jika p-value lebih
kecil dari α. Nilai p = value (sig.) dari kedua kelas yaitu kelas kontrol dan eksperimen
untuk aspek kemampuan menulis cerita pendek adalah 0,020 dan 0,020. Nilai ini lebih
kecil dibandingkan taraf signifikansi α = 0,05, artinya Ho yang menyatakan bahwa data
berdistribusi normal ditolak. Dengan demikian, kemampuan menulis cerpen baik di kelas
eksperimen dan kontrol tidak berdistribusi normal. Nilai p-value (Sig.) uji mann-whitney
sebesar 0,403 untuk kemampuan menulis menulis cerita pendek berorientasi nilai
karakter, yang berarti nilai signifikansi kedua kemampuan tersebut lebih besar
dibandingkan taraf signifikansi α = 0,05, sehingga Ho diterima, artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara rataan pretes siswa kelas eksperimen dan kontrol. Dari
hasil tersebut dapat ditarik simpulan, sebelum eksperimen dilakukan kedua kelompok
memiliki kemampuan yang setara pada kedua aspek tersebut. Jadi, syarat bahwa kedua
kelompok harus memiliki kemampuan awal yang sama sudah terpenuhi. Peningkatan
kemampuan menulis cerita pendek dianalisis melalui perbandingan kemampuan antara
kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Data yang digunakan untuk
menganalisis peningkatan kemampuan tersebut adalah data postes dari kedua kelas.
Berdasarkkan perhitungan terlihat bahwa nilai p-value (Sig.) untuk peningkatan
kemampuan menulis cerpen kelas kontrol dan kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan
di kelas kontrol dan eksperimen tidak berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan uji
normalitas dalam tabel di atas, menunjukkan bahwa kedua kelas tidak berdistribusi
normal, sehingga tidak perlu dilakukan uji homogenitas varians. Selanjutnya, dilakukan
uji non-parametrik mann-whitney yang bertujuan untuk menguji perbedaan kemampuan
menulis cerpen antara kelas eksperimen dan kontrol. Hipotesis: “Terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai
karakter melalui media komik Rama dan Sinta di kelas X antara siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan strategi pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.” Karena nilai p-value (Sig.) adalah 0,000, nilai tersebut lebih
kecil dari nilai α, maka Ho ditolak, artinya rataan postes ternormalisasi kemampuan
menulis cerpen kelas eksperimen berbeda jika dibandingkan dengan rataan postes di
kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan kemampuan menulis cerpen
berorientasi nilai karakter siswa yang belajar dengan strategi pemetaan pikiran terdapat
perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan peningkatan kemampuan menulis
cerpen siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
5. Strategi pemetaan pikiran terbukti mampu meningkatkan kemampuan menulis cerpen
berorientasi nilai karakter. Dengan pemetaan pikiran mayoritas subjek menulis tema lebih
mendalam dan lengkap bila dibandingkan dengan metode konvensional. Subjek 02
misalnya, mendapatkan poin 25 ketika menggunakan Pemetaan pikiran karena mampu
menulis cerpen dengan tema yang sangat lengkap. Akan tetapi hanya mendapatkan poin
20 dengan menggunakan metode konvensional. Pun demikian halnya dengan subjek 03
dan 06 serta beberapa subjek lainnya. Hal tersebut senada dengan pendapat Tony Buzan
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memungkinkan kita menyusun fakta dan pkiran sedemikian rupa sehingga cara kerja
alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan
lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Tony Buzan,
2005: 5). Bila nilai rata-rata tema untuk kelas eskperimen dihitung secara keseluruhan,
maka terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Pada saat pretes rata-rata nilai yang
didapat adalah 20,15 sedangkan pada saat postes meningkat menjadi 22,42.
Dengan pemetaan pikiran tokoh-tokoh yang terdiri atas 5-6 tokoh yaitu Rama, Laksmana,
Sinta, Rahwana, Jatayu, Wibiksana, dan Hanoman dituliskan relatif lebih lengkap
dibandingkan dengan metode konvensional. Hal tersebut senada dengan pendapat Tony
Buzan yang mengatakan bahwa pemetaan pikiran merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pkiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Tony Buzan, 2005: 5). Subjek 01, misalnya, dengan strategi pemetaan pikiran menulis tokoh dengan sangat lengkap
sehingga dia mendapatkan nilai 25. Namun demikian hanya mendapatkan nilai 20 dengan
menggunakan metode konvensional. Hal serupa terjadi juga dengan subjek-subjek
lainnya, mayoritas mengalami peningkatan dalam penggambaran tokoh ketika
menggunakan strategi pemetaan pikiran. Bila nilai rata-rata tokoh untuk kelas eskperimen
dihitung secara keseluruhan, maka terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Pada saat
pretes rata-rata nilai yang didapat adalah 19,09 sedangkan pada saat postes meningkat
menjadi 24,24.
Karakter tokoh yang terdiri atas 4-5 nilai karakter, yaitu (1) jujur, (2) bertanggung jawab
terhadap orang lain, dan (5) peduli terhadap kondisi sosial lingkungan sekitar disebutkan
relatif lengkap oleh mayoritas siswa ketika menggunakan strategi pemetaan pikiran.
Subjek 05 dan 07 misalnya, mendapatkan nilai sempurna. Nilai tersebut diperoleh karena
kedua subjek tersebut mampu menuliskan karakter secara lengkap dan mampu
menggambarkannya secara mendalam. Hal tersebut senada dengan pendapat Tony Buzan
yang mengatakan bahwa pemetaan pikiran merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pkiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Tony Buzan, 2005: 5).
Tony Buzan mengatakan bahwa pemetaan pikiran merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pkiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Tony Buzan, 2005: 5). Dengan pemetaan pikiran mayoritas siswa mampu menuliskan plot dengan lengkap. Kelengkapan tersebut tampak dari penggambaran pengenalan, konflik, dan penyelesaian konflik yang
dikembangkan oleh siswa dalam cerpennya. Begitu juga dengan penggunaan bahasa.
Dengan pemetaan pikiran tulisan siswa terlihat lebih tertib baik dari segi diksi,
penyusunan kalimat, ejaan, dan gaya bahasa.
1.2Saran
Berdasarkan simpulan, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut.
1. Media sastra cukup beragam dan relatif mudah ditemukan. Salah satunya adalah media
berbentuk komik. Meskipun demikian, pemilihan media komik harus selektif, jangan
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bernilai positif, terutama bagi pendidikan karakter, dapat ditemukan di komik erat tahun
70an karya R.A Kosasih. Selain komik berjudul Rama dan Sinta yang dijadikan media
dalam penelitian ini, terdapat judul-judul lainnya yang juga sarat nilai karakter, seperti
Arjuna Wiwaha, Mahabarata, Arjuna Sasrabahu, dan lainnya.
2. Penerapan komik Rama dan Sinta dalam pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai
karakter perlu disesuaikan dengan jam yang disediakan untuk mengajar di kelas, juga
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran menulis yang telah disiapkan sebelumnya. Hal
yang juga cukup penting adalah guru dihimbau bisa bercerita di depan siswa ketika ingin
menerapkan kegiatan alternatif ini.
3. Penelitian ini dilakukan di SMA Bina Muda Cicalengka yang tentu memiliki motivasi
belajar berbeda dengan siswa SMA lainnya. Oleh sebab itu bila media komik akan
digunakan untuk penelitian pada aspek keterampilan berbahasa lainnya, di SMA lainnya,
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. C. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2003). Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Babbie, E. (2006). Menerapkan Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jogjakarta: Palmall.
Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun
Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Buzan, Tony. (2011). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia.
Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.
Fraenkel, J.R. dan Wallen, N.E.(1993). How to Design and Evaluate Research in Education.
New York: Mc Graw-Hill Publishing Company.
Hasiem dan Azies. (2010). Menganalisis Fiksi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
McCloud, S. (2008). Understanding Comics: Memahami Komik. Jakarta: KPG
McCloud, S. (2008). Reinventing Comics: Mencipta Ulang Komik. Jakarta: KPG
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Nurgiyantoro, Burhan. (2011). Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE.
Olivia, Femi. (2008). Gembira Belajar dengan Pemetaan pikiran. Jakarta: PT Gramedia
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya.
Bandung: Tarsito.
Santosa, Iman B. (2011). Saripati Ajaran Hidup Dahsyat Dari Jagad Wayang. Jogjakarta:
Reka Yuda Mahardika, 2012
Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter
: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutardi dan Kurniawan. (2012). Penulisan Sastra Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syamsuddin dan Vismaia. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Tarigan, H. G.(2008). Menulis. Bandung: Angkasa.
Thahar, H. E. (2009). Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.
Wellek, R. & Austin Warren. (1989). Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Wiyatmi. (2009). Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Yasasusastra, S. (2001). Mengenal Tokoh Pewayangan. Jogjakarta: Pustaka Mahardika.
Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.
WEBSITE
Digital Collections Universitas Kristen Petra.
Tersedia:http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=31&submit.x=28&submit.y=20&qual=
high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fjdkv%2F2009%2Fjiunkpe-ns-s1-2009-42405052-13481-komik-chapter2.pd
Digital Collections Universitas Kristen Petra.
h&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fjdkv%2F2008%2Fjiunkpe-ns-s1-2008-42404146-11386-knights-chapter2.pdf
Pageyasa, Wayan. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 1 MTs Sunan Kalijaga
Malang Melalui Strategi Pemetaan Pikiran.
Tersedia:http://haveza.multiply.com/reviews/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fit
em
Sumatika, W. (2007). Melestarikan Wayang, Menabur Tuntunan Hidup. Tersedia:
http://okanila.brinkster.net/mediaFull.asp?ID=130
Waluyanto, H. (2010). Komik sebagai Media Komunikasi Pembelajaran.
Tersedia:http://dgi-indonesia.com/komik-sebagai-media-komunikasi-pembelajaran.
http://animasi-purwacarita.blogspot.com/2010/11/mengenalkan-kisah-wayang-kepada-remaja.html
www.balipost.com
www.keratonsurakarta.com