• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN KOMIK RAMA DAN SINTA MELALUI STRATEGI PEMETAAN PIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERORIENTASI NILAI KARAKTER : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN KOMIK RAMA DAN SINTA MELALUI STRATEGI PEMETAAN PIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERORIENTASI NILAI KARAKTER : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Rumusan Masalah 7

1.4 Tujuan Penelitian 8

1.5 Manfaat Penelitian 9

1.6 Hipotesis Penelitian 10

1.7 Definisi Operasional 10

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Kisah Pewayangan Rama dan Sinta (Ramayana) 12

2.2 Komik 18

2.3 Cerpen 20

2.3.1 Tema 24

2.3.2 Penokohan 26

2.3.3 Alur (Plot) 28

2.3.4 Latar 30

(2)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.3.6 Penggunaan Bahasa 33

2.3.6.1 Stile 34

2.3.6.2 Stilistika 35

2.4 Pendidikan Karakter 37

2.5 Pemetaan Pikiran 50

2.6 Esensi Mengenalkan Kisah Rama dan Sinta Kepada Siswa Kelas X 54

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian 58

3.2 Prosedur Penelitian 59

3.3 Sumber Data 63

3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan data 63

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas 72

3.6 Teknik Analisis Data 72

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Hasil Pengolahan Data 75

4.1.2 Analisis Uji Data Rataan Pretes Kemampuan Menulis Cerita Pendek 77

a. Uji Normalitas dan Homogenitas 77

b. Uji Kesamaan Rataan Data Pretes 80

4.1.3 Analisis Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek 80

a. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen

Berdasarkan Pembelajaran 80

4.2 Deskripsi Pembelajaran Menulis Cerpen Menggunakan Komik Rama dan Sinta

dengan Pemetaan Pikiran 83

4.2.1 Pembelajaran Pertemuan Ke-1 83

(3)

4.2.3 Pembelajaran Pertemuan Ke-3 86

4.2.4 Analisis Hasil Observasi Pelaksanaan Menulis Cerpen Berorientasi

Nilai Karakter Menggunakan Pemetaan Pikiran 87

4.3 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Kelas Eksperimen 89

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 270

5.2 Saran 276

(4)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dunia internasional mengakui wayang sebagai produk budaya dan kesenian asli

Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas

tinggi, tetapi juga menghadirkan muatan-muatan moralitas yang sangat bermanfaat untuk

pendidikan budi pekerti. Buktinya: Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui The United Nations

Education Scientifics anda Cultural Organization (UNESCO) mengeluarkan sertifikat tertanggal

7 Nopember 2003 yang isinya menyatakan bahwa wayang Indonesia sebagai karya agung

budaya dunia (masterpiece of the oral and intangible of humanity) (Yasasusastra, 2011).

Oleh karena wayang kini sudah menjelma menjadi kebudayaan bangsa Indonesia yang

diakui dunia maka sangat penting saat ini untuk mengenalkan wayang, dan tentu saja jalinan

kisahnya kepada para pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Terlebih kini bangsa Indonesia

sedang mengalami degradasi karakter dan budaya yang bila tidak dicegah secara dini,

dikhawatirkan akan memunculkan masalah secara menyeluruh bagi negara Indonesia kelak.

Selain itu kisah pewayangan sesungguhnya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu tindakan

pencegah terjadinya degradasi tersebut. Karena kisah pewayangan dibuat memang dengan tujuan

untuk mendidik. Seperti yang diungkapkan Yasasusastra (2011), diharapkan setelah memahami

kisah pewayangan, para siswa dapat memetik pelajaran dengan mengetahui perilaku yang baik

untuk bisa diteladani dan watak atau sikap yang buruk untuk dijauhi.

Kisah-kisah pewayangan, baik Mahabarata maupun Ramayana pernah begitu populer

pada tahun 1960-an berkat seorang komikus tanah air bernama R.A. Kosasih (dianugerahi

(5)

Ramayana (R.A. Kosasih menggunakan judul Rama dan Sinta) dalam bentuk komik yang

diterbitkan oleh Penerbit Melodie.

Dalam situs www.komikindonesia.com, Suroto mengatakan R.A Kosasih sebagai seorang

komikus lebih dikenal luas dibandingkan komikus lainnya karena mampu menyadur karya sastra

kelas berat menjadi komik yang notabene adalah produk populer.

Pada saat itu komik sempat dihujat karena dianggap produk murahan dan berakibat buruk

bagi anak-anak. R.A. Kosasih kemudian tergerak untuk membuat komik cerita rakyat yang berisi

pesan moral. R.A. Kosasih kemudian berpikir membuat komik dari kitab Mahabharata dan

Ramayana yang punya pesan moral dan sudah mengakar dalam budaya Indonesia. Selanjutnya

serial Mahabharata menjadi best seller (1954) dan berhasil mengubah citra komik menjadi

bacaan yang mendidik (www.komikindonesia.com).

Tidaklah berlebihan ketika budayawan Seno Gumira Ajidarma pernah berkata, ”Siapa

pun yang menjadi presiden, sebaiknya ia tidak lupa memberi penghargaan kepada R.A. Kosasih

dengan bintang Mahaputera, karena memang orang tua ini seorang mahaputera

(www.komikindonesia.com)”.

Karena komik, khususnya Mahabarata dan Rama dan Sinta (Ramayana) dilihat dari

kisahnya sangat menarik, sarat dengan nuansa budaya, pendidikan, dan nilai-nilai karakter,

membuat peneliti merasa perlu mengenalkan komik tersebut kepada para siswa, terlebih komik

tersebut kini sulit didapat. Bilapun ada, harganya yang relatif mahal untuk setingkat siswa

membuat komik tersebut semakin tidak dikenal dan jarang dibeli oleh para siswa.

Selain itu, peneliti ingin pula menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan yang

signifikan terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter melalui

(6)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka

pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode konvensional di

kelas X SMA Bina Muda.

Hipotesis tersebut ingin dijawab, karena menulis cerpen pada kenyataannya bukan tugas

yang mudah. Dari observasi awal peneliti menemukan kenyataan bahwa di SMA Bina Muda

Kelas X para siswa memiliki kemampuan menulis cerpen yang rendah. Hal tersebut dikarenakan

siswa sejak awal berasumsi bahwa menulis adalah pekerjaan yang sulit. Selain itu siswa juga

kurang mampu berimajinasi dan menuangkan imajinasinya ke dalam tulisan cerpen. Terlebih

waktu yang tersedia untuk berlatih menulis cerpen sangat minim.

Menulis, termasuk di antaranya menulis cerpen, adalah satu dari empat keterampilan

berbahasa yang harus dipelajari siswa selain berbicara, menyimak, dan membaca. Tarigan (2008:

1) mengatakan keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: (1) keterampilan

menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis

Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis diletakkan paling akhir setelah

kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun demikian, bukan berarti

menulis merupakan kemampuan yang tidak penting. Menulis adalah keterampilan yang

bersifat aktif dan relatif dianggap susah dibandingkan tiga keterampilan lainnya. Hal itu

disebabkan karena dibutuhkan proses belajar dan latihan yang terus-menerus agar kemampuan

menulis dapat meningkat dan sesuai dengan yang diharapkan (Tarigan, 2008).

Kemampuan menulis tidak akan diperoleh secara serta merta. Menulis merupakan hasil

dari integrasi antara kemampuan membaca, menyimak, dan bahkan berbicara. Tarigan (2008:1)

menyebutnya dengan Konsep Catur-Tunggal, karena setiap keterampilan itu erat sekali

(7)

Cerita pendek atau yang lebih populer dengan akronim cerpen, merupakan salah satu

tulisan fiksi yang paling banyak ditulis orang. Hampir setiap media massa yang terbit di

Indonesia menyajikan cerpen setiap minggu. Majalah-majalah hampir selalu memuat satu atau

dua cerpen. Seolah-olah, tanpa memuat cerpen, isi majalah itu tidak lengkap. Bahkan pemancar

radio-radio siaran juga punya rubrik cerpen yang diasuh secara berkala. Seolah-olah cerpen telah

menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Cerpen mempunyai pembaca dan pendengar yang

disiarkan melalui radio. Bukan tidak mungkin ada penggemar berat cerpen. Ini terbukti dengan

adanya penerbit yang sengaja menerbitkan kumpulan cerpen berbentuk majalah secara berkala

secara terus-menerus (Thahar, 2009: 1)

Secara tersurat Thahar (2009: 1) mengatakan cerpen menjadi karya sastra yang menarik,

termasuk bagi siswa. Beberapa sastrawan banyak pula yang sepakat dengan apa yang dikatakan

Thahar. Beberapa bahkan mengatakan bahwa cerpen dapat digunakan sebagai pintu gerbang agar

siswa mampu mengapresiasi karya sastra yang lebih berat seperti mengapresiasi novel dan puisi.

Cerpen juga dapat digunakan sebagai media agar siswa semakin memahami dan merasakan

bahwa membaca dan menulis ternyata dapat begitu menyenangkan.

Berdasarkan latar belakang itulah, peneliti merasa tertarik untuk mengenalkan komik

wayang beserta kisahnya yang sarat dengan nilai-nilai karakter kepada siswa. Tidak hanya

mengenalkan komik wayang, peneliti juga merasa tertarik untuk menjawab pertanyaan apakah

dengan menggunakan media sastra berupa komik Rama dan Sinta kemampuan menulis cerita

pendek siswa akan meningkat?

Penelitian mengenai komik sesungguhnya bukan hal baru karena sudah diangkat oleh

(8)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka

Pendidikan Indonesia. Judul penelitiannya adalah Respons Pembaca Anak terhadap Cerita yang

Ditransformasikan ke dalam Komik.

Hasilnya, respons oleh peneliti tersebut dibagi ke dalam rentang usia. Untuk anak berusia

enam tahun, respons yang didapat adalah tersenyum dan tertawa, bertanya atau menanggapi

dengan satu kata, merespons satu peristiwa dalam cerita, merespons maksimal 2 tokoh dalam

cerita, merespons cerita dengan baik, merespons latar dengan baik, merespons tokoh baik dan

buruk tapi belum mampu menjelaskan secara verbal. Untuk anak berusia tujuh tahun, mampu

membedakan kisah yang baik dan buruk, merespons spontan cerita melalui sikap visualisasi,

merespons dua peristiwa dalam cerita, merespons tiga tokoh cerita, merespons dengan baik latar,

dan nilai budaya cerita. Pada anak berusia delapan tahun, anak cenderung menjadi analisator

dalam mendengarkan cerita, merespons dua peristiwa dalam cerita, merespons sedikitnya 3

tokoh, merespons dengan baik latar budaya dan nilai, serta kisah baik dan buruk sudah mampu

dibedakan.

Penelitian mengenai Pemetaan pikiran pernah dilakukan oleh Wayan Pageyasa, Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. Judul penelitian tesisnya adalah Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 1 MTs Sunan Kalijaga Malang Melalui Strategi

Pemetaan pikiran

(http://haveza.multiply.com/reviews/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fitem).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan

rancangan penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Kesimpulan penelitian ini

adalah bahwa strategi pemetaan pikiran terbukti mampu meningkatkan kemampuan berbicara

siswa kelas 1 MTs Sunan Kalijogo Malang. Kesimpulan ini diperoleh dari adanya fakta yaitu: 1)

(9)

pembicaraan, 3) siswa mampu menguraikan kerangka pembicaraan secara spesifik, 4) siswa

mampu dalam mengkreasikan kerangka pembicaraan, dan 5) siswa mampu berbicara akurat,

relevan, lancar, terstruktur, terurut, jelas, paham dengan isi pembicaraan, relatif nyaring, dan

efektif.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah adanya

kendala-kendala yang dihadapi oleh Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka dalam

pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen), di antaranya sebagai berikut.

Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka berasumsi bahwa menulis cerpen adalah

suatu kegiatan yang dianggap sulit karena mereka merasa kesulitan dalam mengungkapkan

gagasan dan menuangkan imajinasinya menjadi kumpulan kalimat yang koherensi dan kohesi;

Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka terbiasa dengan pembelajaran terlangsung, sehingga

mereka tidak mampu berpikir kreatif dan cenderung takut mencoba dan berbuat salah; siswa

Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka merasa media pembelajaran yang digunakan guru tidak

menarik sehingga menimbulkan suasana pembelajaran yang tidak menarik pula.

1.3Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pemetaan pikiran komik Rama dan Sinta?

2. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter

dengan media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran di kelas X SMA

(10)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka

3. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter

dengan media komik Rama dan Sinta sebagai media sastra melalui strategi pemetaan

pikiran di kelas X SMA Bina Muda?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai

karakter melalui media komik Rama dan Sinta di kelas X SMA Bina Muda antara siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Pemetaan pikiran dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional?

5. Bagaimanakah profil kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter di SMA Bina

Muda Cicalengka?

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini selain bertujuan untuk mengenalkan komik Rama dan Sinta serta cerita

mengenai pewayangan agar Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka mengenal budayanya

sendiri, juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai

karakter. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut.

1. Membuat pemetaan pikiran dari komik Rama dan Sinta.

2. Membuat perencanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan

media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran di kelas X SMA Bina

Muda.

3. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berbasis nilai karakter

dengan menggunakan media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran di

(11)

4. Mendeskripsikan apakah media komik Rama dan Sinta melalui strategi pemetaan pikiran

dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen berbasis nilai karakter di kelas X SMA

Bina Muda.

5. Mendeskripsikan profil kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter di SMA

Bina Muda Cicalengka.

1.5Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif lain dalam pengetahuan ihwal

media pembelajaran, terutama media pembelajaran yang bertemakan budaya nasional

bangsa Indonesia, yaitu komik pewayangan.

2) Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

yang terkait dengan hal-hal:

a. memberikan petunjuk praktis tentang alternatif media pembelajaran menulis

cerpen dengan menggunakan media komik pewayangan;

b. memberikan peluang-peluang penelitian lanjutan terutama mengenai komik

pewayangan yang sarat dengan budaya dan nilai-nilai karakter yang dapat

digunakan sebagai media pembelajaran;

c. meningkatkan kemampuan siswa agar mampu menulis cerpen sekaligus mengenal

budaya dan nilai-nilai karakter, berpikir, dan berimajinasi.

1.6 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen

(12)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka

memperoleh pembelajaran dengan strategi pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional.

1.7Definisi Operasional

1. Penggunaan komik Rama dan Sinta dengan menggunakan strategi pemetaan pikiran

adalah adalah bacaan bertipografi komik berkisah mengenai perjalanan Rama

menyelamatkan Sinta yang dijadikan sarana media pembelajaran sastra untuk

meningkatkan kegiatan kreatif menulis cerpen berorientasi nilai karakter. Pembelajaran

tersebut diterapkan kepada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka dengan

menggunakan strategi pemetaan pikiran. Pemetaan pikiran adalah metode yang akan

digunakan untuk menjelaskan isi dari komik tersebut. Dengan metode tersebut Siswa

Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka akan diajak untuk memahami media komik dengan

penekanan pada Pemetaan pikiran, ide, kreatifitas, dan imajinasi. Berikut adalah

langkah-langkahnya.

a. Menuliskan ide sentral dengan kreatifitas sendiri di bagian tengah kertas.

b. Membuat cabang-cabang utama (mewakili pikiran utama) yang memancar dari ide

sentral.

c. Cabang utama dibuat berupa garis lengkung berwarna.

d. Menuliskan kata kunci tunggal di setiap cabang utama.

e. Membuat cabang-cabang tingkat dua, tiga, empat, dan seterusnya yang memancar

dari cabang utama.

2. Kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter merupakan kemampuan menulis

kreatif berupa cerpen yang koheren dan kohesi dari segi tema, tokoh, karakter tokoh,

(13)

dan kekohesian cerpen tersebut harus bermaterikan nilai karakter jujur, bertanggung

jawab, disiplin, menghargai dan menghormati orang lain, serta peduli dan perhatian

terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar. Nilai karakter yang ada

dalam cerpen tersebut diadaptasi dari media Komik Rama dan Sinta yang telah dipelajari

(14)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian, teknik pengumpulan data,

instrumen penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan prosedur penelitian.

1.1Metodologi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan untuk menguji penggunaan komik Rama dan Sinta dengan

menggunakan strategi pemetaan pikiran untuk diterapkan pada proses pembelajaran menulis

cerita pendek berorientasi nilai karakter pada Siswa SMA Bina Muda kelas X. Kuasi eksperimen

adalah metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas pada kelompok perlakuan (eksperimen) ialah penggunaan komik Rama

dan Sinta dengan menggunakan strategi pemetaan pikiran, sedangkan variabel terikat dari kedua

kelompok perlakuan tersebut adalah kemampuan menulis cerita pendek.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Kelompok Kontrol

Non-Ekuivalen (Sugiyono, 2010). Desain penelitian tersebut dapat digambarkan dalam tabel

berikut.

Tabel 3.1

(15)

(Sugiyono, 2010)

Keterangan:

X : Pembelajaran dengan strategi pemetaan pikiran

O : Tes yang diberikan untuk mengetahui kemampuan menulis cerita pendek (pretes =

postes)

1.2Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini akan dijelaskan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan studi pendahuluan melihat permasalahan pembelajaran yang dialami

oleh siswa sambil berdiskusi dengan salah satu guru bahasa Indonesia di SMA Bina

Muda. Dari studi pendahuluan tersebut didapatkan sebuah masalah penelitian, yaitu

rendahnya kemampuan menulis cerpen.

2. Melakukan pengkajian literatur untuk memutuskan penggunaan media dan metode yang

dirasa tepat untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ditemukan.

3. Menentukan bahwa komik Rama dan Sinta adalah media yang tepat baik dilihat dari segi

pendidikan karakter maupun pengenalan budaya bangsa. Pemetaan pikiran adalah strategi

yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.

4. Melakukan pengkajian literatur mengenai alasan mengambil populasi kelas X. Dari

kajian literatur, penulis beroleh simpulan bahwa masa remaja madya di rentang umur

15-18 tahun (Yusuf, 2008: 15-184) adalah masa yang tepat untuk diajari menulis cerpen dengan

langkah-langkah cukup kompleks. Hal tersebut berangkat dari pendapat Nurgiyantoro

(16)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka

berpikir abstrak. Karakteristik penting dalam dalam tahap ini antara lain adalah (i) anak

sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, teoretis, berargumentasi dan menguji hipotesis

yang mengutamakan kemampuan berpikir. Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan

sastra anak adalah (i) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan alur cerita ganda, alur

cerita yang mengandung plot dan subplot, yang dapat membawa anak untuk memahami

hubungan antarsubplot tersebut, serta yang menampilkan persoalan (atau konflik) dan

karakter lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2005: 53).

5. Peneliti mengkaji kurikulum untuk melihat SK (Standar Kompetensi) dan KD

(Kompetensi Dasar) bahasa Indonesia kelas X mengenai menulis cerpen.

6. Penyusunan instrumen.

7. Mengadakan pretes baik kelas kontrol maupun eksperimen untuk melihat kemampuan

masing-masing kelas.

8. Mulai melakukan pembelajaran menulis cerpen menggunakan Strategi Pemetaan pikiran.

Secara teknik penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Pertama peneliti akan

menjelaskan mengenai pemetaan pikiran. Kedua peneliti akan bercerita mengenai kisah

Rama dan Sinta menggunakan pemetaan pikiran. Selanjutnya siswa akan menulis cerpen

berorientasi nilai karakter dari pemetaan pikiran yang telah dibuatnya sendiri.

9. Melakukan postes terhadap kedua kelas untuk melihat adakah perbedaan hasil belajar,

terutama bagi kelas eksperimen yang menggunakan strategi pemetaan pikiran.

10.Menganalisis hasil kreativitas siswa yang dilihat dari aspek-aspek tema, tokoh, karakter

tokoh, penggambaran plot, dan diksi.

11.Menilai hasil karangan dengan mengacu kepada aspek-aspek yang terdapat dalam poin

(17)

12.Menguji hasil nilai menggunakan statistik

Bagan 3.1

Prosedur Penelitian

Penyusunan Instrumen Tes

Studi Pendahuluan Perumusan Masalah Kajian Literatur model,

media, dan objek penellitian

(18)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka 3.3 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah SMA Bina Muda Cicalengka. Data utama penelitian ini

adalah kelas X SMA Bina Muda. Sumber data yang akan dijadikan sampel penelitian yaitu siswa

SMA Bina Muda Cicalengka kelas X-H dan X-G. Semua cerpen karya siswa kelas X-H dan X-G

tersebut merupakan populasi dalam penelitian ini.

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua karangan siswa kelas X-G

sebagai kelas ekperimen dan kelas X-H sebagai kelas kontrol. Masing-masing kelas tersebut

memiliki siswa berjumlah 35 orang.

3.4Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Prates Kelas Kontrol Prates Kelas Eksperimen

Pembelajaran

Konvensional

Pembelajaran Menggunakan Pemetaan

pikiran

Pascates Pascates

Analisis

(19)

Penelitian ini menggunakan tiga macam instrumen, yaitu lembar tes, pedoman observasi,

dan pedoman analisis. Adapun deskripsi singkat mengenai pedoman yang akan peneliti

lampirkan adalah sebagai berikut.

a. Tes

Penelitian ini akan menggunakan teknik tes berupa pretes dan postes. Pretes dilakukan

untuk semua kelompok. Setelah melakukan pretes, kelompok eksperimen belajar dengan

menggunakan media komik Rama dan Sinta dan kelompok kontrol dengan menggunakan model

konvensional.

Adapun kriteria yang dinilai dari cerpen siswa, dilihat dari pengembangan unsur-unsur

intrinsik berupa tema, tokoh, karakter tokoh, plot, latar, dan penggunaan bahasa (diksi).

Penjelasan dari unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Tema: kemampuan untuk memasukkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter ke

dalam tema secara jelas. Adapun tema yang terkuat dari komik Rama dan Sinta adalah

(1) Kebaikan melawan kejahatan, (2) Perjalanan Rama menyelamatkan Sinta,

(3) Persahabatan antara sesama mahluk Tuhan (4) Perjalanan mengarungi permasalahan

kehidupan dengan tetap berlandaskan pada karakter.

(2) Tokoh: tokoh-tokoh disebutkan sangat lengkap terdiri atas 5-6 tokoh yaitu Rama,

Laksmana, Sinta, Rahwana, Jatayu, Wibiksana, Hanoman.

(3) Karakter Tokoh: karakter yang disebutkan secara eksplisit maupun implisit sangat

lengkap. Terdiri atas 4-5 nilai karakter: (1) jujur, (2) bertanggung jawab dan disiplin, (3)

menghargai dan menghormati orang lain, (4) peduli dan perhatian terhadap orang lain, (5)

peduli terhadap kondisi sosial lingkungan sekitar.

(20)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka

(5) Bahasa: Terdapat diksi, penyusunan kalimat, ejaan, dan gaya bahasa.

Berikut adalah pedoman penilaian cerpen yang akan digunakan dalam penelitian ini yang

diadaptasi dari Sumiyadi dan Nurgiyantoro (2011: 439).

Tabel 3.2

Pedoman Penilaian Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter Menggunakan Komik

Rama dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran di SMA Bina Muda Cicalengka

Aspek Kriteria dan Skor

25 20 15 10

(21)
(22)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Bobot: 1

dipahami, tidak boros

kata, dan tidak ambigu)

Alwasilah (2009: 154) mengatakan teknik observasi memungkinkan peneliti menarik

inferensi (kesimpulan) ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau

proses yang diamati. Arikunto (2006: 229) mengatakan bahwa mencatat data observasi bukanlah

sekadar mencatat tetapi juga untuk mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian

ke dalam suatu skala bertingkat.

Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati aktivitas pembelajaran menulis cerpen

Siswa Kelas X di kelas eksperimen menggunakan komik Rama dan Sinta dengan

mengaplikasikan strategi pemetaan pikiran.

Format observasi pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Format Observasi Guru

dalam Pembelajaran Menulis Cerpen

(23)

No Aspek yang dinilai SB B C K SK

1 Aktivitas guru dalam awal pembelajaran

1. Mengondisikan siswa menuju situasi awal

pembelajaran

2. Memotivasi siswa

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Melakukan apersepsi

2 Aktivitas guru dalam menyampaikan materi pokok

pembelajaran

a. Menerangkan mengenai cerpen dan menulis

cerpen

b. Menerangkan mengenai cerita pewayangan

Rama dan Sinta

c. Menerangkan mengenai karakter

d. Menceritakan mengenai karakter masing-masing

tokoh melalui cerita Rama dan Sinta dengan

Pemetaan pikiran

3 Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran

a. Meminta siswa untuk duduk rileks dan

memperhatikan guru menerangkan mengenai

cerpen dan menulis cerpen.

b. Menyajikan mengenai unsur-unsur intrinsik

sebuah cerpen, seperti latar, tokoh, penokohan,

karakter, dan lainnya menggunakan Pemetaan

pikiran.

c. Meminta siswa untuk menyalin Pemetaan pikiran

sesuai dengan kreativitasnya masing-masing.

d. Menerangkan mengenai adanya sebuah cerita

(24)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka pewayangan berjudul Rama dan Sinta dan

Mahabrata.

e. Memberikan penjelasan kepada siswa bahwa

hanya cerita Rama dan Sinta saja yang akan

dibahas kali ini. Untuk Mahabarata, biarkan

mereka mencarinya sendiri.

f. Menunjukkan contoh kepada siswa bahwa cerita

Rama dan Sinta sudah diubah dalam bentuk

komik.

g. Menerangkan mengenai karakter dan banyak

karakter yang dapat diambil dari cerita Rama dan

Sinta.

h. Mulai menceritakan kisah Rama dan Sinta

dengan menggunakan Pemetaan pikiran.

i. Memulai menulis Pemetaan pikirancerita Rama

dan Sinta dari tengah yang diasumsikan sebagai

ide pokok.

j. Menerangkan dan menuliskan tokoh-tokoh dan

masing-masing karakternya sebagai ide penjelas

menggunakan garis berwarna-warni tidak lurus

dari ide utama.

k. Meminta siswa menyalin sesuai kreatifitasnya

masing-masing.

4 Aktivitas guru dalam melaksanakan evaluasi

a. Memberikan penilaian proses, berupa penilaian

terhadap siswa yang aktif mengikuti jalan cerita.

b. Memberikan penilaian terhadap tulisan siswa.

c. Memberikan umpan balik berupa

(25)

didengarkan.

5 Aktivitas guru dalam menutup pembelajaran

a. Menyimpulkan proses pembelajaran.

b. Mengadakan refleksi.

c. Menginformasikan kegiatan pembelajaran

selanjutnya

Untuk observasi siswa dalam kegiatan menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan

menggunakan Pemetaan pikiran dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.4

Observasi Siswa dalam Kegiatan Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

Menggunakan Komik Rama dan Sinta dengan Pemetaan pikiran

No Aspek yang Dinilai SB B C K SK

1 Kegiatan individu

a. Duduk rileks dan memperhatikan guru

menerangkan mengenai cerpen dan

menulis cerpen.

b. Menyimak ketika guru menerangkan

mengenai unsur-unsur intrinsik sebuah

cerpen, seperti latar, tokoh, penokohan,

karakter, dan lainnya menggunakan

Pemetaan pikiran.

c. Siswa menyalin Pemetaan pikiran sesuai

dengan kreativitasnya masing-masing.

d. Menyimak ketika guru menerangkan

mengenai cerita pewayangan berjudul

(26)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka e. Menyimak penjelasan guru yang

menerangkan kepada siswa bahwa hanya

cerita Rama dan Sinta saja yang akan

dibahas kali ini. Untuk Mahabarata,

biarkan mereka mencarinya sendiri.

f. Memperhatikan respons siswa ketika

ditunjukkan komik Rama dan Sinta.

g. Menyimak penjelasan guru mengenai

karakter dan banyak karakter yang dapat

diambil dari cerita Rama dan Sinta.

h. menyimak kisah Rama dan Sinta dengan

menggunakan Pemetaan pikiran.

i. Menilai tulisan siswa yang telah menyalin

Pemetaan pikirann sesuai kreatifitasnya

masing-masing.

3.5Uji Validitas dan Reliabilitas

Penelitian ini akan menggunakan uji validitas dan reliabilitas berdasar kepada judgment

expert. Hal tersebut merujuk kepada pendapat Russefendi (2005: 149) yang mengatakan bahwa

validitas ditentukan oleh pakar berpengalaman karena tidak ada rumus yang dapat dipakai untuk

menginterpretasikan validitas isi suatu tes.

3.6Teknik Analisis Data

Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik. Teknik

(27)

data. Langkah awal yang akan dilakukan adalah melakukan pengolahan data untuk menguji

hipotesis dengan bantuan software Excel dan SPSS 18. Sebelum data diolah, peneliti akan

melakukan kegiatan-kegiatan berikut.

a. Memberikan skor cerpen siswa sesuai dengan instrumen yang digunakan.

b. Menghitung peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

dengan rumus rataan postes.

c. Menyajikan statistik deskriptif skor pretes dan postes yang meliputi skor terendah (Xmin),

skor tertinggi (Xmaks), dan rata-rata (X).

d. Melakukan uji normalitas pada data skor pretes dan postes kemampuan menulis cerpen

berorientasi nilai karakter. Uji ini digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya

distribusi data yang kemudian menjadi prasyarat untuk menentukan jenis statistik yang

akan digunakan. Hipotesis yang diuji adalah:

Ho: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal;

H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal;

Uji normalitas ini menggunakan teknik statistik uji kolmogrov-smornov karena data lebih

dari 30.

Kriteria pengujian yaitu jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima.

e. Langkah berikutnya yaitu menguji homogenitas varians data skor pretes dan postes

kemampuan menulis cerita pendek dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians

kedua kelompok homogen atau tidak homogen.

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

Ho: variansi pada tiap kelompok sama;

(28)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka

Uji levene adalah uji statistik yang akan digunakan. Kriteria agar pengujian Ho diterima

adalah apabila nilai signifikansi > taraf signifikansi (α = 0,05).

Bila sesudah pengujian data tersebut normal dan homogen, uji hipotesis yang yang akan

dilakukan adalah uji t. Akan tetapi, jika data tersebut normal tetapi tidak homogen akan

dilanjutkan dengan uji t’. Apabila data tidak normal maka uji hipotesis akan

menggunakan uji non parametrik yaitu uji mann-whitney u. Hipotesis yang diuji dalam

uji perbedaan dua rataan.

Uji dua pihak/arah (2-tailed)

Ho :

=

H1

:

≠ �

Atau

Uji sepihak/searah (one-tailed)

Ho :

=

H1:

>

Jika kedua data berdistribusi normal, maka uji perbedaan dua rerata menggunakan uji

statistik parametrik, yaitu uji independent-samples T Test. Jika variansi kedua kelompok

data homogen, nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu nilai pada baris “Equal

variances assumed”. Jika variasi kedua kelompok data tidak homogen, nilai signifikansi

yang diperhatikan yaitu nilai pada baris “Equal variances assumed”. Jika terdapat

minimal satu data tidak berdistribusi normal, maka uji perbedaaan dua rerata

menggunakan uji statistik non-parametrik, yaitu uji mann-whitney u. alasan pemilihan uji

(29)

(Russefendi, 1993). Kriteria penerimaan Ho untuk uji dua pihak yaitu bila nilai

(30)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Subbab ini akan mendeskripsikan simpulan yang didapat setelah penelitian berakhir.

Simpulan ini akan menjawab rumusan masalah penelitian yang dituliskan di bab terdahulu, yaitu

mengenai

1. Bagaimanakah Pemetaan pikiran komik Rama dan Sinta?

2. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter

dengan media komik Rama dan Sinta melalui strategi Pemetaan pikiran di kelas X SMA

Bina Muda?

3. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter

dengan media komik Rama dan Sinta sebagai media sastra melalui strategi Pemetaan

pikiran di kelas X SMA Bina Muda?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai

karakter melalui media komik Rama dan Sinta di kelas X SMA Bina Muda antara siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Pemetaan pikiran dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional?

5. Bagaimanakah profil kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter di SMA Bina

Muda Cicalengka?

1.1Simpulan

1. Pemetaan pikiran dari komik Rama dan Sinta dapat dilihat dalam lampiran.

2. Sebelum melakukan perencanaan, guru harus melakukan obsevasi awal terhadap motivasi

(31)

dan eksperimen memiliki motivasi relatif sama. Dari segi menulis pun demikian adanya.

Setelah mendapatkan pemahaman tersebut barulah melakukan perencanaan. Berikut

adalah perencanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan

media komik Rama dan Sinta melalui Strategi Pemetaan pikiran di kelas X SMA Bina

Muda. Guru harus memiliki komik Rama dan Sinta lantas membacanya berulang-ulang

hingga paham jalan ceritanya. Guru membaca mengenai Strategi Pemetaan pikiran dan

berlatih untuk menguasainya. Setelah dirasa cukup, sebelum masuk kelas terlebih dahulu

guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disesuaikan dengan

kurikulum yang berlaku.

3. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai karakter dengan media

komik Rama dan Sinta melalui Strategi Pemetaan pikiran yaitu, guru menerangkan

mengenai Pemetaan pikiran. Setelah dirasa paham guru membuat contoh membuat

Pemetaan pikiran langkah demi langkah dengan tema bebas di papan tulis dibantu siswa.

Di kegiatan pembelajaran berikutnya guru menceritakan kisah Rama dan Sinta dengan

Strategi Pemetaan pikiran. Siswa lantas diminta membuat Pemetaan pikiran dari kisah

Rama dan Sinta sesuai kreatifitasnya sendiri. Dari Pemetaan pikiran tersebut siswa

diminta untuk membuat cerpen berorientasi nilai karakter.

4. Kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai karakter melalui media komik Rama dan

Sinta di kelas X SMA Bina Muda antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

strategi pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional

ternyata berbeda. Setelah pembelajaran dilaksanakan rataan skor postes kemampuan

menulis cerita pendek berorientasi nilai karakter menunjukkan bahwa nilai rataan kelas

(32)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rataan skor pretes siswa kelas eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelas

kontrol, perbedaannya sekitar 2,27 perbedaan yang ditunjukkan tidak terlalu besar.

Karena jumlah data pada masing-masing kelas adalah 33 yang artinya lebih dari 30, maka

untuk menguji normalitas populasi skor pretes digunakan uji kenormalan shapiro-wilk,

dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria penolakan yaitu Ho ditolak jika p-value lebih

kecil dari α. Nilai p = value (sig.) dari kedua kelas yaitu kelas kontrol dan eksperimen

untuk aspek kemampuan menulis cerita pendek adalah 0,020 dan 0,020. Nilai ini lebih

kecil dibandingkan taraf signifikansi α = 0,05, artinya Ho yang menyatakan bahwa data

berdistribusi normal ditolak. Dengan demikian, kemampuan menulis cerpen baik di kelas

eksperimen dan kontrol tidak berdistribusi normal. Nilai p-value (Sig.) uji mann-whitney

sebesar 0,403 untuk kemampuan menulis menulis cerita pendek berorientasi nilai

karakter, yang berarti nilai signifikansi kedua kemampuan tersebut lebih besar

dibandingkan taraf signifikansi α = 0,05, sehingga Ho diterima, artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara rataan pretes siswa kelas eksperimen dan kontrol. Dari

hasil tersebut dapat ditarik simpulan, sebelum eksperimen dilakukan kedua kelompok

memiliki kemampuan yang setara pada kedua aspek tersebut. Jadi, syarat bahwa kedua

kelompok harus memiliki kemampuan awal yang sama sudah terpenuhi. Peningkatan

kemampuan menulis cerita pendek dianalisis melalui perbandingan kemampuan antara

kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Data yang digunakan untuk

menganalisis peningkatan kemampuan tersebut adalah data postes dari kedua kelas.

Berdasarkkan perhitungan terlihat bahwa nilai p-value (Sig.) untuk peningkatan

kemampuan menulis cerpen kelas kontrol dan kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan

(33)

di kelas kontrol dan eksperimen tidak berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan uji

normalitas dalam tabel di atas, menunjukkan bahwa kedua kelas tidak berdistribusi

normal, sehingga tidak perlu dilakukan uji homogenitas varians. Selanjutnya, dilakukan

uji non-parametrik mann-whitney yang bertujuan untuk menguji perbedaan kemampuan

menulis cerpen antara kelas eksperimen dan kontrol. Hipotesis: “Terdapat perbedaan

yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai

karakter melalui media komik Rama dan Sinta di kelas X antara siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan strategi pemetaan pikiran dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional.” Karena nilai p-value (Sig.) adalah 0,000, nilai tersebut lebih

kecil dari nilai α, maka Ho ditolak, artinya rataan postes ternormalisasi kemampuan

menulis cerpen kelas eksperimen berbeda jika dibandingkan dengan rataan postes di

kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan kemampuan menulis cerpen

berorientasi nilai karakter siswa yang belajar dengan strategi pemetaan pikiran terdapat

perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan peningkatan kemampuan menulis

cerpen siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

5. Strategi pemetaan pikiran terbukti mampu meningkatkan kemampuan menulis cerpen

berorientasi nilai karakter. Dengan pemetaan pikiran mayoritas subjek menulis tema lebih

mendalam dan lengkap bila dibandingkan dengan metode konvensional. Subjek 02

misalnya, mendapatkan poin 25 ketika menggunakan Pemetaan pikiran karena mampu

menulis cerpen dengan tema yang sangat lengkap. Akan tetapi hanya mendapatkan poin

20 dengan menggunakan metode konvensional. Pun demikian halnya dengan subjek 03

dan 06 serta beberapa subjek lainnya. Hal tersebut senada dengan pendapat Tony Buzan

(34)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memungkinkan kita menyusun fakta dan pkiran sedemikian rupa sehingga cara kerja

alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan

lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Tony Buzan,

2005: 5). Bila nilai rata-rata tema untuk kelas eskperimen dihitung secara keseluruhan,

maka terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Pada saat pretes rata-rata nilai yang

didapat adalah 20,15 sedangkan pada saat postes meningkat menjadi 22,42.

Dengan pemetaan pikiran tokoh-tokoh yang terdiri atas 5-6 tokoh yaitu Rama, Laksmana,

Sinta, Rahwana, Jatayu, Wibiksana, dan Hanoman dituliskan relatif lebih lengkap

dibandingkan dengan metode konvensional. Hal tersebut senada dengan pendapat Tony

Buzan yang mengatakan bahwa pemetaan pikiran merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pkiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Tony Buzan, 2005: 5). Subjek 01, misalnya, dengan strategi pemetaan pikiran menulis tokoh dengan sangat lengkap

sehingga dia mendapatkan nilai 25. Namun demikian hanya mendapatkan nilai 20 dengan

menggunakan metode konvensional. Hal serupa terjadi juga dengan subjek-subjek

lainnya, mayoritas mengalami peningkatan dalam penggambaran tokoh ketika

menggunakan strategi pemetaan pikiran. Bila nilai rata-rata tokoh untuk kelas eskperimen

dihitung secara keseluruhan, maka terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Pada saat

pretes rata-rata nilai yang didapat adalah 19,09 sedangkan pada saat postes meningkat

menjadi 24,24.

Karakter tokoh yang terdiri atas 4-5 nilai karakter, yaitu (1) jujur, (2) bertanggung jawab

(35)

terhadap orang lain, dan (5) peduli terhadap kondisi sosial lingkungan sekitar disebutkan

relatif lengkap oleh mayoritas siswa ketika menggunakan strategi pemetaan pikiran.

Subjek 05 dan 07 misalnya, mendapatkan nilai sempurna. Nilai tersebut diperoleh karena

kedua subjek tersebut mampu menuliskan karakter secara lengkap dan mampu

menggambarkannya secara mendalam. Hal tersebut senada dengan pendapat Tony Buzan

yang mengatakan bahwa pemetaan pikiran merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pkiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Tony Buzan, 2005: 5).

Tony Buzan mengatakan bahwa pemetaan pikiran merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pkiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Tony Buzan, 2005: 5). Dengan pemetaan pikiran mayoritas siswa mampu menuliskan plot dengan lengkap. Kelengkapan tersebut tampak dari penggambaran pengenalan, konflik, dan penyelesaian konflik yang

dikembangkan oleh siswa dalam cerpennya. Begitu juga dengan penggunaan bahasa.

Dengan pemetaan pikiran tulisan siswa terlihat lebih tertib baik dari segi diksi,

penyusunan kalimat, ejaan, dan gaya bahasa.

1.2Saran

Berdasarkan simpulan, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut.

1. Media sastra cukup beragam dan relatif mudah ditemukan. Salah satunya adalah media

berbentuk komik. Meskipun demikian, pemilihan media komik harus selektif, jangan

(36)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bernilai positif, terutama bagi pendidikan karakter, dapat ditemukan di komik erat tahun

70an karya R.A Kosasih. Selain komik berjudul Rama dan Sinta yang dijadikan media

dalam penelitian ini, terdapat judul-judul lainnya yang juga sarat nilai karakter, seperti

Arjuna Wiwaha, Mahabarata, Arjuna Sasrabahu, dan lainnya.

2. Penerapan komik Rama dan Sinta dalam pembelajaran menulis cerpen berorientasi nilai

karakter perlu disesuaikan dengan jam yang disediakan untuk mengajar di kelas, juga

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran menulis yang telah disiapkan sebelumnya. Hal

yang juga cukup penting adalah guru dihimbau bisa bercerita di depan siswa ketika ingin

menerapkan kegiatan alternatif ini.

3. Penelitian ini dilakukan di SMA Bina Muda Cicalengka yang tentu memiliki motivasi

belajar berbeda dengan siswa SMA lainnya. Oleh sebab itu bila media komik akan

digunakan untuk penelitian pada aspek keterampilan berbahasa lainnya, di SMA lainnya,

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. C. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2003). Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Babbie, E. (2006). Menerapkan Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jogjakarta: Palmall.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun

Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Buzan, Tony. (2011). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Fraenkel, J.R. dan Wallen, N.E.(1993). How to Design and Evaluate Research in Education.

New York: Mc Graw-Hill Publishing Company.

Hasiem dan Azies. (2010). Menganalisis Fiksi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

McCloud, S. (2008). Understanding Comics: Memahami Komik. Jakarta: KPG

McCloud, S. (2008). Reinventing Comics: Mencipta Ulang Komik. Jakarta: KPG

Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Nurgiyantoro, Burhan. (2011). Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE.

Olivia, Femi. (2008). Gembira Belajar dengan Pemetaan pikiran. Jakarta: PT Gramedia

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya.

Bandung: Tarsito.

Santosa, Iman B. (2011). Saripati Ajaran Hidup Dahsyat Dari Jagad Wayang. Jogjakarta:

(38)

Reka Yuda Mahardika, 2012

Keefektifan Penggunaan Komik Rama Dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

: Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sutardi dan Kurniawan. (2012). Penulisan Sastra Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syamsuddin dan Vismaia. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tarigan, H. G.(2008). Menulis. Bandung: Angkasa.

Thahar, H. E. (2009). Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.

Wellek, R. & Austin Warren. (1989). Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Wiyatmi. (2009). Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Yasasusastra, S. (2001). Mengenal Tokoh Pewayangan. Jogjakarta: Pustaka Mahardika.

Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.

WEBSITE

Digital Collections Universitas Kristen Petra.

Tersedia:http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=31&submit.x=28&submit.y=20&qual=

high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fjdkv%2F2009%2Fjiunkpe-ns-s1-2009-42405052-13481-komik-chapter2.pd

Digital Collections Universitas Kristen Petra.

(39)

h&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fjdkv%2F2008%2Fjiunkpe-ns-s1-2008-42404146-11386-knights-chapter2.pdf

Pageyasa, Wayan. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 1 MTs Sunan Kalijaga

Malang Melalui Strategi Pemetaan Pikiran.

Tersedia:http://haveza.multiply.com/reviews/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fit

em

Sumatika, W. (2007). Melestarikan Wayang, Menabur Tuntunan Hidup. Tersedia:

http://okanila.brinkster.net/mediaFull.asp?ID=130

Waluyanto, H. (2010). Komik sebagai Media Komunikasi Pembelajaran.

Tersedia:http://dgi-indonesia.com/komik-sebagai-media-komunikasi-pembelajaran.

http://animasi-purwacarita.blogspot.com/2010/11/mengenalkan-kisah-wayang-kepada-remaja.html

www.balipost.com

www.keratonsurakarta.com

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter Menggunakan Komik
Tabel 3.3 Format Observasi Guru
Tabel 3.4 Observasi Siswa dalam Kegiatan Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan perpustakaan

Pengaruh Aktivitas Rekreasi Di Situ Buled Terhadap Motivasi Gerak Dasar Siswa Kelas V SDN 19 Nagri Kaler Kabupaten Purwakarta.. Universitas Pendidikan Indonesia |

MODEL CONCEPTUAL CHANGE PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF SISWA SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai Tingkat Bahaya Erosi yang paling rendah di beberapa Kecamatan Dairi yaitu 1,77 di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Desa Sungai Raya.. Nilai Tingkat Bahaya Erosi yang paling

Yang berhak mengajar pada semester bersangkutan adalah dosen yang tidak sedang dalam tugas belajar (studi lanjut) atau dosen yang sedang tugas belajar

He continued with an explanation of the Transition Support Program (TSP), a framework for budgetary support from the Development Partners, for 3 years. He provided a brief report

In this paper, we extend the study to the case of negatively dependent random variables and we find out that the asymptotic behavior of precise large deviations is insensitive to