TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERIKATAN DALAM PENYEDIA JASA LAYANAN TAKSI UBER DAN PERTANGGUNGJAWABAN BAGI PENYEDIA
JASA LAYANAN TAKSI UBER, PEMILIK RENTAL MOBIL, SOPIR TAKSI UBER YANG MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI PENGGUNA JASA
ABSTRAK
Perkembangan transportasi khususnya transportasi darat mengalami perkembangan yang sangat pesat hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya perusahaan yang menyediakan berbagai jasa transportasi darat, serta banyaknya masyarakat yang menggunakan jasa transportasi darat. Salah satu transportasi telah mengalami perubahan yang semakin modern adalah taksi. Taksi merupakan jenis kendaraan yang disewa dengan sopir, yang digunakan oleh penumpang tunggal atau sekelompok kecil penumpang. Perkembangan Transportasi juga mencakup pada cara pemesanan dan pembayaran transaksi atas jasa transportasi. Salah satu jasa layanan taksi yang sedang marak di masyarakat yaitu Taksi Uber. Taksi Uber merupakan perusahaan layanan taksi dengan menggunakan teknologi komunikasi. Layanan Taksi Uber menghubungkan penumpang dengan pengemudi mobil sewaan melalui aplikasi mobile. Penumpang dapat memesan mobil dan membayar tarif perjalanan melalui aplikasi yang tersedia dalam
smartphone. Adapun cara pembayarannya tidak menggunakan uang tunai, melainkan menggunakan kartu kredit yang telah di daftarkan sebelumnya. Taksi Uber berplat hitam layaknya kendaraan pribadi. Permasalahan mengenai bentuk perikatan antara konsumen, pemilik rental,dan sopir adalah hal yang perlu dikaji. Hal tersebut terjadi karena menyangkut masalah pertanggungjawaban khususnya jika merugikan pengguna jasa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis normatif yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Undang-undang yang mengacu pada hukum primer berupa Kitab undang Hukum Perdata , Kitab Undang-undang Hukum pidana, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku, pendapat para ahli, dan jurnal-jurnal hukum. Melalui metode penelitian tersebut maka penulis akan mendapatkan analisa mengenai bentuk perikatan dan tanggung jawab Penyedia Jasa Layanan Taksi Uber, pemilik rental mobil, dan sopir Taksi Uber terhadap pengguna jasa yang menggunakan jasa Taksi Uber.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa bentuk perikatan yang terjadi antara Perusahaan Penyedia Jasa Layanan Taksi Uber dan Perusahaan Rental Mobil adalah perikatan antara 2 (dua) pihak (Bipartit). Yaitu perikatan antara Perusahaan Uber dan Perusahaan rental mobil. Bentuk pertanggungjawaban secara perdata sesuai dengan Undang-Undang no 8 tahun 1999 tentang perlindugan Konsumen. Undang-Undang tersebut mengatur upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen yang mengalami kerugian akibat perbuatan pelaku usaha. Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau cara damai serta penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Bentuk pertanggungjawaban yang dapat diminta secara pidana berdasarkan pasal 234,235,dan 237, 310 ayat (1), (2), (3), dan (4) UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, pasal 281, 285, 286, 289, 365, 328 KUHP.
Juridical review of engagement in service providers services taxi uber and accountability for service providers taxi uber services , the owner car rental ,
taxi driver uber which have inflicted losses for users
ABSTARCT
The development of transportation especially mainland transport undergo development which is very fast this can be seen from many companies provide a variety of transportation service land , as well as many people using mainland transport services .One of transportation has changed the modern is taxi .Taxi is the type of vehicle hired with a driver , used by passengers single or a small group of passengers . The development of transportation also includes on how to reservations and payment transactions for services transportation .One services taxis underway in of the society taxi uber .Taxi uber is the company services taxi by means of technology communication .Services taxi uber connecting passengers with the driver rental car through the application of mobile .Passengers can booked and pay the travel through the application of available in a smartphone. As for payments are not use cash, but instead credit card that has been in listed before.Taxi Taxi uber berplat black like private vehicles.Problems concerning the form engagements between consumers, the owner go to, and a driver is a thing to be examined.This is because related to the issues responsibility especially if injurious users.
Research method used is a method of juridical normative which focus to assess the application of norms or norms in positive law .Approach that is used is the approach the act of referring to primary law in the form of the book of the act of civil law , the book of the act of criminal law , act no 22 years 2009 about traffic and public transport , act no 8 1999 about consumer protection.Material law secondary of books, opinion experts, and jurnal-jurnal law.Through a method of the survey hence writers will get analysis compact in and responsibilities of service providers taxi uber services, the owner car rental, and taxi driver Uber to users who use the Taxi Uber.
The results of the study concluded that the form of engagement what happened between companies providing services taxi uber and companies car rental is engagements between 2 ( two ) party ( bipartite ).Namely engagements between the company uber and companies car rental. A form of responsibility in civil in accordance with the act no 8 / 1999 on consumer protection.The act of it
arranged legal remedy that can be done constumers.Who had losses due to what
business players .Dispute resolution consumers could be done through two ways , namely dispute resolution outside the court or peaceful means and court-based dispute resolution .A form of responsibility that could be called upon in a criminal manner based on article 234,235 , and 237 , 310 paragraph ( 1 ) , ( 2 ) , ( 3 ) , and ( 4) of law no 22 2009 on road traffic , article 281 , 285 , 286 , 289 , 365 , 328 million project kuhp
DAFTAR ISI
Pernyataan Keaslian ... i
Pengesahan Pembimbing ... ii
Persetujuan Panitia Sidang Ujian...iii
Persetujuan Revisi... iv
Abstrak...v
Abstract... .. vii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ...xi
Daftar Tabel ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Kerangka Pemikiran ... 6
F. Metode Penelitian ... 13
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR PERIKATAN DALAM PENYEDIA LAYANAN JASA TAKSI UBER A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya...17
3. Asas-asas Perjanjian...27
4. Berakhirnya Perjanjian...31
B. Perikatan Pada Umumnya 1. Pengertian Perikatan ... 32
2. Perikatan Dalam Arti Luas dan Sempit... 33
3. Macam-macam Perikatan...34
4. Unsur-unsur Perikatan...37
5. Asas-asas Perikatan...42
6. Sumber-sumber Hukum Perikatan...44
7. Perikatan Yang Lahir Dari Undang-undang dan Perikatan Yang Timbul Karena Perjanjian...45
C. Ketentuan Normatif Yang mengatur Mengenai Perlindungan Konsumen di Indonesia 1. Pengertian Konsmen...48
a. Hak Konsumen...51
b. Kewajiban Konsumen...53
2. Pengertian Perlindungan Konsumen...54
3. Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen...58
a. Asas Hukum Perlindungan Konsumen... 59
b. Tujuan Perlindungan Konsumen... 60
D. Penanaman Modal Asing Terkait Pendirian Usaha di Indonesia
1. Pengertian Penanaman Modal Asing...62
2. Teori Penemuan Modal Asing...66
3. Asas Dan Tujuan Penanaman Modal Asing... 77
4. Bentuk Badan Hukum...80
5. Penyelesaian Sengketa Dalam Penanaman Modal asing ...85
6. Pengertian Arbitrase...86
a. Ruang Lingkup Arbitrase...90
b. Kelebihan dan Kelemahan Arbitrase...93
BAB III JASA LAYANAN TAKSI UBER DAN KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM JASA LAYANAN TAKSI UBER A. Profil Taksi Uber dan Jasa Layanannya...96
B. Kedudukan Uber Sebgai Perusahaan Berbasis Aplikasi...97
C. Kedudukan Para Pihak Dalam Jasa layanan Taksi Uber 1. Perusahaan Penyedia Jasa Layanan Taksi Uber ... 98
2. Perusahaan Rental Mobil ... 102
3. Sopir Taksi Uber ... 103
D. Sistem Daring (dalam jaringan) dan Sistem Pembayaran Online Dalam kegiatan Operasional Taksi Uber 1. Pengertian sistem daring (dalam jaringan)... 104
2. Pengertian Sistem Pembayaran Online ... 107
F. Perbedaan Taksi Uber Dengan Taksi Pada Umumnya ... 115
BAB IV BENTUK PERIKATAN PIHAK-PIHAK DALAM PENYEDIA
JASA LAYANAN TAKSI UBER DAN PERTANGGUNGJAWABAN
HUKUMNYA YANG MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI
PENGGUNA JASA
A. Perikatan Antara Perusahaan Penyedia Layanan jasa Taksi Uber,
pemilik rental mobil, dan sopir Taksi Uber ... 117
1. Hubungan Perusahaan Uber dengan Pemilik Rental
Mobil...123
2. Hubungan Perusahaan Rental Mobil dengan Sopir Taksi
Uber...126
3. Hubungan Perusahaan Penyedia Jasa Layanan Taksi Uber dengan
Sopir Taksi Uber...130
4. Hubungan Sopir Taksi Uber dan Pengguna Jasa...131
5. Hubungan Antara Pengguna Jasa dan Perusahaan Uber...132
B. Pertanggungajawaban Penyedia Jasa Layanan Taksi Uber,
Perusahaan rental Mobil, dan Sopir Taksi uber yang
Mengakibatkan Kerugian Bagi Pengguna Jasa...104
Tanggungjawab Perusahaan Penyedia Jasa Layanan Taksi Uber,
Perusahaan Rental Mobil, dan Sopir Taksi Uber...104
1. Tanggung Jawab Perdata...133
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 152
B.Saran ... 153
Daftar Pustaka ... 155
DAFTAR TABEL
1. Perbedaan UberBlack dan UberX ... 72
2. Perikatan antara Perusahaan Penyedia Jasa Layanan Taksi Uber, Perusahaan
Rental Mobil, dan Sopir Taksi Uber ... 96\
3. Hubungan Perusahaan Uber dengan Pemilik Rental
Mobil...123
4. Hubungan Perusahaan Rental Mobil dengan Sopir Taksi
Uber...126
5. Hubungan Perusahaan Penyedia Jasa Layanan Taksi Uber dengan Sopir Taksi
Uber...130
6. Hubungan Sopir Taksi Uber dan Pengguna Jasa...131
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Transportasi merupakan bagian penting dalam hidup
masyarakat.Transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, di
mana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti
mengangkut atau membawa. Jadi, Transportasi berarti mengangkut atau
membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat lainnya. Hal ini
berarti transportasi merupakan suatu jasa yang diberikan, guna menolong
orang dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat
lainnya.Transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan
mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat
ke tempat lainnya.1
Transportasi semakin berkembang mengikuti perkembangan
zaman. Pada zaman dahulu transportasi dapat berupa sepeda, sepeda
motor, becak, dan lain-lain. Namun di dalam perkembangannya,
transportasi telah mengalami perubahan yang semakin modern, salah
satunya adalah taksi. Taksi merupakan jenis kendaraan yang disewa
dengan sopir, yang digunakan oleh penumpang tunggal atau sekelompok
kecil penumpang. Perkembangan Transportasi juga mencakup pada cara
pemesanan dan pembayaran transaksi atas jasa transportasi. Dahulu,
1
2
pengguna jasa transportasi memesan via telpon dan kemudian membayar
jasa dengan uang tunai. Pada perkembangannya saat ini, terdapat
transportasi yang dapat dipesan dan dibayar secara sistem daring. Sistem
daring (online). Salah satu jenis transportasi yang menggunakan sistem
daring ini adalah Uber.
Uber adalah perusahaan dari San Francisco, Amerika Serikat yang
beroperasi di Indonesia yang bergerak di bidang pemasaran teknologi
aplikasi yang bekerja sama dengan perusahaan rental mobil. Uber
melakukan penawaran yang menawarkan berbasis aplikasi mobile.
Aplikasi Uber dapat diunduh pada smartphone pengguna jasa. Uber
merupakan aplikasi interaktif di Amerika Serikat, yang dapat digunakan
dengan mudah via komputer atau smartphone yang menjadi mediasi untuk
mempertemukan kebutuhan penumpang sebagai pengguna jasa dengan
supir dan mobil sebagai penyedia jasa transportasi. Adapun cara
pembayarannya menggunakan sistem Google Wallet, Paypal, dan kartu
kredit. Aplikasi
Sementara di Indonesia Perusahaan Uber merupakan jasa
transportasi darat yaitu Taksi. Uber adalah taksi yang memakai aplikasi
mobile dengan menggunakan mobil yang berplat warna hitam. Uber telah
beroperasi di Indonesia sejak pertengahan tahun 2014. Uber ini merupakan
alternatif transportasi yang menawarkan perkembangan transformasi dari
sistem lama menjadi suatu sistem yang sama sekali berbeda namun sangat
3
saat ini. Uber menawarkan kenyamanan taksi dengan harga rendah dan
cukup bersaing dibandingkan dengan taksi resmi lainnya sehingga Uber
mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat cepat di tanah air
maupun manca negara. Namun demikian, sejak peluncurannya di berbagai
belahan dunia, taksi ini menuai banyak kontroversi terutama dari armada
taksi resmi karena menggunakan mobil pribadi sebagai taksi dan tidak
mempunyai status resmi yang berbadan hukum serta tidak memiliki ijin
resmi beroperasi layaknya taksi resmi.
Uber tidak mempunyai kantor yang resmi, sehingga apabila
pengguna jasa yang mengalami kerugian tidak jelas harus lapor kemana.
Kerugian-kerugian yang mungkin terjadi pada pengguna jasa adalah
apabila terjadi kecelakaan akibat kelalaian yang dilakukan oleh sopir Uber
sehingga mengakibatkan pengguna jasa kehilangan nyawa (meninggal
dunia), pada saat membawa penumpang sopir Uber mengantuk dan
mengalami kecelakaan membuat penumpang mengalami luka-luka, dan
sopir Uber melakukan tindak pidana terhadap pengguna jasa.
Sistem pemesanan dan pembayaran jasa transportasi dengan sistem
online tersebut pada Uber membuat perkembangan baru dalam sistem
transaksi jasa di Indonesia. Sistem transaksi Indonesia yang semula
mengenal sistem tunai kini telah beralih kepada sistem daring yang
mengantikan sistem tunai. Pihak-pihak yang terlibat dalam Penyedia
Layanan Jasa Uber adalah Penyedia Layanan Jasa Uber, pemilik rental
4
Masalah seputar Uber menarik untuk dibahas karena permasalahan
mengenai bentuk perikatan antara perusahaan Uber, pemilik rental,sopir
Uber, adalah hal yang perlu dikaji. Hal ini terkait masalah
pertanggungjawaban khususnya jika merugikan pengguna jasa.
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan diatas, penulis tertarik untuk
membahas masalah “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
PERIKATAN DALAM PENYEDIA JASA LAYANAN UBER DAN
PERTANGGUNGJAWABAN BAGI PENYEDIA JASA LAYANAN
UBER, PEMILIK RENTAL MOBIL, SOPIR UBER YANG
MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI PENGGUNA JASA”
B. Identifikasi Masalah
Di dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan
permasalahan guna mempermudah pembahasan agar tidak menyimpang
dari materi pokok penulisan skripsi ini. Adapun yang menjadi
permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perikatan antara Penyedia Jasa Layanan Uber, pemilik
rental mobil, dan pengguna jasa yang menggunakan sistem daring
menurut sistem hukum di Indonesia?
2. Bagaimana pertanggungjawaban Perusahaan Uber, pemilik rental
mobil dan sopir Uber yang merugikan pengguna jasa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang akan penulis bahas, tujuan dari
5
1. Untuk mengkaji dan memahami perikatan antara pengguna jasa,pemilik
rental mobil, dan sopir taksi dalam Penyedia Layanan Jasa Uber yang
menggunakan sistem daring menurut sistem hukum di Indonesia
2. Untuk mengkaji dan memahami bagaimana pertanggungjawaban
Perusahaan Uber, pemilik rental mobil dan sopir Uber terhadap pengguna
jasa apabila terjadi kerugian pada pengguna jasa
D. Kegunaan Penelitian
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun praktis, yaitu :
1. Manfaat teoritis, yang terdiri dari:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya, khususnya
mengenai hukum perikatan;
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan
literatur dalam dunia kepustakaan mengenai pengaturan dalam hal
jasa layanan transportasi khususnya taksi yang ditinjau dari sudut
perikatan.
2. Manfaat praktis, yang terdiri dari:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai perlu dikembangkannya penelitian mengenai hukum
transportasi di Indonesia; dan
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperhatikan hak-hak penyedia
6
E. Kerangka Pemikiran
Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar (untuk
selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar 1945.Undang-Undang Dasar 1945
mengatur kedudukan dan tanggung jawab penyelenggara negara, kewenangan,
tugas, dan hubungan antara lembaga-lembaga negara (legislatif, eksekutif, dan
yudikatif).Undang-Undang Dasar 1945 mengatur hak dan kewajiban warga
negara.Undang-Undang Dasar 1945 menjamin hak atas persamaan kedudukan,
hak atas kepastian hukum yang adil, hak mendapat perlakuan yang sama di
depan hukum dan hak atas kesempatan yang sama.Pasal 27 ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan,” setiap warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada pengecualiannya”.
Hukum di Indonesia bertujuan untuk mendapatkan keadilan, menjamin
adanya kepastian hukum dalam masyarakat serta mendapatkan kemanfaatan
atas dibentuknya hukum tersebut. Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiap
orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri, namun tiap perkara harus
diputuskan oleh hakim berdasarkan dengan ketentuan yang sedang berlaku.
Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan,” bahwa setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”
Tiga nilai dasar hukum menurut Gustav Radbruch : Gustav Radbruch
adalah seorang filosof hukum dan seorang ahli hukum dari Jerman yang
7
konsep dasar tersebut dikemukakannya pada era Perang Dunia II. Tujuan
hukum yang dikemukakannya tersebut oleh berbagai pakar diidentikan juga
sebagai tujuan hukum. Adapun tiga tujuan hukum tersebut adalah keadilan,
kepastian , dan kemanfaatan. Dari pendapat tersebut, tujuan kemanfaatan pada
hukum menjadi corak utama sebagai tujuan keberadaan hukum itu sendiri.
Tujuan kemanfaatan itu adalah bekerjanya hukum di masyarakat efektif atau
tidak. Dalam nilai kemanfaatan, hukum berfungsi sebagai alat untuk memotret
fenomena masyarakat atau realita sosialdan dapat memberi manfaat atau
berdaya guna bagi masyarakat.2
Salah hukum yang dimaksud disini adalah hukum perdata. Salah
satunya adalah hukum perikatan. Perikatan yang terjadi antara Penyedia
Layanan Jasa Uber dan pemilik rental mobil merupakan suatu hubungan
hukum yang bertujuan mendapatkan suatu prestasi. Perikatan menurut Prof.
Subekti adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak
yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Hukum
Perikatan menurut Prof Soediman Kartohadiprojo adalah Hukum perikatan
ialah kesemuanya kaidah hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang
yang bersumber pada tindakannya dalam lingkungan hukum kekayaan.
Unsur-unsur perikatan yaitu adanya hubungan hukum,dalam lapangan hukum
kekayaan,hubungan antara kreditur dan debitur,tujuannya adalah prestasi3
2
Namid S. Attamimi dan Farid Indaris, ilmu per Undang-Undangan, jenis fungsi dan materi muatan, Yogyakarta,Kanisis,2007,hlm:761-764
3
8
Tujuan perikatan adalah mendapat prestasi, yakni memberi sesuatu,
melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukan suatu perbuatan. Terkait
dengan masalah perikatan, ada teori-teori dan asas perjanjian yaitu R. Subekti
mengemukakan perjanjian adalah “suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.”4
Perikatan di era modern pada saat ini tidak selalu harus
mempertemukan kedua belah pihak secara langsung. Dengan adanya internet,
para pihak dapat menyatakan kesepakatannya melalui media elektronik seperti
gadget. Di sisi lain kehadiran internet walaupun masih merupakan media atau
sarana baru dalam hal transaksi internet masih dalam fase
pertumbuhan,sehingga perlu di perkokoh tentang pentingnya peranan teknologi
dalam pencapaian tujuan finnsial.sebagai salah satu sarana guna melakukan
transaksi perdagangan (penjualan,pembelian,promosi dan lain-lain), internet
dirasakan manfaatya hal ini dapat dilihat sejumlah situs yang menyajikan
breaking news dan menarik para pemasang iklan. Di Indonesia, keberadaan
situs-situs yang menawarkan berbagai produk barang dan jasa belum sebanyak
di negara-negara lain, perkembangannya menunjuk arah yang
menggembirakan.5 Salah satu contoh situs yang mempelopori e-commerce
adalah uber.com . Menurut Turban, Rainer dan Potter Teknologi informasi
adalah “Information technology relates to any computer-based to that people
4
Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. XVI, Jakarta: Intermasa, 1996, hlm. 1.
5
9
use to work with information and to support the information and information
processing needs of an organization”. Yang diartikan sebagai berikut:
teknologi informasi berkaitan dengan segala sesuatu yang berbasis komputer
yang digunakan orang untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
informasi untuk mendukung dan mengolah informasi tersebut sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan komputer,jaringan komputer, dan/atau media
elektronik lainnya
Perikatan menimbulkan dasar bagi hubungan hukum dan menimbulkan
hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hak dan kewajiban erat kaitannya
dengan masalah pertanggungjawaban. Setiap orang harus
mempertangungjawabkan setiap tindakannya, baik karena kesalahan atau tanpa
kesalahan. Dari teori hukum umum, munculah tanggungjawab hukum berupa
tanggungjawab pidana, tanggungjawab perdata, dan tanggungjawab
administrasi.
Dalam hukum pidana, prinsip pertanggungjawaban pidana dapat
ditemui dalam Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, bahwa
“ketentuan pidana dalam per-Undang-Undangan Indonesia diterapkan bagi
setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia”. Dalam
hukum pidana dikenal asas legalitas seperti yang tertuang dalam Pasal 1 Kitab
10
kecuali berdasarkan ketentuan-ketentuan per-Undang-Undangan pidana yang
telah ada”. Berkaitan dengan hukum pidana, terdapat tiga unsur penting/ pokok
yang terkait erat satu dengan yang lain, yaitu pidana, perbuatan, dan pelaku.
Dalam Pasal 55 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyatakan
bahwa:
“ Dipidana sebagai pelaku tindak pidana: (1) mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan; (2) mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.”
Perbuatan pidana hanya menunjuk kepada dilarang dan
diancamnya perbuatan dengan suatu pidana, sebab asas
pertanggungjawaban dalam hukum pidana ialah tidak dipidana jika tidak
ada kesalahan. Pertangungjawaban dalam hukum pidana dimintai kepada
setiap orang yang melakukan kesalahan
Pertanggungjawaban perdata apabila seseorang dirugikan karena
perbuatan seseorang lain, sedang diantara mereka itu tidak terdapat sesuatu
perjanjian (hubungan hukum perjanjian), maka berdasarkan undang
undang juga timbul atau terjadi hubungan hukum antara orang tersebut
yang menimbulkan kerugian itu. Hal tersebut diatur dalam Pasal 1365
KUHPerdata, sebagai berikut :“Tiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena
11
Menurut Pasal 1365KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan
perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang
dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan
kerugian bagi orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) kategori dari
perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut:
1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan;
2.Perbuatan melawanhukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan
maupun kelalaian);
3. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian.
Maka model tanggung jawab hukum adalah sebagai berikut:
1.Tanggung jawab dengan unsur kesalahan (kesengajaan dan kelalaian)
sebagaimana terdapat dalam Pasal1365 KUHPerdata.
2.Tanggung jawab dengan unsur kesalahan khususnya kelalaian
sebagaimana terdapat dalam Pasal 1366 KUHPerdata.
3.Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) sebagaimana terdapat dalam
Pasal 1367 KUHPerdata.
Istilah perbuatan melawan hukum (onrechtmatig daad) sebelum
tahun 1919 oleh Hoge Raad diartikan secara sempit, yakni tiap perbuatan
yang bertentangan dengan hak orang lain yang timbul karena
Undang-Undang atau tiap perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban
hukumnya sendiri yang timbul karena Undang-Undang. Menurut ajaran
yang sempit sama sekali tidak dapat dijadikan alasan untuk menuntut ganti
12
tidak bertentangan dengan Undang-Undang sekalipun perbuatan tersebut
adalah bertentangan dengan hal yang diwajibkan oleh moral atau
hal-hal yang diwajibkan dalam pergaulan masyarakat.
Pengertian perbuatan melawan hukum menjadi lebih luas
dengan adanya keputusan Hoge Raad tanggal 31 Januari 1919 dalam
perkara Lindebaum lawan Cohen. Hoge Raad telah memberikan
pertimbangan antara lain sebagai berikut :
“bahwa dengan perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad)
diartikan suatu perbuatan atau kealpaan, yangatau bertentangan dengan
hak orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku atau
bertentangan, baik dengan kesusilaan baik, pergaulan hidupterhadap orang
lain atau benda, sedang barang siapa karena salahnya sebagai akibat dari
perbuatannya itu telah mendatangkan kerugian pada orang lain,
berkewajiban membayar ganti kerugian”.6
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penulisan ini berupa pendekatan
yuridis normatif.
1. Tahap Penelitian dan Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu penelitian
yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau
6
13
norma dalam hukum positif.7 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan Undang-Undang (statute approach), yaitu dengan
menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang berkaitan dengan
hukum perikatan. konseptual (conceptual approach) yang beranjak dari
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam
ilmu hukum.8 Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara meneliti
bahan pustaka atau data sekunder, yang terdiri dari:9
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri atas peraturan
perundang-undangan yang diurut berdasarkan hirearki, yaitu Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen., Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970
Tentang Penanaman Modal Asing
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas
buku-buku (textbook) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh (de
herseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana,
kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir yang
berkaitan dengan topik penelitian.
7
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Edisi Revisi, Malang: Bayumedia Publishing, 2007, hlm 295.
8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, hlm 133 dan 135.
9
14
c. bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk
atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.
2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini
menggunakan cara analisis kualitatif dengan pola pokir atau logika
deduktif, yaitu pola pikir untuk menarik kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Pada penelitian
hukum yang berjenis normatif ini, bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier tidak dapat lepas dari berbagai penafsiran hukum yang dikenal
dalam ilmu hukum yang diperoleh dengan cara membaca, mengkaji, dan
mempelajari bahan pustaka, baik berupa peraturan perUndang-Undangan,
artikel, internet, makalah seminar nasional, jurnal, dokumen, dan data-data
lain yang mempunyai kaitan dengan data penelitian ini.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi,
penulisan hukum ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu pendahuluan,
tinjauan pustaka, objek penelitian, penelitian dan pembahasan, serta penutup
15
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang
masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II :PERJANJIAN SEBAGAI DASAR PERIKATAN DALAM
PENYEDIA LAYANAN JASA UBER
Bab kedua ini adalah bab mengenai uraian teori, asas, norma,
doktrin tentang perikatan pada umunya dan perlindungan
konsumen dalam Penyedia Layanan Jasa Uber.
BAB III : JASA LAYANAN UBER DAN KEDUDUKAN PARA PIHAK
DALAM JASA LAYANAN UBER
Pada bab tiga ini akan dibahas mengenai masalah perikatan yang
terjadi antara penyedia layanan jasa Uber, Pemilik rental mobil,
dan pengguna jasa.
BAB IV :BENTUK PERIKATAN PIHAK-PIHAK DALAM PENYEDIA
JASA LAYANAN UBER DAN PERTANGGUNGJAWABAN
HUKUMNYA YANG MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI
KONSUMEN
Pada bab empat ini akan di analisa tentang tinjauan yuridis
16
pertanggung jawaban bagi pemilik rental mobil, sopir Uber
yang menimbulkan kerugian bagi pengguna jasa.
BAB V :PENUTUP
Bab ini sebagai bagian akhir penulisan penelitian mengenai
kesimpulan dan saran sebagai suatu masukan maupun perbaikan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan oleh penulis dalam
bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Bentuk perikatan yang terjadi antara Perusahaan Uber dan Perusahaan
Rental Mobil adalah perikatan antara 2 (dua) pihak (Bipartit) yang
didasarkan atas adanya perjanjian. Perusahaan Uber melakukan perjanjian
kerjasama dengan Perusahaan Rental Mobil. Di dalam perjanjian atara
Perusahaan Uber dan Perusahaan Rental Mobil terdapat perjanjian ikutan
antara Perusahaan rental Mobil dan Sopir Uber. Perusahaan Rental Mobil
dan Sopir Uber di landasi dengan perjanjian kerja
2. Bentuk pertanggungjawaban yang dapat diminta secara perdata adalah
berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen bentuk pertanggungjawaban yang dapat diminta secara pidana
adalah apabila terjadi kecelakaan akibat kelalaian yang dilakukan oleh
sopir Uber sehingga mengakibatkan pengguna jasa kehilangan nyawa
(meninggal dunia) adalah Perusahaan Uber dan Perusahaan Rental Mobil
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan Pasal 234,235,dan 237
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan
Jalan. Sopir Uber bertanggung jawab sesuai dengan Pasal Pasal 310 ayat
2
Lintas Angkutan jalan. Bentuk pertanggungjawaban yang dapat diminta
apabila sopir Uber melakukan Tindak Pidana terhadap pengguna jasa
adalah Sopir Uber bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan Pasal
ketentuan Pasal 281, 285, 286, 289, 365, 328 KUHP.
B. Saran
1. Saran untukPerusahaan Uber
Perusahaan Uber apabila ingin mendirikan perusahaan jasa
pengurusan transportasi, harus memiliki izin yang dikeluarkan oleh
Gubernur di mana tempat perusahaan tersebut berada. Salah satu syarat
izin perusahaan jasa pengurusan transportasi adalah harus memiliki
izin usaha dan tempat perusahaan, sehingga masyarakat yang hendak
komplain bisa mengajukan ke alamat yang jelas. Perusahaan Uber
harus mengikuti peraturan yang ada di Indonesia, seperti taksi pada
umumnya, Uber juga harus mengikuti peraturan perUndang-Undangan
yang berlaku di Indonesia, khusunya peraturan tentang transportasi di
Indonesia.
2. Saran Untuk Perusahaan Rental Mobil
Perusahaan rental mobil yang ingin bermitra dengan
perusahaan manapun,harus melihat legalisasi mitra tersebut, agar
apabila terjadi sesuatu hal yang tidak dinginkan, maka dapat
diselesaikan dengan baik sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku
3
3. Saran untuk pemerintah
Pemerintah harus berperan lebih aktif dalam hal melakukan
pengawasan terhadap Perusahaan Uber agar pihak Perusahaan Uber
tidak merugikan pengguna jasa. Pemerintah juga harus melakukan
pemblokiran situs perusahaan taksi tersebut kepada Kementerian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Pemerintah dapat
pula menerapkan sanski bagi pihak Perusahaan Uber agar Perusahaan
Uber sebagai pelaku usaha berhati-hati dalam menjalankan kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011.
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan Konsumen, Ghalia Indonesia, Bogor, 2008.
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2000.
Albert Widjaya, Impak Kegiatan Perusahaan Multinasional Terhadap Keadaan
Sosial dan Politik di Indonesia, Binacipta, Bandung 1982.
An An Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum
Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal, Bandung,P.T.
Alumni,2011,hlm. 58.
A.Z. Nasution, Pengantar Hukum Perlindungan Konsumen, Daya Widya, Jakarta, 1999.
Celina Tri Siwi Kristiyanti. Hukum Perlindungan Konsumen. Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberasisai Hukum Perdagangan
Internasional dan Hukum Penanamanan Modal, PT.Alumni, Bandung, 2011
Dikdik M. Arief Mansur, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009.
Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrase Dalam Sengketa Komersial Untuk
Penegakan Keadilan, PT Tatanusa, Jakarta, 2004
Eva Novianti, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk Pangan
Transgenik (studi kasus: Snack Kentang Pringles), Program Sarjana Universsitas
Indonesia, Depok, 2007.
Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, PT. Garamedia Pustaka,Jakarta,2006.
Gunawan Widjaja, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004.
H. Priyatna Abdurrasyid, Penyelesaian Senketa Komersial (Nasional dan Internasional) di luar Pengadilan, makalah, 1996
H. Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum. Raja Grafindo, Jakarta, 2013.
H.S Salim, Hukum Kontrak Teori dan Teknik, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.
Huala Adolf, Arbitrase Komersial Internasional, PR Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
___________, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2012
Ilmar Aminuddin, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010
Indriyo Gitosudarmo. Manajemen Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.
J. Satrio, Hukum Perikatan Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993.
Johannes Gunawan, Analisis Hukum Material dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, Makalah dalam Penataran Nasional Angkatan 1 Dosen Perlindungan
Konsumen, Bandung, 2005.
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Edisi Revisi, Bayumedia Publishing, Malang, 2007.
Kanter E.Y dan Sianturi S.R, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta,2002
M.A. Moegni Djojodirdjo, PerbuatanMelawan Hukum, cet.2, Pradnya Paramita, Jakarta, 1982.
M. Somarajah, The International Law On Foreign Investment,Cambridge U.P,Cambridge,1994
Mariam Darus, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.
Muchammad, Zaidun, Penerapan Prinsip-prinsip Hukum Internasional Penanaman
Modal Asing di Indonesia (Ringkasan Disertasi),Program Pasca Sarjana Univ.
Airiangga, (Muchammad, Zaidun II), Surabaya, 2005,
Namid S. Attamimi dan Farid Indaris, Jenis Fungsi dan Materi Muatan Dalam Ilmu
Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 2007.
Oxfam, Make Trade Fair,Riggeds Rules And Double Standard, Novid Oxfarm Netherlands, Den Haag,2002.
P.A.F Laminantang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, P.T. Citra Aditya Bakti, Jakarta,2002
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013.
Peter Malanczuk, International Law Provisions for the Protection of Foreign Investment, Public Lecture on Public International Law, State University of Padjajaran,Bandung,2008
Purbacaraka, Perihal Kaidah Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2010.
R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2009.
Romli Atmasasmita, Asas-asas Perbandingan Hukum Pidana, Yayasan lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta, 1989.
Rusdiana Kama dan Aripin Jaenal, Perbandingan Hukum Perdata, Uin Jakarta Pess, Jakarta, 2007.
Rustian Kamaluddin, Ekonomi Transportasi Karakteristik, Teori dan Kebijakan, Ghalia Indonesia, Jakarta, .
Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982
Samuel M.P Hutabarat, Penawaran dan Penerimaan Dalam Hukum Perjanjian, Grasindo, Jakarta, 2010
Shidarta. Hukum Perlindungan Konsumen, Gramedia, Jakarta, 2006.
Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. XVI, Intermasa, Jakarta, 1996.
______, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003.
______, Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta, Bandung, 1992.
Sudarsono, Kamus Hukum, Rincka Cipta, Jakarta, 2007.
Sudikno Mertokusumo, Suatu Pengantar Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1986.
Sumantoro,Bunga Rampai Permasalahan Penanaman modal dan Pasar Modal,Binacipta,Bandung,1984
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003.
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2011.
Taufik Simatupang, Aspek Hukum Periklanan. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2004.
Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2007.
Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2003.
Kamus-kamus
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Ikthasar Indonesi Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2005.
Referensi Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Referensi Internet
Aplikasi uber diakses pada tanggal 05 April 2015 pada jam 21.10.
Id.berita.yahoo.com, Arya Perdhana, tanggal 16 November 2014, pukul 22.42
www.Uber.com diakses pada tanggal 05 April 2015 pada jam 21.00.
http://mynameisanggun-bukuhariananggun.blogspot.com/2011/02/unsur-unsur-hukum-perikatan.html, 14 januari 2015 pukul 15.45.
Susetyo Dwi Prihadi,Cerita Abid, Si Sopir Uber,