• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP LAGU ANAK : STUDI KASUS PADA SISWA SEKOLAH ICHTHUS JAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP LAGU ANAK : STUDI KASUS PADA SISWA SEKOLAH ICHTHUS JAKARTA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

ABSTRAK ...ii

LEMBAR PERNYATAAN ...iii

KATA PENGANTAR ……….………..iv

UCAPAN TERIMA KASIH ………v

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...11

C. Tujuan Penelitian ...15

D. Manfaat Penelitian ...15

E. Asumsi ...16

F. Metodologi Penelitian ...16

G. Sistematika Penulisan ...19

BAB II KONSEPTUALISASI PERSEPSI ANAK TERHADAP LAGU A. Teori Tentang Persepsi ...22

B. Perkembangan Persepsi Anak ...25

C. Lagu Sebagai Representasi Simbolik ...35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Perencanaan Penelitian ...39

B. Teknik Pengolahan dan Interpretasi Data ...58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….64

1.Faktor-Faktor Dari Sebuah Lagu Yang Mempengaruhi Persepsi ...64

2.Kemampuan Anak Dalam Membedakan dan Mengkategorikan ...87

3.Lagu Anak-Anak Ideal Menurut Subyek Penelitian ...95

B.Pembahasan ...97

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ...108

B. Implikasi ...110

(2)
(3)

BAB I PENDAHULUAN

Anak-anak, khususnya siswa sekolah dasar, merupakan kumpulan individu yang sangat menarik untuk diteliti. Hal yang dijadikan penelitian dapat berupa benda yang riil ataupun tidak riil, contohnya persepsi. Peneliti memilih topik persepsi anak terhadap lagu anak untuk diteliti.

A. Latar Belakang Masalah

Masa kanak – kanak pada umumnya adalah masa yang menyenangkan dan tidak mudah hilang dari ingatan seseorang. Masa tersebut adalah masa di mana aktivitas anak didominasi oleh aspek bermain yang dipenuhi hal-hal gembira dengan sedikit atau hampir tidak ada masalah. Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh dengan ketergantungan yaitu sekitar usia dua tahun sampai anak matang secara seksual, kira-kira usia tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. Dalam rentang masa yang panjang ini terjadi beberapa perubahan yang mencolok baik secara fisik maupun psikologis.

Menurut Hurlock (1980) masa kanak-kanak yang panjang tersebut dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu periode awal masa kanak-kanak dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal masa kanak-kanak dimulai dari usia dua sampai enam tahun dan periode akhir berlangsung dari usia enam tahun sampai dengan tiba saatnya anak matang secara seksual sehingga bisa dikatakan bahwa awal masa kanak-kanak merupakan penutup masa bayi, suatu usia di mana ketergantungan secara praktis telah dilewati, dan berakhir sekitar usia masuk sekolah dasar.

(4)

bermain, taman kanak-kanak maupun sekolah dasar). Anak – anak mendengarkan musik dan bernyanyi ketika mereka menonton televisi, naik mobil, belajar di sekolah dan sebagai bagian dari ritual sebelum tidur. Musik adalah sesuatu yang natural, menyenangkan dan aspek yang berperan dalam kehidupan sehari-hari seorang anak.

Anak-anak mudah dan cepat untuk mengingat sesuatu terutama hal yang baru diajarkan. Anak juga mudah untuk mengimitasi atau meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Sehubungan dengan mudahnya anak mengingat dan meniru maka sungguh mudah bagi seorang anak untuk menyanyikan dan menghafal suatu lagu apalagi kalau lagu itu adalah lagu yang sederhana. Lagu-lagu seperti Balonku Ada Lima, Bintang Kecil, Pelangi dan lain-lain merupakan lagu yang familiar dan umum dinyanyikan anak-anak.

Hurlock (1980:146) mengemukakan bahwa masa kanak-kanak juga merupakan periode aktif untuk perkembangan kepribadian dan sosial terutama pada periode akhir masa kanak-kanak. Pada permulaan periode akhir masa kanak-kanak, anak diwajibkan untuk mengikuti pendidikan formal sehingga anak menerima tekanan dan harapan sosial. Tekanan dan harapan baru yang mengikuti pada masa ini menyebabkan perubahan pada perilaku, minat dan nilai. Dengan masuknya anak ke dalam pendidikan formal, interaksi antara si anak dengan dunia sekitar mulai bertambah luas dan semakin kompleks, seperti keterlibatan dalam aktivitas keluarga, sekolah dan hubungan pertemanan. Melalui interaksi dengan orang lain dan kesimpulan yang didapat dari pengalaman pribadi, mereka kemudian memperoleh suatu kesadaran personal. Setelah itu terjadi mereka lalu memasukkan karakteristik lain yang ada dalam diri mereka untuk mempersepsikan mereka sendiri dan orang lain.

(5)

persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Proses itu dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi sensorik tentang dunia nyata yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari. Persepsi tiap orang bisa berbeda tergantung pada apa yang dialami tiap orang dalam kehidupannya sehari-hari. Persepsi kita akan dunia luar dimulai dari perasaan yang membawa kita untuk menghasilkan konsep empiris yang mewakili dunia sekitar kita melalui kerangka mental yang menghubungkan konsep baru dengan konsep yang sudah ada.

Persepsi seseorang merupakan suatu hasil dari pengalaman masa lalu, budaya dan interpretasi dari yang dipersepsikan dimana ketiganya itu saling mempengaruhi. Bagan di bawah ini menjelaskan ketiga aspek yang mempengaruhi persepsi.

Gambar 1.1 Aspek-aspek yang mempengaruhi persepsi

Proses persepsi secara rutin mengubah apa yang dilihat oleh manusia. Ketika manusia memandang suatu benda dengan memori yang sudah ada, mereka cenderung untuk memakai memori tersebut dan melihat benda itu nyata walaupun benda tersebut tidak ada di hadapan

Pengalaman Masa Lalu

PERSEPSI

(6)

mereka. Masalah ini muncul dari fakta bahwa manusia tidak dapat memahami informasi baru tanpa menggunakan prasangka bawaan dari pengetahuan mereka yang terdahulu. Tingkatan pengetahuan seseorang menciptakan realitas sama banyaknya dengan kebenaran karena pikiran manusia hanya dapat merenungkan, atau memunculkan kembali apa yang telah dibeberkan. Ketika benda dilihat tanpa suatu pemahaman maka pikiran manusia akan mencoba menghubungkannya dengan sesuatu yang sudah dikenali untuk menjawab benda apa yang sebenarnya sedang dilihat. Sama halnya ketika kita melihat suatu benda yang tidak kita pahami dan menghubungkannya dengan pengalaman masa lalu yang mendekati pemahaman benda yang sedang kita lihat.

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa persepsi tiap orang bisa berbeda karena pengalaman sehari-hari juga berbeda, maka persepsi anak-anak tentunya lain dengan persepsi orang dewasa. Pengalaman yang dimiliki oleh seorang anak tentunya lebih sedikit dibanding pengalaman orang dewasa. Hal ini disebabkan umur anak-anak yang jauh berbeda dengan orang dewasa, umur anak-anak masih berkisar antara 2 sampai dengan 13 tahun, dan interaksi mereka dengan dunia di sekitarnya belum seluas interaksi orang dewasa.

Anak-anak khususnya siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang menarik untuk diperhatikan secara khusus. Orang dewasa cenderung menganggap anak-anak tidak tahu apa-apa dan pikiran mereka masih polos dan apa adanya. Padahal anak memiliki jawaban untuk setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya walau dengan pemikiran ala anak-anak.

(7)

tidak nyaman. Setelah ditanyakan kembali kepada mama si anak, ibu tersebut menjelaskan bahwa si anak sering memainkan tuts piano secara sembarang sehingga si ibu berkata demikian kepada anaknya dengan maksud untuk membuat anak serius dalam berlatih lagu. Namun anak tersebut salah mengartikan maksud mamanya, anak mempersepsikan bahwa mamanya memang tidak senang dengan suara piano dan jangan berlatih piano kalau mama sedang berada di dekatnya. Kejadian serupa juga terjadi ketika anak yang lain ditanya tentang definisi musik. Saat ditanya apakah musik itu, seorang anak menjawab bahwa musik itu adalah sesuatu yang menyenangkan, seperti permen yang saya makan dan udara yang saya hirup setiap hari.

Peneliti melihat ada yang menarik dari setiap jawaban anak- anak karena jawaban mereka berbeda dengan jawaban yang akan dilontarkan oleh orang dewasa. Dengan keingintahuan yang tinggi, peneliti lalu mengajukan pertanyaan kepada beberapa anak apakah mereka tahu beberapa judul lagu anak-anak. Alasan mengajukan pertanyaan tersebut karena saat ini terjadi fenomena di mana anak-anak gemar menyanyikan lagu-lagu orang dewasa terutama yang terdapat pada tangga nada lagu pop, seperti lagu-lagu dari band Ungu, Peterpan, Kuburan dan lain-lain. Mereka dapat dengan mudah mengingat lirik lagu dan meniru gerakan si penyanyi. Salah satu televisi swasta yang membuat lomba penyanyi cilik pun menayangkan program acara di mana anak-anak menyanyikan lagu-lagu orang dewasa.

Setelah bertanya pada beberapa siswa, sebagian dari mereka tidak dapat menyanyikan lagu anak dan sebagian lagi hanya dapat menjawab satu atau dua judul. Kejadian yang cukup lucu adalah ketika beberapa anak menyebutkan lagu daerah ataupun lagu pop sebagai lagu anak.

(8)

(2008) mengungkapkan keprihatinannya terhadap penyanyi anak-anak yang menyanyikan lagu-lagu pop. Menurutnya itu adalah pelanggaran hak anak untuk menikmati masa kecilnya dengan lagu anak-anak yang ceria dan anak-anak akan menjadi lebih cepat dewasa karena perkembangan psikoseksualnya menjadi lebih cepat. Pendapat serupa juga dilontarkan oleh penyanyi Andy/rif yang mengatakan bahwa anak-anak sekarang lebih familiar dengan lagu-lagu band seperti Peterpan, Matta, Samsons dibanding dengan lagu-lagu anak-anak sendiri.

Namun Muhammad sendiri, si penulis artikel “Biarkan Saja Anak Berlagu Cinta” di harian Suara Merdeka ,berpendapat bahwa anak-anak menyanyikan lagu orang-orang dewasa tanpa pemahaman yang mendalam tentang lirik lagu sehingga kita tidak perlu khawatir anak-anak tersebut akan dewasa sebelum waktunya. Menurut Muhammad, pengertian anak-anak-anak-anak akan lirik lagu tidaklah sama dengan pengertian orang dewasa. Malah dia mengatakan bahwa “pengertian” yang dipahami Kak Seto dan orang-orang dewasa yang lainnya itulah yang dijadikan ukuran “pengertian” anak-anak, dengan kata lain kekhawatiran Kak Seto dan kawan-kawan berangkat dari “pengertian” orang dewasa yang mengatasnamakan “pengertian” anak-anak.

(9)

Menyimak kedua pendapat pemerhati anak-anak dan si penulis artikel serta ditambah dengan teori Bandura, saya melihat bahwa pendapat pro dan kontra tersebut ada benarnya. Di satu sisi pendapat Kak Seto yang mengatakan bahwa seharusnya anak-anak menyanyikan lagu anak-anak yang bisa membuat mereka ceria dan menyanyikan lagu dewasa menyebabkan anak menjadi lebih cepat dewasa karena perkembangan psikoseksualnya menjadi lebih cepat, memang perlu mendapat perhatian khusus dari orang tua dan para pendidik. Demikian juga opini Aulia Muhammad yang dituangkan ke dalam artikel “ Biarkan Saja Anak Berlagu Cinta” yang mengemukakan hal sebaliknya yaitu “pengertian” yang dipahami oleh Kak Seto dan orang dewasa lainnya itulah yang diatasnamakan menjadi “pengertian” anak-anak.

Sementara itu Bandura dengan teori belajar sosialnya mengatakan bahwa anak-anak belajar melalui proses peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modelling). Tambahan lagi tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada anak merupakan hubungan yang saling berpengaruh dan membawa dampak pada persepsi dan aksi si anak. Sebagian anak mungkin tidak tahu makna kata-kata dalam lirik lagu dewasa. Mereka menyanyikannya karena menyukai dan menikmati musik dari lagu tersebut, terutama hentakan-hentakan drum yang mengiringinya. Sebagian lagi mungkin sudah mengetahui makna kata-kata dalam lagu dewasa karena orang-orang di sekitarnya menjelaskan makna dari kata-kata yang ditanyakan oleh si anak dan anak tersebut menirukan orang-orang tersebut ketika menyanyikan lagu dewasa.

(10)

lagu radio dan televisi dibanding dengan lagu-lagu anak seperti Pelangi, Bintang Kecil dan lain-lain. Mereka mungkin mengingat lirik lagu dengan melakukan peniruan dari media-media yang ada seperti televisi, CD, kaset dan radio dan orang-orang yang ada di lingkungan mereka tersebut juga menyajikan contoh perilaku yang bisa ditiru. Anak-anak mungkin menganggap atau mempersepsikan lagu-lagu pop tersebut sebagai lagu mereka (lagu anak-anak) dan mengerti isi dari lagu-lagu pop tersebut atau anak-anak tersebut memang tidak mengetahui mana yang sesungguhnya merupakan lagu-lagu anak.

Ketika peneliti mengajar siswa kelas 3 SD untuk persiapan konser, peneliti meminta ide mereka tentang judul lagu yang ingin mereka nyanyikan untuk konser sekolah. Tanpa diduga mayoritas siswa menjawab “Mamma Mia”, sebuah judul lagu yang dinyanyikan oleh kelompok musik ABBA dari Swedia. Lagu tersebut adalah lagu popular di era 80-an dan dinyanyikan oleh orang dewasa serta lirik lagunya juga tentang percintaan.Peneliti lebih terkejut lagi ketika ada seorang siswa mengatakan bahwa mamanya akan bangga kalau melihat anaknya bisa menyanyikan lagu Mamma Mia tersebut lengkap dengan gerakan-gerakan seperti si penyanyi dalam film yang sama dengan judul lagu tersebut.Sebagai seorang pendidik, peneliti merasa tergelitik untuk tahu lebih jauh apa yang menyebabkan kejadian-kejadian tersebut di atas yaitu kejadian-kejadian dimana siswa yang diberi pertanyaan tentang judul lagu anak menjawab dengan judul lagu daerah atau lagu pop dan kejadian saat siswa diberi kesempatan untuk memilih lagu yang akan ditampilkan untuk konser musik sekolah.

(11)

para siswanya. Peneliti menduga bahwa ada perubahan dan perkembangan dalam kemampuan berpikir seorang anak sehingga persepsi setiap anak tersebut terhadap lagu anak berbeda-beda. Dari perbedaan tahapan inilah akan kita lihat mengapa terjadi persepsi anak yang berbeda terhadap lagu anak-anak.

B. Rumusan Masalah

Masa kanak-kanak, khususnya periode akhir masa kanak-kanak, merupakan periode aktif untuk perkembangan kepribadian dan sosial. Periode akhir masa kanak-kanak tersebut dimulai dari usia enam tahun sampai dengan tiba saatnya anak matang secara seksual. Usia enam tahun merupakan usia yang dianjurkan untuk memasuki pendidikan formal di mana interaksi anak akan makin meluas dan kompleks, tidak hanya dengan orang tua tetapi juga dengan para guru dan teman-teman di sekolah. Melalui interaksi dengan orang lain dan kesimpulan yang didapat dari pengalaman pribadi, mereka kemudian memperoleh suatu kesadaran personal. Setelah itu terjadi mereka lalu memasukkan karakteristik lain yang ada dalam diri mereka untuk mempersepsikan mereka sendiri dan orang lain. Ketika seorang anak mempersepsikan suatu lagu sebagai lagu anak kemungkinan hal tersebut merupakan pengaruh dari interaksi anak dengan lingkungannya atau dari pengalaman pribadi dan budaya yang melatarbelakangi anak tersebut. Anak yang berbeda mungkin saja memiliki persepsi yang sama dengan anak tersebut atau bahkan berbeda sama sekali.

(12)

berpikir konkret memungkinkan pendewasaan konsep mereka. Pendewasaan itu sendiri dimungkinkan oleh perkembangan kemampuan menyelesaikan sesuatu dan atensi anak-anak. Tidak seperti tahapan sebelumnya, anak-anak pada tahapan ini lebih peduli pada kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitar mereka.

Sementara itu anak-anak yang berusia 11 tahun ke atas masuk dalam tahapan operasi-operasi berpikir formal dimana mereka mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis menurut rancangan yang murni abstrak dan hipotesis. Namun ada keterbatasan dalam kemampuan ini dimana anak hanya dapat berpikir logis selama mengacu kepada obyek-obyek yang bisa diindera yang tunduk pada aktivitas riil.

Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan sampai terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Persepsi diawali oleh tahap penginderaan (sensasi). Penginderaan dilakukan melalui alat-alat indera kita dan hasil penginderaan tersebut dikirimkan ke otak. Tahapan selanjutnya adalah perhatian (atensi) yaitu tahap pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Tahap terakhir dari persepsi adalah interpretasi yaitu proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tidak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara simultan atau berurutan (Chaplin, 1989:358)

(13)

dalam tahapan interpretasi si anak akan menyampaikan kembali pada orang lain apa yang dia dapat dari dua tahapan sebelumnya yang berupa pemaknaan atau pemberian arti pada lagu tersebut.

Yang menjadi pertanyaan atau rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana persepsi siswa sekolah dasar terhadap lagu anak-anak?

Orang yang mempelajari musik mengetahui bahwa sebuah lagu terdiri dari unsur seperti melodi, harmoni, lirik lagu, dan lain-lain. Bagaimana karakteristik unsur-unsur lagu yang membuat anak mempersepsikan lagu tersebut sebagai lagu anak

2. Mengapa anak bisa membedakan dan mengkategorikan suatu lagu sebagai lagu anak-anak?

Perkembangan seorang anak menurut Piaget membuat anak dapat berpikir secara sistematis terhadap benda-benda konkret di sekitar mereka dan pada tahap selanjutnya anak memiliki kemampuan untuk berpikir logis. Pertanyaan di atas berhubungan dengan kemampuan berpikir anak sehingga dia bisa mempersepsikan suatu lagu anak.

3. Apa yang dituntut dan diharapkan anak terdapat pada lagu anak-anak?

(14)

C. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. untuk mendeskripsikan/ mengungkap persepsi anak-anak terhadap lagu anak –anak

2. untuk mengetahui bagaimana cara anak membedakan dan mengkategorikan suatu lagu sebagai lagu anak.

3. untuk mengetahui harapan anak terhadap aspek-aspek/ unsur-unsur dari lagu anak-anak

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pemahaman terhadap persepsi anak,khususnya tentang lagu anak, sehingga untuk selanjutnya peneliti dapat memilih dan memberikan materi lagu yang terbaik untuk diajarkan pada siswa sekolah dasar. 2. bagi SPS, akan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan tentang persepsi anak

terhadap lagu anak-anak

3. bagi pendidik bidang seni musik, menambah pengetahuan dan pemahaman tentang persepsi anak terhadap lagu anak-anak dan dapat memilihkan lagu yang sesuai untuk diajarkan pada anak

(15)

E. Asumsi

Pengalaman dan kegiatan bermusik anak-anak sehari-hari akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap lagu anak dan hasil persepsi mereka yang dihubungkan dengan lagu non anak-anak merupakan pengaruh media dan lingkungan di sekitar mereka. Faktor lirik dan melodi lagu juga memegang peranan terhadap persepsi anak tentang suatu lagu.

F. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Untuk meneliti persepsi musik pada anak-anak, saya menggunakan metode penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan metode penelitian yang secara khusus meneliti fenomena kontemporer yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata, yang dilakukan ketika batasan-batasan antara fenomena dan konteksnya belum jelas, dengan menggunakan berbagai sumber data (Yin, 1984:23). Alasan saya menggunakan metode penelitian studi kasus karena saya menemukan suatu fenomena umum dimana anak –anak senang memilih lagu dewasa untuk dinyanyikan terjadi juga pada siswa-siswa di Sekolah Ichthus Jakarta. Fenomena tersebut akan diteliti secara intensif, khususnya mengenai persepsi anak terhadap lagu anak. Karena yang diteliti adalah sekolompok siswa dan saya membuat gambaran situasi tentang hubungan, kegiatan, sikap dan pandangan mereka maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian studi kasus adalah metode yang tepat untuk penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

(16)

a. Teknik wawancara, dengan melakukan kombinasi antara wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur yang tujuannya untuk memperoleh informasi yang semaksimal mungkin dari partisipan.

b. Observasi, yaitu peneliti sebagai pengamat (participant as observer) karena pada posisi ini kehadiran saya dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan partisipan diketahui secara terbuka, sehingga antara saya dengan partisipan terjadi hubungan atau interaksi secara wajar.

c. Dokumentasi, yang memungkinkan saya untuk memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada partisipan atau tempat di mana partisipan bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.

3. Teknik Analisis Data

Kegiatan analisis data akan dilakukan dengan cara mendeskripsikan data. Yang dimaksud dengan mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk nyata dari partisipan sehingga lebih mudah dimengerti oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Karena data yang akan diperoleh merupakan data kualitatif maka deskripsi data dilakukan dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap partisipan.

4. Lokasi dan Subyek Penelitian

(17)

Utama Kebon Jeruk. Peneliti memilih lokasi ini karena sekolah tersebut termasuk dalam golongan sekolah nasional plus yang bertaraf internasional. Dengan kategori nasional plusnya itu, sekolah ini dilengkapi oleh sarana belajar mengajar yang lebih baik dari sekolah-sekolah pada umumnya khususnya sarana yang mendukung pembelajaran musik. Jumlah siswa dalam satu kelas maksimal dua puluh empat siswa yang didampingi oleh dua orang guru. Para siswa di sekolah tersebut berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke atas.

Subyek Penelitian yang akan dipilih adalah siswa sekolah dasar mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam yang berusia 7 sampai 13 tahun. Dari semua kelas (kelas 1 sampai dengan kelas enam) akan diambil sepuluh siswa yang dipilih secara purposif karena kekhasan atau kepresentatifan dari latar, individu atau kegiatan anak-anak tersebut. Alasan pemilihan mulai dari usia 7 tahun adalah usia 7 tahun merupakan awal usia dari akhir masa kanak-kanak dan awal usia dari teori Piaget tentang tahapan operasi-operasi berpikir konkret. Usia 13 tahun dipilih karena usia 13 merupakan usia maksimal dari siswa kelas enam sekolah dasar yang bervariasi mulai dari 11,12 dan 13 tahun serta masuk dalam tahapan operasi-operasi berpikir formal Piaget.

G. Sistematika Penulisan

Berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah terbitan UPI, maka sistematika dari tesis terdiri dari:

(18)

secara garis besar serta teknik pengumpulan data dan pendekatannya, lokasi dan sampel penelitian.

2. Bab II Kajian Pustaka; Bab ini berfungsi sebagai landasan teoritik dalam analisis temuan dan dalam bab ini peneliti membandingkan, mengontraskan dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang sedang diteliti, dalam hal ini yang akan digunakan adalah teori psikologi perkembangan Hurlock dan Piaget, teori belajar sosial Bandura, teori persepsi fenomenologi Merleau-Ponty dan didukung oleh teori semiotika.

3. Bab III Metodologi Penelitian; Bab ini merupakan penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang secara garis besar telah disajikan pada Bab I, yang mencakup metode penelitian, teknik pengumpulan data, langkah-langkah penelitian, teknik pengolahan data, pengujian kredibilitas data, lokasi, populasi dan sampel penelitian. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; Bab ini memuat dua hal utama yaitu

pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan prosedur penelitian kualitatif sesuai dengan desain penelitian yang diuraikan dalam Bab III. Uji hipotesis dilakukan sebagai bagian dari analisis data. Bagian pembahasan atau analisis temuan dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas dalam Bab II

(19)
(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Perencanaan Penelitian

1. Pemilihan metode penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi siswa sekolah dasar terhadap lagu anak-anak. Kata persepsi sendiri sudah menunjukkan perlunya pendekatan secara kualitatif dimana dalam pengertian persepsi terkandung unsur pengalaman, budaya dan interpretasi dari para siswa. Rees (1996:375) mengatakan bahwa penelitian kualitatif melibatkan pertanyaan-pertanyaan luas tentang pengalaman dan realitas manusia, yang dipelajari melalui kontak secara terus menerus dengan orang-orang dalam lingkungan mereka dengan mendeskripsikan data yang membantu kita untuk memahami pengalaman dan sikap mereka. Salah satu jenis penelitian kualitatif adalah penelitian dengan metode studi kasus (case study). Penelitian studi kasus bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah, kondisi peristiwa yang sedang berlangsung serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan para siswa untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan pengalaman dan realitas mereka dengan lagu anak-anak. Selain itu observasi juga dilakukan untuk memperoleh pengalaman atau kontak langsung dengan siswa. Peneliti mendeskripsikan bagaimana tingkah laku anak baik dalam melakukan kegiatan belajar di kelas maupun kegiatan-kegiatan lain di luar kelas.

(21)

dewasa untuk dinyanyikan dan gejala anak senang menyanyikan lagu orang dewasa tersebut terjadi juga pada siswa-siswa di Sekolah Ichthus Jakarta. Yin (2003) menegaskan bahwa kasus dalam penelitian studi kasus bersifat kontemporer dengan pengertian bahwa kasus tersebut masih terkait dengan masa kini, baik yang masih terjadi, maupun telah selesai tetapi masih memiliki dampak yang masih terasa pada saat penelitian dilakukan. Peneliti berusaha untuk mengungkapkan apa yang dirasakan oleh para siswa tentang lagu-lagu yang mereka ketahui, khususnya lagu anak-anak, dalam rangka mengetahui dan menjawab fenomena tersebut di atas. Komentar dan pernyataan siswa yang dilontarkan sebagai hasil wawancara merupakan ungkapan perasaan mereka terhadap lagu-lagu anak dan hal-hal tersebut tidak akan didapatkan dalam penelitian selain penelitian kualitatif, khususnya penelitian studi kasus. Dengan demikian metode studi kasus merupakan metode yang tepat untuk penelitian tentang persepsi siswa sekolah dasar terhadap lagu anak-anak.

2. Lokasi penelitian

(22)

membangun rapport dan hal ini memudahkan jalan dalam melakukan observasi, interviu dan dokumentasi untuk penelitian.

Setelah menentukan lokasi penelitian yaitu di Sekolah Ichthus Jakarta, peneliti lalu meminta ijin kepada pemilik sekolah untuk melakukan penelitian di sekolah miliknya tersebut. Pemilik sekolah dengan senang hati memberikan ijin karena beliau mendukung penelitian-penelitian yang bertujuan untuk memajukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain meminta ijin pada pemilik sekolah, peneliti juga meminta ijin pada kepala sekolah dengan menunjukkan surat keterangan dari UPI untuk memudahkan peneliti mengikuti kegiatan para siswa, baik dalam pelajaran musik maupun di luar pelajaran musik. Kegiatan siswa selain pelajaran musik yang dimaksud mencakup kegiatan siswa saat istirahat antar jam pelajaran, kegiatan makan siang dan kegiatan bermain setelah menyelesaikan makan siang mereka. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk mengistirahatkan/ merelaksasikan otak siswa setelah mengikuti beberapa pelajaran dan biasanya siswa tidak boleh diganggu untuk melakukan hal-hal yang lain. Ijin kepala sekolah diperlukan supaya peneliti dapat “mengganggu” siswa untuk melakukan interviu sekaligus observasi.

(23)

tempat pembelajaran seni rupa, ruang komputer dengan jumlah komputer yang sesuai dengan jumlah siswa, perpustakaan, laboratorium science (project room), ruang audio

visual, ruang makan siswa dan ruang UKS. Selain fasilitas-fasilitas di atas, juga ada

lapangan basket, lapangan volley dan taman bermain.

Jumlah siswa maksimum dalam setiap kelas adalah 24 orang dan didampingi oleh dua orang guru. Bahasa pengantar yang digunakan di sekolah adalah bahasa Inggris dengan bahasa kedua adalah bahasa Mandarin. Para siswa cukup menunggu guru di kelas untuk setiap pergantian pelajaran. Khusus untuk pelajaran musik, siswa harus datang ke ruang musik karena pembelajaran musik melibatkan praktek memainkan alat musik.

Pada pelajaran musik jumlah tersebut dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari 12 anak dalam tiap kelompoknya. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah alat musik

keyboard yang terdapat di ruang musik. Dengan demikian setiap siswa mendapat

kesempatan yang sama untuk bermain keyboard dan waktu lebih banyak untuk pelajaran musik dibanding dengan siswa pada sekolah lain. Selain keyboard, ada pilihan alat musik lain untuk siswa-siswa kelas 3 sampai kelas 6. Para siswa kelas 3 dan 4 boleh memilih belajar keyboard atau rekorder. Siswa kelas 5 dan 6 boleh memilih antara rekorder atau biola dengan alat musik wajib angklung. Buku teks yang dipakai dalam pelajaran musik adalah terbitan luar negeri seperti Alfred All-In-One Piano Course, Eta Cohen Violin

Textbook, dan Recorder Method For The Beginning. Siswa Sekolah Ichthus Jakarta

(24)

lagu yang diajarkan memiliki gerakan-gerakan yang harus dilakukan. Setiap pelajaran diawali dengan pemanasan seperti menyanyikan not-not dalam tangga nada yang berpindah-pindah. Setelah itu guru melakukan imitation singing dimana siswa mengikuti apa yang dinyanyikan oleh guru. Pertama kali dengan menyanyikan notasi dan yang kedua menyanyikan lirik lagu. Saat siswa sudah mampu menyanyikan lagu tanpa bantuan guru maka tahap selanjutnya guru memutar CD accompaniment untuk mengiringi siswa bernyanyi. Lagu-lagu yang diajarkan adalah lagu hymn, lagu daerah sesuai dengan proyek kebudayaan sekolah dan lagu-lagu sesuai tema konser musik.

3. Penentuan Subyek Penelitian

Setelah memilih untuk melakukan penelitian studi kasus maka tahap selanjutnya adalah bagaimana menentukan subyek penelitian. Ada dua cara penentuan subyek penelitian yaitu probability sampling dan non-probability sampling. Sebelum menentukan subyek penelitian, peneliti telah mengajukan pertanyaan pada sebagian besar siswa Sekolah Ichthus Jakarta untuk menentukan beberapa siswa yang dianggap ideal untuk menjadi subyek penelitian. Karena peneliti menentukan subyek penelitian dengan tujuan tertentu dan tidak secara acak maka non-probability sampling sesuai sebagai cara menentukan subyek penelitian.

(25)

diperlukan agar mereka dapat menjelaskan unsur-unsur dari lagu anak-anak. Penentuan jumlah subyek penelitian, sepuluh orang siswa, penting supaya dapat mengetahui dan menggali lebih dalam mengenai fenomena yang terjadi karena tujuan dari penelitian ini bukanlah kuantitasnya melainkan kualitas data.

Subyek penelitian yang terpilih terdiri dari seorang siswa kelas 1, empat orang siswa kelas tiga, seorang siswa kelas lima dan empat orang siswa kelas 6 SD. Sebagian besar subyek penelitian yang dipilih cukup senang bernyanyi dan mengikuti atau pernah mengikuti pelajaran musik di di luar jam pelajaran sekolah.

- Subyek Penelitian 1 (SP1) : anak perempuan, siswa kelas 1 SD dengan usia 7 tahun dan mengikuti kursus vokal di suatu sekolah musik. SP1 suka menyanyi meski kadang-kadang saja dan dapat menyebutkan beberapa judul lagu anak dalam bahasa Indonesia. SP1 memiliki kemampuan menghafal sesuatu lebih cepat dari siswa yang lain. Dia dapat menghafal lirik lagu Doraemon dalam bahasa Jepang dalam empat kali tatap muka (siswa-siswa lain baru bisa setelah enam kali tatap muka)

- Subyek Penelitian 2 (SP2) : anak perempuan siswa kelas 3 SD dengan usia 8 tahun dan mengikuti dua kursus piano di dua sekolah musik berbeda. SP2 suka menyanyi dan dapat menyanyikan lebih dari lima lagu dalam sehari. Sehari-hari SP2 senang bercakap-cakap dengan guru-guru termasuk peneliti. Topik pembicaraannya berkisar tentang tanggal kelahiran yang harus diganti karena tidak boleh sama dengan seorang tantenya dan tentang saudara perempuannya.

(26)

tangganya. Dia senang bercerita tentang lagu-lagu yang dipelajarinya di sekolah music dan seberapa cepat dia menguasai lagu-lagu tersebut. SP3 memiliki kemampuan melody hearing terbaik di antara siswa di kelasnya,oleh karena itu dia paling senang kalau setiap tatap muka ada kegiatan hearing.

- Subyek Penelitian 4 (SP4) : anak laki-laki, siswa kelas 3 SD dengan usia 9 tahun dan mengikuti kursus piano di sekolah musik. SP4 suka menyanyi meski kadang-kadang saja dan dapat menyebutkan judul lagu anak dalam bahasa Inggris. SP4 senang menceritakan lagu-lagu yang dia nyanyikan dan menjelaskan music style (pop, hip hop, rock, jazz, dll) dari lagu-lagu tersebut.

- Subyek Penelitian 5 (SP5) : anak perempuan, siswa kelas 3 SD dengan usia 9 tahun dan mengikuti kursus piano secara privat di rumah. SP5 tidak begitu suka menyanyi tetapi dapat menyebutkan judul lagu anak baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Saat jam istirahat SP5 berusaha untuk melakukan pembicaraan dengan guru yang bertugas jaga, termasuk peneliti. Dia menceritakan tentang kegiatan yang dilakukan di rumah bersama adik kecilnya dan dia juga mampu menjelaskan tentang film-film yang dia tonton, apakah film-film tersebut cocok untuk orang dewasa atau anak-anak.

(27)

yang sama dan dia senang menceritakan tentang anjingnya, bagaimana dia memperoleh anjing itu dan kapan anjing itu akan melahirkan. Dia juga berjanji akan memberikan satu anak anjing pada peneliti.

- Subyek Penelitian 7 (SP7) : anak laki-laki, siswa kelas 6 SD dengan usia 12 tahun dan mengikuti kursus piano secara privat di rumah. SP7 hanya kadang-kadang menyanyi dan dapat menyebutkan judul lagu anak dalam bahasa Inggris. SP7 memiliki kemampuan untuk menjelaskan kegiatan yang dia lakukan selama Sunday

School (kegiatan anak-anak saat di gereja pada hari Minggu) dan cerita-cerita alkitab

yang dia dapatkan dari Sunday School tersebut.

- Subyek Penelitian 8 (SP8) : anak perempuan, siswa kelas 6 SD dengan usia 12 tahun dan mengikuti kursus piano secara privat di rumah. SP8 menyanyi hanya kadang-kadang saja dan menyebut lagu-lagu dalam “Petualangan Sherina” sebagai lagu anak. SP8 memang agak malu-malu saat pertama kali diajak bicara tetapi setelah itu dia mampu menceritakan opini mamanya tentang dekorasi konser musik dan pekerjaan mamanya. Dia dapat menjelaskan kekurangan tiap dekorasi dari tahun ke tahun menurut mamanya, baik dari segi komposisi warna, gambar, material yang dipakai, dan lain sebagainya.

- Subyek Penelitian 9 (SP9) : anak laki-laki, siswa kelas 6 SD dengan usia 12 tahun dan pernah mengikuti kursus piano di sekolah musik. SP9 tidak suka menyanyi tetapi dapat menyebutkan judul lagu anak dalam bahasa Indonesia. SP9 memiliki jabatan sebagai vice captain (wakil kapten) salah satu house (perkumpulan siswa). Sebagai

(28)

house tersebut termasuk bagaimana memenangkan kompetisi antar house. SP9 juga

mampu memotivasi anggota-anggota house untuk mengikuti setiap kompetisi yang ada.

- Subyek Penelitian 10 (SP10) : anak perempuan, siswa kelas 6 SD dengan usia 12 tahun dan mengikuti kursus piano di rumah guru pianonya. SP10 suka menyanyi karena menyanyi merupakan salah satu hobi dan dapat menyebut judul lagu anak dalam bahasa Indonesia. SP10 termasuk anak yang suka berbicara dengan guru-guru, menanyakan apakah mereka memiliki facebook dan meminta supaya guru meng-add dia. Dia juga mampu menjelaskan dan memberi contoh tentang kata-kata kotor yang terdapat dalam lagu orang dewasa.

Selain alasan cukup senang bernyanyi dan mengikuti kursus musik, mereka memiliki jawaban-jawaban yang unik atas pertanyaan yang diberikan pada mereka. Seringkali peneliti harus menerjemahkan pertanyaan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris karena mereka lebih mengerti dan memahami pertanyaan dalam bahasa tersebut. Kadang-kadang mereka juga menemukan kesulitan menemukan padanan kata yang tepat dalam bahasa Inggris sehingga tak jarang peneliti membujuk mereka untuk menerangkannya dalam bahasa Indonesia. Sebagai catatan, di Sekolah Ichthus Jakarta siswa tidak diperbolehkan untuk berbicara dalam bahasa Indonesia baik dengan sesama murid maupun dengan para guru.

(29)
[image:29.595.75.527.205.648.2]

Person Environment (siswa Sekolah Ichthus Jakarta) (budaya Indonesia)

Gambar 3.1 The Self System Bandura

Karena itu, di sekolah tersebut terjadi pertentangan dalam diri siswa dimana siswa berada dalam lingkungan budaya Indonesia tetapi menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Hal ini mungkin akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi siswa terhadap lagu anak-anak.

4. Pengumpulan Data a. Wawancara

Tahap setelah penentuan subyek penelitian adalah bagaimana cara mengumpulkan data penelitian. Yin (2003) berpendapat bahwa penelitian studi kasus menggunakan berbagai sumber data untuk mengungkapkan fakta dibalik kasus yang diteliti. Beberapa sumber data tersebut adalah dokumen, rekaman, observasi, wawancara dan survey lapangan. Yang pertama kali muncul dalam pikiran peneliti adalah melakukan wawancara. Esterberg (2002) mengemukakan bahwa wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Lincoln & Guba (1985) ada tujuh langkah dalam melaksanakan wawancara, yaitu :

a. Memilih siapa yang akan diwawancara

(30)

tidak dapat mengemukakan pikirannya dalam bentuk jawaban-jawaban atas pertanyaan wawancara. Kekhawatiran tersebut dilatarbelakangi oleh ketidakmerataan kemampuan setiap anak dalam komunikasi verbal dan ini terbukti setelah peneliti melakukan wawancara. Waktu wawancara dilakukan pada saat subyek penelitian tidak melakukan kegiatan belajar yaitu pada saat jam makan siang (jam 12.15–13.00) dan saat istirahat antar jam pelajaran (jam 10.30 – 10.45). Selain dengan kesepuluh subyek penelitian, peneliti juga melakukan sejumlah wawancara dengan orang tua dan pengasuh subyek penelitian. Yang belum terlaksana sampai saat ini adalah wawancara dengan A.T Mahmud, salah satu pencipta lagu anak-anak Indonesia, dengan alasan kondisi kesehatan beliau yang sedang menurun.

b. Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan wawancara

Setelah memutuskan kepada siapa wawancara akan dilakukan, peneliti menyusun sejumlah pertanyaan yang diharapkan dapat menguak dan menjawab keingintahuan peneliti. Karena penelitian ini adalah kualitatif maka pertanyaan yang diajukan harus berhubungan dengan pengalaman, pendapat dan perasaan yang diwawancara serta berkenaan dengan panca inderanya. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.Wawancara tidak terstruktur digunakan untuk lebih mendekatkan peneliti dengan orang yang diwawancara (subyek penelitian).

c. Membuka wawancara

Peneliti harus mampu mengawali wawancara dengan melontarkan kalimat atau pertanyaan yang membuat orang yang diwawancara merasa nyaman. Seperti yang dikatakan oleh Oakley (1981), “Interviewing is rather like marriage: everybody knows

(31)

world of secret. “ Berdasarkan kalimat tersebut peneliti mengawali wawancara dengan

pertanyaan mengenai hobi para subyek penelitian dan semua subyek penelitian senang dengan pertanyaan tersebut lalu menjawabnya dengan panjang lebar. Setelah subyek penelitian merasa nyaman maka wawancara dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain.

d. Melangsungkan alur wawancara

Setiap wawancara pasti memiliki alur sehingga si subyek penelitian tidak merasa bosan atau malas menjawab pertanyaan yang diajukan. Peneliti juga menyadari hal tersebut dan menyiasatinya dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan mulai dari yang bobotnya ringan kemudian pertanyaan dengan jawaban yang serius dan memerlukan pikiran lalu diakhiri dengan pertanyaan yang ringan. Contoh:

T : Apa hobi kamu ?

J : Membaca buku dan tidur siang selama 2 jam

T: Dapatkah kamu menyebutkan perbedaan lagu anak-anak dan lagu dewasa sehingga ketika kamu

mendengar suatu lagu kamu bisa mengetahui apakah lagu tersebut lagu anak-anak atau lagu dewasa ?

J : Kalau lagu anak-anak yang menyanyikan juga anak-anak sementara kalau lagu dewasa saya tidak bisa

menyanyikannya. Mamalah yang memberitahu saya.

T : Mana yang lebih suka menyanyi, papa atau mama ?

J : Mama, karena mama lebih sering berada di rumah dan saya melihat mama menyanyi

(32)

dan setelah itu peneliti kembali menggiring subyek penelitian untuk menjawab pertanyaan selanjutnya. Selain itu tak jarang subyek penelitian tidak mengerti apa maksud dari pertanyaan yang diajukan karena mereka tidak menemukan padanan kata yang tepat baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Peneliti kemudian menerjemahkan pertanyaan dan mencarikan padanan kata-kata yang bisa dimengerti oleh subyek penelitian.

e. Mengkonfirmasi hasil wawancara dan mengakhirinya

Setelah informasi yang didapat dari wawancara dirasa cukup maka peneliti menanyakan dan mencek kembali jawaban-jawaban wawancara pada subyek penelitian. Biasanya subyek penelitian, dalam hal ini kesepuluh siswa, mengulangi lagi jawaban mereka dengan kalimat yang lebih panjang dengan tujuan supaya peneliti tidak menanyakan kembali pertanyaan yang sama. Wawancara diakhiri dengan ucapan terima kasih dan pujian kepada subyek penelitian bahwa mereka telah membantu peneliti dalam mengerjakan tugas.

f. Menuliskan hasil wawancara

Supaya tidak melupakan jawaban-jawaban dari hasil wawancara, peneliti membuat dokumen tertulis wawancara. Penulisan hasil wawancara berguna untuk tahap analisis data dan juga mendeteksi kalau ada aspek yang perlu digali lebih dalam. Contohnya ketika peneliti bertanya tentang siapa yang mengajari subyek penelitian menyanyikan lagu dan dia menjawab mama. Saat itu peneliti lupa bertanya tentang kebersamaan subyek penelitian dengan mamanya. Peneliti baru menyadari kekurangan tersebut setelah membaca transkripsi wawancara.

(33)

Seperti yang telah dijelaskan dalam poin f, transkripsi wawancara bermanfaat untuk analisis data dan menggali lebih dalam suatu aspek yang dirasa kurang. Ketika hasil wawancara sudah lengkap maka tahap berikutnya adalah menindaklanjuti hasil wawancara. Peneliti menindaklanjuti hasil wawancara dengan melakukan observasi dan eksperimen kecil untuk memastikan jawaban-jawaban subyek penelitian terhadap pemilihan judul lagu anak-anak.

b. Observasi

Langkah pengumpulan data yang lain adalah melakukan observasi atau pengamatan terhadap sepuluh subyek penelitian selama mereka berada di sekolah. Observasi dilakukan pada saat subyek penelitian sedang mengikuti pelajaran di dalam kelas, saat mereka berlatih dan kemudian tampil dalam pementasan sekolah, saat mereka makan siang di ruang makan sekolah dan ketika mereka bernain-main selama waktu istirahat. Menurut Nasution (1988) manfaat observasi adalah peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat wawancara dan memperoleh kesan-kesan pribadi terhadap subyek penelitian.

Observasi di ruang musik dilakukan bagi SP1, SP2, SP3, SP4, SP7 dan SP9 karena mereka melakukan pelajaran musik di ruangan itu. SP1, SP3 dan SP4 memainkan alat musik keyboard, sementara itu SP2, SP7 dan SP9 memainkan alat musik rekorder. Tujuan melakukan observasi di ruang musik adalah untuk mengetahui antusiasme subyek penelitian dalam mengikuti pelajaran musik.

(34)

Observasi di auditorium dilakukan bagi SP5 sampai SP10 karena mereka belajar memainkan alat musik angklung di atas panggung yang berada di auditorium. Observasi ini juga untuk mengetahui seberapa tinggi antusiasme subyek penelitian dalam mengikuti pelajaran musik angklung. Selain itu observasi di auditorium juga dilakukan selama latihan persiapan konser musik bulan April.

c. Studi Dokumentasi

Sambil melakukan observasi, peneliti juga melakukan dokumentasi yang mencakup pengambilan foto pada saat subyek penelitian sedang melakukan kegiatan belajar di ruang kelas, ruang musik dan auditorium. Pengambilan foto juga dilaksanakan ketika subyek penelitian sedang melakukan latihan untuk konser musik sekolah dan tampil dalam pementasan tersebut. Selain pengambilan foto, hasil wawancara yang telah dilakukan didokumentasikan atau ditranskripsikan menjadi bentuk tulisan.

Dari segi musik itu sendiri, peneliti juga melakukan analisis terhadap beberapa karya musik atau lagu yang dipilih oleh subyek penelitian. Unsur-unsur yang dianalisis dari lagu-lagu itu mencakup melodi, harmoni, pola irama, birama dan tempo lagu.

d. Angket/ Kuesioner

Untuk mendapatkan data tambahan guna menunjang hasil wawancara maka peneliti menggunakan angket. Angket tersebut terdiri dari empat kolom. Yang pertama adalah kode lagu (Song 1,2,3,4 dan 5), kolom kedua adalah lagu anak (children song), kolom ketiga adalah lagu orang dewasa (adult song) dan kolom terakhir berisi alasan mengapa lagu tersebut sesuai dengan pilihan mereka.

(35)

musik dengan mengalaminya sendiri dan tidak dituntut untuk mempelajarinya secara verbal. Peneliti lalu membuat lima kutipan lagu yang mirip dengan judul-judul lagu pilihan subyek penelitian. Tujuannya adalah memudahkan subyek penelitian untuk memilih mana lagu yang sesuai untuk anak-anak dengan cara mendengarkan langsung dari alat musik keyboard.

Saat pelaksanaan kuesioner ini, jumlah responden bertambah karena ada seorang subyek penelitian yang tidak hadir. Selain untuk menggantikan yang tidak hadir, penambahan subyek penelitian juga dilakukan untuk lebih mengetahui kecenderungan pilihan subyek penelitian terhadap dua opsi tersebut. Subyek penelitian tambahan memiliki rentang usia antara 7 – 13 tahun.

B. Teknik Pengolahan Dan Interpretasi Data 1. Kategorisasi hasil temuan

(36)

memilih judul lagu yang masuk dalam kriteria tersebut. Bagian kedua adalah penjabaran lagu-lagu berdasarkan elemen-elemen musik seperti melodi, harmoni, lirik, pola irama, dan birama. Maksud penjabaran elemen musik dari tiap lagu adalah untuk menemukan karakteristik umum dari semua lagu tersebut. Setelah menemukan karakteristik umum lagu anak lalu diperbandingkan dengan judul-judul lagu yang menurut orang dewasa masuk dalam kriteria lagu pop untuk mencari apakah terdapat kesamaan.

Langkah setelah mengkategorikan kelompok siswa dan lagu adalah membuat display. Menurut Alwasilah (2002) display memiliki tiga fungsi yaitu:

a. Mereduksi data dari yang kompleks menjadi nampak sederhana b. Menyimpulkan interpretasi peneliti terhadap data

c. Menyajikan data sehingga tampil menyeluruh.

Display yang dibuat peneliti berupa tabel yang akan memudahkan peneliti untuk membaca,

berpikir dan menyikapi hasil temuan dalam rangka mengambil langkah selanjutnya. 2. Menguji kredibilitas data

a. Member Checking

(37)

b. Deskripsi dan Interpretasi

Di sini peneliti berusaha untuk mendeskripsikan para subyek penelitian mulai dari awal sampai dengan akhir penelitian. Salah satunya adalah pada saat wawancara. Bagaimana sikap mereka saat wawancara, apakah mereka melakukannya dengan senang hati atau karena terpaksa. Cara mereka menjawab pertanyaan wawancara, apakah lancar atau tersendat-sendat, diam terlebih dahulu untuk berpikir atau langsung menjawab. Bagaimana mereka berinteraksi dengan teman-teman pada jam-jam di luar pelajaran, bagaimana mereka berpersepsi dan kegiatan mereka yang berhubungan dengan musik. Deskripsi ini tentunya didukung oleh interpretasi peneliti supaya deskripsi yang diperoleh tidak garing dan datar tetapi lebih menarik karena peneliti memaknai data-data yang ada. Contohnya adalah mengapa subyek penelitian dapat lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan padanya. Peneliti lalu menginterpretasikannya dengan tingginya kemampuan anak untuk mentransfer apa yang ada dalam pikirannya menjadi bentuk komunikasi verbal. Selain itu mungkin subyek penelitian merasa nyaman dengan pertanyaan yang diberikan karena dia sudah tahu apa yang menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut.

c. Triangulasi

(38)

tersebut dicari karakteristik umum dari lagu anak-anak. Selain empat lagu tersebut, tiga lagu lain yang merupakan lagu anak-anak menurut subyek penelitian dianalisis untuk melihat apakah memiliki kesamaan dengan karakteristik umum lagu anak-anak. Setelah itu peneliti membuat lima lagu yang mirip dengan lagu pilihan subyek penelitian, tiga lagu anak-anak dan dua lagu anak-anak versi subyek penelitian tanpa kehadiran lirik lagu. Lagu-lagu tersebut adalah :

- Lagu 1 : lagu ini menyerupai lagu “Pernah Muda” yang dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari yang dipilih SP10 sebagai lagu anak-anak. Unsur-unsur musiknya baik rentang melodi, harmoni, pola irama, birama dan tempo sama dengan lagu asli tetapi dengan melodi yang berbeda.

- Lagu 2 : lagu ini menyerupai lagu “Twinkle Twinkle Little Star” yang dipilih oleh empat subyek penelitian. Pola irama, harmoni, birama dan tempo dibuat sama dengan lagu asli namun melodi berbeda. Selain itu dilakukan modifikasi jenis rhythm dengan menggunakan style jenis hip hop.

(39)

- Lagu 5 : lagu ini menyerupai lagu “Naik Naik Ke Puncak Gunung” yang dipilih oleh satu subyek penelitian. Harmoni, pola irama, birama dan tempo dibuat sama dengan lagu asli namun melodi dan rentang melodi berbeda. Selain itu rhythm yang dipilih untuk lagu ini adalah jazz waltz.

Lagu-lagu tersebut kemudian direkam pada alat musik keyboard dan para subyek penelitian diminta untuk memilih manakah yang cocok sebagai lagu anak-anak. Subyek penelitian diberi kuesioner dengan dua pilihan, lagu anak atau lagu dewasa, dan memberi alasan untuk pilihannya tersebut.

Tujuan dari pembuatan lagu dan kuesioner tersebut adalah untuk mengetahui apakah hasil temuan yang sudah didapatkan mempunyai validitas yang tinggi. Ketiadaan lirik merupakan cara untuk mengetahui apakah subyek penelitian dapat merasakan, memikirkan dan kemudian memilih dari kelima lagu tersebut mana yang menurut mereka sesuai sebagai lagu anak-anak.

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Siswa sekolah dasar di Sekolah Ichthus Jakarta yang menjadi subyek penelitian merupakan siswa yang mempunyai latar belakang pendidikan musik atau pernah mengikuti pendidikan musik. Para siswa ini memilih beberapa judul lagu anak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Pemilihan judul dalam dua bahasa disebabkan oleh penggunaan kedua bahasa tersebut oleh subyek penelitian dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Inggris digunakan di lingkungan sekolah dan bahasa Indonesia digunakan saat berbicara di luar lingkungan sekolah, khususnya di rumah.

Dari judul-judul yang dipilih dan disebutkan oleh para subyek penelitian terdapat tiga judul lagu yang menurut masyarakat sebenarnya tidak termasuk dalam kriteria lagu anak-anak. Yang menyebabkan ketiga subyek penelitian memilih judul lagu tersebut dan mempersepsikannya sebagai lagu anak adalah karena ketiga lagu tersebut memiliki beberapa karakteristik umum yang terdapat pada lagu anak-anak, yaitu:

1. Memiliki birama duple, yaitu birama 4/4 (quadruple). 2. Memiliki pengulangan pola irama di sepanjang lagu

3. Menggunakan tiga jenis not yang memiliki nilai minimum seperdelapan dan nilai maksimum tiga perempat untuk membentuk pola irama

4. Menggunakan harmonisasi yang didominasi oleh akord I, IV dan V(7).

(41)

bekerja dan menghabiskan waktu bersama dengan anak di rumah menjadi suatu model atau panutan bagi si subyek penelitian dalam hal memilih mana yang lagu anak dan mana yang bukan, terutama bila si ibu turut mengajarkan lagu tersebut pada anak.

Para subyek penelitian tampaknya mengkonservasi dan memaknai lagu anak-anak dan lagu orang dewasa melalui tanda-tanda yang mereka dapatkan ketika mereka mendengarkan lagu. Subyek penelitian membuat penanda melodi yang mudah, kata-kata yang kekanak-kanakan, tempo yang cepat dan musik yang gembira dan menjadikannya sebagai suatu konsep atau petanda dari lagu anak-anak. Berbeda halnya dengan lagu orang dewasa, responden membuat penanda melodi yang sulit, kata-kata yang sulit, durasi yang panjang dan ada kata-kata kotor menjadi petanda lagu orang dewasa.

Semua subyek penelitian masuk dalam periode akhir masa kanak-anak maka mereka juga mempersepsikan lagu anak-anak seperti tingkah laku, kepribadian dan harapan mereka saat ini. Lagu anak-anak harus memiliki melodi dan kata-kata yang mudah tak lain adalah karena para subyek penelitian sendiri tidak ingin mengalami kesulitan dengan harus menghafalkan melodi dan kata-kata dari lagu jika mereka bernyanyi.

Faktor ekonomi juga memegang peranan dalam membentuk persepsi siswa-siswa tersebut. Semua siswa yang menjadi subyek penelitian berasal dari keluarga yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas. Dengan alasan tersebut, mereka memiliki kemudahan untuk mengikuti berbagai pendidikan khususnya pendidikan musik di luar sekolah, menonton konser-konser musik dan mengakses lagu-lagu baik lagu dalam negeri maupun luar negeri melalui TV kabel dan internet.

(42)

Penelitian persepsi siswa sekolah dasar terhadap lagu anak-anak ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat khususnya persepsi yang berhubungan dengan elemen-elemen musik seperti melodi, harmoni, birama, pola birama dan sebagainya.

Pada penelitian ini, peneliti belum menggali persepsi berdasarkan elemen-elemen musik seperti yang disebutkan di atas secara mendalam sehingga memungkinkan dibuat penelitian lain untuk meneliti elemen-elemen tersebut secara satu persatu.

Selain itu, hubungan antara musik dengan semiotika masih menyediakan lahan untuk diteliti karena berdasarkan tulisan-tulisan yang dibaca peneliti dari bahan bacaan baik berupa buku maupun jurnal dikatakan bahwa masih sedikit sekali dilakukan penelitian tentang semiotika musik.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Bandura, A. (1962). Social Learning Through Imitation. Dalam M.R Jones (Ed.),

Nebraska Symposium on Motivation. Lincoln: University of Nebraska Press. __________(1977). Social Learning Theory. Engelwood

Campbell, Patricia Shehan. (1988). Songs in Their Heads, Music and Its Meaning in

Children’s Lives. Oxford: Oxford University Press US.

__________(1998). “The Musical Cultures of Children”. Journal of Research Studies in Music Education. (62), 44-51

Chosky, Lois. (1986). Teaching Music in the Twentieth Century. New Jersey: Prentice Hall.

Craig, Gracew J, and Kermis Marguerite D. (1994). Children Today. New Jersey: Prentice Hall.

Crain, William. (2006). Theories of Development, Concepts and Applications. New Jersey: Prentice Hall

Creswell, John. (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative Approach. Oslo: Sage Publications

DeNora, Tia. (2000). Music in Everyday Life. Cambridge: Cambridge University Press. Funk, Joel dan John Whiteside. (1980). “The Development Theory and The Psychology

of Music”. Journal of Research in Music Education. (38), 44-53

Gregorc, A. F. (1982). An Adult’s Guide to Style. Maynard, Massachussets: Gabriel System, Inc.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Developmental Psychology: A Life-Span Approach. New: McGraw-Hill.

(44)

Merleau-Ponty, Maurice. (1945). Phenomenology of Perception.

Muhammad, Aulia A. (2008). “Biarkan Saja Anak Berlagu Cinta”. Suara Merdeka (30 Maret 2008).

Nawrot, Elizabeth S. (2003). “The Perception of Emotional Expression in Music: Evidence From Infants, Children and Adults. Journal of Psychology of Music. (31), 75-92

Piaget, J, dan Inhelder, B. (1969). The Psychology of the Child. New York: Basic Books. Pflederer, M. (1967). “The Responses of Children to Musical Tasks Embodying Piaget’s

Principel of Conservation”. Journal of Research in Music Education. (12), 251-268 Siagian, M. Pardosi. (1987). Gembira: Nyanyian Anak-Anak Sekolah Dasar. Yogyakarta:

Penyebar Musik Indonesia

Sobur, Alex. (2003). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sroufe, L.A, and Cooper, R.G (1998). Child Development: Its Nature and Course. New York: Knopf.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Taylor, S. (1969). “The Musical Development of Children Aged Seven to Eleven”.

Journal of Research Studies in Music Education. (27), 44-49

Vasta, Ross, and Haith, Marshall M. (1992). Child Psychology: The Modern Science. New York: John Wiley& Sons, Inc.

Gambar

Gambar 3.1  The Self System Bandura

Referensi

Dokumen terkait

Sahabat MQ/ Saat ini kurang lebih 67 persen saham perusahaan di BEI/ 50 persen bank umum/ dan 85,4 persen ladang migas sudah dikuasai pemodal luar negeri// peneliti

[r]

1. Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari subjek yang akan diteliti. Data primer dapat berupa opini subjek secara individual ataupun kelompok, dapat

Oleh karena suatu sistem yang baru tidak akan mungkin menggantikan sistem yang telah ada dalam waktu yang singkat, maka perlu ada suatu masa transisi, yang mampu menjembatani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku (A act ) dan kontrol perilaku (PBC) merupakan komponen teori perilaku terencana yang signifikan

Redaksi jmal kinetika Mdguupk& lenma Kasin atcs p&tisipasinya naskah dai pcnulis. l,6giri6d aftlkel s6ta korespodensi dapol

Ciri anatomi yang khas pada jenis kayu kamper adalah saluran damar berderet tangensial dengan diameter lebih kecil dibandingkan diameter sel pembuluh, serta sel

[r]