• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI EVOLUSI KELAS XII IPA DI MADRASAH ALIYAH KUBU RAYA SKRIPSI oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI EVOLUSI KELAS XII IPA DI MADRASAH ALIYAH KUBU RAYA SKRIPSI oleh:"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

oleh:

UTIN DINA ASHARIYATUL JANNAH

NPM. 131630123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PONTIANAK

(2)

SKRIPSI

Oleh:

UTIN DINA ASHARIYATUL JANNAH

NPM : 131630123

Sebagai Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PONTIANAK

(3)
(4)
(5)
(6)

v

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar

( Q.S. Al-Baqarah : 153)

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu

dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada ALLAH supaya kamu

Menang .

(Q.S. Ali Imraan : 200)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi

(pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, ALLAH

mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui .

(Q.S Al-Baqarah : 216 )

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu,

maka Allah memudahkannya mendapat jalan ke syurga

( H.R Muslim)

Kerjakanlah, wujudkanlah raihlah cita-citamu dengan memulainya dari bekerja

bukan hanya menjadi beban didalam impianmu

(Penulis)

Learn from yesterday, Live for today and hope for tomorrow

(Penulis)

“Man Jadda Wa Jadda”

(7)

vi

Sembah sujudku ya Allah atas semua nikmat dan pengalaman hidup yang

Engkau berikan, atas karunia serta kemudahan yang Engkau anugerahkan.

Akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam

selalu terlimpahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW.

Terima kasih ya Allah Engkau telah ciptakan dua malaikat yang selalu

berjuang keras untuk hidupku. Ku persembahkan karya kecil ini untuk cahaya

hidup (Ibunda dan ayahanda tercinta) yang selalu memanjatkan doa untuk

kebaikanku, memberikan semangat, dorongan, nasehat dan kasih sayang yang

tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas

yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.

Untuk abangku tersayang (Gusti Fany Ilyasa) dan kakak iparku (Sulastri)

tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun sering

bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, terima

kasih atas doa dan semangat yang diberikan. Tak lupa terima kasih kepada tanteku

(Utin Martinah) yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan do’a.

Terima Kasih sahabatku Kurnia Tiara Aulia, Uci Hartati, dan Oktavianus

Misro Adrianto yang selalu membantu dan memberikan semangat yang luar biasa.

Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2013 atas bantuan

yang selalu kalian berikan ketika ada kesedihan yang melanda di hati dan

semangat yang kalian berikan selama kuliah. Terima kasih banyak atas candaan

yang membangun pribadi ini hingga menjadi lebih positif.

(8)

vii

Siswa pada materi Evolusi kelas XII IPA di Madrasah Aliyah Kubu Raya. Dibawah bimbingan, ANANDITA EKA SETIADI M.Si. dan HANUM MUKTI RAHAYU S.Pd., M.Sc.

Madrasah Aliyah sebagai sekolah berbasis keislaman diasumsikan terindikasi perdebatan agamawan dan saintis tentang materi evolusi. Hasil belajar materi evolusi di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim mencapai ketuntasan >70%. Berdasarkan hasil wawancara, beberapa siswa masih ada yang terindikasi mengalami miskonsepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa menggunakan three tier test pada materi evolusi kelas XII IPA di Madrasah Aliyah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA di MAN 1 Kubu Raya berjumlah 49 orang dan MA Al-Mustaqim berjumlah 27 orang siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan three tier test dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendeskripsikan miskonsepsi siswa dan penyebab miskonsepsi. Hasil penelitian di MAN 1 Kubu Raya ditemukan 41,84% termasuk dalam kategori miskonsepsi, 33,06% paham konsep, 18,16% lack of knowledge, dan 6,94% error. Sedangkan, di MA Al-Mustaqim ditemukan 41,48% miskonsepsi, 42,22% paham konsep, 7,78 lack of knowledge dan 8,52% error. Berdasarkan hasil wawancara, penyebab miskonsepsi pada materi evolusi adalah pengetahuan yang berasal dari siswa itu sendiri, teman diskusi, bahan ajar dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Disimpulkan bahwa siswa paling banyak mengalami miskonsepsi pada konsep mekanisme evolusi.

(9)

viii

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI EVOLUSI KELAS XII IPA DI MADRASAH ALIYAH KUBU RAYA.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Arif Didik Kurniawan, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah

Pontianak.

2. Ari Sunandar, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program studi Pendidikan Biologi

Universitas Muhammadiyah Pontianak.

3. Anandita Eka Setiadi, M.Si. selaku Pembimbing I atas bimbingan, saran, dan

motivasi yang diberikan.

4. Hanum Mukti Rahayu, S.Pd., M.Sc. selaku Pembimbing II atas bimbingan,

saran, dan motivasi yang diberikan.

5. Adi Pasah Kahar M.Pd selaku Penguji I atas bimbingan, saran dan motivasi

yang diberikan.

6. Nuri Dewi Muldayanti, M.Pd selaku Penguji II atas bimbingan, saran dan

motivasi yang diberikan.

7. Mustakim S.Pd.I selaku Kepala MA Al-Mustaqim Kubu Raya yang telah

bersedia memberikan ijin penelitian ini memberikan semangat, dan pengarahan

serta motivasi.

8. Dr. H. Fauzan, M.Pd, selaku Kepala MAN Kubu Raya yang telah bersedia

memberikan ijin penelitian.

(10)

ix

10.Mulyatmi, S.Pd. selaku Guru Biologi MAN Kubu Raya yang telah bersedia

memberikan ijin penelitian, memberikan semangat, serta memberikan

informasi untuk kepentingan penelitian.

11. Dosen dan Staff Administrasi Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Muhammadiyah Pontianak yang selalu membantu dan memberikan

dukungan.

12. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa angkatan 2013, Pendidikan Biologi

FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis

mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan

dilapangan serta bisa dikembangkan lebih lanjut. Aamiin.

Pontianak, 22 Agustus 2017

(11)

x

Halaman HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian... 3

C. Tujuan ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 3

1. Guru ... 3

2. Sekolah tempat penelitian ... 3

3. Peneliti ... 4

4. Peneliti berikutnya ... 4

5. Siswa ... 4

E. Definisi Operasional ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A.Konsep ... 6

1. Pengertian Konsep ... 6

2. Jenis-Jenis Konsep ... 6

3. Kegunaan Konsep ... 7

B. Konsepsi ... 7

C.Miskonsespi ... 7

1. Pengertian Miskonsepsi ... 8

2. Penyebab Miskonsepsi ... 9

3. Cara Mengatasi Miskonsepsi ... 11

D.Tes Diagnostik dan Three-tier Test ... 13

E. Konsep-konsep Evolusi ... 13

1. Teori Evolusi Darwin ... 14

2. Petunjuk adanya Evolusi ... 15

3. Mekanisme Evolusi ... 18

(12)

xi

C.Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

D.Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 21

E. Teknik Analisis Data ... 23

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Hasil Penelitian ... 27

B. Pembahasan ... 37

BAB V PENUTUP ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

DESKRIPSI DIRI ... 50

(13)

xii

Tabel 3.1. Kriteria Penilaian three tier test ... 24 Tabel 4.1. Persentase Pemahaman Konsep Siswa Kelas XII IPA

MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim TA 2016/2017 pada Materi Evolusi ... 29 Tabel 4.2. Rekapitulasi Rata-rata Persentase Pemahaman Konsep Siswa Kelas XII IPA di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim Kubu Raya

(14)

xiii

Halaman

GAMBAR 2.1: Teori Darwin mengenai keturunan dengan modifikasi dalam sketsa tahun 1837 ini, Darwin menuangkan

gagasannya mengenai pola percabangan evolusi. ... 15

GAMBAR 2.2: Keberagaman catatan fosil sebagai bukti evolusi. (a)

Fosil salah satu Vertebrata (b) Fosil Archaepteryx ... 16

GAMBAR 2.3: Tungkai depan mamalia: struktur homolog. Walaupun

telah teradaptasi untuk fungsi yang berbeda-beda, tungkai depan semua mamalia dibangun dari unsur rangka dasar yang sama ... 17

GAMBAR 2.4: Pohon evolusi gajah dan kerabatannya ini didasarkan terutama pada fosil-anatomi, urutan kemunculan pada strata,

dan distribusi geografiknya ... 18

(15)

xiv

Halaman Lampiran A

Lampiran A-1 Hasil Wawancara Guru MA Al-Mustaqim ... 51

Lampiran A-2 Hasil Wawancara Guru MAN Kubu Raya ... 53

Lampiran A-3 Daftar Nilai Ulangan Harian Semester Genap Kelas XII MA Al-Mustaqim Kubu Raya Tahun Ajaran 2015/2016 ... 55

Lampiran A-4 Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Semester Genap Kelas XII MA Al-Mustaqim Tahun Ajaran 2015/2016 ... 56

Lampiran B Lampiran B-1 Silabus Pembelajaran MA Al-Mustaqim ... 57

Lampiran B-2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 59

Lampiran B-3 Instrumen Penelitian ... 68

Lampiran B-4 Kunci Jawaban ... 74

Lampiran C Lampiran C Perhitungan Reabilitas Instrumen ... 75

Lampiran D Lampiran D-1 Lembar Jawaban three tier test siswa MAN 1 Kubu Raya ... 77

Lampiran D-2 Lembar Jawaban three tier test siswa MA Al-Mustaqim... 83

Lampiran D-3 Profil Jawaban Siswa untuk 10 item soal three-tier test MAN 1 Kubu Raya ... 89

Lampiran D-7 Profil Jawaban Siswa untuk 10 item soal three-tier test MA Al-Mustaqim ... 90

Lampiran D-8 Hasil ketuntasan Klasikal Siswa di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim ... 91

Lampiran D-8 Konsep-konsep Evolusi ... 92

Lampiran E Lampiran E-1 Surat Keterangan Sekolah MAN 1 Kubu Raya ... 98

Lampiran E-2 Surat Keterangan Sekolah MA Al-Mustaqim ... 99

(16)

1 A. Latar Belakang

Evolusi secara sederhana berarti perubahan (Mayr, 2010:9). Teori evolusi

yang mengangkat konsep descent with modification dan natural selection

pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin (Campbell, 2008:9). Dalam

biologi, evolusi menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada kelompok

makhluk hidup atau populasi. Adapun, perubahan pada skala individu bukan

termasuk evolusi namun merupakan perkembangan. Perubahan dalam

populasi yang dianggap sebagai evolusi adalah perubahan yang dapat

diwariskan melalui materi genetik dari satu generasi ke generasi berikutnya

(Futuyma, 2005:2).

Teori evolusi Darwin hingga saat ini masih menjadi perdebatan

(Candramila, 2016:878). Hal tersebut disebabkan karena konsep evolusi

dianggap bertentangan dengan kepercayaan dan ajaran agama, khususnya

pada konsep evolusi manusia (Asghar, 2013:5). Agamawan, seperti Harun

Yahya dengan terang-terangan menentang konsep teori evolusi Darwin dan

menyatakan bahwa evolusi hanya sebuah teori. Pendapat tersebut didasarkan

atas tidak ditemukannya bukti nyata yang mendukung evolusi manusia.

Sementara, ilmuwan seperti Richard Dawkins menyatakan bahwa evolusi

merupakan sebuah fakta (Luthfi, 2005:6). Hal tersebut didukung oleh

bukti-bukti evolusi berupa kesamaan struktur tubuh, tingkah laku, DNA, dan

catatan fosil.

Pertentangan pendapat mengenai konsep evolusi dapat menyebabkan

beberapa guru mengalami kesulitan dalam mengajar, seperti menjelaskan

asal-usul kehidupan khususnya evolusi manusia. Hal ini sejalan dengan

pendapat Endrawati (2012:17) bahwa guru mengalami kesulitan dalam

mengajarkan evolusi yang mencakup teori penciptaan dan asal-usul

kehidupan. Kesulitan guru dalam menyampaikan materi evolusi dapat

mempengaruhi pemahaman siswa sehingga dapat menyebabkan siswa keliru

(17)

Menurut Suparno (2013:8) miskonsepsi adalah suatu konsepsi seseorang

yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang diakui oleh para ahli.

Miskonsepsi yang dialami siswa dalam waktu yang lama akan sulit diperbaiki

dan dikhawatirkan akan dibawa ke jenjang pendidikan berikutnya. Oleh

karena itu miskonsepsi tersebut harus segera diatasi dengan mengajarkan

konsep yang tepat sesuai dengan konsep yang diakui para ahli.

Beberapa penelitian sebelumnya sudah menemukan miskonsepsi pada

materi evolusi, salah satunya penelitian Adrianto (2016:5) bahwa di SMA

Don Bosco Sanggau ditemukan 45% siswa yang mengalami miskonsepsi,

kemudian ditingkat universitas terdapat 61% mahasiswa pendidikan biologi

Universitas Tanjungpura (UNTAN) dan 64% mahasiswa pendidikan biologi

Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP) yang mengalami miskonsepsi.

Miskonsepsi ini umumnya terjadi pada konsep teori evolusi Darwin,

bukti-bukti evolusi dan mekanisme evolusi (Candramila, 2016:879).

Miskonsepsi yang dialami siswa pada materi evolusi dapat diungkap

melalui pemberian tes diagnostik dengan tipe pilihan ganda tiga tingkat

(three-tier test). Kelebihan three-tier test sangat efektif dalam menilai

pemahaman siswa dibandingkan tes pilihan ganda konvensional. Three tier

test dapat membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi (M), lack

of knowledge (LK), error, dan memahami konsep (MK)(Kaltakci & Nilufer,

2007:500). Oleh karena itu, peneliti menggunakan three tier test sebagai

instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada

materi evolusi.

Madrasah Aliyah sebagai sekolah berbasis keislaman diasumsikan

terpengaruh perdebatan agamawan dan saintis tentang materi evolusi, namun

yang menarik adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan guru biologi di

MAN 1 Kubu Raya menyatakan ketuntasan siswa pada materi evolusi TA

2016/2017 telah mencapai 100%. Sejalan dengan itu hasil wawancara dengan

guru MA Al-Mustaqim menyatakan ketuntasan siswa pada materi evolusi di

(18)

wawancara dengan beberapa siswa masih terindikasi mengalami miskonsepsi,

terutama dalam konsep mekanisme evolusi.

Hal ini menimbulkan keingintahuan peneliti untuk mengukur

pemahaman siswa pada materi evolusi. Selain itu, penelitian ini juga

bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa pada materi

evolusi sehingga dapat dilakukan perbaikan dan perlakuan sesuai dengan

miskonsepsi-miskonsepsi yang ditemukan, dengan demikian miskonsepsi

evolusi pada jenjang pendidikan berikutnya dapat dihindari.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bagaimana miskonsepsi

siswa pada materi evolusi kelas XII IPA di Madrasah Aliyah Kubu Raya.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa

menggunakan three tier test pada materi evolusi kelas XII IPA di Madrasah

Aliyah Kubu Raya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Guru

Hasil penelitian dapat menjadi refleksi bagi guru ketika mengajarkan

konsep-konsep pada materi evolusi sehingga miskonsepsi oleh siswa dapat

dihindari

2. Sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah sebagai bahan evaluasi dalam

pembelajaran biologi khususnya pada materi evolusi di tahun-tahun ajar

berikutnya.

3. Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada peneliti tentang

miskonsepsi dan penyebab miskonsepsi siswa pada materi evolusi.

(19)

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti berikutnya,

khususnya untuk mencari solusi dalam mengatasi miskonsepsi yang

dialami siswa pada materi evolusi.

5. Siswa

Diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa dalam

memahami materi evolusi sehingga siswa bisa meningkatkan

pemahamannya terhadap materi evolusi.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini dapat memberikan penjelasan

terhadap beberapa pengertian dan istilah-istilah yang dijelaskan oleh peneliti.

Adapun penjelasannya meliputi:

1. Miskonsepsi adalah suatu konsepsi seseorang yang tidak sesuai dengan

konsep ilmiah yang diakui oleh para ahli (Suparno, 2013:8), yang

dimaksud ahli adalah Charles Darwin. Miskonsepsi siswa dalam penelitian

ini dapat digali melalui pengujian diagnostik berupa three-tier test.

Miskonsepsi yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah konsep keliru

yang dialami oleh siswa pada materi evolusi, khususnya pada konsep teori

evolusi Darwin, bukti-bukti evolusi, dan mekanisme evolusi.

2. Three-tier test adalah suatu tes diagnostik yang memiliki tiga tingkat

pertanyaan. Pertanyaan tingkat pertama berupa soal pilihan ganda biasa.

Pada tingkat kedua berisi pertanyaan dengan pilihan alasan untuk soal

pada tingkat pertama, disediakan pula tempat kosong untuk menuliskan

alasan secara bebas. Pada tingkat ketiga, disajikan pernyataan penegasan

apakah siswa yakin atau tidak yakin akan jawabannya pada dua tingkat

sebelumnya. Penelitian ini menggunakan instrumen three tier test yang

disusun oleh Adrianto (2016) dan telah diuji validitas serta reabilitasnya

(Lampiran C).

3. Materi Evolusi adalah materi SMA kelas XII IPA pada Kurikulum 2006

(KTSP). Materi evolusi di Kelas XII IPA MA Al-Mustaqim dan XII IPA

MAN 1 Kubu Raya ini mencangkup 4 materi yaitu teori dan prinsip

(20)

evolusi. Dalam penelitian ini, materi evolusi yang dikaji adalah pada

(21)

6 A.Konsep

1. Pengertian Konsep

Menurut Hamalik (2005:162) konsep merupakan suatu kategori stimuli

yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli disini adalah berupa objek-objek atau

orang (person). Ciri umum yang terdapat dalam konsep sehingga membantu

seseorang memahami konsep yang sedang pelajari. Sedangkan, menurut

Dahar (2011:62) konsep merupakan kategori yang diberikan pada stimulus

yang ada di lingkungan. Konsep menyediakan skema terorganisasi untuk

mengasimilasikan stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan

diantara kategori-kategori. Hal ini agar seseorang dapat membedakan

konsep yang terdapat disekitarnya.

Menurut Slameto (2013:182) konsep adalah suatu kepercayaan

mengenai keaadan diri sendiri yang relatif sulit diubah. Konsep diri tumbuh

dari interaksi seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh dalam

kehidupannya, biasanya orang tua, guru, dan teman-teman.

2. Jenis-Jenis Konsep

Konsep berperan penting dalam kehidupan seseorang. Namun, konsep

didalam kehidupan sehari-hari itu mepunyai jenis yang berbeda-beda.

Menurut Hamalik (2005:163-164) ketiga jenis konsep itu adalah: (1)

Konsep konjungtif, yaitu konsep yang memberikan dua atau lebih sifat

sehingga dapat memnuhi syarat sebagai contoh dari konsep. Didalam

konsep ini, akan mengadakandua atau lebih sifat sehingga dapat

memenuhisyaat dari konsep seperti serangga adalah hama serta penyerbukan

bunga ditanaman tersebut, (2) Konsep disjungtif, yaitu konsep yang

memberikan satu dari dua atau lebih sifat-sifat yang ada. hal ini,

konsep-konsep yang ditampilkan hanya satu dari dua atau lebih sifat-sifat yang

harus ada berbeda halnya dengan konsep konjungtif. Misalnya, hama

tanaman itu adalah sejenis serangga, (3) Konsep hubungan, yaitu suatu

(22)

Dari ketiga jenis konsep diatas masing-masing memiliki keterkaitannya

dalam kehidupan sehari-hari. Atribut atau tanda yang terdapat disekitar

manusia menjadi penghubung yang saling berkaitan. Konsep ini salah

satunya terbentuk karena adanya atribut-atribut di dalamnya. Menurut

(Tayubi, 2005:4) terdapat kesulitan dalam membedakan antara siswa-siswa

yang miskonsepsi dan yang tidak tahu konsep.

3. Kegunaan Konsep

Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling

tidak punya pengaruh tertentu. Menurut Hamalik (2005:164-165) kegunaan

konsep adalah: (1) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

Lingkungan adalah sangat kompleks. Untuk mempelajari tentu sangat sulit

apabila tidak dirinci menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana, (2)

Konsep-konsep membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di

sekitar kita dengan cara mengenali ciri masing-masing objek, (3) Konsep

membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru lebih luas dan lebih

maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan

konsep-konsep yang dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru, (4)

Konsep mengarahkan kegiatan instrumental, berdasarkan konsep dan

prinsip yang telah diketahui, maka seseorang dapat menentukan

tindakan-tindakan apa yang selanjutnya perlu dikerjakan/dilakukan, dan (5) konsep

memungkinkan pelaksanaan pengajaran, pengajaran umumnya berlangsung

secara verbal arinya dengan menggunakan bahasa lisan. Hal itu terjadi

dalam pengajaran pada semua jenjang persekolahan.

B.Konsepsi

Tafsiran tiap orang terhadap banyak konsep pasti berbeda-beda. Tafsiran

konsep oleh seseorang disebut dengan konsepsi (Tayubi, 2005:5). Meskipun

dalam kajian ilmu alam terutama biologi kebanyakan konsep telah memiliki

arti yang jelas dan ilmiah dan sudah disepakati oleh para ahli, kenyataannya

konsepsi tiap orang masih berbeda-beda. Tetapi, jelas jika konsepsi siswa tidak

selalu sesuai dengan konsepsi para ahli, mengingat konsepsi para ahli lebih

(23)

berkaitan. Berbeda dengan konsepsi yang dimiliki oleh siswa yang pada

dasarnya memiliki pemikiran yang lebih sederhana dan tidak terlalu kompleks

(Tayubi, 2005:5). Dalam proses pembelajaran, konsepsi didefinisikan sebagai

pemikiran atau keyakinan pelajar atas pembelajaran yang diterimanya (Lai dan

Chan, 2005:3).

C.Miskonsepsi

1. Pengertian Miskonsepsi

Menurut Suparno (2013:8), miskonsepsi adalah suatu konsepsi

seseorang yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang diakui oleh para

ahli. Suparno menyatakan miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat

akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh

yang salah, kekacauan konsep-konsep yanng berbeda, dan hubungan hirarki

konsep-konsep yang tidak benar.

Miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpretasi konsep-konsep

dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Miskonsepsi juga

dipandang sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian

ilmiah yang sekarang diterima. Bentuk dari miskonsepsi sendiri dapat

berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara

konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif (Suparno, 2013:4).

Miskonsepsi adalah konsep yang dibangun oleh siswa sendiri dan

berbeda dari konsep yang diterima secara ilmiah (Köse, 2008:283).

Munculnya miskonsepsi yang paling banyak adalah bukan selama

proses belajar mengajar melainkan sebelum proses belajar mengajar

dimulai, yaitu pada konsep awal yang telah dibawa siswa sebelum ia

memasuki proses tersebut atau yang disebut sebagai prakonsepi

(Handoko, 2016:41).

Miskonsepsi yang terjadi pada siswa secara terus-menerus akan

mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun (Nabilah, 2014:64). Manalu

(2012:296) Miskonsepsi juga merupakan penghalang untuk meningkatkan

belajar yang bermakna. Menurut (Anggry, 2013:119), tinggi miskonsepsi

(24)

dapat berasal dari pengalaman siswa sendiri, yaitu siswa salah

menginterpretasi gejala atau peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya.

Kedua, miskonsepsi dapat bersumber dari pembelajaran guru, yaitu

pembelajaran oleh guru kurang terarah sehingga siswa dapat

menginterpretasi salah terhadap suatu konsep tertentu, atau mungkin juga

gurunya mengalami miskonsepsi terhadap suatu konsep tertentu Siswa

sering mengalami kesulitan selama proses pemahaman konsep, sehingga

menyebabkan timbulnya pemahaman diluar konsep yang diajarkan atau

miskonsepsi.

Miskonsepsi merupakan suatu bagian dari sistem pengetahuan yang

lebih besar yang mencakup sejumlah konsep yang saling berhubungan yang

digunakan pembelajar untuk memahami pengalaman-pengalaman mereka.

Miskonsepsi disebabkan oleh tiga faktor yakni: 1) pendapat naif yang

bersumber dari pengalaman sehari-hari dan bahasa yang digunakan oleh

pembelajar. 2) pemahaman keliru yang dibentuk pembelajar selama proses

belajar mengajar akibat kesalahpahaman atau kekurang pahamanan dan 3)

berasal dari pengajar melalui pengajaran yang salah dan tidak cermat

(Manalu, 2012:294).

2. Penyebab Miskonsepsi

Menurut Suparno (2013:34-50), penyebab miskonsepsi pada siswa

berasal dari siswa itu sendiri, guru/pengajar, buku teks, konteks, dan cara

mengajar. Penjelasan lebih rinci dijabarkan sebagai berikut:

a. Prakonsepsi

Prakonsepsi adalah konsep awal yang didapatkan oleh siswa. Konsep

awal itu bisa berasal dari jenjang pendidikan atau ilmu yang didapatkan

sebelumnya. Kemudian, alasan yang diberikan oleh siswa akan suatu

konsep itu salah atau tidak lengkap. Hal ini dikarenakan tahap

perkembangan kognitif siswa yang masih belum matang sehingga

menyebabkan kemampuan siswa akan penguasaan dan pemahaman

konsep menjadi berkurang dan belum bisa sepenuhnya untuk memaknai

(25)

b. Guru

Miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh guru

yang tidak menguasai bahan ajar/materi yang diajarkan/tidak kompeten,

guru tersebut bukan lulusan dan ahli dibidangnya sehingga bahan ajar

ataupun ilmu yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai dengan ilmu yang

didapatkannya selama kuliah. Kemudian, guru yang tidak pernah

membiarkan siswanya mengungkapkan ide/gagasan pemikirannya dapat

membuat siswa hanya mengerti dan memahami konsep yang memang

sudah ada sejak awal tanpa mengonfirmasi kebenarannya, dan juga dapat

membuat siswa salah mengartikan dan memaknai konsep-konsep yang

diajarkan oleh guru tanpa diketahui oleh gurunya.

c. Buku teks

Miskonsepsi yang terjadi pada siswa juga bisa dikarenakan oleh

penggunaan buku teks. Tidak bisa dipungkiri, pada setiap proses

pembelajaran disekolah, selain mendengarkan dan memperoleh

pengetahuan-pengetahuan yang diberikan oleh guru, siswa juga

berpatokan pada buku teks yang dapat menunjang proses pembelajaran

tersebut dan dapat membantu siswa untuk mencari pengetahuan tersebut

secara mandiri, akan tetapi apabila isi dari buku teks tersebut

penjelasannya keliru dan terdapat kesalahan dalam penulisannya, maka

dapat mengakibatkan siswa menjadi terjerumus akan konsep-konsep

yang keliru dan salah sehingga menciptakan pemahaman sendiri bagi

siswa yang fatalnya dipercaya kebenarannya oleh siswa. Kemudian,

pemakaian buku teks yang tingkat kesulitan penulisannya terlalu tinggi

dapat menyebabkan siswa menjadi kurang mengerti dan memahami

konsep yang ada di dalam buku tersebut. Oleh karena itu, pemilihan buku

teks yang akan dipakai oleh siswa harus sesuai dengan perkembangan

kognitif siswa, agar ilmu/pengetahuan yang disajikan oleh buku teks

(26)

d. Konteks

Miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh konteks. Konteks disini

meliputi pengalaman, bahasa sehari-hari, dan teman diskusi yang salah.

Miskosepsi yang terjadi pada siswa lebih banyak dikarenakan

pengalaman yang didapatkan.

e. Metode mengajar

Cara mengajar seorang guru juga menjadi penyebab miskonsepsi

untuk siswanya. Terutama ketika seorang guru dalam menjelaskan

konsep yang hanya dengan menggunakan metode ceramah secara terus

menerus tanpa melakukan interaksi atau tanya jawab kepada siswanya,

hal ini tentu tidak dapat meremediasi miskonsepsi. Padahal tugas seorang

guru adalah berusaha memberikan konsep dan meremediasi konsep yang

salah. Siswa yang rajin mencatat belum tentu paham akan materi yang

ditulisnya itu. Selain itu, tugas rumah yang jarang dibahas atau dikoreksi

oleh guru juga dapat meningkatkan miskonsepsi yang terjadi pada diri

siswa, karena dapat mengakibatkan siswa tidak mengetahui kesalahan

konsep yang dipelajarinya dan mengira jawaban yang ditulisnya itu

sudah sesuai dengan konsep yang diharapkan.

3. Cara Mengatasi Miskonsepsi

Siswa sering mengalami kesulitan selama proses pemahaman konsep,

sehingga menyebabkan timbulnya pemahaman diluar konsep yang diajarkan

atau miskonsepsi. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa secara terus-menerus

akan mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun (Nabilah, 2014:64).

Mengemukakan langkah-langkah yang dibuat untuk membantu siswa dalam

memecahkan persoalan miskonsepsi. Secara garis besar, langkah yang

digunakan untuk meremediasi miskonsepsi adalah: (1) Mencari atau

mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, (2) Mencoba menemukan

penyebab miskonsepsi tersebut, (3) Mencari perlakuan yang sesuai untuk

mengatasi miskonsepsi (Suparno, 2013:55).

Untuk dapat membantu siswa mengatasi miskonsepsi, yang pertama

(27)

cara menangkap, dan bagaimana gagasan siswa, kita dapat mengetahui

dengan tepat dimana letak miskonsepsi siswa dan kita dapat membantunya.

Menurut Suparno (2013:56), untuk dapat memahami gagasan siswa

beberapa hal yang dapat dibuat, yaitu: (1) Siswa dibebaskan

mengungkapkan gagasan dan pemikirannya mengenai bahan yang sedang

dibicarakan. Hal ini dapat dilakukan secara lisan dan tertulis. (2) Guru

memberi pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang biasanya membuat

siswa bingung dan siswa diminta menjawab secara jujur. Pertanyaan ini

dapat dilakukan secara pribadi maupun umum di kelas. (3) Guru mengajak

siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu yang biasanya mengandung

miskonsepsi, dan guru membiarkan siswa berdiskusi dengan bebas. Guru

memantau dari jalannya diskusi konsep-konsep yang salah.

Langkah berikutnya adalah guru mencari penyebab atau asal dari

miskonsepsi yang dialami siswa. Untuk menemukan penyebab ataupun asal

dari miskonsepsi di atas, guru dapat melakukan wawancara lebih lanjut

bagaimana siswa sampai mempunyai miskonsepsi tersebut. Langkah yang

biasanya dapat digunakan untuk menggali sebab miskonsepsi, antara lain:

(1) Guru melakukan wawancara pribadi ataupun umum di kelas, bagaimana

siswa sampai mempunyai gagasan yang tidak tepat tersebut. (2) Melalui

pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswa, ada baiknya disatukan

dengan miskonsepsi siswa. Langkah terakhir adalah mencari jalan,

bagaimana membantu memperbaiki miskonsepsi siswa. Pemilihan langkah

terakhir ini sangat dipengaruhi oleh penyebab dan situasi siswa sendiri

(Dahar, 2013:57).

Menurut Suparno (2013:121-128) cara mendeteksi miskonsepsi siswa

adalah:

a. Peta konsep

Peta konsep mampu menghubungkan antara konsep-konsep serta

gagasan pokok yang disusun secara hirarkis. Biasanya miskonsepsi

dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan

(28)

b. Tes Multiple Choice dengan reasoning terbuka

Tes ini juga dapat mendeteksi miskonsepsi siswa. Pertanyaan

pilihan ganda yang disertai dengan pemberian alasan terhadap jawaban

yang dipilih dapat membuat guru melihat dan menganalisis miskonsepsi

siswa berdasarkan benar atau salahnya konsep yang ditulis dalam alasan

tersebut.

c. Tes esai tertulis

guru hendaknya membuat esai tertulis yang berisi konsep yang

akan dipelajari atau yang sudah dipelajari.

d. Wawancara

guru memilih konsep yang diperkirakan sulit untuk siswa,

kemudian guru mengajak siswa untuk mengekspresikan gagasan

mengenai konsep tersebut.

e. Diskusi kelompok

Siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan tentang konsep yang

sudah ada atau yang sudah dipelajari. Cara ini sangat cocok untuk kelas

yang besar.

f. Praktikum dengan tanya jawab

Guru harus di wajibkan untuk bertanya bagaimana konsep siswa

dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut.

g. Thee tier test

Instrument Three tier ini mampu mengungkap siswa yang

memahami konsep (MK), lack of knowledge (LK), eror, dan

miskonsepsi (M).

D. Tes Diagnostik dan Three-tier Test

Menurut Arikunto (2013:48), tes diagnostik merupaka salah satu tes yang

dapat digunakan untuk mengetahui kesulitan serta kelemahan siswa sehingga

dapat diberikan perlakuan yang baik. Sementara itu Suwarto (2013:113)

menyatakan bahwa tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menilai

(29)

tertentu dan mendapatkn masukan tentang respon siswa untuk memperbaiki

kelemahannya.

Pilihan ganda tiga tingkat adalah salah satu tes diagnostik yang dapat

digunakan sebagai instrumen penelitian dalam upaya untuk menganalisis

konsepsi dan miskonsepsi siswa mengenai suatu konsep. Pertanyaan tingkat

pertama pada instrumen three-tier test menanyakan tentang konsep, Pertanyaan

tingkat kedua menanyakan tentang alasan jawaban untuk soal tingkat pertama,

dan pertanyaan tingkat ketiga menanyakan tingkat keyakinan siswa atas dua

pertanyaan yang telah dijawab sebelumnya (Kaltacki dan Erylmaz, 2010:2-3).

Kelebihan three-tier test sangat efektif dalam menilai pemahaman siswa

dibandingkan tes pilihan ganda konvensional karena three tier test dapat

membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi (M), lack of

knowledge (LK), eror, dan memahami konsep (MK).

E.Konsep Evolusi

Kata evolusi berasal dari bahasa Latin yaitu evolvere, yang berarti

“membuka gulungan”, dalam kajian biologi evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi

berikutnya atau proses perubahan struktur makhluk hidup dari bentuk yang

sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks dalam jangka waktu yang

sangat lama (Wijana, 2015:256). Secara sederhana, evolusi berarti perubahan

(Mayr, 2010:9).

1. Teori Evolusi Darwin

Darwin menulis buku yang diberi judul On the origin of spesies by

Means of Natural Selection (mengenai asal usul Spesies Akibat Seleksi

Alam, biasa disebut The Origin of spesies), dalam bukunya, Darwin

mengembangkan dua gagasan utama : bahwa penurunan dengan modifikasi

menjelaskan kesatuan dan keanekaragaman makluk hidup, dan bahwa

seleksi alam menyebabkan kecocokan antara organisme dengan

lingkungannya. Menurut Darwin, spesies yang mengalami perubahan dari

nenek moyang pada awalnya sama, kemudian terjadilah berbagai macam

(30)

spesifik. Darwin menyatakan bahwa dalam jangka waktu yang panjang,

penurunan dengan modifikasi pada akhirnya menyebabkan tingginya

keanekaragaman makhluk hidup yang kita lihat sekarang (Campbell,

2008:9-11).

Teori ini menjelaskan bahwa semua spesies, baik yang masih hidup

maupun yang telah punah, telah diturunkan dari nenek moyang yang sama

tanpa adanya interupsi dari satu atau beberapa bentuk aslinya.

GAMBAR 2.1: Teori Darwin mengenai keturunan dengan modifikasi. Dalam sketsa tahun 1837 ini, Darwin menuangkan gagasannya mengenai pola percabang evolusi (Sumber: Campbell, 2008:10)

Darwin memandang sejarah kehidupan sebagai sebuah pohon, dengan

percabangan dari batang bersama menuju ke ujung-ujung ranting termuda.

Ujung ranting tersebut dapat mencerminkan keanekaragaman organisme

yang ada saat ini. Setiap percabangan pada pohon mencerminkan nenek

moyang dari garis evolusi yang kemudian bercabang dari titik tersebut

(Campbell, 2008:10).

2. Petunjuk Adanya Evolusi

Salah satu petunjukan adanya evolusi adalah catatan fosil. Catatan fosil

menunjukan bahwa organisme masa lalu berbeda dari organisme masa kini

dan banyak spesies yang telah punah. Fosil dapat menunjukan adanya

perubahan evolusioner yang terjadi seiring waktu diberbagai kelompok

(31)

Dalam skala waktu yang lebih lama, fosil mendokumentasi asal-usul

kelompok-kelompok utama organisme. Salah satu contohnya adalah catatan

fosil reptilia raksasa, Diosaurus, yang kini telah punah. Selain itu ditemukan

pula fosil Archaepteryx mahluk peralihan antara reptilia dan burung. Fosil

tersebut memperlihatkan bahwa Archaeopteryx memiliki moncong seperti

reptilia, akan tetapi memiliki bulu dan sayap seperti burung (Wijana,

2015:275). Berdasarkan fosil tersebut, para ahli paleontologi menyatakan

bahwa burung merupakan evolusi dari reptilia.

GAMBAR 2.2: Keberagaman catatan fosil sebagai bukti evolusi. (a) Fosil salah satu Vertebrata (b) Fosil Archaepteryx. (Sumber: Wijana, 2015: 275)

Fosil merupakan bukti dari suatu organisme pernah hidup dimuka

bumi. Fosil juga menunjukan bahwa organisme masa lalu berbeda dari

organisme masa kini dan bahwa banyak spesies yang sudah punah, serta

fosil juga menunjukan perubahan evolusioner yang terjadi seiring waktu

pada berbagai kelompok organisme (Campbell, 2010:15).

Kesamaan yang berasal dari nenek moyang bersama dikenal

sebagai homologi (homology). Pandangan tentang evolusi sebagai proses

pemodelan ulang menghasilkan perkiraan bahwa spesies yang

berkerabatan dekat memiliki kesamaan ciri yang digunakan untuk

menentukan kekerabatan mereka, namun pada dasarnya mereka juga

a

(32)

memiliki banyak kesamaan ciri lain. Sejumlah kesamaan ciri itu tidak

bermakna kecuali dalam konteks evolusi. misalnya, tungkai depan semua

mamalia, termasuk manusia, kucing, paus, dan kelelawar, menunjukkan

susunan tulang yang sama dari bahu sampai ujung jari, meskipun tungkai

tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Kemiripan anatomis

tersebut tidak mungkin terjadi jika struktur muncul secara terpisah pada

setiap spesies. Kerangka yang mendasari lengan, kaki depan, sirip, dan

sayap mamalia yang berbeda merupakan stuktur homolog mencerminkan

berbagai adanya variasi pada sebuah tema struktural yang dimiliki oleh

nenek moyang bersama mereka. Berdasarkan kemiripan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa hewan Vertebrata yang ada pada saat ini diturunkan

dari nenek moyang yang sama yang yang mewariskan organisasi rangka

tersebut. Menurut teori evolusi Darwin, masing-masing kelompok

Vertebrata secara bertahap dapat mewariskan rangka termodifikasi yang

memiliki kemampuan untuk beradaptasi yang lebih baik terhadap

lingkungan (Campbell, 2008:16).

GAMBAR 2.3: Tungkai depan mamalia: struktur homolog. Walaupun telah teradaptasi untuk fungsi yang berbeda-beda, tungkai depan semua mamalia dibangun dari unsur rangka dasar yang sama (Sumber: Campbell, 2008:16).

Campbell (2008:10) menjelaskan bahwa pola penurunan dari nenek

moyang bersama dapat dijelaskan dengan pohon evolusi. Gambar

(33)

Asia. Sangat mirip sebab mereka berada pada garis keturunan yang sama

sebelum baru-baru ini memisahkan dari nenek moyang bersama mereka.

Pada GAMBAR 2.4. Setiap titik percabangan mewakili nenek moyang

bersama dari semua spesies yang merupakan keturunannya.

GAMBAR 2.4: Pohon evolusi gajah dan kerabatannya ini didasarkan terutama pada fosil-anatomi, urutan kemunculan pada strata, dan distribusi geografiknya. (Sumber: Campbell, 2008:10).

Pohon evolusi adalah sebuah hipotesis yang dapat menjelaskan serta

memberikan pemahaman tentang pola-pola turunan. Contohnya pohon

evolusi gajah yang menyatakan tujuh garis keturunan gajah yang berkerabat

telah punah dalam 30 juta tahun terakhir. Oleh karena itu, para ahli biologi

meyakini bahwa pohon evolusi dapat mencerminkan secara akurat

menjelaskan kebenaran tentang sejarah evolusi.

3. Mekanisme Evolusi

Seleksi alam merupakan salah satu penyebab terjadinya mekanisme

evolusi. Seleksi alam adalah suatu proses yang terjadi ketika

organisme-organisme yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan lingkungan

(34)

sebuah mekanisme, seleksi alam untuk menjelaskan pola-pola evolusi yang

sudah diamati (Campbell, 2010:12). Kemudian Darwin menjabarkan empat

pengamatan terhadap alam yang kemudian digunakannya untuk menarik

kesimpulan:

Pengamatan 1 : Anggota populasi seringkali sangat bervariasi dalam

sifat-sifatnya.

Pengamatan 2 : Sifat-sifat diwariskan dari induk atau orangtua kepada

keturunannya.

Pengamatan 3 : Semua spesies mampu menghasilkan keturunannya lebih

banyak daripada yang dapat didukung oleh alam

Pengamatan 4 : Akibat kekurangan makanan atau sumber daya lain,

banyak keturunan tersebut yang tidak sintas.

Kesimpulan 1 : Individu-individu dengan sifat warisan yang memberikan

mereka kemungkinan lebih besar untuk sintas dan

bereproduksi pada lingkungan tertentu cenderung

memiliki lebih banyak keturunan daripada

individu-individu lain.

Kesimpulan 2 : Ketidakseragaman kemampuan individu-individu untuk

sintas dan bereproduksi mengarah pada akumulasi

sifat-sifat yang menguntungkan dalam populasi selama

beberapa generasi.

Seleksi alam dapat meningkatkan kecocokan antara organisme dan

lingkungannya. Jika lingkungan berubah, atau individu berpindah ke

lingkungan baru, seleksi alam dapat dilihat dari adaptasi terhadap kondisi

baru tersebut, terkadang memunculkan spesies baru dalam proses tersebut.

a. Miskonsepsi dalam Evolusi

Miskonsepsi yang dialami oleh kebanyakan siswa mengenai konsep

evolusi adalah sebagai berikut:

1. Evolusi hanya sebuah teori

Miskonsepsi ini bersumber dari penggunaan kata “teori”. Dalam

(35)

pendapat yang belum tentu benar karena tidak didukung bukti yang kuat.

Faktanya, kata teori secara ilmiah merujuk pada penjelasan mengenai

fenomena-fenomena yang terjadi. Lebih jauh lagi, agar bisa diterima oleh

komunitas ilmuwan, sebuah teori harus didukung oleh banyak bukti yang

kuat. Di sisi lain, evolusi memiliki banyak bukti yang kuat dan sudah

diterima secara luas oleh kalangan ilmuwan Mayr (2010:17-24).

2. Evolusi bersifat progresif

Menurut Wijana (2015:261), terdapat anggapan yang menyatakan

bahwa organisme yang mampu bertahan terhadap seleksi alam adalah

organisme yang paling kuat. Namun, faktanya bahwa organisme yang

mampu bertahan adalah organisme yang memiliki kesesuaian karakteristik

dengan lingkungan. Dalam evolusi, organisme yang memiliki sifat yang

paling cocok dengan kondisi lingkungan bukan berarti yang paling kuat

atau paling sehat melainkan memiliki kemampuan untuk menghasilkan

keturunan dan mewariskan gen-gennya ke generasi berikutnya.

3. Evolusi hanya terjadi masa lalu

Chandamila (2016:884), menjelaskan bahwa anggapan yang

menyatakan evolusi hanya terjadi pada masa lalu adalah keliru, karena

faktanya adalah evolusi terjadi selama kehidupan berlangsung. Salah satu

bukti yang menunjukkan bahwa evolusi masih terjadi hingga saat ini

adalah resistensi antibiotik pada bakteri

4. Filogeni adalah evolusi

Menurut Mayr (2010:370), menjelaskan bahwa filogeni bukan

evolusi. Evolusi adalah konsep yang jauh lebih luas. Filogeni hanya

merujuk ke satu dari banyak fenomena evolusi, yaitu pola penurunan dari

leluhur bersama. Tapi bila dipertimbangkan dengan benar, filogeni tak

hanya berarti pola percabangan garis keturunan, tetapi juga perubahan

(36)

21 BAB III METODE

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah prosedur

penelitian yang menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada

saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

B. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah menggunakan data primer dan sekunder yaitu :

1. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli.

Data primer pada penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA Al-Mustaqim

berjumlah 27 siswa dan kelas XII IPA MAN 1 Kubu Raya berjumlah 49

siswa tahun ajaran (TA) 2016/2017.

2. Data sekunder adalah data tambahan untuk mendukung data primer.

Dalam penelitian ini sumber data sekunder adalah guru dan buku pelajaran

biologi kelas XII IPA.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2016/2017.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII IPA MA Al-Mustaqim dan

XII IPA MAN 1 Kubu Raya yang telah mempelajari materi evolusi genap

tahun ajaran 2016/2017. MA Al-Mustaqim Kubu Raya tersebut beralamat

di Jl. Wonodadi dan MAN 1 Kubu Raya beralamatkan di Jl. Rasau Jaya.

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpul Data

Data yang didapatkan peneliti dalam penelitian ini

(37)

a. Pengujian

Pengujian ini digunakan untuk memperoleh data pemahaman siswa

tentang materi evolusi. Pengujian miskonsepsi menggunakan soal

berupa pilihan ganda berbentuk three-tier-test. Pengujian dilakukan

untuk menggambarkan keyakinan siswa terhadap kebenaran alternatif

jawaban yang direspon, sehingga dapat diketahui miskonsepsi yang

dialami oleh siswa. Hasil pengujian dapat membedakan siswa yang

mengalami miskonsepsi, Eror, Lack of knowledge dan yang paham

konsep. Pengujian menggunakan tree-tier-test yang diberikan kepada

siswa XII IPA MA Al-Mustaqim dan XII IPA MAN 1 Kubu Raya yang

telah mempelajari materi evolusi.

b. Wawancara

Wawancara dilaksanakan secara bebas dan tidak terstruktur.

Wawancara dilakukan kepada siswa kelas XII IPA MA Al-Mustaqim

dan XII IPA MAN 1 Kubu Raya yang mengalami miskonsepsi

berdasarkan hasil analisis data dari pengujian three tier test. Tujuan dari

wawancara ini adalah untuk memperoleh penjelasan tentang jawaban

yang telah dipilih oleh siswa dan untuk mengetahui penyebab

miskonsepsi pada siswa di konsep tertentu pada materi evolusi.

2. Alat Pengumpul Data

Teknik pengujian menggunakan alat pengumpul data/instrumen

berupa soal pilihan ganda disertai dengan kriteria three-tier test.

Sedangkan teknik wawancara menggunakan pedoman wawancara sebagai

alat pengumpul data.

a. Three-Tier Test

Berupa pengujian pilihan ganda tiga tingkat tentang konsep

evolusi. Soal tingkat pertama merupakan soal pilihan ganda sederhana

tentang evolusi. Soal tingkat kedua menanyakan alasan memilih

jawaban pada soal pertama. Selanjutnya soal tingkat ketiga

menanyakan tentang keyakinan peserta didik dua jawaban yang telah

(38)

miskonsepsi siswa pada materi evolusi. Instrumen three-tier-test ini

telah diuji validitas serta reabilitasnya (Lampiran C-1) yang disusun

oleh Adrianto (2016).

b. Pedoman Wawancara

Wawancara yang dilakukan tidak menggunakan pedoman

wawancara tertulis. Wawancara dilakukan kepada siswa kelas XII IPA

MA Al-Mustaqim dan XII IPA MAN 1 Kubu Raya berdasarkan hasil

analisis data dari pengujian three-ter test. hal yang ingin diketahui

dalam wawancara ini adalah faktor-faktor penyebab miskonsepsi yang

dialami siswa pada konsep tertentu dimateri evolusi.

E. Teknik Analisis Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif diperoleh dari hasil pengujian three-tier test. Data Kualitatif

diperoleh dari hasil persentase pemahaman konsep dan wawancara pada

siswa kelas XII IPA MA Al-Mustaqim dan MAN 1 Kubu Raya. Data yang

telah terkumpul diolah serta dianalisis untuk mengetahui dan membedakan

siswa yang paham konsep (P), miskonsepsi (M), lack of knowledge (LK) dan

error (E). Hasil analisis data akan memberi gambaran mengenai miskonsepsi

yang dialami siswa pada konsep materi evolusi dan faktor penyebab

miskonsepsi. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data

(data reduction), penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan/

verifikasi (conclusion drawing/verification).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

a. Three Tier Test

Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan pada hasil pengujian

pilihan ganda dengan kriteria three-tier test. Pada tahap ini, peneliti

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Hal-hal penting yang

dimaksud seperti melakukan pemeriksaan terhadap lembar jawaban

siswa terlebih dahulu setelah semua siswa selesai dan memberikan

lembar pengujian. Hal ini dilakukan agar tidak terdapat soal yang tidak

(39)

mengorganisasi data seperti melakukan penskoran terlebih dahulu

sesuai dengan kriteria three-tier test baru kemudian bisa menentukan

siswa ke dalam masing-masing kategori jawaban siswa. Dalam

mengorganisasi data pada tahap ini adalah membuat rekapitulasi data

jawaban siswa. Rekapitulasi jawaban siswa dimasukkan ke dalam tabel

(Lampiran D-3).

Kode kategori yang diberikan untuk kategori jawaban siswa

berdasarkan hasil analisis kombinasi three-tier test. Teknik analisis

kombinasi jawaban diadopsi dari cara yang digunakan oleh Kaltacky &

Nilufer (2007:5)

Tabel 3.1. Analisis kombinasi jawaban pada three tier test menurut Kaltacki & Nilufer (2007:500)

Analisis

Jawaban benar + alasan benar + yakin

Lack of knowledge

Jawaban benar + alasan benar + tidak yakin Jawaban benar + alasan salah + tidak yakin Jawaban salah + alasan salah + tidak yakin Jawban salah + alasan benar + tidak yakin

Error Jawaban salah + alasan benar + yakin

Miskonsepsi Jawaban benar + alasan salah + yakin Jawaban salah + alasan salah + yakin

b. Wawancara

Reduksi data juga dilakukan pada hasil wawancara dengan siswa.

Seperti merangkum banyaknya informasi yang diperoleh dari hasil

wawancara siswa yang mengalami miskonsepsi. Kemudian, memilih

hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Hal-hal

pokok dan penting yang dimaksud seperti jawaban atau informasi siswa

yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Informasi tersebut

(40)

penyebab miskonsepsi. Pada tahap ini, peneliti fokus menggali

informasi hingga didapatkan jawaban yang maksimal dan sesuai dengan

fakta-fakta yang ada.

2. Penyajian Data (Data Display)

a. Three Tier Test

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan

teks yang bersifat naratif. Tabel yang disajikan berisi data hasil

perhitungan pada masing-masing kategori pemahaman konsep. Grafik

menggambarkan persentase total kategori pemahaman konsep siswa

dan masing-masing indikator materi evolusi yang diujikan. Untuk

mendapatkan data yang disajikan ke dalam tabel dan grafik pada tahap

ini adalah menyajikan profil jawaban siswa. Profil jawaban siswa

dibuat berdasarkan analisis kombinasi jawaban three tier test.

Profil jawaban siswa disajikan dalam bentuk tabel (Lampiran D-6)

yang digunakan untuk menyajikan profil jawaban siswa dalam 10 item

pengujian three-tier test. Rumus untuk mengkonversikan jumlah siswa

ke dalam persen:

∑ N

Nt 𝑥 100 %

Keterangan :

% = persentase jumlah siswa pada setiap kategori ∑N = jumlah siswa pada setiap kategori

Nt = jumlah total siswa

b. Wawancara

Selain dalam bentuk tabel dan grafik, data juga disajikan dalam

bentuk teks bersifat naratif diperoleh dari hasil wawancara yang

dilakukan kepada siswa yang mengalami miskonsepsi. Teks bersifat

naratif ini berisi faktor-faktor penyebab miskonsepsi yang dialami

(41)

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah data yang diinginkan

diperoleh dan dianalisis. Kemudian, dari hasil analisis tersebut dapat

diperoleh jawaban dari fokus penelitian yang telah dirumuskan

sebelumnya. Kesimpulan yang dibuat peneliti dalam penelitian ini adalah

persentase siswa yang pahan konsep (P), miskonsepsi (M), lack of

knowledge (LK) dan error (E) dengan tree-tier test pada materi evolusi di

kelas XII IPA MA Al-Mustaqim dan MAN 1 Kubu Raya, gambaran

mengenai miskonsepsi siswa pada materi evolusi, serta faktor-faktor yang

menyebabkan miskonsepsi yang dialami siswa pada materi evolusi.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menguji/memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan uji kredibilitas yang terdiri dari triangulasi dan member check.

1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah pengecekan data

yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini, peneliti

mengecek data yang diperoleh kepada guru dan siswa yang mengalami

miskonsepsi pada materi evolusi. Data dari berbagai sumber tersebut

dibandingkan dan dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan.

2. Member Check

Member Check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Member check dalam penelitian ini dilakukan setiap

akhir wawancara langsung kepada pemberi data. Dari hasil pengecekan

tersebut ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi, atau ditolak oleh

pemberi data. Tujuan peneliti melakukan member check adalah agar

(42)

pada materi evolusi beserta faktor-faktor penyebab dari miskonsepsi

tersebut sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber data atau

(43)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Hasil Tes Pilihan Ganda dengan Kriteria Three Tier

a. Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Evolusi

Penelitian analisis miskonsepsi siswa dilakukan di MAN 1 Kubu

Raya dan MA Al-Mustaqim tahun ajaran 2016/2017. Jumlah siswa yang

menjadi sampel di MAN 1 Kubu Raya 49 orang dan di MA Al-Mustaqim

27 orang. Pemahaman konsep siswa diidentifikasi menggunakan

instrumen soal pilihan ganda three tier yang disusun oleh Adrianto

(2016:4) dan telah diuji validitas serta reabilitasnya. Konsep evolusi yang

diteliti dalam penelitian yaitu teori evolusi Darwin, bukti evolusi, dan

mekanisme evolusi. Jumlah pertanyaan tentang teori evolusi Darwin

terdiri dari 3 soal, bukti evolusi 3 soal, dan mekanisme evolusi 4 soal.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dari hasil tes pilihan

ganda dengan kriteria three tier, diperoleh persentase pemahaman konsep

siswa pada kategori Paham Konsep, Lack of knowledge, Error dan

Miskonsepsi (Lampiran D-3). Keempat kategori konsepsi tersebut

menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi evolusi. Miskonsepsi

yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu pemahaman siswa yang masih

keliru pada konsep evolusi khususnya pada konsep teori evolusi Darwin,

bukti evolusi dan mekanisme evolusi.

Lack of knowledge adalah ketidakpahaman siswa yang disebabkan

oleh kurangnya informasi pada materi evolusi sehingga lembar pengujian

yang diberikan selalu menunjukan ketidakyakinan siswa. Sedangkan,

error disebabkan ketidakseriusan siswa saat mengerjakan soal, dengan

kata lain pengerjaan soal dilakukan secara asal-asalan. Presentase

pemahaman siswa pada ketiga konsep evolusi disajikan pada tabel

berikut ini:

(44)
(45)

29

Tabel 4.1. Persentase Pemahaman Konsep Siswa Kelas XII IPA MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim (MAS) Tahun Ajaran 2016/2017 pada Materi Evolusi

Konsep No. Soal

Pemahaman konsep

P LK E M

MAN 1 MAS MAN 1 MAS MAN 1 MAS MAN 1 MAS

Teori Evolusi Darwin

1 81.63 81.48 8.16 0.00 4.08 0.00 6.13 18.52

4 59.18 70.37 16.33 3.70 2.04 11.11 22.45 14.82

10 24.49 11.11 28.57 25.93 6.12 0.00 40.82 62.96

rata-rata per konsep 55.10 54.32 17.69 9.88 4.08 3.70 23.13 32.10

Bukti Evolusi

2 51.02 70.37 22.45 3.70 14.29 18.52 12.24 7.41

9 28.57 37.04 6.12 3.70 6.12 11.11 59.19 48.15

3 10.20 33.33 28.57 7.41 0.00 0.00 61.23 59.26

rata-rata per konsep 29.93 46.91 19.05 4.94 6.80 9.88 44.22 38.27

Mekanisme Evolusi

7 40.82 62.96 16.33 3.70 0.00 7.41 42.85 25.93

8 16.33 29.63 12.24 14.82 8.16 11.11 63.27 44.44

6 10.20 18.52 20.41 14.82 16.33 7.41 53.06 59.26

5 8.16 7.41 22.46 0.00 12.24 18.52 57.14 74.07

rata-rata per konsep 18.88 29.63 17.86 8.34 9.18 11.11 54.08 50.93

Rata-rata keseluruhan 33.06 42.22 18.16 7.78 6.94 8.52 41.84 41.48

Ket : P (Paham Konsep) E (Error)

(46)

Hasil analisis data menunjukan kategori paham konsep tertinggi

terdapat pada konsep teori evolusi Darwin yaitu soal nomor 1 dengan

persentase sebesar 81,63% di MAN 1 Kubu Raya dan 81,48% di MA

Al-Mustaqim. Kategori miskonsepsi tertinggi ditemukan pada konsep

mekanisme evolusi yaitu soal nomor 5 sebesar 57,14% di MAN 1 Kubu

Raya dan 74,07% di MA Al-Mustaqim. Kategori Lack of knowlagde,

persentase tertinggi terdapat pada soal nomor 10 dan soal nomor 3

dengan persentase sebesar 28,57% di MAN 1 Kubu Raya dan di 25,93%

di MA Al-Mustaqim. Persentase tertinggi kategori Error di MAN 1 Kubu

Raya terdapat pada soal nomor 6, sebesar 16,33% . Sedangkan di MA

Al-Mustaqim pada soal nomor 2 dan soal nomor 5 yaitu, 18,52%. Dari

ketiga konsep yang dianalisis, miskonsepsi tentang konsep mekanisme

evolusi memiliki persentase tertinggi yaitu 54,08% di MAN 1 Kubu Raya

dan 50,93% di MA Al-Mustaqim (Gambar 4.1).

Tabel 4.2. Rekapitulasi rata-rata Persentase Pemahaman konsep siswa Kelas XII IPA di MAN 1 dan MA Al-Mustaqim Kubu Raya Tahun Ajaran 2016/2017 pada Materi Evolusi.

Pemahaman Konsep Rata-rata Persentase (%)

MAN 1 MA Al-Mustaqim

Paham Konsep 33.06% 42.22%

Lack of Knowladge 18.16% 7.78%

Error 6.94% 8.52%

Miskonsepsi 41.84% 41.48%

Persentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan kedua sekolah tempat

penelitian adalah 70%. Berdasarkan hasil persentase siswa yang paham

konsep di kedua sekolah tersebut masih dibawah 50% (tabel 4.3). Siswa

yang mengalami miskonsepsi persentasenya mencapai lebih dari 40%.

Kurang dari 20% siswa terkategori lack of knowledge dan error. Hal ini

berarti masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan pada materi

evolusi. Jadi, target ketuntasan klasikal di kedua sekolah tersebut tidak

(47)

a. Miskonsepsi Siswa Pada Materi Evolusi

Persentase miskonsepsi pada Konsep Evolusi di MAN 1 Kubu Raya dan di MA Al-Mustaqim di peroleh dari hasil analisis three tier test

adalah sebagai berikut ( GAMBAR 4.1):

Gambar 4.1. Persentase Miskonsepsi Siswa pada Konsep Evolusi di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim

Hasil analisis miskonsepsi siswa menunjukan dari ketiga konsep

evolusi yang paling banyak mengalami miskonsepsi yaitu pada konsep

mekanisme evolusi dengan persentase 54,08% di MAN 1 Kubu Raya dan

50,93% di MA Al-Mustaqim, kemudian diikuti pada konsep bukti

evolusi dengan persentase 44,22% di MAN 1 Kubu Raya dan 38,27% di

MA Al-Mustaqim, serta miskonsepsi terendah ditemukan pada konsep

teori evolusi Darwin dengan persentase 23,13% di MAN 1 Kubu Raya

dan 32,10% di MA Al-Mustaqim.

Berdasarkan kombinasi jawaban yang dipilih siswa, ditemukan 32

miskonsepsi pada materi evolusi di MAN 1 Kubu Raya. Sedangkan, di

MA Al-Mutaqim terdapat 30 miskonsepsi (Tabel 4.3).

(48)

32

32

Tabel 4.4. Miskonsepsi-miskonsepsi yang ditemukan pada siswa kelas XII IPA di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim Tahun Ajaran 2016/2017 untuk ketiga Konsep Evolusi yang dianalisis dalam penelitian

Konsep No.

Evolusi hanya terjadi dimasa lalu karena hanya berlaku bagi makhluk hidup di

masa lalu 1 2.04 2 0.00

Evolusi hanya terjadi dimasa lalu karena evolusi hanya teori yang belum

terbukti kebenarannya 1 2.04 1 3.70

Evolusi tidak pernah terjadi karena evolusi hanya teori yang belum terbukti

kebenarannya 1 2.04 1 3.70

Evolusi tidak pernah terjadi karena evolusi anya berlaku bagi makhluk hidup

di masa lalu 0 0.00 1 0.00

4

Organisme yang paling kuat yang mampu bertahan terhadap seleksi alam

karena seleksi alam menyisakan organisme yang paling kuat 6 12.24 3 11.11

Organisme yang paling banyak jumlahnya yang mampu bertahan terhadap seleksi alam karena seleksi alam akan menyisakan organisme yang yang banyak jumlahnya

2 4.08 0 0.00

Organisme yang memiliki kecocokan sifat dengan lingkungan yang mampu bertahan terhadap selesi alam karena seleksi alam menyisakan organisme yang banyak jumlahnya

3 6.12 1 3.70

10

Keberagaman hanya terjadi antarspesies yang berbeda karena perbedaan

(49)

33

33

diamati pada populasi yang kecil.

rata-rata per konsep 7.71 6.58

Bukti Evolusi

2

Evolusi hanya teradi pada zaman purba dan tidak terjadi lagi sekarang karena pada zaman sekarang tidak lagi ditemukan adanya makhluk hidup yang mengalami perubahan baik secara morfologis maupun fisiologis, jadi evolusi hanya terjadi di zaman dahulu (purba)

4 8.16 1 3.70

Evolusi tidak pernah terjadi karena bukti adanya evolusi tidaklah kuat dan teori yang ada juga masih menjadi perdebatan, jadi fosil yang ditemukan adalah makhluk lain yang kebetulan mirip

2 4.08 1 3.70

9

Tungkai depan kuda dengan tungkai depan manusia karena analogi merupakan dua organ dari dua spesies berbeda yang memiliki fungsi dengan bahan dasar sama

14 28.57 9 33.33

Sayap kelelawar dengan sayap kupu-kupu karena analogi merupakan dua organ dari dua spesies berbeda yang memiliki fungsi dengan bahan dasar sama

8 16.32 1 3.70

sayap kelelawar dengan sayap kupu-kupu karena analogi merupaka dua

organ yang memiliki fungsi berbeda dengan bahan dasar penyusun berbeda 5 10.20 3 11.11 Tungkai depan manusia dengan sirip ikan paus karena analogi merupakan

dua organ yang memiliki fungsi berbeda dengan bahan dasar penyusun berbeda

2 4.08 0 0.00

3

Manusia yang ada sekarang adalah hasil dari evolusi simpanse pada zaman purba karena kekurangan yang ada pada kera disempurnakan melalui proses evolusi menjadi manusia dalam kondisi yang lebih baik

11 22.44 6 22.22

Manusia dan simpanse memiliki nenek moyang yang sama karena kekurangan yang ada pada kera disempurnakan melalui proses evolusi menjadi manusia dalam kondisi yang lebih baik

7 14.28 4 14.81

Gambar

GAMBAR 2.1: Teori Darwin mengenai keturunan dengan modifikasi. Dalam sketsa tahun 1837 ini, Darwin menuangkan gagasannya mengenai pola percabang evolusi (Sumber: Campbell, 2008:10)
GAMBAR 2.2: Keberagaman catatan fosil sebagai bukti evolusi. (a) Fosil salah satu Vertebrata (b) Fosil Archaepteryx
GAMBAR 2.3: Tungkai depan mamalia: struktur homolog. Walaupun telah teradaptasi untuk fungsi yang berbeda-beda, tungkai depan semua mamalia dibangun dari unsur rangka dasar yang sama (Sumber: Campbell, 2008:16)
GAMBAR 2.4: Pohon evolusi gajah dan kerabatannya ini didasarkan terutama pada fosil-anatomi, urutan kemunculan pada strata, dan distribusi geografiknya
+7

Referensi

Dokumen terkait