SKRIPSI
oleh:
UTIN DINA ASHARIYATUL JANNAH
NPM. 131630123
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PONTIANAK
SKRIPSI
Oleh:
UTIN DINA ASHARIYATUL JANNAH
NPM : 131630123
Sebagai Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Biologi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PONTIANAK
v
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
( Q.S. Al-Baqarah : 153)
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada ALLAH supaya kamu
Menang .
(Q.S. Ali Imraan : 200)
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, ALLAH
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui .
(Q.S Al-Baqarah : 216 )
Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu,
maka Allah memudahkannya mendapat jalan ke syurga
( H.R Muslim)
Kerjakanlah, wujudkanlah raihlah cita-citamu dengan memulainya dari bekerja
bukan hanya menjadi beban didalam impianmu
(Penulis)
Learn from yesterday, Live for today and hope for tomorrow
(Penulis)
“Man Jadda Wa Jadda”
vi
Sembah sujudku ya Allah atas semua nikmat dan pengalaman hidup yang
Engkau berikan, atas karunia serta kemudahan yang Engkau anugerahkan.
Akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam
selalu terlimpahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW.
Terima kasih ya Allah Engkau telah ciptakan dua malaikat yang selalu
berjuang keras untuk hidupku. Ku persembahkan karya kecil ini untuk cahaya
hidup (Ibunda dan ayahanda tercinta) yang selalu memanjatkan doa untuk
kebaikanku, memberikan semangat, dorongan, nasehat dan kasih sayang yang
tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas
yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.
Untuk abangku tersayang (Gusti Fany Ilyasa) dan kakak iparku (Sulastri)
tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun sering
bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, terima
kasih atas doa dan semangat yang diberikan. Tak lupa terima kasih kepada tanteku
(Utin Martinah) yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan do’a.
Terima Kasih sahabatku Kurnia Tiara Aulia, Uci Hartati, dan Oktavianus
Misro Adrianto yang selalu membantu dan memberikan semangat yang luar biasa.
Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2013 atas bantuan
yang selalu kalian berikan ketika ada kesedihan yang melanda di hati dan
semangat yang kalian berikan selama kuliah. Terima kasih banyak atas candaan
yang membangun pribadi ini hingga menjadi lebih positif.
vii
Siswa pada materi Evolusi kelas XII IPA di Madrasah Aliyah Kubu Raya. Dibawah bimbingan, ANANDITA EKA SETIADI M.Si. dan HANUM MUKTI RAHAYU S.Pd., M.Sc.
Madrasah Aliyah sebagai sekolah berbasis keislaman diasumsikan terindikasi perdebatan agamawan dan saintis tentang materi evolusi. Hasil belajar materi evolusi di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim mencapai ketuntasan >70%. Berdasarkan hasil wawancara, beberapa siswa masih ada yang terindikasi mengalami miskonsepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa menggunakan three tier test pada materi evolusi kelas XII IPA di Madrasah Aliyah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA di MAN 1 Kubu Raya berjumlah 49 orang dan MA Al-Mustaqim berjumlah 27 orang siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan three tier test dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendeskripsikan miskonsepsi siswa dan penyebab miskonsepsi. Hasil penelitian di MAN 1 Kubu Raya ditemukan 41,84% termasuk dalam kategori miskonsepsi, 33,06% paham konsep, 18,16% lack of knowledge, dan 6,94% error. Sedangkan, di MA Al-Mustaqim ditemukan 41,48% miskonsepsi, 42,22% paham konsep, 7,78 lack of knowledge dan 8,52% error. Berdasarkan hasil wawancara, penyebab miskonsepsi pada materi evolusi adalah pengetahuan yang berasal dari siswa itu sendiri, teman diskusi, bahan ajar dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Disimpulkan bahwa siswa paling banyak mengalami miskonsepsi pada konsep mekanisme evolusi.
viii
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI EVOLUSI KELAS XII IPA DI MADRASAH ALIYAH KUBU RAYA.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Arif Didik Kurniawan, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
2. Ari Sunandar, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program studi Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
3. Anandita Eka Setiadi, M.Si. selaku Pembimbing I atas bimbingan, saran, dan
motivasi yang diberikan.
4. Hanum Mukti Rahayu, S.Pd., M.Sc. selaku Pembimbing II atas bimbingan,
saran, dan motivasi yang diberikan.
5. Adi Pasah Kahar M.Pd selaku Penguji I atas bimbingan, saran dan motivasi
yang diberikan.
6. Nuri Dewi Muldayanti, M.Pd selaku Penguji II atas bimbingan, saran dan
motivasi yang diberikan.
7. Mustakim S.Pd.I selaku Kepala MA Al-Mustaqim Kubu Raya yang telah
bersedia memberikan ijin penelitian ini memberikan semangat, dan pengarahan
serta motivasi.
8. Dr. H. Fauzan, M.Pd, selaku Kepala MAN Kubu Raya yang telah bersedia
memberikan ijin penelitian.
ix
10.Mulyatmi, S.Pd. selaku Guru Biologi MAN Kubu Raya yang telah bersedia
memberikan ijin penelitian, memberikan semangat, serta memberikan
informasi untuk kepentingan penelitian.
11. Dosen dan Staff Administrasi Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Pontianak yang selalu membantu dan memberikan
dukungan.
12. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa angkatan 2013, Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan
dilapangan serta bisa dikembangkan lebih lanjut. Aamiin.
Pontianak, 22 Agustus 2017
x
Halaman HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian... 3
C. Tujuan ... 3
D.Manfaat Penelitian ... 3
1. Guru ... 3
2. Sekolah tempat penelitian ... 3
3. Peneliti ... 4
4. Peneliti berikutnya ... 4
5. Siswa ... 4
E. Definisi Operasional ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A.Konsep ... 6
1. Pengertian Konsep ... 6
2. Jenis-Jenis Konsep ... 6
3. Kegunaan Konsep ... 7
B. Konsepsi ... 7
C.Miskonsespi ... 7
1. Pengertian Miskonsepsi ... 8
2. Penyebab Miskonsepsi ... 9
3. Cara Mengatasi Miskonsepsi ... 11
D.Tes Diagnostik dan Three-tier Test ... 13
E. Konsep-konsep Evolusi ... 13
1. Teori Evolusi Darwin ... 14
2. Petunjuk adanya Evolusi ... 15
3. Mekanisme Evolusi ... 18
xi
C.Waktu dan Tempat Penelitian ... 21
D.Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 21
E. Teknik Analisis Data ... 23
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
A. Hasil Penelitian ... 27
B. Pembahasan ... 37
BAB V PENUTUP ... 45
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
DESKRIPSI DIRI ... 50
xii
Tabel 3.1. Kriteria Penilaian three tier test ... 24 Tabel 4.1. Persentase Pemahaman Konsep Siswa Kelas XII IPA
MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim TA 2016/2017 pada Materi Evolusi ... 29 Tabel 4.2. Rekapitulasi Rata-rata Persentase Pemahaman Konsep Siswa Kelas XII IPA di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim Kubu Raya
xiii
Halaman
GAMBAR 2.1: Teori Darwin mengenai keturunan dengan modifikasi dalam sketsa tahun 1837 ini, Darwin menuangkan
gagasannya mengenai pola percabangan evolusi. ... 15
GAMBAR 2.2: Keberagaman catatan fosil sebagai bukti evolusi. (a)
Fosil salah satu Vertebrata (b) Fosil Archaepteryx ... 16
GAMBAR 2.3: Tungkai depan mamalia: struktur homolog. Walaupun
telah teradaptasi untuk fungsi yang berbeda-beda, tungkai depan semua mamalia dibangun dari unsur rangka dasar yang sama ... 17
GAMBAR 2.4: Pohon evolusi gajah dan kerabatannya ini didasarkan terutama pada fosil-anatomi, urutan kemunculan pada strata,
dan distribusi geografiknya ... 18
xiv
Halaman Lampiran A
Lampiran A-1 Hasil Wawancara Guru MA Al-Mustaqim ... 51
Lampiran A-2 Hasil Wawancara Guru MAN Kubu Raya ... 53
Lampiran A-3 Daftar Nilai Ulangan Harian Semester Genap Kelas XII MA Al-Mustaqim Kubu Raya Tahun Ajaran 2015/2016 ... 55
Lampiran A-4 Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Semester Genap Kelas XII MA Al-Mustaqim Tahun Ajaran 2015/2016 ... 56
Lampiran B Lampiran B-1 Silabus Pembelajaran MA Al-Mustaqim ... 57
Lampiran B-2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 59
Lampiran B-3 Instrumen Penelitian ... 68
Lampiran B-4 Kunci Jawaban ... 74
Lampiran C Lampiran C Perhitungan Reabilitas Instrumen ... 75
Lampiran D Lampiran D-1 Lembar Jawaban three tier test siswa MAN 1 Kubu Raya ... 77
Lampiran D-2 Lembar Jawaban three tier test siswa MA Al-Mustaqim... 83
Lampiran D-3 Profil Jawaban Siswa untuk 10 item soal three-tier test MAN 1 Kubu Raya ... 89
Lampiran D-7 Profil Jawaban Siswa untuk 10 item soal three-tier test MA Al-Mustaqim ... 90
Lampiran D-8 Hasil ketuntasan Klasikal Siswa di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim ... 91
Lampiran D-8 Konsep-konsep Evolusi ... 92
Lampiran E Lampiran E-1 Surat Keterangan Sekolah MAN 1 Kubu Raya ... 98
Lampiran E-2 Surat Keterangan Sekolah MA Al-Mustaqim ... 99
1 A. Latar Belakang
Evolusi secara sederhana berarti perubahan (Mayr, 2010:9). Teori evolusi
yang mengangkat konsep descent with modification dan natural selection
pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin (Campbell, 2008:9). Dalam
biologi, evolusi menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada kelompok
makhluk hidup atau populasi. Adapun, perubahan pada skala individu bukan
termasuk evolusi namun merupakan perkembangan. Perubahan dalam
populasi yang dianggap sebagai evolusi adalah perubahan yang dapat
diwariskan melalui materi genetik dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Futuyma, 2005:2).
Teori evolusi Darwin hingga saat ini masih menjadi perdebatan
(Candramila, 2016:878). Hal tersebut disebabkan karena konsep evolusi
dianggap bertentangan dengan kepercayaan dan ajaran agama, khususnya
pada konsep evolusi manusia (Asghar, 2013:5). Agamawan, seperti Harun
Yahya dengan terang-terangan menentang konsep teori evolusi Darwin dan
menyatakan bahwa evolusi hanya sebuah teori. Pendapat tersebut didasarkan
atas tidak ditemukannya bukti nyata yang mendukung evolusi manusia.
Sementara, ilmuwan seperti Richard Dawkins menyatakan bahwa evolusi
merupakan sebuah fakta (Luthfi, 2005:6). Hal tersebut didukung oleh
bukti-bukti evolusi berupa kesamaan struktur tubuh, tingkah laku, DNA, dan
catatan fosil.
Pertentangan pendapat mengenai konsep evolusi dapat menyebabkan
beberapa guru mengalami kesulitan dalam mengajar, seperti menjelaskan
asal-usul kehidupan khususnya evolusi manusia. Hal ini sejalan dengan
pendapat Endrawati (2012:17) bahwa guru mengalami kesulitan dalam
mengajarkan evolusi yang mencakup teori penciptaan dan asal-usul
kehidupan. Kesulitan guru dalam menyampaikan materi evolusi dapat
mempengaruhi pemahaman siswa sehingga dapat menyebabkan siswa keliru
Menurut Suparno (2013:8) miskonsepsi adalah suatu konsepsi seseorang
yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang diakui oleh para ahli.
Miskonsepsi yang dialami siswa dalam waktu yang lama akan sulit diperbaiki
dan dikhawatirkan akan dibawa ke jenjang pendidikan berikutnya. Oleh
karena itu miskonsepsi tersebut harus segera diatasi dengan mengajarkan
konsep yang tepat sesuai dengan konsep yang diakui para ahli.
Beberapa penelitian sebelumnya sudah menemukan miskonsepsi pada
materi evolusi, salah satunya penelitian Adrianto (2016:5) bahwa di SMA
Don Bosco Sanggau ditemukan 45% siswa yang mengalami miskonsepsi,
kemudian ditingkat universitas terdapat 61% mahasiswa pendidikan biologi
Universitas Tanjungpura (UNTAN) dan 64% mahasiswa pendidikan biologi
Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP) yang mengalami miskonsepsi.
Miskonsepsi ini umumnya terjadi pada konsep teori evolusi Darwin,
bukti-bukti evolusi dan mekanisme evolusi (Candramila, 2016:879).
Miskonsepsi yang dialami siswa pada materi evolusi dapat diungkap
melalui pemberian tes diagnostik dengan tipe pilihan ganda tiga tingkat
(three-tier test). Kelebihan three-tier test sangat efektif dalam menilai
pemahaman siswa dibandingkan tes pilihan ganda konvensional. Three tier
test dapat membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi (M), lack
of knowledge (LK), error, dan memahami konsep (MK)(Kaltakci & Nilufer,
2007:500). Oleh karena itu, peneliti menggunakan three tier test sebagai
instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada
materi evolusi.
Madrasah Aliyah sebagai sekolah berbasis keislaman diasumsikan
terpengaruh perdebatan agamawan dan saintis tentang materi evolusi, namun
yang menarik adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan guru biologi di
MAN 1 Kubu Raya menyatakan ketuntasan siswa pada materi evolusi TA
2016/2017 telah mencapai 100%. Sejalan dengan itu hasil wawancara dengan
guru MA Al-Mustaqim menyatakan ketuntasan siswa pada materi evolusi di
wawancara dengan beberapa siswa masih terindikasi mengalami miskonsepsi,
terutama dalam konsep mekanisme evolusi.
Hal ini menimbulkan keingintahuan peneliti untuk mengukur
pemahaman siswa pada materi evolusi. Selain itu, penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa pada materi
evolusi sehingga dapat dilakukan perbaikan dan perlakuan sesuai dengan
miskonsepsi-miskonsepsi yang ditemukan, dengan demikian miskonsepsi
evolusi pada jenjang pendidikan berikutnya dapat dihindari.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bagaimana miskonsepsi
siswa pada materi evolusi kelas XII IPA di Madrasah Aliyah Kubu Raya.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa
menggunakan three tier test pada materi evolusi kelas XII IPA di Madrasah
Aliyah Kubu Raya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru
Hasil penelitian dapat menjadi refleksi bagi guru ketika mengajarkan
konsep-konsep pada materi evolusi sehingga miskonsepsi oleh siswa dapat
dihindari
2. Sekolah
Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah sebagai bahan evaluasi dalam
pembelajaran biologi khususnya pada materi evolusi di tahun-tahun ajar
berikutnya.
3. Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada peneliti tentang
miskonsepsi dan penyebab miskonsepsi siswa pada materi evolusi.
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti berikutnya,
khususnya untuk mencari solusi dalam mengatasi miskonsepsi yang
dialami siswa pada materi evolusi.
5. Siswa
Diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa dalam
memahami materi evolusi sehingga siswa bisa meningkatkan
pemahamannya terhadap materi evolusi.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dapat memberikan penjelasan
terhadap beberapa pengertian dan istilah-istilah yang dijelaskan oleh peneliti.
Adapun penjelasannya meliputi:
1. Miskonsepsi adalah suatu konsepsi seseorang yang tidak sesuai dengan
konsep ilmiah yang diakui oleh para ahli (Suparno, 2013:8), yang
dimaksud ahli adalah Charles Darwin. Miskonsepsi siswa dalam penelitian
ini dapat digali melalui pengujian diagnostik berupa three-tier test.
Miskonsepsi yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah konsep keliru
yang dialami oleh siswa pada materi evolusi, khususnya pada konsep teori
evolusi Darwin, bukti-bukti evolusi, dan mekanisme evolusi.
2. Three-tier test adalah suatu tes diagnostik yang memiliki tiga tingkat
pertanyaan. Pertanyaan tingkat pertama berupa soal pilihan ganda biasa.
Pada tingkat kedua berisi pertanyaan dengan pilihan alasan untuk soal
pada tingkat pertama, disediakan pula tempat kosong untuk menuliskan
alasan secara bebas. Pada tingkat ketiga, disajikan pernyataan penegasan
apakah siswa yakin atau tidak yakin akan jawabannya pada dua tingkat
sebelumnya. Penelitian ini menggunakan instrumen three tier test yang
disusun oleh Adrianto (2016) dan telah diuji validitas serta reabilitasnya
(Lampiran C).
3. Materi Evolusi adalah materi SMA kelas XII IPA pada Kurikulum 2006
(KTSP). Materi evolusi di Kelas XII IPA MA Al-Mustaqim dan XII IPA
MAN 1 Kubu Raya ini mencangkup 4 materi yaitu teori dan prinsip
evolusi. Dalam penelitian ini, materi evolusi yang dikaji adalah pada
6 A.Konsep
1. Pengertian Konsep
Menurut Hamalik (2005:162) konsep merupakan suatu kategori stimuli
yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli disini adalah berupa objek-objek atau
orang (person). Ciri umum yang terdapat dalam konsep sehingga membantu
seseorang memahami konsep yang sedang pelajari. Sedangkan, menurut
Dahar (2011:62) konsep merupakan kategori yang diberikan pada stimulus
yang ada di lingkungan. Konsep menyediakan skema terorganisasi untuk
mengasimilasikan stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan
diantara kategori-kategori. Hal ini agar seseorang dapat membedakan
konsep yang terdapat disekitarnya.
Menurut Slameto (2013:182) konsep adalah suatu kepercayaan
mengenai keaadan diri sendiri yang relatif sulit diubah. Konsep diri tumbuh
dari interaksi seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh dalam
kehidupannya, biasanya orang tua, guru, dan teman-teman.
2. Jenis-Jenis Konsep
Konsep berperan penting dalam kehidupan seseorang. Namun, konsep
didalam kehidupan sehari-hari itu mepunyai jenis yang berbeda-beda.
Menurut Hamalik (2005:163-164) ketiga jenis konsep itu adalah: (1)
Konsep konjungtif, yaitu konsep yang memberikan dua atau lebih sifat
sehingga dapat memnuhi syarat sebagai contoh dari konsep. Didalam
konsep ini, akan mengadakandua atau lebih sifat sehingga dapat
memenuhisyaat dari konsep seperti serangga adalah hama serta penyerbukan
bunga ditanaman tersebut, (2) Konsep disjungtif, yaitu konsep yang
memberikan satu dari dua atau lebih sifat-sifat yang ada. hal ini,
konsep-konsep yang ditampilkan hanya satu dari dua atau lebih sifat-sifat yang
harus ada berbeda halnya dengan konsep konjungtif. Misalnya, hama
tanaman itu adalah sejenis serangga, (3) Konsep hubungan, yaitu suatu
Dari ketiga jenis konsep diatas masing-masing memiliki keterkaitannya
dalam kehidupan sehari-hari. Atribut atau tanda yang terdapat disekitar
manusia menjadi penghubung yang saling berkaitan. Konsep ini salah
satunya terbentuk karena adanya atribut-atribut di dalamnya. Menurut
(Tayubi, 2005:4) terdapat kesulitan dalam membedakan antara siswa-siswa
yang miskonsepsi dan yang tidak tahu konsep.
3. Kegunaan Konsep
Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling
tidak punya pengaruh tertentu. Menurut Hamalik (2005:164-165) kegunaan
konsep adalah: (1) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.
Lingkungan adalah sangat kompleks. Untuk mempelajari tentu sangat sulit
apabila tidak dirinci menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana, (2)
Konsep-konsep membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di
sekitar kita dengan cara mengenali ciri masing-masing objek, (3) Konsep
membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru lebih luas dan lebih
maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan
konsep-konsep yang dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru, (4)
Konsep mengarahkan kegiatan instrumental, berdasarkan konsep dan
prinsip yang telah diketahui, maka seseorang dapat menentukan
tindakan-tindakan apa yang selanjutnya perlu dikerjakan/dilakukan, dan (5) konsep
memungkinkan pelaksanaan pengajaran, pengajaran umumnya berlangsung
secara verbal arinya dengan menggunakan bahasa lisan. Hal itu terjadi
dalam pengajaran pada semua jenjang persekolahan.
B.Konsepsi
Tafsiran tiap orang terhadap banyak konsep pasti berbeda-beda. Tafsiran
konsep oleh seseorang disebut dengan konsepsi (Tayubi, 2005:5). Meskipun
dalam kajian ilmu alam terutama biologi kebanyakan konsep telah memiliki
arti yang jelas dan ilmiah dan sudah disepakati oleh para ahli, kenyataannya
konsepsi tiap orang masih berbeda-beda. Tetapi, jelas jika konsepsi siswa tidak
selalu sesuai dengan konsepsi para ahli, mengingat konsepsi para ahli lebih
berkaitan. Berbeda dengan konsepsi yang dimiliki oleh siswa yang pada
dasarnya memiliki pemikiran yang lebih sederhana dan tidak terlalu kompleks
(Tayubi, 2005:5). Dalam proses pembelajaran, konsepsi didefinisikan sebagai
pemikiran atau keyakinan pelajar atas pembelajaran yang diterimanya (Lai dan
Chan, 2005:3).
C.Miskonsepsi
1. Pengertian Miskonsepsi
Menurut Suparno (2013:8), miskonsepsi adalah suatu konsepsi
seseorang yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang diakui oleh para
ahli. Suparno menyatakan miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat
akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh
yang salah, kekacauan konsep-konsep yanng berbeda, dan hubungan hirarki
konsep-konsep yang tidak benar.
Miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpretasi konsep-konsep
dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Miskonsepsi juga
dipandang sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian
ilmiah yang sekarang diterima. Bentuk dari miskonsepsi sendiri dapat
berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara
konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif (Suparno, 2013:4).
Miskonsepsi adalah konsep yang dibangun oleh siswa sendiri dan
berbeda dari konsep yang diterima secara ilmiah (Köse, 2008:283).
Munculnya miskonsepsi yang paling banyak adalah bukan selama
proses belajar mengajar melainkan sebelum proses belajar mengajar
dimulai, yaitu pada konsep awal yang telah dibawa siswa sebelum ia
memasuki proses tersebut atau yang disebut sebagai prakonsepi
(Handoko, 2016:41).
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa secara terus-menerus akan
mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun (Nabilah, 2014:64). Manalu
(2012:296) Miskonsepsi juga merupakan penghalang untuk meningkatkan
belajar yang bermakna. Menurut (Anggry, 2013:119), tinggi miskonsepsi
dapat berasal dari pengalaman siswa sendiri, yaitu siswa salah
menginterpretasi gejala atau peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya.
Kedua, miskonsepsi dapat bersumber dari pembelajaran guru, yaitu
pembelajaran oleh guru kurang terarah sehingga siswa dapat
menginterpretasi salah terhadap suatu konsep tertentu, atau mungkin juga
gurunya mengalami miskonsepsi terhadap suatu konsep tertentu Siswa
sering mengalami kesulitan selama proses pemahaman konsep, sehingga
menyebabkan timbulnya pemahaman diluar konsep yang diajarkan atau
miskonsepsi.
Miskonsepsi merupakan suatu bagian dari sistem pengetahuan yang
lebih besar yang mencakup sejumlah konsep yang saling berhubungan yang
digunakan pembelajar untuk memahami pengalaman-pengalaman mereka.
Miskonsepsi disebabkan oleh tiga faktor yakni: 1) pendapat naif yang
bersumber dari pengalaman sehari-hari dan bahasa yang digunakan oleh
pembelajar. 2) pemahaman keliru yang dibentuk pembelajar selama proses
belajar mengajar akibat kesalahpahaman atau kekurang pahamanan dan 3)
berasal dari pengajar melalui pengajaran yang salah dan tidak cermat
(Manalu, 2012:294).
2. Penyebab Miskonsepsi
Menurut Suparno (2013:34-50), penyebab miskonsepsi pada siswa
berasal dari siswa itu sendiri, guru/pengajar, buku teks, konteks, dan cara
mengajar. Penjelasan lebih rinci dijabarkan sebagai berikut:
a. Prakonsepsi
Prakonsepsi adalah konsep awal yang didapatkan oleh siswa. Konsep
awal itu bisa berasal dari jenjang pendidikan atau ilmu yang didapatkan
sebelumnya. Kemudian, alasan yang diberikan oleh siswa akan suatu
konsep itu salah atau tidak lengkap. Hal ini dikarenakan tahap
perkembangan kognitif siswa yang masih belum matang sehingga
menyebabkan kemampuan siswa akan penguasaan dan pemahaman
konsep menjadi berkurang dan belum bisa sepenuhnya untuk memaknai
b. Guru
Miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh guru
yang tidak menguasai bahan ajar/materi yang diajarkan/tidak kompeten,
guru tersebut bukan lulusan dan ahli dibidangnya sehingga bahan ajar
ataupun ilmu yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai dengan ilmu yang
didapatkannya selama kuliah. Kemudian, guru yang tidak pernah
membiarkan siswanya mengungkapkan ide/gagasan pemikirannya dapat
membuat siswa hanya mengerti dan memahami konsep yang memang
sudah ada sejak awal tanpa mengonfirmasi kebenarannya, dan juga dapat
membuat siswa salah mengartikan dan memaknai konsep-konsep yang
diajarkan oleh guru tanpa diketahui oleh gurunya.
c. Buku teks
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa juga bisa dikarenakan oleh
penggunaan buku teks. Tidak bisa dipungkiri, pada setiap proses
pembelajaran disekolah, selain mendengarkan dan memperoleh
pengetahuan-pengetahuan yang diberikan oleh guru, siswa juga
berpatokan pada buku teks yang dapat menunjang proses pembelajaran
tersebut dan dapat membantu siswa untuk mencari pengetahuan tersebut
secara mandiri, akan tetapi apabila isi dari buku teks tersebut
penjelasannya keliru dan terdapat kesalahan dalam penulisannya, maka
dapat mengakibatkan siswa menjadi terjerumus akan konsep-konsep
yang keliru dan salah sehingga menciptakan pemahaman sendiri bagi
siswa yang fatalnya dipercaya kebenarannya oleh siswa. Kemudian,
pemakaian buku teks yang tingkat kesulitan penulisannya terlalu tinggi
dapat menyebabkan siswa menjadi kurang mengerti dan memahami
konsep yang ada di dalam buku tersebut. Oleh karena itu, pemilihan buku
teks yang akan dipakai oleh siswa harus sesuai dengan perkembangan
kognitif siswa, agar ilmu/pengetahuan yang disajikan oleh buku teks
d. Konteks
Miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh konteks. Konteks disini
meliputi pengalaman, bahasa sehari-hari, dan teman diskusi yang salah.
Miskosepsi yang terjadi pada siswa lebih banyak dikarenakan
pengalaman yang didapatkan.
e. Metode mengajar
Cara mengajar seorang guru juga menjadi penyebab miskonsepsi
untuk siswanya. Terutama ketika seorang guru dalam menjelaskan
konsep yang hanya dengan menggunakan metode ceramah secara terus
menerus tanpa melakukan interaksi atau tanya jawab kepada siswanya,
hal ini tentu tidak dapat meremediasi miskonsepsi. Padahal tugas seorang
guru adalah berusaha memberikan konsep dan meremediasi konsep yang
salah. Siswa yang rajin mencatat belum tentu paham akan materi yang
ditulisnya itu. Selain itu, tugas rumah yang jarang dibahas atau dikoreksi
oleh guru juga dapat meningkatkan miskonsepsi yang terjadi pada diri
siswa, karena dapat mengakibatkan siswa tidak mengetahui kesalahan
konsep yang dipelajarinya dan mengira jawaban yang ditulisnya itu
sudah sesuai dengan konsep yang diharapkan.
3. Cara Mengatasi Miskonsepsi
Siswa sering mengalami kesulitan selama proses pemahaman konsep,
sehingga menyebabkan timbulnya pemahaman diluar konsep yang diajarkan
atau miskonsepsi. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa secara terus-menerus
akan mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun (Nabilah, 2014:64).
Mengemukakan langkah-langkah yang dibuat untuk membantu siswa dalam
memecahkan persoalan miskonsepsi. Secara garis besar, langkah yang
digunakan untuk meremediasi miskonsepsi adalah: (1) Mencari atau
mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, (2) Mencoba menemukan
penyebab miskonsepsi tersebut, (3) Mencari perlakuan yang sesuai untuk
mengatasi miskonsepsi (Suparno, 2013:55).
Untuk dapat membantu siswa mengatasi miskonsepsi, yang pertama
cara menangkap, dan bagaimana gagasan siswa, kita dapat mengetahui
dengan tepat dimana letak miskonsepsi siswa dan kita dapat membantunya.
Menurut Suparno (2013:56), untuk dapat memahami gagasan siswa
beberapa hal yang dapat dibuat, yaitu: (1) Siswa dibebaskan
mengungkapkan gagasan dan pemikirannya mengenai bahan yang sedang
dibicarakan. Hal ini dapat dilakukan secara lisan dan tertulis. (2) Guru
memberi pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang biasanya membuat
siswa bingung dan siswa diminta menjawab secara jujur. Pertanyaan ini
dapat dilakukan secara pribadi maupun umum di kelas. (3) Guru mengajak
siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu yang biasanya mengandung
miskonsepsi, dan guru membiarkan siswa berdiskusi dengan bebas. Guru
memantau dari jalannya diskusi konsep-konsep yang salah.
Langkah berikutnya adalah guru mencari penyebab atau asal dari
miskonsepsi yang dialami siswa. Untuk menemukan penyebab ataupun asal
dari miskonsepsi di atas, guru dapat melakukan wawancara lebih lanjut
bagaimana siswa sampai mempunyai miskonsepsi tersebut. Langkah yang
biasanya dapat digunakan untuk menggali sebab miskonsepsi, antara lain:
(1) Guru melakukan wawancara pribadi ataupun umum di kelas, bagaimana
siswa sampai mempunyai gagasan yang tidak tepat tersebut. (2) Melalui
pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswa, ada baiknya disatukan
dengan miskonsepsi siswa. Langkah terakhir adalah mencari jalan,
bagaimana membantu memperbaiki miskonsepsi siswa. Pemilihan langkah
terakhir ini sangat dipengaruhi oleh penyebab dan situasi siswa sendiri
(Dahar, 2013:57).
Menurut Suparno (2013:121-128) cara mendeteksi miskonsepsi siswa
adalah:
a. Peta konsep
Peta konsep mampu menghubungkan antara konsep-konsep serta
gagasan pokok yang disusun secara hirarkis. Biasanya miskonsepsi
dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan
b. Tes Multiple Choice dengan reasoning terbuka
Tes ini juga dapat mendeteksi miskonsepsi siswa. Pertanyaan
pilihan ganda yang disertai dengan pemberian alasan terhadap jawaban
yang dipilih dapat membuat guru melihat dan menganalisis miskonsepsi
siswa berdasarkan benar atau salahnya konsep yang ditulis dalam alasan
tersebut.
c. Tes esai tertulis
guru hendaknya membuat esai tertulis yang berisi konsep yang
akan dipelajari atau yang sudah dipelajari.
d. Wawancara
guru memilih konsep yang diperkirakan sulit untuk siswa,
kemudian guru mengajak siswa untuk mengekspresikan gagasan
mengenai konsep tersebut.
e. Diskusi kelompok
Siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan tentang konsep yang
sudah ada atau yang sudah dipelajari. Cara ini sangat cocok untuk kelas
yang besar.
f. Praktikum dengan tanya jawab
Guru harus di wajibkan untuk bertanya bagaimana konsep siswa
dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut.
g. Thee tier test
Instrument Three tier ini mampu mengungkap siswa yang
memahami konsep (MK), lack of knowledge (LK), eror, dan
miskonsepsi (M).
D. Tes Diagnostik dan Three-tier Test
Menurut Arikunto (2013:48), tes diagnostik merupaka salah satu tes yang
dapat digunakan untuk mengetahui kesulitan serta kelemahan siswa sehingga
dapat diberikan perlakuan yang baik. Sementara itu Suwarto (2013:113)
menyatakan bahwa tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menilai
tertentu dan mendapatkn masukan tentang respon siswa untuk memperbaiki
kelemahannya.
Pilihan ganda tiga tingkat adalah salah satu tes diagnostik yang dapat
digunakan sebagai instrumen penelitian dalam upaya untuk menganalisis
konsepsi dan miskonsepsi siswa mengenai suatu konsep. Pertanyaan tingkat
pertama pada instrumen three-tier test menanyakan tentang konsep, Pertanyaan
tingkat kedua menanyakan tentang alasan jawaban untuk soal tingkat pertama,
dan pertanyaan tingkat ketiga menanyakan tingkat keyakinan siswa atas dua
pertanyaan yang telah dijawab sebelumnya (Kaltacki dan Erylmaz, 2010:2-3).
Kelebihan three-tier test sangat efektif dalam menilai pemahaman siswa
dibandingkan tes pilihan ganda konvensional karena three tier test dapat
membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi (M), lack of
knowledge (LK), eror, dan memahami konsep (MK).
E.Konsep Evolusi
Kata evolusi berasal dari bahasa Latin yaitu evolvere, yang berarti
“membuka gulungan”, dalam kajian biologi evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi
berikutnya atau proses perubahan struktur makhluk hidup dari bentuk yang
sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks dalam jangka waktu yang
sangat lama (Wijana, 2015:256). Secara sederhana, evolusi berarti perubahan
(Mayr, 2010:9).
1. Teori Evolusi Darwin
Darwin menulis buku yang diberi judul On the origin of spesies by
Means of Natural Selection (mengenai asal usul Spesies Akibat Seleksi
Alam, biasa disebut The Origin of spesies), dalam bukunya, Darwin
mengembangkan dua gagasan utama : bahwa penurunan dengan modifikasi
menjelaskan kesatuan dan keanekaragaman makluk hidup, dan bahwa
seleksi alam menyebabkan kecocokan antara organisme dengan
lingkungannya. Menurut Darwin, spesies yang mengalami perubahan dari
nenek moyang pada awalnya sama, kemudian terjadilah berbagai macam
spesifik. Darwin menyatakan bahwa dalam jangka waktu yang panjang,
penurunan dengan modifikasi pada akhirnya menyebabkan tingginya
keanekaragaman makhluk hidup yang kita lihat sekarang (Campbell,
2008:9-11).
Teori ini menjelaskan bahwa semua spesies, baik yang masih hidup
maupun yang telah punah, telah diturunkan dari nenek moyang yang sama
tanpa adanya interupsi dari satu atau beberapa bentuk aslinya.
GAMBAR 2.1: Teori Darwin mengenai keturunan dengan modifikasi. Dalam sketsa tahun 1837 ini, Darwin menuangkan gagasannya mengenai pola percabang evolusi (Sumber: Campbell, 2008:10)
Darwin memandang sejarah kehidupan sebagai sebuah pohon, dengan
percabangan dari batang bersama menuju ke ujung-ujung ranting termuda.
Ujung ranting tersebut dapat mencerminkan keanekaragaman organisme
yang ada saat ini. Setiap percabangan pada pohon mencerminkan nenek
moyang dari garis evolusi yang kemudian bercabang dari titik tersebut
(Campbell, 2008:10).
2. Petunjuk Adanya Evolusi
Salah satu petunjukan adanya evolusi adalah catatan fosil. Catatan fosil
menunjukan bahwa organisme masa lalu berbeda dari organisme masa kini
dan banyak spesies yang telah punah. Fosil dapat menunjukan adanya
perubahan evolusioner yang terjadi seiring waktu diberbagai kelompok
Dalam skala waktu yang lebih lama, fosil mendokumentasi asal-usul
kelompok-kelompok utama organisme. Salah satu contohnya adalah catatan
fosil reptilia raksasa, Diosaurus, yang kini telah punah. Selain itu ditemukan
pula fosil Archaepteryx mahluk peralihan antara reptilia dan burung. Fosil
tersebut memperlihatkan bahwa Archaeopteryx memiliki moncong seperti
reptilia, akan tetapi memiliki bulu dan sayap seperti burung (Wijana,
2015:275). Berdasarkan fosil tersebut, para ahli paleontologi menyatakan
bahwa burung merupakan evolusi dari reptilia.
GAMBAR 2.2: Keberagaman catatan fosil sebagai bukti evolusi. (a) Fosil salah satu Vertebrata (b) Fosil Archaepteryx. (Sumber: Wijana, 2015: 275)
Fosil merupakan bukti dari suatu organisme pernah hidup dimuka
bumi. Fosil juga menunjukan bahwa organisme masa lalu berbeda dari
organisme masa kini dan bahwa banyak spesies yang sudah punah, serta
fosil juga menunjukan perubahan evolusioner yang terjadi seiring waktu
pada berbagai kelompok organisme (Campbell, 2010:15).
Kesamaan yang berasal dari nenek moyang bersama dikenal
sebagai homologi (homology). Pandangan tentang evolusi sebagai proses
pemodelan ulang menghasilkan perkiraan bahwa spesies yang
berkerabatan dekat memiliki kesamaan ciri yang digunakan untuk
menentukan kekerabatan mereka, namun pada dasarnya mereka juga
a
memiliki banyak kesamaan ciri lain. Sejumlah kesamaan ciri itu tidak
bermakna kecuali dalam konteks evolusi. misalnya, tungkai depan semua
mamalia, termasuk manusia, kucing, paus, dan kelelawar, menunjukkan
susunan tulang yang sama dari bahu sampai ujung jari, meskipun tungkai
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Kemiripan anatomis
tersebut tidak mungkin terjadi jika struktur muncul secara terpisah pada
setiap spesies. Kerangka yang mendasari lengan, kaki depan, sirip, dan
sayap mamalia yang berbeda merupakan stuktur homolog mencerminkan
berbagai adanya variasi pada sebuah tema struktural yang dimiliki oleh
nenek moyang bersama mereka. Berdasarkan kemiripan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hewan Vertebrata yang ada pada saat ini diturunkan
dari nenek moyang yang sama yang yang mewariskan organisasi rangka
tersebut. Menurut teori evolusi Darwin, masing-masing kelompok
Vertebrata secara bertahap dapat mewariskan rangka termodifikasi yang
memiliki kemampuan untuk beradaptasi yang lebih baik terhadap
lingkungan (Campbell, 2008:16).
GAMBAR 2.3: Tungkai depan mamalia: struktur homolog. Walaupun telah teradaptasi untuk fungsi yang berbeda-beda, tungkai depan semua mamalia dibangun dari unsur rangka dasar yang sama (Sumber: Campbell, 2008:16).
Campbell (2008:10) menjelaskan bahwa pola penurunan dari nenek
moyang bersama dapat dijelaskan dengan pohon evolusi. Gambar
Asia. Sangat mirip sebab mereka berada pada garis keturunan yang sama
sebelum baru-baru ini memisahkan dari nenek moyang bersama mereka.
Pada GAMBAR 2.4. Setiap titik percabangan mewakili nenek moyang
bersama dari semua spesies yang merupakan keturunannya.
GAMBAR 2.4: Pohon evolusi gajah dan kerabatannya ini didasarkan terutama pada fosil-anatomi, urutan kemunculan pada strata, dan distribusi geografiknya. (Sumber: Campbell, 2008:10).
Pohon evolusi adalah sebuah hipotesis yang dapat menjelaskan serta
memberikan pemahaman tentang pola-pola turunan. Contohnya pohon
evolusi gajah yang menyatakan tujuh garis keturunan gajah yang berkerabat
telah punah dalam 30 juta tahun terakhir. Oleh karena itu, para ahli biologi
meyakini bahwa pohon evolusi dapat mencerminkan secara akurat
menjelaskan kebenaran tentang sejarah evolusi.
3. Mekanisme Evolusi
Seleksi alam merupakan salah satu penyebab terjadinya mekanisme
evolusi. Seleksi alam adalah suatu proses yang terjadi ketika
organisme-organisme yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan lingkungan
sebuah mekanisme, seleksi alam untuk menjelaskan pola-pola evolusi yang
sudah diamati (Campbell, 2010:12). Kemudian Darwin menjabarkan empat
pengamatan terhadap alam yang kemudian digunakannya untuk menarik
kesimpulan:
Pengamatan 1 : Anggota populasi seringkali sangat bervariasi dalam
sifat-sifatnya.
Pengamatan 2 : Sifat-sifat diwariskan dari induk atau orangtua kepada
keturunannya.
Pengamatan 3 : Semua spesies mampu menghasilkan keturunannya lebih
banyak daripada yang dapat didukung oleh alam
Pengamatan 4 : Akibat kekurangan makanan atau sumber daya lain,
banyak keturunan tersebut yang tidak sintas.
Kesimpulan 1 : Individu-individu dengan sifat warisan yang memberikan
mereka kemungkinan lebih besar untuk sintas dan
bereproduksi pada lingkungan tertentu cenderung
memiliki lebih banyak keturunan daripada
individu-individu lain.
Kesimpulan 2 : Ketidakseragaman kemampuan individu-individu untuk
sintas dan bereproduksi mengarah pada akumulasi
sifat-sifat yang menguntungkan dalam populasi selama
beberapa generasi.
Seleksi alam dapat meningkatkan kecocokan antara organisme dan
lingkungannya. Jika lingkungan berubah, atau individu berpindah ke
lingkungan baru, seleksi alam dapat dilihat dari adaptasi terhadap kondisi
baru tersebut, terkadang memunculkan spesies baru dalam proses tersebut.
a. Miskonsepsi dalam Evolusi
Miskonsepsi yang dialami oleh kebanyakan siswa mengenai konsep
evolusi adalah sebagai berikut:
1. Evolusi hanya sebuah teori
Miskonsepsi ini bersumber dari penggunaan kata “teori”. Dalam
pendapat yang belum tentu benar karena tidak didukung bukti yang kuat.
Faktanya, kata teori secara ilmiah merujuk pada penjelasan mengenai
fenomena-fenomena yang terjadi. Lebih jauh lagi, agar bisa diterima oleh
komunitas ilmuwan, sebuah teori harus didukung oleh banyak bukti yang
kuat. Di sisi lain, evolusi memiliki banyak bukti yang kuat dan sudah
diterima secara luas oleh kalangan ilmuwan Mayr (2010:17-24).
2. Evolusi bersifat progresif
Menurut Wijana (2015:261), terdapat anggapan yang menyatakan
bahwa organisme yang mampu bertahan terhadap seleksi alam adalah
organisme yang paling kuat. Namun, faktanya bahwa organisme yang
mampu bertahan adalah organisme yang memiliki kesesuaian karakteristik
dengan lingkungan. Dalam evolusi, organisme yang memiliki sifat yang
paling cocok dengan kondisi lingkungan bukan berarti yang paling kuat
atau paling sehat melainkan memiliki kemampuan untuk menghasilkan
keturunan dan mewariskan gen-gennya ke generasi berikutnya.
3. Evolusi hanya terjadi masa lalu
Chandamila (2016:884), menjelaskan bahwa anggapan yang
menyatakan evolusi hanya terjadi pada masa lalu adalah keliru, karena
faktanya adalah evolusi terjadi selama kehidupan berlangsung. Salah satu
bukti yang menunjukkan bahwa evolusi masih terjadi hingga saat ini
adalah resistensi antibiotik pada bakteri
4. Filogeni adalah evolusi
Menurut Mayr (2010:370), menjelaskan bahwa filogeni bukan
evolusi. Evolusi adalah konsep yang jauh lebih luas. Filogeni hanya
merujuk ke satu dari banyak fenomena evolusi, yaitu pola penurunan dari
leluhur bersama. Tapi bila dipertimbangkan dengan benar, filogeni tak
hanya berarti pola percabangan garis keturunan, tetapi juga perubahan
21 BAB III METODE
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah prosedur
penelitian yang menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.
B. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah menggunakan data primer dan sekunder yaitu :
1. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli.
Data primer pada penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA Al-Mustaqim
berjumlah 27 siswa dan kelas XII IPA MAN 1 Kubu Raya berjumlah 49
siswa tahun ajaran (TA) 2016/2017.
2. Data sekunder adalah data tambahan untuk mendukung data primer.
Dalam penelitian ini sumber data sekunder adalah guru dan buku pelajaran
biologi kelas XII IPA.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2016/2017.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII IPA MA Al-Mustaqim dan
XII IPA MAN 1 Kubu Raya yang telah mempelajari materi evolusi genap
tahun ajaran 2016/2017. MA Al-Mustaqim Kubu Raya tersebut beralamat
di Jl. Wonodadi dan MAN 1 Kubu Raya beralamatkan di Jl. Rasau Jaya.
D. Teknik dan Alat Pengumpul Data
1. Teknik Pengumpul Data
Data yang didapatkan peneliti dalam penelitian ini
a. Pengujian
Pengujian ini digunakan untuk memperoleh data pemahaman siswa
tentang materi evolusi. Pengujian miskonsepsi menggunakan soal
berupa pilihan ganda berbentuk three-tier-test. Pengujian dilakukan
untuk menggambarkan keyakinan siswa terhadap kebenaran alternatif
jawaban yang direspon, sehingga dapat diketahui miskonsepsi yang
dialami oleh siswa. Hasil pengujian dapat membedakan siswa yang
mengalami miskonsepsi, Eror, Lack of knowledge dan yang paham
konsep. Pengujian menggunakan tree-tier-test yang diberikan kepada
siswa XII IPA MA Al-Mustaqim dan XII IPA MAN 1 Kubu Raya yang
telah mempelajari materi evolusi.
b. Wawancara
Wawancara dilaksanakan secara bebas dan tidak terstruktur.
Wawancara dilakukan kepada siswa kelas XII IPA MA Al-Mustaqim
dan XII IPA MAN 1 Kubu Raya yang mengalami miskonsepsi
berdasarkan hasil analisis data dari pengujian three tier test. Tujuan dari
wawancara ini adalah untuk memperoleh penjelasan tentang jawaban
yang telah dipilih oleh siswa dan untuk mengetahui penyebab
miskonsepsi pada siswa di konsep tertentu pada materi evolusi.
2. Alat Pengumpul Data
Teknik pengujian menggunakan alat pengumpul data/instrumen
berupa soal pilihan ganda disertai dengan kriteria three-tier test.
Sedangkan teknik wawancara menggunakan pedoman wawancara sebagai
alat pengumpul data.
a. Three-Tier Test
Berupa pengujian pilihan ganda tiga tingkat tentang konsep
evolusi. Soal tingkat pertama merupakan soal pilihan ganda sederhana
tentang evolusi. Soal tingkat kedua menanyakan alasan memilih
jawaban pada soal pertama. Selanjutnya soal tingkat ketiga
menanyakan tentang keyakinan peserta didik dua jawaban yang telah
miskonsepsi siswa pada materi evolusi. Instrumen three-tier-test ini
telah diuji validitas serta reabilitasnya (Lampiran C-1) yang disusun
oleh Adrianto (2016).
b. Pedoman Wawancara
Wawancara yang dilakukan tidak menggunakan pedoman
wawancara tertulis. Wawancara dilakukan kepada siswa kelas XII IPA
MA Al-Mustaqim dan XII IPA MAN 1 Kubu Raya berdasarkan hasil
analisis data dari pengujian three-ter test. hal yang ingin diketahui
dalam wawancara ini adalah faktor-faktor penyebab miskonsepsi yang
dialami siswa pada konsep tertentu dimateri evolusi.
E. Teknik Analisis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari hasil pengujian three-tier test. Data Kualitatif
diperoleh dari hasil persentase pemahaman konsep dan wawancara pada
siswa kelas XII IPA MA Al-Mustaqim dan MAN 1 Kubu Raya. Data yang
telah terkumpul diolah serta dianalisis untuk mengetahui dan membedakan
siswa yang paham konsep (P), miskonsepsi (M), lack of knowledge (LK) dan
error (E). Hasil analisis data akan memberi gambaran mengenai miskonsepsi
yang dialami siswa pada konsep materi evolusi dan faktor penyebab
miskonsepsi. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan/
verifikasi (conclusion drawing/verification).
1. Reduksi Data (Data Reduction)
a. Three Tier Test
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan pada hasil pengujian
pilihan ganda dengan kriteria three-tier test. Pada tahap ini, peneliti
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Hal-hal penting yang
dimaksud seperti melakukan pemeriksaan terhadap lembar jawaban
siswa terlebih dahulu setelah semua siswa selesai dan memberikan
lembar pengujian. Hal ini dilakukan agar tidak terdapat soal yang tidak
mengorganisasi data seperti melakukan penskoran terlebih dahulu
sesuai dengan kriteria three-tier test baru kemudian bisa menentukan
siswa ke dalam masing-masing kategori jawaban siswa. Dalam
mengorganisasi data pada tahap ini adalah membuat rekapitulasi data
jawaban siswa. Rekapitulasi jawaban siswa dimasukkan ke dalam tabel
(Lampiran D-3).
Kode kategori yang diberikan untuk kategori jawaban siswa
berdasarkan hasil analisis kombinasi three-tier test. Teknik analisis
kombinasi jawaban diadopsi dari cara yang digunakan oleh Kaltacky &
Nilufer (2007:5)
Tabel 3.1. Analisis kombinasi jawaban pada three tier test menurut Kaltacki & Nilufer (2007:500)
Analisis
Jawaban benar + alasan benar + yakin
Lack of knowledge
Jawaban benar + alasan benar + tidak yakin Jawaban benar + alasan salah + tidak yakin Jawaban salah + alasan salah + tidak yakin Jawban salah + alasan benar + tidak yakin
Error Jawaban salah + alasan benar + yakin
Miskonsepsi Jawaban benar + alasan salah + yakin Jawaban salah + alasan salah + yakin
b. Wawancara
Reduksi data juga dilakukan pada hasil wawancara dengan siswa.
Seperti merangkum banyaknya informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara siswa yang mengalami miskonsepsi. Kemudian, memilih
hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Hal-hal
pokok dan penting yang dimaksud seperti jawaban atau informasi siswa
yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Informasi tersebut
penyebab miskonsepsi. Pada tahap ini, peneliti fokus menggali
informasi hingga didapatkan jawaban yang maksimal dan sesuai dengan
fakta-fakta yang ada.
2. Penyajian Data (Data Display)
a. Three Tier Test
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan
teks yang bersifat naratif. Tabel yang disajikan berisi data hasil
perhitungan pada masing-masing kategori pemahaman konsep. Grafik
menggambarkan persentase total kategori pemahaman konsep siswa
dan masing-masing indikator materi evolusi yang diujikan. Untuk
mendapatkan data yang disajikan ke dalam tabel dan grafik pada tahap
ini adalah menyajikan profil jawaban siswa. Profil jawaban siswa
dibuat berdasarkan analisis kombinasi jawaban three tier test.
Profil jawaban siswa disajikan dalam bentuk tabel (Lampiran D-6)
yang digunakan untuk menyajikan profil jawaban siswa dalam 10 item
pengujian three-tier test. Rumus untuk mengkonversikan jumlah siswa
ke dalam persen:
∑ N
Nt 𝑥 100 %
Keterangan :
% = persentase jumlah siswa pada setiap kategori ∑N = jumlah siswa pada setiap kategori
Nt = jumlah total siswa
b. Wawancara
Selain dalam bentuk tabel dan grafik, data juga disajikan dalam
bentuk teks bersifat naratif diperoleh dari hasil wawancara yang
dilakukan kepada siswa yang mengalami miskonsepsi. Teks bersifat
naratif ini berisi faktor-faktor penyebab miskonsepsi yang dialami
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah data yang diinginkan
diperoleh dan dianalisis. Kemudian, dari hasil analisis tersebut dapat
diperoleh jawaban dari fokus penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya. Kesimpulan yang dibuat peneliti dalam penelitian ini adalah
persentase siswa yang pahan konsep (P), miskonsepsi (M), lack of
knowledge (LK) dan error (E) dengan tree-tier test pada materi evolusi di
kelas XII IPA MA Al-Mustaqim dan MAN 1 Kubu Raya, gambaran
mengenai miskonsepsi siswa pada materi evolusi, serta faktor-faktor yang
menyebabkan miskonsepsi yang dialami siswa pada materi evolusi.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menguji/memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan uji kredibilitas yang terdiri dari triangulasi dan member check.
1. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah pengecekan data
yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini, peneliti
mengecek data yang diperoleh kepada guru dan siswa yang mengalami
miskonsepsi pada materi evolusi. Data dari berbagai sumber tersebut
dibandingkan dan dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan.
2. Member Check
Member Check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Member check dalam penelitian ini dilakukan setiap
akhir wawancara langsung kepada pemberi data. Dari hasil pengecekan
tersebut ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi, atau ditolak oleh
pemberi data. Tujuan peneliti melakukan member check adalah agar
pada materi evolusi beserta faktor-faktor penyebab dari miskonsepsi
tersebut sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber data atau
28 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Hasil Tes Pilihan Ganda dengan Kriteria Three Tier
a. Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Evolusi
Penelitian analisis miskonsepsi siswa dilakukan di MAN 1 Kubu
Raya dan MA Al-Mustaqim tahun ajaran 2016/2017. Jumlah siswa yang
menjadi sampel di MAN 1 Kubu Raya 49 orang dan di MA Al-Mustaqim
27 orang. Pemahaman konsep siswa diidentifikasi menggunakan
instrumen soal pilihan ganda three tier yang disusun oleh Adrianto
(2016:4) dan telah diuji validitas serta reabilitasnya. Konsep evolusi yang
diteliti dalam penelitian yaitu teori evolusi Darwin, bukti evolusi, dan
mekanisme evolusi. Jumlah pertanyaan tentang teori evolusi Darwin
terdiri dari 3 soal, bukti evolusi 3 soal, dan mekanisme evolusi 4 soal.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dari hasil tes pilihan
ganda dengan kriteria three tier, diperoleh persentase pemahaman konsep
siswa pada kategori Paham Konsep, Lack of knowledge, Error dan
Miskonsepsi (Lampiran D-3). Keempat kategori konsepsi tersebut
menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi evolusi. Miskonsepsi
yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu pemahaman siswa yang masih
keliru pada konsep evolusi khususnya pada konsep teori evolusi Darwin,
bukti evolusi dan mekanisme evolusi.
Lack of knowledge adalah ketidakpahaman siswa yang disebabkan
oleh kurangnya informasi pada materi evolusi sehingga lembar pengujian
yang diberikan selalu menunjukan ketidakyakinan siswa. Sedangkan,
error disebabkan ketidakseriusan siswa saat mengerjakan soal, dengan
kata lain pengerjaan soal dilakukan secara asal-asalan. Presentase
pemahaman siswa pada ketiga konsep evolusi disajikan pada tabel
berikut ini:
29
Tabel 4.1. Persentase Pemahaman Konsep Siswa Kelas XII IPA MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim (MAS) Tahun Ajaran 2016/2017 pada Materi Evolusi
Konsep No. Soal
Pemahaman konsep
P LK E M
MAN 1 MAS MAN 1 MAS MAN 1 MAS MAN 1 MAS
Teori Evolusi Darwin
1 81.63 81.48 8.16 0.00 4.08 0.00 6.13 18.52
4 59.18 70.37 16.33 3.70 2.04 11.11 22.45 14.82
10 24.49 11.11 28.57 25.93 6.12 0.00 40.82 62.96
rata-rata per konsep 55.10 54.32 17.69 9.88 4.08 3.70 23.13 32.10
Bukti Evolusi
2 51.02 70.37 22.45 3.70 14.29 18.52 12.24 7.41
9 28.57 37.04 6.12 3.70 6.12 11.11 59.19 48.15
3 10.20 33.33 28.57 7.41 0.00 0.00 61.23 59.26
rata-rata per konsep 29.93 46.91 19.05 4.94 6.80 9.88 44.22 38.27
Mekanisme Evolusi
7 40.82 62.96 16.33 3.70 0.00 7.41 42.85 25.93
8 16.33 29.63 12.24 14.82 8.16 11.11 63.27 44.44
6 10.20 18.52 20.41 14.82 16.33 7.41 53.06 59.26
5 8.16 7.41 22.46 0.00 12.24 18.52 57.14 74.07
rata-rata per konsep 18.88 29.63 17.86 8.34 9.18 11.11 54.08 50.93
Rata-rata keseluruhan 33.06 42.22 18.16 7.78 6.94 8.52 41.84 41.48
Ket : P (Paham Konsep) E (Error)
Hasil analisis data menunjukan kategori paham konsep tertinggi
terdapat pada konsep teori evolusi Darwin yaitu soal nomor 1 dengan
persentase sebesar 81,63% di MAN 1 Kubu Raya dan 81,48% di MA
Al-Mustaqim. Kategori miskonsepsi tertinggi ditemukan pada konsep
mekanisme evolusi yaitu soal nomor 5 sebesar 57,14% di MAN 1 Kubu
Raya dan 74,07% di MA Al-Mustaqim. Kategori Lack of knowlagde,
persentase tertinggi terdapat pada soal nomor 10 dan soal nomor 3
dengan persentase sebesar 28,57% di MAN 1 Kubu Raya dan di 25,93%
di MA Al-Mustaqim. Persentase tertinggi kategori Error di MAN 1 Kubu
Raya terdapat pada soal nomor 6, sebesar 16,33% . Sedangkan di MA
Al-Mustaqim pada soal nomor 2 dan soal nomor 5 yaitu, 18,52%. Dari
ketiga konsep yang dianalisis, miskonsepsi tentang konsep mekanisme
evolusi memiliki persentase tertinggi yaitu 54,08% di MAN 1 Kubu Raya
dan 50,93% di MA Al-Mustaqim (Gambar 4.1).
Tabel 4.2. Rekapitulasi rata-rata Persentase Pemahaman konsep siswa Kelas XII IPA di MAN 1 dan MA Al-Mustaqim Kubu Raya Tahun Ajaran 2016/2017 pada Materi Evolusi.
Pemahaman Konsep Rata-rata Persentase (%)
MAN 1 MA Al-Mustaqim
Paham Konsep 33.06% 42.22%
Lack of Knowladge 18.16% 7.78%
Error 6.94% 8.52%
Miskonsepsi 41.84% 41.48%
Persentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan kedua sekolah tempat
penelitian adalah 70%. Berdasarkan hasil persentase siswa yang paham
konsep di kedua sekolah tersebut masih dibawah 50% (tabel 4.3). Siswa
yang mengalami miskonsepsi persentasenya mencapai lebih dari 40%.
Kurang dari 20% siswa terkategori lack of knowledge dan error. Hal ini
berarti masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan pada materi
evolusi. Jadi, target ketuntasan klasikal di kedua sekolah tersebut tidak
a. Miskonsepsi Siswa Pada Materi Evolusi
Persentase miskonsepsi pada Konsep Evolusi di MAN 1 Kubu Raya dan di MA Al-Mustaqim di peroleh dari hasil analisis three tier test
adalah sebagai berikut ( GAMBAR 4.1):
Gambar 4.1. Persentase Miskonsepsi Siswa pada Konsep Evolusi di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim
Hasil analisis miskonsepsi siswa menunjukan dari ketiga konsep
evolusi yang paling banyak mengalami miskonsepsi yaitu pada konsep
mekanisme evolusi dengan persentase 54,08% di MAN 1 Kubu Raya dan
50,93% di MA Al-Mustaqim, kemudian diikuti pada konsep bukti
evolusi dengan persentase 44,22% di MAN 1 Kubu Raya dan 38,27% di
MA Al-Mustaqim, serta miskonsepsi terendah ditemukan pada konsep
teori evolusi Darwin dengan persentase 23,13% di MAN 1 Kubu Raya
dan 32,10% di MA Al-Mustaqim.
Berdasarkan kombinasi jawaban yang dipilih siswa, ditemukan 32
miskonsepsi pada materi evolusi di MAN 1 Kubu Raya. Sedangkan, di
MA Al-Mutaqim terdapat 30 miskonsepsi (Tabel 4.3).
32
32
Tabel 4.4. Miskonsepsi-miskonsepsi yang ditemukan pada siswa kelas XII IPA di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim Tahun Ajaran 2016/2017 untuk ketiga Konsep Evolusi yang dianalisis dalam penelitian
Konsep No.
Evolusi hanya terjadi dimasa lalu karena hanya berlaku bagi makhluk hidup di
masa lalu 1 2.04 2 0.00
Evolusi hanya terjadi dimasa lalu karena evolusi hanya teori yang belum
terbukti kebenarannya 1 2.04 1 3.70
Evolusi tidak pernah terjadi karena evolusi hanya teori yang belum terbukti
kebenarannya 1 2.04 1 3.70
Evolusi tidak pernah terjadi karena evolusi anya berlaku bagi makhluk hidup
di masa lalu 0 0.00 1 0.00
4
Organisme yang paling kuat yang mampu bertahan terhadap seleksi alam
karena seleksi alam menyisakan organisme yang paling kuat 6 12.24 3 11.11
Organisme yang paling banyak jumlahnya yang mampu bertahan terhadap seleksi alam karena seleksi alam akan menyisakan organisme yang yang banyak jumlahnya
2 4.08 0 0.00
Organisme yang memiliki kecocokan sifat dengan lingkungan yang mampu bertahan terhadap selesi alam karena seleksi alam menyisakan organisme yang banyak jumlahnya
3 6.12 1 3.70
10
Keberagaman hanya terjadi antarspesies yang berbeda karena perbedaan
33
33
diamati pada populasi yang kecil.
rata-rata per konsep 7.71 6.58
Bukti Evolusi
2
Evolusi hanya teradi pada zaman purba dan tidak terjadi lagi sekarang karena pada zaman sekarang tidak lagi ditemukan adanya makhluk hidup yang mengalami perubahan baik secara morfologis maupun fisiologis, jadi evolusi hanya terjadi di zaman dahulu (purba)
4 8.16 1 3.70
Evolusi tidak pernah terjadi karena bukti adanya evolusi tidaklah kuat dan teori yang ada juga masih menjadi perdebatan, jadi fosil yang ditemukan adalah makhluk lain yang kebetulan mirip
2 4.08 1 3.70
9
Tungkai depan kuda dengan tungkai depan manusia karena analogi merupakan dua organ dari dua spesies berbeda yang memiliki fungsi dengan bahan dasar sama
14 28.57 9 33.33
Sayap kelelawar dengan sayap kupu-kupu karena analogi merupakan dua organ dari dua spesies berbeda yang memiliki fungsi dengan bahan dasar sama
8 16.32 1 3.70
sayap kelelawar dengan sayap kupu-kupu karena analogi merupaka dua
organ yang memiliki fungsi berbeda dengan bahan dasar penyusun berbeda 5 10.20 3 11.11 Tungkai depan manusia dengan sirip ikan paus karena analogi merupakan
dua organ yang memiliki fungsi berbeda dengan bahan dasar penyusun berbeda
2 4.08 0 0.00
3
Manusia yang ada sekarang adalah hasil dari evolusi simpanse pada zaman purba karena kekurangan yang ada pada kera disempurnakan melalui proses evolusi menjadi manusia dalam kondisi yang lebih baik
11 22.44 6 22.22
Manusia dan simpanse memiliki nenek moyang yang sama karena kekurangan yang ada pada kera disempurnakan melalui proses evolusi menjadi manusia dalam kondisi yang lebih baik
7 14.28 4 14.81