• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN TAKMIR MASJID DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN ISLAM (Studi Di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN TAKMIR MASJID DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN ISLAM (Studi Di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga) - Test Repository"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

HANIK ASIH IZZATI

NIM: 111 10 162

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)

v

yang terbaik budi pekertinya”

(6)

vi

& Almamaterku tercinta IAIN Salatiga. & Ibu &Almarhum Bapak tercinta yang selalu menyayangiku, mendukung, dan

menyemangatiku. Terima kasih atas untaian do’a yang tiada henti terucap dari bibir dan hati Ibu untuk kebaikan Ananda. & Kakak-kakakku Mbak Nur, Mbak Ana, dan Mas Khoirul Anam, terimakasih

sudah menjadi sosok pengganti Bapak, menjaga dan melindungiku sampai saat ini.

& Adekku tercinta Agus Naji Al Haq dan semua Keponakanku, terimakasih untuk dukungan kalian, dan semoga tercapai dengan indah cita-cita kalian.

& Teman-teman terbaikku, Attina,Umai,Rizky,Mbak Upla, Ainy, Henni, Amie, Vita, Lilis,Aye,tiwik,Majid,Yudha, Endri,Endang, Vikadan Yahyaterima kasih karena kalian telah membuatku mengerti arti persahabatan.

(7)

vii

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas

Pendidikan Islam(Studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatig). Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri

Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd.,selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Masjid Al Muttaqiin

Kalibening Tingkir Salatiga.

2. Ibu Siti Rohayati, M.Ag., selaku dekan FTIK IAIN Salatiga yang telah memberikan, arahan, serta masukan-masukan yang sangat membangun dalam

(8)

viii

4. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan

penelitian berlangsung.

5. Masjid Al Muttaqiin Kalibening, Bapak Masykur Suyuti selaku Ketua Takmir, Bapak Agus Hamin Shodiq selaku sekretaris, Mas Imam Safrudi

selaku Ketua TPA Hidayatul Mubtadien dan seluruh pengurus Masjid Al Muttaqiin yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam

penelitian ini.

6. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Amin ya robbal ’alamin

Salatiga, 7 Agustus2015 Penulis

(9)

ix

Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga. Pembimbing: Rasimin,M.pd.

Kata kunci: peran, takmir masjid, dan pendidikan Islam

Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga merupakan masjid yang ada di Kalibening. Masjid Al Muttaqiin memiliki beberapa kegiatan yang menjadikan masjid tersebut makmur, salah satunya pendidikan Islam berupa Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), pengajian tiap hari,tiap bulan, dan tahunan. pengajian taklim, pengajian Akbar, tadarus di bulan Ramadhandan beberapa kegiatan lainnya. Dari berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan, kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi masyarakat yang selanjutnya menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari.Salah satu pendukung utama dalam meningkatkan pendidikan kualitas pendidikan Islam yaitu takmir masjid yang baik. Karena takmir masjid sebagai mediator dalam meningkatkan pendidikan nonformal tentunya harus memberikan teladan yang baik. Idealnya takmir masjid adalah seorang muslim yang memiliki kepribadian islami dengan sejumlah ciri yang melekat pada dirinya seperti memahami ilmu agama dengan baik, menjaga shalat berjamaah di masjid, bersungguh sungguh dan bertanggung jawab serta kreatif (Faruq, 2010: 71).Penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah diantaranya : bagaimana peran takmir masjid Al Muttaqiin, Kalibening, Tingkir, Salatiga dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam serta apa faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam di masjid Al Muttaqiin, Kalibening, Tingkir, Salatiga. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriftif kualitatif yang dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan dengan pola pikir induktif Temuan penelitian ini adalah terdapat pada beberapa kegiatan rutin yang telah berjalan dengan baik di Masjid Al-Muttaqiin Kalibening, Tingkir, Salatiga. Diantaranya majelis taklim, pengajian ahad sore, dan beberapa kegiatan insidental seperti tabligh akbar, sholawat bersama, dan tadarus Al-Qur’an di bulan Ramadhan serta terdapat pula Taman Pendidikan Al-Qur’an. Maka dapat disimpulkan bahwa peran takmir masjid Al Muttaqiin telah berjalan lancar dan baik. Faktor pendukung: tersedianya masjid sebagai sarana pendidikan yang cukup baik dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, tersusunnya program kegiatan yang cukup baik sehingga akan tercapai tujuan

yang diinginkan, jumlah jama’ah yang banyak dan selalu aktif, komunikasi dan kerjasama

yang baik antara takmir masjid, remaja masjid, dan jama’ah di masyarakat, remaja masjid

(10)

x

PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN KELULUSAN...iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...v

KATA PENGANTAR...vii

ABSTRAK...ix

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Fokus Penelitian...6

C. Tujuan Penelitian...7

D. Kegunaan Penelitian...7

E. Penegasan Istilah...8

F. Metode Penelitian...10

(11)

xi

5. Prosedur Pengumpulan Data...13

6. Analisis Data...15

7. Pengecekan Keabsahan Data...15

8. Tahap-tahap Penelitian...16

G. Sistematika Penulisan...17

BAB II KAJIAN PUSTAKA...19

A. Takmir Masjid...19

1. Definisi Peran...19

2. Pengertian Takmir Masjid...19

3. Kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan takmir masjid...20

B. Masjid...20

1. Definisi Masjid...20

2. Sejarah Masjid...21

3. Pengelolaan Masjid...23

4. Fungsi Masjid...31

C. Pendidikan Islam...37

1. Definisi Pendidikan ...37

2. Dasar –dasar pendidikan Islam...39

(12)

xii

A. Gambaran Umum Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir

Salatiga...47

1. Sejarah Berdiri Masjid...47

2. Letak Geografis...48

3. Susunan Organisasi...48

4. Visi, Misi, dan Tujuan...50

5. Sarana dan Prasarana...51

6. Pengelolaan Masjid...53

B. Kegiatan–kegiatan di Masjid Al Muttaqiin yang dikelola oleh Takmir Masjid………...54

1. Majelis Taklim...54

2. Taman Pendidikan Al-Qur’an...57

C. Metode dan materi yang digunakan dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Masjid Al Muttaqiin, Kalibening, Tingkir, Salatiga………..57

1. Metode Ceramah………....58

2. Metode Tanya Jawab………..58

3. Metode Diskusi………...59

(13)

xiii

B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Takmir Masjid Al

Muttaqiin Kalibening, Tingkir, Salatiga dalam Meningkatkan

Kualitas Pendidikan Islam………..66

BAB V PENUTUP………69

A. Kesimpulan...69

B. Saran...69

(14)

xiv

Table 4.1 Jadwal Pengajian di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir

Salatiga...63

(15)

xv Lamp. 2 : Kode Penelitian

Lamp. 3: Transkip Wawancara Lamp. 4: Lembar Konsultasi Skripsi Lamp. 5: Surat Penunjukkan Pembimbing

Lamp. 6: Surat Bukti Penelitian Lamp. 7: Surat Keterangan Kegiatan

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 ayat 1

dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

dapat aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan Negara (UUD, 2003: 4).

Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang berproses

melalui beberapa tahap dan tingkatan-tingkatan yang mempunyai tujuan yang bertahap dan bertingkat pula. Pendidikan sebagai usaha membentuk

pribadi manusia harus melalui proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan segera (Uhbiyati, 2010:15).

Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang

mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek

(17)

mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiariyah yang

secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak ke arah kedewasaan/ kematangan yang menguntungkan dirinya (Arifin. 2008:

8).

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

berjenjang. Kehadiran Pendidikan nonformal dan Informal (PNFI) sesungguhnya telah ada sebelum pendidikan formal. Di masyarakat

manapun, pada saat pendidikan formal belum ada, warga masyarakat belajar sesuatu melalui PNFI.

Pendidikan non formal dan informal diletakkan pada tatanan

Pendidikan Sepanjang Hayat, karena membantu masyarakat untuk mengembangkan diri melalui proses pendewasaan yang selalu

berusaha menemukan kepuasan bagi diri sendiri, serta dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan untuk kebermaknaan

diwaktu yang akan datang. Pengertian pendidikan sepanjang hayat dan belajar sepanjang hayat secara konsep saling mengisi dan tidak terpisahkan satu sama lain.

Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, yaitu bahwa individu-individu dalam

(18)

19).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam non formal adalah pendidikan Islam yang setiap kegiatan

terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari

kegiatan yang lebih luas, yang sengajadilakukan untuk melayani manusia di dalam mencapai tujuan belajarnya.Bersamaan dengan itu, Islam memandang pendidikan sebagai dasar utama seseorang

diutamakan dan dimuliakan.

Salah satu wadah pendidikan Islam nonformal adalah pendidikan

yang diselenggarakan di masjid, maka dari itu masjid harus mempunyai kegiatan-kegiatan yang dapat menarik masyarakat di sekitar masjid. Sehingga dengan adanya beberapa kegiatan tersebut dapat meningkatkan

pendidikan Islam masyarakat.

Masjid merupakan tempat ibadah multifungsi. Masjid bukanlah

tempat ibadah yang dikhususkan untuk shalat dan I’tikaf semata. Masjid menjadi pusat kegiatan positif kaum muslimin dan

bermanfaat bagi umat .Dari sanalah seharusnya kaum muslimin merancang masa depannya, baik dari segi din (agama), ekonomi, politik, sosial, dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para

pendahulunya memfungsikan masjid secara maksimal.

Fungsi masjid selain sebagai tempat ibadah adalah sebagai

(19)

menerima duta-duta asing, tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam, tempat bersidang, dan madrasah bagi orang-orang yang ingin

menuntut ilmu khususnya tentang ajaran Islam. Pendidikan kaum Muslim berpusat di masjid-masjid. Masjid Quba merupakan masjid

pertama yang dijadikan Rasulullah SAW sebagai institusi pendidikan. Di dalam masjid, Rasululllah SAW mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqah dimana para sahabat duduk

mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya jawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-hari (M. Syafi’i Antonio,

2007: 185).

Dalam dunia pendidikan Rasulullah, menggunakan masjid sebagai tempat pengajaran agam Islam. Pendidikan Islam memiliki

hubungan erat dengan masjid. Pendidikan Islam merupakan motor atau mesin bagi masjid. Masjid tidak akan makmur jika jama’ah atau

masyarakat memiliki pendidikan Islam yang rendah. Pendidikan Islamlah yang mengajak mereka berbondong-bondong menuju masjid, mengajarkan kepada mereka pentingnya shalat berjama’ah.Bahkan

masjid menjadi pusat pendidikan Islam (Haidar, 2009: 62).Jika diamati keadaan sebagian besar masjid sekarang sangat memprihatinkan.

Masjid hanya digunakan untuk shalat Jum’at, Maghrib isya, dan subuh. Setelah itu masjid akan dikunci rapat sampai waktu subuh atau shalat Jum’at datang lagi. Masjid dipenuhi jama’ah hanya waktu shalat

(20)

shalat Tarawih semakin maju mendekati imam. Kemudian setelah Ramadhan berakhir, berakhir pula kemakmuran masjid (Supardi dan

Amiruddin, 2001: 119).

Keadaan tersebut tidak oleh dibiarkan berlarut. Masyarakat perlu

dibina dan mengajak mereka untuk mengoptimalkan peran masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam masyarakat. Masyarakat saat ini belum paham tentang fungsi masjid. Mereka

menganggap masjid hanya khusus digunakan untuk shalat dan pengajian saja. Selain dua kegiatan itu mereka menganggap tidak boleh

dilakukan. Maka para tokoh dan takmir masjid yang berkompeten perlu memberikan pengarahan kepada masyarakat. Baik itu melalui rapat RT, pengajian atau cara lainnya. Adapun salah satu cara untuk

memakmurkan masjid adalah menjadikan masjid sebagai lembaga pendidikan Islam bagi masyarakat seperti pengajian, Taman Pendidikan AlQur’an (TPA), kajian dan beberapa kegiatan yang lain.

Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga merupakan masjid

yang ada di Kalibening. Masjid Al Muttaqiin memiliki beberapa kegiatan yang menjadikan masjid tersebut makmur, salah satunya pendidikan Islam berupa Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA),

pengajian tiap hari,tiap bulan, dan tahunan. pengajian taklim, pengajian Akbar, tadarus di bulan Ramadhandan beberapa kegiatan lainnya.

(21)

masyarakat yang selanjutnya menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu pendukung utama dalam meningkatkan pendidikan kualitas pendidikan Islam yaitu takmir masjid yang baik. Karena takmir

masjid sebagai mediator dalam meningkatkan pendidikan nonformal tentunya harus memberikan teladan yang baik. Idealnya takmir masjid adalah seorang Muslim yang memiliki kepribadian islami dengan

sejumlah ciri yang melekat pada dirinya seperti memahami ilmu agama dengan baik, menjaga shalat berjamaah di masjid, bersungguh sungguh

dan bertanggung jawab serta kreatif (Faruq, 2010: 71)

Dari pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan maslah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Takmir Masjid Al Muttaqiin Tingkir Salatiga dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Takmir Masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Masjid Al

(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran Takmir Masjid Al Muttaqiin Tingkir Salatiga dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan

menghambat Takmir Masjid dalam meningkatkan kualitas

pendidikan Islam di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

dan praktis:

1. Manfaat Praktis :

a. Bagi Peneliti :

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan apabila nantinya berkecimpung dalam masyarakat, khususnya dalam hal

peran takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam masyarakat dan mengetahui faktor pendukung dan faktor

penghambat dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga.

(23)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan dengan tujuan terciptanya

pendidikan Islam yang berkualitas. c. Bagi Takmir Masjid Al Muttaqiin :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan khususnya dalam upaya- upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam di masyarakat.

2. Manfaat Teoretis

Untuk menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan kongkrit

tentang peran takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam serta mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di masjid Al

Muttaqiin, Kalibening, Tingkir, Salatiga, sekaligus dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis.

E. Penegasan Istilah

Agar mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah yang

jelas dalam menyusun penelitian ini, maka penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan judul sebagai berikut:

1. Pengertian Takmir

Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam

(24)

Pengurus takmir masjid harus berupaya untuk membentuk remaja

masjid sebagai wadah aktivitas bagi remaja Muslim. Dengan

adanya remaja masjid tugas pembinaan remaja Muslim akan

menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid, melalui bidang

pembinaan remaja masjid, tinggal memberi kesempatan dan

arahan kepada remaja masjid untuk tumbuh dan berkembang,

serta mampu beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai Islam

(Siswanto, 2005: 56-57).

2. Kualitas Pendidikan Islam

Kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu (Depdikbud, 1988: 467).Pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat

awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan (Depdiknas, 2005: 263).

Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang

mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi

(25)

3. Masjid Al Muttaqiin

Masjid Al Muttaqiin adalah salah satu masjid yang ada di

Salatiga.Masjid ini terletak di Desa Kalibening, Tingkir, Salatiga. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang

memiliki kegiatan, yaitu adanya majelis taklim dengan kegiatan seperti pengajian rutin dan pengajian ahad pagi pada bulan Ramadhan dan hari biasa, tadarusan setiap malam bulan

Ramadhan, pengajian akbar, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).

Berdasarkan penjelasan istilah di atas, maka maksud dari judul penelitian “Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam (Studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga)”

adalah untuk mengetahui potret peran masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam serta untuk mengetahui faktor pendukung dan

penghambat kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di masjid Al Muttaqiin. (studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian

yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan

(26)

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi.Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti

observasi, langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik perlengkapan seperti foto,

rekaman, dan lain-lain (Zuriah, 2009: 95).

Melalui metode kualitatif penulis dapat mengenal orang (subjek) secara pribadi dan melihat perkembangan definisi mereka

sendiri tentang dunia ini. Penulis dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan dengan masyarakat mereka sehari-hari,

mempelajari kelompok-kelompok dan pengalaman-pengalaman yang mungkin belum penulis ketahui sama sekali. Yang terakhir metode kualitatif memungkinkan penulis menyelidiki

konsep-konsep yang dalam penelitian lainnya intinya akan hilang. Konsep-konsep seperti keindahan, rasa sakit, keimanan, penderitaan,

frustasi, harapan, dan kasih sayang dapat diselidiki sebagaimana orang-orang yang sesungguhnya dalam kehidupan mereka

sehari-hari (Sugiyono, 2007: 30). 2. Kehadiran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul

data.Peneliti datang dan secara langsung berinteraksi di tengah-tengah objek penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara

(27)

penelitian, tanpa mewakilkan pada orang lain. hal ini bertujuan agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi

data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan dapat diperoleh secara akurat.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Masjid Al Muttaqiin yang berlokasi di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota

Salatiga pada tanggal 01 Maret 2015 sampai dengan selesai. 4. Sumber Data

Sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui dan berhubungan langsung dengan masalah yang

diteliti.

Responden adalah orang yang merespon atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010: 107).Sedangkan informan adalah orang yang

menjadi sumber data dalam penelitian (Alwi, 2007: 794).

Subyek penelitian adalah keseluruhan dari informan atau sumber yang hendak diteliti (Arikunto,2010:256) dalam hal ini

subyeknya adalah:

a. Takmir Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga.

(28)

c. Santri TPA di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah interview (wawancara), observasi, dan dokumentasi. a. Interview (Wawancara)

Interview atau wawancara adalah suatu bentuk

komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution, 1996:

113). Wawancara ialah percakapan dua orang atau lebih (Usman dan Akbar, 1996: 57). Dari hasil wawancara ini diharapkan penulis dapat memperoleh data yang diperlukan

yang berkaitan dengan peran takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam serta faktor

pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam di Masjid Al Muttaqiin Kalibening

Salatiga.

Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar

yang akan ditanyakan (Arikunto, 2010: 197). Dimana pewawancara berpedoman pada pedoman wawancara yang

(29)

mengalihkan pada alur yang telah ditentukan, jika jawaban dari responden mulai menyimpang dari arah

pertanyaan.Dalam hal ini penulis memperoleh keterangan dari responden dengan berdialog langsung.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Arikunto,

2010: 54). Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang belum diperoleh waktu wawancara dan dokumentasi.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen (Arikunto, 2010: 73). Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian seperti:

1) Deskripsi Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga 2) Visi, Misi dan Tujuan berdirinya Masjid Al Muttaqiin

Kalibening Salatiga

3) Struktur Organisasi Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga

4) Sarana dan Fasilitas yang digunakan dalam pendidikan islam

(30)

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008: 244).

Penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif untuk mengolah data dari lapangan:

a. Pengumpulan data

Proses analisis data di mulai dari menelaah seluruh data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti

wawancara mendalam (indepth interview), observasi dan dokumentasi yang diperoleh dari penelitian.

b. Penyajian data

Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan

sesuai dengan data yang telah di reduksi terlebih dahulu. c. Kesimpulan

Yaitu permasalahan penelitian yang menjadi pokok pemikiran

terhadap apa yang akan diteliti. 7. Pengecekan Keabsahan Data

(31)

triangulasi, yakni data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak di cek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari

sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Hal

ini bertujuan untuk membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar terhindar dari subyektivitas.

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai

berikut:

a. Tahap pra lapangan

1 Mengajukan judul penelitian

2 Menyusun proposal penelitian

3 Konsultasi penelitian kepada pembimbing

b.Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:

1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian

2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian

3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan

c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan:

1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian

(32)

1) Penulisan hasil penelitian

2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing

3) Perbaikan hasil konsultasi

4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian

5) Ujian munaqosah skripsi G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari

penelitian ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I: PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang Masalah, Fokus

Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sitematika Penulisan.

Bab II: KAJIAN PUSTAKA, merupakan bagian yang menjelaskan landasan

teori yang berhubungan dengan penelitian yang pertama memuat takmir masjid (definisi peran, pengertian takmir Masjid, kegiatan yang

dilaksanakan takmir), masjid (definisi masjid, sejarah masjid, pengelolaan masjid dan fungsi masjid), pendidikan Islam (definisi, dasar dan tujuan

pendidikan Islam), dan peran takmir masjid dalam meningkatkatkan kualitas pendidikan Islam.

Bab III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, menjelaskan

tentang gambaran umum Deskripsi Masjid Al Muttaqiin Kalibening, Tingkir, Salatiga, Kegiatan –kegiatan di Masjid Al- Muttaqiin, Klibening,

(33)

meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Masjid Al Muttaqiin, kalibening, Tingkir, Salatiga.

Bab IV: PEMBAHASAN, merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang dipaparkan dalam bab III. Pembahasan di lakukan untuk

menjawab masalah penelitian yang di integrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu.

Bab V: PENUTUP, berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.

Takmir Masjid

1 Definisi peran

Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus diselesaikan.

Peran adalah seperangkat tingkat yang dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1988:667). Adapun makna dari kata peran yaitu suatu penjelasan yang menunjuk pada suatu konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu

karakteristik (posisi) dalam struktur sosial dalam masyarakat. 2. Pengertian Takmir Masjid

Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun, merawat maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan remaja

muslim di sekitar masjid. Pengurus takmir masjid harus berupaya untuk

membentuk remaja masjid sebagai wadah aktivitas bagi remaja muslim.

Dengan adanya remaja masjid tugas pembinaan remaja muslim akan

menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid, melalui bidang pembinaan

remaja masjid, tinggal memberi kesempatan dan arahan kepada remaja

masjid untuk tumbuh dan berkembang, serta mampu beraktivitas sesuai

(35)

3. Kegiatan- Kegiatan yang Dilaksanakan Takmir Masjid

a. Pengajian Agama (Majelis Ta’lim)

Majelis ta’lim atau pengajian agama merupakan salah satu

sarana pendidikan dalam Islam yang sering pula berbentuk

halaqah. Diselenggarakan secara berkala dan teratur yang bertujuan uutuk membina dan mengembangkan serta mencerahkan kehidupan (Muliawan, 2005: 161).

b. Taman Pendidikan Al- Qur’an (TPA)

TPA adalah lembaga pendidikan diluar sekolah yang

berfungsi sebagai pengajaran dasar-dasar pelaksanaan ibadah dalam agama Islam, oleh sebab itu bersifat ilmiah (Muliawan, 2005: 160- 161).

c. Kajian Tahsin Al-Qur’an

Program kajian ini dimaksudkan untuk memperkenalkan al- Qur’an dan bacaannya yang ditujukan bagi para remaja. Digunakan

metode-metode praktis dalam belajar membaca al-Qur’an. Melalui

sistem kajian dialogis dibawah bimbingan Ustadz, diharapkan peserta dapat membaca al-Qur’an dengan lancar dan benar (tartil) dan mengerti hukum-hukum tajwidnya (Siswanto, 2005: 295- 298).

B. Masjid

1. Definisi Masjid

Masjid berarti tempat untuk bersujud. Masjid berasal dari

(36)

berarti patuh, taat, tempat sujud, atau tempat menyembah Allah SWT, serta tunduk dengan penuh hormat (Ayub, 2007:1). Secara harfiah,

masjid adalah tempat sujud karena di tempat ini setidak-tidaknya seorang muslim lima kali sehari semalam melaksanakan shalat

(Haidar, 2009:63).Menurut Siswanto, masjid adalah tempat beribadah umat Islam, namun masjid bukan hanya tempat untuk shalat saja, dapat juga dipergunakan untuk kepentingan sosial, misalnya tempat

belajar (Siswanto,2005: 23)

Dengan demikian, masjid merupakan tempat orang berkumpul

dan melakukan shalat secara berjama’ah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi di kalangan kaum muslimin. Di masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jum’at.

2. Sejarah Masjid

Sejarah berdirinya masjid berawal dari hijrahnya Nabi Muhammad SAW di Madinah. Masyarakat Madinah yang dikenal

berwatak lebih halus lebih bisa menerima syiar Nabi Muhammad SAW. Mereka dengan antusias mengirim utusan sambil mengutarakan ketulusan hasrat mereka agar Rasullulah pindah ke

Madinah.

Kaum kafir Makkah mendengar kabar bahwa Nabi akan

(37)

pertimbangan Allah SWT. Nabi keluar rumah dengan meninggalkan Ali bin Abi Thalib, kemudian beliau mengisi tempat tidur beliau.

Pada saat itu, para pengepung tertidur dengan nyenyak.

Setelah terbangun, mereka menemukan sasaran yang diincar

tidak lagi berada di tempat. Pengejaran yang dilakukan kaum kafir Makkah sia-sia. Dengan mengambil rute jalan yang tidak biasa diselingi persembunyian di sebuah gua, Nabi sampai di desa Quba

yang terletak di sebelah barat Laut Yatsrib, kota yang dibelakang hari berganti nama menjadi “Madinatur rosul”, “kota Nabi”, atau

“Madinah”.

Di desa itu Nabi Muhammad SAW beristirahat selama empat hari. Dalam tempo pendek itulah Nabi membangun masjid bersama

para sahabat beliau dari Makkah yang sudah menunggu disana. Ali bin Abi Thalib yang datang menyusul Nabi ikut mengangkat dan

meletakkan batu, sehingga tampak sekali keletihan pada wajah beliau. Jerih payah Nabi dan para sahabat menghasilkan sebuah masjid yang

sangat sederhana yang disebut Masjid Quba.

Bangunan Masjid Quba terdiri dari pelepah kurma, berbentuk persegi empat, dengan enam serambi yang bertiang. Masjid pertama

dalam sosialisasi Islam itu hanya sekedar tempat untuk bersujud, Padang pasir yang tandus. Sejarah mencatat, Masjid Quba berdiri

(38)

masjid ini merupakan tonggak kokoh syiar keislaman periode awal (Ayub, 2007: 2-3).

Pendidikan kaum Muslim berpusat di masjid-masjid. Masjid Quba juga merupakan masid pertama yang dijadikan Rasullulah

SAW sebagai institusi pendidikan. Di dalam masjid, Nabi Muhammad SAW mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqah dimana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk

mendengar dan melakukan Tanya jawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-hari (M. Syafii Antonio, 2007: 185).

Di masjid Quba pula Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat shalat berjama`ah dan menyelenggarakan shalat jumat yang pertama kali. Selanjutnya Nabi membangun masjid lain di tengah

kota Madinah, yakni Masjid Nabawi yang kemudian menjadi pusat aktifitas Nabi dan pusat kendali seluruh masalah umat muslimin. Di

antara pusat masjid yang dijadikan pusat penyebaran ilmu dan pengetahuan adalah Masjidil Haram, Masjid Kuffah, dan Masjid

Basrah.

3. Pengelolaan Masjid

Mengelola masjid pada zaman sekarang ini memerlukan ilmu dan

ketrampilan manajemen. Pengurus masjid harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Metode/pendekatan, perencanaan,

(39)

masjid modern. Sebab bukan saatnya lagi pengurus mengandalkan sistem pengelolaan tradisional yang tanpa perencanaan, tanpa pembagian tugas,

tanpa laporan pertanggung jawaban keuangan, dan sebagainya.

Untuk membentuk kepengurusan yang baik, diperlukan organisasi

dan manajemen yang tangguh serta didukung Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, baik kualitas iman, ilmu, maupun amal shalihnnya. Guna mewujudkan semua itu, langkah-langkah konsolidasi

dan perbaikan perlu dikedepankan. Termasuk didalamnya, upaya perkaderan anggota yang lebih terstruktur dan terarah, bukan berlangsung

apa adanya atau terjadi dengan sendirinya. Menurut Drs. EK Imam Munawir, organisasi adalah merupakan kerja sama diantara beberapa orang untuk mencapai suatu tujuan dengan mengadakan pembagian dan

peraturan kerja secara efektif dan efisien. Didukung juga dengan adanya remaja masjid. Remaja masjid disini merupakan wadah kerja sama yang

dilakukan oleh dua orang remaja atau lebih yang memiliki keterkaitan dengan masjid untuk mencapai tujuan bersama.

Remaja muslim disekitar masjid adalah sumber daya manusia pendukung organisasi yang sangat potensial. Penyatuan mereka dalam suatu wadah terorganisir dimaksudkan untuk mempersatukan segenap

potensi, persepsi, dan ukhuwah. Mereka bisa diolah kembangkan potensi dan kemampuannya untuk menjadi penggerak aktivitas dalam mencapai

(40)

keberhasilan dalam perjuangan menegakkan dakwah Islamiyah di lingkungan masjid tersebut (Siswanto, 2005:52-54).

Untuk itu perlu adanya sebuah takmir masjid dengan system manajemen yang baik dalam mengelola dan memakmurkan masjid, agar

bias meningkatkan kualitas pendidikan Islam anggotanya. Untuk mendapatkan takmir masjid yang baik, seharusnya takmir dipilih harus mempunyai beberapa criteria sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S

At-Taubah ayat 18 sebagai berikut:

18. hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang

beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,

Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Berdasarkan ayat di atas maka terdapat criteria takmir masjid sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT, meliputi:

a. Beriman kepada Allah dan ahri kemudian b. Mendirikan shalat

c. Menunaikan zakat

(41)

Setelah memilih takmir masjid sesuai kriteria di atas, perlu juga manajemen yang baik dalam pengelolaannya. Manajemen yang baik akan

membantu takmir masjid dalam merencanakan, melaksanakan setiap rencana dan mengevaluasi semua pelaksanaan kegiatan.

Manajemen sendiri memilki pengertian yaitu suatu proses yang terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling) dengan memanfaatkan ilmu dan seni dalam

usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. George R. Terry berpendapat bahwa prinsip-prinsip manajemen ada empat yaitu:

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling), yang disingkat dengan POAC (Siswanto, 2005: 102-104).

Adapun tugas dan tanggung jawab takmir masjid dari masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Penasehat

Penasehat dalam organisasi takmir masjid memiliki tugas dan

tanggung jawab sebagai berikut:

1) Memberikan nasehat kepada ketua dan pengurus takmir masjid lainnya.

2) Memberikan pendapat mengenai suatu hal apabila diminta oleh ketua takmir.

(42)

1) Memimpin dan mengendalikan kegiatan para anggota pengurus dalam melaksanakan tugasnya, sehingga mereka tetap berada

pada kedudukan atau fungsinya masing-masing. 2) Mewakili organisasi ke luar dan ke dalam.

3) Melaksanakan program dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

4) Menandatangani surat-surat penting (surat atau nota

pengeluaran/dana/harta kekayaan organisasi).

5) Mengatasi segala permasalahan atas pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh para pengurus.

6) Mengevaluasi semua kegiatan yang dilaksanakan oleh para pengurus.

7) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan seluruh tugas organisasi kepada jama`ah.

c. Sekretaris

1) Mewakili ketua dan wakil ketua apabila yang bersangkutan

tidak hadir atau tidak ada di tempat.

2) Memberikan pelayanan teknis dan administrative. 3) Membuat dan mendistribusikan undangan.

4) Membuat daftar hadir rapat /pertemuan.

5) Mencatat dan menyusun notulen rapat/pertemuan.

(43)

1) Memegang dan memelihara harta kekayaan organisasi, baik berupa uang, barang-barang inventaris, maupun tagihan.

2) Merencanakan dan mengusahakan masuknya dana masjid serta mengendalikan Rencana Anggaran Belanja Masjid sesuai

dengan ketentuan.

3) Menerima, menyimpan, membukukan keuangan, barang tagihan, dan surat-surat berharga.

4) Mengeluarkan uang sesuai dengan keperluan atau kebutuhan berdasarkan persetujuan ketua.

5) Menyimpan surat bukti penerimaan dan pengeluaran uang. 6) Membuat laporan keuangan rutin atau pembangunan atau

laporan khusus

e. Seksi Pendidikan dan Dakwah

1) Merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan

pendidikan dan dakwah, yang meliputi: a) Peringatan hari besar Islam

b) Jadwal imam dankhatib Jum’at c) Jadwal muadzin dan bilal Jum’at d) Shalat Idul Fitri dan Idul Adha

2) Mengkoordinir kegiatan sholat Jum’at f. Seksi Pembangunan, Pemeliharaan, Kebersihan

(44)

2) Mengatur kebersihan, keindahan, dan kenyamanan di dalam dan di luar masjid.

3) Memelihara sarana dan prasarana masjid.

4) Mendata kerusakan sarana dan prasarana masjid dan

mengusulkan perbaikan.

5) Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh ketua g. Seksi Peralatan dan Perlengkapan

1) Merencanakan, mengatur, dan menyiapkan peralatan, yang meliputi:

a) Menginventaris harta kekayaan masjid.

b) Menyiapkan pengadaan peralatan untuk kelancaran kegiatan masjid.

c) Mendata barang-barang yang rusak atau hilang dan menyusun rencana pengadaannya.

d) Mengatur dan melengkapi sarana prasarana perpustakaan masjid

2) Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh ketua. h. Seksi Sosial dan Kemasyarakatan

1) Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan sosial dan

kemasyarakatan, yang meliputi:

a) Santunan kepada yatim piyatu, janda, jompo, dan orang

terlantar.

(45)

c) Pernikahan. d) Kematian.

e) Qurban/akikah.

2) Melakukan kordinasi dengan pengurus RT/RW dan pemuka

agama/tokoh masyarakat dalam pelaksanaan tugas.

3) Melaksanakan kegiatan khusus yang diberikan oleh ketua. i. Pembantu Umum

1) Membantu secara umum kelancaran kegiatan pengurus masjid, yang meliputi:

a) Menyampaikan undangan.

b) Mengumpulkan infaq/sedekah/amal jariyah/zakat. c) Mengajak warga masyarakat memakmurkan masjid.

d) Sebagai penghubung organisasi dengan jama`ah/ masyarakat (Ayub, 2007:46-50).

Dalam melaksanakan tugas, pengurus tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Koordinasi dan kerja sama merupakan sifat utama dalam praktek

berorganisasi. Dalam bekerja sama inilah diperlukan adanya kekompakan, baik dalam melaksanakan program/kegiatan masjid maupun dalam upaya memecahkan berbagai kendala dan hambatan yang

timbul. Kekompakan pengurus masjid sangat berpengaruh terhadap kehidupan masjid. Kegiatan-kegiatan masjid akan berjalan baik dan

(46)

kegiatan akan mudah diatasi oleh pengurus yang kompak bahu membahu. Tanpa pengurus masjid yang kompak, maka akan terjadi kepincangan

dalam kepengurusan yang berakibat kegiatan masjid terganggu dan lumpuh.

4. Fungsi Masjid a. Definisi Fungsi

Fungsi adalah sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis

yang sama berdasarkan pelaksanaannya. Suatu organisasi menyelenggarakan fungsi-fungsi dalam rangka melaksanakan

sebuah tugas pokok (http://www,wikiapbn.com/artikel/fungsi, diakses pada tanggal 11 Januari 2015).

b. Fungsi Masjid

Masjid merupakan tempat ibadah multi fungsi. Masjid bukanlah tempat ibadah yang dikhususkan untuk shalat dan I`tikaf semata.

Masjid menjadi pusat kegiatan positif kaum muslimin dan bermanfaat bagi umat. Dari situlah seharusnya kaum muslimin

merancang masa depannya, baik dari segi din (agama), ekonomi, politik, sosial, dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para pendahulunya memfungsikan masjid secara maksimal.

Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allahh SWT, tempat shalat dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari

(47)

yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan, iqamah, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan ucapan lain yang

dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah.

Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan manajemen yang baik.

Tegasnya, perlu tindakan mengaktualkan fungsi dan peran Masjid. Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan

shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja.

Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain

dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai

tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain

sebagainya. Berikut beberapa di antaranya adalah: 1) Sebagai Tempat Beribadah

Fungsi dan peran Masjid yang pertama dan utama adalah

sebagai tempat dzikir dan shalat (Ahmad Yani.2009: 37). Shalat memiliki makna, ”menghubungkan”, yaitu

(48)

Ghazalba berpendapat bahwa shalat adalah hubungan yang teratur antara muslim dengan tuhannya (Allah).

Ibadah shalat ini boleh dilakukan dimana saja, karena seluruh bumi ini adalah Masjid (tempat sujud), dengan ketentuan

tempat tersebut haruslah suci dan bersih. Akan tetapi Masjid sebagai bangunan khusus rumah ibadah tetap sangat diperlukan. Karena, Masjid tidak hanya sebagai tempat

kegiatan ritual-sosial saja, tetapi juga merupakan salah satu simbol terjelas dari eksistensi Islam (Azyumardi.2002: 234).

2) Sebagai Tempat Menuntut Ilmu.

Sebagaimana yang telah banyak dicatat oleh kaum sejarawan bahwa Rasulullah SAW, telah melakukan

keberhasilan dakwahnya ke seluruh penjuru dunia. Salah satu faktor keberhasilan dakwah tersebut antara lain karena

mengoptimalkan masjid, salah satunya adalah bidang pendidikan.

Masjid ini pun digunakan sebagai pusat kegiatan masyarakat sehingga dalam waktu yang relatif singkat selama rentang waktu 23 tahun beliau mampu melakukan

perubahan sosial yang sangat berarti. Seluruh kegiatan umat termasuk pendidikan difokuskan di masjid. Adapun

(49)

dalam perkembangan selanjutnya tumbuh semangat di kalangan umat Islam untuk menuntut ilmu dan

memotivasi mereka mengantarkan anakanaknya untuk memperoleh pendidikan di Masjid sebagai pendidikan

menengah setelah kuttab (Samsul Nizar.2005: 13).

Sebagaimana yang telah dikemukakan Hasan Langgulung bahwa “sarana pendidikan Islam dari kaum

muslimin yang telah melembaga pada masa permulaan Islam adalah kuttab (surau), sekolah (madrasah) dan masjid (Hasan

Langgulung.1985: 32).

Di zaman Nabi Muhammad ilmu agama yang diajarkan AlQur’an dan Hadits dan proses pentransferan

ilmu ini langsung berhubungan dengan masjid sebagai sarana pendidikan Islam. Pangkal tolak dari pelajaran Islam

ialah menghafalkan dan mengartikan Qur’an. Di zaman Nabi pelajaran dilakukan di masjid, dimana nabi sebagai

pendidik dan mukmin-mukmin sebagai peserta didik datang bertemu.

3) Tempat Pembinaan Umat

Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan

(50)

bina keimanan, ketakwaan, ukhuwah Islamiyah, dan dakwah Islamiyah. Sehingga masjid menjadi basis umat Islam yang

kokoh.

4) Pusat Dakwah dan Kebudayaan

Masjid merupakan jantung kehidupan bagi kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebar luaskan dakwah Islamiyah dan budaya Islami. Di masjid pula

direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan dakwah dan kebudayaan Islam yang

menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu masjid berperan sebagai sentra aktivitas dakwah dan kebudayaan. 5) Pusat Kaderisasi Umat

Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepempiminan

umat, masjid memerlukan aktivitas yang berjuang

menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena

itu pemibinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Diantaranya dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ),

remaja masjid maupun takmir masjid beserta kegiatannya. 6) Basis Kebangkitan Umat Islam

(51)

sekian lama tertidur dan tertinggal dalam pencaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan

berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideology, hokum, ekonomi,

politik, budaya, sosial, dan lain sebagainya.

Fungsi-fungsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan operasional yang sejalan dengan program

pembangunan. Umat Islam bersyukur bahwa dalam decade akhir-akhir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang,

baik dari segi jumlahnya maupun keindahan arsitekturnya. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya

kehidupan beragama.

Fenomena yang muncul, memperlihatkan banyak masjid

telah menunjukkan fungsinya sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

Dengan demikian, keberadaan masjid memberikan manfaat bagi jama’ahnya dan bagi masyarakat lingkungannya.

Fungsi masjid yang semacam itu perlu terus dikembangkan

dengan pengelolaan yang baik dan teratur, sehingga dari masjid lahir insane-insan Muslim yang berkualitas dan

(52)

tumbuh kehidupan khaira ummatin (predikat mulia yang diberikan Allah SWT kepada umat Islam).

C. Pendidikan Islam

1. Definisi Pendidikan Islam

Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi pada dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendakian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUD, 2003:4).

Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan mensejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan

umat manusia di dunia dan di akhirat. Islam juga merupakan ajaran yang dating dari Allah sesungguhnya merefleksi nilai-nilai

pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama universal telah memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan

bahagia, yang pencapaiannya bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting untuk membuka jalan

(53)

Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba

Allah. Sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi. Pendidikan Islam

yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiariyah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak kea rah kedewasaan/ kematangan yang

menguntungkan dirinya (Arifin, 2008: 8). 2. Dasar Pendidikan Islam

Dasar adalah landasan tempat berpijak. Dasar suatu bangunan yakni fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar tegak dan kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan Islam yaitu

fondamen yang berupa ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan dating menjadi landasan pendidikan Islam agar tetap tegak

berdiri. Dengan adanya ini, maka pendidikan Islam tidak mudah diombang ambingkan oleh pengaruh luar (Uhbiyati, 2005:19). Dasar

pendidikan Islam secara garis besar ada 3 yaitu al-Qur’an, as-Sunnah dan perundang-undangan yang berlaku di Negara kita.

1) Al-Qur’an

Islam mewajibkan umatnya untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Menurut ajaran Islam,

(54)

umatnya. Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun adalah berkenaan dengan pendidikan. Allah SWT berfirman: (QS.

Al-Alaq (96) 1-5)

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

Menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat ini menjelaskan bahwa seolah-olah Tuhan berkata

hendaknya manusia meyakini akan adanya Tuhan pencipta manusia (dari segumpal darah), dan untuk memperkokoh keyakinan dan memelihara agar tidak luntur hendaknya

melaksanakan pendidikan dan pengajaran (Uhbiyati, 2005:20). 2) As-Sunnah

(55)

Rasulullah SAW pernah bersabda : "Barangsiapa yang

menyembunyikan suatu ilmu yang dengan ilmu itu Allah

memberi manfaat kepada manusia didalam urusan agama,

maka pada hari qiyamat Allah akan mengendalinya dengan

kendali api neraka". [HR. Ibnu Majah]

Hadis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Rasullulah SAW mewajibkan umatnya untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran (Uhbiyati, 2005:22).

3) Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Bahwa Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 mengamanatkan kepada pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketaqwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta memajukan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban

(56)

3. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam

setiap proses pembelajaran karena menjadi acuan seluruh langkah-langkah dalam proses tersebut (thoha, 2004:12).

Menurut Ali Asraf, tujuan pendidikan Islam adalah:

1) Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam dan mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam

dalam konsteks kehidupan modern.

2) Membekali anak didik dengan berbagai kemampuan

pengetahuan dan kebajikan, baik pengetahuan praktis, kesejahteraan lingkungan sosial, dan pembangunan nasional. 3) Mengembangkan kemampuan pada diri anak didik, untuk

menghargai dan membenarkan superioritas komparatif kebudayaan dan peradaban Islami diatas semua peradaban

dan kebudayaan lain.

4) Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif,

sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah. 5) Membantu anak yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir

secara logis dan membimbing proses pemikirannya dengan berpijak pada hipotesis dan konsep-konsep pengetahuan

(57)

6) Mengembangkan, mengharuskan, dan mendalami kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa latin (Ali

Asraf,1989: 130-131)

Menurut Depag, tujuan pendidikan yaitu menciptakan manusia

berakhlak Islam, beriman, bertaqwa, dan meyakininya sebagai suatu kebenaran serta berusaha dan mampu membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, dan feeling di dalam seluruh perbuatan

dan tingkah laku sehari-hari (Depag, 1997:143).

Menurut Arifin, tujuan pendidikan agama Islam adalah

realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin, di dunia dan di akhirat. Merealisasi sikap penyerahan diri

sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya (Arifin, 2004:41)

Beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak mulia serta

menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi luhur menurut ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tujuan diadakan pendidikan Islam nonformal adalah untuk memberikan pemahaman, pengetahuan, dan pembelajaran tentang

(58)

demikian, pendidikan menuntut adaanya proses interaksi antara pendakwah dengan objek pendakwah. Proses tersebut dilakukan

secara terus-menerus, baik dalam bentuk klasikal, seperti halaqah (majelis kecil dalam bentuk lingkaran), dan pengajian rutin, atau

dalam bentuk incidental, seperti tabligh akbar dan lain-lain.

D. Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Islam

Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto adalah sebagai berikut, peranan adalah suatu konsep perihal apa yang

dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarkatan (Soekamto, 2001: 238).

Pengurus masjid yang telah mendapatkan kepercayaan untuk mengelola masjid sesuai denga fungsinya memegang peran penting dalam

memakmurkan masjid. merekalah lokomatif atau motor yang menggerakkan umat Islam untuk mengelola masjid, memakmurkan masjid, membina jamaah, membentuk remaja masjid dan

menganekaragamkan kegiatan yang dapat dikuti oleh masyarakat sekitar. Masjid yang dikelola secara baik akan membuahkan hasil yang baik pula.

(59)

akan berjalan dengan baik, jamaah pun akan terbina dengan baik dan masjid menjadi makmur (Mohammad, 2007: 75).

Peran takmir masjid dapat dilihat dari beberapa kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh takmir masjid. Kegiatannya sebagai berikut:

1. Pengajian Agama (Majelis Taklim)

Majelis taklim adalah salah satu sarana pendidikan dalam Islam. Majelis Taklim lebih dikenal dengan istilah pengajian-pengajian dan

sering pula berbentuk halaqah. Umumnya berisi ceramah atau khutbah-khutbah keagamaan Islam. Tetapi dalam perkembangannya, majelis

taklim sering digunakan sebagai wadah wahana ilmiah, sosiologis, politik, hokum, dan seterusnya. Ini terlihat pada masing-masing di lingkungan perguruan tinggi. Diselenggarakan secara berkala dan teratur

yang diikuti oleh jamaah yang relative banyak yang bertujuan untuk membina dan mengembangkan serta mencerahkan kehidupan (Muliawan,

2005:161)

Dalam kurikulum Majelis Taklim (2004:3), dikemukakan bahwa

majelis taklim berfungsi antara lain:

a. Membina dan mengembangkan agama Islam dalam rangka membentuk masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

b. Sebagai taman rekreasi rohani karena diselenggarakan dengan serius tapi santai

(60)

d. Sebagai motivasi terhadap pembinaan jama’ah dalam mendalami ilmu agama Islam (Umar, 2010:142-144).

2. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)

Taman pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah salah satu organisasi

yang banyak menjamur dimasyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan agama pada anak-anak. TPA sebagai penunjang dari pendidikan agama di MI/SD yang dilaksanakan diluar jam

sekolah. TPA juga berfungsi sebagai pengajaran dasar-dasar pelaksanaan ibadah dalam agama Islam, oleh sebab itu bersifat

alamiah. Sangat perlu untuk menghindari bentuk-bentuk pemaksaan dalam pembelajarannya.

Tujuan didirikannya TPA adalah menyiapkan anak didik menjadi

generasi muslim yang bias membaca al-Qur’an, mencintainya, komitmen terhadapnya dan menjadikannya sebagai pandangan

hidupnya. Materi yang diajarkan juga harus menunjang pemahaman santri tentang pendidikan agama. Materinya seperti materi pokok

yaitu santri dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai tajwid. Sedangkan materi penunjangnya adalah hafalan surat-surat pendek, hafalan bacaan shalat, doa sehari-hari, bahasa Arab, menulis

Arab, Akhlak, dan Aqidah (Cendekia, 2010:11-13). 3. Tahsin Al-qur’an

(61)

Tajwid. Kegiatan Tahsin ini dimaksudkan untuk memperkenalkan al-Quran dan bacaannya melalui metode-metode yang praktis dalam

membaca al-Qur’an, sehingga peserta dapat dan mampu membaca al -Qur’an dengan lancer dan benar (tartil) dan mengerti hukum-hukum

bacaannya.

Kegiatan tahsin diselenggarakan dengan menyediakan forum yang kondusif bagi mereka, terutama untuk belajar membaca dan menulis

huruf al-Qur’an (Arab). Kegiatan tahsin juga diharapkan dapat memberi pencerahan bagi anggota masyarakat dan berbagai manfaat, antara lain:

a. Menambah rasa cinta pada a-Qur’an

b. Meningkatkan kemampuan dalam membaca al-Qur’an c. Mampu menulis huruf al-qur’an (Arab)

d. Mengetahui Ilmu Tajwid

e. Memahami keilmuan seputar al-Qur’an

(62)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga

1. Sejarah Berdiri Masjid

Masjid Al Muttaqiin berdiri di Desa Kalibening Kecamatan Tingkir

Kota Salatiga. Sebelum berdiri bangunan Masjid tersebut masih berupa lahan tanah kosong milik salah satu warga di desa Kalibening. Kemudian

tanah tersebut di wakafkan untuk didirikan sebuah Masjid. Awal berdirinya bentuk masjid belum berupa bangunan kokoh dan megah seperti yang sudah ada pada saat ini, masjid Al Muttaqiin pada masa itu

dibangun masih berupa bilik bambu (gedhek) dan berlantaikan lembaran papan. Masjid ini dibangun dengan gotong royong masyarakat

Kalibening yang sangat antusias dalam proses pembangunannya. Banyak berbagai kalangan membantu dalam proses pembangunan masjid, dari masyarakat yang menyumbangkan sebagian hartanya untuk membeli

bahan pembangunan, pemberian jaburan (makanan untuk para pekerja), dan ada juga yang memberikan bantuan berupa tenaga.

Masjid Al Muttaqiin pada masa itu hanya berukuran separuh dari bangunan yang saat ini telah mengalami banyak perubahan. Masjid Al

(63)

dipimpin oleh KH. Mansur, dan sampai pada saat ini dipimpin oleh KH. Abda’ Abdul Malik.

2. Letak Geografis

Masjid Al Muttaqiin terletak di Desa Kalibening Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga, dengan menempati Area tanah 20x25m2Masjid ini terdiri dari 2 lantai, yang sebagian bangunan yang berada di bawah digunakan sebagai tempat wudhu dan kamar kecil.

Adapun batasannya yaitu :

a. Sebelah Barat berbatasan dengan rumah penduduk

b. Sebelah Timur berbatasan dengan rumah penduduk

c. Sebelah Utara berbatasan dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)Al Muttaqiin dan SMKN 3 Salatiga

d. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah penduduk

Letak geografisnya sangat strategis, karena lingkungan di sekitar

masjid ini terdapat bangunan rumah penduduk. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al Muttaqiin, dan SMKN 3 Salatiga, sehingga secara

otomatis lingkungan masjid ini sangat erat hubungannya dengan pendidikan baik formal maupun nonformal (observasi pada tanggal 1 Maret 2015).

3. Sususan Organisasi

Organisasi adalah merupakan kerja sama di antara beberapa orang

(64)

Berdasarkan dokumentasi dari takmir masjid memberikan rincian struktur organisasi sebagai berikut :

SUSUNAN PENGURUS MASJID AL-MUTTAQIN

KALIBENING TINGKIR SALATIGA PERIODE 2014-2015

Penasehat: 1. KH. Abdak Abdul Malik

2. Susuki Surya Wijaya

Ketua: Masykur Suyuti

Sekretaris: 1. Agus Hamin Shodiq S.Ag.

2. R Mustaghis Hilmiy

Bendahara: 1. H. Komsani

2. Nayiri Seksi-seksi:

a) Dakwah dan Pendidikan: 1. Zainal Arifin

2. Muhtarom

3. Miftahur R

4. Makmun

5. Nasifudin

6. Azam Arifin

b) Humas: 1. Drs. Wiyono

(65)

3. Afandi

c) Perlengkapan: 1. Kabul

2. Maksum Al’arofi d) Pemberdayaan Jama’ah: 1. K. Muhyidin

2. H. Agus Sholeh

e) Kebersiha: 1. Abdillah

2. Munadzir

3. Sabiqun

4. Visi, Misi, dan Tujuan

a. Visi

“Menjadikan Masjid Al Muttaqiin yang unggul dan mampu

mewujudkan desa yang Islami sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah”

b. Misi

1) Menyelenggarakan kegiatan keagamaan untuk meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan.

2) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia

(66)

4) Menciptakan lingkungan masjid yang kondusif, aman, nyaman demi efektifitas seluruh kegiatan dan aktifitas di masjid.

c. Tujuan

“Memberikan semangat bagi para warga untuk lebih

mendekatkan diri kepada Allah dan meletakkan dasar Pendidikan Islam, serta sebagai sentral ukhwah Islamiyah yang berakhlakul karimah”

5. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil dokumentasi dan observasi pada tanggal 1 Maret

2015, masjid Al Muttaqiin Kalibening, Tingkir, Salatiga memiliki beberapa sarana dan prasaran diantarannya :

a. Bangunan

Bangunan yang ada di dalam masjid Al Muttaqiin diantaranya : 1) Masjid

Masjid Al Muttaqiin memiliki ukuran seluas 20x25m2.

Masjid ini terdiri dari 3 lantai, yang sebagian bangunan yang di

bawah digunakan sebagai tempat wudhu dan kamar kecil. 2) Toilet pria dan wanita

3) Tempat wudhu pria dan wanita

(67)

TABEL 3.1

Daftar Inventaris Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir

Gambar

TABEL 3.1
TABEL 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Selesainya skripsi yang berjudul Peran Masjid Al Hikmah Dalam Meningkatkan Pendidikan Islam Pada Masyarakat Di Desa Ponowaren Kecamatan Tawangsari Kabupaten

meningkatkan jamaah shalat 5 waktu di masjid, dan mendorong masyarakat untuk berilmu.Jika ditilik dari segi memakmurkan masjid, Masjid Al Hikmah merupakan salah

UNESCO (1998) memberikan definisi: Pusat kegiatan belajar masyarakat adalah sebuah lembaga pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal

Secara kognitif, keterlibatan ayah dalam kegiatan bermain maupun pengasuhan dan perawatan anak akan membawa dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anaknya

Penelitian yang berjudul “Peran Tahmir Dalam Meningkatkan Kapasitas Keislaman Masyarakat Pidie (Studi Kasus Mesjid Jamik Al-Falah, Kota Sigli)”, bertujuan untuk mengetahui

Implikasi dari penelitian ini adalah berbagai bentuk kegiatan haflah tilawah al-Qur’an yang memberikan dampak positif tehadap nilai-nilai pendidikan Islam yang telah dilakukan oleh

Selain itu, dana masjid yang terkumpul dari masyarakat dapat digunakan untuk mengadakan beberapa kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang positif bagi masyarakat,

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan masyarakat berbasis masjid yang diselenggarakan di masjid agung Al Barkah dapat berjalan dengan baik