• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Furniture Alat Belajar Anak di Rumah Susun Menggunakan Standar Ergonomi, Antropometri, Perancangan dan Pengembangan Produk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Furniture Alat Belajar Anak di Rumah Susun Menggunakan Standar Ergonomi, Antropometri, Perancangan dan Pengembangan Produk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Furniture Alat Belajar Anak di

Rumah Susun Menggunakan Standar Ergonomi,

Antropometri, Perancangan dan Pengembangan

Produk

Valentina Lilian Utomo

Universitas Surabaya Jl. Kali Rungkut Surabaya

valentinalilianutomo@gmail.com

ABSTRAK

Anak-anak penduduk rumah susun banyak melakukan kegiatan seperti belajar, mengerjakan tugas sekolah, makan, dan menonton televisi di ruang tamu. Namun karena ukuran ruang tamu yang kecil, perabotan yang dimiliki berukuran besar dan tidak sesuai untuk rumah susun sehingga rumah susun menjadi semakin sempit dan tidak nyaman bagi anak-anak. Mereka belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah mereka di lantai dengan posisi membungkuk, atau hanya mengenakan meja seadanya. Jika dilakukan terus-menerus, dapat memberikan dampak negatif bagi anak-anak seperti kelelahan, cedera pada punggung, sakit leher bahkan kelainan pada tulang belakang. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan dalam kondisi tersebut dengan melakukan perancangan furniture yang tepat untuk ruang tamu dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di rumah susun dalam upaya mencegah terjadinya dampak negatif yang mungkin terjadi pada anak-anak. Pada penelitian ini digunakan metode observasi langsung kepada penduduk rumah susun. Perancangan furniture mengusung prinsip ENASE, ergonomis, perancang-an dan pengembangan produk (PPP) serta sesuai dengan standar antropometri anak-anak di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta usulan perbaikan untuk penghuni rumah susun, serta pendiri rumah susun. Berupaya meningkatkan kenyamanan rumah susun sebagai rumah tinggal serta menghidarkan anak-anak dari dampak negatif yang mungkin mempengaruhi kesehatan mereka dikemudian hari. Selain menghindarkan dampak negatif bagi anak-anak karena salah posisi duduk, Desain furniture ini juga multifungsi, jika tidak digunakan oleh anak, maka dapat diringkas menjadi kotak, meja tersebut dapat di tumpuk dan dijadikan kursi tamu. Selain itu furniture ini juga dapat membantu ibu-ibu yang akan menggosok pakaian, karena dapat dijadikan alas gosok. Furnitur ini didesai untuk anak usia 5-12 tahun, jika sudah melewati masa pakai tersebut, meja dan kursi dapat dialih fungsikan sebagai rak barang atau rak sepatu.

Kata kunci Antopometri, ENASE, ergonomi, kelelahan, rumah susun

I.PENDAHULUAN

Makalah ini merupakan Penelitian tugas akhir mahasiswa jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya. Penelitian tersebut mengenai perancangan furniture kursi dan meja multi fungsi yang sesuai untuk anak-anak usia sekolah. Makalah penelitian ini mengusung prinsip ENASE, ergonomis, perancangan dan pengembangan produk (PPP) serta sesuai dengan standar antropometri anak-anak di Indonesia. Sehingga sesuai untuk digunakan di bagian ruang tamu di tiap unit rumah susun. Penelitian berfokus pada peningkatan kenyamanan bagi anak-anak rumah susun saat melakukan kegiatan di ruang tamu, dan menghindarkan anak-anak dari kemungkinan dampak negatif yang dapat terjadi karena secara berkepanjangan melakukan kegiatan diatas lantai dengan membungkuk.

(2)

II.ISI MAKALAH A. Latar Belakang Masalah

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Surabaya tahun 2010 hingga 2015 mengalami peningkatan hingga 0.5%. Akibatnya, Surabaya menjadi daerah padat penduduk dengan lahan terbatas. Oleh karena itu, pemerintah membangun perumahan layak huni lebih dari satu lantai yang sering disebut sebagai rumah susun(UU No. 16 Tahun 1985, tentang Rumah Susun).

Pada umumnya, rumah susun berukuran kecil dan cenderung sempit sehingga penduduk rumah susun merasa kurang nyaman. Hal tersebut membuat warga rumah susun tidak memiliki kursi, sofa ataupun meja tengah untuk ruang tamu. Kebanyakan dari mereka meletakkan televisi, lemari dan tempat tidur di ruang tamu, sehingga anak-anak melakukan kegiatan seperti belajar, mengerjakan tugas sekolah, makan, menonton televisi di atas lantai ruang tamu. Ukuran ruang tamu tiap unit rumah susun yang sangat minim, ukuran tersebut masih harus dikurangi dengan perabot-perabot seperti kulkas, lemari buku dan lemari baju. Anak-anak pun menjadi kurang leluasa dan tidak nyaman. Anak-anak dapat mengalami kelelahan, cedera pada punggung, sakit leher bahkan kelainan pada tulang belakang. Kelelahan terbagi menjadi dua, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot dapat ditandai dengan adanya tremor pada otot, atau nyeri pada otot. Sedangkan untuk kelelahan umum, ditandai dengan enggannya melakukan kegiatan, karena keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi anak. Kelelahan pada setiap orang, terutama anak-anak berbeda-beda. Namun pada umumnya, gejala awal yang terjadi adalah kehilangan efisiensi dan produktivitas kegiatan yang dilakukan sehingga menjadi mudah sakit karena penurunan ketahanan tubuh.

Penelitian Tugas Akhir ini merancang furniture kursi dan meja multi fungsi yang sesuai untuk anak-anak usia sekolah. Perancangan furniture tersebut mengusung prinsip ENASE, ergonomis, perancangan dan pengembangan produk (PPP) serta sesuai dengan standar antropometri anak-anak di Indonesia. ENASE adalah singkatan dari efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien (Sutalaksana, 2006). Sehingga sesuai untuk digunakan di bagian ruang tamu di tiap unit rumah susun.

Penelitian berfokus pada peningkatan kenyamanan bagi anak-anak rumah susun saat melakukan kegiatan di ruang tamu, dan menghindarkan anak-anak dari kemungkinan dampak negatif yang dapat terjadi karena secara berkepanjangan melakukan kegiatan diatas lantai dengan membungkuk. Perancangan furniture yang terpilih, nantinya dapat di implementasikan secara langsung pada unit rumah susun dan diserahkan ke pihak pengelolah rumah susun.

B. Perumusan Masalah

Anak-anak penduduk rumah susun banyak melakukan kegiatan seperti belajar, mengerjakan tugas sekolah, makan, dan menonton televisi di ruang tamu. Namun karena ukuran ruang tamu yang kecil, perabotan yang dimiliki berukuran besar dan tidak sesuai untuk rumah susun sehingga rumah susun menjadi semakin sempit dan tidak nyaman bagi anak-anak. Mereka belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah mereka di lantai dengan posisi membungkuk, atau hanya mengenakan meja seadanya. Jika dilakukan terus-menerus, dapat memberikan dampak negatif bagi anak-anak seperti kelelahan, cedera pada punggung, sakit leher bahkan kelainan pada tulang belakang. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan dalam kondisi tersebut dengan melakukan perancangan furniture yang tepat untuk ruang tamu dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di rumah susun dalam upaya mencegah terjadinya dampak negatif yang mungkin terjadi pada anak-anak.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dapat dicapai dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut. 1.Mengidentifikasi permasalahan yang ada mengenai penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan anak-anak saat beraktivitas di ruang tamu/ruang keluarga unit rumah susun mereka.

2.Merancang furniture unit rumah susun yang disesuaikan dengan prinsip ENASE, ergonomis, perancangan dan pengembangan produk (PPP) serta sesuai dengan standar antropometri anak-anak di Indonesia.

(3)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan usulan perbaikan untuk penghuni rumah susun, serta pendiri rumah susun dapat membangun rumah susun beserta furniturenya, sehingga ukuran furniture dalam rumah susun dapat lebih tepat, dalam upaya meningkatkan kenyamanan rumah susun sebagai rumah tinggal.

 Kontribusi Teoritis

Mengetahui manfaat dan aplikasi dari penerapan prinsip ergonomi serta antropometri pada perabotan atau furniture pada unit rumah susun.

 Kontribusi Praktis

Mengetahui dan memperbaiki perabot atau furniture yang ada di dalam rumah susun, agar penghuni rumah susun dapat lebih aman dan nyaman bertempat tinggal di rumah susun.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian mengenai furniture yang digunakan dalam rumah susun diperlukan data-data mengenai kepuasan penggunanya. Tinjauan pustaka diperlukan untuk mengetahui standar dan prinsip-prinsip apa saja yang sudah digunakan dan dapat diterapkan dalam rancangan kedepan, serta melihat produk apa saja yang sudah ada dipasaran. Tinjauan pustaka juga diperlukan untuk memperkuat hasil temuan dan kesimpulan yang diperoleh pada saat melakukan penelitian.

1) Furniture

Furniture pada umumnya berukuran besar, sehingga tidak sesuai dengan kondisi rumah susun yang berukuran kecil. Pada dasarnya sudah banyak toko mebel yang memproduksi meja kursi untuk anak-anak, baik yang terpisah maupun yang sudah menjadi satu kesatuan meja dan kursi. Salah satu contohnya adalah hand chair, pinnochio chair, dan help desk.

Gambar 1 Contoh Produk yang sudah ada

F. Tingkat Kepuasan Penghuni Rumah Susun terhadap Furniture

Data keinginan konsumen dan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk yang sebelumnya telah ada sangat diperlukan saat akan melakukan perancangan suau produk. Perancangan produk yang baru dapat lebih tepat guna, dan menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan oleh produk sebelumnya. Metode yang digunakan adalah metode survey secara langsung kepada anak-anak dan orang tua yang ada di rumah susun.

G. Ergonomi

Ergonomi adalah ilmu yang berasal dari suatu kegiatan. Ilmu tersebut bisa berasal dari orang yang mengerjakan kegiatan dan bagaimana cara orang tersebut menyelesaikan kegiatan tersebut, alat yang digunakan, tempat bekerja, dan aspek psikologi dari situasi saat melakukan pekerjaan tersebut (Pheasant, 1999). Penerapan ergonomi pada suatu benda harus disesuaikan dengan ukuran tubuh penggunanya. Sebelum merancang suatu produk lebih baik mengetahui terlebih dahulu ukuran tubuh target pasar produk tersebut. Ukuran dan dimensi tubuh manusia dapat berbeda berdasarkan asal, suku, tempat tinggal, kebiasaan hidup yang dimiliki (Kroemer, Kroemer, & Kroemer, 2001).

Ergonomi juga dapat dikatakan sebagai ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan fasilitas yang digunakan manusia, dengan kemampuan dan keterbatasan manusia

(4)

baik secara fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan dapat menjadi lebih baik (Tarwaka & Bakri, 2004).

1) Tujuan Ergonomi

Secara umum, tujuan dari ergonomi dapat dikatakan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera akibat kerja, meningkatkan kesejateraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir secara tepat guna. Ergonomi juga bertujuan untuk menciptakan keseimbangan rasional dalam berbagai aspek (Tarwaka & Bakri, 2004).

H. Antropometri

Data dari antropometri sangatlah penting dalam menentukan alat dan cara meng-operasikannya. Hal tersebut sangat mempengaruhi sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja (Tarwaka & Bakri, 2004). Antropometri adalah ilmu kepastian ukuran tubuh manusia (NASA, 1978). Dengan adanya pengukuran panjang, lebar, lingkar, dan distribusi frekuensi, dari manusia, antropometri dapat diterapkan dan berguna dalam perancangan area kerja, equipment, dan product, yang sesuai untuk penggunanya. Antropomerti dapat digunakan sebagai guidelines dalam penentuan tinggi, jangkauan, genggaman, dan jarak pengguna suatu produk. Sehingga human factor yang perlu diperhatikan dapat membuat perancangan area kerja, equipment dan kapasitas ketepatan produk menjadi lebih baik. Baik untuk wanita, pria, anak-anak, orang tua, orang yang besar atau lebar dan orang yang kecil, termasuk mereka yang sedang sakit dan memiliki keterbatasan. Antropometri menggunakan presentil untuk mengukur apakah nilai yang dimiliki orang tersebut sama atau kurang dari standar nilai yang diketahui (Eastman, 2001).

Gambar 2 Gambar Antropometri

Berikut antropometri yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perancangan dan pengembangan produk. Data dibawah ini dibawah ini diperoleh dari (www.antropometriindonesia.org, 2017) untuk anak-anak semua suku di Indonesia pada tahun 2000-2016.

Tabel 1. Data Antropometri yang Didunakan

NO. DIMENSI ANTROPOMETRI PRESENTIL(th)

1 D8 Tinggi tubuh dalam posisi duduk 50 2 D9 Tinggi mata dalam posisi duduk 50

3 D10 Tinggi bahu 50

4 D11 Tinggi siku dalam posisi duduk 5

(5)

NO. DIMENSI ANTROPOMETRI PRESENTIL(th)

6 D13 Pangjang Lutut 95

7 D14 Panjang pantat ke lutut 95

8 D17 Lebar bahu 50

9 D19 Lebar pinggul 95

10 D21 Tebal Perut 95

11 D22 Panjang lengan atas 5

12 D23 Panjang lengan bawah 5

13 D24 Jangkauan tangan 5

14 D33 Panjang rentang siku 5

15 D36 Panjang genggaman tangan 5

Data antropometri anak indonesia secara umum dibandingkan dengan data antropometri anak yang bertempat tinggal di rumah susun, dilakukan uji variance, dan melihat ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan.

I. Perancangan dan Pengembangan Produk

Perancangan dan pengembangan produk adalah semua proses yang berhubungan dengan keberadaan produk, mulai dari identifikasi keinginan konsumen sampai proses produksi atau fabrikasi, penjualan dan delivery produk. Dalam perancangan produk terdapat beberapa komponen, yaitu komponen inti yang terdiri dari bentuk fisik produk, dan segi fungsional produk tersebut, kemudian pengemasan, komponen ini terdiri dari kualitas produk, harga, brand, dan rancangan kemasan itu sendiri. Komponen terakhir adalah pelayanan pendukung. Komponen ini terdiri dari delivery, jaminan, sparepart, service/perawatan dan perbaikan produk (Widodo, 2003).

Karakteristik dari pengembangan produk dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kualitas produk, biaya produksi produk, waktu pengembangannya, biaya untuk pengembangan, serta kapabilitas pengembangan. Masing-masing karakter tersebut memegang peranan penting dalam kesuksesan pengembangan produk. Kualitas produk melihat seberapa kuat dan tahan lamanya produk tersebut. Biaya produk melihat berapa banyak uang yang diperlukan untuk dapat memproduksi produk tersebut, mesin-mesin dan peralatan apa sajakah yang dibutuhkan. Waktu pengembangan produk melihat seberapa cepat menyelesaikan pengembangan produk tersebut. Biaya pengembangan tentu saja berbicara tentang berapa modal atau biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengembangan tersebut. Kapabilitas berbicara soal kemampuan internal produsen. Apakah memeliki kemampuan cukup untuk mengembangkan produk dimasa depan dengan lebih efektif dan ekonomis (Ulrich & Eppinger, 2001).

Perancangan dan pengembangan produk adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam proses perancangan suatu produk. Tiga aspek utama yang harus diperhatikaan, yaitu product quality, product cost, dan developement time, cost & capability.

Dalam proses perancangan desain suatu produk, terdapat beberapa step-step dan metodologi, yaitu menentukan dan mendefinisikan situasi dari desain tersebut darimana sumbernya, analisis permasalahan yang ada, kapan, di mana dan untuk siapa, membuat kriteria desain di mana dijelaskan konstrain, asumsi, dan fakta yang terjadi. Selanjutnya adalah menentukan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan seperti konseptual, metodologi, dan faktual. Lalu menjabarkan pilihan solusi bisa melalui brainstorming, analisis masalah, melihat potensial masalah, dan analisis keputusan. Kemudian yang terakhir adalah pembagian pilihan evaluasi menentukan kepuasan secara objektif, etik, dan kesadaran akan keselamatan.

Perancangan dan pengembangan produk yang beragam memerlukan kesadaran atas waktu, kerja, dan uang. Sebelum produk baru diluncurkan ke publik, produk tersebut harus sudah diuji dan dilakuakan peninjauan ulang. Karena nama baik dan reputasi serta keuangan dari perusahaan dipertaruhkan. Berikut beberapa aktivitas yang perlu diperhatikan dalam pengembangan konsep produk baru:

(6)

1. Identifying customer needs 2. Establishing target spesification 3. Concept generation

4. Concept selection 5. Concept testing

6. Setting final specification 7. Project planning

8. Economic analysis

9. Benchmarking of competitive product 10. Modeling and prototyping

J. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan urutan penelitian yang disesuaikan dengan kerangka berpikir dan tahapan penelitian yang terstruktur sehingga tidak menyimpang dari tujuan penelitian yang ditetapkan.

1.) Kerangka Berpikir

Pengambilan data dilakukan di unit rumah susun Penjaringan Sari 3 Surabaya. Dalam rumah susun tersebut terdapat 99 unit yang dapat ditempati warga. Warga rumah susun terdiri dari bebagai umur, mulai anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Anak-anak pun juga ada yang masih bayi atau baru dilahirkan, balita dan anak-anak yang sudah bersekolah. Dalam setiap unitnya terbagi menjadi beberapa bagian ruangan, yaitu ruang tamu atau ruang keluarga, kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan balkon jemuran. Kegiatan yang banyak dilakukan anak-anak dalam ruang keluarga atau ruang tamu adalah makan, bermain, belajar dan menonton televisi. Semua kegiatan tersebut dilakukan di atas lantai atau lesehan, sehingga saat belajar dan makan mereka membungkuk atau posisi yang salah. Jika kegiatan tersebut terus dilakukan dan secara jangka panjang, dapat berakibat fatal. Punggung, pundak, dan leher akan terasa sakit. Jika posisi duduk anak salah, maka akan mengakibatkan kelainan pada tulang belakang.

Saat mengerjakan tugas, ataupun belajar anak akan cenderung tidak nyaman dan tidak fokus, sehingga hasil kerja mereka akan kurang optimal. Melihat dari sisi kesehatan, kegiatan mereka tersebut sangatlah berbahaya di kemudian hari, atau berdampak jangka panjang. Sehingga diperlukan perancangan furniture untuk kegiatan belajar anak-anak. Selain untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan warga rumah susun, diharapkan dengan adanya furniture ini dapat mengurangi atau mencegah kemungkinan terjadinya dampak negatif bagi anak-anak di rumah susun.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan beberapa, metode tersebut anara lain, wawancara, observasi langsung, pengukuran langsung, dan data historis rumah susun yang sudah ada. Metode wawancara dilakukan guna memperoleh data yang berkaitan dengan kegiatan apa yang sering dilakukan oleh warga rumah susun baik orang tua maupun anak-anak, keinginan warga mengenai produk yang akan didesain dan kelebihan serta kekurangan produk yang sudah ada. Selain itu juga digunakan untuk mengetahui kemampuan atau daya beli e=warga di rumah suusn Penjaringan Sari III dan pengambilan data-data yag diperlukan sebagai pendukung proses desain produk yang akan datang. Observasi langsung dilakukan di rumah susun Penjaringan Sari III, dilakukan dengan melakukan pendekatan ke warga, dan anak-anak mereka. Melihat keadaan lingkungan, suasana dan situasi di rumah susun. Pengukuran dilakukan untuk memperoleh data antropometri. Pengukuran dilakukan pada anak usia 5-12 tahun yang tinggal di rumah susun Penjaringan Sari III. Pengukuran juga disesuaikan dengan dimensi tertentu yang diperlukan sebagai data pendukung desain produk yang akan datang.

(7)

2) Langkah-Langkah Penelitian START

PENGENALAN TERHADAP OBYEK PENELITIAN

PENGAMATAN AWAL - Observasi unit Rumah Susun

- Wawancara Penduduk Rusun - Anak-Anak Rusun Usia 5-12 tahun

PERUMUSAN MASALAH PENETAPAN TUJUAN

PENELITIAN

STUDI PUSTAKA & EXISTING PRODUK  Mencari referensi melalui buku

 Melihat apakah ada produk yang sejenis

 Melakukan perbaikan dari produk yang sudah ada sehingga menjadi nilai tambah

PENGUKURAN ANTROPOMETRI yang

DIPERLUKAN PENGUMPULAN DATA

 Pengumpulan data mengenai kepuasan penghuni rumah susun terhadap produk yang telah ada.

 Pengumpulan Data mengenai apa saja ketidaknyamanan yang dirasakan penghuni  Pengumpulan data mengenai harapan dan

keinginan penghuni

PENGOLAHAN DATA & ANALISIS HASIL  Penetapan konsep dasar desain

 Pengembangan desain Produk  Finalisasi produk

 Prototyping

KESIMPULAN & SARAN - Penarikan kesimpulan terhadap hasil penelitian dan pemberian saran yang relevan

FINISH

Gambar 3 Langkah Langkah Penelitian K. Design Awal

Berikut adalah desain awal yang dapat dirancangkan secara sederhana setelah melakukan literatur review dan survei awal.

(8)

a. Sandaran kursi menggunakna busa dengan ketebalan tertentu b. Engsel sebagai penggerak meja tambahan

c. Lubang pada tengah meja untuk kaki anak d. Meja tambahan

e. Engsel penguat meja tambahan

f. Laci meja sebagai tempat menyimpan buku maupun barang lain g. Dudukan kursi anak

h. Tempat siku

i. Spons sandaran tulang ekor j. Sandaran kursi anak

a b c d f e h i cc j f g

Gambar 4 Contoh Desain Awal

Design di atas selanjutnya akan di test menggunakan concept testing dengan melibatkan kurang lebih sekitar 5 calon user.

L. Analisis Hasil

Setelah dilakukan pengambilan data, pengolahan data dan perancangan, didapat hasil

desain awal seperti pada gambar 3. Desain tersebut memiliki ukuran yang sesuai untuk –anak, karena perancangannya disesuaikan dengan standar ergonomi, antropometri, dan perancangan dan pengembangan produk. Meja dengan ketinggian dan lebar yang sesuai dengan jangkauan anak-anak. Laci sebagai penyimpanan barang-barang anak, sehingga tidak menumpuk atau bercecer. Kursi tempat duduk anak di desain dengan lebar dan tinggi sesuai, posisi kursi dibuat lesehat dikarenakan posisi duduk yang baik adalah bentuk ‗V‘ atau dilipat, sudut lumbar tubuh maks 60o, membungkuk maksimal 30o. Selain menghindarkan dampak negatif bagi anak-anak karena salah posisi duduk, Desain furniture ini juga multifungsi, jika tidak digunakan oleh anak, maka dapat diringkas menjadi kotak, meja tersebut dapat di tumpuk dan dijadikan kursi tamu. Selain itu furniture ini juga dapat membantu ibu-ibu yang akan menggosok pakaian, karena dapat dijadikan alas gosok. Furnitur ini didesai untuk anak usia 5-12 tahun, jika sudah melewati masa pakai tersebut, meja dan kursi dapat dialih fungsikan sebagai rak barang atau rak sepatu.

(9)

III PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian diatas, didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Banyak anak yang mengerjakan aktivitas dengan posisi yang salah, dikarenakan ruangan yang sempit dan kurang memadai.

2. Orang tua kurang paham akan bahayanya duduk dalam posisi yang salah bagi anak di kemudian hari.

3. Dengan adanya penelitian ini, unit rusun akan lebih rapi, ringkas, dan anak-anak dapat belajar dengan posisi yang tepat. Hal tersebut dapat mengurangi resiko atau dampak negatif yang mungkin terjadi dikemudian hari.

4. Furniture multifungsi sangat membantu warga rumah susun.

DAFTAR PUSTAKA

Eastman, Kodak Company. , 2001, Ergonomic Design for People at Work, Van Norstrand Reinhold, Vol. 1, hlm. 284-285, USA: Van Norstrand Reinhold.

Kroemer, Karl; Kroemer, Henrike & Kroemer.E,Katrin. , 2001, Ergonomics: How to design for easy and efficiency, New Jersey: Prentie Hall.

PERDA Surabaya no 15 tahun 2012 pasal 9.

Pheasant, Stephen, 1999, Body space, Anthropometry, Ergonomics and the design of work, 2th ed, London: Taylor Francis.

Sutalaksana, Iftikar.Z, 2006, Teknik Peracangan Kerja, 2th ed, p. 6, Bandung: ITB.

Tarwaka, Solichul HA. & Bakri, L.Sudiajeng., 2004, Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja, dan produktivitas, hlm. 7,10,107, Surakarta: UNIBA Press.

UU No. 16 Tahun 1985, tentang ―Rumah Susun‖.

Ulrich, K.T. & Eppinger, Steven. D., 2008, Product Design and Development, 4th ed, Singapore: McGrawHill Companies.

Widodo, I Djati. ,2003, Perencanaan dan Pengembangan Produk, hlm. 1-3, Yogyakarta: UII Press. Wignjosoebroto, Sritomo., 2000 , Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Bandung: ITB.

Gambar Contoh Produk yang Sudah Ada: www.jatim.bps.go.id (akses 3 Maret 2017) www.aliexpress.com (akses 15 April 2017)

www.probohindarto.wordpress.com (akses 15 April 2017) www.wisataresamjambi.blogspot.co.id (akses 15 April 2017

Gambar

Gambar 1 Contoh Produk yang sudah ada
Gambar 2 Gambar Antropometri
Gambar 3 Langkah Langkah Penelitian  K.  Design Awal
Gambar 4 Contoh Desain Awal

Referensi

Dokumen terkait