Sub bahasan
Ventrikel Septal Defek
Patent Ductus Arteriosus
Persisten
Tetralogi Fallot
Atrium Septal Defect
Demam Reumatik
Kep.
Anak
vTitik Anggraeni
Askep Anak dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler
Kelainan kardiovaskuler pada anak dapat digolongkan menjadi :
§ Penyakit jantung bawaan (PJB) atau conginetal heart disease (CHD)
§ Penyakit jantung yang didapat
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (PJB)
Merupakan kelainan susunan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, terjadi sebelum bayi lahir. Kelainan ini tidak selalu memberikan gejala setelah bayi lahir. PJB merupakan kelainan yang disebabkan gangguan perkembangan sistem kardiovaskuler pada embrio yang diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Penggolongan yang cukup sederhana adalah penggolongan PJB didasarkan pada adanya sianosis serta vaskularisasi paru.
1. PJB non-sianotik dengan vaskularisasi bertambah, misalnya defek septum ventrikel (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriosus persisten (DAP)
2. PJB non-sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Misalnya: stenosis aorta (SA), stenosis pulmonal (SP), dan koartaksis aorta
3. PJB sianotik dengan vaskularisasi berkurang, misal: tetralogi fallot 4. PJB sianotik dengan vakularisasi paru bertambah, misal: transposisi
arteri besar (TAB)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DEFEK SEPTUM VENTRIKEL
PENDAHULUAN
Defek septum ventrikel (DSV)/ventricle septal defect (VSD) merupakan suatu keadaan dimana sekat (septum) ventrikel tidak terbentuk sempurna sehingga pada saat sistolik, darah mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Hal ini mengakibatkan darah yang beredar dalam seluruh tubuh berkurang lebih lanjut akan menghambat pertumbuhan anak.
Pengertian
Defek septum ventrikel seatu keadaan abnormal, yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.
Penyebab/etiologi
☼ Penyebab secara pasti tidak diketahui. Akan tetapi ada beberapa faktor
predisposisi penyebab terjadinya VSD, yaitu : pada saat hamil ibu menderita rubella, ibu hamil dengan alkoholik, usia pada saat hamil lebih dari 40 tahun, ibu menderita IDDM.
☼ Faktor genetik : anak dengan Down syndroma memiliki resiko
terjadinya VSD
Patofisiologi
Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resisten sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal. Hal ini menyebabkan darah mengalir ke ventrikel kiri ke ventrikel kanan yang selanjtunya mengalir ke arteri pulmonal masuk ke dalam paru.
Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan di ventrikel kanan meningkat.
Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berkut :
o Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah
kaya oksigen melalui defek tersebu ke ventrikel kanan.
o Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya
dipenuhi darah, dan dapat menyebabkan naiknya tekanan vaskuler pulmoner.
o Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat,
menyebabkan pirau balik, mengalirkan darah yang miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan sianosis (sindroma Eisenmenger)
Gambaran klinik
1. Tanda khas murmur pansistolik keras dan kasar, umumnya paling jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum.
2. Beban yan terlalu berat dari ventrikel kanan menyebabkan hipertropi dan pembesaran jantung yang nyata.
3. Dengan meningkatnya resistensi vaskuler paru, sering terdapat dispnue dan infeksi paru.
4. Mungkin terdapat tanda-tanda sianosis, termasuk mengambil posisi jongkok dan pengurangan aliran balik vena.
Komplikasi
1. Gagal jantung kronik. 2. Endokarditis infektif.
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmoner. 4. Penyakit vaskuler paru progresif.
5. Kerusakan sistem konduksi ventrikel
Pemeriksaan diagnostik
1. Kateterisasi jantung menunjukkan adanya hubungan abnormal antar ventrikel.
2. EKG
3. Foto rontgen 4. Echochardiografi
Penatalaksanaan medis
1. Dopamin(inotropin): untuk meningkatkan curah jantung dan meningkatkan tekanan sistolik serta tekanan diastolik. Digunakan untuk mengobati gangguan hemodinamik yang disebabkan bedah jantung terbuka. Dosis diatur untuk mempertahankan tekanan darah dan refusi ginjal.
2. Isoprotenol (Isoprel): meningkatkan curah jantung dan kerja jantung, menurunkan tekanan disatolik dan tekanan rata-rata sambil meningkatkan tekanan sistolik.
Pengkajian
a. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek ( sianosis, aktifitas terbatas )
b. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas pendek, sesak nafas, retraksi dada, bunyi jantung tambahan (murmur), edema tungkai, hepatomegali.
c. Kaji adanya tanda hipoksia kronis : clubbing finger. d. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan.
Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malfomasi jantung. b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
oksigen yang masuk dan oksigen yang digunakan.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan kalori.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan menurnnya status kesehatan.
f. Perubahan tumbuh kembang berhubungan dengan tidak adekuatnya nutrisi dan oksigen ke jaringan.
g. Perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak.
h. Kecemasan anak dan orang tua berhubungan dengan hopitalisasi.
Fokus Intervensi
Prabedah :
a. Jelaskan pada anak dengan cara yang sesuai usia, sebelum pembedahan dilakukan.
b. Monitor status dasar anak : · Tanda tanda vital.
· Warna membran mukosa.
· Kualitas dan intensitas nadi perifer. · Waktu pemberian membran kapiler.
c. Bantu dan dukung anak selama melaksanakan uji laboratorium dan uji diagnostik.
Pascabedah :
a. Monitor status pasca bedah anak setiap 15 menit selama 24 jam sampai 48 jam :
☼ Tanda-tanda vital.
☼ Warna membran mukosa. ☼ Kualitas dan intensitas
nadi perifer.
☼ Waktu pengisian kapiler. ☼ Edema periorbital.
☼ Efusi pleural
☼ Pulsus paradoksus atau
penurunan tekanan nadi.
☼ Tekanan arterial ☼ Irama jantung
b. Pantau adanya perdarahan :
☼ Monitor dan ukur output drainage selang dada. ☼ Monitor adanya bekuan dalam selang dada. ☼ Monitor adanya lesi ekimosis dan petekia. ☼ Monitor adanya perdarahan di tempat lain. ☼ Catat output drainage.
☼ Berikan cairan sebanyak 50% - 75% volume rumatan selama 24 jam
pertama.
c. Pantau status hidrasi anak :
☼ Turgor kulit.
☼ Kelembaban membran mukosa. ☼ Barat jenis urine.
☼ Keluaran urine.
d. Monitor adanya tanda dan gejala gagal jantung kronik. e. Monitor status pernafasan anak :
☼ Minta anak untuk miring, batuk, dan menarik nafas dalam. ☼ Lakukan fisioterapi dada.
☼ Lembabkan udara.
☼ Pantau adanya silotoraks.
☼ Berikan obat pereda nyeri sesuai kebutuhan.
f. Monitor adanya komplikasi.
g. Monitor dan redakan adanya nyeri.
h. Berikan dukungan emosional pada orang tua.
Evaluasi
a. Anak menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung.
b. Anak menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh darah.
c. Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
d. Anak akan berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh anak seusianya.
e. Tumbuh kembang anak sesuai dengan kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
f. Anak mempertahankan intake cairan dan makanan untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan.
g. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
h. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan.
Perencanaan pulang
1. Kontrol sesuai waktu yang ditentukan.
2. Jelaskan aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakitnya.
3. Ajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah : a. tehnik pemberian obat.
b. Tehnik pemberian makanan
c. Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal yang mencemaskan. d. Tanda-tanda komplikasi, dan siapa saja yang akan dihubungi jika
perlu pertolongan.
REFERENSI
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fak. Kedokteran UI, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta.
Mayers, M, 995, Clinical Care Plans : Pediatris Nursing, Mosby, St.
Louis.
Whaley, Wong, D.L, Children’s Nursing, Mosby, St. Louis.
Whaley, Wong, D.L, 2000, Essential of Pediatric Nursing, Mosby, St.
Louis.
Whaley, Wong, D.L, 2000, Nursing are of Infant and Children, Mosby,
PENDAHULUAN
Pada masa janin duktus arteriosus diperlukan untuk mengalirkan darah dari arteri pulmonalis ke aorta. Saat tersebut paru janin belum berfungsi, sehingga hanya memerlukan sedikit darah sehingga sebagaian besar darah dari arteri pulmonalis dialirkan ke aorta melalui duktus arteriosus. Setelah bayi lahir, duktus ini menutup. DAP terjadi kalau duktus ini tidak menutup setelah bayi lahir.
PENGERTIAN
Duktus arteriousus persisten kegagalan menutupnya duktus arteriousus pada minggu pertama setelah bayi lahir, ayng menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
PENYEBAB
Penyebab secara pasti belum diketahui, akan tetapi faktor keturunan, infeksi dan maternal rubella memegang peranan penting terjadinya DAP.
ASKEP PADA ANAK DENGAN
PATOFISIOLOGI
DAP yang terjadi menyebabkan darah mengalir secara langsung dari aorta (dengan tekanan tinggi) ke dalam arteri pulmoner (dengan tekanan rendah). Aliran dari kiri ke kanan ini menyebabkan resirkularisasi darah yang beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri. Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif. Kejadian ini menimbulkan hiertensi pulmonal dan gagal jantung kanan jika tidak dilakukan koreksi dengan terapi medis atau bedah. Penutupan duktus arteriousus tergantung pada respon konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktusa dalah kerja prostaglandin, tananan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus, dan keadaan si bayi (prematur atau cukup bulan). DAP lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirau ke kanan cenderung lebih besar.
GAMBARAN KLINIK
1. Kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung : tekanan nadi besar (water hammer pulses), ujung jari hiperemia, resiko endokarditis dan
obstruksi pembuluh darah pulmonal.
2. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah. 3. Apnue.
4. Tachipneu. 5. Retraksi dada. 6. Hipoksemia.
7. Murmur persisten (sistolik, kemudian paling nyata terdengan di tepi sternum kiri atas)
KOMPLIKASI
1. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur) 2. Enterokolitis nekrose.
3. Ganggaun sistem respirasi : sindroma gawat nafas atau displacia broncopulmoner.
4. Perdarahan gastrointestinal.
5. Hiperkalemia terjadi karena output urine menurun. 6. Anemia yang terjadi karena keracunan digitalis. 7. Gagal tumbuh kembang.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto thoraks : atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan, gambaran vaskuler paru meningkat.
2. Ekokardiografi. 3. EKG
4. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Menghalangi aliran darah dari kiri ke kanan dengan tujuan untuk mencegah komplikasi DAP. Bila pirau bersifat signifikan secara hemodinamik, dapat dilakukan tindakan konservatif dengan restriksi cairan dan pemberian obat :
1. Lasix/furosemid diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban jantung. 2. Indometasin/indosin (inhibitor prostaglandin): digunakan untuk
penatalaksanaan cairan dan deuretik gagal menurunkan pirau duktus dari kiri ke kanan tersebut. Indomeasin harus dipantau dengan pemeriksaan laboratorium baik sebelum, selama, maupun sesudah pemberian.
3. Pemberian antibiotik 4. Tindakan pembedahan.
Pengkajian
a. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)
b. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat, sesak nafas, retraksi dada, bunyi jantung tambahan, edema tungkai, hepatomegali. c. Kaji adanya hipoksia kronis : clubbing finger.
d. Kaji adanya hyperemia pada ujung jari. e. Kaji pola makan dan tumbuh kembang.
f. Pengkajian psikososial anak yang disesuaikan dengan usia, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga, dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung. b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal. c. Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
d. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan pada saat maka dan meningkatnya kebutuhan kalori.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan. g. Perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak,
kekhawatiran terhadap penyakit anak.
Askep Anak dengan
Tujuan dan kriteria hasil
a. Anak menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung.
b. Anak menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh darah paru.
c. Anak mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
d. Tumbuh kembang anak sesuai dengan kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
e. Anak mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan.
f. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
g. Orang tua mengekspresikan perasaan akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
Fokus intervensi
a. Pertahankan curah jantung yang adekuat :
☼ Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna, dan kehangatan kulit.
☼ Observasi derajat sianosis : sirkumoral, membran mukosa, clubbing finger.
☼ Monitor tanda-tanda CHF : gelisah, tachipneu, sesak nafas, lelah saat makan dan minum susu, edema periorbital, oligouria, dan hepatomegali.
☼ Kolaburasi pemberian digoxin sesuai advis dengan menggunakan tehnik pencegahan bahaya toksisitas.
☼ Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload. ☼ Berikan diuretik sesuai indikasi.
b. Kurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh darah paru :
☼ Monitor kualitas dan suara serta irama pernafasan. ☼ Atur posisi tidur anak dengan posisi fowler.
☼ Hindarkan anak dari orang terinfeksi. ☼ Berikan istirahat yang cukup.
☼ Berikan nutrisi yang optimal. ☼ Berikan oksigen jika ada indikasi.
c. Pertahankan tingkat aktivitas adekuat :
☼ Ijinkan anak untuk seirng beristirahat, dan hindarkan gangguan
pada saat tidur.
☼ Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan. ☼ Bantu anak untuk memilih permainan dan aktifitas ringan
☼ Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi
dan kemampuan anak.
☼ Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin
☼ Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan/kecemasan pada
anak.
d. Berikan support untuk tumbuh kembang anak :
☼ Kaji tingkat tumbuh kembang anak.
☼ Berikan stimulasi tumbuh kembang : aktivitas bermain sesuai
tumbuh kembang.
☼ Libatkan orang tua agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat
di rumah sakit.
e. Pertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai :
☼ Sediakan diit seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat. ☼ Monitor tinggi dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk
grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak.
☼ Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari
kelelahan saat makan.
☼ Monitor intake dan output dengan benar. ☼ Monitor balance cairan.
f. Berikan support pada orang tua :
☼ Ajarkan keluarga/orang tua untuk emngekspresikan perasaannya. ☼ Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa
bersalah, berdukam dan perasaan tidak mampu.
☼ Libatkan orang tua mengenai perasaab ketakutan dan kecemasan
orang tua dengan memberikan informasi yang jelas.
☼ Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit. ☼ Berikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota
kelurga yang lain dalam perawatan anak.
PERENCANAAN PULANG
1. Instruksikan pada orang tua untuk mengamati dan melaporkan adanya tanda-tanda distress jantung dan pernafasan.
2. Ajarkan pada orang tua dara pemberian obat.
3. Beritahukan pada orang tua nama dokter atau perawat yang dapat dihubungi untuk mendapatkan pertolongan medis atau pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.
4. ajarkan pada orang tua tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi dan perawatan anak dengan baik.
5. anjurkan dan instruksikan orang tua tetang cara-cara mengadakan aktivitas stimulasi yang sesuai dengan perkembangan.
1. Apa yang dimaksud dengan Duktus Arteriousus Persisten pada anak ? 2. Sebutkan penyebab dari DAP ? 3. Jelaskan manifestasi klinik pada anak dengan DAP ? 4. Sebutkan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan DAP ! LATIHAN SOAL
PENDAHULUAN
Tetralogi fallot merupakan kelainan jantung bawaan dengan gejala sianosis yang timbul sejak bayi lahir, dan bertambah nyata jika bayi menangis/menetek lama. Bila kelainan ringan, sianosis akan timbul setelah anak besar.
PATOFISIOLOGI
Tetralogi fallot defek jantung sianotik konginetal yang terdiri dari empat defek sruktural, yaitu : defek septum ventrikel, stenosis pulmoner yang dapat berupa infundibular, valvular, supravalvular, atau kombinasi yang menyebabkan obstruksi aliran darah ke dalam arteri pulmoner, hipertrofi ventrikel kanan, dan berbagai derajat penolakan aorta. Defek septum ventrikel rata-rata besar. Pada pasien dengan tetralogi fallot, diameter aortanya lebih besar dari normal sedangkan arteri pulmonernya lebih kecil dari normal. Gagal jantung kongestif jarang terjadi karena tekanan di dalam ventrikel kiri dan kanan sama besar akibat defek septum tersebut. Masalah utama dari gangguan ini hipoksia. Derajat sianosis berhubungan dengan beratnya obstruksi anatomik terhadap aliran darah dari ventrikel kanan ke dalam arteri pulmoner, selain dengan status fisiologik anak tersebut.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
TETRALOGI FALLOT
MANIFESTASI KLINIK
1. Sianosis, muncul setelah beberapa bulan, jarang tampak pada saat lahir, dan bertambah berat secara progresif.
2. Serangan hipersianotik :
a. Peningkatan frekwensi dan kedalaman pernafasan. b. Sianosis akut.
c. Iritabilitas sistem saraf pusat yang dapat berkembang sampai lemah dan pingsan dan akhirnya menimbulkan kejang, stroke, dan kematian.
3. Jari tabuh (clubbing fingers)
4. Pada awalnya tekanan darah normal dapat meningkat setelah beberapa tahun mengalami sianosis dan polisitemia berat.
5. Posisi jongkok klasik mengurangi aliran balik vena dari ektrimitas bawah dan meningkatkan aliran darah pulmoner dan oksigenasi arteri sistemik.
6. Gagal tumbuh.
7. Anemia yang menyebabkan perburukan gejala : a. Penurunan toleransio terhadap latihan. b. Peningkatan dispneu.
c. Peningkatan frekwensi hiperpnea paroksimal. 8. asidosis.
9. Murmur.
10. Klik ejeksi setelah bunyi jantung pertama.
11. Posisi lutut atau kepala ke dada selamam serangan atau setelah latihan.
KOMPLIKASI
1. Penyakit vaskuler pulmoner. 2. Deformitas arteri pulmoner kanan
Komplikasi yang muncul setelah tindakan pembedahan antara lain : 1. Perdarahan : terutama pada anak-anak dengan polisitemia.
2. Emboli atau trombosis serebri 3. Gagal jantung kongestif
4. Oklusi dini pada pirau 5. Hematotoraks
6. Pirau kanan ke kiri persisten pada tingkat atrium, terutama pada bayi. 7. Sianosis persisten.
8. Kerusakan nervus frenikus. 9. Efusi pleura
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto thorak : menunjukkan peningkatan atau penurunan aliran pulmoner. Tidak ada bukti-bukti pembesaran jantung.
2. EKG : menunjukkan hiperrofi ventrikel kanan, hipertrofi venrikel kiri, atau keduanya.
3. Analisa gasa darah 4. Hematokrit.
5. Ekokardiogram : mendeteksi defek septum, posisi aorta, dan stenosis pulmoner.
6. Kateterisasi jantung : peningkatan tekanan sistemik dalam ventrikel kanan,penurunan tekanan arteri pulmoner dengan penurunan saturasi hemoglobin arteri.
7. Jumlah trombosit menurun.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Antibiotik : pemilihan jenis antibiotik tergantung kultur dan uji sensitivitas. Kadang digunakan untuk profilaksis.
2. Diuretik (misal : furosemid) digunakan untuk meningkatkan diuresis, mengurangi kelebihan cairan, digunakan dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif.
3. digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, isi sekuncup dan curah jantung serta menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk mengobati gagal jantung kongesti dan aritmia jantung tertentu (jarang diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar).
4. Besi : untuk mengatasi anemia.
5. Propanolol (inderal) : sebuah beta bloker menurunkan denyut jantung dan kekuatan serta iritabilitas miokard, dipakai utnuk mencegah atau mengobati serangan hipersianosii dengan menghambat pusat pernafasan dan reflek batuk.
6. NaHCO 3 : dipakai untuk mengobati ion bikarbonat dan memulihkan kapasitas buffer tubuh.
Pengkajian
1. Pengkajian kardiovaskuler : a.Nadi :
☼ Denyut Apeks : frekwensi, irama, dan kualitas.
☼ Nadi perifer : ada atau tidak ada. Jika ada : frekwensi, irama,
kualtas, dan kesimetrisan.
☼ Tekanan darah : semua ektrimitas.
b.Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi :
☼ Lingkar dada (toraks) ☼ Adanya deformitas toraks. ☼ Bunyi jantung-murmur. ☼ Titik impuls maksimum.
c. Tampilan Umum :
☼ Tingkat aktivitas.
☼ Tinggi dan berat badan.
☼ Perilaku gelisah dan ketakutan.
d.Kulit :
☼ Pucat, sianosis membran mukosa, ektrimitas, dan dasar kuku. ☼ Diaforesis.
☼ Suhu.
e.Edema : periorbital dan ekstrimitas.
2. Kaji tingkat aktivitas dan tahap perkembangan anak. 3. Kaji adanya perubahan status kardiopulmoner
4. Kaji adanya nyeri pasca bedah.
5. Kaji adanya tanda-tanda komplikasi : perdarahan, gagal jantung kongestif, aritmia, regurgitasi pulmoner, efusi pleura, gangguan keseimbangan cairan elektrolit,kelebihan cairan, hepatomegali, dan komplikasi neurologik.
Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktivitas 2. Ansietas.3. Takut.
4. Penurunan curah jantung. 5. Perubahan perfusi jaringan. 6. Kelebihan volume cairan. 7. Resiko tinggi infeksi 8. Resiko tinggi cidera.
9. Perubahan proses keluarga. 10. Koping individu tidak efektif.
11. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan. 12. Resiko tinggi perubahan tumbuh kembang.
Intervensi Keperawatan
Perawatan Pemeliharaan :
1. Pantau adanya perubahan status kardiopulmoner.
2. Pantau dan pertahankan status hidrasi : intake dan output serta tanda- tanda dehidrasi.
3. Pantau respon anak terhadap pengobatan :
a. Besi untuk anemia defisiensi besi dan polisitemia.
b. Antibiotik : diberikan sebelum, selama, dan sesudah pembedahan sebagai profilaksis terhadap endokarditis bakterial sub akut.
c. Diuretik untuk gagal jantung kongestif sebelum atau sesudah pembedahan.
d. Digitalis untuk mengatasi serangan hipersianotik e. Morfin untuk mengatasi serangan hipersianosis.
f. Propanolol untuk mengatasi serangan hipersianosis untuk penatalaksanaan jangka panjang.
g. Natrium bikarbonat diberikan jika timbul sianosis.
4. Berikan makanan dengan diit tinggi besi untuk mengobati anemia defisiensi besi dan protein untuk meningkatkan penyembuhan.
5. berikan tambahan oksigen sesuai indikasi.
6. Lindungi anak dari kontak dengan potensi infeksi, dan tingkatkan praktik pencegahan untuk mencegah endokarditis bakterial subakut : a. Lakukan skrening pengunjung terhadap infeksi
b. Berikan instruksi pada anak dengan keluarga tentang perawatan yang baik.
c. Observasi dengan cermat adanya demam dan abrasi secara berkala untuk pemberian profilaksis antibiotik.
7. Pantau adanya tanda-tanda komplikasi dan respons anak terhadap program pengobatan : Asidosis, Anemia, dan Abses otak
Perawatan Pra Bedah :
1. Siapkan anak untuk pembedahan dengan memperoleh data pengkajian: a. Pemeriksaan darah lengkap : urinalisis, glukosa serum dan BUN. b. Elektrolita dasar.
c. Koagulasi darah.
d. Golongan darah dan cek cross e. Foto thoraks dan EKG
2. Berikan penjelasan tentang persiapan bedah sesuai dengan usia anak. 3. Jangan ukur tekanan darah atau mengambil darah arteri pada lengan
dengan pirau potensial.
Hasil yang diharapkan
1. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia. 2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia.
3. Anak bebas dari komplikasi pasca bedah.
PERENCANAAN PULANG
1. Buat agar keluarga menyadari bahwa profilaksis antibiotik untuk perawatan gigi dan bedah memang diperlukan.
2. Jelaskan pada keluarga tentang pembatasan latihan, jika pembatasan masih diperlukan.
3. Jelaskan pada orang tua tentang pemberian obat dan respon anak terhadap obat tersebut.
4. Jelaskan pada orang tua tentang pelaksanaan resusitasi jantung paru (RJP).
5. Ajarkan pada orang tua tentang ketrampilan menjadi orang tua :
a. Perlu mempertahankan harapan umum tentang perilaku dan perbuatan yang tidak baik.
b. Melanjutkan tindakan/program pengobatan.
c. Metoda strategi untuk membantu anak hidup normal dan mengatasi masalah.
1. Apa yang dimaksud dengan tetralogi fallot ?
2. Sebutkan manifestasi klinik terjadi pada anak dengan tetralogi fallot : 3. Sebutkan masalah keperawatan yang mungkin timbul pada anak
dengan tetralogi fallot !
4. Sebutkan rencana pemulangan untuk anak dengan tetralogi fallot !
Atrial Septal Defek ( ASD) dibedakan menjadi 3 bentuk anatomis,sebagai berikut :
1. Defek sinus Venosus / Defek pada Vena Kava Superior à bila defek terletak diatas fosa ovalis, tidak mempunyai tepi atas yg jelas dan biasanya disertai dg vena pulmonalis yg bermuara rendah di vena kava superior.
2. Defek Fosa Ovalis / DSA sekundum/Defek atrium sekunder/ASD II à bila defek terletak difosa ovalis.
3. Defek septum atrium primum/ASD I à biasanya disertai dg kelainan katup atriventrikular,tergantung saat timbulnya gangguan pertumbuhan.
INSIDENSI
Sebanyak 80 % merupakan defek septum atrium sekunder dan sisanya merupakan defek sinus venosus ataupun defek septum atrium primer. GAMBARAN KLINIK
Biasanya tidak tampak kelainan jantung Tumbuh kembang anak seperti anak normal
Pada pirau yg sangat besar, timbul gejala cepat lelah,dispnea Anak sering menderita infeksi saluran pernafasan.
ASKEP PADA ANAK DENGAN
ATRIUM SEPTAL DEFEK
PATOFISIOLOGI
DSA sekunder biasanya terjadi krn septum interatrial tdk berkembang baik,shg tjd defek disekitar foramen ovale yg tidak menutup pd waktu anak lahir.
Pada mulanya tekanan jantung kiri lebih besar dr jtg kanan,maka sebagian darah mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan ( Left to right shunt ) mll defek interatrial.
Tergantung besarnya defek & jumlah darah yg mengalir ke kanan yg mengakibatkan aliran darah pulmonal 3-4 X lebih banyak dr aliran sistemik,hal ini mengakibatkan tekanan arteri pulmonal meningkat. Hipertensi pulmonal ini menyebabkan ventrikel kanan bekerja lebih berat & akhirnya mengalami dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan, sementara aliran sistemik berkurang karena pengisian atrium kiri dan ventrikel kiri juga berkurang.
Apabila tekanan dipulmonal,ventrikel kanan dan atrium kanan makin meningkat,menyamai tekanan atrium kiri maka darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan pada saat sistol dan saat diastole akan berbalik dari atrium kanan ke atrium kiri.
Pada kasus lanjut, aliran darah akan mengalir sepenuhnya dari atrium kanan ke kiri pada saat sistol maupun diastole.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan fisik
Ro thorak
EKG
PENATALAKSANAAN MEDIS DSA kecil tdk dioperasi
DSA besar dilakukan tindakan operasi ( Operasi dilakukan dibawah umur 10 th ) KOMPLIKASI
Hipertensi Pulmonal
PENGKAJIAN KEPERAWATAN Pengkajian kardivaskuler,meliputi : § Nadi : frekuensi,irama,dan kualitas § Tekanan darah
§ Tampilan umum : tingkat aktifitas,perilaku gelisah § Kulit : Pucat,sianosis,diaforesis,suhu.
§ Auskultasi bunyi jantung : murmur sistolik didaerah katup pulmonal disela iga 2-3 parasternal kiri.
§ Kaji apakah anak sering batuk pilek sejak kecil § Kaji adanya palpitasi, sesak nafas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan cardiac output
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai darah dengan kebutuhan tubuh.
Resiko infeksi saluran pernafasan berhubungan dengan adanya pirau darah.
PENGERTIAN
Demam reumatik adalah penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif jantung, tulang, jaringan subkutan, & pembuluh pada pusat system persyarafan, sebagai akibat infeksi beta-Streptococcus Hemolyticus Grup –A.
Demam Reumatik adalah sindrom klinis akibat infeksi beta-Streptococcus Hemolyticus Grup –A dengan satu / lebih gejala mayor yaitu : Poliartritis
migrans akut, Karditis, Korea Monir, Nodul Subcutan, dan eritema Marginatum.
ETIOLOGI
§ Secara pasti tidak diketahui.
§ Demam Reumatik berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta –Streptococcus Hemolyticus golongan A. Kira-kira 3 % penderita infeksi saluran nafas oleh kuman tersebut akan mengalami komplikasi demam reumatik/ penyakit jantung reumatik. § Demam Reumatik terjadi 2-6 Minggu setelah tidak ada pengobatan/
pengobatan tidak tuntas terhadap kuman A Betahemolitik.
§ Predisposisi: Faktor genetic, Ruang/tempat tinggal yang sesak meningkatkan resiko.
PATOFISIOLOGI
Streptococcus dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ektrasel (terutama Streptolisin O, Streptolisin S, Hialuronidase, Streptokinase,
ASKEP PADA ANAK DENGAN
DEMAM REUMATIK
erythrogenic toxin. Demam reumatik timbul akibat kepekaan tubuh terhadap beberapa produk tsb.
Produk tersebut merangsang terbentuknya antibody. Reaksi silang antibody terhadaop Streptococcus pada otot jantung akan mempunyai susunan antigen mirip antigen Streptococcus. Hal inilah menyebabkan reaksi Autoimun yang mengakibatkan reaksi peradangan miokardial dan Valvular.
Klien yang sembuh dari infeksi Streptococcus terdapat + 20 sistem antibody-antigen, beberapa diantaranya menetap lebih lama. ASTO ( Anti Streptolisisn O ) merupakan antibody paling dikenal & paling sering digunakan sebagai indicator infeksi Streptococcus.
MANIFESTASI KLINIS
Demam reumatik perjalanannya terbagi 4 stadium : 1. Stadium I
" Infeksi saluran nafas atas oleh Beta–Streptococcus Hemolyticus " Klien mengeluh demam, batuk, nyeri telan, muntah, diare. " Eksudat di tonsil, pembesaran getah bening sub mandibular.
" Biasanya berlangsung 2-4 hr & sembuh sendiri tanpa pengobatan. 2. Stadium II ( Periode Laten )
" Masa antara infeksi Streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik.
" Berlangsung 1-3 mgg, korea dapat timbul 6 mgg/berbulan-bulan kemudian.
3. Stadium III ( Fase Akut Demam Reumatik )
Timbul perbagai manifestasi klinis demam reumatik, digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Gejala peradangan umum
§ Demam tidak tinggi tanpa pola tertentu, lesu, anoreksia, iritabel, BB menurun, pucat karena anemia (tertekannya eritropoeis,
bertambahnya volume plasma, & memendeknya umur eritrosit), Artralgia ( Nyeri Sendi )
§ Pemeriksaan Laborat : Tanda peradangan Akut (Terdapat C- reactive Protein, Lekositosis dan LED meninggi ), Titer ASTO meninggi , EKG terjadi pemajangan interval P-R
b. Manifestasi spesifik demam reumatik § Artritis
§ Karditis
§ Chorea ( Pergerakan yang tidak disadari pada tungkai, lengan, muka )
§ Eritema Marginal ( Merah pada kulit yang lesi kemudian muncul macula pada trunkus dan perifer )
§ Adanya nodul pada subcutan. 4. Stadium IV ( Stadium Inaktif )
§ Pada stadium ini klien deman reumatik tanpa kelainan jantung / klien penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katub tidak menunjukkan gejala apa-apa.
§ Sewaktu-waktu dpt mengalami reaktifitas penyakitnya.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
§ Riwayat adanya infeksi sal. Nafas atas / gejala § ASTO positif
§ Meningkatnya C- reactive protein
§ Meningkatnya antihyaluronidase, meningkatnya sedimen SDM (Eritrosit) § Rontgen jantung & Echocardiogram tampak pembesaran.
PENATALAKSANAN MEDIS
§ Pemberian antibiotik
§ Mengobati gejala peradangan, gagal jantung, dan Chorea.
PENGKAJIAN PERAWATAN
§ Kaji riwayat penyakit
§ Monitor komplikasi jantung ( CHF dan Aritmia ),
§ Auskultasi Jantung : Bunyi jantung melemah dengsn irama derap diastole
§ Kaji adanya : Nyeri, peradangan sendi, lesi pada kulit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan Polyartritis
2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi Streptococcus
3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan proses pengobatan, pembatasan aktifitas, resiko komplikasi jantung.