• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN JETTY MEULABOH ACEH BARAT - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN JETTY MEULABOH ACEH BARAT - Repository utu"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar belakang

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada suatu perusahaan sangatlah penting sekali sebab merupakan salah satu pemenuhan aspek hukum terkait Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. kesadaran dan kerja sama dari semua pihak untuk mendukung penerapan K3 sebagai salah satu upaya untuk menekan terjadinya kasus- kasus kecelakaan kerja yang selama ini banyak terjadi pada sektor konstruksi, perhubungan baik darat, laut, dan udara, pertambangan serta sektor lainnya. Sehingga, dengan adanya perlindungan kerja yang maksimal, dapat dipastikan akan berpengaruh pada ketenangan bekerja, produktifitas, dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja.

Peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangatlah vital, selain sebagai salah satu aspek perlindungan terhadap tenaga kerja juga berperan untuk melindungi aset perusahaan. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien, sehingga proses produksi berjalan lancar. Hak atas jaminan keselamatan ini membutuhkan prasyarat adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya (Pudjowati, 2008).

(2)

K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas (Kusuma, 2011).

Penggunaan teknologi disamping memberikan dampak positif, tidak jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber bahaya di tempat kerja baik dari faktor fisik, kimia, biologi, mesin, peralatan kerja dan perilaku manusia merupakan faktor risiko yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Penerapan K3 mengupayakan agar risiko kecelakaan kerja dapat diminimalisasi melalui teknologi pengendalian terhadap lingkungan atau tempat kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga kerja agar terhindar dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan (Budiono, 2008).

(3)

kerja memiliki rasio 10,7 per 100.000 tenaga kerja di mana jumlah kematian yang terjadi akibat penyakit sebanyak 2,02 juta orang dan jumlah kematian akibat kecelakaan kerja 2,34 juta orang (Silaban, 2012).

Ancaman kecelakaan dan penyakit akibat kerja di negara berkembang seperti Indonesia masih sangat tinggi. Hal itu terjadi karena belum adanya pengetahuan dari perusahaan para pekerja. bidang kesehatan dan keselamatan kerja terbesar di dunia, dengan anggota 42.000 orang yang tersebar di 100 negara. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2014 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal dua per hari karena kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 % berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup. Terjadinya kecelakaan kerja tersebut diakibatkan oleh tindakan berbahaya atau tidak aman dari pekerja sebesar 73%, diakibatkan oleh lingkungan kerja yang tidak aman sebesar 25 %, kesalahan pekerja sebesar 10 % dan kecelakaan tak diketahui penyebabnya sebesar 2 % (Kemenakertrans RI, 2014).

(4)

Data Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Aceh Barat tahun 2015 tercatat 102 perusahaan di mana perusahaan-perusahaan tersebut telah menyerap 3.788 pekerja. Adapun jumlah kecelakaan maupun penyakit yang ditimbulkan akibat risiko kerja menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja berada pada angka 175 pekerja dan penyakit akibat kerja didapatkan 127 pekerja. (Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Aceh Barat, 2015)

Berdasarkan data yang peneliti peroleh terhadap ketenagakerjaan di Pelabuhan Jetty Meulaboh berkaitan dengan penyakit dan kecelakaan kerja yang terjadi, maka pada tahun 2012 terdapat 432 orang tenaga kerja yang mengalami gangguan pernapasan, 9 orang mengalami penyakit Diare, 4 orang mengalami penyakit TB paru, 170 orang mengalami ISPA dan 16 orang mengalami penyakit dermatitis. Selanjutnya pada tahun 2013 terdapat 670 orang mengalami penyakit ISPA, 16 orang mengalami penyakit TB Paru, 4 orang terjadi luka bakar, 54 orang terjadi gangguan pada mata, dan 46 orang mengalami penyakit dermatitis. Sedangan pada tahun 2014 terdapat 40 orang tenaga kerja yang mengalami penyakit ISPA, 6 orang mengalami TB paru, 1 orang terjadi patah tulang, 34 orang menderita gangguan pada mata, 6 orang terjadi luka memar, 14 orang mengalami penyakit dermatitis dan 1 orang mengalami tetanus (Kantor Kesehatan Pelabuhan Banda Aceh Wilayah Kerja Meulaboh, 2015)

(5)

terinfeksi penyakit tersebut karena sebagian tenaga kerja tidak disiplin menggunakan APD di saat bekerja, mereka menganggap penggunaan APD membuat mereka tidak nyaman, berat atau gerah. Oleh karena itu terkadang disaat bekerja mereka melepaskannya (Kantor Kesehatan Pelabuhan Banda Aceh Wilayah Kerja Meulaboh, 2015).

Dari hasil pengamatan peneliti di pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan APD sudah lazim digunakan oleh pekerja, namun pada kenyataannya belum semua pekerja menggunakan yang menggunakannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan APD yang telah disediakan oleh perusahaan antara lain kurangnya pengetahuan pekerja tentang APD kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak pelabuhan serta alasan APD dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pekerja.

Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan pelindung diri tidak menghilangkan atau pun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya (Suma’mur, 2009).

(6)

mereka. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pelatihan. Peningkatan pengetahuan dan wawasan akan menyadarkan tentang pentingnya penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam penggunaannya.

Berdasarkan latar belakang uraian di atas peneliti tertarik melakukan penulisan proposal lebih lanjut dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian di atas, maka ditetapkan rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah analisis faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat?

1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan penggunaan APD pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

1.3.2. Tujuan Khusus

(7)

1.4. Manfaat Penulisan 1.4.1. Manfaat Teori

Secara teoritis penulisan ini dapat bermanfaat bagi: 1. Peneliti

Penulisan ini dapat meningkatkan pengetahuan teoritis peneliti terhadap kajian penulisan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat serta dapat menjadi bekal penulis dalam melakukan penulisan lain di masa yang akan datang.

2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Penulisan ini dapat menambah pengembangan khasanah perpustakaan ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu kesehatan masyarakat serta penulisan ini dapat menjadi bahan pertimbangan kajian terdahulu bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penulisan tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

1.4.2. Manfaat Praktis

Secara praktis penulisan ini dapat bermanfaat bagi: 1. Tenaga Kerja

(8)

2. Perusahaan

Penulisan ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam upaya mengambil kebijakan untuk meningkatkan pengawasan penggunaan alat pelingdung diri terhadap tenaga kerja.

1.5. Hipotesis Penulisan

Hipotesis penulisan ini adalah:

Ha = Ada hubungan pengetahuan, sikap, pelatihan, ketersediaan APD dan

Referensi

Dokumen terkait

Workshop Online Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis SLiMS bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola perpustakaan dalam mengelola

Berdasarkan arti teks hadis di atas, dapat diambil pemahaman bahwa perempuan tidak diperbolehkan keluar rumah tanpa disertai mahram, termasuk melaksanakan umroh. Oleh

Berdasarkan teori dan juga penelitian yang telah dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa typeface yang digunakan pada buku renungan Pelita mengharuskan typeface

sejumlah syarat bagi seseorang interviewer yaitu harus pembicaraannya harus responsive, tidak subjektif, menyesuaikan diri dengan responden dan pembicaraannya harus terarah.

4.1.1 Kesulitan belajar membaca Al-Qur’an yang dialami siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta tahun 2017 ada beberapa macam, diantaranya yaitu:

a) Menentukan kata kunci dari stakeholder environment requirement. b) Melakukan pemeriksaan kesamaan kata kunci dari masing-masing stakeholder. c) Melakukan pemeriksaan kesesuaian

Mengenai implementasi atau penerapan konsep keluarga sakinah di kalangan keluarga pihak yang terkena sanksi adat karena melakukan pelanggaran adat (dalam hal ini melakukan

Data diatas menunjukkan bahwa dosis pemberian polisakarida krestin dari ekstrak Coriolus versicolor sebanding dengan jumlah eritosit dalam darah karena adanya β-glucan