• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang 65144, HP ;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang 65144, HP ;"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Malang, 26 Maret 2016

1182

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PJBL BERBASIS LESSON STUDY

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

The Application of PJBL Learning Model based on Lesson Study to Improve Student’s Critical Thinking Ability and Learning Result University of Muhammadiyah Malang

Dwi Setyawan

1)

Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang 65144, HP. 085649721048;

email: dwis091187@gmail.com Abstrak

Aspek yang ditingkatkan dalam diri peserta didik yakni proses pembelajaran dan kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran yang ideal adalah pebelajaran yang berorientasi pada pesrta didik (student centered). Adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri pesrta didik (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya akan merubah hasil belajar kearah yang lebih baik. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu diterapkan model pembelajaran Project-based Learning untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar peserata didik. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbasis Lesson Study. Penelitian ini bertujuan; mengetahui perbedaan dan menganalisis peningkatan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar mahasiswa setelah diterapkan model pembelajaran PjBL. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima aspek kemampuan berpikir kritis; 1) mendifinisikan masalah 64%, 2) pemahaman tentang kedalaman dan keluasan masalah 65%, 3) sikap terhadap sudut pandang yang berbeda 68%, 4) identifikasi konsep 66%, dan 5) merumuskan alternatif pemecahan masalah 57% meningkat dan dikategori sedang atau mencapai kategori cukup, sedangkan hasil belajar semua mahasiswa mengalami ketuntasan belajar.

Kata Kunci: PJBL, Kritis, Hasil, Lesson Study Abstract

The aspects that must be improved in student‘s self are learning process and critical thinking ability. The ideal learning is which oriented to student centered. The involvement of the whole or most student‘s potential (physical and nonphysical) and their impression of the lesson study would change result study become better. Based on these problems should be apply PJBL learning model to improve student‘s critical thinking and student‘s learning result. The kind of this research is classroom action research based on lesson study. This study aims are to know the difference and to analyze the enchancement student‘s critical thinking capability and student‘s learning result afterwards applied PJBL learning model. This research result indicates that the fifth critical thinking ability are: 1) defining problems 64%, 2) understanding of depth problems and expansion of problems 65%, 3) attitude toward difference viewpoint 68%, 4) identification concept 66%, and 5) formulate alternative problem solving 57%, all of the five points above increased and categorized as moderate. Indeed, all of the student‘s learning result is completed.

(2)

Malang, 26 Maret 2016

1183 PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001), dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri pesrta didik (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan dimasa yang akan datang (life skill). Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah Seperti yang diutarakan Yusoff bin Harun dalam Project-based Learning Handbook. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya anak didik pintar secara teoritis tetapi miskin secara aplikasi.

Lemahnya proses pembelajaran, dimana pesrta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah usaha yang sengaja dilakukan secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip logika serta mempertimbangkan berbagai sudut pandang untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan apakah informasi itu diterima, ditolak atau ditangguhkan penilaiannya. Selanjutnya menurut Zubaidah dalam Hadi (2007).

Permasalahan yang timbul adalah pesrta didik tidak mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Pesrta didik juga memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik karena mereka diajar dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dengan metode ceramah. Pembelajaran yang ideal adalah pebelajaran yang berorientasi pada pesrta didik (student centered), pesrta didik akan berusaha mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan terlibat aktif dalam mencari informasi (Permendiknas No. 22, Th. 2006). Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL) adalah suatu pembelajaran yang didesain untuk persoalan-persoalan kompleks yang mana pesrta didik melakukan investigasi untuk memahaminya, menekankan pembelajaran dengan aktivitas yang lama, tugas yang diberikan pada pesrta didik bersifat multidisiplin, berorientasi pada produk (artefak).

Menurut Mahanal (2009) pembelajaran PjBL secara umum memiliki pedoman langkah: Planning (perencanaan), Creating (mencipta atau implementasi), dan Processing

(pengolahan). Pendekatan pembelajaran berbasis proyek didukung teori belajar konstruktivistik. Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa pesrta didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri. Adanya peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide-ide orang lain, dan merefleksikan ide sendiri pada ide-ide orang lain, adalah suatu bentuk pengalaman pemberdayaan individu. Proses interaktif dengan kawan sejawat itu membantu proses konstruksi pengetahuan (meaning-making process). Menurut pandangan ini transaksi sosial memainkan peranan sangat penting dalam pembentukan kognisi (Richmond & Striley, 1996).

Menurut Cabrera (1992), berpikir kritis adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk melihat dan memecahkan masalah yang ditandai dengan sifat-sifat dan bakat kritis yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi imajinatif dan selalu tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan mempunyai sifat yang tak kalah adalah

(3)

Malang, 26 Maret 2016

1184

selalu menghargai hak-hak orang lain, arahan bahkan bimbingan orang lain. Salah satu pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendekatan PjBL. Fokus dari PjBL terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom untuk mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mengkulminasikannya dalam produk nyata. PjBL merupakan sebuah pembelajaran inovatif yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks yang bertujuan melatih pesrta didik dalam berpikir kritis, kreatif, rasional dan meningkatkan pemahaman materi yang diajarkan serta memberi pengalaman nyata terhadap pesrta didik (Kamdi, 2008).

Proses negosiasi kognitif interpersonal sebagai bentuk dari pengajuan gagasan, debat, dan menerima atau menolak selam proses interaksi dengan kawan sejawat memungkinkan perluasan pengetahuan, keterampilan, memberi peluang pesrta didik bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar sendiri dan puncaknya menghasilkan produk karya pesrta didik bernilai serta realistik sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan berkesan. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas mengenai ―Penerapan Model Pembelajaran PJBL Berbasis

Lesson Study untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang‖. Penelitian ini bertujuan; mengetahui perbedaan dan menganalisis peningkatan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar mahasiswa setelah diterapkan model pembelajaran PjBL.hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dalam kegiatan belajar-mengajar,

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih untuk mendapatkan gambaran-gambaran mengenai tingkah laku subjek penelitian selama proses pembelajaran dengan pemberian suatu tindakan. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau class action research

dipadu Lesson Study. Pada penelitian ini di masing-masing pertemuan baik untuk siklus I maupun siklus II dilaksanakan dengan Lesson Study (LS) yaitu memenuhi 3 tahapan Plan, Do, dan See.

Menurut Susilo (2013) kombinasi PTK dan LS sebagai sarana untuk mengembangkan keprofesionalan pendidik karena melalui PTK pendidik dapat memecahkan masalah-masalah pembelajaran di kelas, sekaligus melalui LS pendidik dapat mengamati bagaimana peserta didik belajar. Penelitian tindakan kelas berbasis Lesson Study ini dilakukan melalui kolaborasi antara peneliti dan dosen. Peneliti terlibat langsung dalam merencanakan tindakan, melakukan tindakan, observasi dan refleksi. Peneliti menggunakan 2 siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Adapun perpaduan antara PTK dan LS yang telah dirancang terlihat seperti pada Tabel 1 sebagai berikut.

(4)

Malang, 26 Maret 2016

1185

PTK LS Kegiatan

Siklus I

 Perencanaan Plan I Awal Siklus I (Plan besar)

 Identifikasi masalah dan penyebabnya  Membuat RPP

 Membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi

 Membuat rubrik penilaian dan angket

 Menyiapkan perangkat evaluasi dan authentic assesment.

 Mempresentasikan perangkat yang telah dibuat  Revisi perangkat berdasarkan masukan tim

Plan II Pertemuan II (Plan kecil)

 Menyiapkan perangkat dan hal-hal yang mungkin masih kurang atau perlu dimaksimalkan

berdasarkan masukan pada refleksi I.

Plan III Pertemuan III (Plan kecil)

 Menyiapkan perangkat dan hal-hal yang mungkin masih kurang atau perlu dimaksimalkan

berdasarkan masukan pada refleksi II dan III sebagai masukan untuk siklus II PTK dipadu LS.  Tindakan

 Observasi / Pengamatan

Do I

Pertemuan I

 Melaksanakan tindakan yang tertuang dalam RPP  Mengamati aktivitas mahasiswa dalam menerima

tindakan dari peneliti selama proses pembelajaran  Menggunakan instrumen penelitian untuk melihat

capaian tiap tindakan

Do II

Pertemuan II

 Melanjutkan melaksanakan tindakan yang tertuang dalam RPP

 Melanjutkan mengamati aktivitas mahasiswa dalam menerima tindakan dari peneliti selama proses pembelajaran

 Melanjutkan menggunakan instrumen penelitian untuk melihat capaian tiap tindakan

Do III

Pertemuan III

 Melanjutkan melaksanakan tindakan yang tertuang dalam RPP

 Melanjutkan mengamati aktivitas mahasiswa dalam menerima tindakan dari peneliti selama proses pembelajaran

 Melanjutkan menggunakan instrumen penelitian untuk melihat capaian tiap tindakan

 Refleksi See I

Pertemuan I (See Kecil)

 Menganalisis hasil observasi melalui diskusi balikan, dan instrumen yang terkumpul  Memberi umpan balik dari observer untuk

perbaikan tindakan dan peningkatan kualitas pada pertemuan berikutnya (pertemuan ke 2)

(5)

Malang, 26 Maret 2016

1186

See II

Pertemuan II (See Kecil)

 Menganalisis hasil observasi melalui diskusi balikan, dan instrumen yang terkumpul  Memberi umpan balik dari observer untuk

perbaikan tindakan dan peningkatan kualitas pada pertemuan berikutnya (pertemuan ke 3)

See III

Pertemuan III (See Besar)

 Menganalisis hasil observasi melalui diskusi balikan, dan instrumen yang terkumpul  Memberi umpan balik dari Observer untuk

perbaikan RPP dan peningkatan siklus selanjutnya

Siklus II

 Perencanaan Plan I Awal Siklus II (Plan besar)

 Identifikasi masalah dan penyebabnya

berdasarkan catatan/masukan refleksi Siklus I  Membuat RPP

 Membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi

 Membuat rubrik penilaian dan angket

 Menyiapkan perangkat evaluasi dan authentic assesment.

 Mempresentasikan perangkat yang telah dibuat  Revisi perangkat berdasarkan masukan tim

Plan II Pertemuan II (Plan kecil)

 Menyiapkan perangkat dan hal-hal yang mungkin masih kurang atau perlu dimaksimalkan

berdasarkan masukan pada refleksi I.

Plan III Pertemuan III (Plan kecil)

 Menyiapkan perangkat dan hal-hal yang mungkin masih kurang atau perlu dimaksimalkan

berdasarkan masukan pada refleksi Idan II.  Tindakan

 Observasi / Pengamatan

Do I

Pertemuan I

 Melaksanakan tindakan yang tertuang dalam RPP  Mengamati aktivitas mahasiswa dalam menerima

tindakan dari peneliti selama proses pembelajaran  Menggunakan instrumen penelitian untuk melihat

capaian tiap tindakan

Do II

Pertemuan II

 Melanjutkan melaksanakan tindakan yang tertuang dalam RPP

 Melanjutkan mengamati aktivitas mahasiswa dalam menerima tindakan dari peneliti selama proses pembelajaran

 Melanjutkan menggunakan instrumen penelitian untuk melihat capaian tiap tindakan

Do III

Pertemuan III

 Melanjutkan melaksanakan tindakan yang tertuang dalam RPP

(6)

Malang, 26 Maret 2016

1187

dalam menerima tindakan dari peneliti selama proses pembelajaran

 Melanjutkan menggunakan instrumen penelitian untuk melihat capaian tiap tindakan

 Refleksi See I

Pertemuan I (See Kecil)

 Menganalisis hasil observasi melalui diskusi balikan, dan instrumen yang terkumpul  Memberi umpan balik dari observer untuk

perbaikan tindakan dan peningkatan kualitas pada pertemuan berikutnya (pertemuan ke 2)

See II

Pertemuan II (See Kecil)

 Menganalisis hasil observasi melalui diskusi balikan, dan instrumen yang terkumpul  Memberi umpan balik dari observer untuk

perbaikan tindakan dan peningkatan kualitas pada pertemuan berikutnya (pertemuan ke 3)

See III

Pertemuan III (See Besar)

 Menganalisis hasil observasi melalui diskusi balikan, dan instrumen yang terkumpul

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi, catatan lapangan, tes kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar diukur melalui tes yaitu tes akhir siklus I dan II. Analisis data dilakukan setiap siklus pembelajaran berakhir. Data yang diperoleh dianalisis sebagai berikut. 1) Tahap pertama, mengelompokkan data yang terkumpul dari berbagai instrumen sesuai dengan jenisnya, 2) Tahap kedua, menyajikan data secara deskriptif kualitatif, 3) Tahap ketiga adalah inferensi, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel atau diagram, 4) Tahap keempat adalah penarikan kesimpulan secara induktif, yaitu menafsirkan data yang sudah dikelompokkan.

Data hasil belajar dari skor tes akhir siklus dan data yang berasal dari proses kemampuan berfikir kritis mahasiswa merupakan data kuantitatif, sehingga teknik analisis datanya adalah sebagai berikut. 1) Kemampuan Berfikir Kritis; Kemampuan berpikir kritis dianalisis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Caranya dengan menganalisis penilaian, dilakukan dengan rubrik. Penilaian rubrik mempunyai rentangan antara 1 untuk skor terendah dan 4 untuk skor tertinggi dalam setiap penjabaran indikator. Langkah selanjutnya yaitu mengelompokkan skor ke dalam kategori keterampilan berpikir kritis sesuai dengan penilaian rubrik. Hasilnya kemudian dianalisis pada kategori mana yang paling banyak muncul pada setiap siklus. 2) Hasil Belajar; Data hasil belajar yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai standar ketuntasan minimal (SKM) yang berlaku di prodi pendidikan biologi UMM yaitu dengan nilai minimal mencapai 55,0-59,9 dengan nilai huruf (C) sehingga mahasiswa dapat dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai ≥ 55,0-59,9. Selanjutnya seluruh mahasiswa dinyatakan telah tuntas belajar secara klasikal apabila ketuntasan belajar mencapai 75% dari jumlah siswa yang terdapat pada kelas tersebut. Ketuntasan belajar klasikal dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

(7)

Malang, 26 Maret 2016

1188 Ketuntasan Belajar Klasikal =

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Keterlaksanaan Tindakan pada Siklus I Kemampuan Berpikir Kritis

Analisis dilakukan dengan menghitung skor masing-masing aspek yang diperoleh mahasiswa, kemudian digunakan untuk melihat skor setiap aspek yang diperoleh mahasiswa, kemudian digunakan untuk melihat persentase skor setiap aspek kemampuan berpikir kritis mahasiswa secara klasikal. Setelah menghitung persentase skor kemampuan berpikir kritis tersebut selanjutnya mengklasifikasikan skor tersebut ke dalam kategori: kurang sekali, kurang, cukup, baik dan baik sekali. Pada akhir perhitungan, diperoleh klasifikasi nilai secara klasikal untuk mengetahui kemampuan berpikir mahasiswa secara keseluruhan. Data hasil kemampuan berpikir mahasiswa pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Siklus I

Indikator Kemmpaun Berpikir Skor (%) Kriteria I1 I2 I3 I4 I5 54 55 58 55 46 Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Keterangan:

I1 : Mendefinisikan masalah utama

I2 : Pemahaman tetang kedalaman dan keluasan masalah I3: Sikap terhadap sudut pandang yang berbeda

I4 : Identifikasi konsep

I5 :Merumuskan alternatif pemecahan masalah Hasil Belajar Mahasiswa Siklus I

Hasil belajar diperoleh melalui rerata Pengukuran hasil belajar siswa berdasarkan gabungan pre-test, post-test, nilai desain proyek, nilai produk, yang dilaksanakan pada Siklus I. Hasil belajar individu digunakan untuk mengetahui jumlah mahasiswa yang tuntas belajar. Jumlah mahasiswa yang tuntas belajar tersebut digunakan untuk menentukan hasil belajar secara klasikal. Adapun hasil belajar mahasiswa Siklus I dapat dilihat pada Tabel 3.

(8)

Malang, 26 Maret 2016

1189 Tabel 3. Hasil Belajar Mahasiswa Siklus I Ketuntasan Belajar Jumlah

Mahasiswa Jumlah Mahasiswa Keseluruhan Persentase ketuntasan Tuntas belajar 18 37 49 %

Tidak tuntas belajar 19 37 51 %

Keterlaksanaan Tindakan pada Siklus II Kemampuan Berpikir Kritis

Tabel 5. Data Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Siklus II

Indikator Kemmpaun Berpikir Skor (%) Kriteria I1 I2 I3 I4 I5 64 65 68 66 57 Sedang Sedang Sedang Sedang Kurang Keterangan:

I1 : Mendefinisikan masalah utama

I2 : Pemahaman tetang kedalaman dan keluasan masalah I3: Sikap terhadap sudut pandang yang berbeda

I4 : Identifikasi konsep

I5 :Merumuskan alternatif pemecahan masalah

Kemampuan berpikir kritis mahasiswa relatif rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rerata persentase untuk indikator mendefinisikan masalah utama 64% (kategori sedang), pemahaman tetang kedalaman dan keluasan masalah 65% (kategori sedang), sikap terhadap sudut pandang yang berbeda 68% (kategori sedang), Identifikasi konsep 66% (kategori sedang), dan merumuskan alternatif pemecahan masalah 57% (kategori kurang). Kelima aspek atau indikator kemampuan berpikir kritis meningkat dikategori sedang atau mencapai kategori Cukup.

Hasil Belajar Mahasiswa Siklus II

Tabel 6. Hasil Belajar Mahasiswa Siklus II Ketuntasan Belajar Jumlah

Mahasiswa Jumlah Mahasiswa Keseluruhan Persentase ketuntasan Tuntas belajar 37 37 100 %

Tidak tuntas belajar 0 37 0 %

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil belajar mahasiswa pada Siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 18 mahasiswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 19 mahasiswa. Persentase ketuntasan belajar mahasiswa secara klasikal sebesar 49%. Berdasarkan persentase secara klasikal ini diketahui bahwa hasil belajar sudah dapat dikatakan tuntas karena telah memenuhi standar KKM. Namun

(9)

Malang, 26 Maret 2016

1190

demikian, karena masih ada mahasiswa yang belum tuntas lebih dari jumlah keseluruhan mahasiswa maka tentu hal ini harus menjadi perhatian dosen model.

PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil observasi awal didapatkan bahwa kemampuan berpikir mahasiswa UMM. Kemampuan berpikir mahasiswa mengalami peningkatan pada Siklus I dan Siklus II. Untuk lebih memudahkan dalam melihat peningkatan komponen atau aspek kemampuan berpikir setiap siklusnya maka dapat digambarkan dalam diagram batang pada Gambar 5.1 berikut.

Gambar 1. Peningkatan Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Per-Siklus Gambar 1. dapat dikatakan bahwa semua aspek kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan dan walaupun masih memenuhi kriteria cukup atau sedang pada setiap siklus Siklus. Hal ini berarti bahwa penerapan pembelajaran PjBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.

Ketika seseorang memutuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun memahami sesuatu, maka orang tersebut melakukan aktifikas berpikir. (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). PjBL dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, melalui belajar kolaboratif peserta didik saling belajar yang nantinya akan meningkatkan penguasaan konseptual maupun kecakapan teknikal, holistik dan interdisipliner, realistik, berorientasi pada belajar aktif memecahkan masalah riil, yang memberi kontribusi pada pengembangan kecakapan pemecahan masalah dan memberikan reinforcement intrinsik (umpan balik internal) yang dapat menajamkan kemampuan berpikir kritis dengan indikator yang lebih detail diantaranya mendefinisikan masalah utama, pemahaman tetang kedalaman dan keluasan masalah, sikap terhadap sudut pandang yang berbeda, Identifikasi konsep, dan merumuskan alternatif pemecahan masalah.

Temuan penelitian ini didukung oleh pendapat Krajcik dkk., dalam SSME (2006) bahwa PjBL memberi manfaat pada peserta didik dalam hal sebagai berikut: 1) membantu peserta didik meningkatkan kemampuan mengintegrasikan pemahaman konten dan proses, 2) mendorong peserta didik untuk bertanggung jawab terhadap belajarnya sehingga menjadi pebelajar yang mandiri, 3) peserta didik belajar untuk bekerjasama untuk memecahkan masalah, melalui sharing ide untuk menemukan jawaban dari suatu

(10)

Malang, 26 Maret 2016

1191

pertanyaan, 4) pembelajaran ini menghadapkan siswa untuk secara aktif dalam berbagai tugas.

Lebih lanjut menurut Corebima (2011) sebagaimana yang telah dikemukakan, pada PjBL pembelajaran dirancang agar pebelajar dapat melakukan penyelidikan atau tugas lain secara mandiri dalam pola proyek. Pada pembelajaran semacam ini para pebelajar memiliki keleluasaan merancang dan melaksanakan rencana pembelajarannya. Dengan demikian para pebelajar terus menerus dituntut untuk berpikir tinggi termasuk berpikir kreatif. Sehubungan dengan itu Karyana (2013) menjelaskan bahwa mengembangkan kemampuan berpikir itu tidak dapat dilakukan hanya dengan melalui metode ceramah atau penjelasan saja, akan tetapi harus banyak melatih dan mempraktekan keterampilan berpikir melalui pembelajaran-pembelajaran aktif misalnya PjBL. Bersandar pada alasan yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik sangat penting untuk dikembangkan. Oleh karena itu dosen hendaknya mengkaji dan memperbaiki kembali praktik-praktik pengajaran yang selama ini dilaksanakan, yang mungkin hanya sekadar rutinitas belaka.

Berdasarkan data hasil analisis dapat dikatakan bahwa hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan jika kita membandingkan Siklus I dan Siklus II. Untuk lebih memudahkan dalam melihat peningkatan hasil belajar mahasiswa setiap siklusnya maka dapat digambarkan dalam diagram batang pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Peningkatan Persentase Hasil Belajar Mahasiswa Per Siklus

Gambar 2. dapat dikatakan bahwa semua mahasiswa mengalami ketuntasan belajar. Hal ini berarti bahwa penerapan pembelajaran PjBL dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Menurut Corebima (2011) sebagaimana yang telah dikemukakan, pada PjBL pembelajaran dirancang agar pebelajar dapat melakukan penyelidikan atau tugas lain secara mandiri dalam pola proyek. Pada pembelajaran semacam ini para pebelajar memiliki keleluasaan merancang dan melaksanakan rencana pembelajarannya. Dengan demikian para pebelajar terus menerus dituntut untuk berpikir tinggi termasuk berpikir kreatif.

Kurniawan (2013) menjelaskan pula bahwa berdasarkan hasil analisis, ditemukan hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

(11)

Malang, 26 Maret 2016

1192

keterampilan berpikir kritis dan sikap terkait sains antara peserta didik yang dibelajarkan dengan model PjBL dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung (F=52,811;p<0,05). Kedua, ada pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis antara peserta didik yang dibelajarkan dengan PjBL dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung (F=69,184; p<0,05). Ketiga,

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap terkait sains antara peserta didik yang dibelajarkan dengan PjBL dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung (F=26,437; p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa PjBL dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap terkait sains.

Sehubungan dengan itu Karyana (2013) menjelaskan bahwa mengembangkan kemampuan berpikir itu tidak dapat dilakukan hanya dengan melalui metode ceramah atau penjelasan saja, akan tetapi harus banyak melatih dan mempraktekan keterampilan berpikir melalui pembelajaran-pembelajaran aktif misalnya PjBL. Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian bahwa penerapan PjBL dapat meningkatkan hasil belajar.

PENUTUP Kesimpulan

Penerapan Model Pembelajaran PJBL Berbasis Lesson Study dapat Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut terutama untuk melihat kemampuan berpikir kritis berdasarkan pengamatan langsung atau berdasarkan aktivitas yang dilakukan mahasiswa selama proses pembelajaran (tidak hanya menggunakan rubrik yang diisi sendiri oleh dosen atau observer) alternatif menggunakan soal esay atau angket yang juga diisi oleh mahasiswa sehingga data lebih berimbang atau valid. Untuk mengurangi mahasiswa yang bekerja sama pada waktu pre-test dan post-test, perlu adanya penambahan observer yang bertugas sebagai pengawas pada waktu kegiatan pre-test dan post-test sehingga hasil yang diperoleh lebih baik. Perlu adanya pengelolaan kelas yang lebih baik terutama dalam mengatasi mahasiswa yang sering membuat ramai dan gaduh, sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumu Aksara.

Appellbaum, P. 2003. Mathematics Education Excerpt from The International Encyclopedia of Critical Thinking. Arcadia University [Online]. (http:// www.Gargoyle.arcadia.edu/appellbaum/8points.htm, Diakses tanggal 2 Desember 2013).

Cabrera, G.A. 1992. A Framework for Evaluating the Teaching of Critical Thinking. Dalam R.N. Cassel (ed). Education. 113 (1). 59-63.

Corebima, A.D. 2011. Berdayakan Kemampuan Berpikir dan Kemampuan Metakognitif Selama Pembelajaran. Makalah Seminar. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.

(12)

Malang, 26 Maret 2016

1193

Hadi, S. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran Cooperative Script Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Keterampilan Metakognitif, dan Kemampuan Kognitif Biologi pada Siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Tesis tidak diterbitkan. PPS UM.

Hamalik, Oemar. 2001. Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Kamdi, W. 2008. Project-Based Learning: Pendekatan Pembelajaran Inovatif. Makalah disampaikan dalam Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Guru SMP dan SMA Kota Tarakan, Tarakan. 31 Oktober s.d. 2 November.

Karyana, N. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penggunaan Metode Studi Kasus. Bandung: Widyaiswara LPMP Jawa Barat.

Kurniawan, A. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Terkait Sains Siswa SMP (Studi Esperimen di SMP Negeri 4 Singaraja). Laporan PTK. Singaraja: UNDHIKSA.

Mahanal, S. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Sungai dengan Indikator Biologi Berbasis Konstruktivistik untuk Memberdayakan Berpikir Kritis dan Sikap Siswa SMA terhadap Ekosistem Sungai di Malang. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

Mahanal, S. dan Wibowo, A. L. P. 2009.Penerapan Pembelajaran lingkungan Hidup Berbasis Proyek untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis, Penguasaan Konsep, dan Sikap Siswa (Studi di SMA Negeri 9 Malang).Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Lingkungan Hidup dan Interkonferensi BKPSL.Universitas Negeri Malang. 20—21 Juni 2009-07-15.

Mahanal, S., Darmawan, E., Corebima, A.D. & Zubaidah, S. 2009. Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada Materi Ekosistem terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang. Laporan Penelitian. Malang: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang.

Richmond, G., & Striley, J. 1996. Making Meaning in Classrooms: Social Processes in Small-Group Discourse and Scientific Knowledge Building. Journal of Research in Science Teaching, 839—858.

Susilo, H. 2013. Lesson Study Sebagai Sarana Meningkatkan Kompetensi Pendidik.

Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya PLEASE 2013 di Sekolah Tinggi Theologi Aletheia Jalan Argopuro 28-34 Lawang, tanggal 9 Juli 2013.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Undang- Undang RI no 20 th 2003. http//:www.depdiknas.go.id

Gambar

Tabel 2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Siklus I
Tabel 5. Data Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Siklus II
Gambar 1. Peningkatan Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Per-Siklus  Gambar  1
Gambar 2. Peningkatan Persentase Hasil Belajar Mahasiswa Per Siklus

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil uji anova satu arah didapat nilai p=0,048, nilai p&lt;0,05 ini berarti adanya perbedaan konsentrasi lanolin memberikan perbedaan daya lekat

alginolyticus dari potongan vili secara bertingkat merupakan molekul adhesin yang berperan terhadap proses virulensi bakteri dan proses adhesi bakteri pada reseptor

2895/LS-BJ/2016 Pembayaran Langsung Honorararium Pokja (Kelompok Kerja) Unit Layanan Pengadaan Kab. Bojonegoro dan Pejabat Pengadaan Dinas Pekerjaan Umum Kab. DINAS.

Untuk menyelesaikan permasalahan optimasi mengenai manajemen alokasi gas injeksi pada sumur gas lift, diperlukan hubungan antara laju injeksi gas terhadap laju produksi minyak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan safety management system (SMS) dan kompetensi pemandu lalu lintas penerbangan terhadap keselamatan

Data sekunder, yaitu data dalam bentuk jadi yang telah dimiliki oleh Hotel Swiss belinn ska Pekanbaru yang digunakan sebagai pelengkap didalam

Dari hasil penelitian Slamet Thohari menyimpulkan bahwa masih banyak fasilitas publik di Kota Malang yang belum ramah bagi penyandang disabilitas atau tidak