Pengaruh Penambahan Aluminium (Al)
Terhadap Sifat
Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan
Mg
2-x
Al
x
Ni Hasil Sintesa
Reactive Ball Mill
I Wayan Yuda Semaradipta
2710100018
Dosen Pembimbing
OUTLINE
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PENELITIAN
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
Populasi Meningkat Kebutuhan Energi Meningkat Keterbatasan persediaan Energi (Bahan Bakar Fossil)Alternative
Renewable
Energy
H
2 Penelitian Tentang Teknologi Energi H2REACTIVE
BALL MILL
Mg
2-xAl
xNi
Technical University of Denmark
Mg
Ni
RUMUSAN MASALAH
RUMUSAN MASALAH
Pengaruh penambahan aluminium
(Al) terhadap pembentukan paduan
Mg
2-x
Al
x
Ni
pengaruh metode reactive ball
milling terhadap struktur mikro dan
pembentukan paduan Mg
2-x
Al
x
Ni
sifat penyerapan dan pelepasan
hidrogen (H
2
) paduan Mg
2-x
Al
x
Ni
TUJUAN
Mg
2-xAl
xNi
REACTIVE
BALL
MILL
Pengaruh Penambahan
Al Pada Pembentukan
Paduan
Struktur Mikro dan
Pembentukan Paduan
Peyerapan dan
Pelepasan H
2BATASAN MASALAH
Penelitian
Ukuran Serbuk
Homogen
Pencampuran Serbuk HomogenTidak Ada Unsur
Pengotor
Kecepatan Milling Konstan
MANFAAT
Mg2-xAlxNi Penelitian
Lanjut
Penelitian Sebelumnya
Sintesa serbuk magnesium (Mg) dan nikel (Ni) membentuk fase Mg2Ni saat proses
hidriding dengan metode ball milling pada
lingkungan argon (Ar) mampu menyerap hidrogen (H2) sebenyak 3,4% massanya
pada temperatur 300°C selama satu jam. Hasil ini memberikan kinetik empat kali lebih cepat pada penyerapan hidrogen (H2)
dibanding dengan Mg Ni hasil sintesa
Kecepatan
penyerapan
hidrogen yang lebih
baik (Fan, 2007)
Subtitusi Mg oleh Al
menyebabkan ikatan
H-Ni melemah
(destabilisasi
Mg
2NiH
4), namun
ikatan H-Mg semakin
kuat (J. Zhan, 2011)
Doping Al
Doppiu, S (2005)
Penelitian Sebelumnya
Mg
87Ni
10Al
3Reactive Ball
Milling
• ß-MgH
2setelah 4 jam milling
• Temperatur dekomposisi MgH
2(<300ºC) hasil RBM lebih rendah
daripada MgH
2murni
(300ºC-390ºC)
• Kandungan H
2maksimum 3,5 wt%
Wang, L.B. (2004)
Interdifusi
• Terbentuk fasa baru Mg
3AlNi
2• Mg
1,9Al
0,1Ni memiliki kemampuan
penyerapan H
2yang lebih besar
daripada Mg
1,5Al
0,5N
• Mg
1,5Al
0,5Ni memiliki plateu
hidriding/hidriding yang lebih
rendah daripada Mg
1,9Al
0,1Ni
Fan, Chao (2010)
Penelitian Sebelumnya
Mg
1,9Al
0,1Ni
Mechanical
Milling
• Kecepatan penyerapan hidrogen
lebih cepat daripada Mg
2Ni
• Kapasitas penyerapan/pelepasan
H
2semakin meningkat dengan
bertambahnya siklus H/D
• Fase
Mg
2NiH
4tumbuh selama
MEKANISME ABSORPSI/DESORPSI
Skema penyerapan hidrogen (H
2) dalam
logam.
MEKANISME ABSORPSI/DESORPSI
Skema penyerapan hidrogen (H
2) dalam
logam.
USAHA MEMPERBAIKI SIFAT
ABSORPSI/DESORPSI
Absorbsi
dan
Desorbsi
Memperbaiki
Sifat
Permukaan
Pemaduan
dengan Logam
Transisi
Membuat
Lapisan Tipis
Film Hidrida
Penambahan
Katalis
Memperluas permukaan difusi & menciptakan cacat untuk menurunkan energi aktivasi difusi Memperbaiki sifat penyerapan H2 seperti menurunkan temperaturdesorpsi dan berbagai hambatan
MECHANICAL MILLING
MM
Mechanical Milling
dapat meningkatkan
luas permukaan,
formasi struktur
mikro/makro dan
penyusunan defect
pada permukaan dan di
dalam struktur kristal
material. Induksi pada
defect difusi hidrogen
dalam material dengan
menyediakan banyak
ruang pada struktur
kristal sehingga energi
aktivasi difusi rendah
(Sakintuna et al., 2007).
•
Luas
Permukaan
partikel
•
Formasi
struktur
mikro/makro
•
Defect pada
struktut kristal
REACTIVE BALL MILLING
J.L. Bobet, 2000
H/D pada
Mg-10%Co hasil RMA
pada temperatur
623 K
DIAGRAM ALIR PENELITIAN
Analisa Data Kesimpulan
Persiapan alat dan bahan Mulai
Serbuk Mg, Al, dan Ni (masing-masing 99%) dengan komposisi Mg2-xAlxNi (x =
0;0,1;0,25;0,5)
Reactive Ball Milling dalam atmosfer H2 dengan tekanan 5 bar, kecepatan 400 rpm, BPR
10:1 selama 20 jam, dan temperatur kamar Hidrogenasi temperatur 300ºC dan tekanan 5 bar
selama 1 jam
BAHAN PENELITIAN
Raw materials Wt Mg Wt Al Wt Ni Berat Total per batch (gr)
at% Gr at% Gr at% Gr
Mg2Ni 66,67 3,17 0 0 33,33 3,83
7 Mg1,9Al0,1Ni 63,33 3,01 3,33 0,176 33,33 3,83
Mg1,75Al0,25Ni 58,33 2,76 8,33 0,44 33,33 3,83
PENGUJIAN
Mg
2-x
Al
x
Ni
XRD
DSC/TGAHidrogenasi
SEM
XRD
Analisis struktur dan ukuran
kristal serta fasa paduan
setelah proses milling dan
hidriding/dehidriding
Pembiasan sinar X oleh bidang kristal sampel yang
kemudian ditangkap detektor. Kemudian
diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Semakin banyak bidang kristal yang sama yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi.
SEM
Analisis topografi permukaan,
bentuk, serta ukuran partikel
paduan setelah proses milling
dan hidriding
Memanfaatkan hamburan
balik elektron (BSE dan SE)
untuk menampilkan gambar
sampel dengan perbesaran
DSC/TGA
Analisis perilaku desorpsi
material terhadap hidrogen
setelah proses hidrogenasi
Mengukur perubahan massa
terhadap adanya perubahan panas
Mengukur panas yang diberikan
kepada sampel untuk menjaga
temperaturnya sama dengan
PENGUJIAN HIDROGENASI
Menganalisa pembentukan
metal hidrida pada paduan
ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN
HASIL SINTESA
REACTIVE BALL
MILLING
- Belum terjadi perubahan fasa
- Terjadi reduksi Mg(OH)
2pada
permukaan magnesium
- Pembentukan lapisan aktif pada
permukaan magnesium
- Terjadi reduksi ukuran kristal dan
naiknya
microstrain
HASIL SINTESA
REACTIVE BALL
MILLING
- Belum menghasilkan perubahan
fasa
- Mg(OH
2) pada masih tertinggal
pada permukaan magnesium
- Terjadi reduksi ukuran kristal dan
naiknya
microstrain
HASIL SINTESA
REACTIVE BALL
MILLING
Hasil XRD Mg
2-xAl
xNi x = 0;0,1;0,25;0,5
“Melalui proses milling dalam atmosfer hidrogen bertekanan 1,1 MPa, akan terbentuk lapisan aktif H2 yang bersifat protektif serta hilangnya lapisan pasif pada permukaan magnesium. Energi yang dihasilkan oleh alat milling, pada atmosfer hidrogen, akan digunakan untuk reaksi hidrogenisasi terlebih
dahulu sebelum akhirnya terjadi reduksi partikel serbuk” -Bobet (2000)-
“Cacat kisi yang akan memudahkan difusi hidrogen kedalam kristal dengan menurunkan energi aktivasi difusi”
- Reduksi Mg(OH)
2berkurang
dengan adanya penambahan
aluminium
- Cacat kristal berkurang dengan
adanya penambahan aluminium
HASIL SINTESA
REACTIVE BALL
MILLING
Perhitungan Parameter Kisi Mg
2-xAl
xNi x =
0;0,1;0,25;0,5
“Ketika proses reactive ball milling dilakukan pada campuran serbuk magnesium, nikel, dan aluminium, maka aluminium akan larut kedalam kristal magnesium membentuk larutan padat (solid solution) yang
dibuktuikan dengan menurunnya parameter kisi kristal magnesium” -Bobet (2000)-
“
- Penurunan parameter kisi terjadi
pada paduan dengan x = 0,25
HASIL SINTESA
REACTIVE BALL
MILLING
Hasil SEM Mg
2-xAl
xNi x = 0 dan x = 0,1
- Ukuran partikel magensium
turun dari 400 µm menjadi
200 µm
- Ukuran partikel magensium
turun dari 400 µm menjadi
HASIL SINTESA
REACTIVE BALL
MILLING
Hasil SEM Mg
2-xAl
xNi x = 0;0,1;0,25;0,5
- Serbuk magnesium, nikel, dan
aluminium masih berdiri sendiri
- Serbuk nikel dan aluminium
menempel pada permukaan
serbuk magnesium secara tidak
merata
a b
HASIL HIDRIDING
Hasil XRD Mg
2-xAl
xNi x = 0;0,1;0,25;0,5
- Terbentuknya fasa MgH
2pada komposisi
serbuk x = 0
HASIL HIDRIDING
Hasil SEM Mg
2-xAl
xNi x = 0;0,1;0,25;0,5
- Serbuk aluminium
menempel pada permukaan
magnesium
- Serbuk nikel menempel
pada permukaan aluminium
HASIL HIDRIDING
Hasil EDX Mg
2-xAl
xNi x = 0,1
- Serbuk aluminium
menempel pada permukaan
magnesium
HASIL DEHIDRIDING
Hasil DSC/TGA Mg
2-xAl
xNi
X = 0
X = 0,1
X = 0,5
X = 0,25
HASIL DEHIDRIDING
Hasil DSC dan DTG Mg
2-xAl
xNi
HASIL DEHIDRIDING
Paduan
T
onset(ºC)
T
endset(ºC)
%wt H
X = 0
325
380
2,750
X = 0,1
350
395
0,046
X = 0,25
340
390
1,032
X = 5
340
390
0,61
KESIMPULAN
1. Sintesa
reactive ball milling
pada lingkungan hidrogen (H
2) 5 bar antara
serbuk magnesium, aluminium, dan nikel dengan komposisi Mg
2-xAl
xNi
(x = 0;0,1;0,25;0,5) belum menghasilkan paduan Mg
2-xAl
xNi
2. Sintesa
reactive ball milling
dengan penambahan aluminium
membentuk paduan
solid solution
aluminium di dalam magnesium pada
paduan Mg
2-xAl
xNi, x = 0,25
3. Sintesa
reactive ball milling
yang diikuti pemanasan pada temperatur
300°C menghasilkan paduan
solid solution
aluminium di dalam
magnesium pada paduan Mg
2-xAl
xNi, x = 0,1;0,25;0,5
4. Sintesa
reactive ball milling
pada lingkungan hidrogen (H
2)
menghasilkan permukaan aktif magnesium dan mereduksi lapisan pasif
oksida magnesium sehingga magnesium dapat menyerap hidrogen
pada siklus pertama tanpa dilakukan aktivasi
5. Aluminium pada permukaan magnesium yang belum bereaksi
sempurna membentuk paduan menurunkan kapasitas penyerapan
hidrogen (H
2) serta menaikan temperatur pelepasan hidrogen (H
2)
SARAN
1. Disarankan untuk menggunakan
ball mill
yang memiliki energi
milling
yang lebih tinggi seperti
Planetary Ball Mill
dan
High Energy Ball Mill
. Hal
ini dikarenakan ukuran serbuk yang dihasilkan tidak tereduksi secara
signifikan sehingga persentase berat H
2yang diikat juga rendah.
2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam pengukuran
hidrogenisasi/dehidrogenasi, disarankan untuk menggunakan alat
pengukur yang
standar
seperti PCI /PCT.
FASA
FASA
Efek Doping Al
Ukuran kristal yang berkurang akibat radius atom Al lebih kecil dari Mg dan keelektronegatifan Al yang lebih
tinggi daripada Mg
Subtitusi Mg oleh Al menyebabkan ikatan H-Ni melemah (destabilisasi
Mg2NiH4), namun ikatan H-Mg semakin kuat
Satu atom H hilang dari NiH4 tetahedral, membentuk struktur
tripod NiH3