• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR POPULASI Assiminiea brevicula PADA ZONA AVICENNIA HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI BATANG KABUPATEN OKI. Dewi Rosanti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR POPULASI Assiminiea brevicula PADA ZONA AVICENNIA HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI BATANG KABUPATEN OKI. Dewi Rosanti"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR POPULASI Assiminiea brevicula PADA ZONA AVICENNIA HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI BATANG KABUPATEN OKI

Dewi Rosanti

e-mail: dwrosanti@gmail.com

Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang ABSTRACT

This paper reports the results of the study on distribution of Assiminiea

brevicula at avicennia zone of Sungai Batang mangrove forest, Ogan Komering Ilir

Regency. Research was conducted between November 2009 till Januari 2010. This research was carried out using purposive sampling of survey method. The data were gathered according to transects perpendicular to coastal lines towards inlands of avicennia zone. Results of the study showed that distribution of Assiminiea brevicula is clumped with value of S2 / X = 27,8

Key words : Assiminiea brevicula, distribution, avicennia zone

ABSTRAK

Penelitian tentang Struktur Populasi Assiminiea brevicula pada Zona Avicennia Hutan Mangrove Desa Sungai Batang Kabupaten OKI telah dilakukan pada bulan November 2009 sampai Januari 2010 di Desa Sungai Batang Kabupaten OKI. Penelitian menggunakan metode survey, dengan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling di sepanjang zona avicennia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi Assiminiea brevicula memiliki pola distribusi berkelompok, dengan nilai S2 / X = 27,8.

Kata Kunci : Assiminiea brevicula, pola distribusi, zona avicennia

PENDAHULUAN

Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dengan bermacam-macam fungsi, yang merupakan hutan dengan jumlah spesies yang beragam. Pengelolaan yang salah terhadap ekosistem tersebut akan berakibat fatal, karena ekosistem ini sangat sulit dipulihkan kembali dan sangat mudah dipengaruhi oleh ekosistem yang ada di sekitarnya (ekosistem yang rapuh). Untuk itu

ekosistem ini sangat perlu dipertahankan.

Saat ini sebagian besar kawasan mangrove berada dalam kondisi rusak, bahkan di beberapa daerah sangat memprihatinkan. Tercatat laju degradasinya mencapai 160 – 200 ribu ha per tahun. Data lain menyebutkan bahwa kerusakan potensi hutan mangrove telah mencapai 50 %. Kerusakan tersebut terjadi karena perencanaan yang kurang dalam merumuskan pengelolaan ekosistem mangrove. Juga disebabkan oleh

(2)

tekanan kebutuhan ekosistem yang melebihi daya dukung kawasannya (Romimohtrto, 1999).

Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna khas mangrove maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove. Berbagai fauna tersebut menjadikan mangrove sebagai tempat tinggal, mencari makan, dan tempat berkembang biak. Dari sekian banyak fauna yang hidup terdapat beberapa jenis kunci yang memegang peranan sangat penting. Salah satu jenis kunci tersebut adalah moluska dan kepiting yang hidup di dalam ekosistem mangrove (Bengen, 2002).

Beberapa penelitian menyebutkan setidaknya lebih dari 200 jenis gastropoda yang ditemukan mendiami lumpur dan akar-akar pohon mangrove. Hughes (1986) menyebutkan terdapat lebih kurang 2.000 spesies Gastropoda yang hidup di laut. Sedangkan di Indonesia diperkirakan mencapai 1.500 jenis Gastropoda (Nybaken, 1987). Kelas gastropoda hidup sebagai pemakan bangkai, parasit dan predator. Gastropoda merupakan kelas dari Moluska yang paling baik dalam siklus hidupnya, hal ini dapat dilihat dari variasi habitatnya yang sangat beragam dimana spesies-spesies Gastropoda yang hidup di laut mampu untuk hidup pada berbagai tipe subtrat dasar perairan.

Desa Sungai Batang merupakan salah satu desa yang terletak di salah satu anak sungai yang berada di kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir) di provinsi Sumatera Selatan dimana aliran dari sungai ini akan bermuara di selat Bangka. Tingkat aktifitas manusia di sekitar muara sungai ini semakin meningkat, diantaranya penangkapan ikan dan udang.

Kawasan pemukiman dengan segala aktifitas penduduk mengakibatkan kerusakan pada kawasan hutan mangrove. Sedangkan informasi tentang komunitas gastropoda di Desa Sungai Batang masih sangat terbatas. Bertitik tolak pada kondisi tersebut, maka perlu adanya penelitian terhadap struktur populasi gastropoda Assiminea brevicula yang terdapat di kawasan

hutan mangrove di Desa Sungai Batang Kecamatan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir. BAHAN DAN METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei. Pengambilan sampel dilakukan secara

purpossive sampling. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Januari 2010 di wilayah Desa Sungai Batang Kecamatan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cool box,

GPS (Global Positioning System),

perangkap dengan bahan waring yang berbentuk seperti jala, kamera, kertas label, kompas (untuk penunjuk arah), peta lokasi, hand refraktometer, termometer digital, pH meter, Sedangkan bahan yang digunakan adalah formalin 10 %

Pengambilan Sampel Gastropoda

Untuk pengumpulan data menggunakan sample survey method yaitu metode pengambilan data dengan cara mencatat populasi yang ada secara sistematik. Dari hasil yang didapat diharapkan dapat menggambarkan sifat populasi secara kuantitatif dari objek penelitian dan dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan secara umum

(3)

bagi populasi dan lingkungannya (Suwignya, 1976 dalam Hutabarat, 1985).

Penentuan stasiun pengamatan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan stasiun

dengan memilih daerah yang mewakili lokasi pengamatan. Dari hasil survey lapangan yang telah dilakukan pada bulan Agustus 2009 dan berdasarkan vegetasi mangrove maka pada Desa Sungai Batang ditentukan zona vegetasi mangrove yaitu zona

Avicenia dengan luas zona ditentukan

seluas 100 x 100 m.

Pada masing-masing stasiun dibentangkan waring dengan ukuran 5 x 5 meter sebagai perangkap dengan tinggi 40 cm seperti yang terlihat pada gambar 3. Sampel gastropoda yang diambil adalah yang berada pada substrat maupun yang ada pada tegakan pohon mangrove. Setiap gastropoda yang diperoleh dimasukkan ke dalam plastik sampel dan diawetkan dengan larutan formalin 10 %. Selanjutnya dilakukan identifikasi dengan bantuan kunci determinasi menurut FAO (2000).

Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan akan diolah dan dianalisis menggunakan rumus menurut Odum (1971) meliputi kepadatan (density), dan pola distribusi.

Kepadatan (D)

A N D=

Keterangan : N = Total jumlah individu spesies

A = Luas area

Pola Distribusi

Menurut Syafei (1995) dalam

Wardoyo dan Iqbal (2003), untuk menentukan pola distribusi dengan menghitung variansi dengan rumus:

( )

( )

1 / 2 2 2 − =

n n Xi Xi S

Keterangan : S2 = Variansi atau nilai distribusi

Xi = Jumlah individu plot ke i

N = Jumlah plot yang Diamati

Untuk menentukan rerata persatuan luas dengan rumus :

diamati yang plot jumlah individu total Jumlah X =

Keterangan : X = Rerata persatuan luas Untuk menentukan pola distribusi digunakan kriteria sebagai berikut :

S2 / X < 1 ; berarti distribusi seragam S2 / X > 1 ; berarti distribusi berkelom- pok

S2 / X =1 ; berarti distribusi acak

Pengukuran fisika kimia perairan

Parameter fisika-kimia perairan yang meliputi suhu, salinitas, dan pH dilakukan secara insitu, dengan mengambil sampel air yang tergenang atau pada air pori yang banyak terdapat pada petak contoh pengamatan, kemudian diakukan pengukuran parameter sebanyak tiga kali ulangan pada setiap masing-masing stasiun pengamatan bersamaan dengan pengambilan sampel moluska.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kepadatan

Dari hasil penelitian di dapatkan kepadatan Assiminea brevicula sebesar 8.960 individu/

/hektar. Bila dibandingkan dengan penelitian Rosanti (2010), hal ini menunjukkan bahwa keberadaan

Assiminea brevicula kurang melimpah

dibandingkan dengan populasinya pada zona Rhizophora. Menurut Romimohtarto (1999), Assiminea brevicula umumnya dijumpai pada

hutan mangrove serta mampu membenamkan diri di dalam substrat mangrove jika tanahnya basah akibat pasang dan saat surut keluar untuk mencari makan. Kondisi lumpur pada zona Avicennia lebih dalam bila dibandingkan dengan kondisi lumpur pada zona Rhizophora. Diduga keadaan ini membuat Assiminea brevicula lebih sedikit ditemukan bila

dibandingkan dengan populasinya pada zona Rhizophora.

Meskipun demikian, hal ini menunjukkan Assiminea brevicula

mendiami hutan mangrove di zona

Avicennia dan zona Rhizophora dan

mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan mangrove serta mampu memiliki daya kompetisi yang tinggi untuk mendapatkan makanan serta menguasai ruang habitat dibandingkan dengan spesies lainnya. Menurut FAO (2000) Assiminea brevicula umumnya dijumpai pada hutan mangrove serta mampu membenamkan diri di dalam

substrat mangrove jika tanahnya basah akibat pasang dan saat surut keluar untuk mencari makan.

Walaupun Assiminea brevicula mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap faktor lingkungan dan mampu berkembang biak dengan cepat, kondisi zona yang lebih mendekati garis pantai membuat kawasan ini mengalami tingkat pasang yang lebih tinggi dibandingkan pada zona Rhizophora. Meskipun penyebarannya cukup luas serta mempunyai daerah jelajah yang digunakan untuk mencari makan pada zona Rhizophora, pada zona Avicennia, jumlah dan jenis predator lebih banyak pada zona Avicennia, sesuai dengan fungsi hutan mangrove sebagai nursery ground hewan-hewan akuatik. Penelitian Rosanti et al., (2006) dan Rosanti (2007) menyebutkan bahwa larva ikan dan udang paling banyak ditemukan pada zona Avicennia. Hal ini mengindikasikan bahwa banyaknya ikan dan udang yang memijah pada kawasan ini, sehingga gastropoda yang ada menjadi sumber makanan yang banyak bagi ikan dan udang.

Pola Distribusi

Pola distribusi merupakan pola yang dibentuk individu dalam ekosistem alamiah tergantung pada cara tumbuhan atau hewan yang tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola distribusi Assiminea brevicula dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Pola Distribusi Assiminea brevicula pada zona Avicennia

Lokasi S2 / X > 1 Keterangan

(5)

Pola distribusi Assiminea brevicula di zona Avicennia kawasan

mangrove Desa Sungai Batang Kabupaten OKI dihitung berdasarkan nilai S2 = 309,21 dan nilai X = 11,1sehingga nilai S2 / X = 27,8. Ini berarti pola distribusi Assiminea brevicula bersifat berkelompok. Pola

distribusi berkelompok ini terjadi karena ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan pada zona Avicennia lebih ekstrim dari pada zona

Rhizophora, sehingga Assiminea

brevicula cenderung berkelompok

pada daerah yang cukup makanan dan aman dari serangan predator.

Kondisi fisika kimia perairan

Adapun kondisi fisika kimia perairan di zona Avecenia hutan mangrove desa sungai batang kabupaten OKI dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengukuran faktor Fisika Kimia Perairan pada zona Avecennia Hutan Mangrove desa Sungai Batang Kabupaten OKI

No Parameter Satuan Kisaran

1 Suhu 0C 29 0C

2 Salinitas 0/00 24 0/00

3 pH - 24

Suhu perairan mangrove pada lokasi penelitian menunjukan kisaran suhu 29 0C. Menurut MacKinnon et

al. (1996), mangrove dapat tumbuh

subur di daerah tropis dan sub tropis pada suhu udara lebih dari 5 0C. Pada umumnya organisme aquatik memerlukan suhu optimum untuk beberapa jenis gastropoda adalah 30 0

C. Hal ini berarti bahwa kisaran suhu pada zona Avicennia kawasan mangrove Desa Sungai Batang OKI masih dalam batas toleransi untuk organisme aquatik termasuk gastropoda.

Kisaran toleransi salinitas untuk kehidupan gastropoda mangrove adalah sebesar 5 0/00 – 35 0/00. Dengan salinitas 24 0/00, termasuk baik untuk kelangsungan hidup tumbuhan mangrove dan gastropoda. Sedangkan derajad kemasaman (pH) akan mempengaruhi daya tahan suatu organisme. Hasil pengukuran pH sebesar 8 secara komposit pada zona Avicennia menunjukkan bahwa hutan

mangrove di Desa Sungai Batang Kabupaten OKI masih mendukung kehidupan gastropoda dimana kisaran pH 5-9 masih mendukung kehidupan perairan. Selanjutnya menyatakan bahwa gastropoda umumnya banyak dijumpai pada daerah yang pH-nya berkisar dari 7-9. Bila perairan memiliki rentang pH kurang dari 4 merupakan pH perairan yang bersifat masam dan akan mengakibatkan kematian organisme gastropoda, sedangkan pH lebih dari 9,5 perairan tersebut bersifat basa dan perairannnya tidak produktif.

KESIMPULAN

Struktur populasi Assiminea

brevicula pada zona Avicennia

kawasan mangrove Desa Sungai Batang Kabupaten OKI memiliki pola distribusi berkelompok , dengan nilai S2 / X = 27,8.

(6)

DAFTAR PUSTKA

Bengen, D.G. 2000. Sinopsis : Teknik

Pengambilan Contoh dan

Analisis Data Biofisik

Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor.

FAO. 2000. Management and Utilization of mangroves in

Asia Pasific. FAO

Environmental Paper 3, FAO, Rome.

Hughes, R.H. 1986. A Fungtional

Biology of Marine Gastropods.

First Published. John Hopkins University Press. USA.

Hutabarat, S ; Evans, S. M. 1985.

Pengantar Oseanografi.

UI-Press. Jakarta.

MacKinnon, K., G. Hatta., H. Halim and A. Mangalik. 1996. The

Ecology of Kalimantan.

Periplus Edition Ltd. Singapore.

Nybaken, J.W. 1982. Marine Biology :

An Ecological

Approach.Diterjemahkan Oleh

Eidman, H.M. 1986. Biologi

Laut : Suatu Pendekatan

Ekologi. Gramedia. Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of

Ecology. Third Edition.

WB.Saunders Company. USA. Romimohtarto, K. 1999. Ekosistem

Perairan Sungai Sembilang.

Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Rosanti, D., M.E. Armanto.,S.E.

Rahim dan A.K.Gaffar. 2006.

Ecological Impacts on

Biodiversity of Sembilang

National Park Mangrove

Forest Banyuasin South

Sumatera Indonesia : Jurnal Pusat Studi Lingkungan Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia Vol. 26 No.1, Januari 2006. Jakarta.

Rosanti, D. 2007. Study Komparatif

Keanekaragaman Hayati

Hutan Mangrove Taman

Nasional Sembilang :

Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia IV. Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta, Desember 2007. Jakarta.

Rosanti, D. 2010. Struktur Populasi

Assiminiea brevicula pada

Zona Avicennia Hutan

Mangrove Desa Sungai Batang

Kabupaten OKI. Jurnal

Sainmatika. Volume 7 Nomor 1, Juni 2010. Fakultas MIPA Universitas PGRI. Palembang. Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan

Ekosistem Mangrove. Dahara

Prize. Semarang.

Dahuri, R. 2002. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan. 1996. Strategi Nasional Untuk

Pengelolaan Hutan Mangrove

di Indonesia. Lokakarya

(7)

Hutabarat, S ; Evans, S. M. 1985. Pengantar Oseanografi. UI-Press. Jakarta.

MacKinnon, K., G. Hatta., H. Halim and A. Mangalik. 1996. The

Ecology of Kalimantan.

Periplus Edition Ltd. Singapore.

Nybaken, J.W. 1982. Marine Biology :

An Ecological Approach.

Diterjemahkan Oleh Eidman, H.M. 1986. Biologi Laut: Suatu

Pendekatan Ekologi. Gramedia.

Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of

Ecology. Third Edition.

WB.Saunders Company. USA. Romimohtarto, K. 1999. Ekosistem

Perairan Sungai Sembilang.

Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Rosanti, D. 2010. Struktur Populasi

Assiminiea brevicula pada

Zona Avicennia Hutan Mangrove Desa Sungai Batang Kabupaten OKI. Jurnal Sainmatika. Volume 7 Nomor 1, Juni 2010. Fakultas MIPA Universitas PGRI. Palembang. Wardoyo, S.A. dan M. Iqbal. 2003.

Jenis-jenis ikan di Perairan

Estuaria Taman Nasional

Sembilang. Jurnal Ilmu-ilmu

Perikanandan Budidaya Perairan. Volume 1, Nomor 1. Fakultas Perikanan Universitas PGRI.Palembang.

Gambar

Tabel 2.  Hasil Pengukuran faktor Fisika Kimia Perairan pada zona Avecennia Hutan  Mangrove desa Sungai Batang Kabupaten OKI

Referensi

Dokumen terkait

Pada zona 3, pengunjung dapat melihat view badan air sungai, satwa burung fresh water dan burung laut terutama yang menetap di hutan mangrove, satwa ikan,

Kabupaten Siak merupakan daerah yang memiliki mangrove cukup luas, salah satunya yang terdapat di Desa Sungai Rawa Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak. Pada

Tujuan penelitian ingin memperoleh informasi komposisi jenis dan struktur vegetasi pada setiap tingkat pertumbuhan pada hutan sekunder rawa gambut Desa Sungai

Nilai INP tertinggi pada lokasi tegakan mangrove alami yaitu jenis Avicennia marina sebesar 133%, Sedangkan pada lokasi tegakan mangrove pengayaan dan rehabilitasi, Nilai

Penelitian mengenai komposisi jenis dan struktur tegakan yang dilakukan di kawasan hutan mangrove Desa Pasarbanggi akan menganalisis jenis vegetasi mangrove yang ada

Profil Lokasi Penelitian Pada Hutan Mangrove Sekunder Jaring Halus.. a.Pengukuran DBH Pohon b.Pohon

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui :Struktur dan komposisi vegetasi Hutan Mangrove Desa Tagalaya serta Hubungan antara kerapatan vegetasi (Pohon dan

mangrove. Disisi lain, secara ekologi, ekosistem hutan mangrove memiliki resiko tekanan lingkungan yang tinggi serta rentan dari berbagai aktivitas maupun