BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan umum Malaria 2.1.1 Pengertian Malaria
Malaria telah diketahui ada
selamalebihdari4.000tahunyanglalu.MalariadikenalsecaraluasdidaerahYunani
padaabadke-4SMdandipercayasebagaipenyebabutamaberkurangnyapenduduk kota
padasaatitu.Plasmodiumpenyebabmalaria ditemukan oleh Laveran pada tahun 1880.
Pada tahun 1883, Marchiafava berhasil menggunakan metilen biru
untukmewarnaiparasit malaria sehingga morfologiPlasmodiummulai dipelajari.
Padatahun 1885Golgi menjelaskan daur hidup Plasmodium, yaitu siklus skizogonieritrositik yang disebut sebagai siklus Golgi. Sedangkan siklus yang terjadi
di dalam tubuhnyamuk dipelajari oleh Ross dan Bignami pada tahun 1989. Kemudian
pada tahun1900 Patrick Manson membuktikan bahwanyamuk adalah vektor
penularpenyakit malaria (Soedarto,2011).
Padapenderitapenyakitmalaria,penderitadapatdihinggapilebihdari
satujenisPlasmodium. Infeksidemikiandisebutinfeksicampuran(mixed
infection).Darikejadianinfeksicampuraninibiasanyapalingbanyakdua
Penyebabpenyakitmalariaadalahparasitmalaria,suatuprotozoadariGenus
Plasmodium. Parasit tersebut menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, yang disebut2riter malaria(Widoyono. 2011).
Secara epidemiologi, spesies yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah
Plasmodiumfalciparum dan vivax.Secaraparasitologi dikenal 4(empat) genus Plasmodium dengan karakteristik klinis yang berbeda bentuk demamnya, yaitu (Irawan.2010):
a) Plasmodiumvivax
Secara klinis dikenal sebagai malaria tertiana disebabkan serangan
demamnya yang timbul setiap 3 hari sekali. Plasmodiumvivaxjuga dapat aktif dan menyerang darahdalam beberapabulan setelah gigitan nyamuk yang
terinfeksi.
b) Plasmodiummalariae
Secara klinis juga dikenal juga sebagai malaria quartana karena serangan
demamnya yang timbul setiap 4 hari sekali. InfeksiPlasmodiummalariaemampu
bertahandalamwaktu yanglama jika tidak diobati
c) Plasmodiumovale
Secara klinis dikenal juga sebagai malaria ovale dengan pola demam
morfologis sangat mirip denganPlasmodiumvivax. d) Plasmodiumfalciparum
Plasmodiumfalciparumadalah penyebab malaria tropika yang sering
menyebabkan malaria yang
berat,karenamemilikikemampuanmelipatgandasecaracepatdalamdarah sehingga
dapat menyebabkan anemia. Selain itu Plasmodiumfalciparumdapat menyumbat pembuluh darah kecil. Ketika ini terjadi di otak akan menyebabkan
malaria serebral
2.1.3 Siklus Hidup Malaria
Menurut Dirjen PP&PL Kemenkes RI (2011), sikus hidup parasit malaria
terdiri dari:
a) Pada Nyamuk
Fase seksual terjadi pada lambung nyamuk. Segera setelah nyamuk
Anophelesbetinamenghisapdarahpenderitamalaria,gametositjantanakan
mengeluarkan 4-8 flagel. Dengan flagel, gametosit jantan bergerak menuju ke
gametosit betinadan membuahinya.Hasilfertilisasibergerakmenembus
dindinglambungdanmembentukkistasepanjangdindinglambungnyamuk. Bila
kista pecah akan keluar sporozoit yang akan masuk ke kelenjar liur nyamuk dan
siap menginfeksi manusia.
Rentangwaktuantaramasuknyagametositsampaiterbentuknyasporozoitadal
b) Pada Manusia
• Fase Hati
Bila nyamuk Anopheles betina yang infektif menggigit manusia, maka
parasitmalariaakanditularkan ke orang tersebut.Parasit mengikuti sirkulasi
darah dan masuk ke dalam sel hati. Dalam waktu 7-21 hari parasit akan
tumbuh dan berkembangbiak, sehinggamemenuhiseluruh sel hati.
Selanjutnya sel hati pecah dan parasit masuk ke aliran darah, menginfeksi sel
darah merah. Hal ini berlaku untuk infeksi P. Falciparumdan P. Malariae. Pada infeksi P. Vivaxdan P.Ovale,sejumlah parasit tetap berada dalam hati dan tidakberkembangbiak(dorman). Parasit yang dorman
inidapatmenyebabkan kekambuhan pada pasien dengan infeksi P. Vivaxdan P.Ovale.
• Fase Sel Darah Merah
Fase ini merupakan fase aseksual. Pada saat merozoit dalam sel hati
pecah,makaakanmembebaskantropozoityangselanjutnyamenginfeksi
seldarahmerah. Tropozoitakanterusmengalamiperkembangan menjadi
skizon. Skizon akan berkembang menjadi merozoit dan pecah
membebaskantropozoit.Siklusiniakanberlanjutsampai3kali.Kemudiansebagia
oleh nyamukAnopheles spbetina siap melakukan perkembangbiakan seksual di dalam tubuh nyamuk.
2.1.4 DiagnosisMalaria
Diagnosismalariaditegakkanberdasarkan gejalaklinis,pemeriksaan laboratorium,
dan pemeriksaan penunjang.Diagnosis pastiakan dibuat
denganditemukannyaparasitmalariadalampemeriksaanmikroskopis (Hafiz,2014).
1) Gejala Klinis
a. Anamnesis
Gejala umum malaria adalah demam lebih dari 2 (dua) hari,
menggigil,serta berkeringat. Sedangkan gejala demam untuk
masing-masing pasmodium memilikiperbedaan.Demam untukP.Falciparumterjadi setiap hari, untuk P.Vivax dan P.ovale demamnya berselang satu hari. Sedangkan pada P. Malariae, demam menyerang berselang dua hari (Widoyono,2011).
b. Pemeriksaan Fisik
Suhu tubuh penderita malaria berkisar antara 37,5-40oC, serta
mengalami anemia yang dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang
pucat. Terkadang ditemukan juga spelnomegali (pembesaran limpa) serta hepatomegali(pembesaran hati).
Pada malaria berat sering terjadi penurunan kesadaran, dehidrasi,
2) Pemeriksaanmikroskopis
Pemeriksaanmikriskopis merupakan pemeriksaandarahyang menggunakan
menjadi preparatdarahtebal danpreparat darah tipisuntukmendiagnosa
parasitmalariadalam darah.
MenurutNational Institute of Malaria Research(2009), preparat tebal dan tipis merupakan gold standart untuk menegakkan suatu diagnosa malaria.
Dengan menggunakan pewarnaan Giemsa, maka dapat diketahui kepadatan
serta dapat membedakan spesies malaria dan stadiumnya meskipun pada
densitas yang rendah.
Kepadatanparasitdapatdilihatmelaluicarasemi kuantitatifdan
kuantitatif.Metodesemi-kuantitatif adalahmenghitungparasitdalamLapang
PandangBesar(LPB)denganrincian sebagaiberikut(Kemenkes RI, 2011):
(-) :Negatif(tidakditemukanparasitdalam100LPB) (+) :Positif1 (ditemukan1-10parasitdalam100LPB) (++) :Positif2 (ditemukan11-100parasitdalam100LPB) (+++) :Positif3 (ditemukan1-10parasitdalam1LPB) (++++):Positif4 (ditemukan11-100parasitdalam1LPB)
Penghitungankepadatanparastit secarakuantitatifpadapreparatdarahtebal
adalah menghitung jumlahparasitper200leukosit.Pada
preparatdarahtipis,penghitunganjumlahparastiper1000eritrosit.
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan antara lain pemeriksaan
kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, jumlah eritrosit, leukosit, trombosit, serta
kimia darah, Foto toraks, EKG, dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita
(Widoyono, 2011).
2.1.5 Kualitas Preparat Malaria
Laboratorium malaria merupakan komponen yang penting untuk menghasilkan
data pemeriksaan preparat darah (SD). Laporan ini sangat berguna untuk
mengevaluasi program pengendalianmalaria secara menyeluruh. Dalam program
pengendalian malaria, semua SD yang dikumpulkan dari
berbagaikegiatanharusdiperiksadanselesaidalamwaktuyangtelahditentukan agar
penderita yang terinfeksi dapat diobati secepatnya dan sumber penularan dapat
dicegah (Kemenkes,2011).
Menurut Dirjen PP & PL Kemenkes RI (2011) dalam buku Pedoman Teknis
Pemeriksaan Parasit Malaria, Persyaratan suatu laboratorium malaria yang harus
dipenuhi antara lain: Ketersediaan ruang tempat pemeriksaan, Ketersediaan alat dan
bahan, Ketersediaan tenaga pemeriksa. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
kualitas preparat darah (SD) yang dihasilkan.
BilakualitasSD
2.2 Tinjauan Umum Pengendalian Mutu 2.2.1 Pengertian
Pengendalianmutulaboratoriummikroskopikmalariamenurut Kemenkes RI
(2011) terdiridari:
1) PengendalianMutu Eksternal (PME)
PengendalianMutu Eksternal (PME) adalahsuatuprosesyang
terencana,efektifdan berkesinambungan,dilakukan olehlaboratorium
rujukan untuk menilaimutu, hasil pemeriksaanmikroskopikmalaria dan
8riterumpan balik.
Tigametodeyangdipakaiuntuk melaksanakan pengendalianmutu
eksternal:
a) Ujisilangyaitupengirimanpreparatdarilaboratoriumtingkatyang
lebihrendahkelaboratoriumtingkatyang lebihtinggi untukdibaca ulang.
b) Bimbinganteknis yaitupemantauanmutu,evaluasidan pembinaan
c) Tes panel (proficiency testing)yaitu pengirimanpreparat daritingkat
yanglebihtinggiketingkatyanglebihrendahuntuk dibacaulang.
2) Peningkatanmutu(QualityImprovement).
Peningkatanmutu adalahprosesyangterusmenerusdilakukanoleh
laboratorium dengancaramenganalisissetiapaspekteknisdalam
pelayananlaboratorium,mulaidaripersiapan, kemampuanpemeriksaan,
sarana prasarana,SumberDayaManusia (SDM)sampaidengan pencatatan
danpelaporanhasil.
Komponenkuncidalam prosesinimeliputipengumpulandata,analisis
data dan penyelesaian masalah secara kreatif dengan cara pemantauan
yang terus menerus,identifikasimasalahyang terjadiyang ditindaklanjuti
dengan upaya perbaikan untukmencegahdanmenghindariterulangnya
kembalimasalahyangsama.
3) PengendalianMutu Internal(PMI)
PengendalianMutuInternal(PMI) adalahkegiatanyang
dilakukanolehsuatulaboratoriumagarseluruhprosespemeriksaandilakukans
ecarabenar sehingga hasilnyaakurat dantertelusur.
PengendalianMutuInternalsangatpenting danharus
dilaksanakanolehpetugas
Kegiataninitidakdapatdipisahkandari aspekkualitas
pemeriksaanlaboratorium, olehkarena itusetiap laboratoriumwajib
meningkatkan dan mempertahankan mutu
kinerjadenganmelaksanakanPengendalianMutuInternal (PMI)yang
berkesinambungan(Kemenkes RI, 2011).
Pengendalian mutu internal dikerjakan oleh suatu laboratorium
klinik,menggunakan serum control atas usaha sendiri, dilakukan setiap
hari,evaluasi hasil pengendalian mutu dilakukan oleh laboratorium itu
sendiri.Sehingga penting untuk menjaga mutu laboratorium agar terjamin
akurasi dan presisi dari hasil pemeriksaan (Sukorini dkk, 2010).
Pengendalianmutuinternalpada pemeriksaanmikroskopikmalaria
dilaksanakanmulaidaripersiapan,pengambilan,pembuatansediaan,
pemeliharaanmikroskop, pengujiankualitas reagen,penyusunanSOP
sampaidenganpencatatandan pelaporanhasilpemeriksaan.
2.2.2 Tujuan PengendalianMutuInternal (PMI)
1) Memastikanseluruhprosedurdalampersiapan,pengambilansampel,
pembuatanpreparat, pembacaanpreparat,pencatatandanpelaporanhasil
dilakukansesuai standar.
terjadinyakesalahanpadaprosespemeriksaan.
3) Meningkatkankemampuan dan keterampilan teknis tenaga laboratorium
dalam mendeteksiterjadinya kesalahandan dapat mengoreksi
ataumemperbaikidengancepatdantepatterhadapkesalahanyangterjadi.
4) Menjaminkualitas bahan,alatdanSDMsesuai standar.
5) Memastikanseluruhprosedurdalampersiapan,pengambilansampel,
pembuatanpreparat, pembacaanpreparat,pencatatandanpelaporanhasil
dilakukansesuai standar.
6) Meningkatkanmutupelayananlaboratorium.
2.2.3 Kegiatan PengendalianMutuInternal (PMI)
KegiatanPengendalian Mutu Internal (PMI) meliputi:
1) Menyediakanalatdan reagensesuai standar Mengupayakansumber
dayamanusiayangterampil dan bekerjasesuaiSOP.
2) Melakukan analisis dankoreksiatas kesalahanpemeriksaanlaboratorium.
3) MencatatdanmelaporkanhasilkegiatanPengendalian Mutu Internal (PMI).
4) Melakukantindak lanjut hasil analisis dankoreksi
2.2.4 Hal-halyang penting dalam pelaksanaanPengendalianMutuInternal
(PMI):
1) TersedianyaStandarOperasionalProsedur(SOP)pemeriksaanmikroskopik
malariabagi petugaslaboratoriumditempatpemeriksaandanmenjamin
danpenanganansampel sertapenangananlimbah.
3) Mempertahankan dan meningkatkanketerampilan petugas melalui
pendidikandanpelatihan.
4) Evaluasi terhadap tingkat kesalahan/errorrate dari hasil pemeriksaanuji
silangolehpenanggungjawablaboratoriumdenganmematuhisaran-saran
dari hasil 12riteria12.
5) Memastikanalatdanbahanyangdipakaiberfungsidanterpeliharadengan baik
melaluiPemeliharaandankalibrasi alat, Penyimpananalatdanbahansesuai
standar, serta Uji mutureagensia.
6) Adanyapencatatandan pelaporanyanglengkap.
2.3 Tinjauan Umum Kontrol kualitas
Kontrol kualitas (quality control) adalah salah satu kegiatanpengendalian
mutu internal yang ditujukan untuk menilai data analitik yang guna mendeteksi
kesalahananalitik di laboratorium. Yang dimaksud dengan kesalan analitik yaitu
(Sukorini dkk, 2010):
1) Kesalahan Acak (Random Error)
kesalahan acak menunjukkan tingkatketelitian atau presisi dari suatu
pemeriksaan. Kesalahanacak akan tampak padapemeriksaan yang dilakukan
yang diperoleh terkadang lebih besar ataupun lebihkecil dari nilai
seharusnya.Kesalahan acak dapat disebabkan olehhal-hal berikut:
• Instrumen yang tidak stabil
• Variasi suhu
• Variasireagen dan kalibrasi
• Variasi teknik proses pemeriksaan
• Variasi operator /analis.
Nilai presisi menunjukkan seberapa dekatnya suatu hasilpemeriksaan
bila dilakukan berulang dengan sampel yang sama.Ketelitian terutama
dipengaruhi kesalahan acak yang tidak dapatdihindari. Menurut Depkes
(2004), Presisi akurasinya dinyatakandalam nilai koefisien variasi ( KV% ):
Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti 13riter/metodetersebut dan
sebaliknya sakin besar SD dan KV semakin tidakteliti13riter/metode yang
digunakan.
2) kesalahan sistematik(systematic error).
Kesalahansistematik (systematic error)menunjukkan tingkatketepatan atau akurasi dari suatu pemeriksaan. Ketepatanmenunjukkan seberapa dekat
suatu hasil pengukuran dengan hasilyang sebenarnya.Sifat kesalahan ini Ket:
KV : Koefisien Variasi(% )
SD : Standar Deviasi ( Simpangan Baku )
• Spesifitas reagen/metode pemeriksaan rendah (muturendah)
• Blangko sampel dan blangko reagen kurang tepat (kurvakalibrasi tidak
linear)
• Mutu reagen kalibrasi kurang baik
• Alatbantu (pipet) yang kurang akurat
• Panjang gelombang yang dipakai
• Kesalahan prosedur kerja.
Nilai akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilaisebenarnya
yang telah ditentukan oleh metode standar. Akurasi diukur dari hasil
pemeriksaan bahan 14 riteri dan dihitung sebagai nilai akurasinya (d%)
seperti Rumus berikut (Depkes, 2004).
Ket:
X : hasil pemeriksaan bahan control
NA : nilai aktual / sebenarnya dari bahan control • Nilai d % dapat positif atau negatif.
• Nilai positif menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya.
• Nilai negatif menunjukkan nilai yang lebih rendah dari seharusnya
2.4 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori 2.5 Kerangka Konsep
Gambar 2.2Skema Kerangka Konsep 2.6 Hipotesis Penelitian
•Kualitas Pewarnaan Giemsa •PengambilanSampel •Pemeriksaan Sampel •Pencatatan & Pelaporan •Pemeliharaan Peralatan
Pemeriksaan Laboratorium Mikroskopis Malaria
Pra analitik Analitik Pasca analitik
Kualitas Preparat Pengendalian Mutu Internal
Pengendalian Mutu Internal Pemeriksaan Malaria: Pra Analitik, Analitik dan
Pasca Analitik