• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KORELASI TINGKAT PERTUMBUHAN PENDUDU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UJI KORELASI TINGKAT PERTUMBUHAN PENDUDU"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KORELASI TINGKAT PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK TERHADAP PEMANFAATAN RUANG (RTH) DI KECAMATAN

GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA Delina Anatya

1Mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan,delinaanatya27@gmail.com

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota – Universitas Pasundan Bandung. Jl. Dr. Setiabudi. No. 193, Kota Bandung.

I. Pendahuluan

(2)

Meningkatnya jumlah penduduk disetiap waktu merupakan akibat dari tingginya arus urbanisasi menuju perkotaan. Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu tersebut akan membawa dampak pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota. Salah satunya ialah terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan ruang dengan jumlah penduduk yang ada. Kebutuhan akan ruang bagi penduduk jauh lebih tinggi daripada keberadaan ruang wilayah yang ada. Hal tersebut tentunya akan mengakibatkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan yang semakin sempit karena beralih fungsi menjadi kawasan permukiman atau gedung-gedung yang sifatnya komersil. Sehingga penataan ruang kota kawasan perkotaan perlu mendapatkan perhatian yang khusus, terutama terkait dengan penyediaan ruang-ruang terbuka hijau publik (open spaces) di perkotaan. Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan merupakan kawasan lindung yang bersifat alami dan keberadaannya perlu disediakan untuk mewujudkan lingkungan perkotaan yang seimbang dengan lingkungan kawasan terbangunnya. Lingkungan perkotaan hanya berkembang secara ekonomi, namun menurun secara ekologi. Padahal keseimbangan lingkungan perkotaan secara ekologi sama pentingnya dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan.

(3)

kota, kawasan hijau fasilitas olahraga, dan kawasan hijau perkarangan. Ruang terbuka hijau dikasifikasikan berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya.

Harapannya kedepan keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan semakin meningkat terutama untuk mengembalikan keseimbangan lingkungan, terutama untuk ruang terbuka hijau di kawasan pemukiman daerah perkotaan. Kawasan pemukiman merupakan lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian secara menyeluruh dan terpadu, yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan (Kementrian Pekerjaan Umum,2010). Manfaat pengembangan ruang terbuka hijau pada daerah permukiman perkotaan salah satunya ialah untuk meningkatkan cadangan oksigen dan memperbaiki iklim mikro setempat. Selain itu juga sebagai aspek penambah estetika ruang wilayah. Menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) yang salah satunya jenisnya adalah Ruang terbuka hijau taman lingkungan permukiman dan perumahan adalah merupakan taman dengan klasifikasi yang lebih kecil dan diperuntukan untuk kebutuhan rekreasi terbatas yang meliputi populasi/masyarakat sekitar. Taman lingkungan ini terletak disekitar daerah permukiman dan perumahan untuk menampung kegiatan-kegiatan warganya. Taman ini mempunyai fungsi sebagai paru-paru kota (sirkulasi udara dan penyinaran), peredam kebisingan, menambah keindahan visual, area interaksi, tempat bermain, dan menciptakan kenyamanan lingkungan.

Penggunaan lahan di Kecamatan Gondokusuman banyak didominasi oleh permukiman. Di Kecamatan Gondokusuman banyak dijumpai berbagai jenis permukiman, salah satunya permukiman perkampungan, permukiman mewah, permukiman asrama tentara, permukiman disepanjang jalan kereta api, dan lain-lain. Setiap permukiman memiliki ketersediaan ruang terbuka hijau yang bermacam-macam. Tergantung pada banyaknya liputan vegetasi hijau yang terdapat pada permukiman tersebut. Sebaran ruang terbuka hijau tentunya mengikuti pola dari sebaran permukiman tersebut. Pada keterangan tersebut dijelaskan mengenai keberadaan ruang terbuka hijau pada kawasan permukiman di Kecamatan Gondokusuman.

(4)

ruang terbuka hijau di Kecamatan Gondokusuman. Pemerintah Kota seharusnya merencanakan pengembangan dan peningkatan ketersediaan ruang terbuka hijau yang lebih dari cukup. Dalam rangka pengadaan dan peningkatan ketersediaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan ternyata Pemerintah Kota mengalami kendala yakni kesulitan mengganti tingginya harga tanah. Berdasarkan uraian Anonim (2012) dalam berita Harian Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 4 Desember 2012 halaman 9, Rencana Pemerintahan Kota (PemKot) Yogyakarta yang hendak membeli tanah warga untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik bagi kelurahan masih tersendat prosesnya. Hal ini lantaran pemilik tanah mematok harga yang cukup tinggi dengan di diatas Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP). Sebagai contoh dalam uraian berita tersebut ialah sebidang tanah di Kelurahan Klitren dengan luasan mencapai 731 meter persegi dengan harga dari pemilik tanah mencapai Rp.1,5juta per meter persegi. Sementara penawaran Pemerintah Kota hanya berani di angka Rp.600 ribu per meter perseginya. Lain lagi dengan sebidang tanah seluas 370 meter persegi di Kelurahan Purwokinanti. Warga pemilik tanah mematok harga jual Rp. 1,08 juta per meter persegi. Padahal sesuai ketentuan NJOP harga tanah di sekitar daerah tersebut mencapai Rp.200 ribu per meter persegi, sementara Pemerintah Kota menyodorkan harga sekitar Rp. 407 ribu per meter perseginya. Warga pemilik tanah belum bersedia melepas keberadaan tanahnya dengan alasan ketidaksepakatan soal harga yang diinginkan. Harga jual tanah yang akan dibeli pemerintah kota untuk peningkatan ruang terbuka hijau jauh dari harapan. Ketidakmampuan dalam aspek finansial menjadi faktor penghambat bagi pemerintah kota dalam meningkatkan ruang terbuka hijau (RTH) di tiap Kelurahan. Sehingga ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) saat ini belum optimal keberadaannya. Dalam Undang-Undang Penataan Ruang Nasional Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa jumlah RTH disetiap kota harus sebesar 30 % dari luas total kota tersebut. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah perkotaan adalah sebesar 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Apabila luas ruang terbuka hijau baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar daripada peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

(5)

Hipotesis statistik ialah suatu pernyataan tentang bentuk fungsi suatu variabel atau tentang nilai sebenarnya suatu parameter. Suatu pengujian hipotesis statistik ialah prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang dipersoalkan/diuji.

Hipotesis (atau lengkapnya hipotesis statistik) merupakan suatu anggapan atau suatu dugaan mengenai populasi. Sebelum menerima atau menolak sebuah hipotesis, seorang peneliti harus menguji keabsahan hipotesis tersebut untuk menentukan apakah hipotesis itu benar atau salah. H0 dapat berisikan tanda kesamaan (equality sign) seperti : = , ≤ , atau ≥. Bilamana H0 berisi tanda kesamaan yang tegas (strict equality sign) = , maka Ha akan berisi tanda tidak sama (not-equality sign). Jika H0 berisikan tanda ketidaksamaan yang lemah (weak inequality sign) ≤ , maka Ha akan berisi tanda ketidaksamaan yang kuat (stirct inequality sign) > ; dan jika H0 berisi ≥, maka Ha akan berisi <.

Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara, atau kurang kebenarannya atau masih lemah kebenarannya. Sedangkan thesis artinya pernyataan atau teori. Karena hipotesis adalah pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya, sehingga istilah hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya.

Hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter populasi. Dengan kata lain, hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi, melalui data-data sampel. Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol dan alternatif. Pada statistik, hipotesis nol diartikan sebagai tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik, atau tidak adanya perbedaan antara ukuran populasi dan ukuran sampel. Dengan demikian hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol, karena memang peneliti tidak mengharapkan adanya perbedaan data populasi dengan sampel.selanjutnya hipotesis alternatif adalah lawan hipotesis nol, yang berbunyi ada perbedaan antara data populasi dengan data sampel.

II. Teori

a. Pertumbuhan Penduduk

(6)

lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

Secara singkat, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam pengertian itu terdapat tiga aspek yang perlu digarisbawahi, yaitu proses, output per kapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan sebagai proses, berarti bahwa pertumbuhan ekonomi bukan gambaran perekonomian pada suatu saat. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan output per kapita, berarti harus memperhatikan dua hal, yaitu output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Aspek jangka panjang, mengandung arti bahwa kenaikan output per kapita harus dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama ( 10, 20, atau 50 tahun, bahkan bisa lebih lama lagi). Kenaikan output per kapita dalam satu atau dua tahun kemudian diikuti penurunan bukan pertumbuhan ekonomi.

Teori pertumbuhan ekonomi pada dasarnya adalah suatu “ceritera” logis mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi. Teori ini menjelaskan dua hal, yaitu (1) mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan (2) mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan. Satu hal yang perlu diingat bahwa dalam ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satuteori pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan. Sampai sekarang tidak ada suatu teori pertumbuhan yang bersifat menyeluruh dan lengkap dan merupakan satusatunya teori pertumbuhan yang baku. Para ahli ekonomi mempunyai pandangan yang tidak selalu sama mengenai pertumbuhan ekonomi. Pandangan para ahli tersebut sering dipengaruhi oleh keadaan atau peristiwa-pewristiwa yang terjadi pada zaman mereka hidup dan oleh ideologi yang mereka anut.

Secara umum Teori pertumbuhan ekonomi menurut para ahli dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Teori pertumbuhan ekonomi historis dan teori pertumbuhan ekonomi klasik dan neoklasik

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis

(7)

pertumbuhan ekonomi dilakukan secara bertahap. Pelopor aliran historis antara lain, Frederich List, Karl Bucher, Bruno Hildebrand, Wegner Sombart, dan W.W. Rostow

Teori pertumbuhan ekonomi Frederich list (1789 - 1846)

Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut frederich list adalah tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga).

Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi menurut frederich list adalah sebagai berikut :

1. Masa berburu dan mengembara. Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mengantungkan diri pada pemberian alam dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri

2. Masa berternak dan bertanam. Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam

3. Masa Bertani dan kerajinan. Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar usaha sampingan.

4. Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan. Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk di jual ke pasar, sehingga industri berkembang dari industri kerajinan menjadi industri besar.

Teori pertumbuhan ekonomi Karl Bucher (1847 - 1930)

Karl Bucher membagi pertumbuhan ekonomi menurut jarak yang ditempuh oleh alat pemuas kebutuhan, yaitu dari produsen sampai ke konsumen. Masyarakat dilihat sebagai satu kesatuan rumah tangga, baik sebagai rumah tangga produsen maupun rumah tangga sebagai konsumen. Pertumbuhan ekonomi menurut Karl Bucher sebagai berikut :

Tahap Perekonomian menurut Karu Bucher dapat dibagi menjadi 4 1. Rumah tangga tertutup

(8)

2. Rumah tangga kota

Rumah tangga tertutup semakin lama semakin besar dan mulai menjalin hubungan dengan rumah tangga tertutup lainnya, sehingga rumah tangga ini menjadi lebih terbuka. Pada rumah tangga kota, alat pemuas kebutuhan yang dihasilkan oleh suatu masyarakat (rumah tangga) tidak lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Barang-barang yang dihasilkan masing-masing rumah tangga mulai saling dipertukarkan. Hubungan antara satu rumah tangg dengan rumah tangga lainnya menjadi semakin beraneka ragam. Masing-masing rumah tangga itu semakin maju dan melahirkan sebuah tatanan masyarakat baru, yang dalam perkembangan selanjutnya akan membentuk rumah tangga kota.

3. Rumah tangga bangsa

Adanya hubungan antara kota dan kota lainnya menyebabkan timbulnya rumah tangga bangsa. Rumah tangga bangsa merupakan satu kesatuan ekonomi yang meliputi suatu negara. Hubungan kota dengan kota diperlancar dengan semakin baiknya sarana dan prasarana perhubungan dan keamanan. Alat-alat pemuas kebutuhan yang dihasilkan semakin beraneka ragam dan dalam jumlah yang semakin banyak, baik jenis maupun jumlahnya ini, maka muncullah perusahaan-perusahaan. 4. Rumah tangga dunia

Kemajuan yang dicapai oleh suatu rumah tangga bangsa berbeda dengan rumah tangga bangsa lainnya, baik dalam teknologi produksi, efisiensi, jenis maupun jumlah barang. Akibatnya, barang-barang yang dihasilkan oleh suatu rumah tangga bangsa mulai mengalir ke rumah tangga bangsa lainnya sehingga daerah-daerah pemasaran yang baru, karena kelebihan produksi, tidak lagi dapat mengkonsumsikan sendiri. Dalam masa inilah dikenal adanya perdagangan internasional.

Teori pertumbuhan ekonomi Bruno Hildebrand

Bruno Hildebrand melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat dari perkembangan alat tukar-menukarnya, yaitu:

1. masa tukar-menukar secara barter

Pertukaran masih bersifat kekeluargaan dan ruang lingkup sempit. 2. masa tukar-menukar dengan uang

Ada alat tukar berupa uang yang juga dapat digunakan sebagai tabungan dan investasi.

(9)

Pertukaran dengan cara kredit merupakan kemudahan yang diberikan dalam perdagangan. Seseorang dapat memiliki barang yang di inginkannya walaupun belum memiliki uang.

Teori pertumbuhan ekonomi Werner sombart (1863 - 1947) 1. Prakapitalisme (Varkapitalisme)

2. Zaman kapitalis madya (buruh kapitalisme)

3. Zaman kapitalai Raya (Hachkapitalismus)

4. Zaman kapitalis akhir (spetkapitalismus)

Teori pertumbuhan ekonomi Walt Whitmen Rostow (1916 - 1979) 1. Masyakart tradisional (Teh Traditional Society)

2. Persyaratan untuk lepas landas (Precondition for take off)

3. Lepas landas (cake off)

4. Perekonomian yang matang / dewasa (Matarty of economic)

5. Masa ekonomi konsumsi tinggi (high mass consumption)

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan Neoklasik Teori pertumbuhan ekonomi klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.

(10)

penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.

Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith

“An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation”, teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands (Teori tangan-tangan gaib)

Teori Pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan :

1. Pertumbuhan penduduk

2. Pertumbuhan output total

Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini. 1. sumber-sumber alam

2. tenaga kerja (pertumbuhan penduduk

3. jumlah persediaan

Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus

Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.

Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik

Teori pertumbuhan Neo-klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:

AY = f (AK,AL,AT) Dimana :

(11)

AL adalah tingkat pertumbuhan penduduk At adalah tingkat pertumbuhan teknologi

Analisis solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.

Teori pertumbuhan ekonomi Robert Sollow

Rober Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel di bidang dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan out put yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama. Yaitu modal dan tenaga kerja.

Teori pertumbuhan ekonomi Harrod dan Domar

RF. Harrod dan Evsey Domar tahun 1947 pertumbhan ekonomi menurut Harrod dan domar akan terjadi apabila ada peningkatan produktivitas modal (MEC) dan produktivitas tenaga kerja.

Teori pertumbuhan ekonomi Joseph Schumpeter

Menurut J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanya proses inovasi-inovasi (penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yang dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi.

b. Pengertian Kepadatan Definisi kepadatan beberapa ahli :

- Kepadatan menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981), yaitu sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.

- Sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFaring, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978).

(12)

c. Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan

pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan

program beserta pembiayaannya. Ketentuan umum tentang pemanfaatan ruang

ditegaskan dalam Pasal 32 Undang-Undang Penataan Ruang sebagai berikut:

(1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan

ruang beserta pembiayaannya.

(2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan

dengan pemanfaatan ruang, baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupun

pemanfaatan ruang di dalam bumi.

(3) Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) termasuk jabaran dari indikasi program utama yang termuat di

dalam rencana tata ruang wilayah.

(4) Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka

waktu indikasi program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam

rencana tata ruang.

(5) Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) disinkronisasikan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah

administratif sekitarnya.

(6) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

dengan memperhatikan standar pelayanan minimal dalam penyediaan sarana

dan prasarana.

Mengenai ketentuan apa saja yang harus dilakukan dalam Pemanfaatan Ruang

Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dinyatakan sebagai berikut:

(1) Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota

(13)

a. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah

dan rencana tata ruang kawasan strategis.

b. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan

pola ruang wilayah dan kawasan strategis.

c. Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang

wilayah dan kawasan strategis.

(2) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata

ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan kawasan budi daya yang

dikendalikan dan kawasan budi daya yang didorong pengembangannya.

(3) Pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

dilaksanakan melalui pengembangan kawasan secara terpadu.

(4) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

dengan:

a. Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

b. Standar kualitas lingkungan.

(14)

2.1 Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Adanya Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah jika adanya ketidaksesuaian

pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah sebagai usaha untuk

menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan rencana

tata ruang. Pada Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang dijelaskan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk

mewujudkan tertib tata ruang. Ketentuan mengenai pengendalian pemanfaatan ruang

diatur dalam Pasal 78 ayat (2) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang

Rencanan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011-2031 yang

menyatakan bahwa arahan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui

ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan

disinsentif, serta ketentuan sanksi.

3. Ruang Terbuka Hijau

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya (UU No.26, 2007 Tentang Penataan Ruang).

4.

Ruang adalah wadah meliputi darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagaisatu kesatua wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain hidup, melakukan kegiatan, dan memeliharakelangsungan hidupnya.

(Permendagri No.1, 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan perkotaan).

(15)

wadah yang dapat menampung kegiatan/aktivitas tertentu dari manusia, baik secara individu atau secara berkelompok (Hakim dan Utomo, 2002 : Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Dengan adanya pertemuan bersama dan relasi antara orang banyak, kemungkinan akan timbul berbagai macam kegiatan di ruang umum terbuka tersebut. Sebetulnya ruang terbuka merupakan salah satu jenis saja dari ruang umum (Eko Budiharjo & Djoko Sujarto, Kota

Berkelanjutan, 2005:89).

Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau public merupakan ruang terbuka yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan unutk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau public antara

lain adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau privat antara lain adalah kebun halaman rumah/gedung milik mastarakat atau swasta yang ditanami tumbuhan. Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan system hidrologi dan system mikrolimat, maupun system ekologis lain, yang selanjutnya aka meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah, masyarakat, dan swasta di dorong untuk menanam tumbuhan diatas bangunan miliknya. Proporsi ruang terbuka hijau public seluas minimal 20 (dua puluh) persen yang disediakan oleh pemerintah daerah kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan

pemanfaatannnya secara luas oleh masyarakat (UU No.26, 2007 Tentang

Penataan Ruang).

Ruang terbuka hijau sebagai ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara

(16)

perkebunan dan sebagainya(Pemendagri No.1, 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan).

“Ruang terbuka hijau pada umumnya dimaksudkan untuk penghijauan sebagai salah satu unsur kota yang ditentukan oleh factor kenyamanan dan keindahan bagi suatu ruang kota. Kenyamanan dapat berupa peredam kebisingan, pelindung cahaya matahari (peneduh) dan

menetralisir udara. Sedangkan keindahan berupa penataan tanaman dibantu dengan konstruksi-konstruksi yang ditujukan untuk menahan erosi, baik berupa konstruksi beton, batu alam dan lain-lain. Pengaturan ruang terbuka hijau juga menerapkan prinsi-prinsip komposisi desain

yang baik, keindahan dan kenyamanan”. (Hamid Shirvani, The Urban Design Process, 1983:16).

4. Uji Linearitas a. Pengertian

Uji linieritas adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mengetahuistatus linier tidaknya suatu distribusi data penelitian. Uji linieritas dilakukan untuk membuktikan bah5a masing1masing variabel bebas mempunyai hubungan yang linier dengan variabel terikat. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas akan menentukan teknik-teknik analisis data yang dipilih, dapat digunakan atau tidak. Apabila dari hasil uji linieritas didapatkan kesimpulan bahwa distribusi data penelitian dikategorikan linier maka data penelitian dapat digunakan dengan metode-metode yang ditentukan. Demikian juga sebaliknya apabila ternyata tidak linier maka distribusi data harus dianalisis dengan metode lain.

b. Langkah Uji Linearitas

(17)

 Jika signifikansi yang diperoleh > α dan Fhitung < Ftabel, maka tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.

 Jika signifikansi yang diperoleh < α dan Fhitung > Ftabel, maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Keterangan: α merupakan taraf signifikansi, misalnya α = 0,05. III. Uji Koefisien Korelasi

a. Pengertian

Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):

 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

 >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah

 >0,25 – 0,5: Korelasi cukup

 >0,5 – 0,75: Korelasi kuat

 >0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat

 1: Korelasi sempurna

(18)

Berikut merupakan langkah-langkah dalam menggunakan Uji Koefisien Kolerasi pada SPSS, diantaranya:

1. Buka SPSS

2. Klik Variabel View, kemudian pada bagian Name tulis saja Aksesibilitas Halte, kemudian di baris kedua Kualitas Pelayanan dan dibaris ketiga Keputusan Pengguna, selanjutnya pada kolom Type ubah menjadi Numeric. Pindah ke Data View dan lengkapi data sampai seperti dibawah ini.

(19)

4. Selanjutnya akan muncul kotak dengan nama Bivariate Correlation, masukkan variabel Aksesibilitas Halte, Kualitas Pelayanan dan Keputusan Pengguna ke dalam kolom variables. Pastikan kolom Correlation Coefficients sudah mencentang Pearson, kemudian kolom Test Of Significance sudah mencentang Two Tailed. Dan Flag significant correlation juga sudah dicentang

5. Klik OK, maka akan keluar hasil sebagai berikut.

Dalam pengambilan keputusan, dapat dilihat dari nilai signifikansi dan Pearson pada Tabel Correlation. Maka dapat dilihat 2 pertimbangan :

(20)

b. Melihat nilai Pearson Correlation : dari output diatas, diketahui bahwa Nilai Pearson Correlation yang dihubungkan antara masing-masing variabel mempunyai tanda bintang, ini berarti terdapat kolerasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/12184366/TEORI_PERTUMBUHAN_EKONOMI_MEN URUT_PARA_AHLI (5/03/2018)

http://digilib.unila.ac.id/8129/15/BAB%20II.pdf (5/03/2018)

http://repository.petra.ac.id/14556/ (01/03/2018)

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk dan Fungsi Gaya Bahasa Retoris Erotesis Berdasarkan hasil penelitian mengenai gaya bahasa retoris erotesis pada kumpulan lagu karya Yui Yoshioka, telah didapatkan

tersebut, karena sejak saat itu Terdakwa tidak nampak di kesatuan dan pergi meninggalkan kesatuan tanpa ijin atasan yang berwenang, sampai kemudian pada tanggal

Strategi merupakan pola-pola berbagai tujuan serta kebijaksanaan dasar dalam perencanaan untuk mencapai tujuan yang sedang dan akan dilaksanakan oleh Dinas Tenaga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan nyanyian bagandumasyarakat Siak Hulu Kabupaten Kampar pada awalnya dilakukan oleh ibu-ibu pada saat menidurkan

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah (1) bagi guru maupun siswa supaya lebih teliti dalam menggunakan program kuis interaktif tipe fill in the

dilihat dari data hasil matering selama 1 tahun di tahun 2015, dimana data yang dihasilkan dari data 1 bulan dari januari sampai desember 2015, untuk nilai temperatur

Hal juga yang menjadi titik tolak atas dasar memerangi kemiskinan di Brazil melalui program Bolsa Familia tersebut meningkat melalui manfaatnya dalam membantu melalui

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa tingkat higiene pada aspek pengadaan dan pengelolaan bahan baku dangke masih rendah; tingkat higiene aspek proses