• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGANALISIS ARTIKEL OPINI DAN KOLOM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENGANALISIS ARTIKEL OPINI DAN KOLOM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MENGANALISIS ARTIKEL, OPINI DAN KOLOM

MAKALAH

Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Pembinaan Majalah sekolah

Kelas C

Oleh :

Nur Lailatul Fajariani (130210402053)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang tiada henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual, saya berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Menganalisis Artikel, Opini dan Kolom” yang berisi pemahaman materi bagi teman-teman sebagai sarana belajar agar lebih aktif dan kreatif.

Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak sekali mengalami kesulitan karena masih dalam proses pembelajaran. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun tidaklah sempurna. Saya meminta maaf apabila masih banyak terdapat kesalahan dan ketidaksopanan baik dalam penyampaian maupun penulisannya.

Saya berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang.

Jember, 24 Februari 2014 Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...1

1.3 Tujuan Penulisan...1

II. PEMBAHASAN...2

2.1 Analisis Artikel...2

2.2 Analisis Opini...6

2.3 Analisis Kolom...11

III. PENUTUP...13

3.1 Kesimpulan...13

DAFTAR RUJUKAN...14

(4)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak mungkin bila pemburu berita di tuntut kreativitasnya dalam menyampaikan berita atau informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang sangat penting manakala kita harus terjun di dunia luar. Keberadaan media tidak lagi sebatas menyampaikan informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya.

Salah satu media informasi yang masih di gunakan adalah surat kabar. Di dalam surat kabar memuat halaman-halaman yang berisi tentang artikel, opini, tajuk rencana, berita, kolom dan masih banyak lainnya.

Namun, makalah ini hanya akan membahas bagaimana menganalisis artikel, opini dan kolom secara terperinci.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Menganalisis isi , sudut pandang , struktur dan kesimpulan pada artikel . b. Menganalisis isi , sudut pandang , struktur dan kesimpulan pada opini . c. Menganalisis isi , sudut pandang , struktur dan kesimpulan pada kolom . 1.3 MANFAAT PEMBAHASAN

Dari rumusan masalah di atas dapat diketahui manfaat yang kita peroleh :

a. Mengetahui isi, sudut pandang, struktur dan kesimpulan pada artikel. b. Mengetahui isi, sudut pandang, struktur dan kesimpulan pada opini. c. Mengetahui isi, sudut pandang, struktur dan kesimpulan pada kolom.

BAB II

(5)

2.1 Analisis Artikel

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2001:66), “Artikel adalah karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya.” Artikel merupakan salah satu karya tulis ilmiah yang paling sederhana. Dari pemilihan judul, sistematika penulisan sampai isi sebuah artikel lebih sederhana dari karya tulis ilmiah lainnya. Begitupun pemilihan kata dan ragam bahasanya lebih santai.

Dalam ilmu jurnalistik, artikel adalah salah satu bentuk tulisan non fiksi berisi fakta dan data yang disertai sedikit analisis dan opini dari penulisnya. Biasanya, artikel hanya menyangkut satu pokok permasalahan, dengan sudut pandang hanya dari satu disiplin ilmu.

a. Isi artikel

Artikel “ Meraih Keseimbangan Melalui Seni” oleh Seruni Bodjawati mengungkapkan bahwa abad kita adalah abad seni. Pada zaman Yunani Kuno peradaban telah menyamakan seni dengan keabadian. Abad masa itu diyakini sebagai abad seni. Terbukti dengan pencapaian dengan munculnya berbagai prestasi seni yang gemilang, baik di bidang sastra, seni rupa, musik, drama, dan sebagainya. Sekarang inilah kurun terpenting dalam sejarah perabadan. Sebuah periode ketika inovasi teknologi yang berlangsung begitu memesona membuat semua berubah, akhirnya memaksa kita untuk menengok kembali lubuk sanubari yang terdalam dan nilai-nilai manusia yang telah tersembunyi.

(6)

Namun yang terjadi di negeri kita sekarang, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia mengeluhkan kecilnya anggaran yang diberikan oleh pemerintah untuk kesenian. Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin hampir membusuk karena minimnya dana perawatan. Dana perawatan yang menyedihkan di tambah lagi dengan dana pengembangan yang masih kurang. Sudah banyak museum di berbagai kota yang telah berubah menjadi rumah hantu dan sarang tikus. Banyak pula penerbit buku yang bermutu dan idealis yang dibiarkan bangkut. Ketika ada pertanyaan “Siapa yang akan rugi?” pastilah kita tahu “Masa depan bangsa ini yang akan rugi”.

Pernahkan terdengar, pemerintah, perusahaan besar atau pengusaha sukses berupaya memberikan hadiah rumah dan tanah kepada seniman hebat agar hidup mereka lebih nyaman, lebih berprestasi, lebih kreatif, dan lebih bisa memberikan sumbangan berarti bagi nusa dan bangsa? Tetapi kepada olahragawan dan politisi, pemerintah “memanjakan” karena mereka dianggap sebagai pejuang besar! Sedangkan kepada pejuang bangsa lainnya seperti novelis, penyair, pelukis, dalang, aktor teater, penari dan pencipta lagu, mengapa itu tidak juga diberikan?

Seni tradisi di mana-mana dibiarkan hidup kembang kempis sendirian. Ketika berhasil eksis, lembaga pemerintah lantas mengklaimnya sebagai hasil binaan. Lima tahun terakhir di jogja, hampir sepanjang tahun terselenggara berbagai pameran seni rupa. Hampir tidak ada kolektor yang menengok. Bahkan, saat di Jogja National Museum digelar pameran untuk pemenggalan dana korban letusan Gunung Merapi, di antara hampir 500 buah karya yang dipajang, hanya sebuah karya yang dibeli kolektor asal Jerman. Betapa menyedihkan. Hanya sebuah!

(7)

ketika tidur betigu juga dengan menonton pertunjukan lawak saat sedang sakit gigi pastinya kurang menyenangkan.

Ya, karya seni bukanlah sekadar barang duniawi. Ada kekuatan tidak teraba yang terus menggelenyar di dalam dirinya. Harmoni, keindahan jiwani, tenaga semesta, dan sifat ilahiah. Dialah waktu yang dihentikan dalam keabadian. Ketika zaman kacau, kesenianlah yang akan menyelaraskannya. Jika ingin menjadikan bangsa ini bangsa yang besar, maka jadikanlah bangsa ini bangsa yang menghargai kesenian, karena sendi-sendi yang goyah pada sebuah bangsa besar senantiasa diseimbangkan oleh kekuatan seni yang membahana.

b. Sudut Pandang Pengarang

Sudut pandang pengarang menggunakan orang ketiga serba tahu karena penulis mengemukakan pikirannya tentang bagaimana ia memandang seni dan cara mengapresiasinya untuk lebih membangkitkan kehidupan negaranya yang kurang memperhatikan seni.

c. Struktur Artikel

1) Judul

“Meraih Keseimbangan Melalui Seni” 2) Pendahuluan (Lead)

Abad kita adalah abad seni. Pada zaman Yunani Kuno peradaban telah menyamakan seni dengan keabadian. Abad masa itu diyakini sebagai abad seni. Terbukti dengan pencapaian dengan munculnya berbagai prestasi seni yang gemilang, baik di bidang sastra, seni rupa, musik, drama, dan sebagainya. Sekarang inilah kurun terpenting dalam sejarah perabadan. Sebuah periode ketika inovasi teknologi yang berlangsung begitu memesona membuat semua berubah, akhirnya memaksa kita untuk menengok kembali lubuk sanubari yang terdalam dan nilai-nilai manusia yang telah tersembunyi.

(8)

Di tengah badai kemajuan mau tidak mau pasti ada yang saling berbenturan, tentu saja perang batin berkecamuk lebih mencekam. Kebingungan saat ini perlu dinetralisasi begitupun kefrustasian yang perlu diredakan dengan filsafat dan senilah yang bisa menjadi jalan. Filsafat menjernihkan kekeruhan pikiran. Seni menyelaraskan kekacauan perasaan. Keduanya bisa menyatu bagaikan roh dan badan yang tampak terwujud sebagai dewa penghibur yang terus di cari.

4) Penutup (Ending)

Ya, karya seni bukanlah sekadar barang duniawi. Ada kekuatan tidak teraba yang terus menggelenyar di dalam dirinya. Harmoni, keindahan jiwani, tenaga semesta, dan sifat ilahiah. Dialah waktu yang dihentikan dalam keabadian. Ketika zaman kacau, kesenianlah yang akan menyelaraskannya. Jika ingin menjadikan bangsa ini bangsa yang besar, maka jadikanlah bangsa ini bangsa yang menghargai kesenian, karena sendi-sendi yang goyah pada sebuah bangsa besar senantiasa diseimbangkan oleh kekuatan seni yang membahana.

d. Kesimpulan

Seni, sebuah kata dengan seribu makna, sebuah kata yang dapat mempersatukan sebuah negeri. Filsafat adalah penjernih fikiran. Seni dan filsafat keduanya bisa menyatu bagaikan roh dan badan yang tampak terwujud sebagai dewa penghibur di tengah perang batin yang semakin berkecamuk. Namun, betapa menyedihkannya sebuah bangsa yang menyia-nyiakan kesenian yang dimilikinya.

(9)

yang teramat sangat diperhatikan oleh pemerintah, mereka dianggap sebagai pejuang besar, sedangkan para seniman hanya dianggap sambil lalu.

Terlebih lagi seni tradisi yang semakin ditinggalkan oleh bangsa ini, namun ketika berhasil eksis, atau diklaim oleh bangsa lain, lembaga pemerintah mengakui bahwa hasil tersebut adalah binaan bangsa ini. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi mereka hanya mau mengakuinya saja tanpa ada usaha untuk merawatnya.

Ketika zaman kacau, kesenianlah yang akan menyelaraskannya. Jika ingin menjadikan bangsa ini bangsa yang besar, maka jadikanlah bangsa ini bangsa yang menghargai kesenian, karena sendi-sendi yang goyah pada sebuah bangsa besar senantiasa diseimbangkan oleh kekuatan seni yang membahana.

2.2 Analisis Opini

Sebuah tulisan yang memuat pendapat atau pandangan penulis dapat disebut opini. Artikel pun sampai dengan batas tertentu akan selalu memuat opini dari penulisnya. Oleh karena itu artikel biasanya juga ada dalam rubrik Opini.

Opini dapat didefinisikan sebagai tulisan dalam media cetak yang memasukkan pendapat penulis di dalamnya. Artinya, opini adalah artikel yang yang mengandung subjektivitas, bukan hanya fakta. Artikel opini, surat pembaca, dan tajuk rencana merupakan jenis-jenis opini di media massa. Artikel opini dan surat pembaca dalam surat kabar merupakan pendapat seorang pembaca terhadap suatu masalah, peristiwa atau kejadian tertentu. Sedangkan tajuk rencana (editorial) adalah opini atau pendapat redaksi media massa tersebut tentang masalah, peristiwa atau kejadian tertentu biasanya yang sedang aktual.

a. Isi Opini

(10)

spesifikasikan menjadi sekolah ramah anak. Atau kian dispesifikan lagi menjadi guru ramah anak, maka ada ironi yang sejatinya tersirat, bahwa sementara ini sekolah belum ramah anak, dan Bapak-Ibu guru belum ramah anak. Dengan demikian, program yang mestinya menjadi autokritik bagi banyak elemen selaku subjek pendidikan.

Pendidikan ramah anak yang masih melemah di berbagai penjuru kota Mengakibatkan kesalahan dalam belajar mengajar. Mungkin sebagian siswa /siswi masih sering meniru isi dalam telivisi, sehingga bila di ajarkan pendidikan siswa/siswi masih sering ‘MENGGEBRAK’ (dalam bentuk kekerasan verba maupun fisik) terkadang itu masih menjadi salah satu cara yang di pilih. Apakah dengan ‘digebrak’ kemampuan siswa tersebut menjadi meningkat? Menyebabkan siswa semakin takut dan kian rendah-diri kiranya adalah jawaban yang paling jujur. Seharusnya guru harus bersikap memperbaiki tetapi karena rendahnya pembekalan kemampuan memahami fungsi otak yang sebenarnya adalah objek langsung dalam menjalankan tugas mulianya.

Bila saja diterapkan dengan konsep sederhana bahwa mulai dari hal kecil, mulai diri sendiri sejak sekarang. Bila itu dirasa masih terlalu klise. Maka cukuplah percayai petuah berikut. Ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan guna menanamkan nilai apapun dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut :

1. KETELADANAN

2. KETELADANAN

3. KETELADANAN

Yang di rangkai dalam tiga kata dengan satu inti yang sama.

(11)

nama Taman Indria. Sekolah Dasar (SD) bernama Taman Muda. Sekolah Menengah Pertama (SMP) bernama Taman Dewasa. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai Taman Madya, dan Perguruan Tinggi (Universitas) bernama Taman Guru atau Sarjana Wiyata. Sungguh merupakan penanaman yang sangat tepat dan syarat nilai filosofis dan benar-benar bercirikan ke-Indonesiaan yang khas.

Rupanya itulah cikal-bakal munculnya kesadaran kembali tentang pentingnya pembelajaran yang menyenangkan (PAIKEM) dan pentingnya apresiatif terhadap keberagamaan (Pendidikan Ramah Anak). Semoga Pencanangan Bondowoso sebagai Kabupaten Ramah (layak) Anak dapat terwujud.

b. Sudut Pandang Pengarang

Sudut pandang pengarang menjelaskan bahwa orang ketiga sebagai pengamat menuliskan apa yang telah ia amati terhadap perkembangan pendidikan yang sedang berkembang di Indonesia ini.

c. Struktur Opini

1) Judul

“Pendidikan Ramah Anak : Belajar di Sekolah atau di ‘Taman’?”

2) Penulis

Mohammad Haairul

3) Pengantar Opini

(12)

program yang mestinya menjadi autokritik bagi banyak elemen selaku subjek pendidikan.

4) Pengait Masalah

Pendidikan ramah anak yang masih melemah di berbagai penjuru kota mengakibatkan kesalahan dalam belajar mengajar. Mungkin sebagian siswa /siswi masih sering meniru isi dalam telivisi, sehingga bila di ajarkan pendidikan siswa/siswi masih sering ‘MENGGEBRAK’ (dalam bentuk kekerasan verba maupun fisik) terkadang itu masih menjadi salah satu cara yang di pilih. Apakah dengan ‘digebrak’ kemampuan siswa tersebut menjadi meningkat? Menyebabkan siswa semakin takut dan kian rendah-diri kiranya adalah jawaban yang paling jujur. Seharusnya guru harus bersikap memperbaiki tetapi karena rendahnya pembekalan kemampuan memahami fungsi otak yang sebenarnya adalah objek langsung dalam menjalankan tugas mulianya.

5) Pembahasan

Bila saja diterapkan dengan konsep sederhana bahwa mulai dari hal kecil, mulai diri sendiri sejak sekarang. Bila itu dirasa masih terlalu klise. Maka cukuplah percayai petuah berikut. Ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan guna menanamkan nilai apapun dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut :

1. KETELADANAN

2. KETELADANAN

3. KETELADANAN

Yang di rangkai dalam tiga kata dengan satu inti yang sama.

(13)

upaya untuk mengajarkan tentang kehidupan. Hal ini terkait penanaman terhadap lembaga pendidikan yang di konsepkan beliau Taman kanak-kanak(TK) dengan nama Taman Indria. Sekolah Dasar (SD) bernama Taman Muda. Sekolah Menengah Pertama (SMP) bernama Taman Dewasa. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai Taman Madya, dan Perguruan Tinggi (Universitas) bernama Taman Guru atau Sarjana Wiyata. Sungguh merupakan penanaman yang sangat tepat dan syarat nilai filosofis dan benar-benar bercirikan ke-Indonesiaan yang khas.

d. Kesimpulan

Pendidikan itu penting dalam suatu lingkup masyarakat, mungkin pendidikan itu terlihat sepele dalam suatu kehidupan. Namun setiap kehidupan harus mempunyai ilmu pengetahuan atau mengerti tentang arti suatu pendidikan. Jika kita mengerti tentang arti pendidikan maka kita sudah siap dalam menghadapi suatu kehidupan yang sangat kejam saat ini.

Konsep pendidikan ramah anak di spesifikasikan menjadi sekolah ramah anak. Atau kian dispesifikan lagi menjadi guru ramah anak, maka ada ironi yang sejatinya tersirat, bahwa sementara ini sekolah belum ramah anak, dan Bapak-Ibu guru belum ramah anak.

Sebenarnya dengan secara sederhana penerapannya harus mulai dari hal kecil, mulai diri sendiri sejak sekarang. Bila itu dirasa masih terlalu klise. Maka cukuplah percayai petuah berikut. Ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan guna menanamkan nilai apapun dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut :

1. KETELADANAN

2. KETELADANAN

3. KETELADANAN

(14)

2.3 Analisis Kolom

Kolom adalah rubrik khusus di media massa cetak yang berisikan karanagan atau tulisan pendek yang berisi pendapat subyektif penulisannya tentang suatu masalah. Jadi, Kolom merupakan pendapat penulis yang menceritakan sesuatu. Biasanya disampaikan dengan bahasa santai atau komunikatif dengan pembaca.

a. Isi Kolom

Kolom “Jelang Malam Pertama” oleh Sujio Tejo yang mengemukakan kini kehidupan hukum di Indonesia kian menurun, terbukti dengan pemerintah yang kurang peduli terhadap hukum atau tindak pidana. Suatu contoh prakara Julia Peres dan Dewi Persik yang sampai sekarang belum terselesaikan karena tindak hukum yang kurang tegas mengakibatkan kedua belah pihak menjadi saksi pidana yang sama.

Di lain sisi, adat istiadat dan tradisi juga masih saja dilaksanakan untuk perihal lainnya, namun antara hukum dan tradisi tidak bisa berjalan beriringan. Dalam tradisi, apapun aturannya harus dipatuhi untuk menyelesaikan masalah dan juga lebih mementingkan prosesnya. Namun, lain halnya dengan hukum yang berlaku di negara ini. Jika menyelesaikan permasalahan dengan hukum, maka yang terjadi adalah timbulnya masalah lain. Hukum di negara ini sudah tidak dapat lagi diandalkan untuk mengetahui mana pihak yang salah dan harus dihukum dan mana pihak tak bersalah.

(15)

pemikiran negatif, namun tak dapat dipungkiri juga bahwa sebenarnya aturan dalam adat dan tradisi tersebut memberikan dampak positif.

Mungkin banyak yang menganggap bahwa bangsa dan negara ini kurang menegakkan hukumnya, hal itu karena mereka telah memandang bahwa bangsa ini hanya dapat mengeluh tanpa ada keinginan untuk menerima hikmah dari setiap kejadian ataupun peristiwa bencana alam yang sedang marak melanda nusantara ini. Seharusnya ada sebuah usaha untuk lebih memperbaiki bagaimana sebaiknya agar negara yang bisa dibilang memiliki hukum yang lemah ini dapat memperbaiki dirinya dengan menyeimbangkan antara hukum yang berlaku dan adat istiadat yang masih dapat diandalkan.

b. Sudut Pandang Pengarang

Sudut pandang pengarang sebagai orang ketiga serba tahu karena ia menggambarkan apa yang terjadi dengan di ibaratkan sebagai sebuah cerita.

c. Struktur Kolom

Kolom tidak mempunyai struktur tertentu misalnya ada bagian pendahuluan (lead), isi (batang tubuh) dan penutup

d. Kesimpulan

(16)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(17)

Daftar Rujukan

Harian Jawa Pos: Minggu, 23 februari 2014

Referensi

Dokumen terkait