• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Cerpen Panjang www.kurikulum pendidikan1.blogspot.com

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Cerpen Panjang www.kurikulum pendidikan1.blogspot.com"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Lady Grey

Penulis Cerpen : Miiyamii

Kategori : CERPEN PANJANG (13.962 Kata)

“Sir Jasper D. Grey?”

“Itulah dia. Si laki-laki gila yang belakangan ini ramai dibicarakan,” kata Mrs. Lutherl. Wanita paruh baya cerewet yang selama ini dikenal sebagai tukang gossip di The Crown. Dia nyengir melihat dua teman—wanita seumurannya, melongo memelototi objek yang sedang mereka bicarakan.

Seorang pemuda tampan melompat keluar dari sebuah mobil Rolls-Royce berwarna merah. Pemuda itu memakai pakaian yang cukup rapi ; kemeja putih, celana flannel abu-abu, jaket tebal berwarna cream, serta topi dan sepatu mengkilap yang serasi dengan warna jaketnya. Semua yang ia kenakan terlihat necis dan mahal.

Seorang pemuda berambut pirang keemasan dengan lekuk—garis wajah tegas melangkah buru-buru memasuki Toko bahan kimia. Anak muda dengan rupa dan penampilan sempurna seperti itu jarang sekali dijumpai di kawasan pertokoan The Crown.

“Dia menakjubkan.”

“Memang!” Mrs. Lutherl menimpali perkataan temannya, seorang perempuan berbadan gemuk. Dia tampak puas pada dirinya sendiri karena memiliki beberapa informasi tentang orang yang akan menjadi sasaran gossip mereka hari ini. “Sir Jasper Danovan Grey. Dia tampan, muda, seorang ilmuan, dan kaya-raya. Dia mewarisi uang yang sangat banyak dari kakeknya yang seorang bangsawan Amerika.”

“Wow.” Gumaman kagum keluar dari mulut teman Mrs. Lutherl yang bertubuh ramping— yang dandanannya sangat mencolok. “Dunia benar-benar tidak adil. Anak muda itu terlalu sempurna.” Tampaknya si ramping masih belum bisa mengalihkan perhatiannya dari wajah tampan Sir Jasper. Melalui dinding kaca transparan toko bahan kimia, dia bisa melihat anak muda itu berdebat sengit dengan lelaki tua pemilik toko. “Maksudku, lihatlah dia, dia tampan, cerdas, dan memiliki banyak uang. Dia beruntung. Jarang ada laki-laki yang memiliki segalanya seperti dia.”

Mrs. Lutherl mengangguk. “Kau benar. Dia beruntung. Dia memiliki segalanya, wajah ganteng, otak cerdas, dan kekayaan. Tapi … aku tidak akan mengatakan kalau dia sempurna. Bagiku dia hanya hampir sempurna. Kegilaan menggegerkan yang dibuatnya beberapa hari yang lalu mengurangi nilai plusnya di mataku,” kata Mrs Lutherl dengan ekspresi datar. “Kegilaan menggegerkan? Jadi rumor itu benar?” Tanya si gemuk, raut wajahnya berubah serius, seperti seorang anak sekolah yang menunggu penjelasan dari gurunya mengenai materi pelajaran yang sulit.

“Tentu saja benar! Banyak saksi yang melihat Sir Jasper dan pelayannya, Toby Bryce, membongkar makam Lady Cornelia Grey, istri Sir Jasper yang meninggal karena penyakit sinusitis tiga tahun yang lalu. Kemudian mereka membawa peti mati yang berisi mayat Lady Grey itu pulang ke Nasse House.” Kedua teman Mrs. Lutherl bergidik mendengar cerita wanita itu.

“Aku juga sudah dengar soal desas-desus kegilaan Sir Jasper, tapi aku tidak mengira kalau makam Lady Grey benar-benar dibongkar.” Si ramping merenung sedih.

(2)

Mrs. Lutherl terdiam selama beberapa menit. Lalu ia berkata ; “Sir Jasper adalah seorang ilmuan yang cerdas. Setelah kematian istri yang dicintainya, selama tiga tahun Sir Jasper mengurung diri di Laboratorium. Dia bekerja keras. Sir Jasper memiliki ambisi untuk menciptakan penemuan mutakhir—sebuah mesin dan formula yang bisa menghidupkan kembali mahluk yang sudah mati.” Tarikan napas keras terdengar jelas dari kedua teman Mrs. Lutherl. “Dan … katanya dia sudah berhasil menciptakan alat yang seperti itu.”

Pemuda yang sejak tadi mereka bicarakan keluar dari toko bahan kimia dengan membawa sebuah bungkusan di tangan. Dan ketika mobil milik anak muda itu melaju, Mrs. Lutherl bergumam, “Mungkin rapat di Balai kota sudah dimulai.” Dia melihat pada jam tangannya. “Rapat apa?” Tanya si Ramping.

“Rapat yang akan membahas apa yang akan dilakukan oleh penduduk The Crown terhadap penyimpangan Sir Jasper. Kata George …” Mrs. Lutherl mendapatkan informasi tentang rapat di balai kota itu dari suaminya yang bekerja sebagai asisten untuk Walikota. “…mereka akan berusaha berbicara dengan Sir Jasper, membujuknya agar menguburkan kembali mayat sang istri dengan layak.”

***

“Kita harus cepat!”

Toby Bryce yang berdiri di depan pintu Nasse House—rumah besar indah milik keluarga Grey, tertegun melihat tuannya yang melompat keluar dari dalam mobil. Sir Jasper tampak panik.

“Apa yang terjadi Sir?” Tanya Toby bingung sembari mengikuti Sir Jasper menuju ke sebuah bangunan tinggi berbentuk menara dengan hiasan kincir angin besar yang ada di belakang Nasse House. Awalnya menara itu merupakan gudang tempat penyimpanan hasil panen, namun sejak Sir Jasper menempati Nasse House, gudang itu dirombak dan berubah fungsi menjadi laboratorium.

“Kita harus segera melakukan percobaan alat itu pada mayat Cornelia,” kata Sir Jasper sembari buru-buru membuka pintu laboratoriumnya. Setelah dia dan Toby masuk pintu laboratoriumpun segera ditutup dan dipalang menggunakan sebuah kayu besar.

Toby Bryce mengerutkan kening melihat majikannya yang ketakutan.

“Tapi Sir, kita masih belum tahu apakah alat itu berfungsi dengan baik atau tidak. Kita bahkan belum melakukan percobaan pertama untuk menguji keberhasilan alat dan formula ciptaan anda,” kata Toby heran. “Bukankah kita akan menggunakan mayat binatang, seperti katak atau kelinci yang sudah mati dulu, sebelum mencobanya pada jasad Lady Grey?” “Kita sudah tidak punya waktu lagi,” jawab Sir Jasper. Dia sibuk berlari ke sana-kemari untuk menyalakan semua lampu yang ada di laboratorium sehingga ruangan besar yang awalnya remang itu berubah menjadi terang. Dan kemudian dia menghidupkan semua mesin yang rumit miliknya. “Pak tua Gable, pemilik Toko bahan kimia memberitahuku bahwa sudah menyebar. Orang-orang sialan itu ingin ikut campur dengan urusanku. Mereka berusaha menghalangi Corneliaku untuk hidup kembali.”

Toby terdiam mendengar penjelasan tuannya. Lelaki gagah berambut gelap dan berusia empat puluh tahunan itu tahu, bahwa cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Penduduk The Crown pasti mendatangi mereka untuk memaksa Sir Jasper menguburkan kembali mayat Lady Grey. Biar bagaimanapun majikannya itu sudah melakukan sebuah penyimpangan, membongkar makam dan mengambil kembali mayat istrinya untuk dihidupkan.

(3)

Beberapa orang kenalannya sempat membujuk Toby agar berhenti bekerja sebagai pelayan keluarga Grey, mereka kasihan padanya karena harus menemani orang seperti Sir Jasper. Tiga tahun setelah kematian Cornelia, hampir semua penduduk The Crown menganggap Sir Jasper tidak waras.

Betapapun ide untuk meninggalkan majikannya itu sangat menggoda, tapi Toby tidak bisa melakukannya. Ia menyayangi Sir Jasper seperti anak kandungnya sendiri. Toby William Bryce, sudah bekerja sebagai pelayan keluarga Grey lama, sejak Sir Jasper masih kanak-kanak—saat kedua orang tua lelaki muda itu masih hidup.

“Cornelia. Cornelia Sayangku.” Suara lirih Sir Jasper yang berlutut di samping peti mati istrinya membuat Toby tersadar dari lamunan.

“Sabarlah Sayang, sebentar lagi kita akan bertemu.”

Toby melangkah maju untuk berdiri di samping Sir Jasper. Peti mati itu terbuka dan dia hanya bisa menghela napas keras saat melihat tuannya membelai tengkorak—tulang-belulang yang dipakaikan gaun pengantin cantik berwarna putih. Jasad Lady Cornelia Grey sudah tak utuh lagi, yang tersisa hanyalah tengkorak dan tulang-belulang.

Sudah tiga tahun dia mati, jadi tidak ada harapan lagi untuk melihat daging dan kulit yang tersisa dari tubuhnya, pikir Toby Bryce.

“Toby,” panggil Sir Jasper. “Ya Sir.”

“Bantu aku memasukan dan menyusun tengkorak Cornelia ke dalam tabung …” Toby melirik ke arah tabung yang dimaksud majikannya, sebuah tabung kaca besar setinggi enam kaki yang terhubung pada semua mesin listrik dan peralatan rumit yang sama sekali tidak dimengerti oleh Toby. “Setelah tengkorak dan tulang Cornelia tersusun rapi di dalam tabung, kita bisa mengisi tabung itu dengan formula cairan kimia temuanku, setelah itu aku akan menghidupkan semua mesinnya. Oh. Aku harap ini berhasil.”

“Saya juga berharap demikian Sir.” “Ayo kita mulai bekerja.”

***

Kantor Balai kota The Crown, pukul 07. 21 PM.

Hampir semua penduduk The Crown berkumpul di depan gedung Balai Kota, sebagian besar diantaranya adalah laki-laki. Mereka membawa banyak obor, senjata laras panjang, dan juga kapak. Orang-orang itu berniat untuk menyerbu Nasse House, karena tidak ada itikad baik dari Sir Jasper untuk menjelaskan penyimpangannya.

“Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus pergi ke Nasse House dan memaksa laki-laki gila itu untuk menguburkan kembali jasad istrinya dengan layak!” seorang laki-laki bertubuh pendek dan gendut tampak begitu bersemangat mengobarkan kemarahan penduduk. Dia membawa sebuah obor.

(4)

***

Toby Bryce percaya bahwa Jasper Danovan Grey adalah pemuda yang cerdas. Selama puluhan tahun menjadi pelayan keluarga Grey, dia sudah banyak melihat bukti kecerdasan Jasper. Namun kali ini Toby dibuat tertegun oleh salah satu bukti kejeniusan majikan mudanya itu.

Tengkorak dan tulang belulang Lady Cornelia—yang dimasukan ke dalam tabung dan direndam menggunakan formula cairan kimia selama tiga jam—telah berubah menjadi Lady Cornelia Grey yang sebenarnya, dengan kulit, daging, dan rambut keemasannya yang telah bertumbuh. Sosok yang tadinya hanya berupa tulang-belulang yang dipakaikan gaun pengantin itu, kini telah tampak seperti Lady Cornelia yang sesungguhnya, seperti saat sebelum ia mati.

“Oh!” Sir Jasper tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. “Prosesnya sudah 80% tinggal beberapa menit lagi maka Cornelia akan bangun,” katanya tampak bersemangat. “Ini benar-benar menakjubkan. Anda hebat Sir,” puji Toby takjub.

Dan ketika proses untuk menghidupkan kembali Lady Grey telah sampai pada 94% suara teriakan marah dari luar Nasse House mengejutkan Toby dan Sir Jasper.

“Apa yang terjadi?” Tanya Sir Jasper pada dirinya sendiri sembari berjalan ke arah jendela untuk mengintip. Dan ekspresinya langsung berubah datar saat mengetahui apa yang terjadi. Toby ikut mengintip bersama tuannya. “Ya ampun!” mata hitamnya membelalak ngeri ketika melihat kerumunan membawa obor dan senjata yang berdiri di luar Nasse House. “B-bagaimana ini Sir?” Tanya Toby berusaha menyembunyikan ketakutannya.

“Pergi dari sini.” Jawaban dari Sir Jasper mengejutkan Toby. “Keluarlah lewat pintu belakang,” tambah Sir Jasper kalem seolah tidak sedang terjadi apa-apa, seakan ia tidak sedang memperhatikan kerumunan orang marah yang siap untuk membunuhnya.

“T-tapi Sir … saya tidak bisa meninggalkan anda. S-saya …”

“Aku juga tidak bisa membuatmu terbunuh karena apa yang sudah kulakukan. Pergilah.” “Sir?” Mata Toby berkaca-kaca menatap majikannya. Dia takut, tapi dia benar-benar tidak bisa meninggalkan Jasper dalam keadaan seperti ini.

“Pergi Toby. Jangan membuatku mengucapkan perintah yang sama untuk ketiga kalinya,” kata Sir Jasper dingin.

"T-tapi Sir ..."

"JANGAN MEMBANTAHKU LAGI TOBY! PERGI!"

Toby tersentak mendengar bentakan kasar Sir Jasper. Dengan enggan dia berbalik menuju ke pintu belakang untuk pergi dari tempat itu.

***

Setelah Toby pergi, Sir Jasper menatap putus asa pada jasad istrinya yang mulai pulih di dalam tabung. Sebenarnya dia sedih karena harus mengusir Toby yang sudah bersamanya sejak dia masih kanak-kanak, namun dia tidak punya pilihan, nyawa Toby akan berada dalam bahaya kalau lelaki itu masih bersama Jasper di Laboratoriumnya.

"Sayangku ..." Dia melangkah pelan menuju tabung. "Sepertinya takdir tidak mengijinkan kita untuk bersatu di dunia ini ..." Sir Jasper terdiam. Dia memandang wajah cantik istrinya yang telah pulih sempurna di dalam tabung transparan itu. "Kalau kau tidak bisa kembali padaku di dunia ini, mungkin aku yang akan menemuimu ... Di dunia sana."

"KELUAR KAU GREY!"

"DASAR ILMUAN GILA PEMUJA SETAN! KEMBALIKAN JASAD ISTRIMU!" "GREY KELUAR,"

(5)

Suara-suara marah penduduk kota kini terdengar dari luar Laboratoriumnya, tapi Sir Jasper tidak peduli, dia hanya berdiri diam memandangi tubuh Lady Cornelia.

Prosesnya telah mencapai 96 %, suara teriakan marah itu kini disertai oleh suara hantaman dan gedoran pada pintu kayu besar menara laboratorium.

Proses sudah menuju ke 98 % ketika suara amukan-hantaman-gedoran terdengar semakin brutal.

Dan saat proses telah mencapai 99 %, pintu laboratorium Sir Jasper berhasil dijebol massa— penduduk The Crown, yang melihat Sir Jasper tampak tenang melakukan percobaan menggunakan mayat istrinya, menjadi marah, mereka mengamuk, menyerang dan mengeroyok laki-laki malang itu tanpa ampun.

Sir Jasper tidak berusaha melawan. Suara pekikan dan lenguhan pelan keluar dari mulut Sir Jasper saat menerima pukulan dan tendangan bertubi-tubi yang di daratkan ke seluruh bagian tubuhnya.

Sir Jasper merasakan sakit di semua bagian tubuhnya, tapi dia tidak peduli. Firasatnya mengatakan bahwa dengan menerima semua rasa sakit ini ia bisa bertemu kembali dengan Cornelianya.

'Buk! Crush!' "Akh!"

Sir Jasper menjerit pelan ketika salah satu dari para pengeroyok memukul dan menghantam kepalanya menggunakan kapak. Darah segar keluar dari kepalanya. Dia mati rasa.

Dengan pandangan berkabut, dan diantara rasa sakit yang dia terima dari para pengeroyoknya, dia menatap sendu ke arah tabung yang berisi mayat sang istri.

'Aku rasa aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi.'

Layar kecil pada mesin—alat ciptaan Sir Jasper yang terhubung pada tabung transparan tempat menyimpan jasad Lady Cornelia—menunjukan angka 100.

Seseorang menodongkan pistol tepat di jantung Sir Jasper. 'Dor!'

Tepat di saat peluru pistol itu menembus jantung Sir Jasper, menghentikan detaknya. Sepasang mata hijau yang sejak tadi terpejam tiba-tiba terbuka.

Deg. Deg. Deg. 'Jasper?'

Deg. Deg. Deg. 'Jasper?'

Deg. Deg. Deg. "Jasper!"

Mr. Carter Meek, yang sejak tadi berada di barisan belakang pengeroyok tertegun saat mendengar suara merdu seorang perempuan di tengah kekacauan yang terjadi. Bulu kuduknya meremang dan dengan enggan ia berbalik untuk melihat ke arah tabung yang ada di belakangnya.

Dan ...

"YA TUHAN!" dia memekik ngeri.

Lady Cornelia Grey yang seharusnya sudah meninggal tiga tahun yang lalu kini terlihat hidup di dalam tabung transparan. Ia meronta marah, tampak berusaha untuk keluar dari dalam tabung tersebut.

"Apa-apaan itu?!"

"Dia hidup lagi! Ya ampun, apa dia sudah berubah menjadi iblis?"

(6)

Lady Cornelia meraung marah di dalam tabung. Ia meneriakan nama suaminya. Mata hijaunya mendadak berubah menjadi merah, gigi dan kukunya meruncing dan memanjang. Beberapa orang yang ketakutan mencoba membunuh Lady Cornelia dengan cara menembaknya, tapi itu tidak berhasil. Mereka hanya membuat tabungnya pecah, sehingga Lady Cornelia yang telah berubah menjadi monster bebas. Dan dalam hitungan detik kengerian dari suara jeritan kematian melanda tempat itu.

Dia menghabisi semua orang yang membunuh cintanya.

***

New York-Amerika, 14 Maret 2014.

Charless Grant Logan terpilih menjadi Mentri pertahanan Amerika yang baru, dia lelaki lima puluh tahunan yang penuh ambisi dan vitalitas. Dia memiliki segudang visi dan misi dalam mengembangkan sistem pertahanan militer Amerika, termasuk secara rahasia menciptakan senjata pemusnah massal terbaru. Charless mengumpulkan semua ilmuan terkemuka di Amerika untuk membuat visinya menciptakan senjata pemusnah massal terlaksana.

Charless sudah memiliki semuanya. Formula yang dibutuhkan, ilmuan yang hebat, alat-alat canggih, dan juga beberapa orang pilihan yang akan menjadi kelinci percobaan. Hanya saja ... dia masih membutuhkan satu hal kecil.

"Kita masih kekurangan biaya, Pak. Anggaran dari pemerintah tidak cukup untuk membeli sisa alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melengkapi semuanya." Wanita pirang efisien berseragam militer, Lucia Paramore memberitahu atasannya, Charless Logan, mengenai kesulitan yang mereka hadapi. "Saya sudah mencoba untuk membuat Proposal untuk diajukan pada Mentri Keuangan Negara, mengenai penambahan dana bagi Proyek 'Tentara Masa Depan' kita, namun Beliau menolak. Beliau mengatakan bahwa sejak awal Beliau memang tidak menyetujui proyek ini karena termasuk pemborosan uang Negara."

Charless menggeram mendengar laporan asistennya. Sambil duduk bersandar angkuh pada kursi kerjanya, otak cerdas yang ia miliki mulai berputar mencari beberapa opsi untuk mendapatkan dana agar bisa melanjutkan proyek Tentara masa depan—penghancur massalnya. Ia ingin menciptakan manusia super, menjadikan tentara Amerika manusia paling kuat di dunia sehingga negara-negara lain takut.

Tapi masalah keuangan menjadi kendala utama dalam proyek ini. Ia membeli banyak alat-mesin terbaik yang ada di dunia, dan bahan-bahan untuk membuat formula manusia super juga bukan bahan yang mudah untuk didapat, selain itu ia juga bekerja sama dengan tiga puluh ilmuan terbaik di dunia yang beberapa diantaranya berasal dari Asia, Eropa, dan Afrika. Uang yang sangat banyak, yang berasal dari anggaran pemerintah, beberapa sponsor, dan juga kantong pribadi telah menipis untuk membiayai semua itu. Dan proyek Tentara masa depannya terancam gagal jika dia masih tidak bisa mendapatkan dana tambahan yang besar. Harry Davis, pria tua sok suci yang menjabat sebagai Mentri Keuangan Negara itu telah menolak memberi dana tambahan untuk proyeknya. Charless marah. Ia memang butuh uang itu, tapi ia tidak mau mengemis untuk memintanya lagi pada Harry Davis. Charless adalah tipe orang yang tidak mau melihat lagi wajah orang yang sudah menolak membantunya.

(7)

Selama beberapa menit ia terdiam, mencoba memikirkan cara untuk mendapatkan uang yang lebih banyak. Dan ... Sekelebatan ingatan masa lalu melintas di kepalanya.

Proyek pembuatan pesawat tempur canggih oleh salah satu komandannya, saat ia masih menjadi seorang kadet muda di militer. Proyek itu dibiayai oleh seorang Bangsawan— milyuner keturunan Inggris-Amerika yang memiliki kekayaan yang bahkan bisa dipakai untuk membeli sebuah benua. Menurut desas-desus yang beredar saat itu, Si Milyuner memang senang berinfestasi pada hal-hal yang berbau penemuan canggih. Millyuner itu perempuan, dia seorang Lady. Cornelia Eustass Grey. Tapi hal itu sudah. Terjadi lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, Charless ragu bahwa Lady Cornelia Eustass Grey masih hidup dan sehat untuk menerima proposalnya. Namun ... Nama Lady Grey yang beberapa bulan belakangan dikatakan sebagai penyumbang dana terbesar untuk bantuan kemanusiaan di beberapa negara konflik membuatnya ingin meminta wanita—yang mungkin sudah—tua itu agar membantunya.

"Pak?" Lucia mengerutkan kening, bingung melihat sebuah seringai mengembang di bibir atasannya.

"Haruskah aku ...?"

"Maksud Bapak?" Tanya Lucia tak mengerti.

Charless Logan mendongak menatap Lucia tepat di mata, ekspresinya berubah girang. "Cari informasi sebanyak mungkin tentang Lady Cornelia Eustass Grey lalu serahkan padaku. Ah. Dan juga cari tahu dimana Lady Grey berada sekarang.”

Melihat ekspresi bingung asistennya, Charless kemudian berbaik hati menjelaskan, “Dia orang yang akan membantu kita mendanai proyek, kalau kita berhasil membujuknya menjadi sponsor.”

Lucia mengangguk paham. “Saya mengerti Sir.”

“Baiklah segera laksanakan tugasmu.”

“Baik, Sir.” Dan tanpa perlu diperintah dua kali wanita pirang efisien itu segera meninggalkan ruang kerja sang atasan untuk melaksanakan pekerjaannya.

***

“Mereka sudah puluhan kali menelpon dan menanyakan dimana anda berada Ma’am.” Dengan sopan si pelayan memberitahu majikannya mengenai beberapa telepon di rumah itu yang terus berdering sejak tiga jam yang lalu.

Si pelayan adalah seorang laki-laki bertubuh tegap, berusia empat puluh tahunan yang memiliki bekas luka mengerikan seperti serangan binatang buas pada sisi kiri wajahnya. Dalam balutan seragam pelayan kunonya, laki-laki itu tampak tenang dan professional. Dia berdiri di belakang Sang Nyonya yang sedang duduk santai, menikmati udara sore, di kursi panjang antik di halaman belakang.

Karena tidak ada tanggapan dari sang majikan si pelayan pun melanjutkan, “Saya sudah mengatakan pada mereka bahwa anda sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Tapi mereka tetap memaksa ingin berbicara dengan anda.”

(8)

“Charless Grant Logan, orang yang terpilih menjadi Mentri Pertahanan dalam system pemerintahan Amerika yang baru.”

“Apa yang dia inginkan dariku Toby?”

Toby mendesah mengingat beberapa potong pembicaraan antara dirinya dan asisten Logan melalui telepon beberapa waktu lalu. “Dia ingin anda menjadi sponsor, membantunya mendanai proyek yang sedang dia jalankan.”

“Proyek yang berhubungan dengan senjata canggih pemusnah massal? Benarkah itu Toby?” tebak Lady Cornelia Eustass Grey sambil menoleh ke arah pelayannya.

Toby mengangguk pelan. "Mereka berencana menciptakan manusia super, sekelompok tentara kuat yang dijadikan senjata untuk menakuti dunia."

Lady Cornelia Grey mendengus. "Manusia. Hhh. Apa mereka tidak bisa berhenti menciptakan sesuatu yang akan menghancurkan kaum mereka sendiri?"

"Jadi ... Anda menolak membantunya?" Tanya Toby.

"Telpon dia sekarang, dan katakan padanya aku tidak tertarik," jawab Lady Cornelia. "Pastikan dia tidak berusaha menghubungi atau mencariku lagi."

"Baik Ma'am."

"Dan Toby!" Panggil Lady Cornelia lagi ketika Toby hendak undur diri dari tempat itu. "Kosongkan semua jadwal untuk minggu depan. Besok kita akan meninggalkan Yordania dan kembali ke London."

Toby mengerutkan kening, tak mengerti dengan perubahan jadwal dadakan Sang Nyonya. Kalau tidak salah tiga hari yang lalu wanita itu mengatakan bahwa dia ingin tetap berada. Di Yordania selama sebulan, setelah itu mereka akan pergi ke Palestina untuk memberi beberapa bantuan moril dan materil kepada warga sipil korban konflik perang.

"Aku ingin berada di Nasse House--The Crown, sebelum tanggal 23 Maret." "Dua puluh tiga maret, Ma'am?"

Lady Cornelia melemparkan sebuah senyuman muram pada Toby.

"Dua puluh tiga maret adalah hari ulang tahun pernikahanku dengan ... Jasper," ucap Lady Cornelia sendu.

"Ah." Toby mengangguk paham, ekspresinya berubah sedih mengingat kejadian seratus tahun yang lalu, malam tragedi terbunuhnya Sang Tuan, pembantaian seluruh penduduk kota oleh Lady Cornelia, dan juga malam perubahannya sebagai manusia immortal.

"Aku ingin berada di sana sebelum tanggal dua puluh tiga, agar aku bisa merayakan hari ulang tahun pernikahanku dan Jasper yang keseratus tiga," tambah Lady Cornelia.

Toby mengangguk, dia lalu berpamitan masuk ke dalam kastil untuk melanjutkan pekerjaannya.

***

"Apa?!" Pekikan marah kembali keluar dari mulut Charless Logan saat mendapat laporan dari sang asisten bahwa Lady Cornelia tidak tertarik untuk menjadi sponsor proyek mereka. "Maaf Pak. Lady Cornelia tidak tertarik menanamkan modal pada proyek kita," jawab Lucia muram sambil menunduk dalam-dalam. Dia agak ciut menghadapi kemarahan atasannya. Mantan Jendral itu benar-benar terlihat mengerikan sekarang.

"Apa-apaan wanita tua itu?" Geram Charless sembari menangkup wajahnya, lalu menjalankan tangannya ke kepala, meremas rambutnya frustrasi.

(9)

Charless mendengus, dengan sebelah tangannya dia memberi isyarat pada Lucia untuk keluar dari ruangannya.

Sekarang Charless sangat bingung, proyek tentara masa depannya akan benar-benar gagal. Charless ingin mengabaikan dan menghina Lady Cornelia Grey seperti yang dia lakukan pada Harry Davis, tapi Charless pikir dia tidak akan bisa mengabaikan wanita Inggris itu. Dia sangat membutuhkan uang si wanita Grey untuk menyelamatkan proyeknya.

Menurut laporan yang diterimanya dari Lucia Paramore, Lady Cornelia memiliki kekayaan, uang milyaran dollar, yang berada di beberapa bank di Amerika, Inggris, Swiss, dan Rusia. Belum lagi insvestasinya pada berbagaimacam bidang usaha, seperti pertanian, peternakan, industri makanan instan, persenjataan, pakaian, dan masih banyak lagi. Menurut berberapa sumber sipil terpercaya, kekayaan Lady Cornelia Grey itu berasal dari warisan turun temurun. Sembilan puluh tahun yang lalu Ibu dari Cornelia yang merupakan janda dari seorang ilmuan cerdas Inggris yang terkenal pada masanya, membeli sebuah tanah yang luas yang disebut The Crown, konon katanya tanah itu adalah sebuah kota kecil yang ditinggalkan oleh sebagian warganya karena pernah terjadi pembantaian di sana. Ibu dari Lady Cornelia kemudian mempekerjakan beberapa orang untuk mengelola tanah yang luas di The Crown. Seperti menjadikan sebagian tanahnya sebagai ladang pertanian gandum dan padi, dan sebagian tanahnya lagi dijadikan tempat peternakan kuda. Setelah usaha pertanian dan perternakannya sukses, Ibu dari Lady Cornelia kemudian merambahkan sayapnya keusaha bisnis yang lain.

Wanita Grey adalah wanita dengan insting bisnis yang hebat, itulah yang ada dipikiran Charless Logan saat dia membaca profil Lady Cornelia Eustass Grey, usaha dan segala kesuksesannya. Namun ada yang janggal ... Dari semua data yang ada, Charless tidak menemukan satupun foto dari Ibu Lady Cornelia Grey, dan nama Ayahnya pun tidak ada. Dokumen rahasia dari pemerintah Inggris mengatakan bahwa Ayah dari Lady Cornelia, adalah seorang ilmuan yang terkenal pada masanya, namun mereka tidak menuliskan namanya. Selain itu, semua foto tentang Lady Cornelia yang beredar di publik, adalah foto Lady Cornelia saat masih cantik dan berusia dua puluh tahunan, tidak ada fotonya yang baru. Dan ... Wanita ini tidak memiliki data tanggal kelahiran? Apa-apaan? Dan ... Apa tidak ada laki-laki dalam keluarga Grey?

Hah. Memikirkan semua tentang keluarga Grey membuatku pusing. Keluh Charless dalam hati. Dengan segera dia menyambar telepon yang terhubung ke ruangan, dia meminta Lucia memanggil dua orang kepercayaannya untuk menghadap. Profesor Edna Balley, wanita empat puluh tahunan yang merupakan ketua tim proyek para ilmuan, dan Kapten Danovan Logan, putra tunggal Charless, yang merupakan pengawas jalannya proyek dan juga salah satu yang akan menjadi kelinci percobaan dalam proyek tentara masa depan.

***

"Well. Papa, jadi kau gagal membujuk wanita kaya raya untuk menjadi sponsor kita?" Lelaki muda tampan berambut keemasan itu nyengir pada Ayahnya, setelah Charless menjelaskan pada dia dan Edna tentang masalah mereka.

"Oh. Diamlah Danovan," keluh Charless frustrasi.

(10)

"Jadi anda ingin kami berdua terbang ke Yordania, membujuk Lady Cornelia Grey agar mau menjadi sponsor untuk proyek kita?" Tanya Profesor Edna Balley, seperti biasa, dengan ekspresi datar yang serius.

"Ya. Dan aku tidak mau tahu. Pokoknya kalian harus mendapatkan dia sebagai sponsor kita," tegas Charless.

"Kenapa Papa? Ini tidak seperti dirimu yang biasanya. Wanita itu sudah menolak untuk membantu proyek, kenapa kau masih ngotot mengejarnya Pap?"

"Dia tambang emas. Dengan mendapatkan Lady Cornelia Grey sebagai sponsor, kita tidak perlu takut kekurangan dana untuk proyek kita. Dia memiliki dollar yang bahkan lebih banyak jadi semua jumlah uang yang ada di seluruh Bank di Amerika," jelas Charless Logan.

"Wow. Wanita tua kaya heh? Aku penasaran apakah wanita itu seorang Cougar*?" Danovan terkekeh ketika dia mendapatkan pelototan kesal dari Ayahnya dan Profesor Balley.

"Baiklah Pak. Kami akan menemui Lady Cornelia Grey, berusaha untuk membujuk dan mendapatkan beliau menjadi sponsor," ucap Profesor Balley.

Charless tersenyum puas. Telpon di atas meja kerjanya berdering. Dari Lucia Paramore, asistennya.

"Sir. Beberapa orang kita di Yordania mengabarkan bahwa Lady Cornelia Grey dan Mister Toby Bryce, meninggalkaan Yordania dengan pesawat jet pribadi. Mereka pergi menuju London. Dan kemungkinannya mereka akan tinggal di The Crown."

Charless mengangguk sebagai respon atas laporan Lucia. "Terimakasih Ms. Paramore," ucapnya sembari menutup telponnya. Dengan sedikit binar harapan yang ada di matanya, Charless mendongak menatap dua orang kepercayaannya. "Perubahan rencana. Kalian tidak akan ke Yordania, kalian akan terbang ke London daan langsung pergi ke Nasse House, The Crown."

***

"Wow. Apa ini serius? Wanita itu tidak memiliki semua ini kan?" Danovan tidak bisa menyembunyikan kekagumannya--dia memang tipe orang yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya--saat mobil Audi SUV merah yang dia dan Edna tumpangi memasuki kawasan The Crown. Dia berdecak kagum melihat luasnya lahan dan berbagai macam bangunan yang ada di The Crown.

"Aku harap kau tidak akan bertingkah seperti itu di hadapan seorang Lady, Kapten," sindir Edna tidak terlalu suka pada kelakuan Danovan yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Ayahnya. Dia duduk anggun di kursi penumpang limousin, di samping Kapten muda itu.

(11)

menyediakan sopir dan mobil tumpangan agar Edna Balley dan Danovan Logan bisa langsung ke The Crown.

"Nama Anda Peter Dawson kan?" Daripada berbicara dengan Kapten Danovan yang tidak pernah bisa serius, Edna lebih memilih berbicara dengan Sopir Lady Cornelia Grey yang sedang fokus menyetir. Dari nametag-nya Edna membaca kalau nama sopir itu adalah Peter Dawson.

"Iya Ma'am," jawab Peter sopan.

"Sudah berapa lama anda bekerja dengan Lady Cornelia Grey?" Tanyanya, Edna mencoba menggali informasi lebih dalam mengenai Lady Cornelia Eustass Grey, agar dia bisa mencari titik lemah wanita itu, dan mudah membujuknya untuk bergabung dalam proyek mereka. "Dua puluh lima tahun Ma'am," jawab Peter berhati-hati, dia memiliki firasat tak enak, sebagian pikirannya mengatakan bahwa dia harus berhati-hati dalam berbicara.

"Hmmm. Sudah cukup lama rupanya." Edna Balley mengangguk puas. "Kalau boleh tahu Lady Cornelia itu seperti apa? Apa dia termasuk tipe wanita tua Inggris yang kaku dan kolot?"

Peter mengerutkan kening. "Yah. Kalau dia bisa disebut sebagai seorang wanita tua," dia berkata dengan suara yang sangat pelan, nyaris menyerupai bisikan, namun baik Edna maupun Danovan bisa mendengarnya, keduanya saling berpandangan bingung. "Lady Cornelia Grey memang tipe wanita Inggris yang kaku, tapi dia tidak kolot. Dia mengikuti semua perkembangan Jaman."

Mengikuti semua perkembangan jaman? Apa maksudnya?

Mereka semua kemudian terdiam. Mobil Audi itu berhenti disebuah rumah, bangunan kuno besar yang lebih mirip kastil dalam dongeng, yang memiliki halaman yang sangat luas. Sambil turun dari mobil, Kapten Danovan Logan bersiul kagum diantara giginya. "Jadi ini tempat tinggal Lady Kaya Raya? Wow. Pantas Papa ngotot ingin mendapatkan dia sebagai sponsor."

Pintu besar dengan ukiran indah itu terbuka. Dan seorang laki-laki berpakaian pelayan, dengan luka mengerikan seperti serangan binatang buas pada sisi kiri wajahnya, keluar menghampiri Profesor Edna Balley dan Kapten Danovan Logan.

Selama sepersekian nano detik laki-laki itu terpaku menatap Danovan, setelah itu dia menoleh ke arah Peter yang masih duduk di balik kemudi mobil.

"Terimakasih Pete, kau boleh pergi," katanya dengan datar dan dingin.

Peter mengangguk, kemudian melajukan mobilnya meninggalkan Nasse House. Toby memandang kedua tamunya skeptis. Ekspresinya datar dan tak dapat ditebak.

"Sir. Ma'am. Selamat datang di Nasse House. Saya Toby Bryce, pelayan pribadi Lady Cornelia Eustass Grey." Dia membungkuk sopan. "Silakan masuk," dia kemudian mengarahkan tamunya masuk ke dalam Nasse House.

Ruang tamu Nasse House yang menjorok kedalam, dihiasi oleh sofa polos berwarna merah darah dan kursi antik yang terlihat amat nyaman untuk diduduki, berhadapan langsung dengan ruang keluarga. Pintu bergaya Perancis yang berada di sebelah utara ruang tamu mengarah ke beberapa teras yang cukup luas, yang menjorok kearah padang rumput besar. Toby Bryce mempersilakan kedua tamunya untuk duduk di ruang tamu. "Silakan menunggu di sini, Sir, Ma'am. Sepuluh menit lagi Lady Cornelia akan menemui anda berdua," kata Toby kemudian berpamitan pergi.

***

"Kau lihat tadi Toby ... Dia ..."

"Dia memang mirip Sir Jasper, Ma'am. Tapi saya bisa memastikan kalau dia bukan Sir Jasper."

(12)

lain--Seorang Perwira muda Amerika yang memiliki wajah yang serupa dengan Sir Jasper--Bukan Sir Jasper.

"Iya Toby, Iya! Aku tahu dia bukan Jasper. Jasperku sudah meninggal seratus tahun yang lalu," kata Lady Cornelia kalut, dia berjalan mondar-mandir dengan kecepatan yang mengagumkan di depan Toby. "Dia hanya seseorang yang mirip Jasper. Bahkan kita masih menyimpan jasad (tengkorak dan tulang-belulang) Jasper di Laboratorium. Tapi ... Kenapa dia bisa semirip itu dengannya?" Lady Cornelia berhenti. Dia menatap Toby putus asa.

"Entahlah Ma'am."

"Wajahnya ... Matanya ... Bibirnya ... Rambutnya. Dan bahkan senyumannya! Dia benar-benar mirip Jasperku!" Kenang Lady Cornelia. Tadi saat sedang berlari di hutan di sekitar jalan raya The Crown, Cornelia tidak sengaja melihat mobil Audi salah satu bawahannya yang membawa dua orang tamu ke Nasse House. Cornelia ingin mengabaikan mereka dan melanjutkan acara larinya, tapi tepat di saat itu Kapten Danovan Logan menurunkan kaca jendela mobil Audi bagian belakang. Cornelia tertegun melihat laki-laki muda itu.

Kapten Danovan Charless Logan, sangat mirip dengan mendiang suaminya, Sir Jasper Danovan Grey.

"Apa yang harus kulakukan Toby? Aku tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Aku sangat mencintai suamiku, Jasper, dan aku sangat merindukannya. Aku tahu anak muda itu bukan Jasper, tapi bagaimana mungkin aku tidak menganggapnya sebagai Jasper kalau rupa mereka sama?" Dia berbicara dengan ekspresi penuh penderitaan.

"Saya tidak tahu Ma'am. Tapi saya harap anda bisa bersikap dan berbicara sewajarnya di hadapan tamu kita ini," kata Toby perihatin.

"Akan kuusahakan. Akan kuusahakan." ***

"Aku yakin nenek tua itu adalah tipe orang yang suka membuat orang lain menunggu." Kapten Danovan Logan menggerutu tak jelas, dia duduk gelisah di sofa di samping Profesor Edna Balley.

Profesor Edna mendengus. "Tenanglah Kapten. Aku yakin di dunia kemiliteran kau sudah diperkenalkan dengan materi yang bernama kesabaran," dia menyipitkan mata pada Kapten Danovan. Profesor Edna yang dari tadi duduk anggun dan tenang, mempersiapkan diri untuk bernegosiasi dengan Lady Cornelia Grey, merasa terganggu dengan kecemasan Kapten Danovan.

Bagaimana orang seperti dia bisa masuk militer.

"Dalam militer, aku memang sudah dilatih dengan materi kesabaran Profesor, tapi itu biasa digunakan untuk menghadapi musuh dalam medan tempur. Bukan untuk menunggu Nenek-nenek sombong, yang belum jelas mau membantu kita atau tidak."

"Maafkan aku kalau Nenek-nenek sombong ini sudah membuatmu menunggu begitu lama, Mister." Sebuah suara merdu yang datang dari arah tangga, membut dua kepala itu tersentak dan menoleh.

Mata biru cerah Kapten Danovan Logan melebar tak percaya ketika melihat si penegurnya, seorang perempuan yang memakai rok pinsil hitam dan blouse berwarna merah menyala dengan belahan dada rendah. Rambut cokelat gelapnya di sanggul menyamping, dengan menyisakan helaian rambut tipis pada sisi lain dari sanggulnya.

Perempuan itu sangat rupawan. Dia memiliki kecantikan yang klasik. Mereka seperti melihatnya, seolah keluar dari sebuah film bisu yang kuno.

(13)

"Dia tidak seperti nenek-nenek," komentar Kapten Danovan. Mata birunya terkunci pada tatapan mata hijau kelam perempuan itu.

Profesor Edna dan Kapten Danovan sama-sama berdiri untuk menyambut Lady Cornelia Grey.

"Anda Lady Cornelia Grey?" Tanya Profesor Edna ragu ketika Cornelia berhenti tepat di depan mereka.

"Cornelia Eustass Grey," koreksinya. Suaranya dingin dan tajam. Tatapannya masih terpaku pada Kapten Danovan. "Itulah aku."

"Well. Anda sudah tahu tentang maksud kedatangan kami kesini kan, Madam?" Profesor Edna mengerutkan kening melihat Lady Cornelia mengabaikannya dan malah saling tatap-menatap dengan Kapten Danovan.

"Tentu." Akhirnya dia menoleh ke arah Edna. "Silakan duduk," katanya sembari berjalan ke arah kursi antik yang letaknya beberapa kaki di depan sofa yang diduduki Edna dan Danovan, dia lalu duduk disana.

"Saya Profesor Edna Erlie Balley, ketua tim ilmuan untuk Proyek pengembangan tentara masa depan," Profesor Edna memperkenalkan diri dengan cara seseorang yang Profesional. "Sedangkan dia ... Kapten Danovan Charless Logan, Pengawas proyek kami sekaligus orang pertama yang akan mencoba alat ciptaan kami."

Sebelah alis Lady Cornelia terangkat tinggi. Dia menatap Danovan dengan ekspesi heran. Sementara Danovan hanya menanggapinya dengan kedipan jahil dan cengiran nakal.

"Kau serius ingin menjadi seekor kelinci percobaan?" Tanyanya tak percaya. "Kelinci percobaan?" Danovan mengerutkan kening.

Cornelia memberinya sebuah senyuman muram. "Kau setuju untuk menjadi orang pertama yang mencoba alat itu. Bukankah itu namanya kelinci percobaan?"

Danovan mendengus. "Itu proyek Ayahku. Tentu saja aku mau membantu dengan senang hati. Menjadi kelinci percobaan? Itu tidak masalah."

Lady Cornelia mendesah.

"Mrs. Grey." Profesor Edna berdehem, mencoba menarik kembali perhatian Lady Cornelia. Dia mulai kesal karena merasa diabaikan. "Bisakah saya menjelaskan prospek masa depan proyek kami, dan keuntungan apa yang akan anda dapatkan jika bersedia menjadi sponsor dari proyek tentara masa depan ini.

Lady Cornelia menoleh ke arah Profesor Edna. Dia menatapnya dengan ekspresi bosan. "Tidak perlu repot-repot Profesor, aku yakin asisten Mentri Pertahanan, Charless Logan sudah menjelaskan hal itu panjang-lebar pada Toby," ucapnya datar.

Profesor Edna mati-matian menahan diri unruk tidak menggertakan giginya pada Lady Cornelia. Dia merasa tidak dihargai karena Sang Lady lebih memperhatikan Danovan daripada dia.

Lady Cornelia kembali menoleh ke arah Kapten Danovan. "Dua minggu lagi aku akan pergi ke Amerika untuk mengurus sesuatu. Mungkin aku bisa mengunjungi tempat proyek kalian sebelum memutuskan apa yang harus kulakukan."

"Baiklah. Sepakat," kata Profesor Edna dengan nada ketus. "Sepakat," gumam Lady Cornelia sembari bangun dari duduknya.

"Kalau begitu aku harap kita bisa bertemu dia minggu lagi." Profesor Edna tidak sabar ingin mengakhiri pembicaraan karena tidak nyaman dengan kelakuan Lady Cornelia yang lebih memperhatikan Danovan daripada dia.

Lady Cornelia mengangguk, dia berjabat tangan singkat dengan Profesor Edna, sebelum berjabat tangan dengan waktu yang lumayan lama dengan Kapten Danovan. Mereka saling berpandangan dengan cara yang sangat intim sebelum Profesor Edna menegur mereka dengan sebuah deheman keras.

(14)

"Yeah. Sampai jumpa," balas Cornelia.

"Kami harus segera pergi ke Hotel," potong Profesor Edna, berharap adegan Opera sabun di depannya tidak berlanjut.

"Baiklah Peter akan mengantarkan kalian berdua ke hotel tujuan," katanya. "Toby!" Entah darimana pelayan dengan luka mengerikan di wajah itu muncul, menjawab panggilan merdu Lady Cornelia.

"Ya. Ma'am," sahut Toby menunduk sopan.

"Panggil Peter kemari, dan suruh dia mengantar tamu kita ke tempat tujuan mereka." "Baik Ma'am."

Lady Cornelia berbalik dan kembali menaiki tangga, sementara Toby mengantarkan tamunya keluar dari Nasse House.

"Dia terlalu sempurna," gumam Kapten Danovan sambil menatap punggung kecil Lady Cornelia. "Aku harap dia bukan keturunan vampire seperti di film-film," lanjutnya mengangkat bahu, kemudian mengikuti Toby dan Profesor Edna keluar dari Nasse House. "Aku pikir dia menyukaimu," bisik Professor Edna pada Kapten Danovan ketika mereka berada di luar dan menunggu jemputan.

Danovan terkekeh. "Apasih yang tidak bisa disukai wanita dariku," jawabnya sambil bercanda.

Edna memutar mata. ***

"Anda akan menyetujuinya bukan?" Melalui jendela besar di ruang kerja Lady Cornelia yang ada di lantai dua, mereka memandangi kepergian dua tamu Amerika mereka, dengan menggunakan sebuah mobil Audi SUV berwarna merah.

"Iya," Jawab Lady Cornelia singkat. Matanya terus memandang keluar jendela.

"Apa karena perwira muda itu?"

"Danovan? Ya. Karena dia." Lady Cornelia mengerutkan kening tak suka dengan kelakuan Toby yang mulai ikut campur dengan urusannya.

Toby mendesah. "Ma'am. Harus berapa kali saya katakan Kapten Danovan bukan Sir Jasper. Dia ..."

"Aku tahu Toby. Aku tahu." Lady Cornelia bersandar pada meja kerjanya yang menghadap ke arah jendela kaca besar. "Dia bukan Jasper. Dia hanya anak muda yang mirip Jasper, dan dia seumuran dengan Jasper sebelum dia meninggal. Tapi bagaimana mungkin aku bisa mengabaikannya jika aku melihat Jasper dalam dirinya?"

Toby terdiam.

"Sudahlah Toby." Lady Cornelia menoleh pada pelayannya, dia tersenyum muram. "Aku tidak pernah suka jika kau mencampuri urusanku seperti ini. Lakukan saja apa yang kuperintahkan, dan ... Tolong cari tahu semua data riwayat hidup Kapten Danovan Charless Logan, orang yang dekat dengannya, pacar?" Dia mengernyit ketika menyebutkan kata pacar. "Dan semua hal kesukaannya."

(15)

"Ma'am. Saya minta maaf jika anda tidak menyukai ini. Tapi satu hal yang ingin saya sampaikan, 'Ini tidak benar', dia manusia Ma'am bukan ..." Toby tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, hatinya dihantam oleh perasaan bersalah saat melihat ekspresi terluka dan penuh penderitaan Lady Cornelia. Sial! Seharusnya aku tidak mengungkitnya.

"Bukan monster seperti kita?" Lady Cornelia melanjutkan perkataan Toby. "Well, kalau begitu maafkan aku karena sudah merubahmu menjadi monster sepertiku. Kalau aku bisa memutar waktu, aku tidak akan membiarkan diriku berpikiran jernih ketika aku menyerangmu dulu, seharusnya aku membunuhmu sebelum racun itu menyebar dan mengubahmu menjadi sepertiku," kata Lady Cornelia sebelum melesat keluar ruangan.

Toby tertunduk. Ingatan mengerikan pada malam saat Sir Jasper menyuruhnya pergi kembali berkelebat. Dia sudah jauh berlari saat itu, namun suara jeritan ngeri yang berasal dari laboratorium Nasse House membuatnya berhenti. Dan dia kembali untuk melihat apa yang terjadi. Lady Cornelia yang dia pikir telah meninggal terlihat membantai semua penduduk kota, dan Sir Jasper tewas terbunuh dengan luka memar dan luka bacok disekejur tubuhnya. Monster Lady Cornelia yang saat itu dibakar amarah karena kematian suaminya, langsung menyerang Toby tanpa berpikir panjang. Saat Toby berteriak kesakitan, dia baru menyadari bahwa yang dia serang adalah pelayan setia keluarga mereka, dan dia kemudian menolongnya hingga mereka berdua menjadi manusia imortal. Well, mungkin monster atau mayat hidup lebih tepat.

***

Washington, Pusat Penelitian Organisasi Ilmuan Amerika. 28 Maret 2013.

"Apa kalian yakin dia akan datang hari ini?" Tanya Charless Logan was-was sembari mengamati ruang steril besar yang menjadi tempat diciptakannya alat pembuat Tentara super masa depan.

Banyak ilmuan mengenakan jas putih yang tampak sibuk dengan segala macam peralatan rumit mereka.

"Tentu saja. Dia sendiri yang berkata begitu," jawab Danovan singkat sembari sesekali melemparkan kedipan mata nakal pada beberapa ilmuan cantik yang berpapasan dengannya.

"Lady Cornelia Grey berkata bahwa dia ingin melihat dulu pekerjaan kita disini sebelum memutuskan untuk menjadi sponsor atau tidak," jelas Profesor Edna Balley, tampak profesional dengan seragam ilmuannya--kemeja putih, celana denim hitam, jas putih panjang, dan kacamata transparannya. "Tapi aku yakin dia akan menjawab iya. Putramu melakukan pekerjaan yang hebat waktu itu," sindirnya sambil melirik sinis ke arah Danovan.

Kapten Danovan tersenyum malu. Kalau bisa ditambahkan, dia sedikit tersipu.

(16)

Kapten Danovan terkekeh. "Dia tidak tua Dad. Dia wanita yang luar biasa cantiknya. Aku menebak umurnya baru dua puluh tahunan. Mungkin delapan atau sembilan tahun dibawahku."

Charless Logan mengerutkan kening. "Tidak mungkin. Dalam catatan dokumen yang aku baca, Lady Cornelia berusia diatas enam puluh atau tujuh puluh tahunan." Dia tampak bingung.

"Mungkin Lady Cornelia yang itu neneknya," kata Kapten Danovan tak ambil pusing.

"Mereka memiliki nama yang sama." Profesor Edna mengingatkan.

Kapten Danovan mendesah. "Kadang beberapa Ibu, ingin anak perempuan memiliki nama yang sama dengan ibu mereka."

Profesor Edna mengangkat bahu. Dia lebih memilih melanjutkan pekerjaannya daripada memusingkan hal tak penting tentang Lady Cornelia Grey yang menyebalkan itu.

Telpon Charless berdering. Itu dari Lucia yang mengabarkan bahwa dia mendapat laporan dari penjaga gerbang yang mengatakan bahwa Lady Cornelia Eustass Grey dan pengawalnya yang bernama Toby Bryce, telah tiba. Mereka dalam perjalanan menuju ruang penelitian.

"Mereka sudah tiba," Charless Logan memberitahu putranya.

Dan jantung Danovan pun berdetak seribu kali lebih kencang saat mengetahui bahwa perempuan yang selama dua minggu ini diimpikannya, telah ada disini.

***

Semua ilmuan dan bahkan mantan Jendral Charless Logan tertegun melihat penampilan Lady Cornelia Grey yang begitu muda dan modis. Mereka pikir akan melihat wanita tua bertampang cemberut dan berpenampilan tidak menarik yang suka mengkritik di sana-sini. Namun kenyataannya mereka malah mendapati seorang wanita muda berpenampilan menarik yang tampak cerdas.

Kapten Danovan merasa jantungnya tidak bisa diajak berkompromi lagi ketika melihat Lady Cornelia. Dia pikir wanita itu bisa membawa pergi seluruh napasnya. Berbeda dengan penampilannya dua minggu lalu, hari ini Lady Cornelia terlihat santai dan casual, dia mengenakan celana jins ketat berwarna biru, kemeja putih pas badan yang dipadu jaket kulit berwarna cokelat, dan sepatu boot berwarna hitam. Rambutnya yang waktu itu disanggul, kini dikuncir tinggi. Sementara pelayan peribadinya, Toby Bryce ...

Apa dia tidak punya pakaian lain, selain itu, pikir Kapten Danovan ketika melihat Toby memakai pakaian yang sama seperti dua minggu lalu.

"Selamat datang di pusat penelitian kami Lady Grey." Charless Logan berkata bangga sambil menyalami Lady Cornelia Grey. "Saya Charless Logan, Mentri pertahanan Amerika yang baru, yang memiliki ide briliant untuk menciptakan tentara super masa depan ini."

(17)

"Saya tidak menyangka kalau anda ... Mmm ... Well, terlihat jauh lebih muda dari yang saya perkirakan." Dia memperhatikan penampilan Lady Cornelia dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Lady Cornelia mendengus. "Ya. Saya sudah bisa menebak kalau anda akan berpikiran seperti itu." Dari sudut matanya, dia melihat Kapten Danovan yang berdiri beberapa langkah di belakang Charless Logan, memandangnya tanpa berkedip--tampak terpesona. Cornelia menyeringai. "Jadi ... Bisakah saya melihat proyek anda secara keseluruhan? Cetak birunya juga. Dan tolong jelaskan pada saya semua tentang proyek ini."

Dengan senang hati Charless Logan membawa Lady Cornelia berkeliling Laboratorium, memperkenalkannya pada beberapa ilmuan, dan menunjukan padanya alat yang belum selesai dikerjakan. Toby dan Kapten Danovan mengekor di belakang mereka.

Setelah lima belas menit berkeliling, Lady Cornelia kemudian mengatakan bahwa dia bersedia menjadi sponsor. Charless Logan girang bukan main. Setelah menandatangani berkas, Lady Cornelia dan Toby Bryce berpamitan pergi.

Dengan diantar oleh Kapten Danovan, Toby dan Lady Cornelia melangkah menyusuri koridor panjang menuju ke tempat parkir.

Demi kesopanan, Toby berjalan beberapa langkah lebih dulu, meninggalkan Lady Cornelia dan Kapten Danovan berdua di belakang.

Mereka tidak bicara sepatah katapun, hanya saling melirik dan melempar senyum.

"Jadi ..." Danovan buka suara ingin memulai pembicaraan. "... Sampai berapa lama kau akan berada di Amerika?" Tanyanya.

"Tergantung," jawab Lady Cornelia singkat.

"Tergantung?" Danovan mengerutkan kening tak mengerti.

"Tergantung apa yang sedang kucaritahu ini, mendapat jawaban dengan cepat atau tidak," jawab Cornelia ambigu.

Danovan menghentikan langkahnya. Dia menatap Cornelia penuh tanya.

"Memangnya apa yang sedang kau caritahu Lady?" Tanyanya dengan suara rendah parau. Cornelia menghentikan langkahnya. Matau hijau gelap itu mengunci tatapan biru cerah Kapten Danovan dengan pesona yang luar biasa.

"Aku hanya mencaritahu, benar atau tidak, jika aku menginginkan sesuatu yang tidak pantas aku inginkan."

"Memangnya apa yang kau inginkan," tanya Danovan lagi, suaranya serak. Mata birunya bolak-balik menatap mata dan bibir penuh Cornelia.

"Aku menginginkan sesuatu yang tidak akan pernah aku dapatkan," jawab Cornelia. Tubuh mereka bergerak selaras, melangkah berputar, hingga akhirnya tubuh Danovan mengapit Cornelia ke dinding koridor yang dingin itu.

"Dan apakah itu?" Tanya Danovan lagi. Wajah mereka semakin dekat. Jika satu inchi lagi dia memajukan wajahnya, maka bibirnya akan bersentuhan dengan bibir ranum Cornelia.

"Kalau aku menjawab bahwa sesuatu yang kuinginkan itu adalah kau, apa kau akan percaya?"

Mata biru Danovan membelalak tak percaya mendengar jawaban Cornelia. Ketika dia hendak membuka mulut, suara klakson mobil yang dibunyikan Toby untuk memanggil Lady Cornelia Eustass Grey menginterupsi.

"Aku harus pergi," kata Cornelia salah tingkah sambil melepaskan diri dan kungkungan lengan Danovan. Dia melanjutkan langkahnya menuju ke tempat parkir.

(18)

"Nanti malam apa kau punya waktu?" Dia sedikit berseru karena Cornelia berada sepuluh langkah jauhnya dari tempat dia berdiri.

Cornelia menyeringai, tahu maksud pertanyaan Danovan. "Kenapa? Ingin mengajakku kencan?" Tebaknya tepat.

Danovan balas menyeringai. "Ya. Aku ingin mengajakmu kencan. Apakah aku terlihat setransparan itu hingga kau bisa menebaknya?"

Cornelia mengangkat bahu, dia melakukan kegiatan jalan mundur yang baik. "Bagaimana kalau kita keluar makan malam?" Tawarnya.

Cornelia tersenyum lebar. "Ide bagus." "Dimana dan kapan?"

"Kau yang mengajak, jadi kau yang tentukan waktu dan tempatnya." "Jam delapan malam ini di--tunggu dimana tempat kau menginap?" "Hotel Heathman," Jawab Cornelia singkat.

Danovan kembali menyeringai. "Bagus." Beberapa opsi menyenangkan melintas di kepalanya. "Kita makan malam disana saja." Dia tersenyum puas.

"Memikirkan sesuatu dalam kepalamu Kapten?"

Danovan menggeleng geli. "Kau tak pernah tahu," jawabnya. Suara klakson mobil kembali terdengar.

"Aku pergi," kata Lady Cornelia kemudian menghilang di sudut belokan koridor yang menuju tempat parkir.

***

"Hercules?"

"Ya. Organisasi teroris dibawah pimpinan Kolonel Hugh Afner, mantan Marinir SEAL yang memberontak, dan berambisi ingin menciptakan dunia baru dengan dia sebagai Tuhannya," Lucia Paramore menjelaskan masalah baru mereka pada Charless Logan. "Mereka mengincar hasil proyek kita Sir."

"Kalau begitu perintahkan Danovan untuk memperketat sistem keamanan, dan suruh dia dan pasukannya untuk memeriksa siapapun yang akan masuk ke Pusat Penelitian."

"Baik Sir," jawab Lucia sambil mengangguk lalu meninggalkan ruang kerja Charless Logan si Mentri Pertahanan.

"Sial. Proyeknya belum selesai tapi masalah yang muncul begitu banyak," keluhnya. ***

Seorang lelaki kurus berpakaian ilmuan dan berwajah cemas berjalan buru-buru menyusuri koridor yang dijaga oleh puluhan laki-laki sangar berseragam militer. Dia berhenti tepat di depan sebuah pintu yang ada di ujung koridor itu, dua orang penjaga menghadang.

"A-aku ingin bertemu dengan Kolonel Afner, ada yang harus kusampaikan," katanya takut-takut.

Penjaga itu tidak menyahut. Mereka hanya memelototinya, lalu menggeledah semua pakaian dan barang bawaannya, takut ada senjata atau alat penyadap. Setelah dia dipastikan aman dari dua benda berbahaya itu, si ilmuan berwajah cemas dipersilakan masuk.

"Ah. Dokter Harvey!" Kolonel Hugh Afner, seorang lelaki brewokan, bertubuh tinggi dan berbadan kekar. Dia memiliki sepasang mata gelap yang tajam dan garis wajah yang keras. Mengenakan kaus hitam ketat yang menonjolkan otot bisepnya, dan celana tentara serta sepatu boot. Dia menyambut Dokter Adam Harvey dengan keceriaan yang dibuat-buat. "Aku bisa menebak kalau kau datang kesini membawa berita baik untukku," dia maju ke arah Dokter Harvey lalu merangkulnya.

(19)

"Jadi ... Apa yang ingin kau sampaikan padaku Harvey?" Kolonel Hugh Afner membawanya menuju ke depan sebuah meja dan satu kursi kosong di tengah ruangan, dibawah sebuah bola lampu berwarna kuning, yang menjadi satu-satunya penerangan di dalam ruangan itu. Sementara Dokter Harvey berdiri di depan meja, Kolonel Hugh Afner duduk kembali di kursinya.

"Charless Logan akhirnya bisa melanjutkan proyek tentara masa depannya, Pak," lapornya takut-takut.

"Ah Mentri gila itu!" Raut wajah Kolonel Afner berubah antusias. "Bukankah mereka kekurangan dana untuk proyek? Dan Harry Davis sudah menolak untuk membantu?"

"Mereka mendapatkan Sponsor Pak."

"Sponsor?" Sepasang alis hitam tebal Kolonel Afner bertaut.

"Seorang Milyuner asal Inggris bersedia membantu mendanai proyek hingga selesai."

"Aku mengerti-aku mengerti." Hugh Afner bangkit dari posisi duduknya lalu berjalan ke tengah ruangan sambil merenung. "Tetaplah berada di sana sampai proyek itu selesai. Dan dihari yang sudah ditentukan aku akan menyuruh beberapa orangku untuk mengambil chip yang berisi seluruh data tentang penemuan kalian, dan juga cetak birunya, lalu orang-orangku akan merusak peralatan di laboratorium itu." Dia menyusun rencana.

"Baik Pak." ***

"Aku akui ini terdengar begitu gombal, tapi harus kukatakan kalau kau begitu cantik malam ini, my Lady."

Lady Cornelia tersenyum puas mendengar pujian Kapten Danovan Logan yang malam ini tampak begitu mempesona dengan setelan tuxedo gelapnya. Sementara dia sediri hanya mengenakan gaun merah ketat selutut, dengan belahan dada rendah.

Restoran hotel Heathman telah disewa untuk sebuah acara makan malam romantis, dengan bunga mawar di atas meja, kerlipan cahaya dari beberapa batang lilin, dan juga musik romantis nan merdu yang berasal dari band di atas panggung.

“Harus kuakui kalau aku terkesan,” kata Cornelia sambil mengamati suasana romanris sekelilingnya.

Danovan menyeringai bangga. “Salah satu bakat alamiku adalah membuat wanita terkesan.” Cornelia tertawa mendengar guyonan perwira muda di depannya. Danovan benar-benar berbeda dengan Jasper yang kalem dan serius.

“Membuat wanita terkesan? Berarti kau sudah sering melakukan ini?” “Hanya beberapa kali,” cengir Danovan.

“Ah. Kalau begitu Kau seorang playboy? Hmmh. Itu berarti aku tidak punya harapan untuk mempertahankanmu,” godanya yang membuat binary di mata biru cerah Danovan muncul. “Kalau kau berniat mempertahankanku, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk melepas status playboy itu,” kata Danovan girang sembari menggerakan sebelah alisnya seperti tokoh kartun jaman dulu, yang membuat Cornelia langsung terbahak.

“Kalau soal itu kita lihat saja nanti,” jawabnya geli.

Seorang pelayan datang menginterupsi. Pelayan itu menyerahkan dua buku menu pada Cornelia dan Danovan.

“Aku memesan steak yang dimasak setengah matang, dan Anggur White Russian,” ucap Cornelia tanpa membaca menu terlebih dulu.

Danovan mengerutkan kening. “Kau suka makan daging setengah matang?” tanyanya heran sekaligus berusaha menyembunyikan rasa jijiknya. Cornelia tak menjawab, dia hanya melemparkan senyuman muram pada Danovan.

Danovan kemudian memesan pasta, dengan anggur white Russian seperti Cornelia.

(20)

Danovan mendengus. “Kau berbicara seperti orang yang belum pernah melakukan kencan makan malam saja, Lady.” Sebelah alis Danovan melengkung tak percaya saat melihart ekspresi serius Cornelia.

“Ini kencan makan malamku yang pertama,” ucap Cornelia polos. “Kau serius?”

Cornelia mengangguk. “Bercanda kau. Jangan harap aku akan percaya kalau wanita cantik dan menarik sepertimu belum pernah melakukan kencan makan malam,” kata Danovan tak percaya.

Cornelia tersenyum. “Aku memang pernah melakukan beberapa kali kencan menyenangkan dengan satu orang yang sama.” Jasper. “Tapi kami belum pernah melakukan kencan makan malam. Dia hanya membawaku ke wahana taman bermain, taman kota, dan bioskop untuk menonton beberapa film romantis,” kenang Cornelia, sedikit senyum sedih tersungging di sudut bibir wanita itu ketika mengenang Jasper.

Tawa Danovan meledak mendengar gaya berkencan Cornelia yang menurutnya kuno. “Yang benar saja? Kalian hanya melakukan itu? Ya Tuhan! Hahaha … mantan pacarmu itu benar-benar payah!”

Cornelia mengernyit mendengar ledekan Danovan terhadap Jaspernya. “Suami. Dia suamiku,” ucapnya dingin, dia tersinggung.

Tawa Danovan langsung berhenti. Rahangnya mengeras dan wajahnya mendadak pucat. “K-kau sudah menikah?” tanyanya merasa kalah. Danovan tidak menyangka kalau dia akan tertarik dan bahkan jatuh cinta pada istri orang lain.

Cornelia mengangguk. “L-lalu suamimu?” “Mati.”

Danovan tersentak mendengar nada dingin dan penuh penderitaan yang keluar dari jawaban singkat Cornelia tadi. Dia melirik ke arahnya yang tertunduk menatap serbet di atas meja. Cornelia seorang janda? Ya Tuhan, dia terlihat masih sangat muda untuk menyandang status itu. Dan dia tampak begitu sedih saat membicarakan suaminya. Dan … tadi aku tidak sengaja mengina mendiang suami Cornelia. Ya ampun, Danovan Charless Logan, mulutmu benar-benar tidak bisa dijaga! Keluh Danovan dalam hati.

“Maafkan aku.” Dia mencoba mencairkan suasana yang menegang. “Aku tidak tahu kalau …”

“Sudahlah,” potong Cornelia tak acuh. Dia memandang Danovan dingin. Sial! Dia marah.

“Oh ya Cornelia. Sudah berapa lama suamimu …” Danovan menelan kembali kata-katanya saat mendapatkan tatapan tajam dari Cornelia.

Menurut Danovan, entah kenapa saat ini Cornelia terlihat begitu mengerikan dan mengintimidasi.

Sialan. Aku mengacaukannya!

Danovan tahu, malamnya dan Cornelia telah berakhir, saat si pelayan membawakan pesanan mereka.

***

“Aku dengar Mrs. Mogul—si Nyonya kaya raya itu sudah kembali ke London tadi pagi,” kata Profesor Edna sembari menyamakan langkahnya dengan Danovan—yang hari ini terlihat sangat lesu, berbeda dengan kemarin siang dia tampak begitu bersemangat karena ada janji makan malam dengan Cornelia.

(21)

Mengabaikan tatapan galak Danovan, Edna kemudian bertanya lagi, “Bagaimana acara makan malammu dengannya? Apakah kau berhasil mengajaknya untuk menikmati malam yang …”

“Diamlah Edna! Acara makan malamku dengan Cornelia berakhir buruk. Puas!” bentaknya kemudian berjalan meninggalkan Edna.

Edna menyeringai. Dia mulai suka menggoda Danovan.

“Berakhir buruk? Uh. Sayang sekali, padahal menurutku dia cocok untukmu,” katanya tulus, sembari mengejar ketertinggalan langkahnya dari Danovan.

Danovan mendesah. “Aku mengacaukannya. Aku membuat Cornelia marah,” gumamnya cemberut.

“Kau membuatnya marah?” Tanya Edna bingung.

“Lebih tepatnya aku menyinggung dia. Hhh. Secara tidak sengaja aku menghina suaminya,” sahut Danovan muram.

“APA?” Tanyanya terkejut. “Jadi dia sudah menikah?”

Danovan mengangguk. “Ya. Tapi suaminya sudah meninggal,” jawab Danovan mengakhiri pembicaraan dengan terus melangkah meninggalkan Edna yang tertegun mencerna informasi. ***

“Kita kembali ke The Crown karena anda marah pada Kapten Danovan?”

“Bisa dibilang begitu,” Jawab Cornelia singkat sembari terus menatap mumi—jasad Sir Jasper D. Grey yang diawetkan dalam sebuah peti di Menara Laboratorium Nasse House. “Kenapa?”

“Hmmm.”

“Kenapa anda lebih memilih menjauh darinya, sementara yang saya tahu anda sangat tertarik padanya?” Tanya Toby lagi, yang dengan setia berdiri di belakang Cornelia yang sibuk memandangi jasad suaminya.

“Aku marah padanya, dan aku takut aku tidak bisa mengendalikan diri jika berada di dekatnya saat aku marah. Aku tidak mau dia melihat monster dalam diriku, monster yang seratus tahun yang lalu sudah membunuh sebagian penduduk The Crown, dan juga membuatmu seperti sekarang ini.”

Toby terdiam sejenak. “Lalu proyek kerjasama anda dengan Charless Logan?”

“Aku akan kembali ke sana saat proyeknya selesai. Lagipula … aku tidak sabar ingin melihat bagaimana Jas … well, maksudku Danovan berubah menjadi manusia super yang kuat." Toby mengangguk.

***

Proyek pembuatan alat untuk menciptakan tentara masa depan berhasil. Mereka menamakan alat itu Zeus, diambil dari nama Ayah Hercules dalam dongeng Yunani kuno. Charless Logan bangga, dan para ilmuan serta semua yang terlibat dalam proyek itu meluapkan kegembiraan mereka dengan menyewa kelab malam berkelas, berpesta, menari, bernyanyi, dan minum sedikit anggur bersama. Hanya Kapten Danovan Logan yang tampak murung. Ketidak hadiran Lady Cornelia Grey dalam beberapa kali pertemuan penting yang membahas proyek tentara masa depan, membuatnya sedih. Dia merindukannya, dia tidak melihat wanita itu selama berminggu-minggu.

Dia merasa bersalah. Apa Cornelia tidak hadir karena masih marah padaku? Pikirnya gelisah. "Hei Loverboy!"

Danovan memutar mata. Dia mengetahui, siapa yang menegurnya, Si perawan tua pengganggu, Edna Balley.

Edna mengambil tempat duduk di bar, di samping Danovan.

(22)

"Aku tidak mau mengomelimu atau menyindirmu. Aku hanya mau mengatakan kalau besok Cornelia Grey akan datang ke percobaan pertama Zeus. Tapi kalau kau tidak mau mendengarnya ya sud …” Edna mengambil ancang-ancang untuk bangun dari kursi bar, namun Danovan menahannya.

“Apa kau serius?” tanyanya tak percaya. Binar ceria di mata Danovan telah kembali. Edna Balley mengangguk, dia ikut senang melihat kegembiraan Danovan.

“Lucia bilang dia mendapat telpon dari Mr. Bryce, orang kepercayaan Lady Grey. Mereka akan tiba di pusat penelitian sekitar pukul Sembilan pagi,” jelas Edna.

Danovan tersenyum.

“Pergunakan waktumu dengan sebaik mungkin,” nasihat Edna. “Jangan biarkan dia melihatmu dalam keadaan buruk, sebelum kau berubah menjadi manusia super besok. Dan …” dia melotot galak pada Danovan. “Jangan coba-coba menyentuh atau meminum minuman beralkohol kalau kau tidak ingin mati dalam alat itu besok.”

Danovan terkekeh. “Baik Ma’am,” sahutnya geli. ***

Semua persiapan telah dilakukan, pusat penelitian mendapat penjagaan berlapis dari pasukan militer Amerika. Charless Logan dan para ilmuan was-was menanti hasil yang baik dari percobaan pertama alat ciptaan mereka. Sementara orang-orang terpilih yang mendapat kehormatan untuk tentara super masa depan mempersiapkan fisik dan mental mereka dengan sebaik mungkin, salah satunya adalah Kapten Danovan Logan, dia yang akan pertama kali mencoba alat dan formula dari para ilmuan yang dikumpulkan Ayahnya.

Berdiri diantara orang-orang penting dan para petinggi militer, menonton dari sebuah ruangan yang berdinding kaca transparan di lantai dua, Lady Cornelia Eustass Grey yang tampak rapi dengan setelan gelapnya terlihat begitu gelisah dan tegang. Berkali-kali dia mengerutkan kening memperhatikan para ilmuan yang sedang mempersiapkan Zeus, sebelum dioperasikan untuk pertama kalinya pada Kapten Danovan Logan.

“Ma’am.” Toby yang mengetahui kecemasan Lady Cornelia menegurnya pelan.

“Aku tahu Toby, aku tahu aku harus tenang. Tapi aku tidak bisa menghentikan kecemasanku. Kita tidak tahu Danovan akan selamat atau tidak jika proyek ini gagal. Tapi jika proyek ini berhasil … kita tidak tahu dia akan berubah menjadi seperti apa,” bisiknya pelan, dan hanya Toby yang dapat mendengarnya.

“Saya mengerti kecemasan anda Madam, tapi berusahalah untuk tenang dan tidak menarik perhatian.”

Lady Cornelia mengangguk.

“Madamoisle?” Lady Cornelia dan Toby Bryce—yang berdiri sambil berbisik-bisik di barisan paling belakang—mendongak dan melihat Charless Logan menghampiri mereka, sebuah senyuman lebar penuh kebanggaan tersungging di bibir tuanya.

“Mr. Logan,” Lady Cornelia dengan cepat memulihkan emosinya, lalu membalas sapaan Charless Logan dengan keanggunan yang mengagumkan.

“Kenapa anda berdiri di belakang sini? Bukankah anda seharusnya berada di kursi depan, untuk melihat investasi anda yang bisa mengubah dunia?” katanya terlihat begitu bangga dan gembira.

Lady Cornelia tersenyum. “Ah. Saya hanyalah orang sipil yang kecil Mr. Logan, saya merasa tidak pantas bersanding dengan orang-orang besar dari dunia militer seperti …” ia melambaikan tangannya sambil lalu ke arah para Jendral dan mentri yang tak sabar untuk melihat bagaimana cara dioperasikannya alat yang dinamai Zeus itu. "... Para Jendral dan Mentri itu."

(23)

soal campur tangan anda dalam pembuatan beberapa senjata militer canggih untuk Amerika dan Inggris." Charless Logan kembali menegakan tubuhnya, dia terlihat puas.

Sebelah alis Cornelia terangkat tinggi. "Anda menyelidiki saya?" Tanyanya dingin.

"Iya Madame. Saya menyelidiki anda, karena profil anda terlalu menarik untuk diselidiki." Lady Cornelia menggertakan giginya marah. Dia baru sadar kalau Charless Logan termasuk orang yang berbahaya, jika dia menyelidiki riwayat hidupnya lebih jauh, maka Cornelia dan Toby akan berada dalam bahaya.

Belum sempat Lady Cornelia membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, Profesor Edna Balley yang berada di Laboratorium bawah, tempat alat Zeus akan dioperasikan, memberi isyarat kalau mereka akan mulai tiga menit lagi.

"Mari Madame, kita ke depan untuk melihatnya," ajak Charless.

Lady Cornelia mengangguk kemudian memberi isyarat pada Toby untuk mengikutinya. ***

Danovan mengerang gugup sembari sesekali melirik ke arah Zeus yang siap dioperasikan untuknya. Dia melompat-lompat kecil dan melakukan beberapa peregangan sebagai pemanasan.

Danovan sedikit takut. Dia sudah. Sering mendengar cerita tentang operasi pertama alat penemuan ilmiah yang menggunakan manusia sebagai kelinci percobaan, dan berakhir dengan kematian. Danovan khawatir nasibnya akan sama seperti para kelinci percobaan itu. "Aku akui aku benci pada kelakuan tengilmu yang menyebalkan Kapten Danovan Logan." Danovan terkekeh mendengar perkataan Profesor Balley yang berjalan menghampirinya--dengan beberapa catatan penting di tangan. "Tapi aku benar-benar berharap kau bisa selamat dari operasi pertama Zeus ini." Sorot mata Profesor Edna melembut menatap sosok pemuda yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri itu.

Cengiran lebar menyebar di wajah tampan Danovan. "Tenang saja Profesor, laki-laki mempesona sepertiku ini tidak akan mati dengan mudah." Dia berkedip nakal ke arahnya. Mendapat respon yang santai dan tak serius seperti itu dari Danovan membuat Profesor Balley memutar mata. "Ya. Ya. Ya. Aku tahu, laki-laki mempesona sepertimu tidak akan mudah mati," Edna mengutip apa yang dikatakan Danovan. "Kalau saja kau bisa mengatakan itu padanya," dia menggedikan kepalanya ke arah satu sosok diantara para penonton yang duduk/berdiri di lantai dua.

Danovan ikut menoleh, dan seketika tubuhnya menegang. Jantungnya berdegup ratusan kali lebih kencang dari biasa. Mata hijau indah yang menatapnya penuh kekhawatiran itu adalah mata yang selama beberapa minggu ini sangat dia rindukan.

“Daritadi dia terlihat gelisah menghawatirkanmu." Beritahu Profesor Edna Balley. "Kelihatannya hubungan kalian masih akan baik-baik saja, jadi ... Tetaplah hidup, agar kau bisa mendapat kesempatan kedua untuk berkencan dengannya."

Danovan menyeringai. "Itu pasti," katanya sambil melemparkan kedipan menggoda ke arah Lady Cornelia.

Profesor Balley menggeleng geli. "Baiklah Loverboy, sekarang ayo kita taklukan Zeus," gumam Profesor Balley sembari menepuk punggung lebar Danovan, lalu mengarahkannya menuju tabung raksasa yang terbuat dari baja, dan terhubung dengan beberapa alat yang memusingkan.

Saat ini Danovan hanya mengenakan kaus putih ketat lengan pendek, yang mencetak otot-otot lengan dan perutnya dengan sempurna, celana loreng militer dan juga sepatu dinas lapangannya.

Referensi

Dokumen terkait