• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etos Kerja Penenun dalam Meningkatkan Status Ekonomi di Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Etos Kerja Penenun dalam Meningkatkan Status Ekonomi di Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang mengalami perkembangan sangat pesat, baik itu perkembangan fisik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kota Medan menjadi salah satu kota metropolitan sekaligus penggerak pembangunan di Indonesia. Salah satu bentuk pembangunan di Kota Medan yaitu, pembangunan sektor ekonomi dengan menggalakkan program kewirausahaan. Pemerintah kota Medan dalam visi dan misinya berkomitmen untuk mengembangkan kewirausahaan dengan mengajak masyarakat membuka sentra-sentra UKM atau Usaha Kecil Menengah. UKM menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara tahun 2016 adalah industri kecil dan sedang yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-99 orang dengan kata lain penggolongan perusahaan industri yang hanya didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang bekerja.

(2)

usaha, dan hasil penjualan tahunan lebih Rp 2.500.000.000,00 – Rp 50.000.000.000,00.

Wujud kepedulian pemerintah Kota Medan terhadap pembangunan UKM ialah dengan memberikan bantuan modal bagi pelaku usaha, mengadakan program pelatihan kewirausahaan, penetapan kurikulum kewirausahaan dalam bidang pendidikan, dan lain sebagainya (Dinas Koperasi dan UKM Kota Medan). Hal ini dapat dibuktikan dengan misi ketiga pembangunan Kota Medan tahun 2016-2021 yaitu untuk mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan kedudukan, fungsi dan peranan UKM dalam perekonomian kota Medan (infopilkada.kpu.go.id diakses pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 20.30 WIB).

(3)

Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar merupakan salah satu usaha kecil menengah yang ada di kota Medan. UKM ini terletak di jalan Menteng Raya AR Hakim Gg.Pendidikan No.130, Kecamatan Medan Denai. UKM ini didirikan pada tanggal 28 Juni 1992 oleh Robert Maruli Tua Sianipar, SE. Awal berdirinya pabrik ini adalah karena profesi kedua orangtua Robert adalah sebagai penenun. Peralatan memenun yang digunakan oleh kedua orangtua Robert adalah dengan alat seadanya. Namun, pada tahun 1995 orangtua Robert menggunakan 17 tenaga kerja untuk menenun karena semakin meningkatnya permintaan ulos dikalangan masyarakat. Seiring waktu berjalan usaha ini pun terus berkembang menjadi pabrik yang cukup besar dengan tenaga kerja yang cukup banyak. Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar ini sebagai salah satu wadah menenun dengan bahan utama ulos yang terlengkap di Kota Medan. Pabrik ini tidak hanya memproduksi ulos saja, namun menghasilkan jenis pakaian, songket, tas, dompet, bantal, aksesoris yang berbahan dasar ulos. (Profil Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar, 2016).

(4)

(pekerja) tidak memiliki kualifikasi atau kinerja yang baik sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sumber daya manusia sebagai faktor yang terpenting dalam proses pembangunan. Menurut Nawawi (Tewu, 2015) sumber daya manusia itu potensi, dan merupakan aset yang dapat berfungsi sebagai modal, baik itu modal non-material atau non-finansial dalam sebuah organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan potensi nyata (real) secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi UKM yang dimaksud.

Menurut Simamora (Setiawan, 2015:3) supaya tujuan suatu industri/perusahaan dapat tercapai, maka suatu industri itu harus mampu memanfaatkan potensi yang ada pada sumber daya manusia agar mampu memberikan kontribusi maksimal pada industri tersebut. Hal tersebut menjadi alasan mengapa manajemen sumber daya manusia itu penting untuk mengatur tenaga kerja. Manajemen sumber daya manusia merupakan sebuah aktivitas yang menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan ketenagakerjaan yang baik. Secanggih apapun teknologi yang digunakan dalam suatu industri tidak akan dapat digunakan apabila dengan tanpa kualitas manusianya. Sumber daya manusia dapat dilihat dengan bagaimana etos kerja pekerja atau penenun dalam suatu ruang lingkup industri dalam hal ini adalah UKM.

(5)

atau hal-hal yang mendukung produksi dan interaksi industri. Setiap orang pasti akan memiliki potensi (bakat), talenta yang menonjol terhadap suatu hal yang berhubungan dengan pekerjaan, yang menghantarkan perbedaan profesi dalam suatu industri. Perbedaan inilah yang akhirnya memberi warna tersendiri yang membawa perbedaan kelas-kelas dalam masyarakat. Cara kerja seseorang dilihat dari etos kerjanya, karena etos kerja merupakan etika kerja dan sikap semangat kerja yang dimiliki oleh setiap individu sebagai mahkluk hidup yang memiliki kebutuhan dengan cara harus mampu bekerja lebih baik, sehingga mereka dapat memperoleh nilai hidup mereka sendiri. Etos kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan.

(6)

kegiatan kerja. Etos kerja dapat kita lihat dari cara kerja penenun ulos baik itu dari aspek keuletannya, tanggung jawab, kerja keras, disiplin, integritas, dll sehingga dapat meningkatkan status ekonominya.

Status ekonomi adalah posisi yang dimiliki seseorang secara umum dalam masyarakat serta sebagai pengelolaan rumah tangga dan cara untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya. Status ekonomi merupakan hubungan seseorang dengan ekonomi baik itu pendapatan, pengelolaan, serta pemanfaatan. Weber (Shaleh, 2006) dengan tesisnya mengenai “etika protestan dan semangat kapitalisme”, masyarakat yang menganut sekte Calvinisme dalam agama Protestan mengharuskan umatnya untuk bekerja keras, sehingga hal ini menyebabkan para penganut Calvinisme memiliki etos kerja yang tinggi sehingga menyebabkan tingginya pencapaian hasil ekonomi.

(7)

10 (sepuluh) responden yang dipilih oleh peneliti dengan masing-masing profesinya seperti, karyawan swasta, pedagang, satpam, jasa pengobatan altenatif, polisi, montir. Etos kerja masyarakat Betawi yang menjadi responden adalah tergolong tinggi, karena seluruh responden berusaha untuk memperbaiki kualitas kerjanya sehingga mereka dapat menyisihkan hasil penghasilan mereka untuk ditabung baik di bank, maupun dalam bentuk arisan, dan lain sebagainya. Etos kerja sebagai penggerak meningkatnya status sosial ekonomi misalnya, kebutuhan sandang, pangan, papan yang terpenuhi, serta pendidikan anak yang terpenuhi serta kebutuhan lainnya.

Annisa (2014) menyatakan bahwa etos kerja masyarakat Betawi berbanding lurus dengan hasil mereka dalam meningkatkan status sosial ekonomi. Segala bentuk usaha dan kerja keras serta kegigihan yang telah mereka lakukan membuahkan hasil yang baik. Meskipun kesadaran dalam pendidikan masih rendah tetapi mereka bisa membuktikan semangatnya untuk terus mengembangkan potensi diri lewat keahlian dan keterampilan yang mereka miliki. Mereka pun tak luput dari sikap tekun, jujur, tepat waktu, giat, tampang menyerah, sebagai wujud tanggung jawab mereka terhadap pekerjaannya masing-masing. Terdapat hubungan yang positif tentang etos kerja masyarakat Betawi dalam usahanya untuk meningkatkan status sosial ekonomi.

(8)

observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan etos kerja karyawan wanita yang bekerja pada PT. WBI Majenang Jawa Tengah memiliki etos kerja yang baik. Kedua, hasil yang dicapai etos kerja karyawan wanita ditampilkan dalam pemaknaan penilaian prestasi kerja, disiplin kerja, ketekunan dalam kerja, dan kondisi kerja. Ketiga, faktor pendukung dan penghambat etos kerja karyawan wanita bagian revisi, faktor pendukungnya adalah dengan mereka bekerja di PT. WBI Majenag Jawa Tengah akan memberikan wawasan pemikiran, memberikan tambahan penghasilan bagi diri dan keluarga. Sedangkan faktor penghambatnya adalah terbatasnya waktu untuk keluarga, sebagai ibu rumah tangga mereka kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaan dirumah dan mengurus anak-anaknya.

(9)

kualitatif, namun dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana deskripsi etos kerja penenun di Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar. Beberapa penelitian terdahulu tentang etos kerja penenun (pekerja) dalam usaha kecil menengah masih belum ada. Padahal, selain UKM yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, yang terpenting adalah bagaimana etos kerja (kemauan) mereka dalam meningkatkan status ekonominya, yang akhirnya akan membuat UKM menjadi semakin berkembang. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk meneliti etos kerja penenun di Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar tersebut.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan perumusan berupa pertanyaan yang jawabannya akan dicari penelitian. Perumusan masalah ini dibuat agar penelitian ini memiliki batasan-batasan permasalahan, sehingga penelitian tersebut dapat terfokus dalam suatu permasalahan yang akan diselesaikan oleh sipeneliti. Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana etos kerja penenun dalam meningkatkan status ekonomi?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

(10)

2. Untuk mengetahui gambaran status ekonomi penenun di Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar

3. Untuk mendeskripsikan bagaimana etos kerja penenun dalam meningkatkan status ekonomi penenun di Pertenunan Ulos Sianipar.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:

a. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan kajian ilmiah khususnya kajian sosiologi bagi mahasiswa sosiologi.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan sebagai bahan pembanding tentang etos kerja penenun dalam meningkatkan status ekonomi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat praktis, yaitu:

(11)

b. Penelitian ini juga diharapkan memiliki manfaat bagi pihak-pihak lain yang dapat digunakan sebagai bahan acuan yang memiliki kompetensi dibidang ini.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir itu merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan kita (Usman, 2009:34). Kerangka berpikir merupakan dasar teori yang telah melalui sintesa teori berdasarkan fakta, observasi serta telaah kepustakaan. Oleh sebab itu kerangka teori ini akan memuat hubungan/pengaruh antara variabel yang terlibat dalam penelitian berdasarkan teori pendukung. Kerangka pemikiran yang baik akan mengidentifikasi variabel penting yang relevan dengan permasalahan penelitian dan secara logis/masuk akal dapat menjelaskan keterkaitan/hubungan variabel bebas dengan variabel terikat (Rumengan, 2010:21).

Kerangka berpikir dalam penelitian “Etos Kerja Penenun dalam Meningkatkan Status Ekonomi dapat dijelaskan dengan skema berikut :

X Y

ETOS KERJA STATUS

(12)

1.6 Defenisi Konsep

Defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan suatu penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak mengenai gejala atau realita mengenai suatu pengertian yang akan menjelaskan suatu gejala. Adapun konsep yang digunakan oleh peneliti yaitu :

a. Etos Kerja adalah sifat karakter kualitas hidup yang moral dan gaya serta suasana hati seseorang. Etos kerja merupakan sikap dari masyarakat terhadap makna kerja sebagai pendorong keberhasilan usaha dan pembangunan. Weber (Farihah, 2014:19) etos kerja menjadi fenomena sosiologi yang terbentuk oleh hubungan produktif yang timbul sebagai dari struktur ekonomi yang ada dalam masyarakat dalam rangka mewujudkan suatu tujuan. Suatu sikap yang berkemauan yang disertai dengan semangat kerja dalam rangka mencapai cita-cita positif bagi peningkatan kualitas kehidupan atau peningkatan status sosial ekonomi, yang dipengaruhi oleh perilaku kerjanya disebut sebagai etos kerja (Darodjat, 2015). Jadi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap/perilaku penenun (pekerja) di pabrik Pertenunan Sianipar dalam melakukan pekerjaannya sebagai penenun ulos untuk mencapai suatu tujuan guna meningkatkan status ekonominya.

(13)

dalam penelitian ini adalah penenun ulos yaitu, pekerja yang langsung bekerja dalam proses produksi.

c. Status ekonomi adalah keadaan masyarakat tentang ekonominya baik itu dalam hal pendapatan, pengelolaan, serta pemanfaatannya. Status sosial ekonomi yang dimaksud meliputi pendidikan anak, pendapatan, pengeluaran, kebutuhan yang sudah terpenuhi, kebutuhan yang belum terpenuhi, usaha untuk memenuhi kebutuhan.

1.7 Operasionalisasi Variabel

(14)

Tabel 1.1 Variabel Etos Kerja (X)

No Etos Kerja Indikator

1 Motivasi Kerja - Motivasi Internal :

• Semangat kerja (senang terhadap pekerjaan, rasa memiliki memiliki makna)

- Motivasi Eksternal :

• Dorongan mencapai tujuan/cita-cita

• keinginan dan harapan • inisiatif,

• kebutuhan (rohani & partisipasi), oleh Riduan (Andiyanto, 2011:6).

Pengukurannya adalah:

Skor 1: Sangat tidak setuju, skor 2: tidak setuju, skor 3: kurang setuju, skor 4: setuju, skor 5: sangat setuju

2 Moralitas • Keseriusan dalam bekerja

(menenun),

• tekun dan ulet dalam bekerja (menenun),

• Kerja keras • kreatifitas,

• senang dengan tantangan. Pengukurannya adalah:

Skor 1: Sangat tidak setuju, skor 2: tidak setuju, skor 3: kurang setuju, skor 4: setuju, skor 5: sangat setuju

3 Disiplin kerja

Rasa tanggung jawab penenun (pekerja) seperti:

• Menyelesaikan tenunan tepat waktu, sempurna (sesuai prosedur),

• disiplin waktu (kehadiran) datang tepat waktu),

(15)

• ketaatan (http://ikhtisar.com). Pengukurannya adalah:

Skor 1: Sangat tidak setuju, skor 2: tidak setuju, skor 3: kurang setuju, skor 4: setuju, skor 5: sangat setuju

4 Orientasi kerja • Sosialisasi pekerjaan dan

lingkungan kerja,

• Memiliki orientasi kemasa depan

• Sikap (perilaku) antar rekan kerja dan atasan. (Darodjat, 2015:81)

Pengukurannya adalah:

Skor 1: Sangat tidak setuju, skor 2: tidak setuju, skor 3: kurang setuju, skor 4: setuju, skor 5: sangat setuju

5 Hemat • Pengaturan pengeluaran untuk

kebutuhan

• Kesederhanaan (sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan) (Darodjat, 2015:81)

Pengukurannya adalah:

(16)

Tabel 1.2 Variabel Status Ekonomi (Y)

No Status Ekonomi Indikator

1 Pendapatan • Golongan pendapatan rendah (< Rp 1.500.000,00)

• Golongan pendapatan sedang (Rp 1.500.000,00 – Rp 2.500.000,00)

• Golongan pendapatan tinggi (Rp 2.500.000,00 – Rp 3.500.000,00 per bulan)

• Golongan pendapatan sangat tinggi (>Rp 3.500.000,00 per bulan) (BPS, 2008). 2 Jenis rumah • Status kepemilikan rumah seperti milik

sendiri, sewa sendiri, kontrak, bebas sewa milik orang lain, lainnya.

• Jumlah anggota keluarga yang menempati.

• Kondisi fisik bangunan :

a.Dinding: tembok, batu bata, kayu/papan, rumbia/bambu, lainnya.

b.Atap: genteng, seng, beton, asbes, sirap, ijuk/rumbia, lainnya

c.Lantai: keramik, tegel/teraso, semen, kayu, tanah, papan, lainnya.

d.Luas lantai perkapita minimal 8m² dengan luas area minimal 15m²

e. Jendela atau ventilasi

• Sumber air minum yang layak: air leding eceran/meteran, air hujan, PAM/PDAM, sumur terlindungi, lainnya.

• Fasilitas tempat buang air: jamban sendiri, jamban bersama, atau jamban umum

• Sumber penerangan: Listrik PLN, petromak, pelita, lainnya. (BPS, 2016)

3 Konsumsi • Makan dua kali sehari atau lebih.

• Jenis makanan yang dikonsumsi setiap harinya.

• Konsumsi pakaian.

4 Kesehatan • Kesehatan fisik (badan/anggota tubuh) • Sehat tiga bulan terakhir

(17)

tanpa tekanan, keimanan, ketaatan norma (aturan) atau penyesuaian diri dengan perasaan sendiri dengan orang lain. Agar terhindar dari penyakit jiwa seperti frustasi

• Jika anggota keluarga/pekerja sakit hanya diberi obat tradisional (dibuat sendiri), dari warung atau apotek, atau dibawa ke rumah sakit, atau lainnya.

5 Kepemilikan barang • Harta bawaan seperti: rumah, sepeda motor, telepon/HP, TV/radio, lemari, lainnya (sebelum kerja jadi penenun)

• Harta cairan seperti: rumah, sepeda motor, TV, radio, telepon/HP, perhiasan emas, lemari es, perabotan rumah, atau lainnya yang didapat dari hasil kerja.

Gambar

Tabel 1.1 Variabel Etos Kerja (X)
Tabel 1.2 Variabel Status Ekonomi (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga pendapat di atas, dapat dipah ami bahwa koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka berupa buku, non buku ataupun manuskrip yang dihimpun, karya-karya

3) Di Pulau Lombok diketahui bahwa Bappeda adalah pihak yang paling aktif dalam program pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Sedangkan di Sumba DKP memiliki peran yang paling

[r]

Pembuatan karbon berpori dari turunan phenol dapat menghasilkan struktur molekul resin yang lebih teratur, sehingga terbentuk karbon dengan ukuran pori seragam

Jika kategori yang berbeda tentunya akan menghasilkan kriteria penilaian yang berbeda dimana nilai interval akan dibagi berdasarkan banyaknya kategori pada kriteria penilaian

Memberi respon kepada pelbagai aspek tentang karya atau persembahan muzik vokal seperti konsep muzik (irama, melodi, bentuk, ekspresi); fungsi muzik (

Kak Laisa dan Mamak Lainuri mungkin tidak akan pernah kesepian, karena meski jadwal pulang bersama yang lain hanya dua bulan sekali, perkebunan itu tetap ramai

Walaupun yang melahirkan manusia itu Tuhan (=ibu hanya mampu mengandung saja karena bila sudah tiba saat melahirkan maka ia tak akan mampu menahanya. Atau walaupun seorang ibu