• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotika Tentang Penggambaran B.J. Habibie Dalam Film “Rudy Habibie II”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Semiotika Tentang Penggambaran B.J. Habibie Dalam Film “Rudy Habibie II”"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1. Konteks Masalah

Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie dikenal sebagai sosok jenius yang ahli dalam memecahkan masalah yang ada pada pesawat terbang. Bahkan,

hal tersebut tertuang dalam sekuel film pertamanya, “Habibie & Ainun”. Hanya

saja memang, film pertamanya lebih bertemakan tentang cinta.

Dalam kedua film tersebut, Habibie kerap digambarkan sebagai sosok yang pintar dan inspiratif. Penampilannya yang enerjik, menarik, dan terkesan “lugu” dan “polos” juga merupakan daya tarik yang khas. Keunikan tersebut terlihat dari cara bicaranya yang cepat seperti tipikal orang timur kebanyakan, dan gayanya yang sedikit membungkuk serta kaku nan lucu. Namun, hampir di setiap scene (adegan), Habibie selalu ditampilkan sebagai sosok yang pintar di atas rata-rata temannya. Salah satu contohnya terlihat ketika Rudy, panggilan kecil Habibie, menghabiskan masa kanak-kanak di kota Parepare. Ia kerap menjadi pemimpin dalam berinovasi membuat balon udara di antara teman-temannya, yang notabene masih ingusan dan memiliki tingkat intelektual yang jauh di bawah Habibie.

Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo, yang menceritakan masa kecil Habibie hingga masa remajanya, yang melanjutkan pendidikan tinggi di RWTH (Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen), di negara Jerman.

Dalam film “Rudy Habibie II”, masyarakat Indonesia bisa melihat bahwa masih

ada sosok anak muda yang begitu semangat dalam mengejar cita-citanya untuk mewujudkan impiannya sejak kecil. Hal ini juga tertuang dalam misinya untuk membuat seminar nasional Industri Dirgantara saat ia menjabat sebagai ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia).

(2)

penonton pada film Habibie & Ainun. CEO MD Picture Manoj Punjabi, telah memberi kepercayaan penuh kepada Sutradara Hanung Bramantyo dan juga kepada rekan aktor dan aktris yang sudah terjun langsung dalam proses pembuatan film agar semakin maksimal (https://id.wikipedia.org).

Dalam film ini , ada banyak pesan atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti nilai-nilai kepemimpinan. Terlihat pada adegan Rudy sejak kecil, ketika ayahnya meninggal dunia. Rudy langsung menggantikan posisi sang ayah untuk menjadi imam shalat.

Selain itu, banyak terdapat pesan dan nilai seperti kisah cintanya yang kandas di tengah jalan dengan seorang gadis Polandia, yang bernama Ilona Lanovska (diperankan oleh Chelsea Islan). Ilona adalah satu-satunya orang yang percaya terhadap apa yang “cita-citakan” oleh Rudy Habibie dibandingkan teman-temannya. Dalam berperan yang menampilkan nuansa romantis, Rudy terlihat sangat mengagumi Ilona yang saat itu berperan sebagai kekasih Rudy. Pertemuan mereka diisi dengan membahas apa yang di cita-citakan oleh Rudy. Ilona yang mengagumi Rudy juga selalu mendukung apapun yang Rudy lakukan, hingga pada akhirnya Rudy jatuh sakit saat di Jerman karena kelelahan untuk membentuk seminar nasional Industri Dirgantara Indonesia. Pada saat itu juga ibu Rudy datang mengunjungi Rudy di Jerman. Tak hanya mengunjungi Rudy, Mami (sebutan ibu Rudy) juga mendapatkan foto Ilona dan Rudy dari sebuah bunga kiriman Ilona. Dengan bertanya kepada Ayu (diperankan oleh Indah Permatasari), ibunda Rudy menanyakan tempat tinggal gadis berdarah Polandia tersebut untuk menemuinya dan menanyakan keseriusan Ilona dengan Rudy.

(3)

Namun sebuah penelitian menghendaki fokus atas suatu objek. Maka, dalam hal penelitian ini peneliti hanya meneliti terkait penggambaran intelektualitas Habibie dalam film tersebut sebagai batasan masalahnya.

Film merupakan suatu bentuk komunikasi massa yang dikelola menjadi suatu komoditi, di dalamnya ada produser, pemain dan seperangkat kesenian lain yang mendukung, seperti seni musik, seni rupa, seni teater, seni suara dan lainnya. Semua unsur tersebut terkumpul menjadi komunikator dan bertindak sebagai agen transformasi budaya.

Sedangkan, pesan-pesan komunikasi terwujud dalam cerita dan misi yang dibawa film tersebut terangkum dalam bentuk jenis-jenis film yang ada. Sehingga, seorang sutradara mampu mengemasnya sesuai dengan tendensi masing-masing dari film tersebut. Seperti fungsi hiburan, fungsi informatif, fungsi edukasi maupun fungsi persuasif pada penontonnya.

Film jenis ini bersifat auditif visual serta motion pictures (gambar bergerak), yang disajikan dalam bentuk gambar yang dapat dilihat serta suara yang dapat didengar dan dinikmati khalayak. Film ini lazimnya dipertunjukkan di gedung pertunjukan atau gedung bioskop (cinema) dan didistribusikan sebagai barang dagangan yang diperuntukkan semua publik dimanapun mereka berada. Maka, tak salah bila para produser saling berlomba-lomba untuk menciptakan kualitas yang terbaik dan mengangkat kisah nyata yang sangat inpiratif.

Definisi film menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Demikian pula fenomena manusia yang disebut persistensi visi (Foto yang bergerak cepat menciptakan ilusi gerakan) https://www.kpi.go.id .

(4)

untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and characther building (Efendy, 2014: 212).

Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film-film dokumenter dan film-film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang. Film merupakan salah satu alat komunikasi yang mudah disampaikan, mudah diterima dan mudah dicerna oleh manusia. Dalam fungsi film mengandung tiga unsur (http://digilib.mercubuana.ac.id) yaitu:

a. Fungsi Hiburan

Dalam mensejahterakan rohani manusia karena membutuhkan kepuasan batin untuk melihat secara visual serta pembinaan.

b. Fungsi Penerangan

Dalam film segala informasi dapat disampaikan secara audio-visual sehingga dapat mudah dimengerti.

c. Fungsi Pendidikan

Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik, tauladan di dalam masyarakat dan mempertontonkan perbuatan-perbuatan yang baik.

Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Gambaran-gambaran kehidupan manusia penuh dengan simbol yang mempunyai makna dan arti yang berbeda, dan lewat simbol tersebut film memberikan makna yang lain lewat bahasa visualnya. Film juga merupakan sarana ekspresi indrawi yang khas dan efisien, aksi dan karakteristik yang dikomunikasikan dengan kemahiran, mengekspresikan image yang ditampilkan dalam film yang kemudian menghasilkan makna tertentu yang sesuai konteksnya.

(5)

Tidak mengherankan bahwa film merupakan bidang kajian penerapan semiotika, film dibangun dengan tanda-tanda tersebut termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dalam rangka mencapai efek yang diharapkan. Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita), karena sistem tanda sifatnya sangat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada (Danesi, 2010: 7). Film menjadi media yang menarik untuk dijadikan bahan kajian yang mempelajari berbagai hal didalamnya. Kajian terhadap film dilakukan karena film memberikan kepuasan dan arti tentang budaya maupun lingkungannya. Terdapat hubungan antara image film dengan penikmat film. Langkah yang dapat dilakukan dalam mengkaji film adalah dengan menganalisis bahasa film sehingga dapat menghasilkan makna.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di kehidupan ini, di tengah-tengah manusia dan bersama dengan manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (thing). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem berstruktur dari tanda (Barthes dalam Sobur, 2004: 15). Istilah semiotika secara etimologis berasal dari kata

Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai

sesuatu yang atas dasar konvesi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat mewakili sesuatu yang lain. Dan secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Wibowo, 2011: 5).

(6)

sosial. Semiotika dipakai sebagai pendekatan untuk menganalisis sesuatu baik itu berupa teks gambar ataupun simbol di dalam media cetak ataupun elektronik. Dengan asumsi media itu sendiri dikomunikasikan dengan simbol dan kata.

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti tertarik untuk menganalisis film ”Rudy Habibie” yang telah dikonstruksi menjadi sebuah film, dalam berupaya menganalisis penggambaran Habibie dalam film “Rudy Habibie”.

2. Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penggambaran intelektualitas Bacharuddin Jusuf Habibie dalam Film “Rudy Habibie?”.

3. Pembatasan Masalah

Peneliti merasa perlu untuk melakukan pembatasan masalah sehingga menjadi lebih fokus, jelas, dan sistematis untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas. Yang menjadi batasan penelitian ini adalah hanya pada scene yang menggambarkan sisi intelektualitas Habibie dalam Film “Rudy Habibie II”.

4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui makna penggambaran intelektualitas Bacharuddin Jusuf Habibie.

2. Mengkaji makna denotasi, konotasi, dan mitos pada film “Rudy

Habibie”.

5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Akademis, dapat melengkapi dan memperkaya khazanah penelitian khususnya mengenai analisis semiotika film.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode jarimatika dapat meningkatkan

Pembentukan senyawa U(AI,Mo)x pada reaksi eksotermik tersebut menunjukkan bahwa pemanasan hingga temperatur 719,20°c terbentuk dua senyawa UAlx dan UMo dalam kondisi meta

2. Wisata bawah laut di perairan Wakatobi Sulawesi Tenggara akan menjadi keunggulan kelautan yang terintegrasi. Kata keunggulan pada kalimat tersebut sama dengan bentuk

Hidup yang bergantung pada Tuhan artinya kita benar-benar memiliki penyerahan diri kepada-nya dan tidak berjalan dengan kekuatan sendiri, kita selalu melibatkan Tuhan

1) Pengertian audit pemasaran menurut Bayangkara (2008:115) menyatakan bahwa Audit pemasaran adalah pengujian yang komprehensif, sistematis, independen, dan dilakukan

Setelah dilakukan revisi hasil dari uji coba kelompok kecil, selanjutnya bahan ajar dapat di gunakan pada uji coba kelompok besar. Dalam hal ini kelompok besar adalah

Tujuan penelitian yang ketiga adalah untuk menganalisis perbedaan keterampilan proses sains siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran

Puji syukur Alhamdulliah kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat, taufik dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan